tugas proposal ptk metode penelitian

85
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR Pemilik Judul: REZA WAHYUDI 5215083402 Alumni angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika Oleh: HARYADI 5215097004 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika 2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK

Upload: haryadi-vj

Post on 22-Jun-2015

22.115 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Tugas proposal ptk metode penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas proposal ptk metode penelitian

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA 

PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR”

Pemilik Judul:

REZA WAHYUDI 5215083402

Alumni angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika

Oleh:

HARYADI 5215097004

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika 2009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Page 2: Tugas proposal ptk metode penelitian

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga proposal penelitian ini telah selesai meskipun jauh dari sempurna.

Peneliti berharap proposal penelitian ini, dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya dalam bidang pendidikan.

Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR karena dengan penelitian ini

sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai dalam pemberian

tugas pekerjaan rumah.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti banyak menghadapi kesulitan baik dalam

penyusunan maupun dalam pengumpulan data. Tetapi semua itu dapat peneliti atasi. Oleh

karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu, terutama :

1. Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materil.

2. Bapak Dr. Bambang Dharma Putra, M.Pd sebagai dosen pembimbing dalam

penelitian.

3. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan proposal penelitian ini. Akhir

Page 3: Tugas proposal ptk metode penelitian

kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca

umumnya.

Jakarta, Desember 2011

Penulis

Page 4: Tugas proposal ptk metode penelitian

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Arti pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka perlu

diselenggarakan pendidikan. Dalam pendidikan terdapat tiga jalur pendidikan yaitu,

pendidikan informasi (informal) yang diselenggarakan di lingkungan keluarga,

pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan sekolah, serta pendidikan non

formal yang diselenggarakan di lingkungan masyarakat. Ketiga jalur pendidikan

tersebut saling melengkapi dalam mewujudkan cita-cita nasional melalui pendidikan.

Jalur pendidikan formal terbagi lagi menjadi tiga jenjang, yaitu pendidikan dasar,

pendidikan pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan di

Indonesia, terdapat pembagian satuan pendidikan yaitu pendidikan umum yang lebih

dikenal dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pendidikan kejuruan yang lebih

dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagai lembaga pendidikan

Page 5: Tugas proposal ptk metode penelitian

sekolah menengah kejuruan merupakan lembaga pendidikan yang mempersiapkan

peserta didiknya untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan keahliannya.

Dari uraian di atas nampak jelas tuntutan akan keberadaan pendidikan kejuruan

adalah untuk membentuk dan mengembangkan keahlian dan keterampilan, sehingga

dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu dan efisiensi kerja.

SMK melaksanakan kurikulum seperti yang ditetapkan pemerintah. Dimana

telah disusun program pendidikan dan pelatihan yang terbagi menjadi tiga yaitu :

Normatif, Adaptif dan Produktif. Untuk kategori Normatif di dalamnya mencakup

pelajaran Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, dan Sejarah. Kelompok Adaptif adalah

Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Kimia dan Komputer. Sedangkan kelompok

produktif khususnya jurusan elektronika (audio-video) yaitu gambar teknik, elektronika

dasar, teknik audio, rangkaian listrik, komunikasi data, teknik televisi dan audio, teknik

digital dan lain sebagainya. Ketiga kurikulum yang ditetapkan pemerintah tersebut

saling melengkapi dan menunjang keterampilan siswa terlebih lagi dalam kelompok

kategori Adaptif dan Produktif. Salah satu sekolah yang menggunakan kurikulum

tersebut adalah SMK Negeri 1Bekasi . SMK Negeri 1Bekasi merupakan salah satu

bagian dari pendidikan formal yang memiliki 3 (tiga) program studi. Salah satu

diantaranya yaitu Audio Video. Program studi Audio Video mempunyai beberapa

kompetensi yang seluruhnya dijadikan judul mata diklat. Salah satu dari mata diklat itu

yaitu Teori Dasar Elektronika dengan Standar Kompetensi Menguasai Dasar-dasar

Elektronika. Mata diklat ini diberikan pada kelas X semester I. Salah satu solusi yang

dapat diterapkan untuk mendorong siswa berdiskusi, saling bantu menyelesaikan tugas,

menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan untuk

meningkatkan hasil belajar adalah dengan mengubah cara belajarnya dan menggunakan

Page 6: Tugas proposal ptk metode penelitian

model pembelajaran dengan model cooperative learning yang bertujuan merangsang

keaktifan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat mengalami kemajuan.

Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia di dalamnya.

Perkembangan kualitas sumber daya manusia tidak dapat lepas dari perkembangan dan

kualitas sebuah pendidikan. Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan

kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumberdaya manusia yang

kreatif, inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas. Sehingga

perlunya perbaikan-perbaikan dalam sistem pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan

perkembangan dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses

belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan paling utama

dalam pendidikan di sekolah. Dalam proses ini akan terciptanya tujuan pendidikan secara

umum maupun tujuan khusus seperti perubahan tingkah laku siswa menuju kearah yang lebih

baik. Sehingga siswa memiliki kemampuan dan dapat menghadapi perubahan dan tuntutan

zaman, dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan pokok. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pendahuluan

dilapangan terhadap guru dan beberapa siswa yang dilakukan peneliti pada saat

melaksanakan Program Latihan Profesi di SMK Negeri 1 Seluma di kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan dengan jumlah siswa 40 orang, diperoleh beberapa temuan bahwa

dalam proses pembelajaran pada mata diklat Elaektronika Dasar, yaitu :

1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan metode penyampaian materi

didominasi dengan metode konvensional yaitu ceramah dan mencatat, sehingga siswa hanya

menerima pengetahuan dari guru saja.

Page 7: Tugas proposal ptk metode penelitian

2. Kurangnya interaksi dan aspek keterbukaan antara guru dengan siswa maupun antara siswa

dengan siswa sehingga segala kesulitan siswa dalam proses pembelajaran tidak bisa diketahui

oleh guru.

3. Sumber belajar dominan yang digunakan siswa adalah catatan yang diberikan guru dalam

kegiatan belajar mengajar.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang mengarah pada upaya untuk memberikan

contoh-contoh penerapan materi yang diajarkan pada dunia nyata.

5. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi.

6. Hasil belajar siswa sebagian besar tidak sampai pada kriteria ketuntasan minimal (KKM),

yaitu ≥70.

Tabel 1.1 Nilai UTS Mata Diklat

Elaktronika Dasar Pada Kelas X TKJ Di SMK Negeri 1

Tingkat Penguasaan Kategori

80-100 Lulus amat baik

70-79 Lulus baik

60-69 Lulus cukup

50<59 Belum lulus Lulus rendah

0-50 Tidak lulus

Dari data di atas dapat dilihat bahwa siswa yang lulus dengan baik hanya 6 orang atau 15%,

dan siswa yang lainnya masih belum lulus. Hasil belajar siswa pada mata diklat Menerapkan

Teknik Elektronika Analog dan Digital Dasar dapat disimpulkan bahwa prestasi yang dicapai

masih sangat rendah. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan sesuai dengan tuntutan

kurikulum diperlukan suatu alternatif model pembelajaran dan penggunaan yang mengarah

kepada pembelajaran siswa aktif dengan harapan dapat meningkatkan penguasan konsep dan

Page 8: Tugas proposal ptk metode penelitian

mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa pada mata diklat Elektronika Dasar.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Elektronika Dasar supaya mencapai

hasil yang sesuai dengan KKM adalah dengan mengembangkan model pembelajaran

kontekstual. Kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena pada mata diklat Elektronika

Dasar menuntut siswa untuk berperan aktif. Sedangkan pembelajaran kontekstual adalah

aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya mencatat, dan pengembangan

kemampuan sosialisasi. Terdapat tujuh asas dalam pembelajaran kontekstual sehingga bisa

dibedakan dengan model lainnya, yaitu konstruktivisme, inquiri, questioning (bertanya),

learning community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan), reflection (refleksi),

authentic assessment (penilaian yang sebenarnya).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran

kontekstual ini dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam upaya

meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga penulis mengambil kajian: “Penerapan

Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat

Elaktronika Dasar”. Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas serta

lebih terarahnya penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran

Kontekstual.

