makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

24
BAB I PENDAHULUAN Dizaman kuno penyakit yang diderita manusia sering dikait-kaitkan dengan gejala –gejala spiritual. Seorang penderita sakit dihubungkan dengan adanya gangguan dari roh jahat oleh semacam mahluk halus. Karenanya penderita selalu berhubungan dengan dukun yang dianggap mampu berkomunikasi dengan mahluk halus dan mampu menhan gangguannya. Dalam hal ini pengobatn penyakit dikaitkan dengan gejala ruhani manusia. Sebaliknya di dunia moderen penyakit manusia didiaknosa berdasarkan gejala- gejala biologis. Mahluk- mahluk halus yang diasumsikan sebagai ruh jahat dimasyarakat primitif ternyata dengan menggunakan perangkat medis moderen dapat dideteksi dengan mikroskop, yaitu berupa kuman atau virus. Kemajuan dalam dunia kedokteran membawa manusia demikian yakinnya bahwa gejala simtomatis penyakit disebabkan faktor fisik semata. Kepercayaan ini memang sebagian besar dapat dibuktikan oleh sebagian besar pengobatan dengan menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan dibidang kedokteran moderen. Disela-sela perkembangan ilmu kedokteran moderen tersebut, para psikolog dan agamawan mulai melihat gejala penyakit dari sudut pandang yang berbeda yaitu gejala gangguan penyakit mental sedangkan sebagian 1

Upload: alexsandra3749

Post on 28-Jun-2015

4.756 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

BAB I

PENDAHULUAN

Dizaman kuno penyakit yang diderita manusia sering dikait-kaitkan

dengan gejala –gejala spiritual. Seorang penderita sakit dihubungkan dengan

adanya gangguan dari roh jahat oleh semacam mahluk halus. Karenanya penderita

selalu berhubungan dengan dukun yang dianggap mampu berkomunikasi dengan

mahluk halus dan mampu menhan gangguannya. Dalam hal ini pengobatn

penyakit dikaitkan dengan gejala ruhani manusia.

Sebaliknya di dunia moderen penyakit manusia didiaknosa berdasarkan

gejala- gejala biologis. Mahluk- mahluk halus yang diasumsikan sebagai ruh jahat

dimasyarakat primitif ternyata dengan menggunakan perangkat medis moderen

dapat dideteksi dengan mikroskop, yaitu berupa kuman atau virus. Kemajuan

dalam dunia kedokteran membawa manusia demikian yakinnya bahwa gejala

simtomatis penyakit disebabkan faktor fisik semata. Kepercayaan ini memang

sebagian besar dapat dibuktikan oleh sebagian besar pengobatan dengan

menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan dibidang kedokteran

moderen.

Disela-sela perkembangan ilmu kedokteran moderen tersebut, para

psikolog dan agamawan mulai melihat gejala penyakit dari sudut pandang yang

berbeda yaitu gejala gangguan penyakit mental sedangkan sebagian besar dokter

fisik melihat bahwa penyakit mental sama sekali tidak ada hubungannya dengan

penyembuhan medis tapi sebagai penyembuhan penderita penyakit mental adalah

dengan menggunakan pendekatan agama.

1

Page 2: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental.

Sebelum kita membahas pengertian kesehatan mental. Kita perlu

melacak dari beberapa pengertian yang telah oleh beberapa pakar psikologi.

Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami

perkembangan sebagai berikut :

a. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan

penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).1

b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan

orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.2

c. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-

fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem

yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan

bathin (konflik).

d. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin,

sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari

gangguan dan penyakit jiwa.3

Dari pengertian diatas diambil suatu batasan bahwa orang yang sehat

mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa,

mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan

kegoncangan-kegoncangan yang biasa, adanya keserasian fungsi jiwa, dan

merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat

menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.

Dalam pengertian yang sangat sederhana kesehatan mental sudah

dikenal sejak manusia pertama yaitu Adam, karena Adam merasa berdosa dan

meyebabkan jiwanya gelisah dan sedih. Untuk menghilangkan kesedihan itu ia

bertaubat kepada Allah dan taubatnya itu diterima di sisi Allah SWT.

