presus sc asikk

29
I. PENDAHULUAN Sectio caesarea merupakan metode untuk melahirkan bayi melalui irisan pada abdomen dan uterus. Asal mula nama ini tidak jelas walaupun secara luas diyakini bahwa nama ini berasal dari nama Julius Caesar walaupun Julius Caesar tidak dilahirkan dengan metode ini. Mungkin nama ini berasal dari peraturan yang dahulu digunakan yaiut berdasar undang-undang Julius Caesar. Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC) lebih dari 700.000 orang menjalani sectio caesaria yang pertama dan 400.000 wanita menjalani sectio caesaria berulang tiap tahun. Jumlah total sectio caesarea adalah 29% selama tahun 2004. Wanita dengan preeklampsia menunjukkan peningkatan untuk dilakukan pengakhiran kehamilan dengan sectio caesarea, dalam satu penelitian didapat 83% yang didiagnosis preeklampsia menjalani sectio caesarea. Beberapa pasien yang memerlukan tindakan sectio caesarea tentunya memerlukan penatalaksanaan anestesi. Karena bahaya yang mungkin timbul berkaitan dengan manajemen jalan napas dan gangguan hemodinamik pada saat intubasi maka anestesi umum dipilih bila ada kontra indikasi terhadap anestesi reginal. Anestesi epidural digunakan pada saat pasien dengan preeklampsia berat, meskipun anestesi spinal banyak dihindari berkaitan dengan risiko hipotensinya. Namun dari 1

Upload: bagoes-sandjaja

Post on 29-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presus SC Asikk

I.PENDAHULUAN

Sectio caesarea merupakan metode untuk melahirkan bayi melalui irisan

pada abdomen dan uterus. Asal mula nama ini tidak jelas walaupun secara luas

diyakini bahwa nama ini berasal dari nama Julius Caesar walaupun Julius Caesar

tidak dilahirkan dengan metode ini. Mungkin nama ini berasal dari peraturan yang

dahulu digunakan yaiut berdasar undang-undang Julius Caesar.

Berdasarkan Center for Disease Control and Prevention (CDC) lebih dari

700.000 orang menjalani sectio caesaria yang pertama dan 400.000 wanita

menjalani sectio caesaria berulang tiap tahun. Jumlah total sectio caesarea adalah

29% selama tahun 2004. Wanita dengan preeklampsia menunjukkan peningkatan

untuk dilakukan pengakhiran kehamilan dengan sectio caesarea, dalam satu

penelitian didapat 83% yang didiagnosis preeklampsia menjalani sectio caesarea.

Beberapa pasien yang memerlukan tindakan sectio caesarea tentunya

memerlukan penatalaksanaan anestesi. Karena bahaya yang mungkin timbul

berkaitan dengan manajemen jalan napas dan gangguan hemodinamik pada saat

intubasi maka anestesi umum dipilih bila ada kontra indikasi terhadap anestesi

reginal. Anestesi epidural digunakan pada saat pasien dengan preeklampsia berat,

meskipun anestesi spinal banyak dihindari berkaitan dengan risiko hipotensinya.

Namun dari eberapa penelitian telah menunjukkan bahwa efek anestesi spinal dan

epidural terhadap hemodinamik sama.

1

Page 2: Presus SC Asikk

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea

1. Definisi

Sectio caesarea adalah prosedur dimana bayi dilahirkan melalui

sayatan pada dinding perut dan rahim ibu untuk mengeluarkan satu bayi

atau lebih.2

2. Prevalensi

Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia terus meningkat baik di

rumah sakit pendidikan maupun di rumah sakit swasta. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Galuardi tahun 1993,

terhadap 64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka

kelahiran tersebut sebanyak 35,7 – 55,3 % melahirkan dengan sectio

caesarea. Sementara data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta

menyebutkan bahwa dari persalinan sebanyak 404 perbulan didapati 30%

persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari persalinan sectio caesarea

tersebut sekitar 13,9 % merupakan permintaan sectio caesarea yang

dilakukan tanpa pertimbangan medis.17

3. Indikasi

Para ahli kandungan menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran

melalui vagina mungkin membawa risiko pada ibu dan janin. Indikasi sectio

caesarea antara lain meliputi :

1) Indikasi Medis

a) Power

Yang memungkinkan dilakukan operasi Caesar misalnya daya

mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun

lain yang mempengaruhi tenaga

b) Passanger

Diantaranya anak terlalu besar, anak dengan kelainan letak lintang,

primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan

terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal

distress syndrome.