2. Mata diklat yang Elaktronika Dasar materi yang diajarkan adalah

3. Hasil belajar pada aspek kognitif yang akan diungkap meliputi prestasi

belajar siswa.

4. Kegiatan yang diteliti adalah aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam

proses kegiatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latarbelakang yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis merumuskan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 9: Tugas proposal ptk metode penelitian

“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat mempengaruhi perubahan

aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Elektronika Dasar?”

Secara khusus permasalahan tersebut akan dikaji dalam penelitian ini dengan rincian sebagai

berikut :

1. Bagaimana kegiatan pembelajaran dengan model Kontekstual dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dari aspek kognitif pada mata diklat Elektronika Dasar?

2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan model Kontekstual pada mata diklat Menerapkan Teknik Elektronika Dasar?

3. Bagaimana peningkatan aktivitas guru dalam proses kegiatan belajar

mengajar terhadap mata Elektronika Dasar pada saat diterapkan proses pembelajaran dengan

menggunakan model Kontekstual ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar mencapai hasil yang optimal. Tujuan

umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa ditinjau dari aspek

kognitif pada mata diklat Elektronika Dasar sehingga diharapkan siswa dapat lulus sesuai

dengan nilai KKM dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada siswa kelas

X Teknik Elektronika SMKN 1 Bekasi tahun ajaran 2010-2011. Sedangkan tujuan khusus

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat perubahan hasil belajar siswa yang dicapai yang ditinjau dari aspek

kognitif setelah diterapkan kegiatan pembelajaran dengan model Kontekstual pada mata

Elektronika Dasar

2. Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas siswa setelah mengikuti

pembelajaran dengan model Kontekstual pada mata diklat Elektronika Dasar

3. Mengidentifikasi seberapa besar peningkatan aktivitas guru terhadap mata diklat

Menerapkan Teknik Elektronika setelah melakukan proses pembelajaran dengan

menggunakan model Kontekstual.

Page 10: Tugas proposal ptk metode penelitian

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikaninformasi untuk

meningkatkan profesionalisme guru dalam upaya menyusun model pembelajaran pada mata

diklat Bahan-Bahan Listrik dengan model pembelajaran kontekstual yang dapat digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran lebih interaktif. Bagi siswa

diharapkan dapat menimbulkan interaksi yang baik diantara siswa sehingga mampu

meningkatkan hasil belajar dan siswa mampu menerapkan konsep yang telah didapatkannya

dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bagi sekolah penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran disekolah.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang akan digunakan

dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan dan pengertian mengenai

beberapa definisi yang digunakan antaralain sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan

suasana dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

menemukan materi yang dihubungkan dengan menerapkan dengan kehidupan siswa.

2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan suatu nilai yang diberikan kepada peserta

didik pada akhir suatu program pengajaran setelah siswa didik melewati

serangkaian tes, yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

diajarkan.

3. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

dengan cara merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif

Page 11: Tugas proposal ptk metode penelitian

dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis membagi

pembahasan menjadi lima bab. Sistematika dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagia

berikut :

BAB I Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan mengenai:

latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat

penelitian, penjelasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, pada bab ini menguraikan mengenai: konsep belajar dan

pembelajaran, penelitian tindakan kelas, pembelajaran kontekstual.

BAB III Metode Penelitian, pada bab ini menguraikan mengenai: metode penelitian, prosedur

penelitian, paradigma penelitian, lokasi dan objek penelitian, instrumen penelitian dan cara

penggunaannya, teknik pengumpulan data, teknik análisis data dan kriteria keberhasilan

penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini menguraikan

mengenai: deskripsi awal pratindakan, refleksi kegiatan awal pembelajaran, penerapan model

pembelajaran kontekstual di kelas dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran, pada bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan yang

diambil dan saran yang diberikan.

Page 12: Tugas proposal ptk metode penelitian

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Salah satu hal utama yang dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan

belajar, dan dengan belajar akan terjadi proses interaksi individu dengan lingkungannya.

Secara formal interaksi tersebut dapat berupa siswa belajar di sekolah, siswa akan

berinteraksi dengan guru, dengan teman-temannya, dengan buku-buku perpustakaan dan

peralatan laboratorium, di rumah mereka berinteraksi dengan catatan-catatan siswa dan

melaksanakan tugas dari guru. Belajar akan berdampak pada perilaku, pandangan, dan pola

pikir seseorang terhadap suatu hal. Menurut Wina Sanajaya (2009:110) menyatakan bahwa

”belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan

munculnya perubahan perilaku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu

dengan lingkungan yang didasari”.

Menurut Oemar Hamalik (2005:28) menyatakan bahwa “Belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan

tingkah laku yang dimaksud meliputi aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, etika dan sikap. Perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari proses belajar disebut hasil belajar bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang

telah ditentukan. Dari beberapa definisi mengenai belajar di atas, penulis menyimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses aktif perubahan tingkah laku dan kecakapan manusia yang

melalui berbagai pengalaman untuk memperoleh pengetahuan sebagai proses kematangan.

Page 13: Tugas proposal ptk metode penelitian

Sehingga dalam pendidikan, belajar merupakan kegiatan pokok yang menentukan berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan Proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan

reaksi atau hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil

belajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif. Itu sebabnya guru harus mengenal

prinsip-prinsip belajar agar para siswa dapat belajar aktif dan berhasil. Prinsip-prinsip belajar

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengalaman Dasar

Pengalaman dasar berfungsi untuk mempermudah siswa dalammemperoleh pengalaman

baru. Siswa merasa sulit memahami suatu generalisasi jika ia belum mempunyai suatu

konsep sebagai pengalaman dasar.

2. Motivasi Belajar

Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sebagainya. Jika memilih motivasi belajar, dorongan motivasi ini berguna tidak hanya untuk

mendorong mereka belajar secara aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan

penggerak dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh dari dalam diri sendiri, yang disebut

dengan motivasi intrinsik, motivasi belajar juga dapat timbut berkat dorongan dari luar

seperti pemberian angka, kerja kelompok, hadiah atau teguran yang disebut dengan mitivasi

ekstrinsik. Kedua motivasi ini berguna bagi siswa untuk belajar secara aktif.

3. Penguatan Belajar

Hasil belajar yang telah diperoleh siswa perlu ditingkatkan agar penguasan yang tuntas. Guru

hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang

telah dipelajari. Berdasarkan uraia di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa penyusunan dan

pelaksanaan program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan beberapa prinsip belajar

secara aktif.

4. Hasil Belajar

Nana Sudjana (dalam Kunandar, 2010:276) menyatakan bahwa “suatu akibat dari proses

belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Untuk melihat hasil belajar

dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa

telah mengetahui suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang

Page 14: Tugas proposal ptk metode penelitian

dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditunjukan untuk menjamin tercapainya

kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan pererta didik sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dilihat dari hasil belajar

yang dicapai oleh siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah

sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor

dari dalam individu yang belajar yaitu siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi

kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain motovasi, perhatian,

pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Pencapaian tujuan belajar harus diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif,

hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan dan

pembentukan sikap. Penulis berpendapat bahwa hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran, proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi kepada guru mengenai kemajuan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan-tujuan

belajar siswa melalui kegiatan pembelajaran.

3. Aktivitas Siswa

Belajar yang baik harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Kita tidak dapat memastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan dari guru

tidak berarti tidak aktif, demikian sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif,

memeliki kadar aktivitas mental yang tinggi pula. Kunandar (2010:277) mengungkapkan

bahwa,”Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian

dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”. Peningkatan aktivitas siswa, diantaranya

meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatkan jumlah siswa yang

bertanya dan menjawab, meningkatkan jumlah siswa yang paling berinteraksi membahas

materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan

mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan

Page 15: Tugas proposal ptk metode penelitian

lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar. Indikator aktivitas siswa yang

diungkapkan oleh kunandar (2010:277), dapat dilihat dari :

1. Mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran.

2. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa.

3. Mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui pembelajaran

kooperatif.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa dalam belajar sangat

dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih

banyak membimbing dan mengarahkan. Tujuan pembelajaran Menerapkan Teknik

Elektronika Analog dan Digital Dasar tidak mungkin tercapai tanpa adanya aktivitas siswa.

Membentuk manusia yang kreatif dan bertanggung jawab, dalam rangka ini penulis berusaha

melatih dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, sebab dengan model

pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung jawab.

B. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif

dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wina Sanjaya, 2010:9). Suharsimi Arikunto (2010:3) “penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Wiriatmaja (dalam

Tukiran Taniredja, 2010:16) mengemukakan bahwa ”penelitian tindakan kelas adalah

bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka,

dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian untuk mengangkat

masalah-masalah yang berada di dalam kelas yang dilakukan oleh para guru yang merupakan

pecermatan kegiatan belajar berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Page 16: Tugas proposal ptk metode penelitian

Semua penelitian bertujuan untuk memecahkan suatu masalah tetapi untuk penelitian

tindakan kelas disamping tujuan tersebut tujuan yang utama dari penelitian tindakan kelas

adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses

belajar mengajar. Menurut Mulyasa (dalam Tukiran Taniredja, 2010:20) secara umum

tujuan penelitian tindakan kelas adalah :

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya kepada

peserta didik sehingga tercipta layanan prima.

3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan

pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan pengkajian secara bertahap

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang

berkesinambungan.

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.

Tujuan penelitian tindakan kelas di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian tindakan

kelas bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya

dilakukan oleh guru, disamping itu dengan penelitian tindakan kelas tertumbuhkannya

budaya meneliti dikalangan guru.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan

yang tumbuh dari peneliti yaitu guru, karena guru adalah ujung tombak pelaksana

lapangan. Dengan penelitian tindakan kelas guru menjadi lebih mandiri yang ditopang

oleh rasa percaya diri, sehingga secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa

yang patut diduganya dapat memberikan manfaat perbaikan. Manfaat lainnya dalam

penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :

a. Menumbuhkan kebiasaan menulis

b. Menumbuhkan budaya meneliti

c. Menggali ide baru

Page 17: Tugas proposal ptk metode penelitian

d. Melatih pemikiran ilmiah

e. Mengembangkan keterapilan

f. Meningkatkan kualitas pembelajaran

4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru

dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan

proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang

berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan

masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian

merencanakan penelitian tindakan kelas dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan

melakukan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam bentuk siklus berulang

yang di dalamnya terdapat empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :

Perencanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

PelaksanaanRefleksi

Refleksi

Siklus 3

Siklus 2

Pengamatan

PelaksanaanSiklus 1

Refleksi

Perencanaan

Page 18: Tugas proposal ptk metode penelitian

Gambar 2.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Sumber : Suharsimi Arikunto (2010:16)

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat diuraikan

sebagi berikut :

1. Perencanaan (planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada

tahapan perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian

khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam

fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci pada tahapan perencanaan terdiri

dari kegiatan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti

masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di

lapangan masalah bersifat umum di kelasnya, masalahnya cukup penting dan

bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalahpun harus dalam

jangkauan kemampuan peneliti.

b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan

melatarbelakangi penetilian tindakan kelas.

c. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat

pertanyaan.

d. Memetapakan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan

hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif

tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan

hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru.

Pengamatan

Hasil Penelitian

Page 19: Tugas proposal ptk metode penelitian

e. Menemtukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-

indikator keberhasilan serta berbagai instrument pengumpul data yang dapat dipakai

untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.

f. Membuat secara rinci rancangan tindakan. 20

2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan

diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatihkan kepada

pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya.

Scenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. Rancangan

tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian

tindakan tersebut menjelaskan sebagai berikut :

a. Langkah demi langkah yang akan dilakukan

b. Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru

c. Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa

d. Rincian mengenai jenis media pembelajaran yang akan digunakan untuk pengumpulan

data atau pengamatan disertai dengan penjelasan rincian bagaimana menggunakannya.

3. Pengamatan atau Observasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan

dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu

yang sama. Pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)

melakukan poengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama

tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dengan melakukan format observasi atau

penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan scenario

tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk

menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup

analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

Page 20: Tugas proposal ptk metode penelitian

terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang

sehingga permasalahan dapat teratasi.

5. Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi 4, yakni (1) PTK diagnostik, (2)

PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK ekspremintal. Untuk lebih jelas, berikut

ditemukan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut :

1) PTK Diagnostik

Yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntut

penelitipeneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peniliti mendiagnosa dan memasuki

situasi yang terdapat didalam luar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti

berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang

terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2) PTK Partisipan

Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK Partisipan ialah apabila orang yang akan

melaksanakan penelitian harus terlihat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai

dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian

peneliti senantiasa terlihat, selanjutnya peneliti mementau, mencatat, dan mengumpulkan

data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK

partisipasi dapat juga dilakukan disekolah, hanya saja disini peneliti dituntut keterlibatannya

secara langsung dan terus- menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3) PTK Empiris

Yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melakukan sesuatu

tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi

berlangsung. Pada prinsip nya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan cacatan dan

pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

4) PTK Eksperimental

Yang dikategorikan PTK Eksperimental ialah PTK diselenggarakan dengan berupaya

menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan

Page 21: Tugas proposal ptk metode penelitian

belajar-mengajar oleh peniliti. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar,

dimungkinkan terdapat lebihdari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai

suatu tujuan instruktusional.

7. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas yang sekaligus dapat membedakannya dengan

penelitian formal adalah sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan kelas merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang

untuk menanggulangi masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa

di kelas itu. Ini berarti, bahwa rancangan penelitian diterapkan sepenuhnya di

kelas itu, termasuk pengumpulan data, analisis, penafsiran, pemaknaan, perolehan

temuan, dan penerapan temuan. Semuanya dilakukan di kelas dan dirasakan oleh

kelas itu.

2. Metode penelitian tindakan kelas diterapkan secara kontekstual, dalam arti

bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu

sendiri. Dengan demikian, temuan hanya berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak

dapat digeneralisasi untuk kelas yang lain. Temuan penelitian tindakan kelas

hendaknya selalu diterapkan segera dan ditelaah kembali efektifitasnya dalam

kaitannya dengan keadaan dan suasana kelas itu.

3. Penelitian tindakan kelas terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas

pembelajaran, dalam arti bahwa hasil atau temuan penelitian penelitian tindakan

kelas itu adalah pada diri guru telah terjadi perubahan, perbaikan, atau

peningkatan sikap dan perbuatannya. Penelitian tindakan kelas akan lebih mudah

berhasil jika adanya kerjasama antara guru-guru di sekolah, sehingga mereka

dapat sharing mengenai permasalahan yang ada, dan apabila penelitian telah

dilakukan, selalu diadakan pembahasan perencanaan tindakan yang dilakukan.

Dengan demikain, penelitian tindakan kelas itu bersifat kolaborasi dan kooperatif.

4. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan mudah diadaptasi. Dengan demikian,

maka cocok digunakan dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas. Hal ini

juga memungkinkan diterapkannya suatu hasil studi dan penelaahan kembali

secara berkesinambungan.

Page 22: Tugas proposal ptk metode penelitian

5. Penelitian tindakan kelas banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung

dari refleksi diri peneliti.

6. Penelitian tindakan kelas sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen

dalam hal percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali

efektifitasnya. Oleh karena itu kaidah-kaidah dasar penelitian ilmiah dapat

dipertahankan terutama dalam pengambilan data, perolehan informasi, upaya

untuk membangun pola tindakan, rekomendasi dan lain-lain, maka penelitian

tindakan kelas tetap merupakan proses ilmiah.

7. Penelitian tindakan kelas bersifat situasional dan spesisifik, yang pada umumnya

dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas, tidak

representatif untuk merumuskan atau generalisasi. Penggunaan metoda statistik

terbatas pada pendekatan deskriptif tanpa inferensi.

C. Model Pembelajaran Kontekstual

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru kesiswa. Strategi pembelajaran lebih

penting dari pada hasil, dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa

mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi dibandingkan

dengan memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja

sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuai dengan asumsi

yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang

diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan

mengkontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses

penyampaian informasi. Guru harus memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala

keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun

pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberikan informasi kepada siswa guru harus

Page 23: Tugas proposal ptk metode penelitian

memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan

mereka. Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar, perbedaan gaya tersebut

dimanakan sebagai unsur modalitas belajar. Tipe gaya belajar siswa dibagi kedalam tiga

bagian yaitu sebagai berikut :

1. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, artinya siswa akan lebih cepat belajar

dengan cara menggunakan indra penglihatannya.

2. Tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya.

3. Tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, berkerja dan menyentuh.

Sehingga dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu

memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar

terhadap gaya belajar siswa.

2. Pengertian Kontekstual

Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks,

suasana dan keadaan”. (KUBI, 2002:519). Sehingga konntekstual dapat diartikan sebagai

suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Kontekstual adalah suatu

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Konteksual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Menurut

Depdiknas (2003:5) “kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan

mereka sehari-hari”. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2010:253) “kontekstual adalah suatu

strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami dalam model pembelajaran

kontekstual, yaitu sebagai berikut :

Page 24: Tugas proposal ptk metode penelitian

1. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi, artinya proses pembelajaran diorentasikan pada proses pengalaman

secara langsung. Proses belajar dalam pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan

agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan

sendiri materi pelajaran.

2. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal

ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan

kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna fungsional, akan tetapi

materi yang dipelajarinyaakan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan

mudah dilupakan.

3. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami

materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa Melalui pembelajaran kontekstual

diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan

nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan

mudah. Dalam pembelajaran kontekstual, guru mengkaitkan konteks dalam kerangka

pembelajarannya guna meningkatkan makna belajar bagi siswa. Selain itu siswa dituntut

untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman disekolah dengan kehidupan nyata,

bukan saja berarti materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang

dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

3. Karakteristik Proses Pembelajaran Kontekstual

Menurut Wina Sandjaya (2010:254), terdapat lima karakteristik penting dalam proses

pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu :

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan

Page 25: Tugas proposal ptk metode penelitian

yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah

pengetahuan yang utuh dan memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh

dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara

keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang

diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan

cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam

kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan.

4. Ciri-ciri Teori Pembelajaran Kontekstual

Adapun ciri-ciri teori pembelajaran secara kontekstual adalah sebagai berikut :

1. Siswa dapat memproses materi pelajaran atau pengetahuan baru dengan cara yang

bermakna dalam rangka meningkatkan hasil belajar.

2. Materi pelajaran disampaikan dalam konteks yang berbagai dan bermakna kepada siswa.

3. Guru mewujudkan berbagaian pembelajaran untuk menghasilkan pembelajaran yang

berkesan.

Persekolaha

n

Pengalaman harian individu

Alam pekerja

Kehidupan masyarakat

Page 26: Tugas proposal ptk metode penelitian

Gambar 2.2 Pengenalan Pembelajaran secara Kontekstual

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi

apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut :

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

6. Asas-Asas Kontekstual

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh

asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Ketujuh asas kontekstual dapat dijelaskan dibawah ini :

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas

oleh Mark Baldawin dikembangkan dan diperdalam oleh Jean Pigget menganggap bahwa

pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan

individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut

konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan

Page 27: Tugas proposal ptk metode penelitian

dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting,

yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintrepretasi

objek tersebut. Kedua faktor tersebut itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu

tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan

mengkonstrusinya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran melalui pendekatan

kontekstual pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya

melalui proses pengamatan dan pengalaman sebab pengetahuan hanya akan fungsional

manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi

pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasari itulah, maka penerapan asas

konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mampu

mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

2. Inkuiri (Menemukan)

Inkuiri merupakan asas kedua dari pembelajaran kontekstual yang artinya, proses

pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara

sistematis (Wina Sandjaya, 2010:263). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil

mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses

perencanaan, guru bukanlah menyiapkan sejumlah materi yang dihafal, akan tetapi

merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang

harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak

terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara

utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Secara umum proses inkuiri

dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1. merumuskan masalah, 2. mengajukan

hipotesis, 3. mengumpulkan data, 4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, 5.

Membuat kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Penerapan asas dalam proses

pembelajaran kontekstual, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas

yang ingin dipecahkan. Dengan demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah.

Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat

mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang

diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi untuk

pengumpulan data. Manakala data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk menguji

hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti yang

Page 28: Tugas proposal ptk metode penelitian

digambarkan diatas, merupakan asas yang penting dalam pembelajaran kontekstual. Melalui

proses berpikir yang sistematis seperti diatas, diharapkan siswa memilki sikap ilmiah,

rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas.

3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya

dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab

pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses

pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi

memancing siswa untuk menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab

melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk

menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Menurut Wina Sandjaya (2010:264) dalam

suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk :

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

d. Memfokuskan siswa terhadap sesuatu yang diinginkan.

e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran

bertanya hampir selalu digunakan. Olek karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan

teknik-teknik bertanya sangat penting.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam pembelajaran kontekstual

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.

Kerjasama ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara

formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh

dari hasil sharing dengan orang lain, antara teman ataupun kelompok yang sudah memberi

tahu kepada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya

pada orang lain.

Page 29: Tugas proposal ptk metode penelitian

Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat

dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan

kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya

mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat

belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk membantu yang lambat belajar,

yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada orang lain.

5. Pemodelan (Modeling)

Menurut Sandjaya (2010:265) yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah “proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap

siswa”. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat,

atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh

bagaimana cara melempar bola, dan lain sebagainya. Proses pemodelan tidak terbatas dari

guru saja, akan tetapi dapat juga

guru memanfaatkan siswa yang dianggap memilki kemampuan. Misalkan siswa yang pernah

menjadi juara dalam lomba puisi dapat menampilkan keahliannya di depan teman-temannya,

dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Pemodelan, merupakan asas yang

cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui pemodelan siswa dapat

terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya

verbalisme.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dan dilakukan

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur

kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilkinya.

Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah

dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya Dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang

telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga

ia dapat menyimpulkan tentang pengalamannya belajar.

Page 30: Tugas proposal ptk metode penelitian

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan oleh guru pada saat ini,

biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang

digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa

telah telah menguasi materi pelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, keberhasilan

pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan

tetapi juga proses belajar melalui penilaian.

Menurut Wina Sanjaya (2010:266) Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses

yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan oleh siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar

belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memilki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan baik intelektual maupun mental siswa Berdasarkan pendapat yang

dikemukakan diatas, maka penulis menerapkan pada penelitian ini untuk mengetahui

indikator-indikator penguasaan untuk kompetensi mengenal dan mengidentifikasi komponen

elektronika sebagai berikut:

1. Kontruktivisme

Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Sebagai contoh aplikasi dalam

penelitian ini adalah :

• Guru memberikan penjelasan mengenai kapasitor dalam kehidupan nyata beserta

aplikasinya. Contohnya penggunaan kapasitor untuk menyimpan muatan dan

energi, lampu kilat pada kamera memiliki kapasitor yang besar untuk menyimpan

energi tabung lampu, kapasitor mendapat muatan dari baterai selama kurang lebih

30 detik. Ketika diperlukan dalam sekejap semua muatan akan keluar dari tabung

lampu sehingga lampu kilat menyala.

