proposal fix winda

29
2.1 Pengujian Benih Menurut Amrik (2012) pengujian mutu benih merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu proses produksi benih disamping pemeriksaan lapangan, penanganan hasil produksi dan pabelan. Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra, 2003). Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002). Pengujian Mutu Benih Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih yang dimaksud (Kartasapoetra, 2003). Viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan

Upload: akbar-prima-utomo

Post on 23-Jul-2015

259 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Fix Winda

2.1 Pengujian Benih

Menurut Amrik (2012) pengujian mutu benih merupakan salah satu bagian yang

sangat penting dari suatu proses produksi benih disamping pemeriksaan lapangan,

penanganan hasil produksi dan pabelan.

Pengujian benih itu sangat penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani

dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih

yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan

berbagai produk pertanian (Kartasapoetra, 2003). Pengujian benih ditujukan untuk

mengetahui mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut tentunya akan sangat bermanfaat

bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Karena mereka bisa memperoleh

keterangan yang dapat dipercaya tentang mutu atau kualitas dari suatu benih (Sutopo, 2002).

Pengujian Mutu Benih

Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain,

biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih, benih

berkulit keras, terdapatnya biji-bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih

dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu

biji benih yang dimaksud (Kartasapoetra, 2003).

Viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua informasi masing-

masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme

benih dan/atau gejala pertumbuhan. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung,

misalnya dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan

mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode

tumbuh tertentu.

Selain uji viabilitas benih terdapat pula uji kesehatan benih, yaitu untuk mengetahui

kondisi kesehatan dari suatu kelompok benih. Kesehatan benih juga merupakan salah satu

faktor yang menentukan nilai lapangannya. Di samping itu uji kesehatan benih juga

ditunjukkan untuk mengetahui penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji

perkecambahan di laboratorium (Sutopo, 2002).

Page 2: Proposal Fix Winda

2.2 Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan

Pengujian Standar Mutu Benih di Laboratorium:

1.       Penetapan Kadar Air

Kadar air adalah kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya

kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Kadar air yang terkandung di

dalam benih akan sangat mempengaruhi kualitas fisiologis benih. Bahkan untuk kondisi

tertentu dapat berpengaruh juga terhadap kualitas fisik benih. Kandungan kadar air benih

juga menjadi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada kegiatan

pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih serta kemampuan benih

dalam mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan.

Penetapan kadar air benih dapat dilakuakan dengan dua metode langsung dan metode

tidak langsung. Dalam Sutopo (2002), pada prinsipnya metode yang digunakan dalam

menentukan kadar air ada dua macam yaitu:

a.  Metode praktis/langsung

Metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya seringkali kurang akurat karena

rentang nilai hasil pengujian dari beberapa kali ulangan seringkali terlalu besar,

yang termasuk metode ini adalah metode Calcium carbide, Metode Electric

moisture meter, dan lain-lain.

b.  Metode dasar/tidak langsung

Dalam metode ini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang

diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu, dan dinyatakan

sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk dalam metode

dasaradalah metode Oven, metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain. 

2.       Pengujian Daya Kecambah

Tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk menentukan potensi

perkecambahan maksimal suatu lot benih, yang selanjutnya dapat digunakan untuk

membandingkan mutu benih dari lot-lot yang berbeda serta untuk menduga nilai

Page 3: Proposal Fix Winda

pertanaman di lapang. Prosentase daya berkecambah menunjukkan proporsi jumlah

benih yang menghasilkan kecambah normal di kondisi dan dalam periode pengujian

tertentu.

Metode perkecambahan dengan pengujian dilaboratorium untuk menentukan

prosentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan

perkembangan struktur penting dari embrio, yag menunjukkan kemampuan untuk

menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah

yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnorman

(Sutopo, 2002).

3. Kesegaran benih

Uji kesegaran biji dilakukan berdasarkan pada tingkat kesegaran jaringan endosperm.

Biji yang masih segar dinilai masih viabel dan sebaliknya (Siagian, 2010). Pengujian ini

dalam tanaman perkebunan biasanya dilakukan pada biji karet. Pengujian dilakukan

dengan mengupas cangkang biji karet yang kemudian dibelah memanjang (membujur)

menjadi dua belahan yang sama, kemudian dikelompokkan dalam kelas-kelas

berdasarkan tingkat kesegaran endosperm.

