metode penilitan, proposal fix

Upload: nabil-lamperouge

Post on 15-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proprosal Tugas Akhir

TRANSCRIPT

2

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSungai adalah saluran alamiah di permukaan bumi yang menampung dan menyalurkan air hujan dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya bermuara di danau atau di laut. Di dalam aliran air terangkut juga material-material sedimen yang berasal dari proses erosi yang terbawa oleh aliran air dan dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan akibat sedimentasi dimana aliran air tersebut akan bermuara yaitu di danau atau di laut. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat atau terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi. Proses sedimentasi berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan yang meng-hasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen.Daerah muara sungai merupakan daerah yang sangat produktif, karena penambahan bahan-bahan organik yang berasal dari darat melalui aliran sungai dan perairan sekitarnya, secara terus menerus. Percampuran kedua masa air yang terjadi di muara sungai dapat menyebabkan perubahan kondisi fisik oseanografi di lokasi tersebut.Daerah muara Sungai Palu merupakan daerah yang mengalami proses sedimentasi tinggi akibat bermuaranya berbagai sungai yang membawa sedimen. Jika dilihat dari batimetri, perairan Sungai Palu memiliki kedalaman yang bervariasi. Morfologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan sebaran yang dikontrol oleh aktifitas aliran arus sungai. Konfigurasi dasar laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pergerakan sedimen.Penelitian terhadap aliran sungai dan pola pengendapan sedimen pada muara Sungai Palu diharapkan mampu mengetahui pola penyebaran sedimen serta kaitannya dengan aliran sungai, karena sedimentasi yang terjadi pada suatu muara sungai akan mengakibatkan menurunnya kecepatan aliran sungai tersebut. Dengan demikian hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi pendangkalan muara Sungai Palu.1.2. Rumusan PermasalahanBesarnya jumlah sedimentasi dan kecepatan arus sungai yang terjadi mengakibatkan timbulnya pendangkalan di muara Sungai Palu. Permasalahan yang terjadi adalah banyaknya endapan sedimen di muara sungai sehingga tampang alirannya kecil dan dapat mengganggu aliran debit sungai ke laut. Ketidaklancaran

aliran tersebut dapat menyebabkan banjir di daerah hulu sungai.Hal utama yang perlu diteliti ialah seberapa besar debit sedimen yang terjadi di muara Sungai Palu. Bagaimana pengaruh besarnya debit sedimen tersebut terhadap aliran sungai dengan mempelajari pola sebaran sedimen yang terjadi.1.3. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh besarnya debit sedimentasi yang terjadi serta kaitannya dengan kecepatan arus sungai. 2. Menganalisis pola distribusi sedimen yang terjadi pada muara sungai.3. Untuk mengetahui pendangkalan yang akan terjadi akibat pengaruh sedimentasi dan penurunan arus aliran sungai yang terjadi. Sehingga diharapkan dapat menanggulangi banjir akibat pendangkalan sungai sebagai dampak dari sedimentasi dan kecepatan aliran yang menurun.1.4. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan menganalisis debit sedimen dasar (bed load) di muara Sungai Palu. Data arus pengamatan yang diperoleh dari pengukuran current meter merupakan arus total. Arus total merupakan penjumlahan dari arus pasut dan arus non pasut Untuk memisahkan arus pasut dan arus non pasut maka dilakukan pemisahan komponen kecepatan untuk mendapatkan komponen Timur-Barat (u) dan komponen Utara-Selatan (v). Selanjutnya dilakukan analisis harmonik untuk masing-masing komponen kecepatan arus.1.5. Metode Pengumpulan DataMateri data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.Data primer terdiri dari :

1. Pengamatan langsung atau percobaan di laboratorium2. Menghitung hasil percobaan

3. Konsultasi langsung dengan pembimbingData sekunder terdiri dari :

1. Buku buku dan literature yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.1.6. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut :1. Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan kajian literatur yang menjelaskan mengenai teori, temuan, dan penelitian terdahulu yang menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian ini.3. Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari lokasi dan objek penelitian, teknik pengumpulan data serta diagram alir penelitian, teknik pengambilan sampel dan teknik analisis data, Pembahasan mengenai alat dan material yang digunakan dalam pekerjaan, teknik pelaksanaan pekerjaan, dan kendalakendala yang dihadapi di lapangan.4. Bab IV Rencana Penelitian