2. Inquiri

Pada tahap ini siswa dituntut untuk belajar dengan menggunakan keterampilan

berfikir kritis dalam proses pembelajaran khususnya pada kompetensi mengenal dan

mengidentifikasi komponen elektronika. Aplikasinya adalah sebagai berikut ini :

Page 31: Tugas proposal ptk metode penelitian

• Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang akan

disampaikan sekarang untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahuinya

sebelum materi tersebut disampaikan.

• Siswa memberikan contoh penggunaan kapasitor dalam kehidupan sehari-hari

yang pernah dilihatnya.

3. Questioning (bertanya)

Pada tahap ini siswa dituntut untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa

dalam penguasaan materi pelajaran; membangkitkan motivasi siwa untuk belajar;

merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; memfokuskan siswa pada sesuatu yang

diinginkan; menyimpulkan sesuatu. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:

• Guru memancing siswa agar dapat menemukan sendiri mengenai kapasitor mika

• Siswa bertanya mengenai fungsi dari kapasitor mika dan aplikasinya.

• Berdasarkan pertanyaan yang diajukan siswa, guru membimbing dan mengarahkan

siswa untuk menemukan materi tentang kapasitor mika.

4. Learning community (masyarakat belajar)

Konsep masyarakat belajar dalam kontekstual diperoleh melalui kerjasama dengan orang

lain, kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai berbentuk kelompok belajar. Contoh

aplikasinya adalah sebagai berikut:

• Guru membagi siswa menjadi 10 Kelompok.

• Siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk membahas materi kapasitor.

• Guru membahas pendapat, informasi, dan masalah dari pengalaman siswa

mengenai kapasitor.

5. Modeling (pemodelan)

Dalam pemodelan siswa dituntut untuk dapat mengingat dan mengaplikasikan

peragaan yang telah dicontohkan guru. Contoh aplikasinya adalah sebagi berikut:

Page 32: Tugas proposal ptk metode penelitian

• Guru memberikan contoh fungsi dari kapasitor mika, yaitu untuk rangkaian

resonasi, filter untuk frekuensi tinggi dan rangkaian yang menggunakan tegangan

tinggi. Misalnya: radio pemancar yang menggunakan tabung transistor.

6. Reflection (pemodelan)

Dalam refleksi siswa dituntut untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, dan

siswa diberikan kebebasan untuk menafsirkan pengalamannya sendiri sehingga siswa dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut:

• Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, siswa mengetahui bahwa aplikasi dari

kapasitor dapat mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, mereka

menjadi tahu bahwa lampu kilat pada kamera dan radio pemancar merupakan

aplikasi dari penggunaan kapasitor.

7. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)

Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi megenai perkembangan belajar

yang dilakukan oleh siswa berupa pemberian evaluasi. Contoh aplikasinya adalah sebagai

berikut:

• Pelaksanaan evaluasi setelah kegiatan pembelajaran berakhir untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.

7. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan

topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,

media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran dan langkah-langkah

pembelajaran saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

Page 33: Tugas proposal ptk metode penelitian

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,

Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.

3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu

4. Pembutanan skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

D. Evaluasi Belajar

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan yang telah tercapai (Suharsimi Arikunto, 2009:19).

1. Subjek Evaluasi

Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut

sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau

ketentuan yang berlaku (Suharsimi Arikunto, 2009:19). Contoh: Untuk melaksanakan

evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian, maka subjek evaluasi adalah guru.

2. Sasaran Evaluasi

Sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan, karena penilai

menginginkan informasi tentang sesuatu (Suharsimi Arikunto, (2009:20). Sasaran penilaian

unsur-unsurnya meliputi: input, tranformasi, dan output.

3. Prinsip Evaluasi

Terdapat satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu triagulasi yang erat

kaitannya antara tiga komponen adalah sebagai berikut:

1. tujuan pembelajaran

2. kegiatan pembelajaran atau KBM, dan

3. evaluasi

Triagulasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Page 34: Tugas proposal ptk metode penelitian

tujuan

evaluasi KBM

Gambar 2.3 Bagan Trigulasi 42

Penjelasan dari bagan triagulasi diatas dalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru

dengan mengacu pada tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian, anak panah

menunjukan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna KBM mengacu

pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan

dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan telah

tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan.

Disisi lain, bila dilihat dari langkah dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan

yang telah dirumuskan.

c. Hubungan antara KBM dan evaluasi

Dalam hal ini evaluasi harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM. Contoh: jika kegiatan

belajar mengajar dilakukan guru menitik beratkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus

mengukur keterampilan siswa bukan aspek pengetahuan.

4. Jenis Evaluasi

Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan ke dalam empat jenis, yaitu formatif, sumatif,

diagnostik, dan evaluasi penempatan. Evaluasi formatif menekankan kepada upaya

memperbaiki proses pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan

tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai atau

kenaikan nilai siswa. Evaluasi diagnostik menekankan kepada upaya memahami kesulitan

Page 35: Tugas proposal ptk metode penelitian

siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan kepada upaya untuk

menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan

siswa. Menurut caranya dibedakan atas dua jenis yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi

kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi

kuantitatif. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir

terhadap hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin

memperbaiki hasil belajar siswanya. Menurut bentuknya dibedakan menjadi tes uraian dan

tes objektif. Menurut caranya dibedakan menjadi tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan.

Teknik non-test biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran, alat-alat khusus

untuk melaksanakan teknik non-test ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara,

angket, dan hasil karya ilmiah atau laporan.

5. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas poses belajar mengajar

yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku

yang terjadi pada siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan

tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh

karena itu, instrument evaluasi harus dikembangkan dari tujuan dan isi program, sehingga

bentuk dan format tes sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar, serta porsinya

sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang diberikan.

6. Fungsi Evaluasi

Adapun fungsi dari evaluasi pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi,

yaitu:

1. Fungsi formatif, evaluasi dapat memberiikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk

memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang

belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.

2. Fungsi sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang

dipelajari, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kelulusan, dan laporan

perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Fungsi diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan

lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

Page 36: Tugas proposal ptk metode penelitian

4. Fungsi seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk

menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.

7. Model Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

Dalam penilaian pembelajaran kontekstual, siswa mendapat nilai secara individu dan nilai

secara berkelompok. Siswa bekerja sama dengan teman-temanya yang dibentuk dalam

kelompok. Sehingga siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam mempersiapkan diri

untuk melaksanakan tes. Kemudian siswa mengerjakan tes secara sendiri-sendiri dan nilai

dinilai secara individu.

E. Materi Mata Diklat Elektronika Dasar

Mata Diklat Elektronika Dasar merupakan salah satu mata diklat produktif yang wajib diikuti

oleh siswa kelas X program keahlian Teknik Elektronika Di SMKN 1 Bekasi. Materi yang

akan disampaikan dalam penelitian ini adalah Kapasitor,

dan uraian materi tersebut sebagai berikut :

1. Pengertian Kapasitor

Kapasitor / kondensator adalah komponen pasif, notasinya dituliskan dengan huruf C

berfungsi untuk menyimpan energy listrik dalammuatan listrik, banyaknya muatan lisrik per

detik dalam satuan Coulombs (C). Kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan disebut

kapasitansi yang satuannya adalah Farad (F), pada umumnya kapasitor yang ada di pasaran

memiliki satuan sebagai berikut :

• 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)

• 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)

• 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250 Volt ;

500 Volt,...

Tegangan kerja pada kapasitor DC untuk polar : 10 Volt ; 35 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250

Volt.

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

Page 37: Tugas proposal ptk metode penelitian

• Sebagai filter atau penyaring

• Sebagai kopling.penghubung antara rangkaian

• Sebagai fine tuning

• Penyimpangan arus

2. Identifikasi dan Membaca Nilai

a. Jenis Kapasitor Berdasarkan Polaritasnya

• Kapasiator Non Polar

Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa

memiliki kutup positif (+) maupun kutub negative (

pemasangannya terbalik maka kapasitor tetap bekerja.

disimbolkan sebagai berikut :

1 µF = 1.000 nF (nano Farad)

1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100

Volt ; 250 Volt ; 500 Volt,...

