profil pendataan 2009

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Pendataan Keluarga didasarkan pada Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Sejalan dengan pencapaian salah satu sasaran dari Grand Strategi Program KB Nasional tahun 2008–2009 yaitu menyediakan data dan informasi keluarga berbasis data mikro yang up-to-date untuk pengelolaan program KB Nasional dan program-program pembangunan. Dalam Sistem Informasi Manajemen Program KB Nasional salah satu kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui melalui sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mendukung pelayanan program dalam penyediaan data dan informasi yang berkualitas (cepat, tepat, lengkap dan akurat), sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi Program KB Nasional disemua tingkatan wilayah. Kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2009 ini merupakan kegiatan pengumpulan data Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang sudah dilaksanakan selama 16 (enam belas) kali sejak tahun 1994 untuk menyediakan data sasaran Program KB Nasional. Oleh karena itu, Pendataan Keluarga menjadi sarana operasional untuk para petugas dan pengelola untuk mengetahui sasaran secara seksama guna mempertajam segmentasi sasaran program. Pendataan Keluarga ini akan menghasilkan data dan informasi secara mikro yang meliputi aspek demografi, keluarga berencana, keluarga sejahtera dan individu anggota keluarga sejak tahun 2001. Pendataan Keluarga dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan cara langsung mendatangi keluarga-keluarga melalui kunjungan dari rumah ke rumah; bertujuan untuk mendapatkan data primer tentang keluarga oleh para kader atau petugas pendata setempat. Untuk aspek keluarga sejahtera dikumpulkan dengan menggunakan 13 variabel yang meliputi 21 indikator Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 1

Upload: edwin-la-lieur

Post on 05-Jul-2015

520 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROFIL PENDATAAN 2009

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Pendataan Keluarga didasarkan pada Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Sejalan dengan pencapaian salah satu sasaran dari Grand Strategi Program KB Nasional tahun 2008–2009 yaitu menyediakan data dan informasi keluarga berbasis data mikro yang up-to-date untuk pengelolaan program KB Nasional dan program-program pembangunan. Dalam Sistem Informasi Manajemen Program KB Nasional salah satu kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui melalui sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mendukung pelayanan program dalam penyediaan data dan informasi yang berkualitas (cepat, tepat, lengkap dan akurat), sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi Program KB Nasional disemua tingkatan wilayah.

Kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2009 ini merupakan kegiatan pengumpulan data Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang sudah dilaksanakan selama 16 (enam belas) kali sejak tahun 1994 untuk menyediakan data sasaran Program KB Nasional. Oleh karena itu, Pendataan Keluarga menjadi sarana operasional untuk para petugas dan pengelola untuk mengetahui sasaran secara seksama guna mempertajam segmentasi sasaran program. Pendataan Keluarga ini akan menghasilkan data dan informasi secara mikro yang meliputi aspek demografi, keluarga berencana, keluarga sejahtera dan individu anggota keluarga sejak tahun 2001.

Pendataan Keluarga dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan cara langsung mendatangi keluarga-keluarga melalui kunjungan dari rumah ke rumah; bertujuan untuk mendapatkan data primer tentang keluarga oleh para kader atau petugas pendata setempat. Untuk aspek keluarga sejahtera dikumpulkan dengan menggunakan 13 variabel yang meliputi 21 indikator sesuai dengan pemikiran para pakar sosiologi dalam membangun keluarga sejahtera, dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang menjadi kebutuhan setiap keluarga, yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psychologis, kebutuhan pengembangan, serta kebutuhan aktuallisasi diri dalam berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya.

Dengan demikian hasil Pendataan Keluarga akan berguna pula bagi keluarga dan masyarakat untuk membantu dirinya dalam menuntaskan keluarga dari ketertinggalan dan meningkatkan kualitas keluarga, berdasarkan tingkat kesejahteraannya, yaitu tahap Keluarga Prasejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus. Penentuan indikator-indikator dalam tahapan keluarga sejahtera yang telah disepakati mempunyai sifat sebagai berikut :

Strategis, karena sangat esensial dan mempunyai daya ungkit tinggi; Sensitif, berarti sangat mudah serta cepat untuk menerima pengaruh dan

upaya kearah perubahan;

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

1

Page 2: PROFIL PENDATAAN 2009

Applicable, berarti dapat diterapkan dengan mudah, cocok dan tepat serta mudah dilaksanakan;

Observable, berarti dapat diamati dan dilihat, sehingga tidak sulit mengenalinya di lapangan;

Measurable, berarti dapat diukur dengan menggunakan ukuran volume, besar, tingkat, luas frekuensi dan sebagainya;

Mutable, berarti dapat diubah dan diadakan intervensi untuk memperbaiki keadaan tersebut.

Pelaksanaan Pendataan Keluarga Tahun 2009, merupakan kegiatan pengumpulan data keluarga dengan menggunakan formulir Pendataan Keluarga (R/I/KS). Dalam melakukan pemutakhiran data keluarga ini pendata mengumpulkan data berdasarkan R/I/KS sebelumnya atau Daftar Keluarga dan Anggota Keluarga (DKAK), untuk mendata kembali perubahan data keluarga dengan Catatan Kader Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-Kader) yang dihimpun dan dipindahkan kedalam di Buku Catatan PLKB Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-PLKB) dan formulir Mutasi Data Keluarga (F/I/MDK). Secara berjenjang dari tingkat Dusun/RW atau Desa/Kelurahan hasil pendataan atau pemutakhiran data ini dibuat laporan rekapitulasi hasil pendataan keluarga sampai ke tingkat Pusat. Oleh karena itu, hasil pendataan keluarga tahun 2009 yang diulas dalam laporan ini berdasarkan pada laporan rekapitulasi dari tingkat tingkat provinsi.

Pada buku Profil Keluarga Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 ini disajikan hasil pelaksanaan Pendataan Keluarga secara garis besar yang meliputi cakupan laporan pendataan baik wilayah maupun sasaran, serta hasil pendataan yang meliputi data demografi, data keluarga berencana dan data keluarga sejahtera.

B. T u j u a n

1. Umum

Diperolehnya data basis keluarga dan individu anggota keluarga yang memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh keadaan di lapangan sampai ke tingkat keluarga tentang hasil-hasil pelaksanaan Program KB Nasional untuk kepentingan operasional langsung di lapangan serta kepentingan penetapan kebijakan, perencanaan, pengendalian dan penilaian oleh pengelola dan pelaksana di semua tingkatan.

2. Khusus

a. Tersedianya data demografi meliputi :

1) Jumlah kepala rumah tangga;2) Jumlah kepala keluarga menurut status perkawinan, tingkat pendidikan,

dan status pekerjaan;3) Jumlah keluarga yang mendapatkan kredit mikro/bantuan modal;4) Jumlah jiwa dalam keluarga, menurut jenis kelamin;5) Jumlah wanita usia subur (umur 15 – 49 tahun) dalam keluarga;6) Jumlah jiwa menurut jenis kelamin serta menurut kelompok umur

tertentu (bayi 0-<1 tahun, balita 1-<5 tahun, 5-6 tahun, 7-15 tahun, 16-21 tahun, 22-59 tahun, dan 60 tahun ke atas);

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

2

Page 3: PROFIL PENDATAAN 2009

b. Tersedianya data keluarga berencana meliputi :

1) Jumlah pasangan usia subur (PUS), menurut kelompok umur (<20 tahun, 20-29 tahun, 30-49 tahun);

2) Jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB menurut jalur pelayanan (pemerintah dan swasta);

3) Jumlah peserta KB yang Implantnya dicabut tahun depan;4) Jumlah pasangan usia subur bukan peserta KB (hamil, ingin anak

segera, ingin anak ditunda, tidak ingin anak lagi).

c. Tersedianya data tahapan keluarga sejahtera meliputi :

1) Jumlah Keluarga Pra Sejahtera;2) Jumlah Keluarga Sejahtera I;3) Jumlah Keluarga Sejahtera II;4) Jumlah Keluarga Sejahtera III;5) Jumlah Keluarga Sejahtera III Plus.

d. Tersedianya data individu keluarga meliputi :

1) Nama;2) Alamat;3) Hubungan dengan kepala keluarga;4) Jenis kelamin;5) Tanggal, bulan dan tahun kelahiran;6) Pendidikan terakhir;7) Pekerjaan;8) Perubahan (mutasi).

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran Pendataan Keluarga adalah keluarga sebagaimana yang dimaksud dan tertuang dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1992, yaitu keluarga dan individu anggota keluarga disetiap wilayah. Pendataan Keluarga mencakup 4 (empat) aspek, yaitu sebagai berikut :

a. Aspek Demografi b. Aspek Keluarga Berencana c. Aspek Tahapan Keluarga Sejahtera d. Aspek Individu Anggota Keluarga

Di dalam Aspek Keluarga Sejahtera ini diklasifikasikan keluarga dalam tahapan dengan indikator-indikator tertentu, yaitu:

1) Tahapan Pra Sejahtera;

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan Keluarga Sejahtera I.

2) Tahapan Keluarga Sejahtera I;

Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut:

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

3

Page 4: PROFIL PENDATAAN 2009

(1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;(2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian; (3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dinding yang

baik;(4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan; (5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi;(6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

3) Tahapan Keluarga Sejahtera II

Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut;

(7) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing;

(8) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/ telur;

(9) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun;

(10) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah; (11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat

melaksanakan tugas/fungsi masing-masing; (12) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan; (13) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin;(14) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan

alat/obat kontrasepsi.