Bab ini berisikan informasi tentang penjabaran analisa data dan penjabaran hasil dari analisa yang telah dilakukan. 5. Bab V Rencana biaya

Pada bab ini berisi estimasi biaya yang merupakan perkiraan anggaran biaya yang akan dikeluarkan dalam pelaksanaan perencanaan atau studi lapangan termasuk biaya penulisan proposal.

6. Bab VI Rencana Daftar Pustaka

Pada bab ini berisi daftar dari buku buku dan jurnal yang akan digunakan sebagai referensi selama mengerjakan tugas akhir.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Muara SungaiMuara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut. Permasalahan di muara sungai dapat ditinjau di bagian mulut sungai (river mouth) dan estuari. Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara sungai yang langsung bertemu dengan laut. Sedangkan estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran/aliran debit sungai,

terutama pada waktu banjir, ke laut. Selain itu muara sungai juga harus melewatkan debit yang ditimbulkan oleh pasang surut, yang bisa lebih besar dari debit sungai. sehingga muara sungai harus cukup lebar dan dalam.

Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang tergantung pada faktor dominan yang mempengaruhinya. Ketiga faktor dominan tersebut adalah gelombang, debit sungai dan pasang surut (Nur Yuwono, 1994).1. GelombangGelombang besar yang terjadi pada pantai berpasir dapat menimbulkan angkutan sedimen, baik dalam arah tegak lurus dan sejajar pantai. Angkutan sedimen tersebut dapat bergerak masuk ke muara sungai dan karena di daerah tersebut kondisi gelombang sudah tenang maka sedimen akan mengendap. Semakin besar gelombang semakin besar angkutan sedimen dan semakin banyak sedimen yang mengendap di muara.

2. Debit SungaiHal ini terjadi pada sungai dengan debit sepanjang tahun cukup besar yang bermuara di laut dengan gelombang relatif kecil. Pada waktu air surut sedimen akan terdorong ke muara dan menyebar di laut. Selama periode sekitar titik balik di mana kecepatan aliran kecil, sebagian suspensi mengendap. Pada saat dimana air mulai pasang, kecepatan aliran bertambah besar dan sebagian suspensi dari laut masuk kembali ke sungai bertemu dengan sedimen yang berasal dari hulu. Selama periode dari titik balik ke air pasang maupun air surut kecepatan aliran bertambah sampai mencapai maksimum dan kemudian berkurang lagi. Dengan demikian dalam satu siklus pasang surut jumlah sedimen yang mengendap lebih banyak daripada yang tererosi, sehingga terjadi pengendapan di depan mulut sungai.3. Pasang SurutApabila tinggi pasang surut cukup besar, volume air pasang yang masuk ke sungai sangat besar. Air tersebut akan berakumulasi dengan air dari hulu sungai. Pada waktu air surut, volume air yang sangat besar tersebut mengalir keluar dalam periode waktu tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut. Dengan demikian kecepatan arus selama air surut tersebut besar, yang cukup potensial untuk membentuk muara sungai. Muara sungai tipe ini berbentuk corong atau lonceng.2.2. Pengaruh Gelombang dan AnginAngin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energi ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga permukaan air yang tadinya tenang akan terganggu dan timbul riak gelombang kecil

di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi

semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk. Datadata kecepatan angin yang digunakan untuk pembangkitan gelombang adalah data yang dicatat di darat yang diukur pada ketinggian tertentu di atas permukaan laut. Hal ini mengakibatkan data tersebut harus melewai tahap koreksi, antara lain :1. Koreksi elevasi2. Koreksi stabilitas