 

Biji yang termasuk dalam kelas I dan II dianggap masih viabel, sedangkan kelas III dan

IV dianggap sudah kehilangan viabilitasnya. Jika kesegaran tinngi, maka daya

kecambahnya juga tinggi dan persentase kesegaran biji tidak kurang dari 70%

4.  Analisa Kemurnian

Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang

kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni

Page 4: Proposal Fix Winda

(pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan

kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).

Yang termasuk dalam kategori benih murni adalah meliputi semua varietas dan setiap

species yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau penguji di

laboratorium, dan biji yang masih utuh meskipun berukuran lebih kecil dari ukuran normal,

belum terbentuk sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu benih yang

patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih besar dari

setengah ukuran sebenarnya. Analisis Kemurnian hanya mencari seberapa banyak persentase

benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas dalam suatu contoh benih, sedangkan

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji.

Yang termasuk dalam kategori benih tanaman lain akan mencakup semua benih dari

tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

Yang termasuk dalam kategori biji-bijian herba/gulma adalah merupakan bji dari tanaman

lain yang tidak kehendaki, dan bublet, tuber dari tanaman yang dinyatakan sebagai gulma,

herba menurut undang-undang, peraturan resmi atau pendapat umum.

Kotoran benih terdiri dari semua materi asing dalam sampel termasuk bagian/serpihan

tanaman, tanah, pasir, batu, tubuh jamur serta semua materi dan struktur yang tidak secara

khusus diklasifikasikan sebagai benih murni atau biji lain.

Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana komponen-komponen telah

berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, benih tanaman lain

dan atau varietas lain, biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya

masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram

(Kartasapoetra, 2003)

Dari hasil analisis akan terungkap apakah benih itu memenuhi persyaratan sertifikasi

atau tidak, atau apakah mengandung benih dari spesies tertentu yang mungkin telah

dinyatakan berbahaya atau dilarang di daerah tertentu atau pasar, atau memerlukan

pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas lot benih secara keseluruhan.

Page 5: Proposal Fix Winda

Pengujian Khusus Mutu Benih di Laboratorium

1.     Penentuan berat 1000 butir,

Penentuan berat untuk 100 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah

satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi jenis. Tujuan yang

ingin dicapai dengan pengukuran berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat

setiap kelompok benih per 1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat

1000 butir yang dinyatakan dalam gram. Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan

untuk mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar

dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman.

2. Pengujian viabilitas benih secara biokemis

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala

metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, Selain itu daya kecambah juga merupakan

tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Pengujian viabilitas benih

secara biokemis salah satunya adalah dengan uji tetrazolium. Disebut uji biokemis

karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses kimia yang berlangsung di dalam sel-

sel benih khususnya sel-sel embrio. Adapun kegunaan uji tetrazolium antara lain untuk

mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih

dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam

pengujian daya berkecambah benih.

3. Pengujian vigor benih

Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan

perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada kisaran kondisi lapang yang luas.

Pengujian vigor benih bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang nilai daya tumbuh

(planting value) dalam kondisi lingkungan kisaran luas dan atau potensi penyimpanan

dari lot benih.

4.   Pengujian Kesehatan Benih

Kesehatan benih terutama ditandai oleh ada tidaknya penyakit yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus dan penyakit. Tujuan pengujian

Page 6: Proposal Fix Winda

kesehatan benih adalah untuk menentukan status (keadaan) kesehatan contoh benih dan

kesehatan lot benih darimana benih tersebut berasal.

5.   Pengujian Spesies dan Varietas

Pengujian spesies dan varietas dilaksanakan bergantung pada species, varietas atau

karakter spesifik apakah pada benih, kecambah atau tanaman yang lebih dewasa

dilaboratorium atau yang ditanam di rumah kaca, petak percobaan. Hasil pengujian

dikatakan valid jika species atau varietas disebutkan (dinyatakan) oleh pemohon dan

tersedia standar yang akan dibandingkan. Untuk membandingkan karakter dapat

dilakukan secara morfologi, fisiologi, sitologi atau kimia.

6.   Penetapan Heterogenitas Lot Benih

Kehomogenan mungkin tidak tercapai secara sempurna, tetapi pencampuran yang baik

diharapkan sedapat mungkin benih dalam lot benih tersebut dapat homogen. Terdapat

tiga pengujian dalam menentukan heterogenitas antara lain persentase berat komponen

kemurnian, persentase komponen pengujian perkecambahan dan total benih atau jumlah

dari spesies tunggal dalam penetapan benih lain berdasarkan jumlahnya.

