problematika mahasiswa pai dalam mempersiapkan...
TRANSCRIPT
PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI
DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI
STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
UMI FATHIMAH
111-12-164
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
iii
PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI
DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI
STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
UMI FATHIMAH
111-12-164
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
vii
MOTTO
“Tidak ada jalan bertabur bunga dalam menggapai cita
dan cinta”
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya”(Q.S Al-Baqarah: 286)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibuku (Ngaliyem) dan ayahku (Sariyono) yang sangat saya cintai, sebagai
wujud baktiku padanya yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan
doanya bagi penulis.
2. Saudaraku tersayang, Mu’arifin sekeluarga, yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan.
3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI yang selalu membimbing dan memotivasi
penulis.
4. K.H Nasafi M.Pd, dan bu Nyai Asfiah selaku orang tua keduaku di pondok
pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.
5. Teman-teman PAI 2012 seperjuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi
guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.
Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.
Penulis banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyususnan skripsi
ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya
skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
x
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi
Pendidikan Agama Islam.
6. Teman seperjuangan, PAI 2016, yang selama ini telah berjuang bersama.
7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman ( Latifah, Indah, Ira, isma, Ulfa,
Mbak Leli, Abdin qiqi, Titik) dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu
persatu.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal
mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di
dunia maupun di akhirat.
Penulisan dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 21 Maret2017
Penulis
Umi Fathimah
111-12-164
xi
ABSTRAK
Fathimah, Umi. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri
Menjadi Guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun
akademik 2016/2017, Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.
Kata kunci: Problematika, Pendidikan Agama Islam dan Guru PAI
Masalah dalam pendidikan adalah suatu hal yang lumrah terjadi pada
semua peserta didik. Diantara masalah tersebut adalah yang terjadi pada
mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui macam-macam problematika yang dihadapi
mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan apa saja
langkah-langkah yang ditempuh mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi
guru PAI.
Skripsi ini menggunakan metode kualititif naratif, yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dan menggunakan
pendekatan naratif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta
yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya. Objek dari
penelitian ini adalah sebagian mahasiswa IAIN Salatiga semester VI. Dan
prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara
terstruktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data
yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan
tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan
menggunakan ketekunan pengamatan trianggulasi.
Dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh hasil sebagai
berikut: bahwa dari problematika yang bersifatinternal yang terdiri tiga hal yaitu:
cita-cita/minat mahasiswa PAI bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang
berminat atau bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase 92,32%,
tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang berminat menjadi guru
PAI dengan prosentase 7,68%. Pengetahuan dasar keislaman, bahwa banyak dari
mahasiswa PAI yang paham tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase
89,02%, tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan
prosentase 10,08%. Pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang mengetahui tentang pengetahuan
dasar PAI dengan prosentase 14,88%.
Dari problematika eksternal, yang terdiri dari tiga yaitu: Lingkungan
keluarga, dari data yang peneliti peroleh sudah banyak dari mahasiswa mendapat
dukungan penuh dari keluarga dengan prosentase 95,68%, tetapi masih ada
sebagian kecil dari mahasiswa kurang mendapat dukungan dari keluarga dengan
prosentase 4,32%. Lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti mendapat data
bahwa banyak masyarakat yang mendukung mahasiswa dalam mempersiapkan
diri menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih pula ada yang kurang
mendukung dengan prosentase 9,6%. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan
sekolah yang terdiri dari guru dan teman, banyak yang mendukung keputusan
xii
mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih ada dari
sebagian kecil yang kurang mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada
dari sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.
Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri
manjadi guru PAI, sebagai berikut: melatih diri dalam kelancaran membaca Al-
qur’an, berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan
pendidikan, meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI,
memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI, latihan keterampilan
mengajar.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………....... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
.... 9
C. Tujuan Penelitian..............................................................................9
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................9
E. Penegasan Istilah………..................................................................10
F. Metode Penelitian ............................................................................11
G. Sistematika Penelitian ......................................................................16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan
1. Pengertian Problematika…..................................................... 17
2. Berbagai Masalah Dalam Pendidikan……........................... 18
3. Ikhwal Masalah Pendidikan.................................................. 20
4. Lingkup Pendidikan............................................................... 26
B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam
xiv
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................29
2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam ............................31
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ……………………….......35
4. Tujuan Pendidikan Islam ………...........................................36
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika
Mahasiswa Dalam Pendidikan Islam
1. Faktor Internal .......................................................................39
2. Faktor Eksternal.................................................................... 42
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ………..43
E. Tugas Guru ...................................................................................44
F. Kompetensi Profesionalisme Guru …………...…………………45
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian
1. Identitas IAIN Salatiga ……………………………………...47
2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga …………………………....48
3. Letak Geografis IAIN Salatiga ………………………………51
4. Asas, Fungsi dan Tujuan …………………………………….51
5. Visi dan Misi IAIN Salatiga ………………………………...54
6. Program Pendidikan IAIN Salatiga …………………………55
7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ………………..57
8. Profil Program Studi PAI ……………………………………59
B. Temuan Data Penelitian................................................................63
1. Problematika yang bersifat Internal ………………………… 64
2. Problematika yang bersifat Ekstenal ………………………...68
3. Langkah-langkah yang Perlu Disiapkan Mahasiswa PAI …...71
BAB 1V PEMBAHASAN
A. Problematika Mahasiswa PAI dalam Mempersiapkan Diri Menjadi
Guru PAI ……………………………………………...................75
1. Problematika yang bersifat Internal …………………………75
2. Problematika yang bersifat Eksternal ……………………….78
xv
B. Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI ………………………… 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................84
B. Saran .............................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga Tiga Tahun Terakhir
Tabel 3.2 Faktor cita-cita /minat
Tabel 3.3 Faktor Pengetahuan Dasar Keislaman
Tabel 3.4 Faktor Pengetahuan Tentang PAI
Tabel 3.5 Faktor Lingkungan Keluarga
Tabel 3.6 Faktor Lingkungan Masyarakat
Tabel 3.7 Faktor Lingkungan Sekolah
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pedoman Kuesioner
Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi Kuesioner
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7 Nilai SKK Mahasiswa
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan makhluk (manusia) yang dapat dididik dan dapat
mendidik, sehingga ia mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan
pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa
bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan
keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya
sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya
berbuat merupakan komponen dari fitrah itu (Daradjat, 2011:16).
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan RasulNya.
Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan
pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dan
karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan
maka pendidikan itupun menjadi wajib dalam pandangan Islam.
Dalam pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa
pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta
didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif
(pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).
2
Dalam proses pendidikan pasti tidak lepas dari peran seorang guru,
guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasehat, dan
lain sebagainya. Untuk menjadi seorang guru, seseorang haruslah
mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam hal pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Supaya nantinya guru itu bisa digugu (dipatuhi)
dan ditiru ( diteladani). Karena guru adalah orang tua kedua bagi anak
didiknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya)
mengajar. Kata guru dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam
bahasa inggris disebut teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni
A person whose occurpation is teaching others. Yang artinya, guru ialah
sesorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 1995:223).
Mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya:
a. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain
(bersifat kognitif)
b. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat
psikomotor)
c. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat
afektif).
Sebab dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada
prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang
lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya.
3
Perilaku ini meliputi tingkah laku, yang bersifat terbuka seperti
keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti
berpikir (ranah cipta) dan berperasaan ( ranah rasa).
Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Hal itupun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada
sembarangan guru/ sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi
guru.
Jabatan profesional guru harus memenuhi kegiatan intelektual, karena
dalam proses mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat
didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati bahwa jabatan
profesi guru mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan dari
orang awam, dan memungkinkan guru profesional disegani oleh siswa,
teman sejawat bahkan masyarakat sekitar karena kewibawaan,
kepandaiannya atau yang lainya. Guru yang professional pada intinya
adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan
dan penggajaran ( Asdikoh, 2013: 23)
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu
pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas
mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.
4
Firman Allah:
…
….
Artinya: ….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat…. (Q.S. Al-Mujadalah:11).(Kitab
Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya).
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa
misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu
pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai
ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu
pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan
perkembangan zaman.
Untuk menjadi seorang guru, mahasiswa harus mempersiapkan diri
dengan baik, agar selain menjadi guru mahasiswa juga akan menjadi
teladan bagi murid, dan cerminan bagi masyarakat. Karena sebagai guru
tidak hanya berperan sebagai pendidik saja, tetapi juga berperan sebagai
seorang pribadi dan pembimbing. Sebagai seorang pribadi, guru juga
adalah seorang makhluk sosial yang bermasyarakat. Juga sebagai
5
pembimbing, guru harus bisa memahami keadaan siswa yang
dibimbingnya, maka dari itu sebagai seorang guru mahasiswa harus
mempersiapkan diri dari awal dan berusaha dengan baik.
Meskipun pada awalnya tidak semua mahasiswa PAI berasal dari
sekolah yang berbasis agama, ada yang dari sekolah umum atau kejuruan.
Maka dari itu pasti ada beberapa masalah dalam mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang guru, baik dari segi afektif, kognitif, maupun
psikomotoriknya dan dari faktor internal dan eksternalnya.
Sebagai seorang calon guru, mahasiswa PAI harus mempunyai
fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) yang merupakan kemampuan
pikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam
situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan
ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan
bertindak yang sesuai dengan situasi yang dihadapi (Syah,1995:227).
Selain itu, guru juga harus mempunyai keterbukaan psikologis, guru yang
terbuka secara psikologi biasanya ditandai dengan kesediaannya yang
relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan
tempatnya ia bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping
itu ia juga memiliki empati (empathy), yakni respons afektif terhadap
pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Keterbukaan
psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan
siswa.
6
Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan
metedologi belajar saja. Untuk menjaga disiplin kelas, guru sering
bertindak otoriter, menjauhi siswa, bersikap dingin itu menyembunyikan
rasa takut kalau dianggap lemah. Sesungguhnya guru adalah makhluk
biasa. Guru sejati bukanlah makhluk yang berbeda dengan siswa-
siswanya. Ia bukan makhluk serba hebat. Ia harus dapat berpartisipasi di
dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswanya dan yang dapat
mengembangkan rasa persahabatan secara pribadi dengan siswa-siswanya
dan tidak merasa kehilangan kehormatan karenanya. Rasa was-was, takut
dalam keadaan tertentu adalah wajar (Soemanto, 1990:221-222).
Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru
dan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik
(Djamarah,2000:41). Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya
manusia. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog
terkemuka, Profesor doktor, Zakiah Darajat menegaskan.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan
menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah).
Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat
diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian
7
dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara
konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD ’45
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia
harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga
pengajar.
Sebagai calon guru harus mempunyai kematangan kepribadian guru
baik dari segi kedewasaan atau kesehatan fisik dan psikis (Sukmadinata,
2011:254-255). Guru sebagai pribadi, pendidik, dan pembimbing, dituntut
memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani
dan rohani. Minimal ada tiga ciri kedewasaan. Pertama, orang yang telah
dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life),
yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan
dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu
melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak banyak dipengaruhi
subjektifitas dirinya. Ketiga,orang dewasa adalah orang yang telah bisa
bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki
kemerdekaan, kebebasan; tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung
jawab.
Dari segi kesehatan fisik dan psikis, guru juga dituntut untuk memiliki
fisik dan mental yang sehat. Fisik yang sehat berarti terhindar dari
berbagai macam penyakit. Guru yang sakit bukan saja tidak mungkin
dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi juga kemungkinan
besarakan menularkan penyakitnya pada anak-anak. Kesehatan fisik juga
8
berarti guru itu tidak boleh memiliki cacat badan yang menonjol yang
memungkinkan kurangnya penghargaan dari anak.
Kesehatan mental berarti guru terhindar dari berbagai bentuk gangguan
dan penyakit mental. Gangguan-gangguan mental yang diderita guru dapat
menganggu bahkan merusak interaksi pendidikan. Guru yang mengalami
gangguan mental tidak mungkin menciptakan hubungan yang hangat,
bersahabat, penuh kasih sayang, penuh pengertian dsb dengan para
siswanya. Belajar dari guru yang mengalami gangguan mental
memungkinkan siswa diperlakukan sebagai kambing hitam atau objek
kekesalan dan kejengkelannya. Kesehatan fisik dan mental mutlak
diperlukan dari orang-orang yang bekerja menjadi guru.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah satu-satunya
lembaga pendidikan Negeri di Salatiga. Institut ini menjadi pilihan para
mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Para
mahasiswanya tidak hanya berasal dari Salatiga saja, tetapi juga berasal
dari berbagai daerah, misalnya: Semarang, Boyolali, Magelang dan
Temanggung. Institut ini merupakan institut yang terkenal di kalangan
masyarakat dimana mampu menghasilkan output yang berprestasi dan
unggul. Keberhasilan IAIN tersebut, tidak terlepas dari kompetensi dosen
yang dimilikinya dan usaha para mahasiswanya.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan
9
Diri Menjadi Guru PAI Studi Narasi Mahasiswa PAI Semester (VI) Tahun
Akademik 2016/2017”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, beberapa pokok
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI?
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam masalah
yang di hadapi mahasiswa PAI, sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
2. Mengetahui apa saja langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa
PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas
tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi
10
guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun ajaran
2016/2017, sehingga dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Guru PAI
a. Dapat meningkatkan kualitas diri.
b. Dapat mengatasi masalah yang di hadapi guru PAI.
2. Mahasiswa PAI
a. Dapat mempersiapkan diri menjadi guru PAI dengan baik dan
professional.
b. Dapat mengatasi berbagai problematika dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI.
3. Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan dalam
menghadapi berbagai problematika mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI atau sebuah perbandingan
dalam penelitian selanjutnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul tersebut,
maka perlu dijelaskan maksud istilah yang dipakai. Adapun istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Problematika
Problematika adalah suatu masalah atau persoalan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang belum dapat
11
dipecahkan, yang menimbulkan masalah. Sedangkan masalah dalam
bahasa inggris disebut problem yang artinya “question to be solved or
decide”. Secara sederhana masalah berarti sesuatu yang masih
menimbulkan masalah dan belum terselesaikan.
b. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap
mental yang terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri
maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat
teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara
iman dan amal sholeh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal (Djamarah,2000:27-28).
c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa. Faktor yang
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi
lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial (Syah, 1995:132).
d. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dalam
faktor ini ada dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana
penelitian adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9). Dan
menurut Moleong (2009: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naratif
kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-
fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi
lainnya yang berlaokasi di IAIN Salatiga.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di IAIN Salatiga, yang tepatnya berada di
Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Salatiga, Jawa Tengah,
Indonesia. Adapun strata pendidikan mencakup: Fakultas Tarbiyah:
Pendidikan Agama Islam (PAI), objek yang digunakan peneliti adalah
sebagian mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI.
3. Sampling
Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.
Sebutan untuk suatu sampel biasanya mengikuti teknik dan atau jenis
sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik atau jenis
sampling yang digunakan adalah teknik random sampling. Random
13
sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa
pandang bulu (Hadi, 1981:75).
4. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah :
a. Angket
Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode
penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus
dijawab oleh orang-orang yang dikenai atau disebut responden
(Walgito, 1990: 35). Adapun yang menerima angket dalam
pengumpulan data ini adalah mahasiswa PAI di Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan
pribadi antara pengumpul data atau pewawancara dengan sumber
data atau responden (Wirartha, 2006:37).
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, buku, dan sebagainya (Arikunto,
1998:236). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data
14
mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur organisasi,
sarana dan prasarana, data guru dan siswa.
Metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode
lain. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1998:236).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2011:102).
Instrument yang digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan
problematika mahasiswa PAI dengan persiapan diri untuk menjadi
guru PAI adalah kuesioner dan wawancara terstruktur.
6. Teknik analisis data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera
digarap oleh peneliti. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan
data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis
(Arikunto,2010:278).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data
meliputi klarifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada
tahap klarifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan
rumusan yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data dilakuan
pemilahan data yang berguna dan tidak berguna, dan data yang
15
dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan data yang
berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang dirumuskan.
Setelah data diperoleh secara utuh, seluruh data dianalisis secara
detail dan mendalam. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kesalahan dalam penyajian data dan untuk menjaga keutuhan
penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi (keabsahan), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu, untuk keperluan
pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.
Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan
mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode kualitatif hal ini dicapai
dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang terkait.
c. Membandingkan apa yang dikatakan key person (informan)
dengan informan lain.
16
G. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk
mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara
keseluruhan isi skripsi.
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan pembahasan yang berisi tentang problematika
mahasiswa dalam lingkup pendidikan, problematika mahasiswa dalam
lingkup pendidikan Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
problematika, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan
Islam.
Bab III merupakan paparan data dan temuan peneliti meliputi :
identitas sekolah, sejarah IAIN Salatiga, letak geografis, asas, fungsi,
tujuan, visi dan misi, program pendidikan, profil FTIK, profil jurusan PAI
IAIN Salatiga lebih khususnya program studi PAI dan temuan data
penelitian.
Bab IV merupakan analisis data mengenai problematika mahasiswa
PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Bab V merupakan penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan
1. Pengertian problematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah problema atau
problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang
menimbulkan permasalahan. Sedangkan masalah dalam bahasa inggris
disebut problem yang artinya “question to be solved or decide”.
Menurut Syukir yang dikutip oleh Maliyeh dalam tesisnya
menyebutkan bahwa problematika adalah suatu kesenjangan yang
mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat
menyelesaikan atau dapat diperlukan
(http://digilib.uinsby.ac.id/4413/5/Bab%202.pdf).
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian problematika adalah
suatu masalah yang belum terpecahkan baik dari faktor internal
maupun eksternal yang perlu diselesaikan atau dicari jalan keluar
permasalahannya.
2. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan
18
Masalah belajar adalah kondisi yang dialami siswa dan
menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut
bisa datang lingkungan (ekstern) atau dapat juga datang dari dalam diri
sendiri (intern). Hambatan yang bersumber dari luar antara lain seperti
kurangnya perhatian orang tua. Hubungan dengan anggota keluarga
yang tidak harmonis, kurang sarana belajar, mempunyai konflik
dengan teman, gaya mengajar guru yang kurang menarik, teman
pergaulan yang kurang kondusif dan sebagainya (Sriyanti, 2011:126 ).
Empat hal yang menjadi kekeliruan guru dalam mengajar sehingga
menjadi masalah ketika terjadi pembelajaran (Hamruni, 2012:32).
Berikut analisis empat hal tersebut:
a. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa
Tampaknya banyak guru yang tidak melakukan diagnosis
tentang keadaan siswa, sehingga ia tidak mengetahui apakah siswa
sudah paham tentang materi yang akan dijelaskan, karena selain
siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswa pun
membaca buku lain yang relevan.
b. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk berpikir
Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi
melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur
kognitifnya secara penuh dan terarah. Mengajar adalah mengajak
siswa berpikir, dan melalui kemampuan berpikir itu akan terbentuk
19
siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang
dihadapinya.
c. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik
Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu,
apa yang dilakukan oleh guru seharusnya mengarah pada
pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar,
guru perlu mendapatkan umpan balik, apakah tujuan yang ingin
dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum.
d. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan
menguasai pelajaran
Dalam era informasi sekarang ini telah terjadi perubahan
peranan guru. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Akan tetapi
lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran.
Masalah-masalah tersebut tidak hanya dihadapi oleh para guru,
tetapi juga oleh para guru pemula. Situasi lingkungan kerja guru
cenderung banyak menimbulkan kendala bagi para guru pemula dalam
memulai melaksanakan tugas dalam lingkungan yang baru (Surya dkk,
2010:59).
3. Ikhwal Masalah Pendidikan
20
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia masih
sangat banyak dan kompleks. Dari sederet permasalahan dalam dunia
pendidikan, dapat dirunut di antaranya sebagai berikut:
a. Banyak anak didik yang tidak memperoleh pendidikan yang
layak.
b. Banyak lulusan yang kurang mampu memiliki kompetensi.
c. Banyak lulusan yang tidak mampu bersaing di pasar global.
d. Sasaran pendidikan belum tercapai.
e. Wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun sampai
saat ini belum dapat menjadi wajar 12 tahun.
f. Peranan guru atau pendidik yang belum optimal.
g. Biaya pendidikan yang (dianggap) relatif mahal.
Permasalahan-permasalahan itu akan dipaparkan secara singkat
berikut solusi yang dapat diajukan. Mudah-mudahan hal ini dapat
menjadi langkah awal dalam mengatasi berbagai persoalan yang
tengah dihadapi dunia pendidikan kita.
1) Banyak Anak yang Tidak Memperoleh Pendidikan yang Layak
Untuk menjaring sebesar-besarnya anak-anak yang belum
mendapat kesempatan pendidikan formal, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dapat memberlakukan jam wajib belajar.
Waktu jam belajar diberlakukan tidak ada anak yang berada di
jalanan, demikian juga sanksi bagi orang tua anak yang tidak
memberi kesempatan anaknya bersekolah.
21
2) Banyak Lulusan yang Kurang Memiliki Kompetensi
Masalah ini berhubungan dengan mutu pendidikan. Mutu
dapat ditingkatkan melalui beberapa komponen.
Penjelasan:
Input adalah masukan mentah yang berwujud siswa
baru yang akan memasuki lembaga pendidikan tertentu,
sesuai ketentuan yang diatur oleh lembaga tersebut,
kemudian dalam kurun waktu tertentu mereka diproses
(proses input).
Proses input, dimaksudkan proses kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian yang melakukan proses
(pendidik) adalah orang yang telah memiliki kompetensi
dalam bidang pendidikan.
Output, lulusan atau keluaran dari suatu lembaga
pendidikan yang bermutu akan dinilai oleh pengguna
lulusan tersebut, sinergi atau relevan dengan pasar serta
sepadan dengan kebutuhan.
3) Mutu Guru Berbanding Lurus dengan Kualitas Pendidikan.
Secara hakiki, pendidikan dipandang bermutu diukur dari
kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan
INPUT PROSES
INPUT
OUTPUT
22
memajukan kehidupan nasional. Pendidikan yang berhasil
adalah pendidikan yang mampu membentuk generasi muda
cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian.
4) Profesionalisme Guru.
Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal (UU No. 14 tahun 2015).
5) Kompetensi Beberapa Aspek Penting dalam Profesionalisme
Guru.
Guru yang bermutu dan professional adalah guru-guru yang
memiliki kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik,
kepribadian, sosial dan professional sebagaimana yang
dipersyaratkan oleh UU.
Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang terkait, di antaranya
seperti : anak didik/peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, meteri
dan alat pendidikan, serta lingkungan, atau situasi pendidikan. Unsur-
unsur tersebut saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam
proses pendidikan (Surya dkk, 2010:25). Berikut ini dijelaskan secara
singkat unsur-unsur dalam proses pendidikan.
a. Anak Didik atau Peserta Didik.
23
Anak didik atau peserta didik yaitu anak yang akan
diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang
memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu
bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan berakhlak
mulia. Agar berhasil dalam membawa anak ke arah
kedewasaan, tentunya pendidik atau orang dewasa harus
memahami karakteristik anak, seperti berikut ini:
1) Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri
yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.
2) Anak memiliki potensi untuk berkembang.
3) Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang
lainnya.
b. Pendidik.
Pendidik yaitu orang dewasa yang berperan untuk
mempengaruhi dan membawa anak didik ke arah manusia
sempurna, yaitu insan kamil. Oleh karena itu, pendidik harus
memiliki hal-hal yang meliputi : kewibawaan, kasih sayang,
komitmen, dan kejujuran.
1) Kewibawaan. Orang yang memiliki kewibawaan yaitu
orang yang dapat memengaruhi orang lain memalui sikap
dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan
penuh daya tarik.
24
2) Kasih sayang. Orang yang memiliki kasih sayang yaitu
orang yang penuh perasaan dengan cinta terhadap sesama.
3) Komitmen. Orang yang memiliki komitmen yaitu orang
yang mempunyai keterikatan secara penuh untuk
melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
4) Kejujuran. Orang yang ikhlas yaitu orang yang dalam
melakukan sesuatu didasari niat tanpa pamrih tulus hati.
c. Tujuan Pendidikan.
Pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk membentuk
manusia sempurna yang memiliki kepribadian bangsa sesuai
dengan kaidah-kaidah yang menjadi harapan bangsa dan
masyarakat Indonesia, serta manusia yang memiliki akhlak
mulia dan berkualitas.
d. Materi dan Alat Pendidikan.
Materi adalah bahan ajar yang akan disampaikan kepada
anak didik agar dapat dikuasai dan dipahami. Supaya materi
dapat dipahami olek anak didik tentu saja harus menggunakan
alat atau metode dalam melakukan kumonikasi antara anak
didik dan pendidik.
Alat pendidikan adalah suatu upaya melalui komunikasi
serta tindakan yang dilakukan oleh pendidik, agar tujuan
25
pendidikan itu dapat tercapai. Alat-alat pendidikan dapat
dibedakan dari bermacam-macam segi.
1) Alat pendidikan yang positif dan negatif.
a) Positif, jika ditujukan agar anak mengerjakan
sesuatu yang baik, seperti contoh yang baik,
pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran.
b) Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik
jangan mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya
larangan, celaan, peringatan, ancaman dan
hukuman.
2) Alat pendidikan preventif dan korektif
a) Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum
ia melakukan sesuatu perbuatan yang tidak baik,
misalnya pembiasaan, perintah, pujian dan ganjaran.
b) Korektif, jika maksudnya memperbaiki, karena anak
telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu
yang buruk, misalnya: celaan, ancaman, dan
hukuman.
3) Alat pendidikan yang sifatnya menyenangkan dan yang
tidak menyenangkan
a) Menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan
senang pada anak-anak, misalnya: ganjaran dan
pujian.
26
b) Tidak menyenangkan, maksudnya yang
menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-
anak, misalnya: hukuman dan celaan. Hukuman
dalam pendidikan dapat diterapkan yang bersifat
mendidik, menpunyai nilai pendidikan, yang
bertujuan menghukum anak agar tidak mengulangi
keadaan seperti itu lagi.
e. Lingkungan dan Situasi Pendidikan
Keadaan tempat berlangsungnya proses pendidikan sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu
suatu lingkungan yang nyaman sehingga proses pendidikan
tidak terganggu.
4. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan juga mempengaruhi pendidikan seorang peserta didik.
Ada beberapa lingkungan di luar sekolah sebagai berikut:
a. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di
antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak
dasar-dasar pendidikan dan pengalaman melalui rasa kasih
sayang yang penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan
nilai-nilai kepatuhan.
b. Asrama
27
Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri
antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan
anak dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja
diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup
bersama anak-anak sebayanya.
c. Perkumpulan remaja
Pada umumnya anak-anak diatas umur 12 tahun
membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi-organisasi
yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan yang meluap-luap
dalam diri mereka.
d. Lingkungan kerja
Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke
lingkungan kerja memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja
merupakan suatu lingkungan baru yang menuntut berbagai
penyesuaian. Dalam lingkungan itu mereka bergaul dengan
orang-orang dewasa lain yang berbeda dari yang pernah mereka
alami.
e. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan
28
Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir
sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat
dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama.
Ada perbedaan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi
suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan.
a) Suasana
Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi
anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut
oleh orang tuanya dengan gembira dan malahan kerapkali
dirayakan dengan mengadakan selamatan. Sedangkan
sekolah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru
yang tidak dikenalnya.guru itu selalu berganti-ganti.
b) Tanggung jawab
Di rumah anak biasanya berbuat baik dan menjauhi
perbuatan-perbuatan buruk. Sedangkan di sekolah guru
merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikan
otak murid-muridnya.
B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam
1. Pendidikan Agama Islam
29
Pengertian pendidikan secara bahasa, maka kita harus melihat
kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa
tersebut.Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam
bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata
“pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata
kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya
“Tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa
Rabnya adalah “ Tarbiyah Islamiyah”.
Sedangkan secara istilah Pendidikan Agama Islam adalah
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam,
yang memerlukan usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan yang
menunjang keberhasilannya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah pembentukan kepribadian muslim (Darajat, 2011:25-28).
Untuk memperoleh wawasan yang agak lengkap maka dalam
pembahasan ini akan membahas tentang pengertian pendidikan agama
Islam menurut beberapa pendapat (Darajat, 2011:86-88).
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut KPPN (Komisi
Pembaharuan Pendidikan Nasional).
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,
antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan
agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
30
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Ditbinpaisun
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah
Umum Negeri).
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta
tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang dianutnya itu
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pendidikan
Agama Islam sebagai berikut:
1). Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup
(way of life).
2). Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang
dilaksanakan berdasar ajaran agama.
3). Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selasai dari
31
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup didunia maupun di akhirat kelak.
2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam
Tanggung jawab dalam pendidikan tidak hanya dipegang oleh
guru, tetapi juga oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan misalnya
orang tua dan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan
diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik
ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya
dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu
dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam
situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah atau masyatakat (Direktorat jenderal PTAI, 1984:33).
Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan “pasif”, artinya si
pendidik tidak mendahului “masa peka” akan tetapi menunggu dengan
seksama dan sabar. Bimbingan aktif terletak di dalam: (a)
pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya; (b)
pemberian pengetahuan dan percakapan yang penting untuk masa
depan si anak; dan (c) membangkitkan motif-motif yang dapat
menggerakkan si anak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.
32
Pemberi bimbingan ini dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan
rumah tangga, para guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.
a. Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam
rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan
karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang
penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.
Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di
sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan
biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu
itu menjalakan tugasnya dengan baik. Pengaruh ayah terhadap
anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi
gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang
dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari
berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan
penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik
laki-laki atau perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat
memahami hati anaknya.
33
Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua. Apakah
tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau
tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak hal itu adalah
merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada
setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung
jawab itu karena telah merupakan amanah Allah SWT. yang
dibebankan kepada mereka.
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban
orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam
rangka :
1). Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk
yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua
dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
2). Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah
maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai
dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3). Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
kecakapan seluas dan setinggi mengkin yang dapat dicapainya.
34
4). Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat,
sesuai dengan pandangan hidup dan tujuan hidup muslim.
b. Guru
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang
tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,
sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan
pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya
kepada sembarang guru/ sekolah karena tidak sembarang orang
dapat menjabat guru.
c. Masyarakat
Masyatakat turut serta memikul tanggung jawab
pendidikan. Secara sederhana masyatakat dapat diartikan
sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat
mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan
tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat
atau penguasa yang ada didalamnya. Bila anak telah besar
diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga
desa, warga kota dan warga negara.
35
Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam
Islam bersifat perseorangan dan sosial sekaligus.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam mempunyai beberapa fungsi antara lain
adalah:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan,dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
36
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilih
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (Majid,2014:16).
Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari
tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20
tahun 2003), yang berbunyi: “pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
37
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam, baik makna
atau tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan
hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
Ada beberapa tujuan pendidikan menurut Direktorat Jenderal
PTAI, sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara
lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus sejajar dengan
pandangan Islam pada manusia, yaitu mahluk Allah yang mulia
yang dengan akalnya, perasaannya, ilmunya, kebudayaannya,
pantas menjadi kholifah di bumi.
b. Tujuan akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir pula. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku
selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan
pendidikan yang telah dicapai.
c. Tujuan sementara
38
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada
tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah
kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-
kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi
anak didik.
d. Tujuan operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan
operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu
kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya
lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika
Mahasiswa dalam Pendidikan Islam
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu
sendiri. Faktor ini mempunyai dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat
rohaniah).(Syah, 1995: 132).
a. Aspek Fisiologis
39
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa,
seperti kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat,
juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
infomasi dan pengetahuan. Akibat negatif selanjtunya adalah
terhambatnya information processing yang dilakukan oleh
sistem memori siswa tersebut.
b. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; b) sikap siswa; c) bakat
siswa; d) minat siswa; e) motivasi siswa.
1) Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
40
2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungn untuk mereaksi atau merespons
(response tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada
guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
3) Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapaistas masing-masing.
4) Minat Siswa
Secara sedarhana, minat (interst) berarti kecenderungan
dan kegirahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Namun terlepas dari masalah populer atau
tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang
selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
5) Motivasi Siswa
41
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal
organisme (baik manusia maupun hewan) yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi
ekstrinsik.
Motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yag berasal dari luar diri siswa.
Yang terdiri dari dua faktor, yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial (Syah, 1995:137).
a. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
42
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua siswa iu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik pengolahan keluarga, ketengangan keluarga, dan demografi
keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik
maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh siswa.
b. Faktor lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Menurut Muhaimin (2002:145), kondisi pembelajaran PAI adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Kondisi, metode dan hasil adalah
tiga komponen utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
PAI, perinciannya sebagai berikut:
1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Karena itu,
43
perhatian kita adalah berusaha mengidentifakasi dan mendeskripsikan
faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran. Kendala
pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada,
keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana yang tersedia.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) strategi
pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi
pengelolaan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
PAI, strategi pengorganisasian adalah suatu metode yang
mengorganisasi isi bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran.
Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode
penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat
siswa dapat memproses dan menerima pelajaran PAI dengan mudah,
cepat, dan menyenangkan. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah
metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-
komponen metode pembelajaran.
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran siswa dapat diklarifikasikan menjadi
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat
diukur dengan kriteria: 1) kecermatan, 2) kecepatan untuk bekerja, 3)
kesesuaian, 4) kuantitas untuk bekerja, 5) kualitas hasil akhir, 6)
tingkat alih belajar, 7) tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi
pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan
44
jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasa
diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk
berkeinginan terus belajar.
E. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat
tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan
dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru harus dapat melaksanakan
tugas 1) Mengajar, 2) Mendidik, 3) Melatih para siswanya. Ketiga
kegiatan ini harus dapat dijadikan sebagai kebiasaan kerja mereka.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk
mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di
dalam masyarakat bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen
strategis yan memiliki peran dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa, semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin
terjamin tercipta dan terbinanya persiapan dan keandalan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri
bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini.
F. Kompetensi Profesionalisme Guru
45
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau
kecakapan. Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggis ini cukup banyak
dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan
ability yang memiliki arti kurang lebih sama dengan kemampuan. Hanya,
proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan
berperingkat tinggi (Syah, 1995:230).
Istilah “professional” (professional) aslinya adalah kata sifat dari kata
profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.
Sebagai kata benda, professional kurang lebih berarti orang yang
melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai
mata pencaharian.
Kompetensi profesionalisme guru ada tiga macam. Sebagai berikut:
1. Kompetensi kognitif guru
Kompetensi kognitif guru meliputi pengetahuan dan
keterampilan, kognitif guru atau ranah cipta dapat dikelompokkan
ke dalam dua kategori, yaitu: 1) kategori pengetahuan
kependidikan/keguruan; 2) kategori pengetahuan bidang studi yang
akan menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru.
2. Kompetensi afektif guru
Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak,
sehingga amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini
sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti:
46
cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri
sendiri dan orang lain.
3. Kompetensi psikomotorik guru
Kompetensi psikomotorik guru meliputi segala keterampilan
atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya
berhubungan dengan tugas-tugas selaku pengajar. Guru yang
professional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah
keterampilan ranah rasa yang langsung berkaitan dengan bidang
studi garapannya.
47
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian
1. Identitas Sekolah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-
satunya Perguruan Tinggi Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga
memiliki 3 (tiga) kampus. Kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar
Nomor 02, kampus II di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09
Kembang Arum Salatiga. Dan kampus III berada di wilayah Kelurahan
Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga Jawa Tengah.
Lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian Agama RI yang
merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan bentuk
tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997. STAIN Salatiga
berubah bentuknya menjadi IAIN Salatiga berdasarkan pada Peraturan
Presiden RI nomor 143 Tahun 2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri menjadi Institut Agama Islam Negeri Salatiga
tanggal 17 Oktober tahun 2014.
2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga
48
a. Pendirian
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah perubahan
bentuk dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
atas dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 143 Tahun
2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri menjadi
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Peraturan Presiden tersebut
ditandatangani secara langsung oleh Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
selaku Presiden RI pada tanggal 17 Oktober tahun 2014, selanjutnya
tanggal 17 Oktober ditetapkan sebagai lahirnya Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Alih bentuk STAIN Salatiga menjadi IAIN Salatiga tidak terlepas
dari sejarah panjang perubahan secara kelembagaan. Pendirian
lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk
memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu, didirikanlah
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung
milik Yayasan “Pesantren Luhur” yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 64 Salatiga. Guna memenuhi persyaratan formal, maka
dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan
sekaligus diangkat sebagai Dekannya.
b. Bergabung dengan IAIN Walisongo
49
Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo cabang Salatiga, namun kondisinya tidak berubah
dalam waktu singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri
yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa problematika antara lain
sarana dan prasarana yang jauh dari memadai.
Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri,
tepatnya dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi jalan Tentara
Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat
fisik atas tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru
tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimisme dan
antusiasme seluruh civitas akademikanya.
Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah,
antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah
Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan
tambahan tanah kampus seluas 3000 m2 yang waktunya bersamaan
dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti
Muslim Pancasila. Memang secara administratif masjid tersebut milik
PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggung jawab Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.
c. Alih Bentuk Menjadi STAIN
50
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih bentuk menjadi
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan
keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di
bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam
disiplin ilmu pengetahuan agama Islam.
d. Alih Bentuk dari Sekolah Tinggi menjadi Institut
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
berkembang cukup pesat dari berbagai sisi. Ketua STAIN Periode
2006-2010 dan periode 2010-2014 memiliki semangat yang kuat untuk
memenuhi kriteria agar dapat beralih bentuk menjadi IAIN Salatiga.
Ketua STAIN sebagai leading sector menyusun beberapa langkah
strategis antara lain dengan mendorong peningkatan jumlah dosen
yang memiliki kualifikasi pendidikan S3 baik dalam maupun luar
negeri, mendorong peningkatan jumlah mahasiswa, mengembangkan
cakupan program studi yang tersedia, serta pengadaan tanah yang
memenuhi standar Institut. Usaha lain yang dilakukan antara lain
dengan melakukan studi banding pada beberapa Perguruan Tinggi
Negeri yang ada di bawah naungan Kementerian Agama maupun
Kementerian Pendidikan Nasional.
51
3. Letak Geografis
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berlokasi di Salatiga,
Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi
Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga memiliki 3 (tiga) kampus,
kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga,
tepatnya disebelah barat alun-alun, Polres dan Kantor Pemda Salatiga.
Disamping dekat dengan sentral pemerintahan, STAIN Salatiga juga
dekat dengan lapangan olahraga dan rumah sakit umum. Kampus II
berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09 Kembang Arum
Salatiga, kampus II ini berada di tengah-tengah kota Salatiga Barat
yaitu di Kembangarum Salatiga, dan kampus III berlokasi di wilayah
Kelurahan Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga Jawa
Tengah.
4. Asas, Fungsi dan Tujuan
a. Asas
IAIN Salatiga berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dengan landasan operasional sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
52
Nomor 157, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4586).
3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 1587, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5336).
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagai mana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410).
5) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
b. Fungsi
Fungsi IAIN Salatiga antara lain:
1) Merumuskan kebijakan dan perencanaan program.
53
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu
pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang
bernafaskan Islam.
3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu-
ilmu keIslaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan
Islam.
4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
5) Melaksanakan pembinaan kemahamahasiswaan.
6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan
dengan lingkungannya.
7) Melaksanakan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan/atau
lembaga-lembaga lain.
8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.
9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan
kegiatan serta penyusunan laporan.
c. Tujuan
Tujuan IAIN Salatiga antara lain:
1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
54
2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi yang berbasis ilmu keIslaman
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya
saing bangsa;
3) Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai
keIslaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta
kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;
4) Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu
keIslaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat damai
bermartabat.
5. Visi dan Misi IAIN Salatiga
Visi IAIN Salatiga adalah: ”Tahun 2030 menjadi rujukan Studi
Islam-Indonesia bagi terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat”.
Untuk mewujudkan Visi tersebut IAIN Salatiga melakukan
langkah-langkah sebagaimana dirumuskan dalam Misi sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu
keIslaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan;
b. Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keIslaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
55
c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasisi riset
bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;
d. Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan
nilai-nilai Islam-Indonesia;
e. Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional
dan akuntabel.
6. Program Pendidikan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga memiliki 5 Fakultas
dengan 23 (dua puluh tiga) Jurusan/Program Studi dan Pascasarjana
dengan 3 Program Magister dengan rincian sebagai berikut:
a. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 7 Jurusan
dan 1 Program Bilingual Lintas Program Studi atau sering disebut
dengan Program Khusus Kelas Internasional (PKKI) dengan
rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
3) Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI)
4) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
5) Jurusan Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA)
6) Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
7) Jurusan Tadris Matematika
56
8) Program Khusus Kelas Internasional (PKKI)
b. Fakultas Syariah
Fakultas Syariah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS)
2) Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES)
3) Jurusan Hukum Tata Negara (HTN/Siyasah)
c. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Salatiga
menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 3 Jurusan
dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Perbankan Syariah (PS)
2) Jurusan Ekonomi Syariah (ES)
3) Diploma III Perbankan Syariah (PS DIII)
d. Fakultas Dakwah
Fakultas Dakwah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan
pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
2) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
3) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)
57
e. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH)
Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH) IAIN
Salatiga menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 5
Jurusan dengan rincian sebagai berikut:
1) Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)
2) Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
3) Jurusan Filsafat Agama (FA)
4) Jurusan Ilmu Hadits (IH)
5) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA)
f. Pascasarjana
Program Pascasarjana IAIN Salatiga antara lain:
1) Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Program Magister Ilmu Pendidikan Dasar Islam (IPDI)
3) Program Magister Ekonomi Syariah (ES)
7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
a. Profil Fakultas
58
Fakultas Tarbiyah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan
akademik dan professional. Tujuannya adalah untuk membentuk
Sarjana Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam bidang
pendidikan dan pengajaran Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga memiliki 7
(tujuh) Jurusan. Yakni, Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa
Arab (PBA), Tadris Bahasa Inggris (TBI), Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA), Tadris Ilmu
Pendidikan Alam (IPA), dan Tadris Matematika.
FTIK IAIN Salatiga dikelola melalui struktur organisasi sebagai berikut:
Dekan dijabat oleh Suwardi, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Pengembangan Kelembangaan dijabat oleh Mufiq, M.Phil, Wakil Dekan
Bidang Keuangan dan Administrasi dijabat oleh Fatchurrahman, M.Pd., dan
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama dijabat oleh Achmad
Maimun, M.Ag.
Sedangkan di tingkat Jurusan, dikelola oleh Ketua dan Sekretaris
Jurusan. Ketua Jurusan PAI adalah Siti Rukhayati, M.Ag dan Sekretarisnya
Imam Mas Arum, M.Pd. Jurusan PBA diketuai oleh Dra Ulfah Susilawati
M.Si. Jur. TBI dipegang oleh Noor Malihah, M.Pd., Ph.D bersama
sekretarisnya Rr. Dewi Wahyu Puspitasari, PGMI dipegang oleh Peni
Susapti, M.Si., PGRA diketuai oleh Dra. Sita Asdiqoh M. Si. Tadris IPA
dipegang oleh Dr. Budiyono Saputro, M.Pd dan Tadris Matematika dipegang
oleh Eni Titikusumawati, M.Pd.
Jumlah mahasiswa FTIK adalah terbanyak dibandingkan dengan
fakultas-fakultas lain di IAIN Salatiga. Selain karena usianya yang paling tua
59
di IAIN Salatiga, juga karena minat masyarakat untuk masuk ke pendidikan
guru masih tinggi. Tingginya minat masyarakat untuk mengikuti pendidikan
keguruan tentunya dipengaruhi oleh banyak problematika. Salah satunya,
apresiasi negara kepada para pahlawan tanpa tanda jasa ini pada saat
sekarang tergolong bagus.
b. Tujuan FTIK
Menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi guru agama
Islam yang professional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
8. Profil jurusan PAI
a. Visi jurusan PAI FTIK IAIN SALATIGA
Menjadi program studi centre of excellence dalam bidang
pendidikan, penelitian, dan pengembangan Pendidikan Islam
berbasis reseach pada tahun 2025.”
b. Misi Jurusan PAI FTIK IAIN SALATIGA
1. Menyelenggarakan pendidikan centre of excellence (unggul) yang
dirancang untuk menghasilkan lulusan profesional dengan
mengembangkan nilai, etika dan moral akademis yang siap
menjadi pendidik agama Islam di sekolah.
2. Mempersiapkan lulusan yang berkualitas yang memiliki kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan
profesional dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik
agama Islam.
60
3. Mengembangkan paradigma baru dalam menciptakan iklim
akademis religius dalam pengelolaan pendidikan dan
pengembangan kompetensi sebagai pendidik agama Islam.
c. Tujuan Program studi PAI IAIN Salatiga adalah :
1. Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kedalaman spiritual kemampuan akakdemik dan/atau profesional
yang dapat menerapkan, serta mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama
Islam serta mengupayakan penggunaannya guna meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya khazanah
kebudayaan nasional.
d. Kompetensi utama lulusan program studi PAI adalah :
1. Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif
Wawasan pendidikan secara komprehensif sangat diperlukan
bagi lulusan program studi pendidikan agama Islam sebagai calon
intelektual.
2. Menguasai ilmu-ilmu keislaman dan metodologi pembelajaran
61
Dimaksudkan dengan menguasai ilmu-ilmu keislaman adalah
menguasai terhadap materi fiqh, ushul fiqh, Ulumul Qur’an, tarikh,
hadits, al Qur’an, ilmu kalam, ilmu akhlaq dan cabang-cabang ilmu
keislaman lainnya. Penguasaan ilmu-ilmu keislaman merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki calon guru pendidikan
agama Islam dan masuk dalam kompetensi akademik.
3. Memiliki sikap demokratis
Dimaksudkan sikap demokratis adalah sikap yang mau
menghargai pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain, toleransi terhadap perbedaan, dan sanggup
menerima keputusan hasil mufakat. Sikap demokratis ini sangat
diperlukan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas
mengajarnya, sehingga model pembelajaran yang dikembangkan
juga didasarkan pada nilai-nilai demokratis.
4. Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas
Profesional dalam melaksanakan tugas adalah kemampuan
seseorang untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kode etik
profesi. Profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas
diwujudkan dalam kemampuan mengajarnya yang baik.
Kemampuan profesional ini sangat diperlukan bagi keberhasilan
kegiatan pendidikan.
5. Mencintai ilmu
62
Cinta ilmu pengetahuan merupakan sarat mutlak bagi seorang
guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru
yang mencintai ilmu akan mempunyai kesadaran dari dalam untuk
selalu mengembangkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Mencintai ilmu akan memunculkan panggilan jiwa bagi guru
dalam melaksanakan tugas akademik.
6. Memiliki sikap responsif, inovatif, dan kreatif
Sikap responsif adalah kemampuan seseorang dalam
menanggapi realitas yang muncul di sekitarnya. Sikap responsif
sangat diperlukan bagi guru agar mampu menyajikan kepada
peserta didik materi-materi pendidikan yang aktual.
Sikap inovatif adalah sikap selalu menemukan terobosan-
terobosan baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Sikap inovatif sangat diperlukan bagi lulusan agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Sikap kreatif adalah kemampuan seseorang dalam
mengembangkan sesuatu yang sudah ada sehingga menjadi
menarik dan bernilai estetis. Guru yang kreatif juga akan mampu
mendesain kelas menjadi dinamis dan hidup.
7. Memiliki sikap keteladan dalam melaksanakan tugas
Keteladanan dalam melaksanakan tugas sangat diperlukan bagi
seorang guru dalam mendidik anak. Dengan keteladanan dari
63
seorang guru akan mempermudah anak dalam menyerap nilai-nilai
pendidikan dari guru. Keteladanan guru juga dimaksudkan
keteladanan bagi rekan-rekan semitra kerjanya.
8. Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Teori-teori kependidikan diperlukan bagi seorang guru dalam
menjalankan tugas agar dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik. Penerapan teori-teori kependidikan ini juga digunakan
guru dalam memberikan reward dan punishmen kepada peserta
didik.
B. Temuan Data Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh
data tentang problematika yang dihadapi mahasiswa PAI dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kuesioner yang
dibagikan kepada beberapa mahasiswa PAI secara acak. Adapun data-data
yang peneliti peroleh dari mahasiswa-mahasiswa tersebut mengenai
berbagai macam problematika yang dihadapi mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Berikut ini adalah data mahasiswa IAIN Salatiga selama tiga tahun
ajaran.
TABEL 3.1
64
No STATUS 2013 2014 2015
1. Aktif 298 389 383
2. Cuti 2 1 -
3. Nonaktif 3 - -
4. Pindah 2 2 1
5. Keluar 1 - 1
Jumlah 306 392 385
Dari data di atas peneliti mengambil sampel dari beberapa mahasiswa
tahun 2014 yang berjumlah 48 dari total 389 mahasiswa aktif.
Pengambilan data menggunakan metode kuesioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan, dan pertanyaan tersebut terdiri dari problematika
internal dan problematika eksternal.
a. Problematika yang bersifat internal
Problematika internal adalah problematika yang berasal dari
diri mahasiswa itu sendiri. Artinya problematika yang terjadi
disebabkan oleh diri pribadi mahasiswa, misal problematika cita-
cita, minat dan pengetahuan.
1). Problematika cita-cita dan minat
TABEL 3.2
NO SKOR JAWABAN PROSENTASE
65
SOAL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. 15 23 9 1 0 7,2% 11,04% 4,32 % 0,48% 0%
2. 20 18 9 1 0 9,6% 8,64% 4,32% 0,48% 0%
3. 10 15 11 12 0 4,8% 7,2% 5,28% 5,76% 0%
4. 20 14 11 2 0 9,6% 6.72% 5,28% 0,96% 0%
JML 65 70 40 16 0 31,2% 33,6% 19,2% 7,68% 0%
Dilihat dari hasil data di atas bahwa banyak mahasiswa PAI yang
minat untuk menjadi guru. Sedangkan sebagian kecil dari mereka masih
kurang minat untuk menjadi guru PAI, mungkin karena dari mereka tidak
bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Mungkin ada juga yang masuk
jurusan PAI bukan karena keinginan diri sendiri. Dan prosentase
mahasiswa yang kurang minat untuk menjadi guru PAI, dapat dilihat dari
data, dengan prosentase 7,68%, Prosentase ini bisa dibilang cukup tinggi
karena banyak siswa yang masuk jurusan PAI.
2). Problematika Pengetahuan dasar keIslaman
TABEL 3.3
NO SKOR JAWABAN PROSENTASE
66
SOAL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 6 13 29 0 0 2,88% 6,24% 13,92% 0% 0%
2 3 20 23 2 0 1,44% 9,6% 11,04% 0,96% 0%
3 22 17 9 0 0 10,56% 8,16% 4,32% 0% 0%
4 14 18 16 0 0 6,72% 8,64% 7,68% 0% 0%
5 20 18 9 0 0 9,6% 8,64% 4,32% 0% 0%
6 11 19 18 0 0 5,28% 9,2% 8,64% 0% 0%
7 2 13 13 19 0 0,96% 6,24% 6,24% 9,12% 0%
8 23 16 9 0 0 11,04% 7,68% 4,32% 0% 0%
JML 101 134 126 21 0 48,48% 64,4% 60,48% 10,08% 0%
Dari prosentase tentang problematika mahasiswa PAI dari
problematika pengetahuan dasar keislaman adalah banyak mahasiswa PAI
yang sudah mempunyai modal pengetahuan dasar keislaman, tetapi masih
ada pula sebagian kecil dari mahasiswa yang kurang tahu atau kurang
paham dengan pengetahuan dasar keislaman. Padahal untuk menjadi guru
sangat dianjurkan untuk memahami pengetahuan dasar keislaman. Karena
seorang guru diharapkan bisa menjadi contoh anak didiknya kelak
67
3). Problematika pengetahuan tentang PAI
TABEL 3.4
NO
SOAL
SKOR JAWABAN PROSENTASE
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 10 23 9 6 0 4,8% 11,04% 4,23% 2,88% 0%
2 2 10 22 14 0 0,96% 4,8% 10,56% 6,72% 0%
3 6 17 20 5 0 2,88% 8,16% 9,6% 2,4% 0%
4 11 20 11 6 0 5,28% 9,6% 5,28% 2,88% 0%
JML 29 70 62 31 0 13,92% 33,6% 29,67% 14,88% 0%
Dengan jumlah prosentase 14,88% pengetahuan mahasiswa tentang
pengetahuan dasar PAI masih sangat minim, dibandingkan dengan
mahasiswa yang sangat tahu mengenai pengetahuan tentang PAI.
Seharusnya sebagai mahasiswa PAI mengetahui apa saja hal-hal yang
berhubungan dengan PAI. Mahasiswa PAI itu paham dengan apa yang
sedang ia tekuni, paham apa definisi PAI, pelajaran PAI apa saja yang
besuk diajarkan ketika di sekolah.
b. Problematika yang bersifat eksternal
68
Problematika eksternal adalah problematika yang berasal dari
luar diri mahasiswa. Yang artinya bisa saja disebabkan oleh
lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lainnya.
1). Problematika lingkungan keluarga
TABEL 3.5
NO
SOAL
SKOR JAWABAN PROSENTASE
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 10 18 18 2 0 4,8% 8,64% 8,64% 0,96% 0%
2 7 13 22 6 0 3,36% 6,24% 10,56% 2,88% 0%
3 37 8 3 0 0 17,76% 3,84% 1,44% 0% 0%
4 35 10 3 0 0 16,8% 4,8% 1,44% 0% 0%
5 20 17 10 1 0 9,6% 8,16% 4,8% 0,48% 0%
JML 109 66 56 9 0 52,32% 31,68% 26,88% 4,32% 0%
Dilihat dari hasil prosentase bahwa masih ada sebagian kecil dari
keluarga mahasiswa PAI yang kurang mendukung mahasiswa PAI untuk
menjadi guru PAI. Meskipun sudah banyak dari keluarga mahasiswa yang
mendukung untuk menjadi guru PAI. Dukungan dan perhatian keluarga
masalah pendidikan sangat berpengaruh pada mental dan semangat anak.
Kurangnya dukungan dari keluarga bisa menjadi kendala bagi mahasiswa
dalam mempersiapkan diri menjadi guru.
69
2) Problematika lingkungan masyarakat
TABEL 3.6
NO
SOAL
SKOR JAWABAN PROSENTASE
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 8 18 21 1 0 3,84% 8,64% 10,08% 0,48% 0%
2 8 15 21 4 0 3,84% 7,2% 10,08% 1,92% 0%
3 7 8 20 13 0 3,36% 3,84% 9,6% 6,24% 0%
4 8 17 21 2 0 3,84% 8,16% 10,08% 0,96% 0%
JML 31 58 83 20 0 14,88% 27,84% 39,84% 9,6% 0%
Problematika eksternal yang kedua adalah problematika
lingkungan masyarakat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian
kecil dari masyarakat masih kurang perhatiannya dalam hal pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, dengan prosentase 9,6%. Padahal lingkungan
masyarakat juga berpengaruh pada minat anak dalam dunia pendidikan,
bila anak hidup dalam masyarakat yang berpendidikan maka anak akan
terpacu untuk lebih bersemangat dalam menggapai pendidikan tertinggi.
3). Problematika lingkungan sekolah
TABEL 3.7
70
NO
SOAL
SKOR JAWABAN PROSENTASE
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 20 17 9 2 0 9,6% 8,16% 4,32% 0,96% 0%
2 16 20 10 1 1 7,68% 9,6% 4,8% 0,48% 0,48%
3 8 13 17 3 6 3,84% 6,24% 8,16% 1,44% 2,88%
4 12 15 15 6 0 5,76% 7,2% 7,2% 2,88% 0%
5 16 20 10 1 0 7,68% 9,6% 4,8% 0,48% 0%
JML 72 85 61 13 7 34,56% 40,8% 29,28% 6,24% 3,36%
Dari prosentase lingkungan sekolah, banyak yang mendukung
mahasiswa PAI untuk menjadi guru PAI, karena lingkungan sekolah yang
terdiri dari guru dan teman-temannya, maka sudah seharusnya mendukung
apa yang sudah menjadi keputusan anak, tetapi masih ada sebagian kecil
dari lingkungan sekolah yang kurang mendukung dengan prosentase
6,24%. Dan bahkan ada yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.
c. Langkah-langkah kesiapan mahasiswa
71
Selain menggunakan angket penelitian ini juga menggunakan
metode wawancara terstruktur tentang langkah-langkah yang
dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru.
Berikut jawaban dari pertanyaan yang diberikan peneliti kepada
responden mengenai langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh
mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Pertanyaan pertama tentang “setelah masuk jurusan PAI
pentingkah bagi mahasiswa untuk berlatih memperlancar bacaan
Al-qur’annya?”. Dan apa saja kendalanya?
Jawaban dari mahasiswa SS “penting sekali, karena suatu saat
kita akan terjun langsung ke sekolah dan mengajari para siswa
membaca Al-qur’an, kendalanya misal: tidak sesuai dengan hukum
bacaan tajwid”.
Jawaban yang hampir sama disampaikan oleh mahasiswa AN
menjawab bahwa “melatih kelancaran membaca Alqur’an bagi
mahasiswa PAI itu sangat penting karena sebagai seorang guru
PAI akan menjadi contoh atau tauladan bagi anak didiknya”. LA
juga menyampaikan jawaban yang hampir sama dengan alasan
yang berbeda bahwa “ kelancaran mahasiswa PAI dalam membaca
Al-qur’an cukup berpengaruh dalam pembelajaran dan juga cukup
berpengaruh jika kelak menjadi pengajar. Maka mahasiswa PAI
dianjurkan untuk lancar dan bacaannya diperbagus dari segi
makhroj dan hukum bacaan tajwidnya membaca Al-qur’an”.
Pernyataan yang sama disampaikan oleh mahasiswa RD,
bahwa “kelancaran membaca Al-qur’an mahasiswa PAI itu sangat
penting, karena kemampuan mahasiswa PAI menentukan
perkembangan anak didik dalam membaca AL-qur’an”. Mahasiswa
TS menyampaikan jawaban yang sama tetapi dengan alasan yang
cukup berbeda dengan mahasiswa sebelumnya. TS menjawab “
penting, karena sebagai calon pendidik, mahasiswa PAI kita
diwajibkan dapat membaca Al-qur’an sesuai dengan makhorijul
huruf dan kaidah ilmu tajwid”.
Pertanyaan kedua tentang “problematika pentingnya mahasiswa
PAI dalam memahami ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan
dengan pendidikan Islam”. Menurut jawaban dari mahasiswa LA
72
“penting, karena Al-qur’an sebagai sumber hukum yang pertama,
sedangkan hadits merupakan sumber hukum yang kedua.
Jawaban yang sama dengan alasan yang berbeda datang dari
mahasiswa RD, ia mengatakan bahwa “sangat penting, karena Al-
qur’an merupakan sumber pokok dasar agama Islam yang
membahas berbagai masalah. Misalnya, pendidikan, hukum-
hukum, mualamalah dan lain-lain, kemudian dikuatkan dengan
adanya hadits yang juga membahas masalah-masalah tersebut”.
Mahasiswa TS memiliki jawaban yang sama tetapi dengan alasan
yang lebih singkat. Ia mengatakan bahwa “penting, karena itu
merupakan pedoman awal bagi mahasiswa PAI, apalagi ayat atau
hadits yang berkaitan dengan pendidikan”. Mahasiswa AN juga
menjawab hampir sama dengan TS. AN menjawab bahwa “sangat
penting, karena dalam pembelajaran, Al-qur’andan hadits
merupakan dasar yang paling utama”.
Sedangkan menurut mahasiswa SS menyatakan bahwa
“Menurut saya itu sangat penting, karena dengan adanya
pendidikan Islam mengenai Al-qur’an dan hadits dan prespektif
Islam, kita dapat menerapkan metode-metode pendidikan Islam
untuk dipraktikkan dan diajarkan kepada peserta didik sesuai Al-
qur’an dan hadits”.
Pertanyaan ketiga adalah tentang “Mahasiswa PAI sebagai
calon guru, apakah penting meningkatkan ibadah yang dilakukan
sehari-hari?”. Jawaban menurut mahasiswa SS “ya, jelas itu sangat
penting, karena kita sebagai seorang calon pendidik bertugas dan
bertujuan untuk membentuk para siswanya agar memiliki sifat
religius yang tinggi”.
Jawaban yang sama juga diberikan oleh LA, yaitu “penting,
karena meningkatkan ibadah merupakan salah satu hal terpenting
untuk mahasiswa PAI, sebagai calon guru agar nanti dapat
memberi contoh kepada peserta didiknya”.
TS juga menjawab bahwa meningkatkan ibadah bagi mahasiswa
itu penting, dengan alasan “karena sabagai guru kita adalah contoh
bagi anak didik kita, apabila kita akan memberi contoh maka kita
haru sudah menjalankannya secara baik dan benar terlebih dahulu”.
Sedangkan menurut RD “penting sekali, karena ibadah dalam
kehidupan sehari-hari merupakan tolak ukur keimanan seseorang,
juga karena mahasiswa PAI adalah calon guru yang akan menjadi
contoh baik peserta didiknya”.
73
Pertanyaan keempat tentang pentingnya mahasiswa PAI dalam
memahami teori-teori pendidikan. Menurut jawaban dari
mahasiswa SS bahwa “mahasiswa sekali penting dalam memahami
teori-teori pendidikan karena dengan kita memahami teori-teori
pendidikan, kita dapat mengetahui karateristik siswa dan juga
bagaimana mendidik siswa sesuai dengan karakternya”.
Sedikit berbeda dengan jawaban yang disampaikan oleh AN
bahwa “penting, karena ketika tidak memiliki atau bahkan
memahami teori dalam bidang pendidikan maka sebagai seorang
pendidik kita akan mengalami kesulitan dalam mengajar”.
Sedangkan menurut jawaban dari mahasiswa TS “penting, karena
didalam mengajar kita membutuhkan teori-teori tersebut agar
proses pembelajaran berjalan efektif”. Jawaban yang sama dengan
alasan yang berbeda dari LA adalah “penting, karena dengan
memahami teori-teori pendidikan dapat menunjang pengetahuan
mahasiswa sebagai calon pendidik”.
Pertanyaan kelima adalah tentang “sebagai seorang mahasiswa
PAI yang akan menjadi seorang pengajar, maka pasti
membutuhkan latihan keterampilan. Apakah dari lembaga kampus
menyediakan sarana atau program yang dibuat untuk melatih
keterampilan mahasiswa?”. “Dari kelima mahasiswa yang peneliti
wawancarai, semuanya menjawab bahwa dari lembaga memang
sudah ada program untuk melatih keterampilan mahasiswanya.
Yaitu program microteaching dan Praktek Pengembangan Profesi
(PPP). “
Pertanyaan keenam masih berhubungan dengan program
melatih keterampilan mahasiswa. Pertanyaannya “apakah program
tersebut membantu mahasiswa dalam praktek mengajar?”. “dari
kelima mahasiswa yang diwawancarai, semuanya menjawab sama,
bahwa program yang disediakan oleh lembaga sangat membantu
mahasiswa dalam melatih keterampilan mengajar. Juga ada yang
menjawab bahwa programitu juga melatih mahasiswa untuk
percaya diri berbicara di depan umum”.
Berbeda dari pertanyaan sebelumnya yang bertanya masalah
seputar program yang disediakan untuk melatih keterampilan
mengajar. Sedangkan pertanyaan ketujuh berisi tentang
“pentingnya seorang guru dalam mempelajari materi yang akan
diajarkan sebelum masuk kelas”. “dari kelima mahasiswa
semuanya menjawab bahwa mempelajari materi sebelum masuk
kelas bagi seorang guru itu penting”. Mereka menjawab sama
tetapi dengan alasan yang berbeda-beda.
74
Menurut LA “agar dalam menyampaikan materi tidak salah dan
dapat memenuhi perencanaan pembelajaran”. Dan menurut RD “
supaya guru semakin memahami apa yang akan diajarkan kepada
anak didiknya, dan ketika ada yang bertanya maka guru dapat
menjawab dengan tepat dan dapat memahamkan”. Hampir sama
dengan alasan yang diutarakan oleh LA, TS beralasan “agar kita
(guru) siap dalam mengajar dan dapat menetapkan metode yang
tepat sebelum mengajar sesuai perencanaan pembelajaran”.
Berbeda dengan yang disampaikan oleh AN “ karena materi
merupakan pokok yang paling penting dalam pembelajaran, ketika
seorang guru kurang mendalam dalam memahaminya maka
pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif”.
Sedangkan munurut SS “ karena dengan kita menyiapkan
materi sebelum sebelum masuk kelas, pasti akan membuat kita
lebih PD dalam mengajar atau menyampaikan pelajaran kepada
anak didik”.
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok
permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Untuk
memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data
tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang diteliti. Adapun
tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
A. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri Menjadi
Guru PAI
Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai problematika-problematika yang
mempengaruhi mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan
kendala yang menghambat persiapan mahasiswa PAI.
Setelah melakukan penelitian, maka selanjutnya akan melakukan pembahasan
dari tiap problematika. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Problematika yang Bersifat Internal
Problematika yang bersifat internal adalah problematika yang ada pada
diri seseorang, baik itu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir yang dapat
membentuk seseorang menjadi pribadi yang baik (Nata, 2002: 165).
Problematika internal terdiri dari tiga hal sebagai berikut:
a. Problematika cita-cita/minat.
Problematika cita-cita adalah masalah yang sangat berpengaruh
dalam menentukan sesuatu yang kita jalani, baik itu dalam bidang
76
pendidikan maupun yang lainnya. Dalam bidang pendidikan
problematika cita-cita merupakan masalah yang sangat penting
peranannya. Tanpa cita-cita apapun yang kita jalani tidak akan berjalan
dengan maksimal dan tidak akan menuai suatu hasil yang dituju.
Dari hasil kuesioner yang peneliti bagikan dan dari wawancara
yang peneliti lakukan kepada beberapa mahasiswa IAIN Salatiga
sebagian kecil kurang dalam mempersiapkan diri menjadi guru.
Berikut ini berbagi problemtika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan
diri menjadi guru PAI.
Dari problematika cita-cita dan minat, banyak dari mahasiswa yang
berminat menjadi guru PAI. Problematikanya masih ada sebagian kecil
dari mahasiswa yang kurang berminat dengan jurusan yang mereka
tekuni, meskipun begitu mereka masih tetap melanjutkan studi dengan
berbagai alasan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan hal-hal yang
perlu disiapkan untuk menjadi guru kurang maksimal, karena tidak
dilakukan sesuai dengan apa yang diminati oleh mahasiswa itu sendiri.
Kendala lain yang dialami mahasiswa PAI adalah bahwa menjadi
guru PAI bukan cita-cita mahasiswa. Maka dari itu mahasiswa hanya
melakukan sewajarnya saja atau sama dengan “nggugurke kewajiban”
belajarnya saja.
b. Problematika pengetahuan dasar keislaman
Dari problematika pengetahuan dasar keislaman, sebagian banyak
mahasiswa yang sudah tahu dan paham tentang pengetahuan dasar
77
keislaman. Dan hanya ada sebagian kecil yang kurang tahu dan paham
tentang pengetahuan dasar keislaman. Dari data yang diperoleh dapat
dijadikan landasan bahwa pengetahuan dasar sangat penting
peranannya sebagai modal mahasiswa untuk menjadi guru yang
professional.
Karena bagi seorang calon guru, pengetahuan dasar keislaman itu
sangat penting. Misalnya, tahu dan paham apa saja rukun-rukun Iman
dan Islam, kemudian mengamalkannya. Lancar dalam membaca Al-
qur’an, karena guru akan menjadi contoh bagi anak didiknya dalam
semua hal. Menjalankan sholat wajib dengan rutin dan tepat waktu,
syukur-syukur sholat sunah pun rutin dikerjakan. Selain itu bagi calon
guru perempuan, istiqomah dalam menutup aurot juga menjadi sesuatu
yang sangat perlu diperhatikan, karena ketika sudah menjadi guru yang
dinilai oleh orang lain selain pengetahuan kita adalah akhlak, ucapan
dan cara berpakaian yang sopan atau tidak.
c. Problematika pengetahuan tentang PAI
Dari problematika pengetahuan tentang PAI, masih banyak dari
mahasiswa PAI sendiri yang belum paham mengenai seluk beluk PAI.
PAI atau Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang
berlandaskan pada Al-qur’an dan hadits dan bertujuan untuk
membentuk insan kamil.
Salah satu kendala yang menghambat persiapan mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI adalah kurangnya pengetahuan
78
mahasiswa tentang pengetahuan dasar PAI yang seharusnya wajib
diketahui mahsiswa, khususnya mahaiswa PAI yang menekuninya.
2. Problematika yang Bersifat eksternal
Problematika yang bersifat eksternal juga dapat berpengaruh pada
sikap manusia. Pendidikan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan
keluarga, institusional dan masyarakat. Keluarga yang harmonis, agamis
dan menyenangkan dapat berpengaruh baik bagi diri anak (Yusuf dan
nurihsan. 2008: 27).
Dari problematika yang bersifat eksternal terdapat 14 pertanyaan yang
terdiri dari beberapa problematika yaitu: problematika lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan berbagai
kendala yang menghambatnya.
a. Problematika lingkungan keluarga
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008:27) bahwa keluarga yang
harmonis, agamis dan menyenangkan dapat berpengaruh baik bagi diri
anak. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga sangat
berpengaruh dalam pendidikan anak. Sebagian besar keluarga dari
mahasiswa mendukung pendidikan anaknya, hanya saja masih ada
yang kurang dukungan dan perhatian dari keluarga yang menyebabkan
mahasiswa kurang maksimal dalam mempersiapkan diri menjadi guru
PAI.
79
Selain kendala kurangnya perhatian dan dukungan dari keluarga,
suasana dalam keluarga juga mempengaruhi kesiapan mahasiswa.
Misalnya dalam suatu keluarga kurang peduli terhadap pendidikan
agama anaknya dan hanya memperdulikan pendidikan umumnya saja,
maka hanya akan ada kemungkinan kecil seorang anak menekuni
pendidikan agama. Suasana keluarga yang agamis juga akan
mempengaruhi anak untuk peduli dan semangat dalam menuntut ilmu
agama.
b. Problematika lingkungan masyarakat
Problematika lingkungan masyarakat juga mempengaruhi anak
dalam menentukan keputusan untuk masa depannya. Masyarakat yang
memperhatikan pentingnya pendidikan terutama pendidikan Islam,
maka anak akan berpikir untuk menjadi orang yang berpendidikan agar
berguna bagi diri sendiri, masyarakat sekitarnya dan Negara. Kendala
yang biasanya ada dalam masyarakat adalah kurang pedulinya
masyarakat masalah pendidikan anak, terutama pendidikan Islam,
karena pendidikan agama dipandang kurang mempunyai prospek yang
bagus di masa depan. Pemikiran masyarakat yang demikianlah yang
membuat anak kurang semangat dan kurang dukungan. Tetapi dari
data yang diperoleh hanya ada sebagian kecil masyarakat yang kurang
peduli terhadap pendidikan agama anaknya.
c. Problematika lingkungan sekolah
80
Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana anak tumbuh
bersama anak lainnya yang sebaya dengannya dan menuntut ilmu yang
sama pula. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Maka dari itu
sekolah juga berperan penting membentuk pribadi anak didiknya.
Lingkungan sekolah yang berlatarbelakang agama, misalnya, MI, MTs
atau MA maka juga akan membentuk siswa yang agamis.
B. Langkah-langkah mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi
guru PAI
Selain menggunakan angket, peneliti juga mengambil data dengan
metode wawancara untuk memperoleh informasi tentang apa saja hal-hal
yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
Dan kendala yang menghambat langkah-langkah mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru PAI.
a. Melatih diri dalam kelancaran membaca Al-qur’an
Penting bagi mahasiswa PAI untuk berlatih membaca Al-qur’an
dengan lancar dan sesuai dengan kaidah tajwid yang berlaku. Adapun
hasil penelitiannya sebagai berikut beserta kendala yang dihadapi
mahasiswa:
1) Masih ada sebagian kecil dari mahasiswa yang kurang lancar
dalam membaca Al-qur’an. Banyak dari mereka hanya lancar
dalam membaca tanpa memperhatikan kaidah-kaidah dalam
hukum tajwidnya.
81
2) Selain kurang memperhatikan hukum kaidah-kaidah banyak yang
sudah lancar membaca tetapi kurang tepat cara pelafalannya atau
kurang tepat makhorijul hurufnya.
3) Banyak mahasiswa yang sudah lancar membacanya tetapi kurang
memperhatikan isi kandungan ayat yang dibacanya.
b. Berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan
dengan pendidikan.
Langkah yang kedua dalam mempersiapkan diri menjadi guru
adalah pentingnya memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang
berkaitan dengan pendidikan. Karena sebagai mahasiswa pendidikan
khususnya pendidikan Islam, maka sangat erat kaitannya dengan Al-
qur’an dan hadits. Berikut paparan penelitian tentang memahami ayat
Al-qur’an dan hadits dan kendala yang menghambat mahasiswa PAI.
1) Banyak dari mahasiswa yang sudah tahu beberapa ayat-ayat Al-
qur’an dan hadits yang berkaitan dengan pendidikan tetapi mereka
belum sepenuhnya paham apa isi kandungan ayat atau hadits
tersebut.
2) Sebagian mahasiswa juga masih ada yang bingung bagaimana cara
memahami ayat atau hadits yang berkaitan dengan pendidikan.
c. Meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI.
Bagi mahasiswa PAI meningkatkan intensitas ibadah adalah
sesuatu yang harus dilakukan, karena yang diharapkan setelah
memasuki jurusan PAI adalah kemajuan baik di bidang pengetahuan
82
maupun ibadah. Berikut adalah hasil rangkuman dari wawancara
kepada sebagian mahasiswa IAIN Salatiga.
1) Meningkatkan intensitas ibadah bagi mahasiswa PAI sangat
dianjurkan untuk menunjang pengetahuan agamanya.
2) Selain itu karena guru adalah tauladan bagi anak didiknya kelak.
Kendala yang biasa dihadapi dalam meningkatkan intensitas ibadah
mahasiswa ketika dikampus adalah waktu istirahat sholat yang sedikit.
Dan ketika di rumah kadang ada beralasan yang mengerjakan tugas
yang banyak atau malah ada yang lebih memilih untuk bermain keluar.
d. Memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI
Bagi mahasiswa PAI memahami teori-teori pendidikan sangatlah
penting, karena tanpa teori pendidikan tidak akan berjalan secara
maksimal. Semua hal membutuhkan yang namanya teori, apalagi
pendidikan Islam. Pendidikan Islam mempunyai teori yang
berlandaskan pada Al-qur’an dan hadits. Maka dari itu untuk
memahami teori-teori pendidikan ,khususnya pendidikan Islam maka
pahamilah ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan
pendidikan.
e. Latihan keterampilan mengajar
Bagi mahasiswa PAI latihan mengajar adalah hal yang sangat
penting dan perlu dilakukan, karena mahasiswa PAI adalah seorang
calon guru. Berbicara di depan umum, menjelaskan materi,
memperagakan materi yang dipraktikkan.
83
Mengajar bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan bagi orang yang
belum terlatih. Maka dari itu, mahasiswa PAI harus berlatih terlebih
dahulu sebelum terjun langsung ke sekolah. Latihan yang biasa
dilakukan seperti latihan berbicara di depan umum, latihan
menjelaskan materi pelajaran
Dari lembaga kampus juga menyediakan program untuk berlatih
mengajar. Contohnya program kuliah micro teaching dan program
praktik PPP (Praktek Pengembangan Profesi). Program tersebut sangat
membantu mahasiswa dalam berlatih mengajar, seperti latihan mental
untuk berbicara di depan orang banyak sambil menjelaskan materi
pelajaran. Dan mengusahakan sampai orang yang dijelaskan paham
dengan materi yang kita terangkan.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di lapangan, serta analisis data dari penelitian,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru,
terdiri dari dua problematika, sebagai berikut:
a. Problematika yang bersifat internal adalah problematika yang
berasal dari diri seseorang. Yang terdiri dari tiga hal, sebagai
berikut:
1) Problematika cita-cita/minat, dalam ini dapat disimpulkan
bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang berminat atau
bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase
92,32%, tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang
berminat menjadi guru PAI dengan prosentase 7,68%.
2) Problematika pengetahuan dasar keislaman, dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa banyak dari mahasiswa PAI yang paham
tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 89,02%,
tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan
prosentase 10,08%.
3) Problematika pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang
85
mengetahui tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase
14,88%.
b. Problematika yang bersifat eksternal adalah problematika yang
berasal dari luar diri seseorang. Yang terdiri dari tiga hal, sebagai
berikut:
1) Problematika lingkungan keluarga, dari data yang peneliti
peroleh sudah banyak dari mahasiswa mendapat dukungan
penuh dari keluarga dengan prosentase 95,68%, tetapi masih
ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang mendapat dukungan
dari keluarga dengan prosentase 4,32%.
2) Problematika lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti
mendapat data bahwa banyak masyarakat yang mendukung
mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru dengan
prosentase 90,4%, tetapi masih pula ada yang kurang
mendukung dengan prosentase 9,6%.
3) Problematika lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang
terdiri dari guru dan teman, banyak yang mendukung
keputusan mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase
90,4%, tetapi masih ada dari sebagian kecil yang kurang
mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada dari
sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase
3,36%.
86
2. Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan
diri manjadi guru PAI
a. Melatih diri dalam kelancaran membaca Al-qur’an
b. Berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan
dengan pendidikan.
c. Meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI.
d. Memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI
e. Latihan keterampilan mengajar
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Bagi mahasiswa menghadapi masalah adalah hal yang lumrah dan
harus bisa menjadikan masalah tersebut sebagai cambuk untuk
membuatnya lebih semangat. Mantapkan niat untuk menjadi guru dan
persiapkan kembali persiapan yang sudah ada kemudian kembangkan
supaya kelak menjadi guru yang profesional dan kreatif.
2. Untuk lembaga
Untuk lembaga hendaknya memberikan program-program baru
bagi mahasiswa berkaitan dengan kesiapan mahasiswa dalam
mempersiapkan diri menjadi guru karena dengan program tersebut
dapat membantu mahasiswa dalam membentuk mahasiswa yang
percaya diri ketika berbicara didepan umum.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta
. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta. Rineka cipta
Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogygkarta: Trust Media Publising
Darajat zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Debdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Bulan Bintang
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam interaksi edukatif.
Jakarta. Rineka Cipta
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta. Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM. Jilid I cetakan ke XII
Hamruni, 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Insan Madani
http://digilib.uinsby.ac.id/4413/5/Bab%202.pdf
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rosda Karya.
Bandung
Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung. Remaja Rosda Karya
Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta. Raja Grafindo. Cetakan Keempat
Proyek Pembinaan PTAI, 1982/1983. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga. STAIN Salatiga Press
Sugiono. 2011. metodologi penelitian kuantitatif-kualitatif R&D, Bandung: Alfa
Beta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikoligi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
88
Surya, Muhammad, dkk. 2010. Landasan pendidikan: menjadi guru yang baik.
Bogor. Ghalia Indonesia.
Syah, muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta. Andi Offset
Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta. Andi Offset
Yusuf LN, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan Kedua
90
KUESIONER “Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapakan Diri Menjadi Guru
PAI”
Nama :
Alamat :
Jurusan:
Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan tentang problematika mahasiswa
PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Anda diharapkan membaca
dengan teliti dan memberikan jawaban pada salah satu pilihan jawaban yang
tersedia.
Jawablah dengan jujur dan sesuai denga yang anda alami. Jawaban anda
akan terjaga kerahasiaannya, karena akan semata-mata dipergunakan untuk
penelitian ilmiah.
Petunjuk
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini anda cukup
member tanda (X) atau melingkari salah satu pilihan jawaban dibawah ini yang
sesuai dengan keadaan diri anda.
Selamat Bekerja….!!!
A. Faktor Internal
Cita-cita dan minat
1. Apakah anda sangat bersemangat dalam pelajaran PAI?
a. Sangat semangat
b. Semangat
c. Cukup semangat
d. Kurang semangat
e. Tidak semangat
2. Apakah anda menyukai pelajaran PAI?
a. Sangat suka
b. Suka
c. Cukup suka
d. Kurang suka
e. Tidak suka
3. Apakah anda sudah siap untuk menjadi guru PAI?
a. Sangat siap
91
b. Siap
c. Cukup siap
d. Kurang siap
e. Tidak siap
4. Keputusan anda saat ini akan menentukan masa depan anda, apakah
anda yakin dengan keputusan anda masuk jurusan PAI?
a. Sangat yakin
b. Yakin
c. Cukup yakin
d. Kurang yakin
e. Tidak yakin
Pengetahuan dasar keIslaman
5. Dalam Islam terdapat kitab suci Al-qur’an, apakah anda lancar dalam
membaca kitab suci Al-qur’an?
a. Sangat lancar
b. Lancar
c. Cukup lancar
d. Kurang lancar
e. Tidak lancar
6. Apakah anda paham hukum tajwid dan kegunaannya didalam Al-
qur’an?
a. Sangat paham
b. Paham
c. Cukup paham
d. Kurang paham
e. Tidak paham
7. Dalam Islam ada kewajiban sholat apakah anda rutin dalam
menjalankan sholat lima waktu?
a. Sangat rutin
b. Rutin
c. Cukup rutin
d. Kurang rutin
e. Tidak rutin
8. Dalam melaksanakan sholat terdapat syarat dan rukun-rukun tertentu,
apakah anda tahu apa saja syarat dan rukun-rukun sholat?
a. Sangat tahu
b. Tahu
92
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
9. Apakah anda juga tahu apa saja hal-hal yang membatalkan sholat?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
10. Selain sholat wajib, ada sholat-sholat sunah. Apakah anda tahu apa
saja macam sholat-sholat sunah tersebut?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
11. Apakah anda rutin melaksanakan sholat sunah ?
a. Sangat rutin
b. Rutin
c. Cukup rutin
d. Kurang rutin
e. Tidak rutin
12. Dalam Islam dianjurkan untuk menutup aurot, apakah anda tahu batas-
batas aurut untuk laki-laki dan perempuan?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
Pengetahuan tentang PAI
13. Apakah anda tahu definisi dari PAI?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
14. Apakah anda termasuk siswa yang cepat memahami materi yang
disampaikan oleh guru?
a. Sangat cepat
93
b. Cepat
c. Cukup cepat
d. Kurang cepat
e. Tidak cepat
15. Apakah anda tahu apa saja macam-macam pelajaran yang terdapat
dalam PAI?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Kurang tahu
e. Tidak tahu
16. Apakah anda siap dengan tanggung jawab yang anda pikul sebagai
guru PAI?
a. Sangat siap
b. Siap
c. Cukup siap
d. Kurang siap
e. Tidak siap
B. Faktor Eksternal
Lingkungan keluarga
17. Apakah orang tua anda termasuk orang tua yang aktif dalam kegiatan
keagamaan, misal: pengajian, atau kegiatan-kegiatan di masjid /
mushola ?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Kurang aktif
e. Tidak aktif
18. Apakah sanak saudara anda termasuk orang yang aktif dalam kegiatan
keagamaan, misal: pengajian, atau kegiatan-kegiatan di masjid /
mushola ?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Kurang aktif
e. Tidak aktif
19. Apakah orang tua anda termasuk orang tua yang peduli dengan
pendidikan agama anaknya?
94
a. Sangat peduli
b. Peduli
c. Cukup peduli
d. Kurng peduli
e. Tidak peduli
20. Apakah orang tua anda mendukung pilihan anda untuk menjadi
seorang guru PAI?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Cukup mendukung
d. Kurang mendukung
e. Tidak mendukung
21. Apakah sanak saudara anda mendukung pilihan anda untuk menjadi
seorang guru PAI?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Cukup mendukung
d. Kurang mendukung
e. Tidak mendukung
Lingkungan masyarakat
22. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal, termasuk masyarakat
yang taat beragama Islam?
a. Sangat taat
b. Taat
c. Cukup taat
d. Kurang taat
e. Tidak taat
23. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal termasuk masyarakat
yang peduli masalah pendidikan agama Islam anaknya?
a. Sangat peduli
b. Peduli
c. Cukup peduli
d. Kurng peduli
e. Tidak peduli
24. Apakah masjid di lingkungan anda tinggal selalu ramai oleh para
jamaah?
a. Sangat ramai
b. Ramai
c. Cukup ramai
95
d. Kurang ramai
e. Tidak ramai
25. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal termasuk masyarakat
yang aktif dalam kegiatan-kegiatan keberagamaan, seperti pengajian
dan kegiatan masjid lainnya?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Kurang aktif
e. Tidak aktif
Linfkungan sekolah
26. Apakah di lingkungan sekolah anda sangat mendukung pilihan anda
untuk menjadi seorang guru PAI?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Cukup mendukung
d. Kurang mendukung
e. Tidak mendukung
27. Apakah teman-teman anda juga mendukung anda menjadi guru PAI?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Cukup mendukung
d. Kurang mendukung
e. Tidak mendukung
28. Apakah di lingkungan sekolah anda banyak yang memotivasi anda
untuk menjadi seorang guru PAI?
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup banyak
d. Tidak banyak
e. Tidak ada
29. Apakah cara mengajar guru PAI anda dulu menyenangkan?
a. Sanyak menyenangkan
b. Menyenangkan
c. Cukup menyenangkan
d. Kurang menyenangkan
e. Tidak menyenangkan
30. Apakah anda senang ketika pelajaran PAI berlangsung?
a. Sangat senang
97
WAWANCARA
Wawancara ini berisi pertanyaan tentang kesiapan apa saja yang dilakukan
mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Pertanyaannya
sebagai berikut:
1. Setelah masuk jurusan PAI maka mahasiswa dianjurkan untuk lebih lancar
dalam membaca Al-qur’an. Menurut anda seberapa pentingkah kelancaran
mahasiswa PAI dalam membaca Al-qur’an?
2. Dalam pendidikan agama Islam ada Al-qur’an dan hadits dipakai sebagai
dasar atau rujukan. Menurut anda seberapa pentingkah mahasiswa PAI
memahami ayat Al-quran dan hadits yang berkaitan dengan pendidikan
Islam?
3. Mahasiswa PAI sebagai calon guru, apakah penting meningkatkan ibadah
yang dilakukan sehari-hari?
4. Sebagai mahasiswa PAI yang memasuki dunia pendidikan, apakah penting
anda memahami teori-teori pendidikan?
5. Sebagai mahasiswa PAI yang akan menjadi seorang pengajar pasti
membutuhkan latihan keterampilan, apakah dari lembaga menyediakan
program untuk melatih keterampilan anda mengajar?
6. Apakah latihan tersebut membantu meningkatkan keterampilan anda
dalam mengajar?
7. Menurut anda apakah penting bagi seorang guru mempelajari materi yang
akan diajarkan sebelum masuk kelas?
100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Umi Fathimah
NIM : 111-12-164
Tempat, tgl Lahir : Temanggung, 14 Januari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Sungapan Rt/ Rw 05/03 Ds Jamusan, Jumo,
Temanggung
Riwayat Pendidikan : MI Ma’arif Jamusan, Lulus Tahun 2005
MTs Ma’arif Jumo Temanggung, Lulus Tahun 2008
MA Negeri Temanggung, Lulus Tahun 2011
Salatiga, 20 Maret 2017
Penulis
Umi Fathimah
11112164