3. Koreksi lokasi

4. Koreksi durasi

5. Factor tegangan angin

2.3. SedimenSedimen adalah pecahan pecahan material umumnya terdiri atas uraian batu-batuan secara fisis dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran dari yang besar (boulder) sampai yang sangat halus (koloid), dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai persegi. Pada umumnya partikel yang bergerak dengan cara bergulung, meluncur dan meloncat disebut angkutan muatan dasar (bed-load transport), sedangkan partikel yang melayang disebut angkutan muatan layang (suspended load transport). Material sedimen adalah kuarsa, begitu partikel sedimen terlepas mereka akan terangkut oleh gaya grafitasi, angin dan atau air. Angkutan sedimen di sungai yang bergerak oleh aliran air, sangat erat berhubungan dengan erosi tanah permukaan karena hujan. Air yang meresap ke tanah dapat mengakibatkan longsoran tanah yang kemudian masuk ke sungai mempunyai andil yang sangat besar pada jumlah angkutan sedimen di sungai. Karena muatan dasar senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik (agradasi) tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut alterasi dasar sungai (river bed alteration). muatan melayang tidak berpengaruh pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar waduk atau muara sungai, yang menimbulkan pendangkalan pendangkalan muara sungai tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah.2.4. Keseimbangan Budget SedimenBudget sedimen adalah keseimbangan volume transpor sedimen dalam suatu penggal pantai berdasarkan jumlah transpor sedimen, erosi dan deposisi. Prinsip keseimbangan dalam budget sedimen sempurna akan memberikan hasil nilai sedimen yang masuk memiliki harga yang sama besar dengan nilai sedimen yang keluar. Apabila nilai sedimen yang masuk lebih besar dari nilai sedimen yang keluar maka akan memberi nilai selisih yang berarti terjadi pengendapan dan sebaliknya.2.5. Perkiraan Muatan Sedimen Dasar dengan Rumus EmpirisBerbagai persamaan untuk memper-kirakan muatan sedimen dasar telah banyak dikembangkan, walaupun demikian penerapannya untuk penyelidikan di lapangan masih perlu pengkajian lebih lanjut. Tetapi ada beberapa persamaan yang umumnya digunakan untuk memperkirakan muatan sedimen dasar. (Soewarno, 1991).1. Persamaan Meyer PeterPersamaan muatan sedimen dasar dari meyer-peter dapat ditulis sebagai berikut (Soewarno, 1991) :

(Pers. 1)Keterangan:

q = debit aliran per unit lebar (3/det)

qb = debit muatan sedimen dasar (kg/det/m)

= berat jenis (spesific gravity) dari air

= berat jenis partikel muatan sedimen dasar

D = diameter butir (mm)

S = kemiringan garis energi/kemiringan dasar saluran (m/m)

Persamaan 1 digunakan untuk ukuran butir yang seragam. Dikembangkan di laboratorium dengan luas penampang 2 2, panjang 50 m, debit bervariasi sampai dengan 5 3/det dan debit sedimen dasar sampai 4,3 kg/det/m. Persamaan diatas dapat juga ditulis sebagai berikut :

(Pers. 2)Keterangan:

= kerapatan (density) air (kg/m3)

= kerapatan partikel sedimen (kg/m3)

50 = ukuran median butir (m)

g

= percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

R

= jari-jari hidrolis

n

= koefisien kekasaran untuk dasar rata

n

= koefisien kekasaran actualIntensitas aliran dihitung dengan rumus :

(Pers. 3)Intensitas angkutan muatan sedimen dasar:

(Pers. 4)

Laju muatan sedimen dasar per satuan lebar :

(Pers. 5)

dengan :

Maka debit muatan sedimen dasar untuk seluruh lebar dasar aliran :

(Pers. 6)Keterangan:

Qb = debit muatan sedimen dasar (kg/det)

W

= lebar dasar (m)

2. Persamaan EinsteinPersamaan muatan sedimen dasar dengan pendekatan dari Einstein berdasarkan fungsi daripada :

(Pers. 7)Keterangan:

= intensitas muatan sedimen dasar

f () = intensitas alirandimana:

(Pers. 8)

Radalah jari-jari hidrolis yang menampung muatan sedimen dasar

(Pers. 9)Laju muatan sedimen dasar per satuan lebar :