1 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Press, 1983), cet. 1 h. 62Yustinus Semiun, Kesehatan Mental I, ( Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 503 Ibid. h. 11-13

2

Page 3: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Kesehatan mental sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah dikenal

sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah mengenal

kesehatan mental sebagai ilmu walaupun masih sederhana.

Pada Abad ke-20 ilmu kesehatan mental sudah jauh berkembang dan

maju dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern. Ia

merupakan ilmu yang bersifat praktis dan banyak dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pada umumnya dulu pengertian orang tentang ilmu

kesehatan mental sangat sempit dan terbatas. Seperti ada yang membatasi

pengertian kesehatan mental pada absennya seorang dari gangguan jiwa.

Pengertian semacam ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. William Glaser

membatasi pengertian kesehatan mental pada “rasa tanggung jawab”

seseorang dalam memenuhi kebutuhan.

Mustafa Fahmi, sebagaimana yang dikutip Muhammmad Mahmud,

menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental yaitu pola

negatif (salaby) yaitu terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amradh

al-‘ashabiyah) dan psikosis (al-amradh al-dzibaniyah) dan pola positif

(ijaby), yaitu kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri

dan terhadap lingkungan.

Menurut Marie Johada memberikan pengertian yang sangat luas

tentang pengertian kesehatan mental dari yang sebelumnya, sehingga

pengertian orang terhadap ilmu kesehatan mental mengalami perkembangan

dan kemajuan.4 Menurutnya, pengertian kesehatan mental tidak hanya terbatas

kepada absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, tetapi orang

yang sehat mentalnya, juga memiliki sifat dan karakteristik utama. Walaupun

dia mengartikan sangat luas tetapi pengertian yang dikemukakannya belum

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, karena agama belum termasuk

kedalamnya.

Menurut Zakiah Daradjat, merumuskan pengertian kesehatan mental

dalam pengertian yang luas dengan memasukkan aspek agama didalamnya.

Kesehatan mental yang dikemukakan Zakiah Daradjat ialah: terwujudnya

keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaaan dan

4 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), cet. Ke- 9 h. 129

3

Page 4: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan

lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk

mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat. Dengan

masuknya faktor keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan dalam pengertian ilmu

kesehatan mental, maka pengertian kesehatan mental terasa luas dan

mencakup seluruh aspek dari kehidupan manusia. Dan sekaligus menunjukkan

bahwa agama mempunyai hubungan erat dengan kesehatan mental.

B. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental.

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental dasar yang

harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental

yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri

Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Self image yang juga

disebut dengan citra diri merupakan salh satu unsure penting dalam

pengembangan diri. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap,

cara berfikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif

pula.

2. Keterpaduan antara integrasi diri

Yang dimaksud keterpaduan disini adalah adanya keseimbangan antara

kekuatan jiwa dalam diri, kesatuna pandangan (falsafah) dalam hidup dan

kesanggupan mengatasi stress.

3. Perwujudan diri (aktualisasi diri)

Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat

mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu

mewujudkan potensi yang dimilikinya serta memenuhi kebuuhan-

kebutuhannya dengan cara yang baik dan memuaskan.

4. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.

5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan

4

Page 5: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupun berat maka akan

cepat selesai dari pada pekerjaan yang ringan tapi tidak diminati.

6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup

Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental orang

membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang knsisten dan pandangan

hdup yang kokoh.

7. Pengawasan diri

Pengawasan terhadap diri merupakan hal pokok dari kehidupan oang

dewasa yang bermental sehat dan berkrepibadian normal karena dengan

pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala tingkah lakunya.

8. Rasa benar dan tanggung jawab

Rasa benar, dan tanggung jawab dan sukses adalah keinginan setiap

orang yang sehat mentalnya. Rasa benar yang ada dalam diri selalu

mengajak orang kepada kebaikan, tanggung jawab dan rasa sukses.5

C. Aliran Dalam Kesehatan Mental

1. Psikoanalitik

Aliran ini dikenal dengan tokoh yang mempeloporinya yaitu Sigmund

Freud dengan pandangan bahwa manusia adalah makhluk evolusi yang

terjadi secara kebetulan dan merupakan makhluk biologis. Psikoanalisis

merupakan suatu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar tingkah

laku manusia didalam dorongan dan konflik yang tidak disadari. Freud

memandang tingkah laku manusia terjadi karena terdapatnya interaksi

antara tiga ala dalam personaliti yaitu id, ego dan super ego.

