makalah problematika pendidikan

38
MAKALAH PENYELENGGARAAN SEKOLAH GRATIS MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 PALEMBANG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Dan Problematika Pendidikan Oleh : Nama : Yuhanah Mulyadi Program Studi : Teknologi Pendidikan NIM : 200925113040

Upload: attian2001

Post on 24-Jun-2015

3.363 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

MAKALAH

PENYELENGGARAAN SEKOLAH GRATIS MELALUI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 PALEMBANG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Landasan Dan Problematika Pendidikan

Oleh :

Nama : Yuhanah MulyadiProgram Studi : Teknologi PendidikanNIM : 200925113040

PROGRAM PASCASARJANATEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2009

Page 2: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah

melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, nonformal dan informal.

Pendidikan yang lebih banyak dirasakan seorang manusia dari lahir hingga

mencapai tahap dewasa adalah pendidikan informal dan nonformal tapi

pendidikan yang membuat seoarang manusia mengalami lingkungan sosial

adalah pendidikan formal karena memiliki jenjang yang akan memenuhi

kebutuhan yang sesuai dengan tingkat usia. suatu kewajiban seorang

manusia belajar dan untuk mendapatkan pendidikan formal. Selanjutnya

pendidikan pun harus dilangsungkan seumur hidup.

Untuk mendapatkan pendidikan di lingkungan rumah tangga dan

masyarakat tidak perlu dirisaukan hambatannya karena merupakan bagian

dari kehidupan sehari hari. Tetapi yang masih menjadi kendala adalah hak

untuk mendapatkan pendidikan dari lingkungan sekolah. Indonesia adalah

sebuah negara berkembang sehingga masih ada masyarakat yang dibawah

garis hidup kemiskinan. untuk menjalani pendidikan merupakan suatu hal

yang tidak diutamakan. Sekolah merupakan suatu hal yang sangat mahal

yang dirasakan oleh masyarakat pada lapisan tersebut.

Pemerintah pun dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut

menyelenggarakan suatu program dengan nama Sekolah Gratis. Kebijakan

tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah dalam mewujudkan

program jangka menengah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan

sasaran sebagai berikut:

APK SMP/MTs= 98%; APK Perguruan Tinggi= 18%

Memberi kesempatan yang sama pada seluruh peserta didik dari

berbagai golongan menurut kategori tingkat ekonomi, gender, wilayah,

tingkat kemampuan intelektual dan kondisifisik

Memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas

nasional

Page 3: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Penggunaan TIK untuk menjangkau daerah terpencil/sulitdijangkau.

Program tersebut juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 yang

menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang- kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan

belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; serta (5)

Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

serta kesejahteraan umat manusia.

Program pemerintah tersebut membawa angin segar bagi warga

negara Indonesia yang kurang mampu untuk mengikuti pendidikan disekolah.

Memberi harapan untuk tidak pantang menyerah dalam menuntut ilmu.

Namun dalam aplikasi pelaksanaan peraturan yang diberlakukan memberi

problema-problematik pendidikan meskipun sisi lain menguntungkan salah

satu pihak. Namun dari segi pihak penyelenggara sekolah, siswa hingga

paradigma masyarakat yang tidak melihat secara menyeluruh dan bijak

sehingga dapat mempengaruhi manajemen sekolah dan sikap yang dapat

mempengaruhi kualitas pendidikan.

Terjadi masalah dalam proses penyelenggaraan, persoalan dana

pendidikan untuk sekolah gratis mulai terasa. Ketika kegiatan belajar-

mengajar berjalan. Di sinilah terlihat, bahwa tak ada pendidikan yang gratis.

Kegiatan dan sarana infrastruktur apapun, tentunya membutuhkan biaya. Tak

dapat dipungkiri, bahwa kualitas peserta didik dan tenaga pendidik, harus

Page 4: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

ditunjang oleh faktor dana. Meski demikian, sesuai falsafah dunia pendidikan,

faktor dana bukanlah satu-satunya penentu kegiatan belajar-mengajar.

Makalah ini akan mengangkat kesenjangan yang terjadi di SMA Negeri

6 Palembang. Pada SMA Negeri 6 selain sudah menyelenggarakan program

Sekolah Gratis, juga menyelenggarakan RSBI atau Rencana Sekolah

Berstandar Internasional, meskipun baru diperuntukkan kelas X. Disinilah

kesenjangan mulai terjadi.

Terjadi perbedaan pemberian sarana dan prasrana antara peserta

didik kelas RSBI dan kelas yang mengenyam Sekolah Gratis. Peserta didik

yang masuk program Sekolah Gratis mendapat bantuan subsidi dari

pemerintah untuk membayar biaya sekolah SPP sebesar Rp80.000. Fasilitas

yang mereka dapatkan dari sekolah hanya kelas untuk belajar, dan guru.

Siswa sekolah gratis tidak mendapatkan fasilitas les tambahan lagi.

Sedangkan peserta didik pada kelas RSBI yang membayar sendiri sebesar

Rp 495.000,00 mendapat perlakukan mendapatkan fasilitas lebih untuk

pembelajaran. Rincian pembayaran tersebut adalah Rp 150.000, untuk SPP,

Rp 200.000 uang makan, dan 145.000, untuk pembayaran les tambahan dari

sekolah. Perlakuan lain yaitu siswa kelas RSBI mendapatkan fasilitas dalam

pembelajaran seperti penggunaan LCD, menggunakan Laboratorium

Komputer satu siswa satu komputer, sarana dan prasarana lain cukup

lengkap.

Dampak lain yang terjadi adalah siswa sekolah gratis, mereka menjadi

tidak serius dalam belajar karena merasa tidak dibebani biaya. Dampak pada

pendidik yaitu guru tidak menerima uang transport dari komite, selama ini

guru menerima transpot jumlahnya dihitung per jam pelajaran (Rp.7500).

Perbedaan tersebut tidak sepantasnya terjadi, karena adanya sekolah

gratis untuk membantu siswa yang tidak mampu melanjutkan sekolah.

Page 5: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Meskipun gratis penjaminan mutu tetap diutamakan, dimana memang sudah

hak siswa yang tidak mampu untuk mendapat pendidikan. Hak tersebut juga

dijamin oleh pemerintah yang dituangkan dalam Undang–Undang NO. 20

TH.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam hal hak peserta didik

yang berbunyi ”mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang

tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya”.

Sekolah Gratis bukan berarti semua siswa disamaratakan mendapat

kebijakan sekolah gratis. Khususnya dalam membayar biaya sekolah karena

tidak semua siswa yang sekolah adalah siswa yang tidak mampu dan

sebagian juga pasti ada siswa yang kaya. Adanya hak berarti ada suatu

kewajiban kewajiban peserta didik ikut menanggung biaya penyelenggaraan

pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sekolah gratis juga bukan berarti tidak mengutamakan kualitas hasil

pendidikan. Meskipun sekolah gratis penjaminan mutu pendidikan tetap

diutamakan, termasuk juga pada kebijakan apa-pun yang dikeluarkan

pemerintah. Agar sekolah gratis dapat berjalan tanpa mengesampingkan

kualitas pendidikan, enyelenggaraan sekolah gratis di setiap lembaga

sekolah harus dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik yaitu

memperhitungkan aspek dalam merencanakan, mengorganiasikan,

melaksanakan dan evaluasi secara sistematis beradsarkan kebutuhan

sekolah atau melaksanakan dengan menerapkan manajemen berbasis

sekolah sehingga program Sekolah Gratis tepat pada sasaran sesuai yang

membutuhkan.

Kebijakan pemerintah yang dicantumkan dalam undang-undang

hingga peraturan daerah harus dilaksanakan tidak dengan mentah-mentah

tapi tidak memperhatikan aspek lain untuk meningkatkan kulitas pendidikan.

Manajemen yang baik sesuai kebutuhan sekolah sangat mempengaruhi

kualitas tersebut. Tidak hanya program sekolah gratis juga dengan kebijakan

Page 6: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

lain. Masalah yang timbul dari kebijakan sekolah gratis diharapkan dapat

diselesaikan dengan penerapan manajemen berbasis sekolah yang

merupakan proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan

dengan melibatkan secara menyeluruh elemen-elemen yang ada pada

sekolah untuk mencapai tujuan (mutu pendidikan) yang diharapkan secara

efisien. Betapa pentingnya dilakukan kajian mendalam tentang masalah

pelaksanaan sekolah gratis dengan menerapkan Manajemen Berbasis

Sekolah hingga kualitas pendidikan meningkat dan dapat terjamin.

Berdasarkan hal tersebut makalah ini mengangkat masalah penyelenggaraan

sekolah gratis melalui manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan

kualitas pendidikan di SMA Negeri 6 Palembang?

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka masalah yang

akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimana penyelenggaraan program sekolah gratis?

2. Bagaimana penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam

meningkatkan kualitas pendidikan?

C.Tujuan Penulisan Makalah.

1. Untuk mendapatkan pemahaman tentang penyelenggaraan

program sekolah gratis.

2. Untuk memahami Manajemen Berbasis Sekolah dalam

meningkatan kualitas pendidikan

D. Program Sekolah Gratis

Page 7: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Kebijakan ini adalah aplikasi dari kebijakan Undang-Undang Dasar

1945 sebagai dasar negara telah memberikan jaminan bagi setiap warga

negara untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan adalah hak setiap warga

negara. Pemerintah wajib membuat anggaran biaya untuk warga negara

yang memadai sehingga pendidikan dapat diselenggarakan tanpa memungut

biaya atau gratis melalui pembiayaan kas negara.

UUD 1945 hasil amandemen juga telah mengamanatkan 20%

anggaran pendidikan. Sebagai upaya untuk mewujudkan amanat tersebut,

pemerintah sejak bulan Juli 2005 telah mengeluarkan kebijakan tentang

Bantuan Operasional sekolah (BOS). Tahun 2009 biaya satuan Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) mengalami peningkatan. Peningkatan biaya

tersebut telah dijadikan pilar utama bagi pemerintah untuk mewujudkan

pendidikan gratis pada tingkat pendidikan dasar terutama pada sekolah-

sekolah negeri dan menggratiskan seluruh siswa miskin pada sekolah

swasta.

Sekolah Gratis merupakan program pemerintah untuk membebaskan

biaya sekolah dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tinggat

Pertama (SLTP). Pada Tahun 2009 Anggaran berasal dari 20 % persen dari

anggaran pendidikan atau kurang lebih Rp 207 triliun. Rinciannya, Rp 105

triliun gaji guru, Rp 60 triliun khusus buat Depdiknas, Rp 16 triliun

pembiayaan BOS, sisanya 26 triliun untuk alokasi lain. Sekolah gratis juga

dilandasi oleh kebijakan hukum dari Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

2008 tentang Pendanaan. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan, jenis-jenis biaya pendidikan semakin jelas dan

gamblang. Menurut Peraturan Pemerintah ini biaya pendidikan dikategorikan

menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan

dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. Untuk

biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan meliputi; biaya investasi, biaya operasional,

Page 8: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

bantuan biaya pendidikan, dan beasiswa. Adapun BOS merupakan program

pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional bagi satuan

pendidikan dasar.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan

martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi

kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal.

Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi

upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita

membangun manusia seutuhnya dapat terpecahkan. Pemerintah dengan

segenap usaha melalui kebijakan harus merujudkan pendidikan yang

berjalan sesuai undang-undang yang dibuat dan diselaraskan sesuai

kebutuhan daerah oleh pemerintah daerah. Salah satu propinsi yang telah

membuat peraturan tentang sekolah gratis adalah Pemerintah Propinsi

Sumatera Selatan. Provinsi ini juga mengeluarkan Perda tentang

Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis.

Pada 19 Maret 2009 diterbitkan Perda Provinsi Sumatera Selatan No 3

tahun 2009 di Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian ditindaklanjuti dengan

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 31 tahun 2009 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera

Selatan. Berdasarkan Perda, setiap penduduk Sumatera Selatan dalam usia

sekolah berhak mendapatkan pelayanan sekolah gratis. Program tersebut

ditujukan kepada siswa mulai dari jenjang SD/SDLB/MI,SMP/SMPLB/MTs,

SMA/SMALB/MA/SMK baik negeri maupun swasta, kecuali SSN (Sekolah

Standar Nasional), RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), SBI

(Sekolah Bertaraf Internasional), Kelompok Belajar (Kejar) Paket dan

Diniyah. (Amzulian Rifai: 2009) Untuk penerapan peraturan tersebut

pemerintah memberikan subsidi Rp 80 ribu/bulan untuk setiap siswa. Namun

jumlah tersebut berbeda jauh antara subsidi dari pemerintah dengan

kebutuhan ril sekolah.

Page 9: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Meskipun pemerintah menjamin pendidikan setiap warga negara dan

adalah hak setiap warga negara mendapatkan pendidikan. Sedangkan

pemerintah sebagai pihak mengelola pendidikan secara sistematis tapi pihak-

pihak terkait harus ikut serta dalam kelangsungan pendidikan yang

berkualitas yaitu dari warga itu sendiri atau masyarakat. UU Sisdiknas telah

mensinyalir bahwa pembiayaan pendidikan tidak hanya merupakan peran

pemerintah saja, didalamnya juga melibatkan pemerintah daerah dan peran

serta masyarakat. Meskipun program penuntusan masalah APK dengan

mengadakan sekolah gratis tetapi perlu dilihat siapa saja siswa yang

membutuhkan sekolah gratis tidak menyamaratakan semua siswa untuk di

gratiskan.

Kemungkinan kondisi setiap lembaga sekolah yang berbeda dapat

dipastikan terjadi perbedaan taraf hidup setiap siswa, ada siswa yang mampu

membayar uang sekolah ada pula siswa yang mencukupi bahkan lebih.

Berdasarkan Undang–Undang NO. 20 TH.2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa ada hak dan kewajiban dari peserta didik.

Salah satu hak peserta didik adalah mendapatkan biaya pendidikan bagi

mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Untuk

kewajiban peserta didik adalah ikut menanggung biaya penyelenggaraan

pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jelas

sekali kewajiban tersebut diperuntukkan bagi siswa yang mampu membayar

sekolah sendiri bahkan untuk yang lebih. Kewajiban tersebut juga memberi

pengecualian untuk siswa yang tidak mapu membayar. Untuk pengaturan

hak dan kewajiban tersebut tentu yang paling tepat untuk mengolahnya dalah

pihak sekolah sendiri. Pengolahan yang baik kebijakan pemerintah di

masing-masing sekolah menuju pada suatu pendekatan yaitu manajemen

berbasis sekolah agar hambatan dan kesenjangan yang terjadi dapat

Page 10: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

diminimalisir. Sehingga pemeratan pendidikan melalui sekolah gratis dapat

mencapai tujuan dan kualitas pendidikan tidak terabaikan.

A. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan kebijakan

publik Departemen Pendidikan Nasional untuk memberikan otonomi kepada

sekolah, sebagai dukungan terhadap diberlakukannya otonomi daerah

(desentalisasi pendidikan). MBS pada intinya adalah untuk penyeimbangan

struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses

dan pusat sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap

pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling dekat dengan

pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah.

Pengertian manajemen menurut (Depdiknas, 2006) adalah ”proses

mencapai hasil dengan mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara

produktif ”. Sedangkan menurut Nanang Fatah (1996: 1) mengartikan

manajemen sebgai ilmu, yaitu bidang pengetahuan yang secara sistematik

berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.

Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 menyatakan

bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan ndasar,

dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan

minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”. Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep pengelolaan sekolah yang

ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di era desentralisasi

pendidikan. MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan

otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah leluasa

mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya

sesuai dengan prioritas kebutuhan.

Mulyasa (2002: 11) mengungkapkan bahwa manajemen berbasis

sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah

Page 11: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

yang menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu,

efisiensi dan pemeretaan poendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan

masyarakt setempat serta saling menjaling kerjasama yang erat antara

sekolah masyarakat dan pemerintah (Nur Ainy:2005) .

Menurut buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2002:

3) mengartikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

sebagai bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar pada sekolah dan

mengorong pengambilan keputusan partisipasif yang melibatkan secara

langsung semua warga sekolah (guru, kepala sekolah, karyawan, orang tua

siswa dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan

kebijakan nasional.

Manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk "memberdayakan"

sekolah, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru,

karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui

pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan.

Selain itu, MBS bertujuan untuk:

1. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang

tersedia;

2. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama;

3. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat,

dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

Page 12: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Prinsip dan Implementasi MBS Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5

(lima) hal yaitu:

1. Fokus pada mutu

2. Bottom-up planning and decision making

3. Manajemen yang transparan

4. Pemberdayaan masyarakat

5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Strategi Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Pada dasarnya,

mengubah pendekatan manajemen berbasis pusat menjadi manajemen

berbasis sekolah bukanlah merupakan one-shot and quick-fix, akan tetapi

merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan

semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan

persekolahan. Oleh karena itu, strategi utama yang perlu ditempuh dalam

melaksanakan manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut (Slamet

PH, 2000; Direktorat Dikmenum, 2000):

1. Mensosialiasikan konsep manajemen berbasis sekolah keseluruh

warga sekolah, yaitu guru,siswa, wakil-wakil kepala sekolah, konselor,

karyawan dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua murid, pengawas,

wakil kandep, wakil kanwil, dsb.) melalui seminar, diskusi, forum

ilmiah, dan media masa. Hendaknya dalam sosialisasi ini juga dibaca

dan dipahami sistem, budaya, dan sumber daya sekolah yang ada

secermat-cermatnya dan direfleksikan kecocokannya dengan sistem,

budaya, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan

manajemen berbasis sekolah.

2. Melakukan analisis situasi sekolah dan luar sekolah yang hasilnya

berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah dalam

Page 13: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

rangka mengubah manajemen berbasis pusat menjadi manajemen

berbasis sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara

keadaan sekarang (manajemen berbasis pusat) dan keadaan yang

diharapkan (manajemen berbasis sekolah). Karena itu, besar kecilnya

ketidaksesuaian antara keadaan sekarang (kenyataan) dan keadaan

yang diharapkan (idealnya) memberitahukan besar kecilnya tantangan

(loncatan).

3. Merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai dari pelaksanaan

manajemen berbasis sekolah berdasarkan tantangan nyata yang

dihadapi (butir 2). Segera setelah tujuan situasional ditetapkan, kriteria

kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan. Kriteria inilah

yang akan digunakan sebagai standar atau kriteria untuk mengukur

tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya.

4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai

tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.

Untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan, maka perlu

diidentifikasi fungsi-fungsi mana yang perlu dilibatkan untuk mencapai

tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.

Fungsi-fungsi yang dimaksud meliputi antara lain: pengembangan

kurikulum, pengembangan tenaga kependidikan dan nonkependidikan,

pengembangan siswa, pengembangan iklim akademik sekolah,

pengembangan hubungan sekolah-masyarakat, pengembangan

fasilitas, dan fungsi-fungsi lain.

5. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya

melalui analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, and Threat).

dilakukan dengan maksud mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi

dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan

Page 14: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

situasional yang telah ditetapkan. Analisis SWOT dilakukan terhadap

keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong

internal maupun eksternal. yang dinyatakan sebagai: kekuatan, bagi

faktor yang tergolong internal; peluang, bagi faktor yang tergolong

faktor eksternal. Sedang tingkat kesiapan yang kurang memadai,

artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan, dinyatakan bermakna:

kelemahan, bagi faktor yang tergolong faktor internal; dan ancaman,

bagi faktor yang tergolong faktor eksternal.

6. Memilih langkah-langkah pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni

tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap

menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama

artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka tujuan situasional yang

telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar tujuan

situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang

mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang

dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan,

yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi makna kelemahan

dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni

dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang bermakna

kekuatan dan/atau peluang.

7. Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah

bersama-sama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana

untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, beserta program-

programnya untuk merealisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak

selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan

manajemen berbasis sekolah idealnya, sehingga perlu dibuat sekala

prioritas jangka pendek, menengah, dan panjang.

Page 15: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

8. Melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka

pendek manajemen berbasis sekolah. Dalam pelaksanaan, semua

input yang diperlukan untuk berlangsungnya proses (pelaksanaan)

manajemen berbasis sekolah harus siap. Jika input tidak siap/tidak

memadai, maka tujuan situasional tidak akan tercapai. Yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan adalah pengelolaan kelembagaan,

pengelolaan program, dan pengelolaan proses belajar mengajar.

9. Pemantauan terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil manajemen

berbasis sekolah perlu dilakukan. Hasil pantauan proses dapat

digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan penyelenggaraan dan

hasil evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian

tujuan situasional yang telah dirumuskan. Demikian kegiatan ini

dilakukan secara terus-menerus, sehingga proses dan hasil

manajemen berbasis sekolah dapat dioptimalkan.

Kewenangan yang Didesentralisasikan :

1. Perencanaan dan Evaluasi Sekolah diberi kewenangan untuk

melakukan perencanaan sekolah sesuai dengan kebutuhannya

(school-based plan). Oleh karena itu, sekolah harus melakukan

analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan hasil analisis kebutuhan

mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana peningkatan mutu.

Sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi, khususnya

evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal dilakukan

oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk

mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan.

Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus

jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi

yang sebenarnya.

Page 16: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

2. Pengelolaan Kurikulum Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat

adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal

kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu,

dalam impelentasinya sekolah dapat mengembangkan

(memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi), namun tidak boleh

mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu,

sekolah diberi kebebasan untuk mengembanhgkan kurikulum muatan

lokal.

3. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar

merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan

memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan

penagjaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata

sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum,

strategi/metode/teknik pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student-centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.

4. Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan ketenagaaan, mulai dari

analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah

dan sanksi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi

kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan

sebagainya) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut

pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri yang

sampai saat ini masih ditangani oleh Pemerintah Pusat/Daerah.

5. Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan) Pengelolaan

fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari

pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai

pengembangan. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa sekolahlah

yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,

kesesuaian, maupun kemutakhirannya.

Page 17: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

6. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan, terutama

pengalokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh

sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang

paling memahami kebutuhannya sehingga desentraslisasi

pengalokasian/penggunaan uang sudah seharusnya dilimpahkan ke

sekolah. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan ?

kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan? (income

generating activities) sehingga sumber keuangan tidak semata-mata

tergantung pada pemerintah.

7. Pelayanan Siswa Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,

pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk

melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga sampai

pada pengurusan alumni, sebenarnya dari dahulu sudah

didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan adalah peningkatan

intensitas dan ekstensitasnya.

8. Hubungan Sekolah-Masyarakat Esensi hubungan sekolah-masyarakat

adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan

dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan finansial.

Dalam arti yang sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari

dahulu sudah didesentraslisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi yang

dibutuhkan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan

sekolah-masyarakat.

9. Pengelolaan Iklim Sekolah Iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang

kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya

proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman

dan tertib, optimisme dan harapan/espektasi yang tinggi dari warga

sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat

pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim

Page 18: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklmi

sekolah sudah merupakan kewenangan sekolah sehingga yang

diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif.

Bahwa penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan

menghasilkan nilai positif bagi sekolah antara lain :

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman bagi sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat

lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas.

3. Pengambilan keputusan lebih partisipatif terutama dalam hal :

a. Menetapkan sasaran peningkatan mutu

b. Menyusun rencana peningkatan mutu

c. Melaksanakan rencana peningkatan mutu

d. Melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu.

4. Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala

prioritasnya

Pada sistem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali,

mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan

mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada

masyarakat maupun pemerintah. MBS juga merupakan salah satu wujud dari

reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan

pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga berpotensi

untuk meningkatkan kinerja staf, menawarkan partisipasi langsung kepada

kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman kepada

masyarakat terhadap pendidikan. Ketelitian dalam pengelolaan semua aspek

yang ada di sekolah dan sesuai karakteristik sekolah akan membantu

penyelenggraan sekolah gratis yang tepat sasaran dan kebutuhan sehingga

tidak mengesampingkan kualitas atau mutu pendidikan.

Page 19: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Anggaran sebesar berapapun yang diturunkan jangan sampai

membuat sekolah menjadikan alasan untuk menghambat proses

pembelajaran bagi peserta didik karena sudah menjadi hak peserta didik

untuk mendapatkan pendidikan. Dan pihak harus dengan bijak mengatur

pendanaan yang didapatkan. Masyarakat harus menjadi kontrol atau

pengawas secara nonformil yang mengingatkan jika terjadi penyimpangan

dalam pelaksanaan. Kerjasama antara masyarakat dengan pihak sekolah

akan lebih mengefisenkan tugas-tugas yang sudah dibentuk untuk mengatasi

masalah yang terjadi. Peran serta masyarakat sebagaimana disinnyalir dalam

Undang-Undang Sisdiknas masih sangat diperlukan untuk mewujudkan

sekolah gratis di tanah air. Pendidikan gratis yang diprogramkan pemerintah

pada saat ini pada hakikatnya merupakan cikal bakal pendidikan gratis di

masa yang akan datang atau mungkin lebih tepat disebut sebagai pendidikan

murah bagi rakyat.

E. Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan

Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik

menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam

memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Mutu pendidikan dapat

dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses pendidikan dan hasil

pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen

pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam

proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi,

saran sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber

daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu

pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang

dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu

Page 20: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Kualitas pendidikan dapat terlihat secara kasat adalah hasil belajar

siswa, atau dari segi jumlah siswa yang lulus di akhir tahun sekolah. Tetapi

dari segi kulitas penyelenggaran menuju hasil adalah yang terpenting karena

akan berdampak dari hasil akhir. Kualitas pendidikan dari segi

penyelenggaraan dapat tercapai maksimal dengan adanya pengelolaan yang

baik pula. Dalam hal ini penerapan Manajemen Berbasis Sekolah untuk

meningkatkan kualitas adalah jalan yang tepat mengingat setiap lembaga

mempunyai kondisi yang berbeda, namun akan tetap dilaksanakan mengacu

pada Standar Pendidikan Nasional dari kebijakan pemerintah.

Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam

interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana

pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun

ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang

non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Antara

proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi

agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam artian hasil

(ouput) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target

yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu lainnya. Berbagai

input dan proses harus selalu mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin

dicapai.

Ada empat hal yang terkait dengan prinsip - prinsip pengelolaan

kualitas total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan

terus - menerus mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu

harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh

melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah harus

menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap

Page 21: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

arief bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional (Umaedi:

1999).

Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh dalam

menerapkan Total Quality Management (TQM). TQM pertama kali

dikemukakan dan dikembangkan oleh Edward Deming, Paine, dkk tahun

1982. TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan terus-menerus

dimana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat sarana atau alat

untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan

pelanggan saat ini dan dimasa yang akan datang. TQM merupakan suatu

pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus

atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Namun pendekatan TQM

hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristiknya, yaitu: 1) fokus

pada pelanggan baik internal maupun eksternal, 2) memiliki obsesi yang

tinggi terhadap kualitas, 3) menggunakan pendekatan ilmiah dalam

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen

jangka panjang, 5) membutuihkan kerjasama tim, 6) memperbaiki proses

secara berkesinambungan, 7) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,

8) memberikan kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan, dan

10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Konsep peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah muncul dalam

kerangka pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada hakekatnya MBS

akan membawa kemajuan dalam dua area yang saling tergantung, yaitu,

pertama, kemajuan program pendidikan dan pelayanan kepada siswa-orang

tua, siswa dan masyarakat. Kedua, kualitas lingkungan kerja untuk semua

anggota organisasi.13 Wohlstetter dalam Watson (1999) memberikan

panduan yang komprehensif sebagai elemen kunci reformasi MBS yang

terdiri dari atas: 1) menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan,

Page 22: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

2) menciptakan fokus tujuan nasional yang memerlukan perbaikan, 3) adanya

panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada sekolah, 4)

tingkat kepemimpinan yang kuat dan dukungan politik serta dukungan

kepemimpinan dari atas, 5) pembagunan kelembagaan (capacity building)

melalui pelatihan dan dukungan kepada kepala sekolah, para guru, dan

anggota dewan sekolah, 6) adanya keadilan dalam pendanaan atau

pembiayaan pendidikan (Feiby Ismail: 2008)

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai model

manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,

fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung

warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-

undangan yang berlaku. MPMBS merupakan bagian dari manajemen

berbasis sekolah (MBS).

Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan

mengurus kepentingan warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan pendidikan nasional yang berlaku. Sedangkan pengambilan

keputusan partisipatif adalah cara untuk mengambil keputusan melalui

penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik dimana warga sekolah

di dorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan

keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.

Sehingga diharapkan sekolah akan menjadi mandiri dengan ciri-ciri sebagai

berikut: tingkat kemandirian tinggi, adaptif, antisipatif, dan proaktif, memiliki

kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya, memiliki

kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada dirinya

dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya

F. Kesimpulan

Page 23: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Sekolah Gratis merupakan program pemerintah suatu aplikasi

kebijakan yang tertulis Pembukaan Undang-Undang 1945 dan Undang-

Undang Negara Indonesia hingga peraturan daerah. Negara juga untuk biaya

sekolah dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tinggat Pertama

(SLTP) hingga SMA. Setiap daerah pun dalam rangka otonomi daerah

diberikan kebijakan untuk menyelenggarakan Sekolah Gratis yang mengacu

pada standar pendidikan nasional dan Undang-Undang. Negara pun

memberi anggaran sebesar 20% untuk untuk pendidikan untuk

penyeleggaraan program tersebut.

Untuk menerapkan sekolah gratis yang ideal tanpa penyelewangan

kebijakan baru disekolah, akibat kebijakan tersebut maka sekolah harus

diberikan sosialisasi dari pemerintah secara lengkap tentang manajemen

berbasis sekolah sehingga tidak melupakan tujuan utama sebagai alat untuk

memberi pendidikan semua warga.

Kewenangan yang diberikan pemerintah dalam bentuk Manajemen

Berbasis Sekolah merupakan otonomi untuk sekolah agar mengelola sesuai

karakteristik dan kebutuhan sekolah sehingga setiap kebijakan baru seperti

“Sekolah Gratis” dapat diselenggarakan sesuai kondisi sekolah, dan siswa

yang ada. Sehingga pembelajaran dapat berjalan maksimal dan peningkatan

kualitas pendidikan dapat tercapai. Pemberdayaan semua komponen suatu

lembaga sekolah dan pengolaan yang baik dapat mengefisienkan kinerja

hingga tujuan lembaga dapat tercapai.

