contoh proposal penelitian (metode ilmiah)

27
TUGAS MATA KULIAH METODE ILMIAH Dosen Pengampu : Ir. Wafit Dinarto, M.Si “PENGARUH EKSTRAK DAUN Annona muricata L. TERHADAP MORTALITAS LARVA Helicoverpa armigera H. PADA TANAMAN JAGUNG” Disusun Oleh : Abdul Mufti Putra 13011037 Agus Triawan 13011019 Bekti Khairunisa Felawati 12011007 Edi Purwanto 12011036 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Upload: abdul-mufti-putra

Post on 06-Dec-2014

19.013 views

Category:

Education


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

TUGAS MATA KULIAHMETODE ILMIAH

Dosen Pengampu : Ir. Wafit Dinarto, M.Si

“PENGARUH EKSTRAK DAUN Annona muricata L. TERHADAP MORTALITAS LARVA Helicoverpa armigera H.

PADA TANAMAN JAGUNG”

Disusun Oleh :Abdul Mufti Putra 13011037Agus Triawan 13011019Bekti Khairunisa Felawati 12011007Edi Purwanto 12011036

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTAYOGYAKARTA

2014

Page 2: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Daun Annona muricata

L. Terhadap Mortalitas Larva Helicoverpa armigera H. Pada Tanaman Jagung”

ini dengan baik dan tepat waktu.

Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai

pada mata kuliah Metode Ilmiah pada Fakultas Agroindustri Program Studi

Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi

kesempurnaan karya ilmiah yang akan datang. Penyusun berharap semoga karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Yogyakarta, 25 Juni 2014

Penyusun

Page 3: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

1.4. Kegunaan Penelitian.................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4

2.1. Tongkol Jagung............................................................................ 4

2.2. Daun Sirsak.................................................................................. 4

2.3. Hama Helicoverpa armigera H.................................................... 7

2.4. Hipotesis........................................................................................ 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 9

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 9

3.2. Bahan dan Alat Penelitian........................................................... 9

3.3. Rancangan Penelitian.................................................................. 10

3.4. Pelaksanaan Penelitian................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung (Zea mays. L) termasuk bahan pangan kedua setelah beras.

Sebagai sumber karbohidrat jagung mempunyai manfaat yang cukup

banyak, antara lain sebagai bahan pakan dan bahan baku industri.

Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan pakan terus mengalami

peningkatan, sementara ketersediaannya terbatas (Purwono dan Hartono

2005).

Sekitar 89% tanaman jagung di Indonesia dikembangkan pada

dataran rendah dan lahan kering dengan tingkat kesuburan yang rendah

mengakibatkan rendahnya produktivitas jagung. Kendala abiotik banyak

disebabkan oleh ketersediaan hara pada tanah, sementara kendala biotik

meliputi gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman

(OPT) dimana OPT ini terdiri dari gulma, penyakit, dan hama (Purwono dan

Hartono 2005). Salah satu hambatan dalam meningkatkan produksi jagung

di Indonesia adalah adanya serangan hama. Hama utama pada tanaman

jagung adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dan penggerek

tongkol (Helicoverpa armigera H.). Hama jagung diketahui menyerang

pada seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung, baik vegetatif maupun

generatif (Pabbage, et. al, 2001).

Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung adalah lalat bibit

(Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol

(Helicoverpa armigera H.), penggerek batang merah jambu (Sesamia

inferens W.), pemakan daun (Mythimna sp.), belalang, dan tikus (Kalshoven

1981). Penggerek tongkol (Helicoverpa armigera H.) meletakkan telurnya

pada silk dan larvanya menginvasi janggel serta memakan biji jagung yang

sedang dalam proses pengisian. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini

dapat mencapai 10 persen (Wiseman et. al, 1984).

Page 5: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

Sifat polifag yang dimiliki serangga hama Helicoverpa armigera H.

sangat merugikan dan belum tersedianya varietas yang tahan terhadap hama

tersebut, menyebabkan praktek pengendalian yang dilakukan sampai saat ini

masih tergantung pada penggunaan insektisida. Selama ini pengendalian

hama Helicoverpa armigera H. pada umumnya masih menggunakan

furadan 3G melalui pucuk tanaman, sebagai racun kontak dan racun perut.