2.3 Pengujian Tanaman Hortikultura dan Pangan

Pelaksanaan pengujian mutu benih meliputi beberapa tahapan, yang pertama dilakukan

adalah pengambilan contoh benih, kemudian pengujian kemurnian benih dan kadar air.

Setelah itu barulah dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih ataupun uji

kesehatan benih terhadap contoh tersebut (Kartasapoetra, 2003).

1. Pengambilan Contoh Benih

Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah

menyediakan suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Suatu contoh benih yang diuji harus

dapat mewakili keseluruhan kelompok benih yang lebih besar jumlahnya. Ada empat

macam contoh benih yang dinyatakan dalam peraturan ISTA, yaitu :

Page 7: Proposal Fix Winda

a. Contoh primer (primary sampel) adalah benih yang diambil dalam jumlah besar

dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk.

b. Contoh campuran (composite sample) adalah semua contoh primer yang dijadikan

satu dan dicampur dalam satu tempat (kantong, kotak, tray, dan lain-lain). Biasanya

contoh campuran jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi.

c. Contoh yang dikirim ke laboratorium (submitted sample) adalah contoh campuran

yang telah dikurangi sampai jumlah berat tertentu yang telah ditetapkan dan kemudian

dikirim ke laboratorium penguji benih.

d. Contoh uji (working sample) adalah contoh benih yang diambil dari “submitted

sample” dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium(Sutopo, 2002).

Dari sampel-sampel benih tersebut hanya jumlah yang diperlukan dalam analisis, sisa

dari sample kemudian disimpan dalam rak-rak khusus sebagai persediaan sekiranya

tes perlu diulang. Dalam pengujian benih penguji harus memperhatikan dan menjaga

bahwa benih-benih yang diuji itu tetap asli atau utuh (Kartasapoetra, 2003).

2. Pengujian Kemurnian Benih

Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang

kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari

benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba

(weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).

a. Benih murni

Meliputi semua varietas dan setiap species yang diakui sebagaimana yang

dinyatakan oleh pengirim atau panguji di laboratorium.

b. Benih tanaman lain/varietas lain

Komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut

tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

b. Biji-bijian herba/gulma

Merupakan bji dari tanaman lain yang tidak kehendaki, dan bublet, tuber dari

tanaman yang dinyatakan sebagai gulma, herba menurut undang-undang,

peraturan resmi atau pendapat umum.

Page 8: Proposal Fix Winda

d. Bahan lain atau kotoran

Merupakan bagian-bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak

berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti

misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam, serta bentuk-bentuk lain yang

menyerupai benih dan gulma.

Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana komponen-komponen

telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, benih

tanaman lain dan atau varietas lain, biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau

kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan

contoh kerja dalam satuan gram (Kartasapoetra, 2003).

3. Pengujian Kadar Air

Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi

masa hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera

dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segerea dipanen. Kadar

air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar

air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang

dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat

terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang

perkembangan cendawan pathogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat

bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Justice

dan Bass, 2002). Menurut Sutopo (2002), pada prinsipnya metode yang digunakan dalam

menentukan kadar air ada dua macam yaitu :

a. Metode praktis; metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti

sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu, yang termasuk metode ini

adalah metode Calcium carbide, metode Electric moisture meter, dan lain-lain

b. Metode dasar; di sini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat

yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu, dan

dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula, yang termasuk dalam metode

dasar adalah: metode Oven, metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain

Page 9: Proposal Fix Winda

4. Uji Daya Kecambah (Viabilitas)

Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau

membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak

pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai

benih akan kemampuan benih yumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar

dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Kuswanto, 1996).

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan

persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan

perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan

untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan

kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinlai sebagai kecambah yang

abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu

dinilai sebagai mati (Sutopo, 2002).

Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu dicari metode standar agar penilaian

terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa

metode pengujian yang dapat dipakai untuk menguji viabilitas, yaitu :

a. UDK (Uji di Atas Kertas)

Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi.

Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi

perkecambahannya.

b. UAK (Uji Antar Kertas)

Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini

digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

c. UKDD (Uji Kertas Digulung Didirikan)

Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung

dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk

perkecambahannya.