Tegangan kerja pada kapasitor DC untuk polar : 10 Volt ; 16 Volt ; 25 Volt ;

35 Volt ; 50 Volt ; 100 Volt ; 250 Volt.

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

Sebagai filter atau penyaring

Sebagai kopling.penghubung antara rangkaian

Sebagai fine tuning

Penyimpangan arus

Identifikasi dan Membaca Nilai-Nilai Kapasitor

Page 38: Tugas proposal ptk metode penelitian

Jenis Kapasitor Berdasarkan Polaritasnya

Kapasiator Non Polar

Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa memiliki kutup positif (+)

maupun kutub negative (-) artinya jika terbalik maka kapasitor tetap bekerja. Kapasitor non

polar disimbolkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Simbol Kapasitor Nonpolaritas

Tegangan kerja pada kapasitor AC untuk non polar : 25 Volt ; 50 Volt ; 100 ;16 Volt ; 25

Volt ;

Fungsi kapasitor dalam dalan suatu rangkaian adalah sebagai berikut :

Kapasitor non polar adalah kapasitor yang elektrodanya tanpa artinya jika

Kapasitor non polar

Berikut ini adalah jenis-jenis kapasitor nonpolar adalah sebagai berikut :

1. Kapasitor Variable (Varco)

Kapasitor variabel adalah kapasitor yang nilai kapasitas-nya dapat diubah-ubah sesuai

keinginan. Oleh karena itu kapasitor ini di kelompokan ke dalam kapasitor yang memiliki

nilai kapasitas yang tidak tetap.

Page 39: Tugas proposal ptk metode penelitian

Gambar 2.5 Kapasitor Variable

2. Kapasitor Mika

Kapasitor ini mempunyai elektroida logam dan lapisan dielektrikum dari polysteryne mylar

dan teflon setebal 0,0064 mm. Digunakan untuk koreksi faktor daya. Bentuk asli dari

kapasitor mika adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Kapasitor Mika

3. Kapasitor Keramik

Kapasitor ini menpunyai dielektrikum keramik. Kapasitor ini mempunyai oksida logam dan

dielektrikumnya terdiri atas campuran titanium-48 oksida dan oksida lain. Kekuatan

dielektrikumnya tinggi dan mempunyai kapasitas besar sekali dalam ukuran kecil.

Gambar 2.7 Kapasitor Keramik

• Kapasitor Polar

Kapasitor polar elektrodanya mempunyai dua kutub, yakni kutub positif (+)

dan kutub negative (-), apabila kapasitor ini dipasang pada rangkaian

elektronika, maka pemasangannya tidak boleh terbalik. Salah satunya

Page 40: Tugas proposal ptk metode penelitian

contohnya adalah kapasitor elektrolit atau elko dan tantalum. Nilai kapasitas

maksimum dan kutub-kutubnya sudah tertera pada bodi komponen tersebut.

Contoh gambar kapasitor polar adalah sebagai berikut :

Gambar 2.8 Kapasitor Polar

b. Membaca Nilai-Nilai Kapasitor

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang

jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor

elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/

kondensator tersebut memiliki nilai kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal

yang diperbolehkan sebesar 25 volt.Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya

bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF

(pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi

kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai

nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka

nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan

seterusnya. Contoh :

104 105 222

104 = 10 x 10.000 = 100.000 pF

= 100 nF 105 = 10 x 100.000

= 1.000.000 pF = 1.000 nF

= 1 µF 222 = 22 x 100 = 2.200 pF = 2,2 nF atau = 2n2

Page 41: Tugas proposal ptk metode penelitian

Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada

resistor. Table 2.2 Kode Warna Kapasitor :

Warna Nilai

Hitam 0

Coklat 1

Merah 2

Orange 3

Kuning 4

Hijau 5

Biru 6

Ungu 7

Abu-Abu 8 50

Putih 9

Contoh Jika kapasitor polyster Sebagai berikut:

Coklat Hitam Orange Nilainya

1 0 3 103

103 = 10 x 1000

= 1000 pF

= 10 nF = 0,01 µF

3. Rangkaian Kapasitor

Rangkaian kapasitor bila dirangkai secara seri kapasitasnya akan berbanding terbalik dengan

nilai masing-masing, semakin banyak rangkaiannya semakin kecil nilai kapasitasnya, tetapi

tegangan kerjanya bertambah besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.

Pada rangkaian kapasitor seri, berlaku rumus:

Page 42: Tugas proposal ptk metode penelitian

V = V1 + V2 + … + Vn

Q = Q1 = Q2 = Qn

Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi pengganti semakin

besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara paralel.

Pada rangkaian kapasitor paralel, berlaku rumus:

V1 = V2 =V3 = Vn

Q = Q1 + Q2 + Q3 + Qn

CTOTAL = C1 + C2 + C3

Page 43: Tugas proposal ptk metode penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis

eksperimental yaitu apabila penelitian tindakan kelas diselenggarakan dengan berupaya

menerpkan berbagai teknik dan model secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan

belajar mengajar. Di dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dimungkinkan

terdapat lebih dari satu model untuk mencapai tujuan instruksional, dengan diterapkannya

penelitian tindakan kelas ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang lebih

efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam pelaksanaan penelitian

tindakan kelas langkah utama yang harus dilaksanakan yaitu merencanakan, melakukan

tindakan, mengamati dan refleksi yang merupakan satu siklus dalam penelitian tindakan

kelas, siklus selalu berulang. Setelah siklus satu selasai jika terdapat masalah dari proses

refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi

kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan

dapat teratasi. Permasalahan pada mata diklat Elaktronika Dasar adalah pada saat proses

pembelajaran, terlihat bahwa siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran

karena guru masih menggunakan metode ceramah. Kesulitan siswa dalam pembelajaran

diantaranya kesulitan memahami materi yang telah disamapaikan oleh guru dan siswa tidak

memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru menganai permasalahan yang dimilikinya.

Karena hal tersebut penulis mengemukan mengapa penulis menggunakan metode penelitian

tindakan kelas yaitu sebagai berikut :

1. Bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran ditinjau dari aspek kognitif pada mata

diklat Elaktronika Dasar

Page 44: Tugas proposal ptk metode penelitian

2. Bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa sehingga siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Adanya partisipasi dari peneliti ataupun guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penilitian tindakan kelas memiliki empat tahap. Keempat tahap

tersebut adalah: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi

(observation) dan refleksi (reflektion). Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus

kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda

pemecahan masalah kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dialajutkan pada

siklu kedua, dan seterusnya, samapai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan penelitian

tindakan kelas jika terjadi kenaikan hasil belajar siswa yang signifikan pada setiap siklusnya.

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan siswa pada mata diklat

Elektronika Dasar dengan penerapan model pembelajaran kontekstual untuk mengetahui

tingkat kemajuan belajar yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas sehingga peneliti selalu bekerjasama dengan guru mata

pelajaran Elektronika Dasar, dimulai dari dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan atau pemantauan (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap

tindakan yang dilakukan serta evaluasi. Berikut penjelasan dari masing-masing langkah

kegiatan pada penelitian tindakan kelas :

1. Dialog Awal

Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar permasalahan yang terdiri pada

saat pembelajaran berlangsung meliputi hasil belajar siswa dalam mengajukan pertanyaan

secara lisan di dalam kelas dan nilai rata-rata ulangan harian kelas.

2. Perencanaan (Planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada penelitian

tindakan kelas dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun

rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama

antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses

Page 45: Tugas proposal ptk metode penelitian

jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan yang dilakukan pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa

yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah

instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Tindakan untuk pemecahan masalah yaitu menyusun rencana tindakan termasuk revisi dan

perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam pembelajaran Elektronika Dasar termasuk

sistem penilaiannya yang mengacu pada silabus. Dalam kaitan rencana disusun secara

kolaboratif antara peneliti dengan guru penguasaan Elektronika Dasar.