(Pers. 10)

Laju muatan sedimen seluruh lebar dasar sungai adalah:

(Pers. 11)

Sumber : (Soewarno, 1991)

Gambar 1 : Hubungan antara dan secara grafis

3. Persamaan Van RijnMenurut Van Rijn angkutan sedimen dasar dapat dianalisa cukup akurat dengan dua parameter yang tak berdimensi (dimensionless parameters) yang dikemukakan oleh Ackers White dan Yallin (Van Rjin, 1984) yaitu:a. Parameter partikel

(Pers. 12)

Dimana:

= parameter partikel

50= ukuran partikel (m)

g

= percepatan gravitasi (9,81 m/det2)

= spesific density

v

= koefisien kekentalan kinematik (1.10-6 m2/det)

b. Stage parameter

(Pers. 13)

Dimana:

u = kecepatan geser dasar dengan butiran partikel (m/det)

u = g1/2 C' .u

= kecepatan geser dasar kritis menurut Shield (m/det)

T

= Stage parameter

C

= koefisien Chezy

= kecepatan aliran rata-rata (m/det) Kecepatan geser dasar kritis ( ) dapat dihitung dengan diagram yang diberikan oleh Shield :

Sumber : (Van Rjin, 1984)

Gambar 2 : Diagram perhitungan kecepatan geser dasar kritisUntuk C dihitung dengan persamaan :

(Pers. 14)Dimana:

Rb = jari-jari hidrolik (m)

D90= ukuran partikel sedimen (m)

Angkutan sedimen dasar (bed load) per satuan lebar sungai dapat dihitung dengan persamaan:

(Pers. 15)Debit angkutan sedimen dasar untuk seluruh lebar dasar saluran :

Qs = qb . B

(Pers. 16)Keterangan:

Qb = Angkutan sedimen dasar pada satu satuan lebar sungai (m2/det)

B = lebar sungai (m)2.6. Debit DominanSalah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran. Selama aliran rendah angkutan sedimen bisa jadi sedikit, sedangkan pada saat aliran tinggi sungai bisa mengangkut muatan sedimen yang tinggi dengan ukuran sedimen dalam range yang lebih luas. Namun dalam kenyataannya, aliran sungai mengalirkan debit yang sangat bervariasi dengan membawa muatan sedimen. Pada beberapa sungai perbandingan (ratio) debit maksimum dan debit minimum dapat mencapai nilai 1000 atau lebih (Garde, 1977). Variasi yang beragam pada aliran sungai membawa kesulitan dalam memilih suatu debit yang mewakili dalam mempelajari karakteristik aliran sungai.

Masing-masing peneliti mengusulkan cara yang berbeda-beda dalam memilih sebuah debit yang mewakili (Garde, 1977), yaitu sebagai berikut :

1. Inglish memperkenalkan konsep debit dominan. Menurutnya terdapat suatu kemiringan dan debit dominan pada saluran yang terjadi (berulang) setiap tahun. Pada debit ini, dicapai kondisi paling mendekati equilibrium (kesetim-bangan), dengan sangat sedikit kecenderungan untuk berubah. Kondisi ini dapat dianggap berkaitan dengan pengaruh penggabungan dari berbagai variasi kondisi yang terjadi dalam suatu periode waktu yang panjang. Dengan kata lain debit dominan adalah hipotetik debit tetap (steady) yang akan memberikan hasil yang sama (untuk ukuran saluran rerata) yang sesungguhnya pada berbagai debit.2. Blench mengatakan sebagai debit dominan apabila kejadiannya > 50%.

3. USBR mendefinisikan debit dominan sebagai debit yang terbanyak membawa muatan sedimen dengan material lebih kasar dari 0,0625 mm, serta hubungannya dengan waktu. Debit yang ditemukan ini sedikit lebih besar dari debit rerata.