Id bekerja menurut prinsip kelezatan, dan tidak dapat mengambil

pertimbangan-pertimbangan sosial dan tidak bersifat realistis, tetapi ia

sanggup membentuk khayalan-khayalan untuk pemuasannya, meskipun

dalam arti sesungguhnya. Ego muncul untuk memuaskan id, ego bekerja

diatas prinsip realitas dan menggunakan potensi intelektual. Sedangkan

super ego bekerja diatas prinsip nilai-nilai akhlak dan berkenaan dengan

5 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 1, h. 145-149

5

Page 6: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

yang betul dan yang salah. Oleh karena itu, super ego sering juga disebut

dengan hati nurani.

Penganut aliran psikoanalitik lainnya yakni Erick Fromm. Ia pesimis

bahwa manusia akan mencapai kesehatan mental dalam arti yang

sebenarnya. Menurutnya manusia hanya sanggup mendapatkan kesehatan

mental sebahagiannya saja. Sebab ia dengan kondisi yang saling bertarung

tidak akan mungkin mencapai kebahagiaan dan kemajuan sekaligus.

Aliran psikoanalitik mendapat kritik dari berbagai pakar psikologi

karena aliran ini dipandang sangat menyederhanakan energi dasar dalam

diri manusia pada insting.

2. Aliran behavioristik

Aliran ini dipelopori oleh Thorndike dan John B. Watson. Aliran ini

menitik-beratkan kepada tingkah laku manusia. Mereka memandang

manusia diibaratkan mesin. Tingkah lakunya merupakan respon dari setiap

stimulus. Aliran ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah

kesanggupan seseorang untuk memperoleh kebiasaan yang sesuai dan

dinamik yang dapat menolongnya berintegrasi dengan lingkungan, dan

menghadapi suasana-suasana yang memerlukan pengambilan keputusan.

Dengan kata lain, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu

ber-adjusment secara baik dengan lingkungan dimana ia berada.

3. Aliran Humanistik

Aliran ini dipelopori oleh Abraham Maslow, seorang yang semula

beraliran behavioristik, merasa tidak puas dengan aliran tersebut. Ia

meragukan keadaan manusia yang dikondisikan seperti mesin yang

mengatur stimulus-respon.

Aliran ini berpendapat bahwa pengkajian terhadap manusia harus

didekati dari sudut kemanusiaannya. Manusia dilengkapi dengan potensi

yang bebas dipergunakan menurut kemauannya. Oleh karena itu kesehatan

mental, menurut aliran ini adalah kesadaran terhadap potensi-potensinya

dan kebebasannya untuk mencapai apa yang dikehendaki dengan cara

yang dipilihnya.

4. Aliran psikologi transpersonal

6

Page 7: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran humanistik. Penggagasnya

juga termasuk Jung, Abraham Maslow, Victor Frankl, William James yang

banyak mempengaruhi pemikiran Jung.

Menurut Maslow, pengalaman keagamaan adalah peak experience,

plateu dan father reaches of human nature. Dalam arti kata psikologi

belum sempurna sebelum difokuskan kembali pada spiritual agama. Aliran

transpersonal dan psokoterapi menawarkan perjalanan psikologis untuk

menemukan diri dengan melihat kedalam “self ego, eksistensi psikologis”.

Agama membicarakan tentang kesadaran spiritual yang luas dan multi

dimensional. Diri kita, eksistensi psikologis kita , merupakan penampakan

luar dari esensi spritual kita.