Namun penggunaan insektisida kimia sintetik telah terbukti menimbulkan

berbagai dampak negatif seperti resistensi hama, resurgensi hama dan

terbunuhnya musuh alami seperti parasit maupun predator. Selain itu

akumulasi residu dari insektisida kimia dapat membahayakan kesehatan

petani dan lingkungan. Untuk mengurangi pemakaian insektisida sintetik,

maka dilakukan pengendalian dengan penggunaan insektisida nabati.

Penggunaan insektisida alami yang berasal dari ekstrak tanaman terbukti

lebih aman karena mempunyai umur residu pendek. Setelah aplikasi,

insektisida alami akan terurai menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi

manusia dan lingkungan (Desi, 2007).

Insektisida alami memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki

oleh insektisida sintetik. Di alam, insektisida alami memiliki sifat yang tidak

stabil sehingga memungkin dapat didegradasi secara alami. Selain dampak

negatif yang ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurgensi dan

terbunuhnya jasad bukan sasaran, dewasa ini harga pestisida sintetik relatif

mahal dan terkadang sulit untuk memperolehnya. Di sisi lain

ketergantungan petani akan penggunaan insektisida cukup tinggi.

Alternatif yang bisa dilakukan diantara memanfaatkan tumbuhan yang

memiliki khasiat insektisida, khususnya tumbuhan yang mudah diperoleh

dan dapat diramu petani sebagai sediaan insektisida. Beberapa spesies

tanaman famili Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai insektisida nabati (Syahputra, 2001).

Page 6: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh ekstrak daun Annona muricata L. terhadap

mortalitas larva Helicoverpa armigera H. pada tanaman jagung?

2) Berapakah konsentrasi ekstrak daun Annona muricata L. yang paling

berpengaruh terhadap mortalitas larva Helicoverpa armigera H.?

1.3. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui pengaruh ekstrak daun Annona muricata L. terhadap

mortalitas larva Helicoverpa armigera H. pada tanaman jagung

2) Menentukan konsentrasi ekstrak daun Annona muricata L. yang paling

berpengaruh terhadap mortalitas larva Helicoverpa armigera H.

1.4. Kegunaan Penelitian

1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan ekstrak

daun sirsak sebagai salah satu bahan alternatif pembuatan insektisida

nabati.

2) Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ekstrak daun sirsak

dapat mengendalikan hama penggerek tongkol pada tanaman jagung.

Page 7: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tongkol Jagung

Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal

dari Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika membawa benih

jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung terus

menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini

oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah

lainnya di Asia termasuk Indonesia (Wirawan dan Wahab, 2007).

Tongkol jagung tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah

daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol

produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap

panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol

produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung

cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga

betinanya protandri (Soemadi, 2000).

2.2. Daun Sirsak

Sirsak (Annona muricata. L) dengan nama lain nangka belanda

(Jawa) atau durian belanda (Malaysia) merupakan buah yang berasal dari

daratan Amerika yang beriklim tropis, pertama kali diintroduksi ke negara

lain setelah Kolumbus menemukan benua Amerika, kemudian oleh orang-

orang Spanyol dibawanya ke Pilliphina dan selanjutnya menyebar ke

seluruh negara yang beriklim tropis (Sudjijo, 2008).

Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin,

bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin

memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama

tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya.

Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa

Page 8: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).

Menurut Kardinan (2000), ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk

menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya Kandungan kimia

yang terdapat pada daun sirsak antara lain :

1) Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang

terbesar. Alkaloida  mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian

dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang

menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan

(Harborne, 1987). Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam

skrining fitokimia untukmendeteksi alkaloida sebagai pereaksi

pengendapan  yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi

Dragendorff (Farnsworth, 1966).

2) Flavonoida

Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan

terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai

angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam

bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga flavonoida

berperan jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga.

Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh,

pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus serta kerja

terhadap serangga (Robinson, 1995).

3) Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang

menyerupai sabun (bahasa latin  sapo  berarti sabun). Saponin tersebar

luas diantara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit,

menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap

selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa jika dikocok.Dalam larutan yang sangat encer

saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung

Page 9: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun

(Robinson,1995: Gunawan, et al, 2004). 

4) Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam

golongan polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai

rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat

luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat

khusus dalam jaringan kayu. Umumnya tumbuhan yang mengandung

tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat.

Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan

pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).

5) Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan

bukan gula. Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan

gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, et al, 2002).Klasifikasi

(penggolongan) glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan

dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari

aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan,

misalnya tanin, sterol, terpenoid,  dan flavonoid. Hampir semua

glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. 

Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat

dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta

glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase

((Robinson, 1995).

6) Antrakuinon

Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa

antrakuinon merupakan zat warna penting dan sebagai pencahar.

Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae,

Rhamnaceae, Polygonaceae.Antrakuinon biasanya berupa senyawa

kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa

ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning

Page 10: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet

merah (Robinson, 1995).

7) Steroid/Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari

enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon

C30 asiklik, yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna,

berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji

yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann – Burchard (asam

asetat anhidrida H2SO4 pekat) yang kebanyakan triterpena dan sterol

memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang kerangka

dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren  (Harborne,

1987).

2.3. Hama Helicoverpa armigera H.

Helicoverpa armigera H. merupakan hama polifag, biasanya

memakan buah, kuncup bunga, bunga atau daun pada berbagai jenis

tanaman. Beberapa tanaman yang diserang adalah tomat, tembakau, kapas

dan kedelai, jagung serta bermacam- macam sayuran dan tanaman hias

(Kalshoven, 1981). Baco dan Tandiabang (1998), mengatakan bahwa di

Indonesia serangan hama penggerek tongkol Helicoverpa armigera H.

dijumpai hingga pada ketinggian 2000 m dari permukaan laut. Helicoverpa

armigera H. ini merupakan hama yang serius pada kapas di Indonesia dan

Filiphina. Serangga Helicoverpa armigera H. mampu menurunkan produksi

pertanian karena menyerang sejak fase berbunga penuh sampai pengisian

biji. Larva yang baru menetas hidup dengan memakan daun, kemudian larva

instar III akan melubangi tongkol jagung untuk memahami bijinya. Imago

meletakkan telur pada malam hari dan sering dijumpai pada jambul tongkol

jagung. Untuk meletakkan telur, ngengat serangga hama ini sangat

menyukai bagian rambut jagung yang berumur 5 hari (Akib, et. al, 2002).

Imago betina Helicoverpa armigera H. meletakkan telur pada pucuk

tanaman dan bilamana tongkol sudah mulai keluar maka telur tersebut

Page 11: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

diletakkan pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah

730 butir dengan masa oviposisi 10 sampai 23 hari. Telur menetas dalam

tiga hari setelah diletakkan pada suhu 22,5˚C dan dalam sembilan hari pada

suhu 17˚C (Kalshoven 1981). Larva spesies ini terdiri dari 5-7 instar, tetapi

pada umumnya terdiri dari enam instar dengan pergantian kulit (moulting)

setiap instarnya 2-4 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung

pada suhu dan kualitas makanannya (Baco dan Tandiabang, 1998)

Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24

sampai 27,2˚C adalah 12,8 - 21,3 hari. Spesies ini mengalami masa pra pupa

selama satu sampai empat hari. Selama periode ini, larva menjadi pendek

dan lebih seragam warnanya dan kemudian berganti kulit menjadi pupa.

Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya

bergantung pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa terbentuk pada

kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada

permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang

terdapat pada tanaman. Pada kondisi yang tidak memungkinkan

Helicoverpa armigera H. mengalami diapause atau sering disebut diapause

pupa fakultatif. Diapause pupa dapat berlangsung beberapa bulan bahkan

dapat lebih dari satu tahun. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa

bervariasi dari enam hari pada suhu 35˚C sampai 30 hari pada suhu 15˚C.

Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah

menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan

biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan

menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung (Kalshoven, 1981).

2.4. Hipotesis

Ekstrak daun Annona muricata L. berpengaruh terhadap mortalitas

larva Helicoverpa armigera H. pada tanaman jagung serta pada konsentrasi

tertentu ekstrak daun ini akan memberikan mortalitas terbesar terhadap larva

Helicoverpa armigera H..

Page 12: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman

Universitas Mercu Buana Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai bulan

Agustus 2014.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

A. Bahan

1. Daun sirsak

2. Larva Helicoverpa armigera H.

3. Metanol 96%

4. Aquades

5. Baby Corn

6. Jambul jagung

B. Alat

1. Neraca Ohaus

2. Blender

3. Saringan

4. Beaker glass 200 ml

5. Gelas ukur 100 ml

6. Wadah plastik diameter 6 cm

7. Wadah dengan diameter 25 cm dan tinggi 30cm

Page 13: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

4 ulangan masing-masing larva uji sebanyak 10 ekor setiap perlakuan.