2.7. Stabilitas Muara SungaiFaktor penting yang menentukan pembentukkan mulut sungai adalah prisma pasang surut dan transpor sedimen sepanjang pantai total, yang dinyatakan dalam bentuk W/Mtot. Mtot tersebut adalah jumlah transpor sedimen netto dari berbagai arah gelombang datang di pantai yang ditinjau (m3/tahun) sedangkan W adalah prisma pasang surut.Tabel 1. Nilai Stabilitas Inlet Per BruunW/MtotStabilitas

W/Mtot > 150Kondisi muara baik, terdapat sedikit gundukkan pasir dan penggelontoran baik.

100 < W/Mtot < 150Kondisi muara menjadi kurang baik, formasi gundukan pasir terlihat di mulut muara.

50 < W/Mtot < 100Gundukan pasir membesar, tetapi alur muara masih dapat menerobos gundukan pasir.

20 < W/Mtot < 50Mulut muara sudah dipenuhi oleh gundukan pasir, pada waktu badai gelombang pecah di atas gundukan pasir, tetapi muara masih berfungsi karena adanya aliran air tawar dari sungai.

W/Mtot < 20Mulut muara sudah tidak stabil sama sekali.

Sumber : Jatmoko, 1999:102.8. Luas Penampang Muara Sungai1. Rumus OBrienPendekatan untuk menentukan ukuran penampang muara telah diusulkan

oleh OBrien (1969) yaitu dengan membuat rumus hubungan antara prisma pasang surut (P) yang lewat muara tersebut dengan ukuran penampang muara. Arus yang terjadi karena perbedaan tinggi muka air t akan membentuk alur secara alamiah yang luasnya tergantung pada prisma pasang surut di lokasi tersebut. A = 1,58. 10-4. P0,95

(Pers. 17)Dengan :

A = Luas penampang aliran minimum yang diukur di bawah MSL (m2).

P = Prisma pasang surut (m3)Perlu dijelaskan disini bahwa pendekatan tersebut didasarkan pada pengukuran data inlet dan bukan pada muara sungai. Sehingga aplikasinya pada muara sungai masih perlu diteliti lebih lanjut.

2. Rumus JepangPendekatan lain dalam penentuan ukuran lebar dan dalam alur pelayaran adalah dengan menggunakan cara Jepang yang menggunakan dua rumus sebagai berikut:b 0,67.b1

(Pers. 18)

(Pers. 19)Dengan :

b1

= Lebar bagian hulu (m).

b2

= Lebar alur pelayaran (m).

d1

= Kedalaman rerata sungai di bagian hulu (m).

d2

= Kedalaman rerata di aur pelayaran (m).

2.9. Strategi Pengelolaan Muara SungaiAdapun strategi pengelolaan muara sungai untuk menanggulangi masalah tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan seperti jenis pemanfaatan muara sungai, operasi dan pemeliharaan, dampak lingkungan dan sebagainya. Dua pilihan dasar yang perlu ditinjau adalah (Triatmodjo,1999:293):1. Muara sungai selalu terbuka

Supaya mulut sungai selalu terbuka diperlukan dua buah jeti panjang untuk menghindari sedimentasi di dalam alur muara dan pembentukan sand bar. Untuk menanggulangi erosi yang terjadi di hilir jeti, diperlukan bangunan pengendali erosi yang dapat berupa revetmen, groin, pemecah gelombang atau kombinasi dari ketiganya.2. Muara sungai boleh tertutup

Ada dua pilihan yaitu mulut sungai tidak boleh berbelok atau boleh berpindah. Pembelokan muara sungai dapat menyebabkan sungai semakin panjang dan dapat mengurangi kemampuannya untuk melewatkan debit. Untuk menahan pembelokan

muara sungai perlu dibuat jeti sedang, jeti pendek, bangunan di tebing mulut sungai, atau pengerukan rutin endapan.BAB III

METODELOGI PENELITIAN3.1. Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahapan awal dari serangkaian penelitian yang akan dijadikan sebagai dasar dalam pengkajian suatu masalah atau pokok bahasan, serta sebagai data pendukung sekunder dan sebagai reverensi atau acuan ke tahap penelitian selanjutnya. Studi kepustakaan atau studi literatur dilakukan dengan mengkaji dan mempelajari buku-buku, jurnal ilmiah, skripsi terdahulu, dan studi literatur lainnya yang berkenaan dengan pokok bahasan yang akan dikaji. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan teori - teori yang dapat dijadikan acuan atau petunjuk dalam melakukan pengujian dan pembahasan.3.2. Metodologi Penelitian