2

Page 3: Presus SC Asikk

c) Passage

Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius

pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir

yang diduga bias menular ke anak seperti herpes genitalis,

condyloma lota, condiloma acumilata, hepatitis B, dan hepatitis C.

2) Indikasi Ibu

a. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35

tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi

pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini,

biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya

tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan

preeklampsia.

b. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar

panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin

yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami.

c. Riwayat SC sebelumnya

Sebenarnya, persalinan melalui sectio caesarea tidak

mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung

secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang

mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti

bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang

tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

d. Faktor kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi

(inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim

sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,

menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat

melewati jalan lahir dengan lancar.

3

Page 4: Presus SC Asikk

e. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal

sedikit atau habis.

3) Indikasi Janin

a. Fetal distress

b. Makrosemia

c. Letak sungsang

d. Faktor plasenta

e. Kelainan tali pusat

Selain itu persalinan diakhiri dengan sectio caesarea bila:19

1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi

feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).

Skor Zachtuchni Andros

Parameter Nilai

0 1 2

Paritas Primi multi -

Pernah letak

sungsang

Tidak 1 kali 2 kali

TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g

Usia

kehamilan

> 39 minggu 38 minggu < 37 minggu

Station < -3 -2 -1 atau >

Pembukaan

serviks

2 cm 3 cm 4 cm

Arti nilai:

≤ 3 : persalinan perabdominam

4

Page 5: Presus SC Asikk

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila

nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.

>5 : dilahirkan pervaginam.

2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

3. Didapatkan distosia

4. Umur kehamilan:

Prematur (EFBW=2000 gram)

Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)

5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)

6. Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk

7. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

Hipertensi dalam persalinan

Ketuban pecah dini

4. Komplikasi

Adapun komplikasi dari sectio cesarea adalah :19

1) Infeksi

Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam panggul

disekitarnya.

2) Perdarahan

Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang

arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

3) Tromboflebitis

Bekuan darah di kaki, organ-organ dalam panggul, yang kadang-

kadang sampai ke paru-paru

4) Luka kandung kemih

5) Ruptur uteri

Kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga bias terjadi

rupture uteri pada kehamilan.

5

Page 6: Presus SC Asikk

B. Teknik Anestesi

Perencanaan tindakan anestesi pada sectio caesarea harus senantiasa

memperhatikan keselamatan ibu maupun anak. Anestesi umum maupun

regional, termasuk anestesi spinal, epidural maupun combine spinal epidural

dapat dilakukan pada pasien yang akan menjalani sectio caesaria. Sebagian

besar operasi sectio caesarea yang dilakukan di Amerika Serikat menggunakan

anestesi regional, dan anestesi regional yang sering digunakan adalah anestesi

spinal. 1

1. Anestesi Spinal

Anestesi spinal atau blok subarachnoid adalah salah satu teknik regional

anestesi dengan cara menyuntikkan obat lokal secara langsung ke dalam

cairan serebrospinalis di dalam ruang subarachnoid pada region lumbal di

bawah lumbal 2 dan pada region sakralis di atas vertebra sakralis 1, untuk

menimbulkan atau menghilangkan sensasi dan blok motorik.11 12

2. Keuntungan

Keuntungan penggunaan anestesi spinal adalah waktu mula yang cepat, obat

yang dibutuhkan relatif lebih sediki dan menghasilkan keadaan anestesi

yang memuaskan.13

Anestesi spinal punya banyak keuntungan seperti kesederhanaan teknik,

onset yang cepat, risiko keracunan sistemik yang lebih kecil, blok anestesi

yang baik, perubahan fisiologi, pencegahan dan penanggulangan

penyulitnya telah diketahui dengan baik; analgesia dapat diandalkan;

pengaruh terhadap bayi sangat minimal, pasien sadar sehingga dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi, dan tangisan bayi yang baru