Hal yang perlu dilaksanakan pada tahap ini adalah :

1. Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Elektronika di SMK Negeri 1

Bekasi.

2. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 3 siklus.

3. Menyiapkan metode mengajar berdasarkan model pembelajaran untuk tipe siklusnya,

yaitu berupa ceramah, demonstrasi, pemodelan, diskusi dan tanya jawab.

4. Menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan setiap siklus.

5. Menyiapkan sumber belajar.

6. Menentukan observer, dan alat bantu observer.

7. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan peneliti refleksi.

8. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.

3. Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.

Rancangan tindakan tersebut tentu saja telah “dilatihkan” kepada si pelaksana tindakan

(guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari

tindakan harus dilaksanankan dengan baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan

tindakan yang akan dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian

tindakan itu menjelaskan (1) langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan, (2) kegiatan

yang seharusnya dilakukan oleh guru, (3) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (4)

rincian tentang media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (5)

Page 46: Tugas proposal ptk metode penelitian

jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai dengan

penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. Peneliti menggunakan model pembelajaran

kontekstual ditujukan untuk memperbaiki keadaan atau proses dan hasil pembelajaran serta

sistem penilaiannya. Pelaksanaan tindakan yang direncanakan terbagi dari beberapa siklus

penelitian. Setiap siklus pelaksanan pembelajaran disesuaikan dengan waktu pada program

semester dan jadwal pelajaran dikelas. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

antara lain:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

3. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

4. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

5. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

1. Siklus pertama

Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, oleh karena

itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

1) Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus adalah sub pokok

bahasan dari mata pelajaran Elektronika Dasar yaitu mengenai dasar-dasar elektronika.

Dimana setiap siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.

2) Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran seperti silabus,

RPP, dan soal-soal latihan.

3) Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang telah

disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Format observasi yang digunakan berupa :

a) Lembar observasi aktivitas guru, digunakan untuk melihat kegiatan guru selama proses

belajar mengajar.

b) Lembar observasi aktivitas siswa, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat

kegiatan siswa pada proses belajar mengajar.

Page 47: Tugas proposal ptk metode penelitian

c) Catatan di lapangan, digunakan untuk mendeskripsikan dan mencatat temuan penting

aktivitas guru dan siswa selama proses pemebelajaran berlangsung.

4) Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan hasil pelaksanaan

tindakan dengan obsever serta hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing setelah

selesai pelaksanaan tindakan dan observasi untuk setiap siklusnya.

2. Siklus Kedua

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus

pertama dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua. Tahapan

proses pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran siklus pertama. Pada akhir

siklus akan diberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar kognitif.

3. Siklus Ketiga

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga akan dilaksanakan berdasarkan hasil

refleksi pada siklus kedua, sampai permasalahan terselesaikan sesuai waktu yang telah

dialokasikan. Tahapan proses pembelajaran pada siklus ketiga sama seperti pembelajaran

siklus kedua.

4. Pengamatan (Observasi)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan

menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan

secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap

proses dan hasil belajar siswa. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi dan

catatan di lapangan pada setiap siklus yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif

yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian

tindakan berlangsung, reaksi siswa, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan

dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

5. Refleksi (Reflection)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,

berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian yang dilakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya. Langkah refleksi ini berusaha mencari alur pemikiran

Page 48: Tugas proposal ptk metode penelitian

yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, dan hambatan yang muncul dalam

perencanaan tindakan strategik.

6. Evaluasi

1. Melaksanakan evaluasi hasil belajar melalui tes objektif setelah proses pembelajaran

berlangsung.

2. Melaksanakan analisis terhadap tindakan-tindakan yang telah dilakukan dan menganalisis

hasil belajar.

3. Melaksanakan refleksi berupa perumusan masalah yang harus diatasi beserta rencana

tindakan untuk dijadikan pedoman dalam menyusun tindakan untuk siklus kedua dan siklus

ketiga.

C. Paradigma Penelitian

Untuk memperjelas langkah penelitian serta alur berpikir seorang penulis, maka diperlukan

adanya paradigma penelitian kemudian dijabarkan dalam penjabaran penelitian.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bersifat sadar, bersifat sistematik dan terarah

pada terjadinya proses belajar. Siswa merupakan subjek belajar di dalam proses belajar

mengajar. Belajar merupakan interaksi antara siswa dengan subjek didik dengan guru sebagai

penghajar, keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar adalah penggunaan model

pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu strategi

yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran Elektronika Dasar karena dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Semakin banyak interaksi yang terjalin oleh siswa

dalam berfikir dan menjawab berarti tingkat pengetahuan siswa juga lebih tinggi, sehingga

jika siswa dapat berinteraksi, berfikir dan menjawab dengan baik diharapkan hasil belajar

yang dicapai akan lebih meningkat. Paradigma penelitian yang dilakukan ditunjukkan dalam

bagan pada

D. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Bekasi yang berlokasi di Jl.

Ahmad Yani Kota Bekasi. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X

Program Keahlian Teknik

Page 49: Tugas proposal ptk metode penelitian

Rencana tindakan:

• Menetapkan model

pembelajaran,

• Menetapkan metode mengajar dan media mengajar Orientasi dan observasi pada SMKN 1

Bekasi

• Latar belakang

• Guru dan siswa

• Kegiatan pemebelajaran

• Sumber pembelajaran

• Kurikulum

Kegiatan pratindakan

• Menetapkan metode penelitian

• Menyusun rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual Identifikasi

masalah

Pelaksanaan tindakan

siklus I Pelaksanaan tindakan

siklus II Pelaksanaan tindakan

siklus III Analisis refleksi

tindakan siklus I Analisis refleksi

tindakan siklus II Analisis refleksi tindakan

siklus III Observasi & evaluasi

Pelaksanaan tindakan

siklus II Observasi & evaluasi

Page 50: Tugas proposal ptk metode penelitian

Pelaksanaan tindakan

siklus I Observasi & evaluasi

Pelaksanaan tindakan

siklus III Rencana revisi

tindakan siklus II Rencana revisi

tindakan siklus III Evaluasi seluruh tindakan

Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai observer yang mengamati proses belajar

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, sedang peserta standar

kompetensi yang akan diteliti adalah peserta standar kompetensi SMKN 1 Bekasi kelas X

jurusan Teknik Elektronika, sebanyak 40 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 23

orang perempuan. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti yang bertindak

sebagai guru, serta guru mata pelajaran yang berperan sebagai observer.

E. Instrumen Penelitian dan Cara Penggunaannya

Instrumen penelitian yang dirancang dan akan digunakan dalam penelitian ini sebagai alat

untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :

1. Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui

model pembelajaran kontekstual. Lembar observasi ini difokuskan pada keaktifan siswa,

situasi siswa dalam kelas, respon siswa terhadap interaksi dalam diskusi, dan aktivitas siswa

sesuai tahap-tahap model pembelajaran kontekstual.

2. Lembar Wawancara

Wawancara terhadap guru dan siswa pada awal dan akhir kegiatan tentang kesan, tanggapan,

kelebihan dan kendala penerapan model pembelajaran kontekstual.

3. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan berebentuk uraian yang diberikan pada masing-masing berupa soal

evaluasi pada setiap siklus. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan

penguasaan siswa terhadap materi yang telah dibelajarkan.

Page 51: Tugas proposal ptk metode penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data diperlukan beberapa teknik tertentu. Mengingat informasi

yang diperlukan sifatnya beragam, maka beragam pula teknik-teknik yang digunakan. Data

atau informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh melaui teknik wawancara, observasi, dan

evaluasi.

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring data berupa

aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kontekstual. Kegiatan observasi pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh

satu sampai tiga orang observer. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini sebelumnya

akan dikonsultasikan pada pembimbing setelah mendapatkan persetujuan dapat digunakan

dalam penelitian.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data atau informasi yang lebih terperinci data untuk melengkapi data hasil

observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, kepala sekolah, dan

fasilisator yang berkolaborasi. Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran yang

berkenan dengan model pembelajaran kontekstual. Melalui wawancara ini diharapkan dapat

memperoleh masukan untuk melengkapi dan memperkuat analisis data yang diperoleh

melalui model pembelajaran kontekstual.

3. Evaluasi

Evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran pada setiap siklus, evaluasi yang diberikan

dimaksudkan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan siswa dalam menempuh

pembelajaran dengan model kontekstual, dengan kata lain untuk mengetahui keefektifan

penggunaan model kontekstual dalam meningkatkan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data

Page 52: Tugas proposal ptk metode penelitian

Menganalisa data berarti memilah, mengelompokkan atau menggolongkan data menurut

jenis, sifat atau bentuknya sehingga hasilnya dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai.

Tegasnya analisis dapat membantu peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban

masalah penelitian dapat ditemukkan. Prosesnya meliputi, pengelompokkan hasil pengamatan

dengan menghitung frekuensi, tanda cek, menghitung skor evaluasi dan seterusnya. Untuk

kepentingan analisis data hasil observasi penelitian ini digunakan teknik statistik deskriptif

(prosentase, perhitungan rata-rata). Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis

deskriptif.

a. Analisis hasil pengamatan kegiatan pembelajaran Analisis hasil pengamatan selama

kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi mengenal aktivitas guru dan siswa.

1) Aktivitas siswa

Prosentase rata-rata aktivitas siswa di dalam kelompok (%)

A =

X 100 %

2) Aktivitas guru

Prosentase rata-rata aktivitas guru (%)

X =

X 100 %

Keterangan :

A = prosentase aktivitas siswa (%)

B = jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelompok

Page 53: Tugas proposal ptk metode penelitian

C = jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa di dalam kelompok

X = prosentase aktivitas guru yang dilakukan

Y = jumlah frekuensi aktivitas guru yang dilakukan

Z = jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru

Selanjutnya data akan dibagi kedalam lima kategori skala, dapat dilihat

dari table dibawah ini:

66

Tabel 3.1. Klarifikasi Aktivitas Siswa dan Aktivitas Guru

Prosentase Kategori

80 % < Sangat Tinggi

60 % - < 80 % Tinggi

40 % - < 60 % Sedang

20 % - < 40 % Rendah

< 20 % Sangat Rendah

Sumber : Laksmini (Hermansyah, 31: 2007)

b. Analisis Hasil Tes

Data hasil tes belajar berisi uraian untuk menghindari pengundian pilihan jika berupa soal

pilihan ganda. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan transkrip setiap

instrumen kegiatan atau hasil kerja siswa.

Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan aspek kognitif

Nilai KATEGORI

Page 54: Tugas proposal ptk metode penelitian

90 ≤ nilai ≤ 100 Sangat Baik

75 ≤ nilai < 90 Baik

55 ≤ nilai < 75 Cukup

30 < nilai < 55 Kurang

0 ≤ nilai ≤ 30 Sangat Kurang

(Gunawan dalam Dany Maulana, 2008: 37)

c. Penskoran hasil tes

Setiap bentuk tes berbeda teknik penskorannya apalagi kalau jumlah itu bervariasi. Untuk tes

objektif seperti benar salah, isian, menjodohkan, dan

lain-lainnya. Penskoran berbeda dengan cara penskoran tes subyektif. Selain

itu jumlah dan rentang tes perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan

penskoran yang konsisten. Pada umumnya rentang skor yang serung 67

digunakan untuk tes subyektif adalah 0 s/d 100, karena penelitian ini hanya

menggunakan beberapa butir tes dengan rentang 0 s/d 25, maka penskorannya

dilakukan dengan pembobotan.

H. Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan

menggunakan gain absolute (selisih antara pra siklus dan siklus) kurang dapat menjelaskan

mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa

memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan

nilai maksimal 8. Gain absolute menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama.

Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal

Page 55: Tugas proposal ptk metode penelitian

ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih berat dari pada

meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolute sama

belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan sebuah

alternative untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternomalisasi (normalize gain). Gain

ternomalisasi (N-gain) diformasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah ini :

N − Gain =

Skor Posttest − Skor Pretest

Skor Ideal − Skor Pretest

Katagori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.3

Kriteria Normalized Gain

Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

skor > 0,70 Tinggi

0,30 < skor ≤ 0,70 Sedang

skor ≤ 0,30 Rendah

I. Indikator Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan kualitas

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, diharapkan akhirnya

akan bermuara pada peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif, aktivitas siswa dan

aktivitas guru. Kriteria pembelajaran dikatakan berhasil jika :

Page 56: Tugas proposal ptk metode penelitian

1. Hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dikatakan berhasil jika nilai atau rata-rata ≥ 70

(70%).

2. Aktivitas siswa dikatakan behasil jika nilai atau rata-rata ≥ 70 (70%).

3. Aktivitas guru dikatakan berhasil jika nilai atau rata-rata ≥ 80 (80%).

Page 57: Tugas proposal ptk metode penelitian

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data di lapangan dan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas

X di SMK Negeri 1 Bekasi Program Keahlian Elaktronika dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual yang tertuang dalam nilai hasil belajar untuk

setiap siklusnya terjadi peningkatan walaupun dalam kategori sedang. Hal tersebut dapat

terlihat dari perolehan rata-rata N-Gain untuk setiap siklusnya dimulai dari siklus I yaitu

0,29 (rendah), dilanjutkan pada siklus II menjadi 0,36 (sedang) dan terakhir dari siklus III

menjadi 0,49 (Sedang). Dari penelitian ini ditemukan adanya hubungan aktivitas belajar

siswa denga hasil belajar. Hal ini ditunjukan oleh data-data observasi mulai dari siklus I,

siklus II dan siklus III yang menggambarkan pada setiap siklusnya terjadi peningkatan

aktivitas belajar dan diiringi dengan peningkatan hasil belajar siswa.

2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas, aktivitas siswa secara keseluruhan

mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I, skor rata-rata keaktifan siswa

adalah 52% yang dikategorikan sedang, pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 66% yang

dikategorikan tinggi dan pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 84% yang dikategorikan

sangat tinggi.

3. Secara keseluruhan aktivitas guru mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini

ditunjukan dari hasil pengamatan yang mengunakan lembar observasi aktivitas guru. Pada

siklus I skor rata-rata aktivitas guru adalah 60% berada pada kategori sedang, pada siklus II

aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 79% berada pada kategori tinggi dan pada

siklus III aktivitas guru terus meningkat menjadi 90% berada pada kategori sangat tinggi.

B. Rekomendasi

Page 58: Tugas proposal ptk metode penelitian

Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang dapat

disampaikan oleh peneliti antara lain adalah sebagai berikut :

1. Model penbelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang berlangsung secara

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer ilmu

dari guru ke siswa. Sehingga dalam setiap kegiatan pembelajaran harus melibatkan siswa

baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga didapat revisi dan perbaikan untuk

pertemuan berikutnya.

2. Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual dengan

memperbaiki kekurangan-kekurangannya untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.

3. Pada siswa khususnya siswa kelas X Teknik Komputer dan Jaringan diharapkan dapat

mempertahankan aktivitas siswa dan hasil belajar sehingga lebih baik lagi, dan dapat

mengaplikasikan pada mata diklat lainnya.

4. Pada sekolah khususnya di SMK Negeri 1 Seluma untuk menunjang kegiatan

pembelajaran hendaknya sumber-sumber belajar dan literatur harap dilengkapi sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan.

Page 59: Tugas proposal ptk metode penelitian

Daftar Pustaka

Fakultas Teknik. 2009. Buku Pedoman Skripsi/ Komprehensif/ Karya Inovatif (S1). Jakarta : Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing

Gene L. Wilkinson. 1984. Media dalam Pembelajaran, Jakarta : Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali

Hamalik, Oemar.1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Penerbit

Mandar Maju. Bandung.

Hasan, Chalijah. 1984. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan . Al ikhlas Surabaya.

Joni,T. Raka.1986. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Karya anda. surabaya