4) Tahapan Keluarga Sejahtera III ;

Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14) dan indikator berikut;

(15) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama;(16) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau

barang; (17) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali

dimanfaatkan untuk berkomunikasi;(18) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal; (19) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/tv.

5) Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus;

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

4

Page 5: PROFIL PENDATAAN 2009

Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I, Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga Sewjahtera III (Indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut;

(20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial;

(21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

2. Jangkauan

Jangkauan Pendataan Keluarga meliputi wilayah Rukun Tetangga (RT), Dusun/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai ke tingkat Nasional.

D. Manfaat

Data yang dikumpulkan melalui Pendataan Keluarga terutama bermanfaat untuk :

1. Penentuan sasaran Program KB dan Keluarga Sejahtera yang lebih tajam berdasarkan kondisi, potensi dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga yang ada di setiap tingkatan wilayah.

2. Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesertaan KB, dan tingkat pencapaian tahapan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di suatu wilayah tertentu.

3. Penentuan program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera.

4. Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga meningkatkan tahap kesejahteraannya, serta sekaligus untuk merangsang kepedulian keluarga-keluarga yang sudah lebih mampu untuk bersama-sama mengangkat tingkat kesejahteraan keluarga-keluarga yang kurang mampu yang ada di lingkungannya.

5. Kepentingan program pembangunan sektor-sektor lain, terutama yang berkaitan dengan pembangunan dan pemberdayaan keluarga, seperti program-program pengentasan kemiskinan atau ketertinggalannya dalam berbagai aspek kehidupan.

6. Merencanakan, memantau maupun menilai program-program dukungan yang dilakukan terhadap suatu wilayah atau suatu kelompok masyarakat di suatu tingkat wilayah tertentu.

BAB IIPELAKSANAAN PENDATAAN KELUARGA

A. Batasan dan Pengertian

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

5

Page 6: PROFIL PENDATAAN 2009

Di dalam pelaksanaan kegiatan Pendataan Keluarga ini dipergunakan batasan/pengertian terhadap beberapa istilah sebagai berikut :

1. Pendataan Keluarga

Adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data Demografi, data Keluarga Berencana, data tahapan Keluarga Sejahtera dan data Individu yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah (Pemda dan BKKBN) secara serentak pada waktu yang telah ditentukan (bulan Juli sampai September setiap tahun) melalui kunjungan ke keluarga dari rumah ke rumah.

2. Rumah Tangga

Adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur, atau seorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluan sendiri.

3. Kepala Rumah Tangga

Adalah :a. Orang Laki-laki atau orang perempuan dengan tanpa memandang status

perkawinan, bertempat tinggal seorang diri;b. Orang laki-laki tanpa memandang status perkawinan, juga bertempat

tinggal dengan orang perempuan dan atau dengan anak-anak;c. Orang perempuan dengan tidak memandang kedudukannya dalam

keluarga, bertempat tinggal dengan anak di bawah umur atau dengan anak-anaknya sendiri;

d. Orang hidup yang bertempat tinggal seorang diri;e. Kepala kesatrian, asrama, dan lain-lain perumahan, dimana beberapa

orang bertempat tinggal bersama-sama;f. Orang yang menjadi atau dianggap menjadi kuasa wakil orang yang

terganggu ingatannya;g. Kuasa dari orang yang kehilangan hak menguasai atau mengurus harta

bendanya, menurut Keputusan Pengadilan.

4. Keluarga

Adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (pasal 1 ayat 10 UU No. 52 tahun 2009). Secara implisit dalam batasan ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang belum menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/istri atau anak-anaknya, maka yang bersangkutan menjadi keluarga tersendiri (keluarga lain atau keluarga baru).

5. Kepala Keluarga

Adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri/ suaminya dan atau anak-anaknya.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

6

Page 7: PROFIL PENDATAAN 2009

6. Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan Modal

Adalah keluarga yang pada saat pendataan sedang mendapatkan/ menggunakan kredit mikro dari berbagai sumber, dengan batas maksimal Rp. 5.000.000,-.

7. Jumlah Jiwa dalam Keluarga

Adalah jumlah semua anggota keluarga yang terdiri dari kepala keluarga sendiri, istri/suaminya dan atau dengan anak (anak-anak) nya serta anak angkat yang ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik yang tinggal serumah maupun yang tidak tinggal serumah.

8. Wanita Usia Subur

Adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda.

9. Bayi (umur < 1 th) yang mengikuti posyandu.

Adalah bayi yang berumur kurang dari 1 tahun pada saat Pendataan Keluarga dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

10. Balita (umur 1 - < 5 th) mengikuti posyandu.

Adalah bayi yang berumur 1-< 5 tahun pada saat Pendataan Keluarga dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

11. Pasangan Usia Subur

Adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan).

12. Peserta Keluarga Berencana

Adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan sedang memakai atau menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi modern.

Dalam pengertian ini tidak termasuk cara-cara kontrasepsi tradisional, seperti pijat urut, jamu dan juga tidak termasuk cara-cara KB alamiah seperti pantang berkala, senggama terputus dan sebagainya.

13. Peserta KB Pemerintah

Adalah peserta KB yang memperoleh pelayanan KB melalui tempat-tempat pelayanan pemerintah. Misalnya: Puskesmas, Klinik KB/ Rumah Sakit Pemerintah.

14. Peserta KB Swasta

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

7

Page 8: PROFIL PENDATAAN 2009

Adalah peserta KB yang memperoleh pelayanan KB melalui tempat-tempat pelayanan Swasta. Misalnya: Rumah Sakit Swasta, Dokter/Bidan Praktek Swasta, Apotek, Toko Obat dan lain-lainnya.

15. Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut tahun depan.

Adalah peserta KB Implant pada saat dilaksanakan pendataan keluarga Implantnya perlu atau sudah saatnya untuk dicabut tahun depan.

16. Pasangan Usia Subur "Hamil"

Adalah Pasangan Usia Subur yang istrinya sedang hamil.

17.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Segera"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan masih menginginkan anak dengan batas waktu kurang dari dua tahun.

18.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Ditunda"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan menginginkan kelahiran anak ditunda dengan batas waktu dua tahun lebih.

19.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Tidak Ingin Anak Lagi"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi.

20. Keluarga Pra Sejahtera

Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah.

21. Keluarga Sejahtera Tahap I

Yaitu keluarga-keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan akan agama/ibadah, kualitas makanan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana.

22. Keluarga Sejahtera Tahap II

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya (developmental needs), seperti kebutuhan untuk peningkatan pengetahuan agama, interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungannya, serta akses kebutuhan memperoleh informasi.

23. Keluarga Sejahtera Tahap III

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

8

Page 9: PROFIL PENDATAAN 2009

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, seperti memberikan sumbangan (kontribusi) secara teratur kepada masyarakat, dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan, serta berperanserta secara aktif, seperti menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.

24. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan serta aktualisasi diri, terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk kepentingan pemetaan Keluarga Sejahtera, maka bagi setiap tahapan keluarga sejahtera diberikan tanda dengan warna-warna khusus yaitu :a. Keluarga Pra Sejahtera dengan warna Merah. b. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan warna Kuning. c. Keluarga Sejahtera Tahap II dengan warna Coklat.d. Keluarga Sejahtera Tahap III dengan warna Hijau.e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus dengan warna Biru.

B. Persiapan Pendataan Keluarga

Waktu yang digunakan untuk persiapan melaksanakan Pendataan Keluarga selama 2 (dua) minggu mulai tanggal 15 sampai dengan 30 Juni 2009, yang meliputi persiapan sarana, tenaga, dana dan metode Pendataan Keluarga. Termasuk kegiatan yang dilakukan dalam persiapan Pendataan Keluarga adalah :

1. Memperhitungkan secara cermat kesesuaian antara cakupan wilayah, kondisi geografis, jumlah penduduk dan tenaga pendata yang akan terlibat dalam pendataan dengan waktu yang disediakan untuk pelaksanaan di lapangan selama 3 bulan.

2. Melatih atau memberikan orientasi bagi petugas pelaksana pendataan, membuat peta kerja, menyusun jadwal waktu pelaksanaan pendataan, melakukan pematangan kondisi disemua tingkat wilayah (provinsi, Kabupaten/ Kota, kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta penyediaan dan pendistribusian formulir pendataan.

3. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang erat dengan seluruh instansi/ organisasi yang terkait, untuk menggalang potensi wilayah dalam mempersiapkan tenaga, sarana, dana dan yang terutama kesepakatan dalam pola dan metoda operasional Pendataan Keluarga.

4. Melaksanakan KIE dan penyebarluasan informasi tentang pelaksanaan Pendataan Keluarga melalui media massa dengan memanfaatkan media cetak dan elektronik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

5. Membentuk Pos Koordinasi (POSKO) pendataan disemua tingkat wilayah untuk mempermudah pengendalian dalam pelaksanaan pendataan dengan

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

9

Page 10: PROFIL PENDATAAN 2009

menetapkan tim pelaksana pendataan yang berfungsi sebagai fasilitator, komunikator dan supervisor pelaksanaan Pendataan Keluarga, yang bekerja dibawah koordinasi POSKO.