Jumlah keseluruhan larva uji sebanyak 200 ekor. Pengamatan mortalitas

larva Helicoverpa armigera H. instar III dilakukan selama 24 jam dengan

interval pengamatan setiap 4 jam sekali. Berikut ini adalah perlakuan yang

akan dilakukan :

1. Kontrol = Menempatkan larva Helicoverpa armigera H. pada

wadah berisi Baby Corn yang tidak dicelupkan ke dalam

larutan ekstrak daun Annona muricata. L..

2. A1 = Menempatkan larva Helicoverpa armigera H. pada

wadah berisi Baby Corn yang telah dicelupkan ke dalam

larutan ekstrak daun Annona muricata. L konsentrasi

10%.

3. A2 = Menempatkan larva Helicoverpa armigera H. pada

wadah berisi Baby Corn yang telah dicelupkan ke dalam

larutan ekstrak daun Annona muricata. L konsentrasi

20%.

4. A3 = Menempatkan larva Helicoverpa armigera H. pada

wadah berisi Baby Corn yang telah dicelupkan ke dalam

larutan ekstrak daun Annona muricata. L konsentrasi

30%.

5. A4 = Menempatkan larva Helicoverpa armigera H. pada

wadah berisi Baby Corn yang telah dicelupkan ke dalam

larutan ekstrak daun Annona muricata. L konsentrasi

40%.

Page 14: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

3.4. Pelaksanaan Penelitian

A. Pembuatan ekstrak daun Annona muricata. L

Menimbang daun Annona muricata. L yang sudah tua sebanyak 2

kg kemudian dicuci bersih lalu diangin-anginkan tanpa sinar matahari

langsung selama 5 hari. Setelah kering kemudian ditimbang, berat daun

menjadi 760 gram, lalu dipisahkan dari ibu tulang daun, kemudian

dihaluskan. Setelah halus dan telah menjadi tepung, direndam dengan

menggunakan larutan metanol 96% sebanyak 5 liter selama 24 jam.

Sediaan disaring sampai terpisah dari ampasnya. Dari larutan tersebut di

destilasi. Ekstrak yang diperoleh dari proses destilasi sebanyak 400 ml

kemudian diuapkan selama 6-8 jam, sehingga diperoleh sediaan ekstrak

murni 100%. Untuk memperoleh ekstrak sesuai perlakuan maka

dilakukan pengenceran sebagai berikut.

1. A1 = Konsentrasi 10 % (10 ml ekstrak daun Annona

muricata. L + 90 ml aquades)

2. A2 = Konsentrasi 20% ( 20 ml ekstrak daun Annona

muricata. L + 80 ml aquades)

3. A3 = Konsentrasi 30% ( 30 ml ekstrak daun Annona

muricata. L + 70 ml aquades)

4. A4 = Konsentrasi 40% ( 40 ml ekstrak daun Annona

muricata. L + 60 ml aquades)

B. Pemeliharaan Serangga Uji

Larva Helicoverpa armigera H. stadium larva instar IV–V

sebanyak 20 ekor dari lapangan dipelihara di laboratrium. Larva tersebut

masing-masing di tempatkan dalam wadah plastik berdiameter 6 cm dan

diberi baby corn sebagai makanannya. Setelah 7–10 hari terbentuk pupa.

Pupa tersebut ditempatkan dalam wadah steril yang selanjutnya akan

berubah menjadi ngengat setelah ±14 hari. Ngengat ditempatkan dalam

wadah berdiameter 25cm dengan tinggi 30 cm dan didalam wadah

tersebut diberikan persiapan makanan dari madu yang digantungkan

Page 15: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

pada gulungan kapas, dan dilengkapi dengan jambul jagung muda yang

dipersiapkan sebagai tempat bertelur. Ngengat bertelur pada jambul,

jambul jagung kemudian dipindahkan dalam wadah yang steril

berdiameter 15 cm, di dalam wadah tersebut diberikan baby corn

sebagai makanan. Telur berwarna putih kekuningan kemudian akan

berangsur-angsur menjadi hitam menjelang telur menetas. Stadium telur

4- 5 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva instar I berwarna putih

kekuning- kuningan dengan kepala berwarna hitam, berukuran 2-5 mm.