Analisis data secara umum dibagi atas beberapa bagian berdasarkan jenis data yang digunakan dalam perhitungan dan kajian data. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran selama pengambilan sampel. 3.2.1. Data Arus Sungai dan Sedimen

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran selama pengambilan sampel. Data primer tersebut meliputi1. Data arusTeknik pengukuran arus dapat dilakukan dengan pendekatan Lagrangian atau Eulerian (Emery and Thomson, 1998). Pendekatan Lagrangian dilakukan dengan pengamatan gerakan massa air permukaan dalam rentang waktu tertentu menggunakan pelampung sedangkan pendekatan Eulerian dilakukan dengan pengamatan arus pada suatu posisi tertentu di suatu kolom air sehingga data yang didapat adalah data arus dalam suatu titik tertentu dalam fungsi waktu. Penelitian ini menggunakan teknik pengukuran arus pendekatan lagrangian yaitu dengan menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) tipe mobile Frekuensi 600 Hz. Cara kerja alat ini adalah melalui gelombang akustik yang dipancarkan melalui transduser dan merambat di sepanjang kolom air. Pada suatu lapisan air yang diukur kecepatanarusnya, gelombang dipantulkan kembali menuju transduser oleh partikel sedimen dan plankton (yang bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan gerak air. Karena adanya gerak relatif pemantul gelombang terhadap alat ukur akustik, maka gelombang yang diterima akan mengalami efek Doppler atau berubah frekuensinya. Perubahan frekuensi ini sebanding dengan perbedaan kecepatan antara alat ukur arus akustik dengan lapisan arus yang diukur (Poerbondono dan Djunasjah, 2005).2. Data sedimenPengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan dua alat, yaitu sedimen grab untuk mengambil contoh sampel sedimen di muara, sedangkan untuk pengambilan contoh sampel sedimen di sekitar perairan muara sungai Palu diambil dengan menggunakan gravity core grab. Pengambilan contoh sedimen yang tersuspensi digunakan Botol nansen (water sampler)3.2.2. Pengolahan data arus sungaiPengambilan data arus dilakukan dengan teknik pengukuran Lagragian. Dalam proses perekaman data arus didapat juga koordinat titik pengukuran. Data yang didapat dikelompokkan untuk tiap waktu pengukuran 30 menit. Data kecepatan arus dalam cm/s diubah ke satuan m/s. Data kecepatan arus yang dikelompokkan dan diubah ke satuan m/s tersebut digunakan untuk verifikasi dengan kecepatan arus hasil model.1. Model Hidrodinamika

Pergerakan massa air (hidrodinamika) di suatu perairan dapat dipelajari dengan menggunakan hukum kekekalan massa (kontinuitas) dan kekekalan momentum yang menggunakan fleksibel mesh dan telah banyak diaplikasikan dalam bidang oseanografi daerah coastal dan estuari.Hukum kontinuitas :

(Pers. 20)dengan t menyatakan waktu, u dan v masing-masing menyatakan kecepatan arus dalam arah x dan y yang dirata-ratakan terhadap kedalaman