6. Menyusun dan menetapkan pola operasional Pendataan Keluarga dengan metoda yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan tenaga yang tersedia serta kondisi wilayah dengan tetap mengikuti prinsip dan mekanisme pelaksanaan pendataan yang telah ditentukan, antara lain:

a. Pendataan harus mencakup secara lengkap seluruh keluarga yang ada disuatu wilayah kerja.

b. Pengisian formulir pendataan dilakukan melalui kunjungan dari rumah ke rumah.

c. Data yang diisikan kedalam formulir Pendataan Keluarga dimutakhirkan berdasarkan data dari hasil pencatatan perubahan yang ada.

C. Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Pendataan Keluarga dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 1 Juli sampai dengan 30 September tahun 2009.

1. Tata Cara Pelaksanaan Pendataan Keluarga

a. Melakukan pencanangan dan pendataan perdana di masing-masing tingkatan wilayah yang dilakukan oleh pimpinan wilayah, sebagai awal dimulainya Pendataan Keluarga di setiap RT.

b. Di tingkat RT dimulai dengan inventarisasi jumlah rumah tangga dan kepala keluarga yang di data berdasarkan data di pengurus RT setempat.

c. Berdasarkan data hasil inventarisasi petugas pendata membuat rencana pelaksanaan kunjungan rumah dengan menggunakan sket peta.

d. Pelaksanaan pengisian R/I/KS dilakukan berdasarkan nomor urut pada sket peta yang telah dibuat melalui kunjungan dari rumah ke rumah oleh petugas pendata.

2. Pelaksana Pengumpulan Data melalui wawancara dan observasi

a. Terdiri dari para kader masyarakat, seperti: kader KB, kader Posyandu, kader Dasa Wisma/PKK, Karang Taruna, Saka Kencana/Pramuka dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Pendataan Keluarga dilakukan dengan menggunakan Register Pendataan Keluarga (R/I/KS), serta Buku Catatan Kader Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-Kader).

b. Pemindahan data dari C/I/PDK-Kader dalam Buku Catatan PLKB Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-PLKB) menurut wilayah pendataan.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

10

Page 11: PROFIL PENDATAAN 2009

3. Penanggungjawab Pengumpulan Data

Tanggungjawab pelaksanaan pengumpulan data berada PLKB/Penyuluh KB beserta pada para Ketua RT, Kepala Dusun/RW dan para Kepala Desa/Kelurahan setempat.

4. Pengawas Pengumpulan Data

Pengawas pelaksanaan Pendataan Keluarga berada pada para Pengawas PLKB di masing-masing kecamatan.

5. Bimbingan dan Pengamatan Pendataan Keluarga

a. Pelaksanaan bimbingan dan pengamatan Pendataan Keluarga dilaksanakan oleh Tim POSKO secara berjenjang menurut tingkatan wilayah kerja.

b. Materi bimbingan dan pengamatan terdiri dari unsur-unsur : Kelengkapan sarana formulir yang digunakan dalam Pendataan

Keluarga. Cara pengisian formulir baik dari segi materi maupun teknis

pengisiannya. Perkembangan cakupan hasil pelaksanaan pendataan secara berkala

(mingguan) melalui penyajian laporan POSKO Pendataan Keluarga. Permasalahan yang ditemui baik sasaran maupun petugas pendata.

6. Petugas Pembuat Peta Keluarga

Pembuatan Peta Keluarga atas dasar hasil pendataan dilakukan oleh PPKBD/Sub PPKBD dengan bantuan para Kader dengan bimbingan Penyuluh KB/PLKB setempat.

D. Pengolahan dan Penyajian Hasil Pendataan

Setelah selesai pelaksanaan pengumpulan data oleh kader pendata, maka dilanjutkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Hasil Pendataan Keluarga di tingkat RT dengan mengisi Register Pendataan Keluarga (R/I/KS/08) ditindaklanjuti dengan pembuatan peta keluarga sebagai peta kerja dan bahan informasi dalam sarasehan di tingkat RT.

2. Setelah selesai dilakukan pendataan oleh Sub PPKBD dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Dusun/RW dengan menggunakan formulir Rek.Dus/R/I/KS/08 dan dikirimkan ke PPKBD.

3. Setelah Rek.Dus/R/I/KS/08 diterima seluruhnya oleh PPKBD lalu dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Desa/Kelurahan menggunakan

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

11

Page 12: PROFIL PENDATAAN 2009

Rek.Des/R/I/KS/08 dan dikirim ke PLKB/Penyuluh KB.

4. Setelah Rek.Des/R/I/KS/08 diterima seluruhnya oleh PLKB/Penyuluh KB lalu dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga oleh PLKB/Penyuluh KB dan dikirimkan kepada Pengendali PLKB atau Petugas KB tingkat Kecamatan yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

5. Setelah Rek.Des/R/I/KS/08 diterima oleh Pengendali PLKB/Petugas KB di tingkat Kecamatan, lalu dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Kecamatan menggunakan Rek.Kec/R/I/KS/08 dan dikirimkan ke SKPD-KB Kabupaten/Kota dan kepada Camat setempat.

6. Setelah Rek.Kec/R/I/KS/08 diterima oleh SKPD-KB Kabupaten/Kota lalu dibuat laporan Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan Rek.Kab/R/I/KS/08 dan mengirimkan ke BKKBN Provinsi. Disamping itu juga dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh Petugas Pengelola Data pada SKPD-KB Kab/Kota untuk disampaikan kepada Bupati/Walikota dan sektor terkait di tingkat kabupaten/kota.

7. BKKBN Provinsi setelah menerima Rek.Kab/R/I/KS/08, oleh Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program (IKAP) dibuat laporan Rek.Prop/R/I/KS/08 dan mengirimkan ke BKKBN Pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik. Disamping itu, laporan tersebut dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program BKKBN Provinsi, kemudian di dibuat laporan ke tingkat Kabupaten/Kota dan sektor terkait di tingkat provinsi.

8. Direktorat Pelaporan dan Statistik bersama-sama Direktorat Pengolahan data dan Teknologi Informasi melakukan pengolahan Rek.Prop/R/I/KS/08 serta membuat ulasan dan dikan ke BKKBN Provinsi dan mitra kerja di tingkat Pusat.

BAB IIICAKUPAN DAN HASIL PENDATAAN

A. Cakupan Pendataan

Cakupan Pendataan ini adalah kemampuan kader KB dan PLKB/PKB mendata jumlah keluarga dan individu yang ada pada saat pendataan Keluarga. Cakupan pendataan terdiri dari cakupan laporan dari berbagai tingkatan wilayah yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT), Dusun/Rukun Warga (RW), Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi serta cakupan sasaran Rumah Tangga, dan Keluarga pada Pendataan Keluarga Tahun 2009.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

12

Page 13: PROFIL PENDATAAN 2009

1. Wilayah

a. Rukun Tetangga

Cakupan laporan dari tingkat Rukun Tetangga (RT) pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 1.100.865 RT dari 1.110.147 RT yang ada atau sebesar 99,16%.

Terdapat 20 provinsi yang cakupan laporan dari Rukun Tetangga (RT) mencapai 100%, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Banten, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau.

b. Dusun/Rukun Warga

Cakupan laporan dari tingkat Dusun/Rukun Warga (RW) pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 319.767 Dusun/RW dari 322.007 Dusun/RW yang ada atau sebesar 99,30%.

Sedangkan 22 provinsi yang mempunyai cakupan laporan Dusun/RW mencapai 100% adalah Provinsi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Bali, Banten, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau.

c. Desa/Kelurahan

Cakupan laporan dari tingkat Desa/Kelurahan pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 74.400 Desa/ Kelurahan dari 75.857 Desa/Kelurahan yang ada atau sebesar 98,08%.

Provinsi yang cakupan laporan Desa/Kelurahan mencapai 100% adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Bali, Banten, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi Barat, Jambi, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau.

d. Kecamatan

Cakupan laporan dari tingkat Kecamatan pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 6.398 kecamatan dari 6.469 kecamatan yang ada atau sebesar 98,90%. Provinsi yang cakupan laporan Kecamatan tidak mencapai 100% adalah Papua, dan Papua Barat.

e. Kabupaten/Kota

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

13

Page 14: PROFIL PENDATAAN 2009

Cakupan laporan dari tingkat Kabupaten/Kota pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional tercatat sebanyak 487 kabupaten/kota atau 99,39% dari 490 kabupaten/kota yang ada. Ada 3 kabupaten/kota yang belum memiliki data keluarga hingga saat ini yaitu Kabupaten Yalimo, Puncak, dan Intan Jaya di Provinsi Papua. Ketiga kabupaten tersebut tidak melakukan Pendataan Keluarga baik pada tahun 2009 maupun tahun 2008.

Sedangkan untuk 10 kabupaten/kota lainnya (Kabupaten Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Lembata, Nagekeo, dan Kota Kupang di Provinsi Nusa Tenggara Timur, serta Kabupaten Jaya Wijaya, Tolikara, Maberamo Raya, Pegunungan Bintang, dan Yahukimo di Provinsi Papua), pada buku ini digunakan hasil Pendataan Keluarga tahun sebelumnya yaitu data dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2008.

Selain itu juga terdapat 4 kabupaten/kota yang merupakan wilayah pemekaran baru (Kabupaten Anambas di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang di Provinsi Lampung) pada buku ini masih menggunakan data keluarga dari kabupaten induknya.

f. Provinsi

Di tingkat Provinsi pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 cakupan laporannya mencapai 100%, berarti tidak ada satupun provinsi yang tidak melapor. Informasi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

2. Sasaran

a. Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga yang berhasil didata pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 54.643.832 rumah tangga (97,16%) dari 56.241.303 rumah tangga yang ada.