D. Kedudukan dan peran kesehatan mental dalam Islam

Dalam dunia Islam, kedudukan, fungsi, dan peranan kesehatan mental

tampak lebih jelas lagi. Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di

muka bumi adalah untuk beribadah dalam pengertian luas. Ibadah dalam

pengertian, kegiatannya mencakup seluruh aspek kegiatan manusia. Baik yang

bersifat i’tiqad, pikiran, amal sosial, jasmani, rohani, akhlak, dan keindahan.6

Pengertian ibadah dalam Islam secara luas adalah pengembangan sifat-

sifat Allah yang pada manusia untuk menumbuhkan potensi diri yang telah

diberikan Allah berupa potensi-potensi yang terdapat dalam nama Allah yang

agung (al-asma al-husna), seperti potensi ilmu, kuasa, sosial, kekayaan,

pendengaran, dan pemikiran, serta potensi-potensi lainnya.

Dengan demikian maksud dan tujuan ibadah dalam Islam tidak hanya

menyangkut hubungan vertikal atau hablun min Allah, tetapi juga menyangkut

hubungan horizontal yang meliputi hablum min al-annas, hablun min al-nafs,

dan hablun minal-alam.

Dari uraian singkat di atas dapat dilihat bagaimana kedudukan

kesehatan mental dalam Islam. Kesehatan mental dalam Islam adalah ibadah

dalam pengertian luas atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia

6 Ibid, h. 148

7

Page 8: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agamanya, untuk mendapatkan al-

nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia). Firman Allah :

“Hai jiwa dalam ketenangan! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang

senang dan diridhai-Nya.”

E. Hubungan Agama Dengan Kesehatan Mental.

Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem

tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk

mempertinggi kesehatan rohani (M. Buchori, 1982: 5). Menurut H.C

Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta

prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri,

biologi, sosiologi, dan agama (M. Buchori, 1982: 5).7

Sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan antara faktor

keyakinan dan kesehatan mental tampaknya sudah disadari para ilmuwan

beberapa abad lalu. Misalnya, pernyataan Carel Gustay Jung “diantara pasien

saya yang setengah baya, tidak seorang pun yang penyebab penyakit

kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh aspek agama”.

Kenyataan serupa itu juga akan dijumpai dalam banyak buku yang

mengungkapkan akan betapa eratnya hubungan antara agama dan kesehatan

mental. Di Indonesia sendiri ada dua buku yang diterbitkan dengan judul

Peranan Agama dan Kesehatan Mental oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan

Agama dan Kesehatan Mental disusun oleh Prof. Dr. Aulia, telah membahas

secara luas mengenai sejumlah kasus yang menunjukkan ada hubungan antara

kesehatan jiwa dan agama. Dan Prof. Dr. Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir

lebih jauh membahas hubungan antara agama dan kesehatan mental melalui

pendekatan teori biokimia. Menurutnya, di dalam tubuh manusia terdapat

sembilan jenis kelenjar hormon yang memproduksi persenyawaan-

persenyawaan itu disebut hormon.

F. Metode Perolehan Dan Pemeliharaan Kesehatan Mental.

1. Metode Pengembangan Potensi

7 Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 156

8

Page 9: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Ada dua unsur dasar pembentukan manusia yaitu jasmani dan

rohani, dengan segala potensi yang melekat padanya, keduanya

mempunyai kebutuhan dasar untuk bisa berkembang dan bermanfaat

secara maksimal, sesuai dengan keberadaannya.

a. Potensi jasmani

Dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmaniah (potensi

jasmani), Islam memerintahkan untuk makan, minum, dan beberapa

hal yang berkaitan dengan jasmani, secara cukup, dalam arti tidak

berlebihan atau kurang dan sesuai dengan yang telah digariskan oleh

syari’at.

b. Potensi rohani

Sedangkan untuk pengembangan rohaniah, khususnya akidah

(potensi akidah), pada prinsipnya Islam mengajarkan agar manusia

menjauhi segenap dosa dan kemaksiatan agar tidak mengotori akidah

atau keimanannya.

2. Metode Iman, Islam dan Ihsan

a. Metode Iman

Sesuai dengan metode kesehatan mental adalah berlandaskan

kepada agama, yaitu keimanan dan ketaqwaan. Hal ini dapat

dimengerti sebagai indikator orang yang memiliki kesehatan mental

adalah orang-orang yang senantiasa melakukan aktivitas-aktivitas

keagamaan sesuai dengan iman yang melekat pada dirinya, sedangkan

ketaqwaan merupakan kristalisasi iman seseorang.8

b. Metode Islam

Seseorang yang mengaku Islam berarti ia melaksanakan,

tunduk dan patuh serta berserah diri sepenuh hati terhadap hukum-

hukum dan aturan Allah, yang dalam hidunya selalu berada dalam

kondisi aman dan damai, yang pada akhirnya dapat mendatangkan

keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Metode Ihsan

8 Op-cit, h. 170

9

Page 10: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik atau mukhsin

adalah orang yang mengetahui hal-hal yang baik, dan dilakukan

dengan niat yang baik.

3. Metode Takhalli, Tahalli, dan Tajalli

a. Takhalli

Pada umumnya berarti sebagai membersihkan diri dari sifat-

sifat tercela, dari maksiat lahir dan batin. Takhalli juga berarti

mengosongkan diri dari sifat ketergantungan terhadap kelezatan hidup

duniawi. Pada takhali, seseorang berjuang keras untuk dapat

mengosongkan jiwa mereka dari sifat tercela yang mendatangkan

kegelisahan pada jiwanya, sifat-sifat tercela itu antara lain

1.) Hasad

Yaitu membenci nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang

lain agar nikmat itu terhapus atau hilang

2.) Hiqd

Menurut al-ghazali hiqd adalah keadaan hati yang terus menerus

berat, marah dan iri terhadap orang lain yang menimbulkan

dendam.

3.) Takabbur

Yaitu memandang rendah orang lain dan menganggap tinggi atau

mulia diri sendiri atau membesarkan diri dihadapan orang lain.

4.) Nifaq

Artinya bermuka dua atau berpura-pura, ia menjadi karakteristik

orang munafik.

5.) Kikir

Adalah sifat yang terlalu mencintai harta benda yang dimilikinya

dan hal itu membuat ia terikat pada dunia dan ia tidak mau

memberikan harta kepada orang lain yang juga mempunyai hak

didalamnya seperti fakir miskin, kepentingan umum, kegiatan-

kegiatan sosial dan agama.

6.) Su’ al-dzan

10

Page 11: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

Yaitu buruk sangka. Buruk sangka terhadap siapapun sangat dicela

oleh agama baik kepada Allah maupun manusia.

7.) Riya

Yaitu memperlihatkan amal kebajikan supaya dilihat dan dipuji

orang lain.

8.) Ghabbah

Yaitu marah atau kemarahan dengan konotasi negatif dan

kelebihan, sedangkan secara umum diartikan al-nafsu al ammarah

bi al su’ yang selalu mendorong perbuatan jahat sehingga

mendatangkan kerugian pada diri sediri dan orang lain.

9.) Ghibah

Menggunjing atau menceritakan segala sesuatu mengenai orang

lain yang orang lain itu tidak menyukainya apabila ia mengetahui.

10.) Hub al-dunya

Cinta terhadap dunia. Cinta kepada dunia bisa berwujud mencintai

kemasyuran, popularitas kekuasaan pangkat, dan jabatan.

11.) Namimah

Adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain

dengan tujuan mengadu domba antara keduanya.

b. Tahalli

Yaitu mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji. Dengan

metode ini jiwa seseorang tekah bersih dari sifat-sifat tercela dan

maksiat, kemudian ia berusaha secara sungguh-sungguh mengisi diri

dengan tingkah laku yang baik dan terpuji. Diantara sifat-sifat yang

terpuji adalah: taubat, zuhud, khauf, shabr, syukur, ikhlas, tawakkal,

ridha, dan zikr al- maut

c. Tajalli

Setelah mengetahui fase takhalli dan tahalli, maka metode

pembinaan mental disempurnakan dengan fase tajalli. Tajalli adalah

terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajalli merupakan lenyap atau

hilangnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan, lenyapnya segala yang

lain ketika nampak wajah Allah.

11

Page 12: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

4. Metode Murabathah

Murabathah pada umumnya diartikan melakukakan ketekunan.

Kalau dihubungkan dengan ajaran Islam berarti tekun dalam

melaksanakan perintah Allah SWT. Menurut said hawwa untuk

melaksanakan metode murabathah ada beberapa yang harus dilakukan,

yaitu:

a. Musyarathah

Yaitu memenuhi persyaratan agar seseorang ingin mencapai

ketenangan jiwa dan kesucian batin. Maka ia harus memenuhi

persyaratan yang ditetapkan agama, berupa melaksankan amal-amal

shaleh yang ditetapkan allah serta amal-amal lain yang dipandang baik

oleh masyarakat.

b. Muraqabah

Yaitu memonitor perilaku sehari-hari. Apabila seseorang telah

mengrjakan persyratan-persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan

Allah SWT, maka tahap selanjutnya harus melakukan muraqabah atau

memonitoring diri dan jiwa dikala sudah melaksanakan amalan-amalan

yang sudah dilakukan.

c. Muhasabah

Yaitu melakukan perhitungan pada diri sendiri sesudah

beramal.

d. Mu’aqabah

Berarti menghajar diri karena kurang berhati-hati.

Bagaimanapun hati-hatinya manusia dalam membuat perhitungan,

tetapi ia tidak dapat menjamin dirinya jauh dari perbuatan maksiat,

atau setidak-tidaknya berlaku seadanya dan kurang berhati-hati dalam

melaksanakan hak Allah SWT.

e. Mujahadah

Yaitu bersungguh-sungguh atau berjihad.

f. Mu’atabah

Yaitu mencela keburukan yang dikerjakan dam menghukum

diri sendiri. Kita diberi Allah SWT nafsu, kalau dorongan nafsu ini

12

Page 13: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

kuat maka ia dapat menaklukkan akal dan hati, sehingga kekuatan

akal dan hati menjadi lemah.

5. Metode Pengendalian nafsu (riyadhah)

Riyadhah adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus

menerus dalam rangka menekan daya nafsu. Menurut abdul mujib,

substansi manusia memiliki tiga daya yaitu: a. qalbu (fitrah ilahiyah), b.

akal (fitrah insaniyah), dan c. nafsu (fitrah hayanawiyah)

13

Page 14: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanOrang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan

dan penyakit jiwa, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-

masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang biasa, adanya keserasian fungsi

jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat

menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.

Ada 8 prinsip dari kesehatan mental, yaitu:

1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri

2. Keterpaduan antara integrasi diri

3. Perwujudan diri (aktualisasi diri)

4. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal.

5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan

6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup

7. Pengawasan diri

8. Rasa benar dan tanggung jawab

Diantara aliran-aliran dalam kesehatan mental adalah: Psikoanalitik,

bahavioristik, psikologi transpersonal, dan menurut pandangan islam. Orang

yang sehat mentalnya adalah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya

selalu merasa tenang, aman, dan tentram.

Ada beberapa metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental,

yaitu:

1. Metode pengembangan potensi

2. Metode iman, islam dan ihsan

3. Metode tkhalli, tahalli, dan tajali

4. Metode murabathah

5. Metode pengendalian nafsu

B. Saran

Pada makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan

katanya, penulisannya dan lain sebagainya. Maka kami sebagai pemakalah

14

Page 15: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

mengucapkan banyak ma’af atas kekurangan kami karena kami hanya manusia

biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami juga mengharapkan kritik dan saran

yang mendukung, dan semoga dengan kritik dan saran yang di berikan bisa kami

jadikan pelajaran untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.

15

Page 16: makalah psikologi agama tentang kesehatan mental

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah, 1983, Kesehatan Mental, cet. 1,Yogyakarta : Fakultas Psikologi

Press

Jalaluddin, 2005, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ramayulis, 2009, Psikologi Agama, cet. Ke- 9, Jakarta : Kalam Mulia

Semiun, Yustinus, 2006, Kesehatan Mental I, Yogyakarta: Kanisius

Sururin, 2004, Ilmu Jiwa Agama, cet. 1, Jakarta : Raja Grafindo Persada

http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2009/11/14/agama-dan-kesehatan-

mental/

16