=

dan

=

adalah elevasi muka air laut

adalah kedalaman total perairan

Verifikasi pola arus dilakukan dengan membandingkan pola arus hasil model dengan pola arus hasil pengukuran lapangan. Dilakukan perhitungan terhadap besar kesalahan yang terjadi dari setiap data menggunakan uji statistik maupun perhitungan. Besar kesalahan yang terjadi dihitung dengan mencari nilai MRE (Mean Relative Error).3.2.3. Pengujian sampel sedimenSampel sedimen yang telah diambil dari lokasi penelitian selanjutnya akan diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan/ analisis di laboratorium ini bertujuan untuk menentukan ukuran butiran sedimen dan berat jenis sedimen. Setelah analisis saringan, maka dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan grafik hubungan antara ukuran saringan dan kumulatif prosentase. Untuk mendapatkan ukuran butiran D35, D50, dan D90 dapat langsung diplot pada grafik hubungan antara ukuran saringan dan kumulatif prosentase lolos. Dan juga dilakukan pencampuran semua sampel sedimen untuk kemudian dilakukan analisa saringan.3.2.4. Analisa Debit DominanDalam menganalisis debit dominan, data yang akan digunakan adalah data debit harian. Sedangkan untuk Analisis debit sedimen dasar menggunakan debit pengukuran hasil analisis debit sedimen dasar menggunakan metode Meyer-Peter, Einstein dan Van Rjin. Untuk analisis ini data debit yang akan digunakan adalah debit dominan yang telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya. Data ukuran butiran yang digunakan adalah ukuran butiran yang didapatkan dari pencampuran (mix) seluruh sampel yang kemudian dilakukan analisis saringan.3.2.5. Urutan Metode Penelitian

Metodologi alur Penelitian dapat di lihat pada diagram alir penelitian pada gambar III.1 di bawah ini :

BAB VIRENCANA PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat

Lama penyusunan tugas akhir ini diestimasi selama tiga bulan. Lokasi pengambilan sampel sedimen adalah di Muara Sungai Palu, untuk pengujian hidrolika akan dilakukan di Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako. Adapun rencana jadwal penelitian dapat dilihat sebagai berikut :Tabel IV.1. Rencana Jadwal Penelitian

No.Rencana KegiatanJuliAgustusSeptember

1.Studi Literatur12341234

2.Pengumpulan data dan pengambilan sampel1

3.Percobaan dilaboratorium125

4.Analisa data34

5.Pembuatan laporan12345

4.2. Rencana Kerja

Rencana kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan literatur

Pengumpulan literatur ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengetahui semua hal yang berhubungan dengan pendangkalan sungai yang disebabkan oleh arus sungai serta sedimentasi.2. Perurusan Perizinan

Perurusan perizinan kepada instansi - instansi terkait guna mendapatkan data-data sekunder maupun primer dalam penelitian ini.

3. Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan lapangan berupa pengambilan sample sedimen dan data arus dan debit sungai.4. Pengujian LaboratoriumPengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako, diestimasi berlangsung selama 3 minggu. BAB VBAB VIRENCANA DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo, Warsito. 2011. Studi Penyebaran Sedimen Tersuspensi di Muara Sungai Porong Kabupaten Pasuruan. Buletin Oseanografi Marina.

Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga. Mokonio, Olviana. Mananoma, T. Tanudjaja, L. 2013. Analisis Sedimentasi di Muara Sungai Saluwangko Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa. Universitas Sam Ratulangi.

Niam, Moh. Faiqun. 2003. Kebutuhan Debit Pada Proses Fluidisasi Sedimen Nonkohesif Untuk Penanganan Pendangkalan Muara Sungai. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Unissula SemarangSoemarto, C.D. 1993. Hidrologi Teknik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Jilid 1 . Bandung: NovaSTART

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder :

-Peta Das

-Data debit aliran

Data Primer :

-Data morfologi sungai

-Sampel sedimen di dasar sungai

Pengujian sampel berat jenis sedimen di laboratorium dan pengolahan data arus sungai

Analisis laju sedimentasi dan kecepatan arus

Analisa stabilitas dasar muara

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

_1463156054.unknown

_1463156058.unknown

_1463156062.unknown

_1463156066.unknown

_1463156068.unknown

_1463156069.unknown

_1463156070.unknown

_1463156067.unknown

_1463156064.unknown

_1463156065.unknown

_1463156063.unknown

_1463156060.unknown

_1463156061.unknown

_1463156059.unknown

_1463156056.unknown

_1463156057.unknown

_1463156055.unknown

_1463156050.unknown

_1463156052.unknown

_1463156053.unknown

_1463156051.unknown

_1463156048.unknown

_1463156049.unknown

_1463156047.unknown