Di tingkat provinsi, 15 (lima belas) provinsi mempunyai persentase cakupan rumah tangga didata terhadap rumah tangga yang ada mencapai 100% yaitu Provinsi Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Banten, Nangroe Aceh Darusalam, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Maluku, Papua, Maluku Utara, Papua Barat, dan Kepulauan Riau.

b. Keluarga

Jumlah keluarga yang berhasil didata pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional sebanyak 60.882.467 keluarga (99,33%) dari 61.293.227 keluarga yang ada. Persentase cakupan keluarga yang didata pada tahun 2009 lebih rendah 0,27 point persen bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 99,62%. Secara absolut jumlah keluarga didata meningkat dari 59.055.159 keluarga pada tahun 2008 menjadi 60.882.467 keluarga pada tahun 2009.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

14

Page 15: PROFIL PENDATAAN 2009

Di tingkat provinsi, 15 (lima belas) provinsi mempunyai persentase cakupan keluarga didata terhadap keluarga yang ada kurang dari 100% yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat. Data yang lebih lengkap dan rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

Perkembangan cakupan wilayah dan keluarga yang didata selama dua tahun terakhir (2008 dan 2009) dapat dilihat pada Table 1 berikut ini.

Tabel 1CAKUPAN WILAYAH DAN KELUARGA

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

Tahun Pen-

dataan

PERSENTASE CAKUPAN WILAYAH

Rumah Tangga

Keluarga RT RWDesa/

KelKec

Kab/ Kota

Prov

2008 97,71 99,62 98,05 98,45 97,34 98,41 99,37 100

2009 97,16 99,33 99,16 99,30 98,08 98,90 99,39 100

B. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

1. Demografi

Data demografi yang disajikan dalam laporan ini mencakup keterangan yang berkaitan dengan keluarga, mencakup jumlah keluarga, kepala keluarga, jumlah jiwa dalam keluarga baik dalam bentuk agregat maupun kelompok umur, dan jumlah pasangan usia subur (PUS).

a. Kepala Keluarga (KK)

Informasi tentang Kepala Keluarga (KK) yang dikumpulkan dalam Pendataan Keluarga Tahun 2009 tercatat sebanyak 60.882.467 KK atau 99,33% dari jumlah keluarga yang ada sebanyak 61.293.227 KK. Dari seluruh Kepala Keluarga yang didata itu dapat dirinci menurut karakteristiknya, seperti status jenis kelamin, status pekerjaan (bekerja dan tidak bekerja), status perkawinan (kawin dan janda/duda/belum kawin), dan tingkat pendidikan (tidak tamat SD, tamat SD-SLTP, tamat SLTA, dan tamat AK/PT).

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

15

Page 16: PROFIL PENDATAAN 2009

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 yang secara nasional mencatat sebanyak 60.882.467 Kepala Keluarga ini, menurut status jenis kelamin tercatat sebanyak 53.784.202 KK (88,34%) adalah KK laki-laki dan sebanyak 7.111.253 (11,68%) adalah KK perempuan. Daerah Provinsi yang prosentase KK dengan jenis kelamin perempuan yang tinggi adalah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (17,90%), Papua Barat (16,47%), Nusa Tenggara Barat (15,12%), Sulawesi Selatan (14,77%), D.I.Yogyakarta (14,38%), Sumatera Barat (14,15%), dan Kepulauan Riau (13,27%).

Menurut status kawin para Kepala Keluarga yang didata itu sebanyak 52.586.482 KK (86,4%) berstatus kawin, dan sisanya sebanyak 8.295.985 KK (13,6%) berstatus janda/duda/belum kawin. Angka persentase tertinggi KK berstatus janda/duda/belum kawin adalah di Provinsi Papua Barat (20,3%), kemudian diikuti oleh Nanggroe Aceh Darussalam (19,7%), D.I.Yogyakarta (17,3%), dan Sulawesi Selatan (16,4%). Sedangkan angka persentase status kawin tertinggi ada di Provinsi Bali (92,1%), Bengkulu (91,0%), dan Lampung (90,6%).

Menurut status pendidikan dari Kepala Keluarga pada umumnya masih berpendidikan rendah yaitu sebanyak 70,51% dari seluruh Kepala Keluarga itu berpendidikan Tamatan SLTP kebawah bahkan 19,86% diantaranya tidak tamat SD. Provinsi dengan angka persentase tertinggi untuk KK berpendidikan Tidak Tamat SD adalah Nusa Tenggara Barat (35,63%), Papua (33,94%), Gorontalo (31,94%), dan Nusa Tenggara Timur (31,52%). Sebaliknya angka persentase tertinggi untuk KK berpendidikan Tamat Akademi/Universitas adalah Provinsi DKI Jakarta (16,4%), kemudian diikuti Provinsi Kepulauan Riau (11,6%) dan Kalimantan Timur (10,4%).

Menurut status pekerjaan dapat diungkapkan bahwa sebanyak 53.126.353 KK (87,32%) berstatus bekerja, dan sebanyak 7.720.114 KK (12,68%) berstatus tidak bekerja. Provinsi dengan persentase KK tidak bekerja tertinggi adalah Provinsi Papua (33,15%), Papua Barat (22,79%), Kalimantan Timur (20,25%), Jawa Barat (18,88%), NTB (17,02%), DKI Jakarta (15,95%), Maluku (15,33%), dan Sulawesi Barat (13,77%). Sebaliknya angka persentase KK dengan status bekerja tertinggi adalah Provinsi Bengkulu (95,79%), kemudian Bali (95,12%), Nusa Tenggara Timur (94,31%), Kalimantan Tengah (93,54%), Jambi (93,17%), Maluku Utara (92,42%), Gorontalo (92,28%), Lampung (92,26%), Kalimantan Selatan (92,22%), Sumatera Selatan (91,93%), Kalimantan Barat (91,54%), dan Sumatera Utara (91,52%).

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

16

Page 17: PROFIL PENDATAAN 2009

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 menunjukkan bahwa secara nasional sebanyak 4.096.197 KK atau 6,73% dari 60.882.467 keluarga yang didata berstatus mendapat bantuan modal. Angka persentase KK yang mendapat bantuan modal terendah ada di Provinsi Sumatera Utara (0.98%), kemudian Maluku (1,61%), Bangka Belitung (1,89%), dan Lampung (1,91%). Sementara itu angka persentase tertinggi terdapat di Provinsi Gorontalo (22,58%), kemudian NTT (16,04%), D.I. Yogyakarta (14,79%), Sulawesi Utara (11,60%), Jawa Tengah (9,69%), dan Sulawesi Tengah (9.47%).

Secara rinci karakteristik Kepala Keluarga menurut status jenis kelamin, status pekerjaan, status kawin dan status pendidikan serta status bantuan modal masing-masing Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3, 4 dan 5.

Perkembangan karakteristik kepala keluarga selama dua tahun terakhir tidak banyak perubahan besar seperti terlihat pada tabel 2. Angka persentase kepala keluarga yang berstatus kawin relatif stabil (86,4%) pada tahun 2008 dan tahun 2009.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

17

Page 18: PROFIL PENDATAAN 2009

Sedangkan untuk tingkat pendidikan meningkat lebih baik, yaitu angka persentase kepala keluarga yang Tidak tamat SD sedikit turun, dan yang berpendidikan Tamatan SLTA dan Tamat AK/PT sedikit meningkat di tahun 2009. Sementara itu angka persentase Kepala keluarga yang bekerja juga mengalami kenaikan.

Tabel 2 PERSENTASE KK MENURUT

STATUS KAWIN PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN BANTUAN MODAL HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TahunJumlah Kepala

Keluarga

% KK Kawin

TINGKAT PENDIDIKAN (%) % KK Ber-

status Bekerja

% KKDapat

Bantuan Modal

Tidak Tamat

SD

Tamat SD -SLTP

Tamat SLTA

Tamat AK/PT

2008 57.491.268 86,4 20,8 50,7 22,4 6,0 86,8 5,9

2009 60.882.467 86,4 19,9 50,7 23,1 6,4 87,3 6,7

b. Jumlah dan Rata-rata Jiwa per Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam dalam pendataan keluarga tahun 2009 tercatat sebanyak 228.140.600 jiwa. Terdiri dari jumlah jiwa dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 113.479.565 jiwa dan sebanyak 114.661.035 jiwa perempuan atau sex ratio 98,97.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

18

Page 19: PROFIL PENDATAAN 2009

Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 60.882.467 KK, dapat diperoleh rata-rata jumlah jiwa per keluarga sebesar 3,75 jiwa, artinya

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

19

Page 20: PROFIL PENDATAAN 2009

setiap keluarga mempunyai anggota keluarga sekitar 3-4 jiwa. Rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga lebih cenderung menggambarkan beban yang harus ditanggung oleh keluarga, dari pada menggambarkan kondisi tingkat fertilitas. Hal ini dikarenakan anak yang sudah berkeluarga (berstatus kawin) tidak lagi dihitung sebagai anggota keluarga. Semakin besar rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga berarti semakin berat beban yang harus ditanggung keluarga.

Di wilayah Jawa Bali angka rata-rata jumlah jiwa per keluarga sebesar 3,59 jiwa atau lebih rendah dibanding wilayah Luar Jawa Bali I (3,98) dan Luar Jawa Bali II (4,06). Tiga provinsi di wilayah Jawa Bali yang angka rata-rata jiwa per keluarga masih tinggi antara lain Banten (4,07), DKI Jakarta (3,90) dan Bali (3,81).