Page 10: Proposal Fix Winda

d. UKD dpd (Uji Kertas Digulung diberi plastik didirikan)

Metode ini merupakan modifikasi dari metode UKDD, dilakukan dengan tujuan untuk

memperkuat kertas substrat agar tidak tembus oleh akar yang dapat mengakibatkan kertas

substrat menjadi rusak sehingga pengamatan dapat jadi sulit untuk dilakukan.

e. Uji TZT (Tetra Zolim Test)

Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5

Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat

viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses

biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji

cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa

perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk

dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk

pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang

indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida

yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila

indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim

dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil

formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi

reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola

warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa

benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang

segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup

atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji

tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih

ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan dengan

cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan

larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip dari metode

ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium.

sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat

akan berwarna putih.

Page 11: Proposal Fix Winda

f. Uji dengan Memakai Sinar X

Dengan sinar X kita bisa melihat kondisi embrio dalam benih, apakah embrionya cacat

atau tidak, tapi metode ini juga tidak dapat mendeteksi apakah benih dapat berkecambah atau

tidak.

g. Uji Pasir

Untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada

metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena

pasir memiliki WHC yang rendah (Kuswanto, 1996).

5. Uji Kekuatan Kecambah (Vigor)

Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berapa benih yang berkecambah,

kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang

memadai. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah

vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor

yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama (Kartasapoetra, 2003).

Uji kevigoran benih bertujuan untuk melihat kemampuan benih untuk tumbuh di lahan.

Pengujian ini amat penting karena pada pengujian viabilitas di laboratorium kondisi

lingkungannya telah dibuat seoptimal mungkin sehingga peluang bagi benih untuk

berkecambah menjadi lebih besar. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan

bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh

karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah

sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan

tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh

beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan

mikrobia. (Sutopo, 2002). Menurut Kuswanto (1996), metode pengujian vigor benih dapat

dibagi menjadi 2 jenis pengujian, yaitu :

a. Pengujian Langsung (Direct Method)

Pada pengujian ini benih dikecambahkan dalam kondisi yang menyerupai

keadaan di lapangan. Kelemahan metode ini terletak pada suhu pengujian yang

dibuat standar. Macam-macam metodenya antara lain :

1. Deep Soil Test

Page 12: Proposal Fix Winda

2. Hoppe Method

3. Total Growth of Plants or Seedlings

b. Pengujian Tidak Langsung

Dengan metode pengujian ini mudah dibuat standarisasi tetapi tidak dapat

menggambarkan kevigoran yang nyata seperti yang didapat pada metode langsung.

Macam-macam metodenya antara lain :

1. Physiological Methode

2. Physical Measurements Test

3. Biochemice Method

6. Uji Kesehatan Benih

Benih dikatakan sehat kalau benih tersebut terbebas dari patogen, baik berupa bakteri,

cendawan, virus, maupun nematode. Pada uji kesehatan benih tidak semuanya akan dideteksi.

Uji dilakukan secara selektif, hanya yang diduga penting saja yang perlu diperiksa.

Umumnya pemeriksaan ditekankan pada cendawan patogen, baik cendawan lapangan

maupun cendawan gudang yang xerophytic. Uji kesehatan benih tidak merupakan ramalan,

tetapi memberikan suatu informasi tentang kemungkinan adanya suatu resiko. Maksud dari

uji kesehatan benih adalah untuk :

a. Mengetahui adanya inokulum yang patogenik, sehingga dapat ditentukan kondisi kesehatan

dari kelompok benih, yang dalam hal ini faktor kesehatan juga merupakan salah satu faktor

penentu nilai lapangan dari benih.

b. Mempelajari penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji daya kecambah.

Ada berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi patogen yang terbawa

benih. Pada dasarnya yang telah dikenal yaitu :

a. Pemeriksaan Benih Kering

Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa secara kering, apakah tercampur

dengan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa tanaman, sklerotia, gall, insekta dan lain-

lain. Selain diperhatikan pula adanya gejala atau tanda-tanda penyakit pada benih,

seperti tubuh buah cendawan, miselia, spora dan lain-lain. Dapat juga dideteksi

Page 13: Proposal Fix Winda

adanya bercak-bercak pada benih dan kerusakan mekanis yang dapat

menyebabkan kebusukan pada benih atau kecambah. Untuk melaksanakan

pemeriksaan ini dipergunakan mikroskop stereokopik (perbesaran 10-40 kali).

b. Pemeriksaan Secara Perendaman Benih

Metode ini dapat dipergunakan untuk mendeterminasi cendawan yang melekat

atau tumbuh pada permukaaan benih. Caranya adalah dengan memasukkan

sejumlah benih dalam air kemudian digoyang-goyangkan untuk waktu tertentu.