Stadium larva instar I berkisar 5-7 hari. Kemudian terbentuk larva instar

II. Warna larva ini kecoklat- coklatan kepala berwarna coklat, dengan

panjang badan 1-1,5 cm. Stadium instar II yaitu 4-6 hari. Mengalami

pergantian kulit ketiga terbentuk larva instar III. Larva instar III

berwarna coklat, tampak adanya bintik-bintik hitam dan berbulu.

Dengan panjang 1,5-2 cm. Stadium larva instar III ini digunakan sebagai

serangga uji.

C. Pengujian Ekstrak daun Annona muricata. L

Pengujian dilakukan dengan mencelupkan baby corn berukuran 4

cm ke dalam ekstrak daun Annona muricata. L dengan konsentrasi

tertentu, yakni 10%, 20%, 30%, 40% dan kontrol tidak dicelupkan. Baby

corn yang telah dicelupkan ke dalam ekstrak tersebut masing- masing

ditempatkan dalam wadah lalu diangin-anginkan selama 5-10 menit,

selanjutnya larva Helicoverpa armigera H. instar III masing-masing

dipindahkan ke dalam wadah tersebut, (setiap wadah di masukkan satu

ekor Helicoverpa armigera H.) yang dibagi dalam lima perlakuan, dan

satu kontrol.

Page 16: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

D. Pengamatan

Pada penelitian ini pengamatan dilakukan dengan mengamati

mortalitas larva Helicoverpa armigera H.

E. Analisis data

Untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan terhadap

variabel yang diamati, data ditransformasi, kemudian dianalisis dengan

sidik ragam (ANOVA). Apabila berpengaruh, analisis dilanjutkan

dengan uji BNT α 0,05. Data dianalisis dengan menentukan nilai LC50

dan LT50 melalui analisis probit. LC50 digunakan untuk mengetahui

berapa ppm (part permillion) konsentrasi insektisida yang dapat

mengakibatkan kematian sebanyak 50% dari populasi serangga.

Sedangkan LT50 digunakan untuk mengetahui berapa jam waktu yang

dibutuhkan insektisida dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi

serangga.

Page 17: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

DAFTAR PUSTAKA

Arip N, Yofi Kurniawan, Adi Anggoro. 2007. Pestisida Alami Dari Ricine Pada

Buah Jarak. http//www. Kemahasiswaan its. Ac.id files/ pkmi % 202006%

20ITS%20 Arip. Diakses tanggal 27 Juni 2014.

Baco, D dan Tandiabang, J. 1988. Hama Utama Jagung dan Pengendaliaannya.

Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Dadang. 1999. Sumber Insektisida Alami. Bahan Pelatihan Pengembangan Dan

Pemanfaatan Insektisida Alami. Institut Pertanian Bogor.

Desi, A. 2007. Pemanfaatan Biji Bengkuang sebagai Insektisida Alami.

http//www. Pkm.dikti. net/pkmi award 2006/pdf/pkmi 06 068.pdf. Diakses

tanggal 27 Juni 2014.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta.

Kalshoven, L.G.F. 1981. The Pest Of Crops In Indonesia. Resived and Translated

by Van Deraan, P.A. PT Ichtiar Baru Von Hoeve. Jakarta.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Mulyaman, S., Cahyaniati, dan Mustofa, T. 2000. Pengenalan Pestisida Nabati

Tanaman Holtikultura. Direktorat Jenderal Produksi Holtikultura Dan

Aneka Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

Pabbage, M, S., N. Nonci, dan D, Baco. 2001. Keefektifan Trichogrammatoidea

baetrae fumata. Dalam Pengendalian Penggerek Tongkol Jagung

Helicoverpa armigera di lapangan. Laporan Hasil Penelitian Hama Dan

Penyakit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian

Tanaman Jagung dan Serealia lainnya. Maros.

Panda, N dan K.S., Gurdev. 1995. Host Plant Resistense to Insects. CABI dan

IRRI. Phillipines.

Page 18: Contoh Proposal Penelitian (Metode Ilmiah)

Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sudjijo, 2008. Budidaya Sirsak. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Sumatera Barat.

Syahputra, E. 2001. Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani: Dulu Kini Dan

Kelak, http// tumouto. Net/3 semi. 12 edy saputra.html. Diaskes tanggal 27

Juni 2014.

Wiseman, BR. N.W. Wulstrom, and W.W. Mc. Millian. 1984. Increased seasonal

losses in field corn to corn earworm. J. Ca. Entomol Soc, 19, 41-43.