Di wilayah Luar Jawa Bali I, provinsi-provinsi yang rata-rata jumlah jiwa per keluarga tinggi antara lain Sumatera Utara (4,37), Sumatera Barat (4,25), dan Kalimantan Barat (4,14). Sedangkan untuk wilayah Luar Jawa Bali II rata-rata jumlah jiwa per keluarga yang tinggi antara lain Provinsi Papua (4,50), Maluku (4,36), Nusa Tenggara Timur (4,33), dan Maluku Utara (4,32). Gambaran angka rata-rata jumlah jiwa per keluarga di setiap provinsi dalam tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6.

Tabel 3JUMLAH DAN RATA-RATA JIWA PER KELUARGA HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TAHUN PENDATAAN

JUMLAH RATA-RATA JIWA PER KELUARGA

KELUARGA JIWA

(1) (2) (3) (4)

2008 59.055.159 222.427.307 3,77

2009 60.882.467 228.140.600 3,75

Perkembangan rata-rata jumlah jiwa per keluarga secara nasional selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3 diatas. Angka rata-rata jumlah jiwa per keluarga secara nasional pada tahun 2008 dan 2009 menunjukkan adanya perubahan atau kecenderungan yang menurun, yaitu dari 3,77 jiwa pada Pendataan Keluarga Tahun 2008 menjadi 3,75 jiwa pada Pendataan Keluarga Tahun 2009.

c. Komposisi Jiwa dalam Keluarga menurut Kelompok Umur

Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam pada Pendataan Keluarga tahun 2009 adalah sebanyak 228.140.600 jiwa yang terdiri dari 113.479.565 laki-laki dan 114.661.035 perempuan. Jumlah jiwa dalam keluarga menurut komposisi kelompok umur adalah sebagai berikut:

1). Jumlah jiwa anggota keluarga yang berusia 0 - < 1 tahun (bayi) tercatat sebanyak 4.317.946 jiwa atau 1,9% dari seluruh jiwa dalam

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

20

Page 21: PROFIL PENDATAAN 2009

keluarga sebanyak 228.140.600 jiwa. Dilihat per provinsi angka persentase jumlah bayi dibawah satu tahun ini yang tertinggi ada di Provinsi Kepulauan Riau (5,5%), Sulawesi Barat dan Papua (3,1%).

2). Jumlah jiwa anggota yang berusia 1 - < 5 tahun tercatat sebanyak 14.021.154 jiwa atau 6,1% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per provinsi angka persentase ini bervariasi dari terendah di Provinsi Jawa Timur (5,1%) dan tertinggi di Kepulauan Riau (9,7%).

3). Jumlah jiwa anggota keluarga umur 5 - 6 tahun tercatat sebanyak 8.514.681 jiwa atau 3,7% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per provinsi angka persentase ini bervariasi dari terendah di Provinsi D.I.Yogyakarta (2,6%) dan teringgi di Provinsi Sulawesi Barat (6,3%).

4). Jumlah jiwa anggota keluarga yang berusia 7 - 15 tahun (usia wajib belajar) secara nasional tercatat sebanyak 41.428.467 jiwa atau 18,2% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Angka persentase anak usia sekolah (7-15 th) tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat dan Maluku Utara (23,9%), dan terendah di Provinsi D.I.Yogyakarta (13,9%).

5). Jumlah jiwa anggota keluarga kelompok umur 16 - 21 tahun secara nasional tercatat sebanyak 28.016.190 jiwa atau sebesar 12,3% dari seluruh anggota keluarga yang didata. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi Papua (23,1%), dan terendah di Provinsi D.I.Yogyakarta (9,0%).

6). Jumlah jiwa anggota keluarga kelompok umur 22 - 59 tahun secara nasional tercatat sebanyak 116.338.073 jiwa atau sebesar 51,0% dari seluruh anggota keluarga yang didata. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (58,4%), dan terendah di Provinsi Papua (38,5%).

7). Jumlah jiwa anggota keluarga umur 60 tahun ke atas, secara nasional tercatat sebanyak 15.504.089 jiwa atau 6,8% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi D.I. Yogyakarta (12,5%), dan terendah di Provinsi Papua (1,8%).

Jumlah jiwa menurut komposisi umur per Provinsi hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Sedangkan perkembangan komposisi jiwa dalam keluarga menurut kelompok umur hasil pendataan keluarga tahun 2008 dan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 KOMPOSISI JIWA DALAM KELUARGA MENURUT UMUR

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

Tahun KELOMPOK UMUR

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

21

Page 22: PROFIL PENDATAAN 2009

JUMLAH JIWA

DALAM KELUARGA

0 - <1 1 - <5 5 – 6 7 – 15 16 – 21 22 – 59 60 +

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Absolut

2008 222.427.307 4.313.784 14.020.969 8.385.170 40.738.677 26.829.849 112.480.111 15.658.747

2009 228.140.600 4.317.946 14.021.154 8.514.681 41.428.467 28.016.190 116.338.073 15.504.089

Persentase

2008 100,0 1,9 6,3 3,8 18,3 12,1 50,6 7,0

2009 100,0 1,9 6,1 3,7 18,2 12,3 51,0 6,8

d. Anak Usia Sekolah Berstatus Sekolah

Data tentang anak usia sekolah yang dikumpulkan melalui pendataan dirinci menurut kelompok umur jenjang pendidikan dasar, serta menurut status sekolah dan tidak sekolah, dan jenis kelamin. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 memperlihatkan bahwa secara nasional jumlah anak usia 7 - 15 tahun yaitu usia sekolah (wajib belajar 9 tahun) dalam keluarga tercatat sebanyak 41.428.467 orang. Dari jumlah ini anak usia sekolah yang berstatus sekolah tercatat sebanyak 38.572.702 orang atau 93,1% dari seluruh anak usia sekolah 7 -15 tahun. Menurut jenis kelamin terdiri dari 19.890.1795 laki-laki (51,6%), dan 8.682.527 perempuan (48,4%) dari 38.572.702 anak usia sekolah 7 -15 tahun yang bersekolah.

Sementara itu, jumlah anak usia sekolah 7-15 tahun yang tidak sekolah tercatat sebanyak 2.855.765 jiwa (6,9%), dan menurut jenis kelamin terdiri dari 1.519.641 jiwa laki-laki (53,2%) dan 1.336.124 jiwa perempuan (46,8%).

Jumlah dan persentase secara rinci anak usia sekolah yang sekolah dan tidak sekolah menurut jenis kelamin per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

22

Page 23: PROFIL PENDATAAN 2009

e. Rata-rata Anak Balita

Hasil pendataan tahun 2009 menunjukkan bahwa di seluruh Indonesia tercatat jumlah kepala keluarga sebanyak 60.882.467 KK dan jumlah anak balita sebanyak 18.339.100 anak, sehingga rata-rata anak balita per keluarga terdapat 0,3 balita, atau dengan kata lain setiap 100 keluarga terdapat 30 balita. Pada pendataan tahun 2009 ini terdapat 2 (dua) provinsi mempunyai rata-rata balita per keluarga terendah yaitu Provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Timur masing-masing 0,2 balita per keluarga.

Sementara itu Pendataan Keluarga Tahun 2009 ini juga tercatat jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 43.451.896 PUS. Jika dibandingkan dengan jumlah anak balita, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata setiap PUS terdapat 0,4 balita, atau dengan kata lain setiap 100 PUS terdapat 40 balita. Dilihat per provinsi rata-rata terendah di Jawa Timur (0,3 balita per PUS) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,7 balita per PUS).

Pada pendataan keluarga tahun 2009 ini juga dicatat jumlah Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 62.271.424 wanita. Kalau angka ini dibandingkan dengan jumlah anak balita, maka rata-rata jumlah balita per wanita usia subur tercatat sebesar 0,3 balita per WUS. Dengan kata lain setiap 100 WUS terdapat 30 anak balita. Menurut provinsi angka rata-rata balita per WUS ini terendah di Provinsi Jawa Timur (0,2) dan tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau (0,5).

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

23

Page 24: PROFIL PENDATAAN 2009

Angka-angka rata-rata jumlah balita per Kepala Keluarga, PUS dan WUS ini menurut Provinsi dapat dilihat seperti pada Tabel Lampiran 11.

Sedangkan perkembangan angka rata-rata balita per keluarga dan rata-rata balita per PUS selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan seperti terlihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5RATA-RATA BALITA PER KELUARGA DAN PER PUS

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TAHUNPENDATAAN

JUMLAH RATA-RATABALITA PERKELUARGA

RATA-RATA BALITA

PER PUSKK PUS BALITA

(1) (2) (3) (4) (5)=(4)/(2) (6)=(4)/(3)

2008 59.055.159 42.299.699 18.334.753 0,3 0,4

2009 60.882.467 43.451.896 18.339.100 0.3 0.4

2. Keluarga Berencana

a. Pasangan Usia Subur (PUS) menurut Kelompok Umur

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia yang tercatat pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 sebanyak 43.451.896 pasangan. Dari jumlah tersebut dilihat dari kelompok umur istri tercatat sebanyak 1.686.398 istri atau 3,9% berusia di bawah 20 tahun, 14.993.468 istri atau 34,5% berusia 20-29 tahun, dan 26.772.030 istri atau 61,6% berusia 30 tahun ke atas. Di tingkat provinsi, angka persentase PUS berusia di bawah 20 tahun berkisar antara 0,7% di D.I. Yogyakarta hingga 13,4% di Papua Barat. Jarak sebar ini untuk PUS berusia 20-29 tahun antara 24,8% di D.I.Yogyakarta hingga 40,60% di Kalimantan Barat, sedangkan PUS berusia 30 tahun ke atas antara 47,5% hingga 74,5%, masing-masing di Papua Barat dan D.I. Yogyakarta. Angka ini per provinsi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13.