Air cucian tersebut dapat diperiksa langsung dengan mikroskop stereokopik

(perbesaran 20-40 kali) atau setelah disentrifugal terlebih dahulu.

c. Pemeriksaan Dengan Cara Inkubasi

Pemeriksaan dengan cara inkubasi dapat dilakukan dengan beberapa metode,

yaitu:

1) Metode kertas.

Cara ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum dan kecambah. Dengan cara

ini dapat dilihat macamnya patogen yang menyerang benih. Pengamatan benih

dan kecambah dilakukan setelah diinkubasikan pada medium kertas

2) Metode agar.

Pengujian dengan menggunakan metode agar lebih didasarkan pada

pertumbuhan inokulum. Untuk keperluan media biasa dipergunakan Maltose

Extract Agar (MEA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Metode inkubasi dengan

media batubata, pasir, tanah.

3) Metode “Growing on Test”.

Pengujian ini didasarkan kepada pertumbuhan tanaman setelah melewati

masa kecambahnya dengan memperlihatkan gejala penyakit (Sutopo, 2002).

Page 14: Proposal Fix Winda

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2001. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta. 139 hal.

Adisarwanto dan Y.E. Widyastuti. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering,

Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. 86 hal.

Depkes.2003.Diversifikasipangan.http://www.depkes.go.id/Ind/News/Kliping/2003/

F2003/k 10209000. Diakses 23 mei 2008.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2010. Pedoman Laboratorium

Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Departemen pertanian,

Jakarta. 282 hal.

Hasanah, Maharani, 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih

Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3).

Humandini, Amrik, tanpa tahun. Pengujian Benih Laboratorium.

http://jsc.jogjaprov.go.id/images/pengujian%20mutu%20benh

%20laboratorium.pdf. Akses 1 Oktober 2011

Justice, O.L., dan Louis, N.B. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo

Persada, Jakarta. 446 hal.

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum).

Rineka Cipta, Jakarta. 179 hal.

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta. 140 hal.

_________________. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi,

Yogyakarta. 191 hal.

Mugnisjah, W.Q., dan Asep S. 1995. Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali, Jakarta. 610

hal.

Prabowo,A.Y.,2007.BudidayaJagung.http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-

jagung.html. Diakses 25 Mei 2012.

Page 15: Proposal Fix Winda

Purwono dan Rudi Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. 67

hal.

Rukmana, Rahmat. 2005. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta. 112 hal.

Suprapto, H.S., dan H. A. Rasyid M. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. 59

hal.

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta. 245 hal.

Tanah karo. 2007. Jagung: sejarah, jenis, dan manfaatnya. http://www.tanahkaro.com/html.

Diakses 25 juni 2008.

Siagian, Nurhawaty, 2010. Viabilitas Biji Karet. Disampaikan pada Magang Petugas Balai

Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Balai Penelitian Sungei Putih

Pusat Penelitian Karet.

Wirawan, 1998. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija 1. Buletin Agronomi XII

(1): 12-15. Seleksi Benih Tahan Kering Melalui Uji PEG

Yogyakarta,          Oktober  2011

Ditulis oleh : Ir. Amrik Humandini

Pengawas Benih Madya

Balai Pangawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian

Dinas Pertanian Provinsi DIY Jl. GondosuliNo. 6 Yogyakarta

Oleh:  Yeti Ernaningtyas,S.Si,MP 

Uji Perkecambahan

Suatu pengujian perkecambahan di laboratorium mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati.

Analisis Kemurnian

Page 16: Proposal Fix Winda

Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-bijian herba (weed seed), dan kotoran-kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002).

Yang termasuk dalam kategori benih murni adalah meliputi semua varietas dan setiap species yang diakui sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau penguji di laboratorium, dan biji yang masih utuh meskipun berukuran lebih kecil dari ukuran normal, belum terbentuk sempurna, keriput, terkena penyakit atau telah tumbuh. Selain itu benih yang patah atau rusak masih tergolong sebagai benih murni asalkan berukuran lebih besar dari setengah ukuran sebenarnya. Analisis Kemurnian hanya mencari seberapa banyak persentase benih dalam beberapa kriteria seperti tersebut di atas dalam suatu contoh benih, sedangkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang tidak termasuk dalam materi yang diuji.

