problematika hubungan antara psikologi dengan agama

10
TUGAS PSIKOLOGI AGAMA 1 PROBLEMA HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI DENGAN AGAMA 1.INTEGRASI ANTARA PSIKOLOGI DENGAN AGAMA 2.BENTUK INTERAKSI ANTARA PSIKOLOGI DENGAN AGAMA 3.ALASAN PSIKOLOGI MENDEKATI AGAMA

Upload: uin-sultan-syarif-kasim-riau

Post on 14-Apr-2017

1.317 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

TUGAS PSIKOLOGI AGAMA 1PROBLEMA HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI DENGAN

AGAMA1.INTEGRASI ANTARA PSIKOLOGI DENGAN AGAMA2.BENTUK INTERAKSI ANTARA PSIKOLOGI DENGAN

AGAMA3.ALASAN PSIKOLOGI MENDEKATI AGAMA

Page 2: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

ELFI SYUKRINA KHAIRIAH GITA FATMAWATI

RUZIQNA SARDIANI WAHYUNI

SILVIA NORA SUTRA WANDA

YATI OKTA ANGELA SARI

3F

OLEH KELOMPOK 4 :

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN SYARIF KASIMRIAU

Page 3: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

INTEGRASI ANTARA PSIKOLOGI DENGAN AGAMA

Proses integrasi antara psikologi dengan agama terbagi ke dalam tiga periode :

A. AWAL ABAD KE-16Pada abad ke-16 psikologi barat sangat erat berkaitan dengan pandangan agama.

Buktinya : adanya cabang ilmu pneumatologi, yang terbagi atas 3 bentuk :

Ilmu tentang tuhan (Teologi)

Ilmu tentang ruh-ruh perantara (Angelologi)

Ilmu tentang ruh manusia (Psychologia)

Pada masa ini psikologi masih berbau metafisis.

Page 4: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

B. MASA PERTENTANGANPada 1879, datanglah Wilhelm Wundt di Universitas Leipzig. Ia dianggap sebagai bapak psikologi

modren yang berlandaskan di atas landasan ilmiah. Hal ini didukung oleh Fechner, yang menemukan metode eksak dalam pengukuran observasi eksperimental untuk meneliti gejala psikis.

Fechner ternyata sosok yang sangat spiritual. Hal ini dapat dijelaskan oleh Ken Wilber pada salah satu kutipannya (Wilber, 2000:viii-ix), yang mengatakan bahwa ketika ia membongkar-bongkar toko buku yang dipenuhi buku-buku filsafat yang tua, dengan sangat terkejut ia menemukan buku dengan judul yang mencolok mata yaitu Life After Death yang ditulis tidak lain oleh Gustav Fechner.

Dari cerita tersebut dapat terlihat bahwa ada dua sisi yang berlawanan dari seorang Fechner, yaitu :• Pada satu sisi ia memandang manusia sebagai makhluk ruhaniah yang bergerak menuju Tuhan.• Pada sisi yang lain ia melihat bahwa jiwa manusia sebagai objek yang bisa diukur dan diteliti secara

eksperimental.

Sayangnya, sisi spiritual psikologinya terbuang dalam onggokan sejarah, sedangkan sisi material psikologinya menjadi arus kuat yang bergabung dengan gelombang Pencerahan pada abad 18 yang melahirkan sains modren.

Page 5: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

Karena kesadaran dianggap sebagai ilusi subjektif, psikologi tidak lagi berhubungan

dengan psyche. Pada saat itulah, psikologi mengambil jalan yang bertentangan dengan agama.

Para tokoh psikoanalisis dan behavioral menegakkan teori mereka di atas asumsi-asumsi sains

modren. Perilaku manusia dijelaskan secara naturalistis, artinya menghindari penjelasan

spiritual. Psikologi tidak mempercayai adanya realitas spiritual atau supernatural. Tidak heran

jika kita menemukan para tokoh awal psikologi yang umumnya atheis. Freud meninggalkan

Yahudi dan mendirikan “agama” Psikoanalisis. Watson keluar dari Kristen dan menjadi “nabi”

behaviorisme.

Psikoanalisis dan behaviorisme memang hanya dua mazhab dalam psikologi, tetapi

keduanya sangat dominan dalam sains modren. Namun kita harus menggarisbawahi di samping

psikologi sains modren, ada arus bawah gerakan budaya kontra yang tetap berusaha

mengintegrasikan psikologi dengan agama. Pada paruh kedua abad 20, arus bawah ini perlahan-

lahan naik ke atas.

Page 6: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

C. MENUJU INTEGRASI KEMBALI

Pada 1950 dan 1960-an, para terapis menemukan sejenis pasien baru. Seorang

wakil presiden dari Gross and Jumbo Corporation datang menemui terapis.

Pekerjaannya mapan, memiliki jabatan, dicintai anak dan istri, anak-anaknya tidak

bermasalah, kehidupan seksualnya memuaskan, dihormati di tengah masyarakat,

temannya banyak, rumahnya besar, memiliki mobil dan simpanan uang di bank.

Mereka dipandang sukses dalam budayanya. Orang ini telah memperoleh apa yang

disebut dengan kebahagiaan. Ternyata yang mereka permasalahkan ialah “Hidupku

kosong”, atau “Semuanya tak begitu berarti”, atau “Aku merasa hampa”.

Melihat situasi tersebut, dua cabang psikologi behaviorisme dan psikoanalasis

tidak dapat berbuat banyak.

Page 7: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

BENTUK-BENTUK INTERAKSI PSIKOLOGI

DAN AGAMAJones (1997:114) menyebutkan tiga bentuk tradisional yang mengungkapkan hubunga antara psikologi dan agama. Hubungan itu selalu bersifat satu arah dengan posisi psikologi di atas agama.

3 bentuk interaksi psikologi dan agama:• Bentuk pertama, studi agama yang di lakukan oleh para psikolog.• Bentuk kedua, pengetahuan psikologis dipergunakan untuk membimbing para

pastor dalam mengayomi jamaahnya.• Bentuk ketiga, menggunakan penemuan psikologis untuk “merevisi,

menafsirkan kembali, meredefinisi, mendukung, atau membuang tradisi-tradisi agama yang sudah ada.

Page 8: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

Jones menganggap bahwa ketiga bentuk interaksi ini memperlakukan

agama sebagai objek, untuk penelitian, untuk pembinaan dan penyediaan jasa atau

untuk pembaruan pemikiran ke agamaan. Dalam ketiga-tiganya agama tidak

pernah menjadi mitra yang sejajar. Jones mengusulkan tiga bentuk interaksi

lainnya

• Interaksi kritis-evaluatif

• Interaksi konstruktif

• Interaksi dialogis dan dialektis

Page 9: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama

ALASAN PSIKOLOGI MENDEKATI AGAMA

Beberapa alasan psikologi mendekati agama :

Penelitian agama dan kesehatan mental, jika agama terbukti menyehatkan

secara fisik dan mental, psikoterapis yang mengabaikan agama akan

kehilangan sumber daya yang utama

Perubahan paradigma sains

Penelitian neurologi dan kesadaran

Page 10: Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama