problematika mahasiswa pai dalam mempersiapkan...

117
PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI) TAHUN AKADEMIK 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: UMI FATHIMAH 111-12-164 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 04-Jul-2020

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI

DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI

STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

UMI FATHIMAH

111-12-164

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

ii

iii

PROBLEMATIKA MAHASISWA PAI

DALAM MEMPERSIAPKAN DIRI MENJADI GURU PAI

STUDI NARASI MAHASISWA PAI SEMESTER (VI)

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

UMI FATHIMAH

111-12-164

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

iv

v

vi

vii

MOTTO

“Tidak ada jalan bertabur bunga dalam menggapai cita

dan cinta”

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya”(Q.S Al-Baqarah: 286)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibuku (Ngaliyem) dan ayahku (Sariyono) yang sangat saya cintai, sebagai

wujud baktiku padanya yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan

doanya bagi penulis.

2. Saudaraku tersayang, Mu’arifin sekeluarga, yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan.

3. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI yang selalu membimbing dan memotivasi

penulis.

4. K.H Nasafi M.Pd, dan bu Nyai Asfiah selaku orang tua keduaku di pondok

pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga.

5. Teman-teman PAI 2012 seperjuangan.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi

guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita di dunia dan di akhirat kelak.

Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-

baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan.

Penulis banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyususnan skripsi

ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya

skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan

x

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

penulisan skripsi ini.

5. Segenap bapak dan ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi

Pendidikan Agama Islam.

6. Teman seperjuangan, PAI 2016, yang selama ini telah berjuang bersama.

7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman ( Latifah, Indah, Ira, isma, Ulfa,

Mbak Leli, Abdin qiqi, Titik) dan teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu

persatu.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal

mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di

dunia maupun di akhirat.

Penulisan dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Salatiga, 21 Maret2017

Penulis

Umi Fathimah

111-12-164

xi

ABSTRAK

Fathimah, Umi. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri

Menjadi Guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun

akademik 2016/2017, Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M.Si.

Kata kunci: Problematika, Pendidikan Agama Islam dan Guru PAI

Masalah dalam pendidikan adalah suatu hal yang lumrah terjadi pada

semua peserta didik. Diantara masalah tersebut adalah yang terjadi pada

mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui macam-macam problematika yang dihadapi

mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan apa saja

langkah-langkah yang ditempuh mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi

guru PAI.

Skripsi ini menggunakan metode kualititif naratif, yaitu penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dan menggunakan

pendekatan naratif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta

yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi lainnya. Objek dari

penelitian ini adalah sebagian mahasiswa IAIN Salatiga semester VI. Dan

prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara

terstruktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data

yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan

tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan

menggunakan ketekunan pengamatan trianggulasi.

Dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, diperoleh hasil sebagai

berikut: bahwa dari problematika yang bersifatinternal yang terdiri tiga hal yaitu:

cita-cita/minat mahasiswa PAI bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang

berminat atau bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase 92,32%,

tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang berminat menjadi guru

PAI dengan prosentase 7,68%. Pengetahuan dasar keislaman, bahwa banyak dari

mahasiswa PAI yang paham tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase

89,02%, tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan

prosentase 10,08%. Pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat disimpulkan

bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang mengetahui tentang pengetahuan

dasar PAI dengan prosentase 14,88%.

Dari problematika eksternal, yang terdiri dari tiga yaitu: Lingkungan

keluarga, dari data yang peneliti peroleh sudah banyak dari mahasiswa mendapat

dukungan penuh dari keluarga dengan prosentase 95,68%, tetapi masih ada

sebagian kecil dari mahasiswa kurang mendapat dukungan dari keluarga dengan

prosentase 4,32%. Lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti mendapat data

bahwa banyak masyarakat yang mendukung mahasiswa dalam mempersiapkan

diri menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih pula ada yang kurang

mendukung dengan prosentase 9,6%. Faktor lingkungan sekolah, lingkungan

sekolah yang terdiri dari guru dan teman, banyak yang mendukung keputusan

xii

mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase 90,4%, tetapi masih ada dari

sebagian kecil yang kurang mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada

dari sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.

Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri

manjadi guru PAI, sebagai berikut: melatih diri dalam kelancaran membaca Al-

qur’an, berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan

pendidikan, meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI,

memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI, latihan keterampilan

mengajar.

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………....... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

.... 9

C. Tujuan Penelitian..............................................................................9

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................9

E. Penegasan Istilah………..................................................................10

F. Metode Penelitian ............................................................................11

G. Sistematika Penelitian ......................................................................16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan

1. Pengertian Problematika…..................................................... 17

2. Berbagai Masalah Dalam Pendidikan……........................... 18

3. Ikhwal Masalah Pendidikan.................................................. 20

4. Lingkup Pendidikan............................................................... 26

B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam

xiv

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................29

2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam ............................31

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ……………………….......35

4. Tujuan Pendidikan Islam ………...........................................36

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika

Mahasiswa Dalam Pendidikan Islam

1. Faktor Internal .......................................................................39

2. Faktor Eksternal.................................................................... 42

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ………..43

E. Tugas Guru ...................................................................................44

F. Kompetensi Profesionalisme Guru …………...…………………45

BAB III LAPORAN PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian

1. Identitas IAIN Salatiga ……………………………………...47

2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga …………………………....48

3. Letak Geografis IAIN Salatiga ………………………………51

4. Asas, Fungsi dan Tujuan …………………………………….51

5. Visi dan Misi IAIN Salatiga ………………………………...54

6. Program Pendidikan IAIN Salatiga …………………………55

7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ………………..57

8. Profil Program Studi PAI ……………………………………59

B. Temuan Data Penelitian................................................................63

1. Problematika yang bersifat Internal ………………………… 64

2. Problematika yang bersifat Ekstenal ………………………...68

3. Langkah-langkah yang Perlu Disiapkan Mahasiswa PAI …...71

BAB 1V PEMBAHASAN

A. Problematika Mahasiswa PAI dalam Mempersiapkan Diri Menjadi

Guru PAI ……………………………………………...................75

1. Problematika yang bersifat Internal …………………………75

2. Problematika yang bersifat Eksternal ……………………….78

xv

B. Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI ………………………… 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................84

B. Saran .............................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Mahasiswa IAIN Salatiga Tiga Tahun Terakhir

Tabel 3.2 Faktor cita-cita /minat

Tabel 3.3 Faktor Pengetahuan Dasar Keislaman

Tabel 3.4 Faktor Pengetahuan Tentang PAI

Tabel 3.5 Faktor Lingkungan Keluarga

Tabel 3.6 Faktor Lingkungan Masyarakat

Tabel 3.7 Faktor Lingkungan Sekolah

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pedoman Kuesioner

Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Dokumentasi Kuesioner

Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7 Nilai SKK Mahasiswa

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menciptakan makhluk (manusia) yang dapat dididik dan dapat

mendidik, sehingga ia mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan

pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa

bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan

keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya

sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya

berbuat merupakan komponen dari fitrah itu (Daradjat, 2011:16).

Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi

muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan RasulNya.

Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali dengan

pengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dan

karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan

maka pendidikan itupun menjadi wajib dalam pandangan Islam.

Dalam pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi

lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa

pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta

didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif

(pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

2

Dalam proses pendidikan pasti tidak lepas dari peran seorang guru,

guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasehat, dan

lain sebagainya. Untuk menjadi seorang guru, seseorang haruslah

mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam hal pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Supaya nantinya guru itu bisa digugu (dipatuhi)

dan ditiru ( diteladani). Karena guru adalah orang tua kedua bagi anak

didiknya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya)

mengajar. Kata guru dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam

bahasa inggris disebut teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni

A person whose occurpation is teaching others. Yang artinya, guru ialah

sesorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 1995:223).

Mengajar dapat pula ditafsirkan bermacam-macam, misalnya:

a. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain

(bersifat kognitif)

b. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat

psikomotor)

c. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (bersifat

afektif).

Sebab dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada

prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang

lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya.

3

Perilaku ini meliputi tingkah laku, yang bersifat terbuka seperti

keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti

berpikir (ranah cipta) dan berperasaan ( ranah rasa).

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Hal itupun menunjukkan

pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada

sembarangan guru/ sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjadi

guru.

Jabatan profesional guru harus memenuhi kegiatan intelektual, karena

dalam proses mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat

didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati bahwa jabatan

profesi guru mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan dari

orang awam, dan memungkinkan guru profesional disegani oleh siswa,

teman sejawat bahkan masyarakat sekitar karena kewibawaan,

kepandaiannya atau yang lainya. Guru yang professional pada intinya

adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan

dan penggajaran ( Asdikoh, 2013: 23)

Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu

pengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas

mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.

4

Firman Allah:

….

Artinya: ….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat…. (Q.S. Al-Mujadalah:11).(Kitab

Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya).

Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa

misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu

pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai

ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan

kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu

pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan

perkembangan zaman.

Untuk menjadi seorang guru, mahasiswa harus mempersiapkan diri

dengan baik, agar selain menjadi guru mahasiswa juga akan menjadi

teladan bagi murid, dan cerminan bagi masyarakat. Karena sebagai guru

tidak hanya berperan sebagai pendidik saja, tetapi juga berperan sebagai

seorang pribadi dan pembimbing. Sebagai seorang pribadi, guru juga

adalah seorang makhluk sosial yang bermasyarakat. Juga sebagai

5

pembimbing, guru harus bisa memahami keadaan siswa yang

dibimbingnya, maka dari itu sebagai seorang guru mahasiswa harus

mempersiapkan diri dari awal dan berusaha dengan baik.

Meskipun pada awalnya tidak semua mahasiswa PAI berasal dari

sekolah yang berbasis agama, ada yang dari sekolah umum atau kejuruan.

Maka dari itu pasti ada beberapa masalah dalam mempersiapkan diri untuk

menjadi seorang guru, baik dari segi afektif, kognitif, maupun

psikomotoriknya dan dari faktor internal dan eksternalnya.

Sebagai seorang calon guru, mahasiswa PAI harus mempunyai

fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) yang merupakan kemampuan

pikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam

situasi tertentu. Kebalikannya adalah frigiditas kognitif atau kekakuan

ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan

bertindak yang sesuai dengan situasi yang dihadapi (Syah,1995:227).

Selain itu, guru juga harus mempunyai keterbukaan psikologis, guru yang

terbuka secara psikologi biasanya ditandai dengan kesediaannya yang

relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor

ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan

tempatnya ia bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Disamping

itu ia juga memiliki empati (empathy), yakni respons afektif terhadap

pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Keterbukaan

psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya sebagai panutan

siswa.

6

Mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan

metedologi belajar saja. Untuk menjaga disiplin kelas, guru sering

bertindak otoriter, menjauhi siswa, bersikap dingin itu menyembunyikan

rasa takut kalau dianggap lemah. Sesungguhnya guru adalah makhluk

biasa. Guru sejati bukanlah makhluk yang berbeda dengan siswa-

siswanya. Ia bukan makhluk serba hebat. Ia harus dapat berpartisipasi di

dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa-siswanya dan yang dapat

mengembangkan rasa persahabatan secara pribadi dengan siswa-siswanya

dan tidak merasa kehilangan kehormatan karenanya. Rasa was-was, takut

dalam keadaan tertentu adalah wajar (Soemanto, 1990:221-222).

Kepribadian adalah unsur yang menentukan keakraban hubungan guru

dan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan

perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik

(Djamarah,2000:41). Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya

manusia. Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog

terkemuka, Profesor doktor, Zakiah Darajat menegaskan.

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi

pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan

menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik

terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar)

dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat

menengah).

Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru professional sangat

diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian

7

dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara

konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD ’45

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia

harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga

pengajar.

Sebagai calon guru harus mempunyai kematangan kepribadian guru

baik dari segi kedewasaan atau kesehatan fisik dan psikis (Sukmadinata,

2011:254-255). Guru sebagai pribadi, pendidik, dan pembimbing, dituntut

memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani

dan rohani. Minimal ada tiga ciri kedewasaan. Pertama, orang yang telah

dewasa telah memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life),

yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan

dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu

melihat segala sesuatu secara objektif. Tidak banyak dipengaruhi

subjektifitas dirinya. Ketiga,orang dewasa adalah orang yang telah bisa

bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki

kemerdekaan, kebebasan; tetapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung

jawab.

Dari segi kesehatan fisik dan psikis, guru juga dituntut untuk memiliki

fisik dan mental yang sehat. Fisik yang sehat berarti terhindar dari

berbagai macam penyakit. Guru yang sakit bukan saja tidak mungkin

dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi juga kemungkinan

besarakan menularkan penyakitnya pada anak-anak. Kesehatan fisik juga

8

berarti guru itu tidak boleh memiliki cacat badan yang menonjol yang

memungkinkan kurangnya penghargaan dari anak.

Kesehatan mental berarti guru terhindar dari berbagai bentuk gangguan

dan penyakit mental. Gangguan-gangguan mental yang diderita guru dapat

menganggu bahkan merusak interaksi pendidikan. Guru yang mengalami

gangguan mental tidak mungkin menciptakan hubungan yang hangat,

bersahabat, penuh kasih sayang, penuh pengertian dsb dengan para

siswanya. Belajar dari guru yang mengalami gangguan mental

memungkinkan siswa diperlakukan sebagai kambing hitam atau objek

kekesalan dan kejengkelannya. Kesehatan fisik dan mental mutlak

diperlukan dari orang-orang yang bekerja menjadi guru.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah satu-satunya

lembaga pendidikan Negeri di Salatiga. Institut ini menjadi pilihan para

mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Para

mahasiswanya tidak hanya berasal dari Salatiga saja, tetapi juga berasal

dari berbagai daerah, misalnya: Semarang, Boyolali, Magelang dan

Temanggung. Institut ini merupakan institut yang terkenal di kalangan

masyarakat dimana mampu menghasilkan output yang berprestasi dan

unggul. Keberhasilan IAIN tersebut, tidak terlepas dari kompetensi dosen

yang dimilikinya dan usaha para mahasiswanya.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan

9

Diri Menjadi Guru PAI Studi Narasi Mahasiswa PAI Semester (VI) Tahun

Akademik 2016/2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, beberapa pokok

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan

diri menjadi guru PAI?

2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan mahasiswa PAI dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam masalah

yang di hadapi mahasiswa PAI, sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana problematika mahasiswa PAI dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

2. Mengetahui apa saja langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa

PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas

tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi

10

guru PAI studi narasi mahasiswa PAI semester (VI) tahun ajaran

2016/2017, sehingga dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Guru PAI

a. Dapat meningkatkan kualitas diri.

b. Dapat mengatasi masalah yang di hadapi guru PAI.

2. Mahasiswa PAI

a. Dapat mempersiapkan diri menjadi guru PAI dengan baik dan

professional.

b. Dapat mengatasi berbagai problematika dalam mempersiapkan

diri menjadi guru PAI.

3. Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rujukan dalam

menghadapi berbagai problematika mahasiswa PAI dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI atau sebuah perbandingan

dalam penelitian selanjutnya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul tersebut,

maka perlu dijelaskan maksud istilah yang dipakai. Adapun istilah-istilah

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Problematika

Problematika adalah suatu masalah atau persoalan. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang belum dapat

11

dipecahkan, yang menimbulkan masalah. Sedangkan masalah dalam

bahasa inggris disebut problem yang artinya “question to be solved or

decide”. Secara sederhana masalah berarti sesuatu yang masih

menimbulkan masalah dan belum terselesaikan.

b. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap

mental yang terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri

maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat

teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara

iman dan amal sholeh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus

pendidikan iman dan pendidikan amal (Djamarah,2000:27-28).

c. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa. Faktor yang

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi

lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial (Syah, 1995:132).

d. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, dalam

faktor ini ada dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono

menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana

penelitian adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008:9). Dan

menurut Moleong (2009: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naratif

kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-

fakta yang ditemukan di lapangan, foto, memo, dan dokumen resmi

lainnya yang berlaokasi di IAIN Salatiga.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di IAIN Salatiga, yang tepatnya berada di

Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Salatiga, Jawa Tengah,

Indonesia. Adapun strata pendidikan mencakup: Fakultas Tarbiyah:

Pendidikan Agama Islam (PAI), objek yang digunakan peneliti adalah

sebagian mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI.

3. Sampling

Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.

Sebutan untuk suatu sampel biasanya mengikuti teknik dan atau jenis

sampling yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik atau jenis

sampling yang digunakan adalah teknik random sampling. Random

13

sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa

pandang bulu (Hadi, 1981:75).

4. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah :

a. Angket

Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode

penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus

dijawab oleh orang-orang yang dikenai atau disebut responden

(Walgito, 1990: 35). Adapun yang menerima angket dalam

pengumpulan data ini adalah mahasiswa PAI di Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Metode ini digunakan untuk mendapatkan

data tentang problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan

diri menjadi guru PAI.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan

pribadi antara pengumpul data atau pewawancara dengan sumber

data atau responden (Wirartha, 2006:37).

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, buku, dan sebagainya (Arikunto,

1998:236). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

14

mengenai informasi sekolah yang meliputi struktur organisasi,

sarana dan prasarana, data guru dan siswa.

Metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode

lain. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 1998:236).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2011:102).

Instrument yang digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan

problematika mahasiswa PAI dengan persiapan diri untuk menjadi

guru PAI adalah kuesioner dan wawancara terstruktur.

6. Teknik analisis data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera

digarap oleh peneliti. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan

data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis

(Arikunto,2010:278).

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data

meliputi klarifikasi data, penyaringan data, dan penyimpulan. Pada

tahap klarifikasi data dilakukan pengelompokan data berdasarkan

rumusan yang ditetapkan. Pada tahap penyaringan data dilakuan

pemilahan data yang berguna dan tidak berguna, dan data yang

15

dibuang. Pada tahap penyimpulan dilakukan penelaahan data yang

berguna dihubungkan dengan masalah penelitian yang dirumuskan.

Setelah data diperoleh secara utuh, seluruh data dianalisis secara

detail dan mendalam. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya

kesalahan dalam penyajian data dan untuk menjaga keutuhan

penelitian. Kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu

triangulasi (keabsahan), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu, untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan

mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda. Dalam metode kualitatif hal ini dicapai

dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang terkait.

c. Membandingkan apa yang dikatakan key person (informan)

dengan informan lain.

16

G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk

mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara

keseluruhan isi skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan pembahasan yang berisi tentang problematika

mahasiswa dalam lingkup pendidikan, problematika mahasiswa dalam

lingkup pendidikan Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

problematika, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan

Islam.

Bab III merupakan paparan data dan temuan peneliti meliputi :

identitas sekolah, sejarah IAIN Salatiga, letak geografis, asas, fungsi,

tujuan, visi dan misi, program pendidikan, profil FTIK, profil jurusan PAI

IAIN Salatiga lebih khususnya program studi PAI dan temuan data

penelitian.

Bab IV merupakan analisis data mengenai problematika mahasiswa

PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

Bab V merupakan penutup meliputi kesimpulan dan saran-saran.

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan

1. Pengertian problematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah problema atau

problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic” yang

artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa

Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan, yang

menimbulkan permasalahan. Sedangkan masalah dalam bahasa inggris

disebut problem yang artinya “question to be solved or decide”.

Menurut Syukir yang dikutip oleh Maliyeh dalam tesisnya

menyebutkan bahwa problematika adalah suatu kesenjangan yang

mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat

menyelesaikan atau dapat diperlukan

(http://digilib.uinsby.ac.id/4413/5/Bab%202.pdf).

Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian problematika adalah

suatu masalah yang belum terpecahkan baik dari faktor internal

maupun eksternal yang perlu diselesaikan atau dicari jalan keluar

permasalahannya.

2. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan

18

Masalah belajar adalah kondisi yang dialami siswa dan

menghambat usaha dalam mencapai tujuan belajar. Hambatan tersebut

bisa datang lingkungan (ekstern) atau dapat juga datang dari dalam diri

sendiri (intern). Hambatan yang bersumber dari luar antara lain seperti

kurangnya perhatian orang tua. Hubungan dengan anggota keluarga

yang tidak harmonis, kurang sarana belajar, mempunyai konflik

dengan teman, gaya mengajar guru yang kurang menarik, teman

pergaulan yang kurang kondusif dan sebagainya (Sriyanti, 2011:126 ).

Empat hal yang menjadi kekeliruan guru dalam mengajar sehingga

menjadi masalah ketika terjadi pembelajaran (Hamruni, 2012:32).

Berikut analisis empat hal tersebut:

a. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Tampaknya banyak guru yang tidak melakukan diagnosis

tentang keadaan siswa, sehingga ia tidak mengetahui apakah siswa

sudah paham tentang materi yang akan dijelaskan, karena selain

siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswa pun

membaca buku lain yang relevan.

b. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk berpikir

Mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi

melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur

kognitifnya secara penuh dan terarah. Mengajar adalah mengajak

siswa berpikir, dan melalui kemampuan berpikir itu akan terbentuk

19

siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang

dihadapinya.

c. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik

Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu,

apa yang dilakukan oleh guru seharusnya mengarah pada

pencapaian tujuan. Oleh karena itu dalam setiap proses mengajar,

guru perlu mendapatkan umpan balik, apakah tujuan yang ingin

dicapai sudah dikuasai oleh siswa atau belum.

d. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan

menguasai pelajaran

Dalam era informasi sekarang ini telah terjadi perubahan

peranan guru. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Akan tetapi

lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran.

Masalah-masalah tersebut tidak hanya dihadapi oleh para guru,

tetapi juga oleh para guru pemula. Situasi lingkungan kerja guru

cenderung banyak menimbulkan kendala bagi para guru pemula dalam

memulai melaksanakan tugas dalam lingkungan yang baru (Surya dkk,

2010:59).

3. Ikhwal Masalah Pendidikan

20

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia masih

sangat banyak dan kompleks. Dari sederet permasalahan dalam dunia

pendidikan, dapat dirunut di antaranya sebagai berikut:

a. Banyak anak didik yang tidak memperoleh pendidikan yang

layak.

b. Banyak lulusan yang kurang mampu memiliki kompetensi.

c. Banyak lulusan yang tidak mampu bersaing di pasar global.

d. Sasaran pendidikan belum tercapai.

e. Wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun sampai

saat ini belum dapat menjadi wajar 12 tahun.

f. Peranan guru atau pendidik yang belum optimal.

g. Biaya pendidikan yang (dianggap) relatif mahal.

Permasalahan-permasalahan itu akan dipaparkan secara singkat

berikut solusi yang dapat diajukan. Mudah-mudahan hal ini dapat

menjadi langkah awal dalam mengatasi berbagai persoalan yang

tengah dihadapi dunia pendidikan kita.

1) Banyak Anak yang Tidak Memperoleh Pendidikan yang Layak

Untuk menjaring sebesar-besarnya anak-anak yang belum

mendapat kesempatan pendidikan formal, pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dapat memberlakukan jam wajib belajar.

Waktu jam belajar diberlakukan tidak ada anak yang berada di

jalanan, demikian juga sanksi bagi orang tua anak yang tidak

memberi kesempatan anaknya bersekolah.

21

2) Banyak Lulusan yang Kurang Memiliki Kompetensi

Masalah ini berhubungan dengan mutu pendidikan. Mutu

dapat ditingkatkan melalui beberapa komponen.

Penjelasan:

Input adalah masukan mentah yang berwujud siswa

baru yang akan memasuki lembaga pendidikan tertentu,

sesuai ketentuan yang diatur oleh lembaga tersebut,

kemudian dalam kurun waktu tertentu mereka diproses

(proses input).

Proses input, dimaksudkan proses kegiatan

pembelajaran. Dengan demikian yang melakukan proses

(pendidik) adalah orang yang telah memiliki kompetensi

dalam bidang pendidikan.

Output, lulusan atau keluaran dari suatu lembaga

pendidikan yang bermutu akan dinilai oleh pengguna

lulusan tersebut, sinergi atau relevan dengan pasar serta

sepadan dengan kebutuhan.

3) Mutu Guru Berbanding Lurus dengan Kualitas Pendidikan.

Secara hakiki, pendidikan dipandang bermutu diukur dari

kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan

INPUT PROSES

INPUT

OUTPUT

22

memajukan kehidupan nasional. Pendidikan yang berhasil

adalah pendidikan yang mampu membentuk generasi muda

cerdas, berkarakter, bermoral, dan berkepribadian.

4) Profesionalisme Guru.

Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan

dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan yang maksimal (UU No. 14 tahun 2015).

5) Kompetensi Beberapa Aspek Penting dalam Profesionalisme

Guru.

Guru yang bermutu dan professional adalah guru-guru yang

memiliki kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik,

kepribadian, sosial dan professional sebagaimana yang

dipersyaratkan oleh UU.

Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang terkait, di antaranya

seperti : anak didik/peserta didik, pendidik, tujuan pendidikan, meteri

dan alat pendidikan, serta lingkungan, atau situasi pendidikan. Unsur-

unsur tersebut saling mendukung dan melengkapi satu sama lain dalam

proses pendidikan (Surya dkk, 2010:25). Berikut ini dijelaskan secara

singkat unsur-unsur dalam proses pendidikan.

a. Anak Didik atau Peserta Didik.

23

Anak didik atau peserta didik yaitu anak yang akan

diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang

memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu

bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan berakhlak

mulia. Agar berhasil dalam membawa anak ke arah

kedewasaan, tentunya pendidik atau orang dewasa harus

memahami karakteristik anak, seperti berikut ini:

1) Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri

yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.

2) Anak memiliki potensi untuk berkembang.

3) Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang

lainnya.

b. Pendidik.

Pendidik yaitu orang dewasa yang berperan untuk

mempengaruhi dan membawa anak didik ke arah manusia

sempurna, yaitu insan kamil. Oleh karena itu, pendidik harus

memiliki hal-hal yang meliputi : kewibawaan, kasih sayang,

komitmen, dan kejujuran.

1) Kewibawaan. Orang yang memiliki kewibawaan yaitu

orang yang dapat memengaruhi orang lain memalui sikap

dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan

penuh daya tarik.

24

2) Kasih sayang. Orang yang memiliki kasih sayang yaitu

orang yang penuh perasaan dengan cinta terhadap sesama.

3) Komitmen. Orang yang memiliki komitmen yaitu orang

yang mempunyai keterikatan secara penuh untuk

melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.

4) Kejujuran. Orang yang ikhlas yaitu orang yang dalam

melakukan sesuatu didasari niat tanpa pamrih tulus hati.

c. Tujuan Pendidikan.

Pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu untuk membentuk

manusia sempurna yang memiliki kepribadian bangsa sesuai

dengan kaidah-kaidah yang menjadi harapan bangsa dan

masyarakat Indonesia, serta manusia yang memiliki akhlak

mulia dan berkualitas.

d. Materi dan Alat Pendidikan.

Materi adalah bahan ajar yang akan disampaikan kepada

anak didik agar dapat dikuasai dan dipahami. Supaya materi

dapat dipahami olek anak didik tentu saja harus menggunakan

alat atau metode dalam melakukan kumonikasi antara anak

didik dan pendidik.

Alat pendidikan adalah suatu upaya melalui komunikasi

serta tindakan yang dilakukan oleh pendidik, agar tujuan

25

pendidikan itu dapat tercapai. Alat-alat pendidikan dapat

dibedakan dari bermacam-macam segi.

1) Alat pendidikan yang positif dan negatif.

a) Positif, jika ditujukan agar anak mengerjakan

sesuatu yang baik, seperti contoh yang baik,

pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran.

b) Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik

jangan mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya

larangan, celaan, peringatan, ancaman dan

hukuman.

2) Alat pendidikan preventif dan korektif

a) Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum

ia melakukan sesuatu perbuatan yang tidak baik,

misalnya pembiasaan, perintah, pujian dan ganjaran.

b) Korektif, jika maksudnya memperbaiki, karena anak

telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu

yang buruk, misalnya: celaan, ancaman, dan

hukuman.

3) Alat pendidikan yang sifatnya menyenangkan dan yang

tidak menyenangkan

a) Menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan

senang pada anak-anak, misalnya: ganjaran dan

pujian.

26

b) Tidak menyenangkan, maksudnya yang

menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-

anak, misalnya: hukuman dan celaan. Hukuman

dalam pendidikan dapat diterapkan yang bersifat

mendidik, menpunyai nilai pendidikan, yang

bertujuan menghukum anak agar tidak mengulangi

keadaan seperti itu lagi.

e. Lingkungan dan Situasi Pendidikan

Keadaan tempat berlangsungnya proses pendidikan sangat

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, yaitu

suatu lingkungan yang nyaman sehingga proses pendidikan

tidak terganggu.

4. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan juga mempengaruhi pendidikan seorang peserta didik.

Ada beberapa lingkungan di luar sekolah sebagai berikut:

a. Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di

antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak

dasar-dasar pendidikan dan pengalaman melalui rasa kasih

sayang yang penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan

nilai-nilai kepatuhan.

b. Asrama

27

Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri

antara lain: sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan

anak dengan keluarganya menjadi terputus atau dengan sengaja

diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup

bersama anak-anak sebayanya.

c. Perkumpulan remaja

Pada umumnya anak-anak diatas umur 12 tahun

membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi-organisasi

yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan yang meluap-luap

dalam diri mereka.

d. Lingkungan kerja

Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke

lingkungan kerja memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja

merupakan suatu lingkungan baru yang menuntut berbagai

penyesuaian. Dalam lingkungan itu mereka bergaul dengan

orang-orang dewasa lain yang berbeda dari yang pernah mereka

alami.

e. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan

28

Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir

sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat

dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama.

Ada perbedaan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi

suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan.

a) Suasana

Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi

anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya disambut

oleh orang tuanya dengan gembira dan malahan kerapkali

dirayakan dengan mengadakan selamatan. Sedangkan

sekolah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru

yang tidak dikenalnya.guru itu selalu berganti-ganti.

b) Tanggung jawab

Di rumah anak biasanya berbuat baik dan menjauhi

perbuatan-perbuatan buruk. Sedangkan di sekolah guru

merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikan

otak murid-muridnya.

B. Problematika Mahasiswa Dalam Lingkup Pendidikan Islam

1. Pendidikan Agama Islam

29

Pengertian pendidikan secara bahasa, maka kita harus melihat

kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa

tersebut.Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam

bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata

“pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata

kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya

“Tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa

Rabnya adalah “ Tarbiyah Islamiyah”.

Sedangkan secara istilah Pendidikan Agama Islam adalah

perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam,

yang memerlukan usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan yang

menunjang keberhasilannya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

Islam adalah pembentukan kepribadian muslim (Darajat, 2011:25-28).

Untuk memperoleh wawasan yang agak lengkap maka dalam

pembahasan ini akan membahas tentang pengertian pendidikan agama

Islam menurut beberapa pendapat (Darajat, 2011:86-88).

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut KPPN (Komisi

Pembaharuan Pendidikan Nasional).

Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat

penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,

antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan

agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan

pemerintah.

30

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Ditbinpaisun

(Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah

Umum Negeri).

Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam

Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta

tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang dianutnya itu

sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan

keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pendidikan

Agama Islam sebagai berikut:

1). Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup

(way of life).

2). Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang

dilaksanakan berdasar ajaran agama.

3). Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar nantinya setelah selasai dari

31

pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai

suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan

hidup didunia maupun di akhirat kelak.

2. Tanggung Jawab Pendidikan Dalam Islam

Tanggung jawab dalam pendidikan tidak hanya dipegang oleh

guru, tetapi juga oleh pihak-pihak lain yang bersangkutan misalnya

orang tua dan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan

diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik

ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya

dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu

dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam

situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga,

sekolah atau masyatakat (Direktorat jenderal PTAI, 1984:33).

Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan “pasif”, artinya si

pendidik tidak mendahului “masa peka” akan tetapi menunggu dengan

seksama dan sabar. Bimbingan aktif terletak di dalam: (a)

pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya; (b)

pemberian pengetahuan dan percakapan yang penting untuk masa

depan si anak; dan (c) membangkitkan motif-motif yang dapat

menggerakkan si anak untuk berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.

32

Pemberi bimbingan ini dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan

rumah tangga, para guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.

a. Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi

anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula

menerima pendidikan. Pada umumnya pendidikan dalam

rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan

pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik melainkan

karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan

kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang

penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.

Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di

sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan

biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu

itu menjalakan tugasnya dengan baik. Pengaruh ayah terhadap

anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi

gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang

dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari

berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan

penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik

laki-laki atau perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat

memahami hati anaknya.

33

Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab

pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua. Apakah

tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau

tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak hal itu adalah

merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada

setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung

jawab itu karena telah merupakan amanah Allah SWT. yang

dibebankan kepada mereka.

Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban

orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam

rangka :

1). Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk

yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua

dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan

kelangsungan hidup manusia.

2). Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah

maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari

penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai

dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.

3). Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak

memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan

kecakapan seluas dan setinggi mengkin yang dapat dicapainya.

34

4). Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat,

sesuai dengan pandangan hidup dan tujuan hidup muslim.

b. Guru

Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia

telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang

tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,

sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab

pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan

pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya

kepada sembarang guru/ sekolah karena tidak sembarang orang

dapat menjabat guru.

c. Masyarakat

Masyatakat turut serta memikul tanggung jawab

pendidikan. Secara sederhana masyatakat dapat diartikan

sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh

kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat

mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan

tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah

terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat

atau penguasa yang ada didalamnya. Bila anak telah besar

diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga

desa, warga kota dan warga negara.

35

Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam

Islam bersifat perseorangan dan sosial sekaligus.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam mempunyai beberapa fungsi antara lain

adalah:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran

agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

kekurangan-kekurangan,dan kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan

menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia

seutuhnya.

36

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara

umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilih

bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik

tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan

yang lebih tinggi (Majid,2014:16).

Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari

tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20

tahun 2003), yang berbunyi: “pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

37

Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam, baik makna

atau tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam

dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.

Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan

hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu

membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

Ada beberapa tujuan pendidikan menurut Direktorat Jenderal

PTAI, sebagai berikut:

a. Tujuan umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara

lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus sejajar dengan

pandangan Islam pada manusia, yaitu mahluk Allah yang mulia

yang dengan akalnya, perasaannya, ilmunya, kebudayaannya,

pantas menjadi kholifah di bumi.

b. Tujuan akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka

tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah

berakhir pula. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku

selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,

mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan

pendidikan yang telah dicapai.

c. Tujuan sementara

38

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada

tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah

kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-

kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi

anak didik.

d. Tujuan operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan

operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu

kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya

lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Problematika

Mahasiswa dalam Pendidikan Islam

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu

sendiri. Faktor ini mempunyai dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang

bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat

rohaniah).(Syah, 1995: 132).

a. Aspek Fisiologis

39

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa,

seperti kesehatan indera pendengaran dan indera penglihat,

juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap

infomasi dan pengetahuan. Akibat negatif selanjtunya adalah

terhambatnya information processing yang dilakukan oleh

sistem memori siswa tersebut.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran

siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada

umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; b) sikap siswa; c) bakat

siswa; d) minat siswa; e) motivasi siswa.

1) Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak

dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

40

2) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungn untuk mereaksi atau merespons

(response tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek

orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada

guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan

pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

3) Bakat Siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan

demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat

dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke

tingkat tertentu sesuai dengan kapaistas masing-masing.

4) Minat Siswa

Secara sedarhana, minat (interst) berarti kecenderungan

dan kegirahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Namun terlepas dari masalah populer atau

tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang

selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

5) Motivasi Siswa

41

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal

organisme (baik manusia maupun hewan) yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam

perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi

ekstrinsik.

Motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi

materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun

motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari

luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yag berasal dari luar diri siswa.

Yang terdiri dari dua faktor, yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor

lingkungan nonsosial (Syah, 1995:137).

a. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk

lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga

teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

42

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orang tua siswa iu sendiri. Sifat-sifat orang tua,

praktik pengolahan keluarga, ketengangan keluarga, dan demografi

keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik

maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai

oleh siswa.

b. Faktor lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa

dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam

Menurut Muhaimin (2002:145), kondisi pembelajaran PAI adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam

meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Kondisi, metode dan hasil adalah

tiga komponen utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran

PAI, perinciannya sebagai berikut:

1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang

mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Karena itu,

43

perhatian kita adalah berusaha mengidentifakasi dan mendeskripsikan

faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran. Kendala

pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada,

keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan dana yang tersedia.

2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) strategi

pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi

pengelolaan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran

PAI, strategi pengorganisasian adalah suatu metode yang

mengorganisasi isi bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran.

Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode

penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat

siswa dapat memproses dan menerima pelajaran PAI dengan mudah,

cepat, dan menyenangkan. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah

metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-

komponen metode pembelajaran.

3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil pembelajaran siswa dapat diklarifikasikan menjadi

keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat

diukur dengan kriteria: 1) kecermatan, 2) kecepatan untuk bekerja, 3)

kesesuaian, 4) kuantitas untuk bekerja, 5) kualitas hasil akhir, 6)

tingkat alih belajar, 7) tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi

pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan

44

jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasa

diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk

berkeinginan terus belajar.

E. Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di

luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat

tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan

dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru harus dapat melaksanakan

tugas 1) Mengajar, 2) Mendidik, 3) Melatih para siswanya. Ketiga

kegiatan ini harus dapat dijadikan sebagai kebiasaan kerja mereka.

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di

dalam masyarakat bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen

strategis yan memiliki peran dalam menentukan gerak maju kehidupan

bangsa, semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin

terjamin tercipta dan terbinanya persiapan dan keandalan seseorang

sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri

bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini.

F. Kompetensi Profesionalisme Guru

45

Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau

kecakapan. Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggis ini cukup banyak

dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan

ability yang memiliki arti kurang lebih sama dengan kemampuan. Hanya,

proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan

berperingkat tinggi (Syah, 1995:230).

Istilah “professional” (professional) aslinya adalah kata sifat dari kata

profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.

Sebagai kata benda, professional kurang lebih berarti orang yang

melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesiensi sebagai

mata pencaharian.

Kompetensi profesionalisme guru ada tiga macam. Sebagai berikut:

1. Kompetensi kognitif guru

Kompetensi kognitif guru meliputi pengetahuan dan

keterampilan, kognitif guru atau ranah cipta dapat dikelompokkan

ke dalam dua kategori, yaitu: 1) kategori pengetahuan

kependidikan/keguruan; 2) kategori pengetahuan bidang studi yang

akan menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru.

2. Kompetensi afektif guru

Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak,

sehingga amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini

sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti:

46

cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri

sendiri dan orang lain.

3. Kompetensi psikomotorik guru

Kompetensi psikomotorik guru meliputi segala keterampilan

atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya

berhubungan dengan tugas-tugas selaku pengajar. Guru yang

professional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah

keterampilan ranah rasa yang langsung berkaitan dengan bidang

studi garapannya.

47

BAB III

LAPORAN PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian

1. Identitas Sekolah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-

satunya Perguruan Tinggi Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga

memiliki 3 (tiga) kampus. Kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar

Nomor 02, kampus II di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09

Kembang Arum Salatiga. Dan kampus III berada di wilayah Kelurahan

Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga Jawa Tengah.

Lembaga ini berada di bawah naungan Kementerian Agama RI yang

merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan bentuk

tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997. STAIN Salatiga

berubah bentuknya menjadi IAIN Salatiga berdasarkan pada Peraturan

Presiden RI nomor 143 Tahun 2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri menjadi Institut Agama Islam Negeri Salatiga

tanggal 17 Oktober tahun 2014.

2. Sejarah Berdirinya IAIN Salatiga

48

a. Pendirian

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah perubahan

bentuk dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

atas dasar Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 143 Tahun

2014 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri menjadi

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Peraturan Presiden tersebut

ditandatangani secara langsung oleh Dr. Susilo Bambang Yudhoyono

selaku Presiden RI pada tanggal 17 Oktober tahun 2014, selanjutnya

tanggal 17 Oktober ditetapkan sebagai lahirnya Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Alih bentuk STAIN Salatiga menjadi IAIN Salatiga tidak terlepas

dari sejarah panjang perubahan secara kelembagaan. Pendirian

lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk

memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu, didirikanlah

Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung

milik Yayasan “Pesantren Luhur” yang berlokasi di Jalan Diponegoro

Nomor 64 Salatiga. Guna memenuhi persyaratan formal, maka

dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan

sekaligus diangkat sebagai Dekannya.

b. Bergabung dengan IAIN Walisongo

49

Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo cabang Salatiga, namun kondisinya tidak berubah

dalam waktu singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri

yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa problematika antara lain

sarana dan prasarana yang jauh dari memadai.

Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri,

tepatnya dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi jalan Tentara

Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat

fisik atas tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru

tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimisme dan

antusiasme seluruh civitas akademikanya.

Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah,

antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah

Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan

tambahan tanah kampus seluas 3000 m2 yang waktunya bersamaan

dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti

Muslim Pancasila. Memang secara administratif masjid tersebut milik

PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggung jawab Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.

c. Alih Bentuk Menjadi STAIN

50

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih bentuk menjadi

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan

keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di

bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang

menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam

disiplin ilmu pengetahuan agama Islam.

d. Alih Bentuk dari Sekolah Tinggi menjadi Institut

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

berkembang cukup pesat dari berbagai sisi. Ketua STAIN Periode

2006-2010 dan periode 2010-2014 memiliki semangat yang kuat untuk

memenuhi kriteria agar dapat beralih bentuk menjadi IAIN Salatiga.

Ketua STAIN sebagai leading sector menyusun beberapa langkah

strategis antara lain dengan mendorong peningkatan jumlah dosen

yang memiliki kualifikasi pendidikan S3 baik dalam maupun luar

negeri, mendorong peningkatan jumlah mahasiswa, mengembangkan

cakupan program studi yang tersedia, serta pengadaan tanah yang

memenuhi standar Institut. Usaha lain yang dilakukan antara lain

dengan melakukan studi banding pada beberapa Perguruan Tinggi

Negeri yang ada di bawah naungan Kementerian Agama maupun

Kementerian Pendidikan Nasional.

51

3. Letak Geografis

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga berlokasi di Salatiga,

Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi

Negeri di kota Salatiga. IAIN Salatiga memiliki 3 (tiga) kampus,

kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga,

tepatnya disebelah barat alun-alun, Polres dan Kantor Pemda Salatiga.

Disamping dekat dengan sentral pemerintahan, STAIN Salatiga juga

dekat dengan lapangan olahraga dan rumah sakit umum. Kampus II

berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 09 Kembang Arum

Salatiga, kampus II ini berada di tengah-tengah kota Salatiga Barat

yaitu di Kembangarum Salatiga, dan kampus III berlokasi di wilayah

Kelurahan Blotongan dan Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga Jawa

Tengah.

4. Asas, Fungsi dan Tujuan

a. Asas

IAIN Salatiga berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 dengan landasan operasional sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

52

Nomor 157, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4586).

3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 1587, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5336).

4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4496) sebagai mana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 nomor 71, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410).

5) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

b. Fungsi

Fungsi IAIN Salatiga antara lain:

1) Merumuskan kebijakan dan perencanaan program.

53

2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu

pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang

bernafaskan Islam.

3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu-

ilmu keIslaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan

Islam.

4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.

5) Melaksanakan pembinaan kemahamahasiswaan.

6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan

dengan lingkungannya.

7) Melaksanakan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan/atau

lembaga-lembaga lain.

8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.

9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan

kegiatan serta penyusunan laporan.

c. Tujuan

Tujuan IAIN Salatiga antara lain:

1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;

54

2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu

pengetahuan dan/atau teknologi yang berbasis ilmu keIslaman

untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya

saing bangsa;

3) Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai

keIslaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta

kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;

4) Mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu

keIslaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dalam rangka mewujudkan masyarakat damai

bermartabat.

5. Visi dan Misi IAIN Salatiga

Visi IAIN Salatiga adalah: ”Tahun 2030 menjadi rujukan Studi

Islam-Indonesia bagi terwujudnya Masyarakat Damai Bermartabat”.

Untuk mewujudkan Visi tersebut IAIN Salatiga melakukan

langkah-langkah sebagaimana dirumuskan dalam Misi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu

keIslaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan;

b. Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu

keIslaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;

55

c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasisi riset

bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan;

d. Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan

nilai-nilai Islam-Indonesia;

e. Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional

dan akuntabel.

6. Program Pendidikan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga memiliki 5 Fakultas

dengan 23 (dua puluh tiga) Jurusan/Program Studi dan Pascasarjana

dengan 3 Program Magister dengan rincian sebagai berikut:

a. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga

menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 7 Jurusan

dan 1 Program Bilingual Lintas Program Studi atau sering disebut

dengan Program Khusus Kelas Internasional (PKKI) dengan

rincian sebagai berikut:

1) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

2) Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

3) Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI)

4) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

5) Jurusan Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA)

6) Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

7) Jurusan Tadris Matematika

56

8) Program Khusus Kelas Internasional (PKKI)

b. Fakultas Syariah

Fakultas Syariah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan

pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:

1) Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS)

2) Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HES)

3) Jurusan Hukum Tata Negara (HTN/Siyasah)

c. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Salatiga

menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 3 Jurusan

dengan rincian sebagai berikut:

1) Jurusan Perbankan Syariah (PS)

2) Jurusan Ekonomi Syariah (ES)

3) Diploma III Perbankan Syariah (PS DIII)

d. Fakultas Dakwah

Fakultas Dakwah IAIN Salatiga menyelenggarakan kegiatan

pendidikan yang meliputi 3 Jurusan dengan rincian sebagai berikut:

1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

2) Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

3) Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI)

57

e. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH)

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUAH) IAIN

Salatiga menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi 5

Jurusan dengan rincian sebagai berikut:

1) Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)

2) Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

3) Jurusan Filsafat Agama (FA)

4) Jurusan Ilmu Hadits (IH)

5) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA)

f. Pascasarjana

Program Pascasarjana IAIN Salatiga antara lain:

1) Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI)

2) Program Magister Ilmu Pendidikan Dasar Islam (IPDI)

3) Program Magister Ekonomi Syariah (ES)

7. Profil Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

a. Profil Fakultas

58

Fakultas Tarbiyah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan

akademik dan professional. Tujuannya adalah untuk membentuk

Sarjana Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam bidang

pendidikan dan pengajaran Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga memiliki 7

(tujuh) Jurusan. Yakni, Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa

Arab (PBA), Tadris Bahasa Inggris (TBI), Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA), Tadris Ilmu

Pendidikan Alam (IPA), dan Tadris Matematika.

FTIK IAIN Salatiga dikelola melalui struktur organisasi sebagai berikut:

Dekan dijabat oleh Suwardi, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Pengembangan Kelembangaan dijabat oleh Mufiq, M.Phil, Wakil Dekan

Bidang Keuangan dan Administrasi dijabat oleh Fatchurrahman, M.Pd., dan

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama dijabat oleh Achmad

Maimun, M.Ag.

Sedangkan di tingkat Jurusan, dikelola oleh Ketua dan Sekretaris

Jurusan. Ketua Jurusan PAI adalah Siti Rukhayati, M.Ag dan Sekretarisnya

Imam Mas Arum, M.Pd. Jurusan PBA diketuai oleh Dra Ulfah Susilawati

M.Si. Jur. TBI dipegang oleh Noor Malihah, M.Pd., Ph.D bersama

sekretarisnya Rr. Dewi Wahyu Puspitasari, PGMI dipegang oleh Peni

Susapti, M.Si., PGRA diketuai oleh Dra. Sita Asdiqoh M. Si. Tadris IPA

dipegang oleh Dr. Budiyono Saputro, M.Pd dan Tadris Matematika dipegang

oleh Eni Titikusumawati, M.Pd.

Jumlah mahasiswa FTIK adalah terbanyak dibandingkan dengan

fakultas-fakultas lain di IAIN Salatiga. Selain karena usianya yang paling tua

59

di IAIN Salatiga, juga karena minat masyarakat untuk masuk ke pendidikan

guru masih tinggi. Tingginya minat masyarakat untuk mengikuti pendidikan

keguruan tentunya dipengaruhi oleh banyak problematika. Salah satunya,

apresiasi negara kepada para pahlawan tanpa tanda jasa ini pada saat

sekarang tergolong bagus.

b. Tujuan FTIK

Menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi guru agama

Islam yang professional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

8. Profil jurusan PAI

a. Visi jurusan PAI FTIK IAIN SALATIGA

Menjadi program studi centre of excellence dalam bidang

pendidikan, penelitian, dan pengembangan Pendidikan Islam

berbasis reseach pada tahun 2025.”

b. Misi Jurusan PAI FTIK IAIN SALATIGA

1. Menyelenggarakan pendidikan centre of excellence (unggul) yang

dirancang untuk menghasilkan lulusan profesional dengan

mengembangkan nilai, etika dan moral akademis yang siap

menjadi pendidik agama Islam di sekolah.

2. Mempersiapkan lulusan yang berkualitas yang memiliki kedalaman

spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan

profesional dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik

agama Islam.

60

3. Mengembangkan paradigma baru dalam menciptakan iklim

akademis religius dalam pengelolaan pendidikan dan

pengembangan kompetensi sebagai pendidik agama Islam.

c. Tujuan Program studi PAI IAIN Salatiga adalah :

1. Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kedalaman spiritual kemampuan akakdemik dan/atau profesional

yang dapat menerapkan, serta mengembangkan dan/atau

menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam.

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama

Islam serta mengupayakan penggunaannya guna meningkatkan

taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya khazanah

kebudayaan nasional.

d. Kompetensi utama lulusan program studi PAI adalah :

1. Memahami wawasan pendidikan secara komprehensif

Wawasan pendidikan secara komprehensif sangat diperlukan

bagi lulusan program studi pendidikan agama Islam sebagai calon

intelektual.

2. Menguasai ilmu-ilmu keislaman dan metodologi pembelajaran

61

Dimaksudkan dengan menguasai ilmu-ilmu keislaman adalah

menguasai terhadap materi fiqh, ushul fiqh, Ulumul Qur’an, tarikh,

hadits, al Qur’an, ilmu kalam, ilmu akhlaq dan cabang-cabang ilmu

keislaman lainnya. Penguasaan ilmu-ilmu keislaman merupakan

salah satu kompetensi yang harus dimiliki calon guru pendidikan

agama Islam dan masuk dalam kompetensi akademik.

3. Memiliki sikap demokratis

Dimaksudkan sikap demokratis adalah sikap yang mau

menghargai pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak

kepada orang lain, toleransi terhadap perbedaan, dan sanggup

menerima keputusan hasil mufakat. Sikap demokratis ini sangat

diperlukan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas

mengajarnya, sehingga model pembelajaran yang dikembangkan

juga didasarkan pada nilai-nilai demokratis.

4. Memiliki profesionalisme dalam melaksanakan tugas

Profesional dalam melaksanakan tugas adalah kemampuan

seseorang untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kode etik

profesi. Profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas

diwujudkan dalam kemampuan mengajarnya yang baik.

Kemampuan profesional ini sangat diperlukan bagi keberhasilan

kegiatan pendidikan.

5. Mencintai ilmu

62

Cinta ilmu pengetahuan merupakan sarat mutlak bagi seorang

guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru

yang mencintai ilmu akan mempunyai kesadaran dari dalam untuk

selalu mengembangkan dan mengajarkan ilmu kepada orang lain.

Mencintai ilmu akan memunculkan panggilan jiwa bagi guru

dalam melaksanakan tugas akademik.

6. Memiliki sikap responsif, inovatif, dan kreatif

Sikap responsif adalah kemampuan seseorang dalam

menanggapi realitas yang muncul di sekitarnya. Sikap responsif

sangat diperlukan bagi guru agar mampu menyajikan kepada

peserta didik materi-materi pendidikan yang aktual.

Sikap inovatif adalah sikap selalu menemukan terobosan-

terobosan baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Sikap inovatif sangat diperlukan bagi lulusan agar dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sikap kreatif adalah kemampuan seseorang dalam

mengembangkan sesuatu yang sudah ada sehingga menjadi

menarik dan bernilai estetis. Guru yang kreatif juga akan mampu

mendesain kelas menjadi dinamis dan hidup.

7. Memiliki sikap keteladan dalam melaksanakan tugas

Keteladanan dalam melaksanakan tugas sangat diperlukan bagi

seorang guru dalam mendidik anak. Dengan keteladanan dari

63

seorang guru akan mempermudah anak dalam menyerap nilai-nilai

pendidikan dari guru. Keteladanan guru juga dimaksudkan

keteladanan bagi rekan-rekan semitra kerjanya.

8. Terampil menerapkan teori-teori kependidikan dalam

melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Teori-teori kependidikan diperlukan bagi seorang guru dalam

menjalankan tugas agar dapat dipertanggung jawabkan secara

akademik. Penerapan teori-teori kependidikan ini juga digunakan

guru dalam memberikan reward dan punishmen kepada peserta

didik.

B. Temuan Data Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh

data tentang problematika yang dihadapi mahasiswa PAI dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kuesioner yang

dibagikan kepada beberapa mahasiswa PAI secara acak. Adapun data-data

yang peneliti peroleh dari mahasiswa-mahasiswa tersebut mengenai

berbagai macam problematika yang dihadapi mahasiswa dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

Berikut ini adalah data mahasiswa IAIN Salatiga selama tiga tahun

ajaran.

TABEL 3.1

64

No STATUS 2013 2014 2015

1. Aktif 298 389 383

2. Cuti 2 1 -

3. Nonaktif 3 - -

4. Pindah 2 2 1

5. Keluar 1 - 1

Jumlah 306 392 385

Dari data di atas peneliti mengambil sampel dari beberapa mahasiswa

tahun 2014 yang berjumlah 48 dari total 389 mahasiswa aktif.

Pengambilan data menggunakan metode kuesioner yang terdiri dari

beberapa pertanyaan, dan pertanyaan tersebut terdiri dari problematika

internal dan problematika eksternal.

a. Problematika yang bersifat internal

Problematika internal adalah problematika yang berasal dari

diri mahasiswa itu sendiri. Artinya problematika yang terjadi

disebabkan oleh diri pribadi mahasiswa, misal problematika cita-

cita, minat dan pengetahuan.

1). Problematika cita-cita dan minat

TABEL 3.2

NO SKOR JAWABAN PROSENTASE

65

SOAL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. 15 23 9 1 0 7,2% 11,04% 4,32 % 0,48% 0%

2. 20 18 9 1 0 9,6% 8,64% 4,32% 0,48% 0%

3. 10 15 11 12 0 4,8% 7,2% 5,28% 5,76% 0%

4. 20 14 11 2 0 9,6% 6.72% 5,28% 0,96% 0%

JML 65 70 40 16 0 31,2% 33,6% 19,2% 7,68% 0%

Dilihat dari hasil data di atas bahwa banyak mahasiswa PAI yang

minat untuk menjadi guru. Sedangkan sebagian kecil dari mereka masih

kurang minat untuk menjadi guru PAI, mungkin karena dari mereka tidak

bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Mungkin ada juga yang masuk

jurusan PAI bukan karena keinginan diri sendiri. Dan prosentase

mahasiswa yang kurang minat untuk menjadi guru PAI, dapat dilihat dari

data, dengan prosentase 7,68%, Prosentase ini bisa dibilang cukup tinggi

karena banyak siswa yang masuk jurusan PAI.

2). Problematika Pengetahuan dasar keIslaman

TABEL 3.3

NO SKOR JAWABAN PROSENTASE

66

SOAL 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 6 13 29 0 0 2,88% 6,24% 13,92% 0% 0%

2 3 20 23 2 0 1,44% 9,6% 11,04% 0,96% 0%

3 22 17 9 0 0 10,56% 8,16% 4,32% 0% 0%

4 14 18 16 0 0 6,72% 8,64% 7,68% 0% 0%

5 20 18 9 0 0 9,6% 8,64% 4,32% 0% 0%

6 11 19 18 0 0 5,28% 9,2% 8,64% 0% 0%

7 2 13 13 19 0 0,96% 6,24% 6,24% 9,12% 0%

8 23 16 9 0 0 11,04% 7,68% 4,32% 0% 0%

JML 101 134 126 21 0 48,48% 64,4% 60,48% 10,08% 0%

Dari prosentase tentang problematika mahasiswa PAI dari

problematika pengetahuan dasar keislaman adalah banyak mahasiswa PAI

yang sudah mempunyai modal pengetahuan dasar keislaman, tetapi masih

ada pula sebagian kecil dari mahasiswa yang kurang tahu atau kurang

paham dengan pengetahuan dasar keislaman. Padahal untuk menjadi guru

sangat dianjurkan untuk memahami pengetahuan dasar keislaman. Karena

seorang guru diharapkan bisa menjadi contoh anak didiknya kelak

67

3). Problematika pengetahuan tentang PAI

TABEL 3.4

NO

SOAL

SKOR JAWABAN PROSENTASE

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 10 23 9 6 0 4,8% 11,04% 4,23% 2,88% 0%

2 2 10 22 14 0 0,96% 4,8% 10,56% 6,72% 0%

3 6 17 20 5 0 2,88% 8,16% 9,6% 2,4% 0%

4 11 20 11 6 0 5,28% 9,6% 5,28% 2,88% 0%

JML 29 70 62 31 0 13,92% 33,6% 29,67% 14,88% 0%

Dengan jumlah prosentase 14,88% pengetahuan mahasiswa tentang

pengetahuan dasar PAI masih sangat minim, dibandingkan dengan

mahasiswa yang sangat tahu mengenai pengetahuan tentang PAI.

Seharusnya sebagai mahasiswa PAI mengetahui apa saja hal-hal yang

berhubungan dengan PAI. Mahasiswa PAI itu paham dengan apa yang

sedang ia tekuni, paham apa definisi PAI, pelajaran PAI apa saja yang

besuk diajarkan ketika di sekolah.

b. Problematika yang bersifat eksternal

68

Problematika eksternal adalah problematika yang berasal dari

luar diri mahasiswa. Yang artinya bisa saja disebabkan oleh

lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lainnya.

1). Problematika lingkungan keluarga

TABEL 3.5

NO

SOAL

SKOR JAWABAN PROSENTASE

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 10 18 18 2 0 4,8% 8,64% 8,64% 0,96% 0%

2 7 13 22 6 0 3,36% 6,24% 10,56% 2,88% 0%

3 37 8 3 0 0 17,76% 3,84% 1,44% 0% 0%

4 35 10 3 0 0 16,8% 4,8% 1,44% 0% 0%

5 20 17 10 1 0 9,6% 8,16% 4,8% 0,48% 0%

JML 109 66 56 9 0 52,32% 31,68% 26,88% 4,32% 0%

Dilihat dari hasil prosentase bahwa masih ada sebagian kecil dari

keluarga mahasiswa PAI yang kurang mendukung mahasiswa PAI untuk

menjadi guru PAI. Meskipun sudah banyak dari keluarga mahasiswa yang

mendukung untuk menjadi guru PAI. Dukungan dan perhatian keluarga

masalah pendidikan sangat berpengaruh pada mental dan semangat anak.

Kurangnya dukungan dari keluarga bisa menjadi kendala bagi mahasiswa

dalam mempersiapkan diri menjadi guru.

69

2) Problematika lingkungan masyarakat

TABEL 3.6

NO

SOAL

SKOR JAWABAN PROSENTASE

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 8 18 21 1 0 3,84% 8,64% 10,08% 0,48% 0%

2 8 15 21 4 0 3,84% 7,2% 10,08% 1,92% 0%

3 7 8 20 13 0 3,36% 3,84% 9,6% 6,24% 0%

4 8 17 21 2 0 3,84% 8,16% 10,08% 0,96% 0%

JML 31 58 83 20 0 14,88% 27,84% 39,84% 9,6% 0%

Problematika eksternal yang kedua adalah problematika

lingkungan masyarakat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian

kecil dari masyarakat masih kurang perhatiannya dalam hal pendidikan,

khususnya pendidikan Islam, dengan prosentase 9,6%. Padahal lingkungan

masyarakat juga berpengaruh pada minat anak dalam dunia pendidikan,

bila anak hidup dalam masyarakat yang berpendidikan maka anak akan

terpacu untuk lebih bersemangat dalam menggapai pendidikan tertinggi.

3). Problematika lingkungan sekolah

TABEL 3.7

70

NO

SOAL

SKOR JAWABAN PROSENTASE

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 20 17 9 2 0 9,6% 8,16% 4,32% 0,96% 0%

2 16 20 10 1 1 7,68% 9,6% 4,8% 0,48% 0,48%

3 8 13 17 3 6 3,84% 6,24% 8,16% 1,44% 2,88%

4 12 15 15 6 0 5,76% 7,2% 7,2% 2,88% 0%

5 16 20 10 1 0 7,68% 9,6% 4,8% 0,48% 0%

JML 72 85 61 13 7 34,56% 40,8% 29,28% 6,24% 3,36%

Dari prosentase lingkungan sekolah, banyak yang mendukung

mahasiswa PAI untuk menjadi guru PAI, karena lingkungan sekolah yang

terdiri dari guru dan teman-temannya, maka sudah seharusnya mendukung

apa yang sudah menjadi keputusan anak, tetapi masih ada sebagian kecil

dari lingkungan sekolah yang kurang mendukung dengan prosentase

6,24%. Dan bahkan ada yang tidak mendukung dengan prosentase 3,36%.

c. Langkah-langkah kesiapan mahasiswa

71

Selain menggunakan angket penelitian ini juga menggunakan

metode wawancara terstruktur tentang langkah-langkah yang

dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru.

Berikut jawaban dari pertanyaan yang diberikan peneliti kepada

responden mengenai langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh

mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

Pertanyaan pertama tentang “setelah masuk jurusan PAI

pentingkah bagi mahasiswa untuk berlatih memperlancar bacaan

Al-qur’annya?”. Dan apa saja kendalanya?

Jawaban dari mahasiswa SS “penting sekali, karena suatu saat

kita akan terjun langsung ke sekolah dan mengajari para siswa

membaca Al-qur’an, kendalanya misal: tidak sesuai dengan hukum

bacaan tajwid”.

Jawaban yang hampir sama disampaikan oleh mahasiswa AN

menjawab bahwa “melatih kelancaran membaca Alqur’an bagi

mahasiswa PAI itu sangat penting karena sebagai seorang guru

PAI akan menjadi contoh atau tauladan bagi anak didiknya”. LA

juga menyampaikan jawaban yang hampir sama dengan alasan

yang berbeda bahwa “ kelancaran mahasiswa PAI dalam membaca

Al-qur’an cukup berpengaruh dalam pembelajaran dan juga cukup

berpengaruh jika kelak menjadi pengajar. Maka mahasiswa PAI

dianjurkan untuk lancar dan bacaannya diperbagus dari segi

makhroj dan hukum bacaan tajwidnya membaca Al-qur’an”.

Pernyataan yang sama disampaikan oleh mahasiswa RD,

bahwa “kelancaran membaca Al-qur’an mahasiswa PAI itu sangat

penting, karena kemampuan mahasiswa PAI menentukan

perkembangan anak didik dalam membaca AL-qur’an”. Mahasiswa

TS menyampaikan jawaban yang sama tetapi dengan alasan yang

cukup berbeda dengan mahasiswa sebelumnya. TS menjawab “

penting, karena sebagai calon pendidik, mahasiswa PAI kita

diwajibkan dapat membaca Al-qur’an sesuai dengan makhorijul

huruf dan kaidah ilmu tajwid”.

Pertanyaan kedua tentang “problematika pentingnya mahasiswa

PAI dalam memahami ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan

dengan pendidikan Islam”. Menurut jawaban dari mahasiswa LA

72

“penting, karena Al-qur’an sebagai sumber hukum yang pertama,

sedangkan hadits merupakan sumber hukum yang kedua.

Jawaban yang sama dengan alasan yang berbeda datang dari

mahasiswa RD, ia mengatakan bahwa “sangat penting, karena Al-

qur’an merupakan sumber pokok dasar agama Islam yang

membahas berbagai masalah. Misalnya, pendidikan, hukum-

hukum, mualamalah dan lain-lain, kemudian dikuatkan dengan

adanya hadits yang juga membahas masalah-masalah tersebut”.

Mahasiswa TS memiliki jawaban yang sama tetapi dengan alasan

yang lebih singkat. Ia mengatakan bahwa “penting, karena itu

merupakan pedoman awal bagi mahasiswa PAI, apalagi ayat atau

hadits yang berkaitan dengan pendidikan”. Mahasiswa AN juga

menjawab hampir sama dengan TS. AN menjawab bahwa “sangat

penting, karena dalam pembelajaran, Al-qur’andan hadits

merupakan dasar yang paling utama”.

Sedangkan menurut mahasiswa SS menyatakan bahwa

“Menurut saya itu sangat penting, karena dengan adanya

pendidikan Islam mengenai Al-qur’an dan hadits dan prespektif

Islam, kita dapat menerapkan metode-metode pendidikan Islam

untuk dipraktikkan dan diajarkan kepada peserta didik sesuai Al-

qur’an dan hadits”.

Pertanyaan ketiga adalah tentang “Mahasiswa PAI sebagai

calon guru, apakah penting meningkatkan ibadah yang dilakukan

sehari-hari?”. Jawaban menurut mahasiswa SS “ya, jelas itu sangat

penting, karena kita sebagai seorang calon pendidik bertugas dan

bertujuan untuk membentuk para siswanya agar memiliki sifat

religius yang tinggi”.

Jawaban yang sama juga diberikan oleh LA, yaitu “penting,

karena meningkatkan ibadah merupakan salah satu hal terpenting

untuk mahasiswa PAI, sebagai calon guru agar nanti dapat

memberi contoh kepada peserta didiknya”.

TS juga menjawab bahwa meningkatkan ibadah bagi mahasiswa

itu penting, dengan alasan “karena sabagai guru kita adalah contoh

bagi anak didik kita, apabila kita akan memberi contoh maka kita

haru sudah menjalankannya secara baik dan benar terlebih dahulu”.

Sedangkan menurut RD “penting sekali, karena ibadah dalam

kehidupan sehari-hari merupakan tolak ukur keimanan seseorang,

juga karena mahasiswa PAI adalah calon guru yang akan menjadi

contoh baik peserta didiknya”.

73

Pertanyaan keempat tentang pentingnya mahasiswa PAI dalam

memahami teori-teori pendidikan. Menurut jawaban dari

mahasiswa SS bahwa “mahasiswa sekali penting dalam memahami

teori-teori pendidikan karena dengan kita memahami teori-teori

pendidikan, kita dapat mengetahui karateristik siswa dan juga

bagaimana mendidik siswa sesuai dengan karakternya”.

Sedikit berbeda dengan jawaban yang disampaikan oleh AN

bahwa “penting, karena ketika tidak memiliki atau bahkan

memahami teori dalam bidang pendidikan maka sebagai seorang

pendidik kita akan mengalami kesulitan dalam mengajar”.

Sedangkan menurut jawaban dari mahasiswa TS “penting, karena

didalam mengajar kita membutuhkan teori-teori tersebut agar

proses pembelajaran berjalan efektif”. Jawaban yang sama dengan

alasan yang berbeda dari LA adalah “penting, karena dengan

memahami teori-teori pendidikan dapat menunjang pengetahuan

mahasiswa sebagai calon pendidik”.

Pertanyaan kelima adalah tentang “sebagai seorang mahasiswa

PAI yang akan menjadi seorang pengajar, maka pasti

membutuhkan latihan keterampilan. Apakah dari lembaga kampus

menyediakan sarana atau program yang dibuat untuk melatih

keterampilan mahasiswa?”. “Dari kelima mahasiswa yang peneliti

wawancarai, semuanya menjawab bahwa dari lembaga memang

sudah ada program untuk melatih keterampilan mahasiswanya.

Yaitu program microteaching dan Praktek Pengembangan Profesi

(PPP). “

Pertanyaan keenam masih berhubungan dengan program

melatih keterampilan mahasiswa. Pertanyaannya “apakah program

tersebut membantu mahasiswa dalam praktek mengajar?”. “dari

kelima mahasiswa yang diwawancarai, semuanya menjawab sama,

bahwa program yang disediakan oleh lembaga sangat membantu

mahasiswa dalam melatih keterampilan mengajar. Juga ada yang

menjawab bahwa programitu juga melatih mahasiswa untuk

percaya diri berbicara di depan umum”.

Berbeda dari pertanyaan sebelumnya yang bertanya masalah

seputar program yang disediakan untuk melatih keterampilan

mengajar. Sedangkan pertanyaan ketujuh berisi tentang

“pentingnya seorang guru dalam mempelajari materi yang akan

diajarkan sebelum masuk kelas”. “dari kelima mahasiswa

semuanya menjawab bahwa mempelajari materi sebelum masuk

kelas bagi seorang guru itu penting”. Mereka menjawab sama

tetapi dengan alasan yang berbeda-beda.

74

Menurut LA “agar dalam menyampaikan materi tidak salah dan

dapat memenuhi perencanaan pembelajaran”. Dan menurut RD “

supaya guru semakin memahami apa yang akan diajarkan kepada

anak didiknya, dan ketika ada yang bertanya maka guru dapat

menjawab dengan tepat dan dapat memahamkan”. Hampir sama

dengan alasan yang diutarakan oleh LA, TS beralasan “agar kita

(guru) siap dalam mengajar dan dapat menetapkan metode yang

tepat sebelum mengajar sesuai perencanaan pembelajaran”.

Berbeda dengan yang disampaikan oleh AN “ karena materi

merupakan pokok yang paling penting dalam pembelajaran, ketika

seorang guru kurang mendalam dalam memahaminya maka

pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif”.

Sedangkan munurut SS “ karena dengan kita menyiapkan

materi sebelum sebelum masuk kelas, pasti akan membuat kita

lebih PD dalam mengajar atau menyampaikan pelajaran kepada

anak didik”.

75

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data

tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok

permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Untuk

memudahkan dalam menganalisis, maka ada tahap-tahap untuk menganalisis data

tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang diteliti. Adapun

tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

A. Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapkan Diri Menjadi

Guru PAI

Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai problematika-problematika yang

mempengaruhi mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Dan

kendala yang menghambat persiapan mahasiswa PAI.

Setelah melakukan penelitian, maka selanjutnya akan melakukan pembahasan

dari tiap problematika. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Problematika yang Bersifat Internal

Problematika yang bersifat internal adalah problematika yang ada pada

diri seseorang, baik itu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir yang dapat

membentuk seseorang menjadi pribadi yang baik (Nata, 2002: 165).

Problematika internal terdiri dari tiga hal sebagai berikut:

a. Problematika cita-cita/minat.

Problematika cita-cita adalah masalah yang sangat berpengaruh

dalam menentukan sesuatu yang kita jalani, baik itu dalam bidang

76

pendidikan maupun yang lainnya. Dalam bidang pendidikan

problematika cita-cita merupakan masalah yang sangat penting

peranannya. Tanpa cita-cita apapun yang kita jalani tidak akan berjalan

dengan maksimal dan tidak akan menuai suatu hasil yang dituju.

Dari hasil kuesioner yang peneliti bagikan dan dari wawancara

yang peneliti lakukan kepada beberapa mahasiswa IAIN Salatiga

sebagian kecil kurang dalam mempersiapkan diri menjadi guru.

Berikut ini berbagi problemtika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan

diri menjadi guru PAI.

Dari problematika cita-cita dan minat, banyak dari mahasiswa yang

berminat menjadi guru PAI. Problematikanya masih ada sebagian kecil

dari mahasiswa yang kurang berminat dengan jurusan yang mereka

tekuni, meskipun begitu mereka masih tetap melanjutkan studi dengan

berbagai alasan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan hal-hal yang

perlu disiapkan untuk menjadi guru kurang maksimal, karena tidak

dilakukan sesuai dengan apa yang diminati oleh mahasiswa itu sendiri.

Kendala lain yang dialami mahasiswa PAI adalah bahwa menjadi

guru PAI bukan cita-cita mahasiswa. Maka dari itu mahasiswa hanya

melakukan sewajarnya saja atau sama dengan “nggugurke kewajiban”

belajarnya saja.

b. Problematika pengetahuan dasar keislaman

Dari problematika pengetahuan dasar keislaman, sebagian banyak

mahasiswa yang sudah tahu dan paham tentang pengetahuan dasar

77

keislaman. Dan hanya ada sebagian kecil yang kurang tahu dan paham

tentang pengetahuan dasar keislaman. Dari data yang diperoleh dapat

dijadikan landasan bahwa pengetahuan dasar sangat penting

peranannya sebagai modal mahasiswa untuk menjadi guru yang

professional.

Karena bagi seorang calon guru, pengetahuan dasar keislaman itu

sangat penting. Misalnya, tahu dan paham apa saja rukun-rukun Iman

dan Islam, kemudian mengamalkannya. Lancar dalam membaca Al-

qur’an, karena guru akan menjadi contoh bagi anak didiknya dalam

semua hal. Menjalankan sholat wajib dengan rutin dan tepat waktu,

syukur-syukur sholat sunah pun rutin dikerjakan. Selain itu bagi calon

guru perempuan, istiqomah dalam menutup aurot juga menjadi sesuatu

yang sangat perlu diperhatikan, karena ketika sudah menjadi guru yang

dinilai oleh orang lain selain pengetahuan kita adalah akhlak, ucapan

dan cara berpakaian yang sopan atau tidak.

c. Problematika pengetahuan tentang PAI

Dari problematika pengetahuan tentang PAI, masih banyak dari

mahasiswa PAI sendiri yang belum paham mengenai seluk beluk PAI.

PAI atau Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang

berlandaskan pada Al-qur’an dan hadits dan bertujuan untuk

membentuk insan kamil.

Salah satu kendala yang menghambat persiapan mahasiswa dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI adalah kurangnya pengetahuan

78

mahasiswa tentang pengetahuan dasar PAI yang seharusnya wajib

diketahui mahsiswa, khususnya mahaiswa PAI yang menekuninya.

2. Problematika yang Bersifat eksternal

Problematika yang bersifat eksternal juga dapat berpengaruh pada

sikap manusia. Pendidikan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan

keluarga, institusional dan masyarakat. Keluarga yang harmonis, agamis

dan menyenangkan dapat berpengaruh baik bagi diri anak (Yusuf dan

nurihsan. 2008: 27).

Dari problematika yang bersifat eksternal terdapat 14 pertanyaan yang

terdiri dari beberapa problematika yaitu: problematika lingkungan

keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan berbagai

kendala yang menghambatnya.

a. Problematika lingkungan keluarga

Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008:27) bahwa keluarga yang

harmonis, agamis dan menyenangkan dapat berpengaruh baik bagi diri

anak. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga sangat

berpengaruh dalam pendidikan anak. Sebagian besar keluarga dari

mahasiswa mendukung pendidikan anaknya, hanya saja masih ada

yang kurang dukungan dan perhatian dari keluarga yang menyebabkan

mahasiswa kurang maksimal dalam mempersiapkan diri menjadi guru

PAI.

79

Selain kendala kurangnya perhatian dan dukungan dari keluarga,

suasana dalam keluarga juga mempengaruhi kesiapan mahasiswa.

Misalnya dalam suatu keluarga kurang peduli terhadap pendidikan

agama anaknya dan hanya memperdulikan pendidikan umumnya saja,

maka hanya akan ada kemungkinan kecil seorang anak menekuni

pendidikan agama. Suasana keluarga yang agamis juga akan

mempengaruhi anak untuk peduli dan semangat dalam menuntut ilmu

agama.

b. Problematika lingkungan masyarakat

Problematika lingkungan masyarakat juga mempengaruhi anak

dalam menentukan keputusan untuk masa depannya. Masyarakat yang

memperhatikan pentingnya pendidikan terutama pendidikan Islam,

maka anak akan berpikir untuk menjadi orang yang berpendidikan agar

berguna bagi diri sendiri, masyarakat sekitarnya dan Negara. Kendala

yang biasanya ada dalam masyarakat adalah kurang pedulinya

masyarakat masalah pendidikan anak, terutama pendidikan Islam,

karena pendidikan agama dipandang kurang mempunyai prospek yang

bagus di masa depan. Pemikiran masyarakat yang demikianlah yang

membuat anak kurang semangat dan kurang dukungan. Tetapi dari

data yang diperoleh hanya ada sebagian kecil masyarakat yang kurang

peduli terhadap pendidikan agama anaknya.

c. Problematika lingkungan sekolah

80

Lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana anak tumbuh

bersama anak lainnya yang sebaya dengannya dan menuntut ilmu yang

sama pula. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Maka dari itu

sekolah juga berperan penting membentuk pribadi anak didiknya.

Lingkungan sekolah yang berlatarbelakang agama, misalnya, MI, MTs

atau MA maka juga akan membentuk siswa yang agamis.

B. Langkah-langkah mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi

guru PAI

Selain menggunakan angket, peneliti juga mengambil data dengan

metode wawancara untuk memperoleh informasi tentang apa saja hal-hal

yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

Dan kendala yang menghambat langkah-langkah mahasiswa dalam

mempersiapkan diri menjadi guru PAI.

a. Melatih diri dalam kelancaran membaca Al-qur’an

Penting bagi mahasiswa PAI untuk berlatih membaca Al-qur’an

dengan lancar dan sesuai dengan kaidah tajwid yang berlaku. Adapun

hasil penelitiannya sebagai berikut beserta kendala yang dihadapi

mahasiswa:

1) Masih ada sebagian kecil dari mahasiswa yang kurang lancar

dalam membaca Al-qur’an. Banyak dari mereka hanya lancar

dalam membaca tanpa memperhatikan kaidah-kaidah dalam

hukum tajwidnya.

81

2) Selain kurang memperhatikan hukum kaidah-kaidah banyak yang

sudah lancar membaca tetapi kurang tepat cara pelafalannya atau

kurang tepat makhorijul hurufnya.

3) Banyak mahasiswa yang sudah lancar membacanya tetapi kurang

memperhatikan isi kandungan ayat yang dibacanya.

b. Berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan

dengan pendidikan.

Langkah yang kedua dalam mempersiapkan diri menjadi guru

adalah pentingnya memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang

berkaitan dengan pendidikan. Karena sebagai mahasiswa pendidikan

khususnya pendidikan Islam, maka sangat erat kaitannya dengan Al-

qur’an dan hadits. Berikut paparan penelitian tentang memahami ayat

Al-qur’an dan hadits dan kendala yang menghambat mahasiswa PAI.

1) Banyak dari mahasiswa yang sudah tahu beberapa ayat-ayat Al-

qur’an dan hadits yang berkaitan dengan pendidikan tetapi mereka

belum sepenuhnya paham apa isi kandungan ayat atau hadits

tersebut.

2) Sebagian mahasiswa juga masih ada yang bingung bagaimana cara

memahami ayat atau hadits yang berkaitan dengan pendidikan.

c. Meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI.

Bagi mahasiswa PAI meningkatkan intensitas ibadah adalah

sesuatu yang harus dilakukan, karena yang diharapkan setelah

memasuki jurusan PAI adalah kemajuan baik di bidang pengetahuan

82

maupun ibadah. Berikut adalah hasil rangkuman dari wawancara

kepada sebagian mahasiswa IAIN Salatiga.

1) Meningkatkan intensitas ibadah bagi mahasiswa PAI sangat

dianjurkan untuk menunjang pengetahuan agamanya.

2) Selain itu karena guru adalah tauladan bagi anak didiknya kelak.

Kendala yang biasa dihadapi dalam meningkatkan intensitas ibadah

mahasiswa ketika dikampus adalah waktu istirahat sholat yang sedikit.

Dan ketika di rumah kadang ada beralasan yang mengerjakan tugas

yang banyak atau malah ada yang lebih memilih untuk bermain keluar.

d. Memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI

Bagi mahasiswa PAI memahami teori-teori pendidikan sangatlah

penting, karena tanpa teori pendidikan tidak akan berjalan secara

maksimal. Semua hal membutuhkan yang namanya teori, apalagi

pendidikan Islam. Pendidikan Islam mempunyai teori yang

berlandaskan pada Al-qur’an dan hadits. Maka dari itu untuk

memahami teori-teori pendidikan ,khususnya pendidikan Islam maka

pahamilah ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan dengan

pendidikan.

e. Latihan keterampilan mengajar

Bagi mahasiswa PAI latihan mengajar adalah hal yang sangat

penting dan perlu dilakukan, karena mahasiswa PAI adalah seorang

calon guru. Berbicara di depan umum, menjelaskan materi,

memperagakan materi yang dipraktikkan.

83

Mengajar bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan bagi orang yang

belum terlatih. Maka dari itu, mahasiswa PAI harus berlatih terlebih

dahulu sebelum terjun langsung ke sekolah. Latihan yang biasa

dilakukan seperti latihan berbicara di depan umum, latihan

menjelaskan materi pelajaran

Dari lembaga kampus juga menyediakan program untuk berlatih

mengajar. Contohnya program kuliah micro teaching dan program

praktik PPP (Praktek Pengembangan Profesi). Program tersebut sangat

membantu mahasiswa dalam berlatih mengajar, seperti latihan mental

untuk berbicara di depan orang banyak sambil menjelaskan materi

pelajaran. Dan mengusahakan sampai orang yang dijelaskan paham

dengan materi yang kita terangkan.

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di lapangan, serta analisis data dari penelitian,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Problematika mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru,

terdiri dari dua problematika, sebagai berikut:

a. Problematika yang bersifat internal adalah problematika yang

berasal dari diri seseorang. Yang terdiri dari tiga hal, sebagai

berikut:

1) Problematika cita-cita/minat, dalam ini dapat disimpulkan

bahwa sudah banyak mahasiswa PAI yang berminat atau

bercita-cita untuk menjadi guru PAI dengan prosentase

92,32%, tetapi masih ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang

berminat menjadi guru PAI dengan prosentase 7,68%.

2) Problematika pengetahuan dasar keislaman, dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa banyak dari mahasiswa PAI yang paham

tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase 89,02%,

tetapi sebagian kecil dari mereka masih kurang paham, dengan

prosentase 10,08%.

3) Problematika pengetahuan tentang PAI, dari hal ini dapat

disimpulkan bahwa masih banyak dari mahasiswa kurang

85

mengetahui tentang pengetahuan dasar PAI dengan prosentase

14,88%.

b. Problematika yang bersifat eksternal adalah problematika yang

berasal dari luar diri seseorang. Yang terdiri dari tiga hal, sebagai

berikut:

1) Problematika lingkungan keluarga, dari data yang peneliti

peroleh sudah banyak dari mahasiswa mendapat dukungan

penuh dari keluarga dengan prosentase 95,68%, tetapi masih

ada sebagian kecil dari mahasiswa kurang mendapat dukungan

dari keluarga dengan prosentase 4,32%.

2) Problematika lingkungan masyarakat, dari hal ini peneliti

mendapat data bahwa banyak masyarakat yang mendukung

mahasiswa dalam mempersiapkan diri menjadi guru dengan

prosentase 90,4%, tetapi masih pula ada yang kurang

mendukung dengan prosentase 9,6%.