G. Saran

Setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus diujicoba yaitu

diteliti terlebih dahulu untuk mengetahui efektifitas dan efiseiensi sehingga

mendapatkan kekurangan dari kebijakan. Selanjutnya dapat merancang

kebijakan baru untuk petunjuk teknis dari penyelenggaraan program tersebut.

Sosialisasi secara serius dari pemerintah harus dilakukan sehingga

Page 24: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

penyelewengan kebijakan dari pihak sekolah dapat dihindari. Selain itu

setelah sosialisasi dan penyelenggaraan dari pihak sekolah berlangsung

pemerintah secara berkala memonitoring atau mengawasi penyelenggaraan

program tersebut. Masyarakat pun dalam bentuk warga sekolah atau komite

sekolah diharapkan ikut andil dan berperan dalam pengawasan program

tersebut.

Sekolah pun harus mengadakan analisis kebutuhan untuk mengetahui

siswa yang layak mengikuti program sekolah gratis. Untuk selanjutnya

melakukan program dengan manajemen berbasis sekolah agar mencapai

sekolah gratis yang berkualitas dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan. Meskipun yang program sekolah gratis diharapkan tapi adalah

kualitas tetap dijaga bahkan ditingkatkan. Masyarakat pun harus berperan

serta dalam pelaksaaan setiap kebijakan pemerintah termasuk juga

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

________(2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep Dasar. Jakarta : depdiknas.

_______(2004) Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Menengah 2005- 2009  [Online] Tersedia: http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/ono/pendidikan/pelajaran-sekolah/ktsp-smk/03.ppt.

Page 25: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Daniel C. Kambey, Landasan Teori Administrasi/Manajemen (Sebuah Intisari), (Manado:Yayasan Tri Ganesha Nusantara, 2004), hlm. 34-45

Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Departemen Pendidikan Nasional

Edward dan Sallis, 2004, Manajemen Kualitas Total Dalam Pendidikan (Total Quality Managementin Education) Penerjemah : Kambey Daniel C., Manado : Program Pascasarjana Universitas Negeri Manado

Fatah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: remaja Rosdakarya

Feiby Ismail (2008) Manajemen Berbasis Sekolah Solusi Peningkatan Kualitas Pendidikan [Online] Tersedia: http://jurnaliqro.files.wordpress.com/2008/08/01-eby-1-12.pdf [1 Agustus 2008

Mulyasa E., (2002) Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nur, Ainy (2005) Pelaksanaan manajemen Berbasis Sekolah di SDN Berjo I Ngarso Kabupaten Karanganyar: Universitas Negeri Yogyakarta

Rifai, Amzulian (2009) Mengaudit Sekolah Gratis [Online] Tersedia: http://www.sripoku.com//pdf/15289/mengaudit_sekolah_gratis.pdf [21 Juli 2009]

Slamet PH (2000). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah pada Acara Seminar dan Temu Alumni Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta dengan Tema "Pendidikan yang Berwawasan Pembebasan: Tantangan Masa Depan" pada Tanggal 27 Mei 2000 di Ambarukmo Palace Hotel, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Laporan Presentasi Sesi Tanya Jawab :

No Sesi Nama Penanya Pertanyaan

1 Sesi 1 Ibu Sumarni 1. Tolong Jelaskan kembali prinsip

dan implementasi MBS dan

Page 26: MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

berikan contohnya?

2 Ibu Anerly Agung 1. Bagaimana penyelenggaraan

sekolah gratis di SMA 6?

2. Apakah sekolah gratis dapat

meningkatkan kualitas terhadap

output di SMA 6?

3

Sesi 2

Ibu Evi 1. Apakah ada landasan hukum yang

menyebabkan ada 2 kelompok di

SMA 6, ada yang RSBI dan ada

yang Gratis?

4 Ibu Muliadiniarti 1. Apakah kaitan MBS dengan

permasalahan sekolah gratis?

5 Pak Amrulah 1. Masukan: Dengan adanya MBS,

campur tangan pemerintah harus

sudah dikurangi sekolah harus

membiyayai sendiri tidak

tergantung dengan pemerintah,

yang ada sekarang kita ingin MBS

tapi biaya masih minta di tanggung

pemerintah.

6 Ibu Sumarni 1. Masukan: SMA 3 sudah sekolah

gratis tapi tidak ada RSBI