Yang termasuk dalam kategori benih tanaman lain akan mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

Yang termasuk dalam kategori biji-bijian herba/gulma adalah merupakan bji dari tanaman lain yang tidak kehendaki, dan bublet, tuber dari tanaman yang dinyatakan sebagai gulma, herba menurut undang-undang, peraturan resmi atau pendapat umum.

Kotoran benih terdiri dari semua materi asing dalam sampel termasuk bagian/serpihan tanaman, tanah, pasir, batu, tubuh jamur serta semua materi dan struktur yang tidak secara khusus diklasifikasikan sebagai benih murni atau biji lain.

Pada pelaksanaan pengujian kemurnian benih dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, benih tanaman lain dan atau varietas lain, biji-bijian herba, serta benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram (Kartasapoetra, 2003)

Dari hasil analisis akan terungkap apakah benih itu memenuhi persyaratan sertifikasi atau tidak, atau apakah mengandung benih dari spesies tertentu yang mungkin telah dinyatakan berbahaya atau dilarang di daerah tertentu atau pasar, atau memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas lot benih secara keseluruhan.

Pengujian Kadar Air

Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya, maka benih yang sudah masak dan cukup kering penting untuk segera dipanen, atau benihnya masih berkadar air tinggi yang juga harus segera dipanen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah juga akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Justice dan Bass, 2002). Selain itu terdapat juga dua faktor eksternal yang cukup penting dan berpengaruh pada panjang pendeknya umur benih, yaitu suhu dan kelembaban relatif lingkungan di mana benih disimpan dan kedua faktor ini saling bergantung. Benih bersifat higroskopis yaitu benih secara otomatis akan menyeimbangkan kadar kelembabannya dengan lingkungan tempat

Page 17: Proposal Fix Winda

penyimpanannya, sehingga jika benih disimpan dalam suatu tempat dengan kondisi kelembaban yang relatif tinggi akan menyerap kandungan air dari lingkungan sekitarnya dan menyebabkan kadar air benih juga menjadi tinggi.

Kualitas benih yang disimpan dengan kadar air yang relatif tinggi akan lebih cepat mengalami penurunan dibanding dengan benih yang berkadar air rendah. Ada sebuah rumusan mengenai hal ini, yaitu untuk setiap penurunan kelembaban sebanyak 1% atau pengurangan suhu sebanyak 5ºC, lama simpan benih akan meningkat dua kali lipat.

Pengujian kadar kelembaban benih di laboratorium pengujian benih akan dapat mengindikasikan apakah perlu dilakukan proses pengeringan benih lebih lanjut sebelum disimpan, atau dapat juga mengindikasikan bahwa kadar kelembaban benih tersebut sudah sesuai dengan pesyaratan.

Menurut Sutopo (2002), pada prinsipnya metode yang digunakan dalam menentukan kadar air ada dua macam yaitu :

a.    Metode praktis; metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya seringkali kurang akurat karena rentang nilai hasil pengujian dari beberapa kali ulangan seringkali terlalu besar, yang termasuk metode ini adalah metode Calcium carbide, metode Electric moisture meter, dan lain-lain.

b.    Metode dasar; dalam hal ini kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula, yang termasuk dalam metode dasar adalah metode Oven, metode Destilasi, Metode Karl Fisher dan lain-lain.

Uji Daya Kecambah (Viabilitas)

Pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum (Kuswanto, 1996).

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati (Sutopo, 2002).

Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu dicari metode standar agar penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa metode pengujian yang dapat dipakai untuk menguji viabilitas, yaitu :

a. Uji di Atas Kertas

Page 18: Proposal Fix Winda

Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.

b. Uji Antar Kertas

Pada metode pengujian ini benih diletakkan di antara kertas substrat. Metode ini digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

c. Uji Kertas Digulung Didirikan

Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

d. Uji Tetrazolium

Uji tetrazolium (indikator cepat viabilitas benih) menggunakan zat indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih dan uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.Metode ini dapat dilakukan dengan cepat. Dalam metode ini benih tidak dikecambahkan tetapi hanya direndam dengan larutan tetra zolium selama satu jam dan kemudian dinilai embrionya. Prinsip dari metode ini adalah terjadi pengecatan bagian embrio, sebagai hasil oksidasi larutan tetrazolium. sehingga bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih.

e. Uji Pada Pasir

Page 19: Proposal Fix Winda

Untuk pengujian viabilitas bisa dipakai pasir sebagai media perkecambahannya. Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah besarnya butiran pasir dan kadar air media, karena pasir memiliki WHC yang rendah (Kuswanto, 1996).