Perkembangan angka persentase PUS menurut kelompok umur selama dua tahun terakhir dapat diungkapkan sebagai berikut:1). Angka persentase jumlah PUS umur dibawah 20 tahun terhadap

seluruh PUS, antara tahun 2008 dan tahun 2009, secara nasional sedikit menurun dari 4,0% menjadi 3,9%.

2). Angka persentase jumlah PUS usia 20-29 tahun terhadap seluruh PUS, meningkat dari 34,3% menjadi 34,5%,

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

24

Page 25: PROFIL PENDATAAN 2009

3). Angka persentase jumlah PUS usia 30 tahun keatas terhadap seluruh PUS sedikit menurun dari 61,7% menjadi 61,6%.

Penambahan PUS baru pada tahun 2009 adalah sebanyak 1.152.197 pasangan, yang terdiri dari 771 istri berusia di bawah 20 tahun, 14.993.468 istri berusia 20-29 tahun, dan 26.772.030 istri berusia 30 tahun ke atas.

Tabel 6

PERSENTASE PUS MENURUT KELOMPOK UMUR ISTRI HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

TAHUNPENDATAAN

JUMLAHPUS

PERSENTASE PUS MENURUT KELOMPOK UMUR ISTRI

< 20 TH 20 – 29 TH 30+ TH(1) (2) (3) (4) (5)

2008 42.299.699 1.685.627 (4,0%)

14.519.274 (34,3%)

26.094.798 (61,7%)

2009 43.451.896 1.686.398 (3,9%)

14.993.468 (34,5%)

26.772.030 (61,6%)

Penambahan PUS baru 1.152.197

771(0,07%)

474.194 (41,15%)

677.232 (58,78%)

25

Page 26: PROFIL PENDATAAN 2009

b. Tingkat Kesertaan ber-KB

Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari angka persentase PUS yang menjadi peserta KB. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009 menunjukkan bahwa secara nasional jumlah peserta KB tercatat sebanyak 30.813.854 peserta, dan jumlah PUS sebanyak 43.451.896 pasangan, sehingga tingkat kesertaan ber-KB dari seluruh pasangan usia subur (PUS) sebesar 70,91%, atau 7 dari 10 PUS pada tahun 2009 menjadi peserta KB.

Tingkat kesertaan ber-KB ini dilihat menurut provinsi hasil pendataan keluarga tahun 2009 menunjukkan jarak sebar yang tinggi pula, yaitu terendah di Provinsi Papua sebesar 29,39%, dan tertinggi di Bali sebesar 83,97%. Provinsi lain yang tingkat kesertaan ber-KB cukup rendah antara lain Papua Barat (43,99%), Maluku (55,99%), dan Maluku Utara (58,28%).

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

26

Page 27: PROFIL PENDATAAN 2009

Angka perkembangan tingkat kesertaan ber-KB ini selama 2 (dua) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat perkembangannya pada Tabel 7. Dari Tabel 7 tersebut dapat diungkapkan bawa tingkat kesertaan ber-KB yang dicerminkan oleh angka persentase peserta KB terhadap PUS secara nasional menunjukkan adanya sedikit kenaikan (0,39%) yaitu dari 70,55% pada Pendataan Keluarga Tahun 2008 menjadi 70,91% pada Pendataan Keluarga Tahun 2009. Sedangkan disparitas tingkat prevalensi KB per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 7a.

Tabel 7 PERKEMBANGAN TINGKAT KESERTAAN BER KB HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TAHUNPENDATAAN

JUMLAH PERSENTASEPESERTA KB

THD PUSPeserta KB PUS(1) (2) (3) (4) = (2)/(3)

2008 29.841.240 42.299.699 70,55

2009 30.813.854 43.451.896 70,91

Tabel 7a. DISPARITAS TINGKAT PREVALENSI KB PER KABUPATEN

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

27

Page 28: PROFIL PENDATAAN 2009

KODE PROVINSI Prevalensi KB Jumlah Kab/Kota

Disparitas Tingkat Prevalensi Per Kabupaten/Kota

Yang terendah % Yang tertinggi %

01 NANGROE ACEH DARUSSALAM 64.15 23 Simeulue 43.85 Bener meriah 82.15

02 SUMATERA UTARA 62.11 33 Samosir 38.68 Serdang Berdagi 71.65

03 SUMATERA BARAT 64.06 19 Kep. Mentawai 44.2 Solok Selatan 74.42

04 R I A U 66.40 12 Dumai 44.67 Indragiri Hilir 71.77

05 JAMBI 75.56 11 T Jabun g Barat 69.81 KT Sungai Penuh 79.14

06 SUMATERA SELATAN 71.24 15 Empat Lawang 36.26 Pagar Alam 77.57

07 BENGKULU 76.46 10 Seluma 62.42 Bengkulu Selatan 85.98

08 LAMPUNG 69.44 10 Lampung Utara 56.6 Kota Metro 73.63

09 DKI JAKARTA 76.09 6 Kep. Seribu 73.74 Jakarta Timur 77.32

10 JAWA BARAT 73.05 26 Bogor 67.52 Sumedang 82.4

11 JAWA TENGAH 76.72 35 Kota Tegal 70.74 Wonogiri 82.05

12 DI YOGYAKARTA 76.47 8 Kulon Progo 67.19 Gunung Kidul 80.69

13 JAWA TIMUR 72.89 38 Bangkalan 64.79 Mojokerto 79.77

14 B A L I 83.97 9 Gianyar 80.55 Jembrana 87.89

15 NUSA TENGGARA BARAT 66.26 10 Lombok Timur 61.29 Kota Bima 80.62

16 NUSA TENGGARA TIMUR 62.93 21 Sumba Tengah 29.98 Manggarai Barat 78.51

17 KALIMANTAN BARAT 66.38 14 Bengkayang 56.38 Kapuas Hulu 74.56

18 KALIMANTAN TENGAH 69.97 14 Gunung Mas 56.39 Barito Utara 79.09

19 KALIMANTAN SELATAN 73.10 13 Banjar 67.47 Tapin 78.02

20 KALIMANTAN TIMUR 67.56 14 Kota Tarakan 38.75 Kutai Timur 87.7

21 SULAWESI UTARA 77.66 15 BolTim 68.19 Minahasa Tenggara 86.36

22 SULAWESI TENGAH 67.56 15 Donggala 59.91 Poso 80.46

23 SULAWESI SELATAN 64.29 24 Luwu 45.05 Bantaeng 77.77

24 SULAWESI TENGGARA 62.09 12 Buton Utara 42.92 Kota Kendari 66.65

25 MALUKU 55.99 11 Kep. Aru 21.7 Buru 72.02

26 PAPUA 29.39 29 Deiyai 0.31 Kota Jayapura 76.29

28 B A N T E N 65.00 8 Tanggerang 61.1 Kota Cilegon 70.65

29 BANGKA BELITUNG 74.30 7 Bangka Tengah 67.04 Belitung 81.94

30 GORONTALO 73.28 6 Gorontalo Utara 69.82 Kota Gorontalo 75.52

31 MALUKU UTARA 58.28 9 Kep. Sula 40.46 Kota Tidore Kepulauan 74.07

32 PAPUA BARAT 43.99 11 Teluk Wondama 13.79 Teluk Bintuni 72.67

33 KEPULAUAN RIAU 77.78 7 Natuna 56.73 Kota Batam 81.14

34 SULAWESI BARAT 60.78 5 Mamuju 57.85 Mamasa 79.07

c. Peserta KB Menurut Tempat Pelayanan

Dalam memperoleh pelayanan KB para peserta KB dapat diklasifikasikan dalam 2 jalur, yaitu tempat pelayanan KB Pemerintah dan Swasta. Pada Pendataan Keluarga Tahun 2009, dari 30.813.854 jumlah seluruh peserta

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

28

Page 29: PROFIL PENDATAAN 2009

KB, sebanyak 15.770.831 peserta atau 51,18% mendapatkan pelayanan KB dari jalur Pemerintah. Sedangkan peserta KB yang dilayani melalui jalur Swasta sedikit lebih rendah dari peserta KB yang dilayani jalur Pemerintah, yaitu sebanyak 15.043.023 peserta, atau 48,82% dari seluruh peserta KB. Dilihat per provinsi peserta KB yang dilayani melalui jalur Swasta ini tertinggi di Provinsi Bali (68,39%) dan terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur (3,62%). Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 14.

d. Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut tahun depan.

Pada Pendataan Keluarga tahun 2009 secara nasional mendata pula untuk peserta KB Implant yang Implantnya perlu atau sudah waktunya untuk dicabut tahun depan, yaitu sebanyak 338.438 peserta. Provinsi dengan jumlah peserta KB Implant yang perlu dicabut Implantnya tahun

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

29

Page 30: PROFIL PENDATAAN 2009

depan terbanyak adalah Jawa Tengah (40.402 peserta), Jawa Timur (37.207 peserta), dan Jawa Barat (34.258 peserta), sedangkan jumlahnya yang terendah adalah di Bangka Belitung (320 peserta), Bali (410 peserta), Nanggroe Aceh Darussalam (519 peserta), dan Papua Barat (607 peserta).

e. PUS Bukan Peserta KB

Pada Pendataan Keluarga Tahun 2009, mendata pula jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bukan peserta KB. Secara nasional tercatat PUS yang bukan peserta KB sebanyak 12.638.042 pasangan atau 29,09% dari jumlah PUS keseluruhan.

Dari PUS yang bukan peserta KB ini dilihat menurut statusnya adalah :

1) PUS Bukan Peserta KB Sedang Hamil

Secara nasional PUS sedang hamil sebanyak 1.591.984 pasangan atau sebesar 3,66% terhadap PUS keseluruhan. Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS yang sedang berstatus hamil terhadap jumlah PUS secara keseluruhan yang tinggi, diwilayah Jawa Bali adalah Jawa Barat (3,77%) dan Banten (3,61%), di wilayah Luar Jawa Bali I di Nanggroe Aceh Darussalam (5,94%) dan Sulawesi Barat (5,13%), dan di wilayah Luar Jawa Bali II di Kepulauan Riau (7,00%) dan Papua Barat (6,55%).

2) PUS Bukan Peserta KB Ingin Anak Segera (IAS)

Secara nasional PUS bukan Peserta KB dengan status Ingin Anak Segera (IAS) tercatat sebanyak 3.790.739 atau sebesar 8,72% dari seluruh PUS. Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS Ingin Anak Segera tertinggi untuk wilayah Jawa Bali adalah provinsi Banten (10,02%) dan Jawa Timur (9,43%).

Untuk wilayah Luar Jawa Bali I angka persentase PUS Ingin Anak Segera tertinggi adalah din Provinsi Sumatera Barat (13,59%) dan Sulawesi Barat (12,27%). Sedangkan wilayah Luar Jawa Bali II angka persentase PUS Ingin Anak Segera tertinggi adalah di Provinsi Papua (30,45%) dan Papua Barat (14,58%).

3) PUS Bukan Peserta KB Ingin Anak Ditunda (IAT)

Secara nasional PUS bukan peserta KB dengan status Ingin Anak Ditunda (IAT) tercatat sebanyak 3.445.188 atau sebesar 7,93% dari seluruh PUS. Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS ingin anak ditunda tertinggi di wilayah Jawa Bali adalah di Provinsi Banten

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

30

Page 31: PROFIL PENDATAAN 2009

(10,22%). Untuk wilayah Luar Jawa Bali I adalah di Provinsi Sulawesi Barat (12,85%), Nusa Tenggara Barat (11,15%), Sulawesi Selatan (10,86%), Sumatera Utara (10,65%), dan Nanggroe Aceh Darussalam (10,54%). Sedangkan di wilayah Luar Jawa Bali II adalah di Papua (26,61%), Papua Barat (20,23%), Maluku Utara (15,91%), dan Maluku (13,21%).

4) PUS Bukan Peserta KB Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL)

PUS Bukan Peserta KB dengan status Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL) adalah PUS yang sebenarnya memerlukan pelayanan kontrasepsi tetapi belum terlayani sehingga belum ber-KB, dan merupakan salah satu sasaran utama dalam pelayanan kontrasepsi. Dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2009 secara nasional jumlah PUS belum ber-KB tidak ingin anak lagi tercatat sebanyak 3.819.666 orang atau 8,79% dari seluruh PUS. Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS tidak ingin anak lagi tertinggi di wilayah Jawa Bali adalah di Provinsi Banten (11,16%). Untuk wilayah Luar Jawa Bali I adalah di Provinsi Sumatera Utara (11,15%) dan Kalimantan Barat (10,38%). Sedangkan di wilayah Luar Jawa Bali II adalah di Papua Barat (14,64%), Maluku (14,40%), Maluku Utara (12,38%), dan Kalimantan Timur (12,23%). .

Tabel 8 PUS BUKAN PESERTA KB MENURUT LATAR BELAKANGNYA

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TAHUNPENDATAAN

JUMLAHPUS TIDAK

BER KB

LATAR BELAKANG

Hamil Ingin Anak Segera

Ingin Anak Ditunda

Tidak InginAnak Lagi

(1) (2) (3) (4) (6) (6)

A B S O L U T

2008 12.458.459 1.546.904 3.579.508 3.353.157 3.978.890

2009 12.647.577 1.591.984 3.790.739 3.445.188 3.819.666

PERSENTASE TERHADAP JUMLAH PUS SELURUHNYA

2008 29,45 3,66 8,46 7,93 9,41

2009 29,10 3,66 8,72 7,93 8,79

PUS bukan peserta KB yang Ingin Anak Ditunda (IAT) dan Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL) merupakan sasaran pelayanan KB yang belum terlayani atau disebut Unmet Need KB.. Perkembangan Unmet Need KB berdasarkan Pendataan Keluarga pada tahun 2008 dan tahun 2009 jumlahnya secara keseluruhan menurun yaitu dari 7.332.047 pasangan menjadi 7.264.854 pasangan, secara persentase juga menurun yaitu dari

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

31

Page 32: PROFIL PENDATAAN 2009

17,33% pada tahun 2008 menurun menjadi 16,72% pada tahun 2009. Disparitas tingkat unmet need per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 9a.

Tabel 9PERKEMBANGAN JUMLAH PUS BUKAN PESERTA KB STATUS INGIN

ANAK DITUNDA (IAT) DAN TIDAK INGIN ANAK LAGI (TIAL)HASIL PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2008 DAN 2009

TAHUNPENDATAAN

JUMLAHPUS

JUMLAH IAT DAN TIAL

IAT TIAL JUMLAH Persentase

(1) (2) (3) (4) (5) (4)=(5)/(2)

2008 41.257.075 3.356.528 3.891.886 7.332.047 17,33

2009 43.451.896 3.445.188 3.819.666 7.264.854 16,72

Tabel 9a. DISPARITAS TINGKAT UNMET NEED KB PER KABUPATEN

KODE PROVINSI Unmet Need

Jumlah Kab/Kota

Disparitas Tingkat Unmet Need Per Kabupaten/Kota

Yang terendah % Yang tertinggi %

01 NANGROE ACEH DARUSSALAM 19.28 23 KOTA LHOKSUMAWE 5.97 SIMEULUE 42.35

02 SUMATERA UTARA 21.80 33 DELI SERDANG 12.29 NIAS SELATAN 40.85

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

32

Page 33: PROFIL PENDATAAN 2009

03 SUMATERA BARAT 17.34 19 KAB. SOLOK 10.79 KEP MENTAWAI 34.73

04 R I A U 21.17 12 INDRAGIRI HILIR 15.00 KOTA DUMAI 38.19

05 JAMBI 14.57 11 KOTA SUNGAI PENUH 10.69 TANJUNG JABUNG BARAT 19.66

06 SUMATERA SELATAN 17.53 15 PAGAR ALAM 9.36 EMPAT LAWANG 38.26

07 BENGKULU 12.88 10 BENGKULU SLATAN 5.50 SELUMA 22.07

08 LAMPUNG 18.77 10 LAMPUNG SELATAN 15.18 PESAWARAN 22.17

09 DKI JAKARTA 14.90 6 JAKARTA SELATAN 13.18 JAKARTA UTARA 17.83

10 JAWA BARAT 16.10 26 SUMEDANG 7.58 KAB. BOGOR 21.29

11 JAWA TENGAH 12.99 35 REMBANG 8.13 KOTA TEGAL 18.24

12 DI YOGYAKARTA 11.64 8 GUNUNG KIDUL 9.17 KULON PROGO 16.44

13 JAWA TIMUR 14.89 38 NGAWI 8.48 SUMENEP 22.02

14 B A L I 4.74 9 JEMBRANA 2.10 GIANYAR 7.93

15 NUSA TENGGARA BARAT 19.93 10 KOTA BIMA 9.45 LOMBOK TIMUR 23.92

16 NUSA TENGGARA TIMUR 21.74 21 MANGGARAI TIMUR 14.15 SABU RAIJUA 45.07

17 KALIMANTAN BARAT 20.38 14 KAPUAS HULU 14.75 BENGKAYANG 29.11

18 KALIMANTAN TENGAH 17.42 14 KATINGAN 9.27 GUNUNG MAS 26.32

19 KALIMANTAN SELATAN 14.70 13 TABALONG 9.64 BANJAR 19.80

20 KALIMANTAN TIMUR 20.92 14 TANAH TIDUNG 13.65 KOTA SAMARINDA 23.09

21 SULAWESI UTARA 12.71 15 KEPULAUAN TALAUD 3.54 KOTA MANADO 19.20

22 SULAWESI TENGAH 19.37 15 POSO 9.18 DONGGALA 24.45

23 SULAWESI SELATAN 20.59 24 MAROS 7.36 SELAYAR 32.28

24 SULAWESI TENGGARA 23.12 12 KONAWE UTARA 19.14 BUTON UTARA 32.29

25 MALUKU 27.61 11 KOTA AMBON 17.08 SERAM BAGIAN TIMUR 45.49

26 PAPUA 35.27 29 KOTA JAYAPURA 8.15 BOVEN DIGOEL 78.29

28 B A N T E N 21.38 8 KOTA CILEGON 17.65 KOTA SERANG 25.14

29 BANGKA BELITUNG 16.11 7 BELITUNG 7.71 BANGKA TENGAH 23.29

30 GORONTALO 14.32 6 KOTA GORONTALO 10.80 POHUWANTO 17.51

31 MALUKU UTARA 28.29 9 KOTA TIDORE KEPULAUAN 15.63 KEP. SULA 40.22

32 PAPUA BARAT 34.87 11 KAB. TEL. BINTUNI 19.37 KAB. TEL. WONDAMA 55.37

33 KEPULAUAN RIAU 7.01 7 KOTA TANJUNG PINANG 6.47 KARIMUN 7.09

34 SULAWESI BARAT 21.82 5 MAMASA 11.52 POLMAN 26.20

3. Keluarga Sejahtera

Secara nasional jumlah keluarga yang didata pada tahun 2009 sebanyak 60.882.467 keluarga. Dengan menggunakan 21 indikator, maka dapat diklasifikasikan jumlah keluarga sejahtera dalam 5 tahapan yaitu:

a. Keluarga Para Sejahtera sebanyakb. Keluarga Sejahtera I sebanyakc. Keluarga Sejahtera II sebanyakd. Keluarga Sejahtera III sebanyake. Keluarga Sejahtera III Plus sebanyak