3) Problematika lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang

terdiri dari guru dan teman, banyak yang mendukung

keputusan mahasiswa untuk menjadi guru dengan prosentase

90,4%, tetapi masih ada dari sebagian kecil yang kurang

mendukung dengan prosentase 6,24%, bahkan ada dari

sebagian mereka yang tidak mendukung dengan prosentase

3,36%.

86

2. Langkah-langkah yang dilakukan mahasiswa dalam mempersiapkan

diri manjadi guru PAI

a. Melatih diri dalam kelancaran membaca Al-qur’an

b. Berlatih memahami ayat-ayat Al-qur’an dan hadits yang berkaitan

dengan pendidikan.

c. Meningkatkan intensitas ibadah sehari-hari mahasiswa PAI.

d. Memahami teori-teori pendidikan bagi mahasiswa PAI

e. Latihan keterampilan mengajar

B. Saran

1. Untuk mahasiswa

Bagi mahasiswa menghadapi masalah adalah hal yang lumrah dan

harus bisa menjadikan masalah tersebut sebagai cambuk untuk

membuatnya lebih semangat. Mantapkan niat untuk menjadi guru dan

persiapkan kembali persiapan yang sudah ada kemudian kembangkan

supaya kelak menjadi guru yang profesional dan kreatif.

2. Untuk lembaga

Untuk lembaga hendaknya memberikan program-program baru

bagi mahasiswa berkaitan dengan kesiapan mahasiswa dalam

mempersiapkan diri menjadi guru karena dengan program tersebut

dapat membantu mahasiswa dalam membentuk mahasiswa yang

percaya diri ketika berbicara didepan umum.

87

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta. Rineka cipta

Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogygkarta: Trust Media Publising

Darajat zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Debdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Bulan Bintang

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam interaksi edukatif.

Jakarta. Rineka Cipta

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta. Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi UGM. Jilid I cetakan ke XII

Hamruni, 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Insan Madani

http://digilib.uinsby.ac.id/4413/5/Bab%202.pdf

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Rosda Karya.

Bandung

Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung. Remaja Rosda Karya

Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta. Raja Grafindo. Cetakan Keempat

Proyek Pembinaan PTAI, 1982/1983. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga. STAIN Salatiga Press

Sugiono. 2011. metodologi penelitian kuantitatif-kualitatif R&D, Bandung: Alfa

Beta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Landasan Psikoligi Proses Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya

88

Surya, Muhammad, dkk. 2010. Landasan pendidikan: menjadi guru yang baik.

Bogor. Ghalia Indonesia.

Syah, muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Walgito, Bimo. 1990. Psikologi Sosial. Yogyakarta. Andi Offset

Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis.

Yogyakarta. Andi Offset

Yusuf LN, Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan Kedua

89

Lampiran-Lampiran

90

KUESIONER “Problematika Mahasiswa PAI Dalam Mempersiapakan Diri Menjadi Guru

PAI”

Nama :

Alamat :

Jurusan:

Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan tentang problematika mahasiswa

PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Anda diharapkan membaca

dengan teliti dan memberikan jawaban pada salah satu pilihan jawaban yang

tersedia.

Jawablah dengan jujur dan sesuai denga yang anda alami. Jawaban anda

akan terjaga kerahasiaannya, karena akan semata-mata dipergunakan untuk

penelitian ilmiah.

Petunjuk

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini anda cukup

member tanda (X) atau melingkari salah satu pilihan jawaban dibawah ini yang

sesuai dengan keadaan diri anda.

Selamat Bekerja….!!!

A. Faktor Internal

Cita-cita dan minat

1. Apakah anda sangat bersemangat dalam pelajaran PAI?

a. Sangat semangat

b. Semangat

c. Cukup semangat

d. Kurang semangat

e. Tidak semangat

2. Apakah anda menyukai pelajaran PAI?

a. Sangat suka

b. Suka

c. Cukup suka

d. Kurang suka

e. Tidak suka

3. Apakah anda sudah siap untuk menjadi guru PAI?

a. Sangat siap

91

b. Siap

c. Cukup siap

d. Kurang siap

e. Tidak siap

4. Keputusan anda saat ini akan menentukan masa depan anda, apakah

anda yakin dengan keputusan anda masuk jurusan PAI?

a. Sangat yakin

b. Yakin

c. Cukup yakin

d. Kurang yakin

e. Tidak yakin

Pengetahuan dasar keIslaman

5. Dalam Islam terdapat kitab suci Al-qur’an, apakah anda lancar dalam

membaca kitab suci Al-qur’an?

a. Sangat lancar

b. Lancar

c. Cukup lancar

d. Kurang lancar

e. Tidak lancar

6. Apakah anda paham hukum tajwid dan kegunaannya didalam Al-

qur’an?

a. Sangat paham

b. Paham

c. Cukup paham

d. Kurang paham

e. Tidak paham

7. Dalam Islam ada kewajiban sholat apakah anda rutin dalam

menjalankan sholat lima waktu?

a. Sangat rutin

b. Rutin

c. Cukup rutin

d. Kurang rutin

e. Tidak rutin

8. Dalam melaksanakan sholat terdapat syarat dan rukun-rukun tertentu,

apakah anda tahu apa saja syarat dan rukun-rukun sholat?

a. Sangat tahu

b. Tahu

92

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

9. Apakah anda juga tahu apa saja hal-hal yang membatalkan sholat?

a. Sangat tahu

b. Tahu

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

10. Selain sholat wajib, ada sholat-sholat sunah. Apakah anda tahu apa

saja macam sholat-sholat sunah tersebut?

a. Sangat tahu

b. Tahu

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

11. Apakah anda rutin melaksanakan sholat sunah ?

a. Sangat rutin

b. Rutin

c. Cukup rutin

d. Kurang rutin

e. Tidak rutin

12. Dalam Islam dianjurkan untuk menutup aurot, apakah anda tahu batas-

batas aurut untuk laki-laki dan perempuan?

a. Sangat tahu

b. Tahu

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

Pengetahuan tentang PAI

13. Apakah anda tahu definisi dari PAI?

a. Sangat tahu

b. Tahu

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

14. Apakah anda termasuk siswa yang cepat memahami materi yang

disampaikan oleh guru?

a. Sangat cepat

93

b. Cepat

c. Cukup cepat

d. Kurang cepat

e. Tidak cepat

15. Apakah anda tahu apa saja macam-macam pelajaran yang terdapat

dalam PAI?

a. Sangat tahu

b. Tahu

c. Cukup tahu

d. Kurang tahu

e. Tidak tahu

16. Apakah anda siap dengan tanggung jawab yang anda pikul sebagai

guru PAI?

a. Sangat siap

b. Siap

c. Cukup siap

d. Kurang siap

e. Tidak siap

B. Faktor Eksternal

Lingkungan keluarga

17. Apakah orang tua anda termasuk orang tua yang aktif dalam kegiatan

keagamaan, misal: pengajian, atau kegiatan-kegiatan di masjid /

mushola ?

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Cukup aktif

d. Kurang aktif

e. Tidak aktif

18. Apakah sanak saudara anda termasuk orang yang aktif dalam kegiatan

keagamaan, misal: pengajian, atau kegiatan-kegiatan di masjid /

mushola ?

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Cukup aktif

d. Kurang aktif

e. Tidak aktif

19. Apakah orang tua anda termasuk orang tua yang peduli dengan

pendidikan agama anaknya?

94

a. Sangat peduli

b. Peduli

c. Cukup peduli

d. Kurng peduli

e. Tidak peduli

20. Apakah orang tua anda mendukung pilihan anda untuk menjadi

seorang guru PAI?

a. Sangat mendukung

b. Mendukung

c. Cukup mendukung

d. Kurang mendukung

e. Tidak mendukung

21. Apakah sanak saudara anda mendukung pilihan anda untuk menjadi

seorang guru PAI?

a. Sangat mendukung

b. Mendukung

c. Cukup mendukung

d. Kurang mendukung

e. Tidak mendukung

Lingkungan masyarakat

22. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal, termasuk masyarakat

yang taat beragama Islam?

a. Sangat taat

b. Taat

c. Cukup taat

d. Kurang taat

e. Tidak taat

23. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal termasuk masyarakat

yang peduli masalah pendidikan agama Islam anaknya?

a. Sangat peduli

b. Peduli

c. Cukup peduli

d. Kurng peduli

e. Tidak peduli

24. Apakah masjid di lingkungan anda tinggal selalu ramai oleh para

jamaah?

a. Sangat ramai

b. Ramai

c. Cukup ramai

95

d. Kurang ramai

e. Tidak ramai

25. Apakah masyarakat di lingkungan anda tinggal termasuk masyarakat

yang aktif dalam kegiatan-kegiatan keberagamaan, seperti pengajian

dan kegiatan masjid lainnya?

a. Sangat aktif

b. Aktif

c. Cukup aktif

d. Kurang aktif

e. Tidak aktif

Linfkungan sekolah

26. Apakah di lingkungan sekolah anda sangat mendukung pilihan anda

untuk menjadi seorang guru PAI?

a. Sangat mendukung

b. Mendukung

c. Cukup mendukung

d. Kurang mendukung

e. Tidak mendukung

27. Apakah teman-teman anda juga mendukung anda menjadi guru PAI?

a. Sangat mendukung

b. Mendukung

c. Cukup mendukung

d. Kurang mendukung

e. Tidak mendukung

28. Apakah di lingkungan sekolah anda banyak yang memotivasi anda

untuk menjadi seorang guru PAI?

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Tidak banyak

e. Tidak ada

29. Apakah cara mengajar guru PAI anda dulu menyenangkan?

a. Sanyak menyenangkan

b. Menyenangkan

c. Cukup menyenangkan

d. Kurang menyenangkan

e. Tidak menyenangkan

30. Apakah anda senang ketika pelajaran PAI berlangsung?

a. Sangat senang

96

b. Senang

c. Cukup senang

d. Kurang senang

e. Tidak senang

97

WAWANCARA

Wawancara ini berisi pertanyaan tentang kesiapan apa saja yang dilakukan

mahasiswa PAI dalam mempersiapkan diri menjadi guru PAI. Pertanyaannya

sebagai berikut:

1. Setelah masuk jurusan PAI maka mahasiswa dianjurkan untuk lebih lancar

dalam membaca Al-qur’an. Menurut anda seberapa pentingkah kelancaran

mahasiswa PAI dalam membaca Al-qur’an?

2. Dalam pendidikan agama Islam ada Al-qur’an dan hadits dipakai sebagai

dasar atau rujukan. Menurut anda seberapa pentingkah mahasiswa PAI

memahami ayat Al-quran dan hadits yang berkaitan dengan pendidikan

Islam?

3. Mahasiswa PAI sebagai calon guru, apakah penting meningkatkan ibadah

yang dilakukan sehari-hari?

4. Sebagai mahasiswa PAI yang memasuki dunia pendidikan, apakah penting

anda memahami teori-teori pendidikan?

5. Sebagai mahasiswa PAI yang akan menjadi seorang pengajar pasti

membutuhkan latihan keterampilan, apakah dari lembaga menyediakan

program untuk melatih keterampilan anda mengajar?

6. Apakah latihan tersebut membantu meningkatkan keterampilan anda

dalam mengajar?

7. Menurut anda apakah penting bagi seorang guru mempelajari materi yang

akan diajarkan sebelum masuk kelas?

98

Dokumentasi Wawancara dengan Mahasiswa PAI

99

Dokumentasi kuesioner

100

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Umi Fathimah

NIM : 111-12-164

Tempat, tgl Lahir : Temanggung, 14 Januari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Sungapan Rt/ Rw 05/03 Ds Jamusan, Jumo,

Temanggung

Riwayat Pendidikan : MI Ma’arif Jamusan, Lulus Tahun 2005

MTs Ma’arif Jumo Temanggung, Lulus Tahun 2008

MA Negeri Temanggung, Lulus Tahun 2011

Salatiga, 20 Maret 2017

Penulis

Umi Fathimah

11112164