13.571.61114.391.99316.801.53213.455.191

2.662.140

(22,3%)(23,6%)(27,6%)(22,1%)

(4,4%)

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

33

Page 34: PROFIL PENDATAAN 2009

Perkembangan jumlah dan persentase dari seluruh kepala keluarga menurut tahapan keluarga sejahtera selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa jumlah keluarga menurut klasifikasi tahapan keluarga semua meningkat, akan tetapi komposisi angka persentasenya untuk Keluarga Prasejahtera menurun dari 22,9% pada tahun 2008 menjadi 22,3% pada tahun 2009. Sedangkan untuk Keluarga Sejahtera III Plus relatif stabil diangka 4,4%.

Tabel 10PERKEMBANGAN KELUARGA MENURUT TAHAPAN KS

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2008 DAN 2009

TAHUN PENDATAAN

JUMLAHKEPALA

PRA-S KS I KS II KS III KS III +

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

34

Page 35: PROFIL PENDATAAN 2009

KELUARGA

200860.882.467

(100,0%)

13.547.651

(22,9%)

13.758.879

(23,3%)

16.165.769

(27,4%)

12.979.352

(22,0%)

2.603.508

(4,4%)

2009 60.882.467

(100,0%)

13.571.611

(22,3%)

14.391.993

(23,6%)

16.801.532

(27,6%)

13.455.191

(22,1%)

2.662.140

(4,4%)

Untuk Keluarga Sejahtera I, II dan III, baik secara absolut maupun angka persentase terhadap seluruh keluarga mengalami peningkatan. Angka persentase Keluarga Sejahtera I pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,3 point persen yaitu dari 23,3% pada Pendataan Keluarga Tahun 2008 menjadi 23,6% pada Pendataan Keluarga Tahun 2009. Sedangkan angka persentase Keluarga Sejahtera II pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,2 point persen yaitu dari 27,4% pada Pendataan Keluarga Tahun 2008 menjadi 27,6% pada Pendataan Keluarga Tahun 2009. Demikian pula untuk Keluarga Sejahtera III pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,1 point persen yaitu dari 22,0% pada Pendataan Keluarga Tahun 2008 menjadi 22,1% pada Pendataan Keluarga Tahun 2009. Sedangkan disparitas persentase jumlah keluarga sejahtera per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 10a.

Tabel 10a. DISPARITAS PERSENTASE JUMLAH KELUARGA PRA-SEJAHTERAPER KABUPATEN

KODE PROVINSI% Jumlah

Keluarga Pra Sejahtera

Jumlah Kab/Kota

Disparitas Persentase Jumlah Keluarga Pra-Sejahtera Per Kabupaten/Kota

Yang terendah % Yang tertinggi %

01 NANGROE ACEH DARUSSALAM 26.3 23 Kota Banda Aceh 1.3 Aceh Utara 38.6

02 SUMATERA UTARA 11.9 33 Binjai 0.7 Nias Selatan 61.8

03 SUMATERA BARAT 7.8 19 Kota Padang 2.5 Kep. Mentawai 51.8

04 R I A U 10.20 12 Kota Pekanbaru 0.7 Rokan Hulu 18.2

05 JAMBI 9.3 11 Kota Jambi 3.2 Merangin 15.4

06 SUMATERA SELATAN 16.9 15 Kota Pagar Alam 8.6 Banyuasin 30.9

07 BENGKULU 15.3 10 Kota Bengkulu 3.0 Seluma 23.9

08 LAMPUNG 37.4 10 Kota Metro 16 Way Kanan 51.5

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

35

Page 36: PROFIL PENDATAAN 2009

09 DKI JAKARTA 0.8 6 Jakarta Pusat 0.0 Kep. Seribu 7.5

10 JAWA BARAT 20.6 26 Kota Depok 2.8 Karawang 36.6

11 JAWA TENGAH 31.6 35 Kota Surakarta 10.0 Grobogan 65.4

12 DI YOGYAKARTA 18.4 8 Kota Yogyakarta 8.4 Kulon Progo 36.1

13 JAWA TIMUR 24.6 38 Kota Madiun 1.9 Ngawi 58.3

14 B A L I 7.5 9 Gianyar 0.1 Karang Asem 18.3

15 NUSA TENGGARA BARAT 31.6 10 Lombok Utar 9.6 Lombok Tengah 40.8

16 NUSA TENGGARA TIMUR 58.3 21 Kota Kupang 23.3 Sumba Tengah 92.8

17 KALIMANTAN BARAT 6.4 14 Sekadau 1.1 Kayong Utara 23.8

18 KALIMANTAN TENGAH 12.3 14 Kota Palangkaraya 0.1 Kapuas 23.4

19 KALIMANTAN SELATAN 7.80 13 Banjarbaru 3.7 Tapin 13.5

20 KALIMANTAN TIMUR 9.3 14 Kota Samarinda 3.6 Kota Bontang 26.9

21 SULAWESI UTARA 18.70 15 Kota Palu 15.8 Bangkep 56.2

22 SULAWESI TENGAH 27.5 15 Kotamobagu 6.0 Kep. Sangihe 35.5

23 SULAWESI SELATAN 17.4 24 Soppeng 3.3 Janeponto 33.7

24 SULAWESI TENGGARA 37.4 12 Kota Kendari 19.9 Buton Utara 56.3

25 MALUKU 31.0 11 Kota Ambon 9.6 Seram Bagian Timur 66.6

26 PAPUA 48.6 29 Kota Jayapura 9.3 Pengunungan Bintang 94.2

28 B A N T E N 20.2 8 Tanggerang 5.5 Pandegelang 29.6

29 BANGKA BELITUNG 3.2 7 Kota Pangkal Pinang 0.1 Belitung 8.5

30 GORONTALO 28.0 6 Kota Gorontalo 7.4 Pohuwato 41.2

31 MALUKU UTARA 28.3 9 Kota Ternate 3.3 Halmahera Barat 44.3

32 PAPUA BARAT 39.9 11 Kep. Raja empat 4.8 Teluk Bintuni 61

33 KEPULAUAN RIAU 7.9 7 Kota Batam 2.0 Natuna 23

34 SULAWESI BARAT 34.2 5 Polewali Mandar 25.3 Mamasa 77.9

BAB IVP E N U T U P

Pendataan Keluarga yang dilakukan bersama masyarakat ini merupakan data mikro keluarga di daerah yang sesungguhnya dapat menyediakan data dan informasi yang sangat penting untuk Program Pembangunan di Daerah, khususnya Program KB Nasional. Akan tetapi upaya untuk meningkatkan makna dan pemanfaatannya masih terkendala untuk dapat merekam data pendataan keluarga menjadi Database Keluarga di daerah, karena keterbatasan dari sisi kompetensi tenaga, penyediaan sarana serta program aplikasi yang mudah untuk dapat dimplementasikan di daerah. Oleh karena itu, pemanfaatan data yang dilakukan dewasa ini masih dilakukan dalam bentuk tabulasi pengolahan sederhana, terutama untuk manajemen operasional, pembuatan segmentasi potensi sasaran per wilayah dan pembuatan peta kerja operasional di lapangan.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

36

Page 37: PROFIL PENDATAAN 2009

Hasil pendataan Keluarga tahun 2009 ini di berbagai daerah telah dilakukan pemanfaatannya melalui kegiatan sarasehan dan seminar di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi untuk lebih mensosialisasikan makna dan pemanfaatannya didaerah kepada mitrakerja dan pihak-pihak terkait dengan program kependudukan dan KB. Upaya sosialisasi hasil Pendataan Keluarga beserta makna dan implikasinya di setiap tingkatan wilayah, masih perlu terus ditingkatkan sehingga semua pihak dapat memahami kekuatan dan sekaligus keterbatasannya. Dengan demikian pemanfaatan dan penggunaan data dapat lebih proporsional sesuai dengan maksud dan tujuannya. Mengingat semakin meningkatnya pemanfaatan hasil Pendataan Keluarga ini ke depan, maka perlu terus menerus dilakukan pembinaan pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga di setiap tingkatan wilayah, agar data dan informasi yang dihasilkan dapat memenuhi standar kualitas data yang diharapkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, agar hasil pendataan keluarga ini dapat menjadi Database Keluarga sebagai asset data mikro keluarga yang dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagai kebutuhan program-program pembangunan kependudukan dan keluarga di daerah.

Akhirnya kepada seluruh keluarga, kader-kader dan tokoh masyarakat serta para Petugas Lapangan KB atau Penyuluh KB yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan Pendataan Keluarga, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga.

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

37

Page 38: PROFIL PENDATAAN 2009

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

38

Page 39: PROFIL PENDATAAN 2009

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

39