lahir merupakan kenikmatan yang ditunggu oleh seorang ibu disertai jalinan

psikologik berupa kontak mata antara ibu dengan anak. Potensi untuk

hipotensi dengan teknik ini merupakan risiko terbesar bagi ibu. 4, 5, 6

6

Page 7: Presus SC Asikk

3. Indikasi dan Kontraindikasi 14

Indikasi Kontraindikasi

Bedah ekstrimitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rektum

perineum

Bedah obstetrik-ginekologi

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah

a.Absolut

Kelainan pembekuan

Koagulopati atau

mendapat terapi

koagulopati

TIK yang tinggi

Infeksi kulit pada daerah

pungsi

Fasilitas resusitasi yang

minim

b.Relatif

Infeksi sistemik

Nyeri punggung kronis

Kelainan neurologis

Distensi abdomen

Penyakit jantung

4. Komplikasi 14

Komplikasi tindakan :

a. Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa

dicegah dengan memberikan infus cairang elektrolit 1000 ml atau kooid

500 ml sebelum tindakan

b. Bradikardi terjadi akibat blok sampai T2-3. Dapat terjadi tanpa disertai

hiotensi atau hipoksia

c. Hipoventilasi akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat

kendali nafas

d. Trauma saraf dan pembuluh saraf

e. Mual dan muntah

7

Page 8: Presus SC Asikk

Komplikasi pasca tindakan

a. Nyeri tempat suntukan

b. Nyeri punggung

c. Nyeri kepala karena kebocoran liquor

d. Retensio urine

e. Meningitis

5. Obat Anestesi Spinal

Obat-obat anestesi spinal ideal yang digunakan pada pembedahan harus

memenuhi syarat-syarat berikut : 13 14

a. Blokade sensorik dan motorik yang dalam

b. Mula kerja yang cepat

c. Pemulihan blockade motorik yang cepat sesudah pembedahan sehingga

mobilisasi lebih cepat diperbaiki

d. Toleransi baik dalam dosis tinggi dengan risiko toksisitas lokal dan

sistemik yang rendah

Obat anestesi lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain,

lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi

aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat

jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi

perpindahan obat ke dasa akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat

akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat

akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan.

Bupivakain adalah obat anestetik lokal yang termasuk golongan amino

amida. Bipivakain diindikasikan pada penggunaan anestesi lokal termasuk

anestesi infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidural dan anestesi

intratekal. Bupivakain dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk

memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan

fentanyl untuk analgesi epidural.

Bupivakain bekerja dengan cara berikatan secara intraselular dengan

natrium dan memblok influk natrium ke dalam inti sel sehingga mencegah

terjadinya depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa

nyeri mempunyai serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung

8

Page 9: Presus SC Asikk

myelin, maka bupivakain dapat berdifusi dengan cepat ke dalam serabut

saraf nyeri dibandingkan dengan serabut saraf penghantar rasa propioseptif

yang mempunyai selubung myelin dan ukuran serabut saraf yang lebih

tebal.

III. LAPORAN KASUS

9

Page 10: Presus SC Asikk

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 21 tahun

Berat badan : 56 Kg

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Mendelem 4/4 Kec. Belik Kab. Pemalang

Agama : Islam

Tanggal masuk RSMS : 7 November 2013

No. CM : 308477

B. PRIMARY SURVEY

1. A: airway clear, gipong (-), gisu (-), MP (1)

2. B: Spontan, RR : 22 x/menit, suara vesikuler +/+, Wh (-), Rh (-),

3. C: TD 110/70, N/HR 80 kali/menit tegangan dan isi cukup, S1>S2, G (-),

M (-)

4. D: BB 56 kg, S 35,8°C

C. SECONDARY SURVEY

1. Anamnesis

a. Keluhan utama : Kenceng-kenceng

b. Keluhan tambahan : mules

c. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluh kenceng-kenceng dan pengeluaran air ketuban (+)

HPHT 26/1/13, HPL 1/11/2013, UK 40+6 minggu, G1A0P0, R.

Menstruasi teratur/10 hari, R. Nikah 1x/ 1 tahun, R. KB -.

d. Riwayat penyakit dahulu :

o Riwayat penyakit alergi : disangkal

o Riwayat penyakit asma : disangkal

o Riwayat penyakit jantung : disangkal

o Riwayat hipertensi : disangkal

o Riwayat DM : disangkal

10

Page 11: Presus SC Asikk

o Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

e. Riwayat penyakit keluarga :

o Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal

o Riwayat penyakit DM : disangkal

o Riwayat penyakit alergi : disangkal

o Riwayat penyakit asma : disangkal

2. Pemeriksaan Fisik

a. Status generalis

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Respirasi : 22 kali/menit, reguler

Nadi : 80 kali/menit, reguler, isi dan tekanan cukup.

Suhu : 35,8°C aksilar

Kepala : Mesochepal, simestris, tumor (-)

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera tidak ikterik

Hidung : Discharge (-) epistaksis (-) deviasi septum (-)

Mulut : Lidah kotor (-) bibir kering (-), hiperemis (-),

pembesaran tonsil (-), buka mulut 3 jari +,

mallampati 1

Gigi : Gigi ompong (-) Gigi palsu (-)

Telinga : Discharge (-) tidak ada kelainan bentuk

Leher : Simestris, trakea di tengah, pembesaran tiroid

dan kelenjar getah bening (-)

Thorax

Pulmo : Simetris kanan – kiri, Tidak ada retraksi, SD

vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-),

Wheezing (-/-)

Cor : S1>S2, reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung gravid

11

Page 12: Presus SC Asikk

Auskultasi : Djj 12, 13, 13 = 148x/menit

Perkusi : Pekak janin

Palpasi : TFU 31 cm

Extremitas

Superior : edema (-/-), sianosis (-/-)

Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-)

Akral : hangat

Vertebrae : tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 7 – 11 – 2013)

Hb: 13,3

Leu: 13260

Ht: 37

Eri 4,9 juta

Trombosit: 506.000

PT: 13,1

APTT: 31,6

D. DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis prabedah : G1P0A0 21 tahun UK 40 minggu+6minggu

JTHIU presbo puki dengan KPD 14 jam

Jenis pembedahan : SCTP

Diagnosis postbedah : P1A0 post SC

E. KESIMPULAN PEMERIKSAAN FISIK

Status ASA II

F. TINDAKAN

Dilakukan : SCTP

Tanggal : 8 November 2013

G. LAPORAN ANESTESI

12

Page 13: Presus SC Asikk

Status Anestesi

1. Persiapan Anestesi

a. Informed concent

b. Pasang infus line Ringer Laktat 20 tetes/menit

c. Puasa 6 jam sebelum operasi

2. Penatalaksanaan Anestesi

a. Jenis anestesi: Regional Anestesi

b. Premedikasi : Ondansentron (4 mg)

c. Medikasi : Bupivacaine

3. Teknik anestesi

a. Pasien dalam posisi duduk

b. Dilakukan injeksi anestesi spinal

c. Jumlah cairan yang masuk selama operasi : RL 500cc, HES 500

cc.

4. Pemantauan selama anestesi :

a. Mulai anestesi : 16.10

b. Mulai pembedahan : 16.15

c. Selesai operasi : 16.40

d. Selesai anestesi : 16.45

5. Cairan yang masuk durante operasi:

RL 500 cc

Hes 500 cc

Terapi cairan

Berat badan = 59 kg

Maintenence = 2cc/kgBB/jam 2x59 = 118cc/jam

Puasa, lama puasa 6 jam

Lama puasa x kebutuhan per jam 6 x 118 = 708 cc

Stress operasi (operasi besar) 6cc x 59 = 354 cc

Kebutuhan jam pertama

50% puasa + stress operasi + kebutuhan per jam

354 cc + 354 cc + 118 cc = 826 cc

Cairan yang masuk selama operasi RL 500 ml + Hes 500 ml

13

Page 14: Presus SC Asikk

6. Pemantauan tekanan darah dan frekuensi nadi selama operasi

Pukul (WIB) Nadi (kali/menit)

16.10 : TD: 120/70, N : 90

16.25 : TD: 120/60, N : 100

16.40 : TD: 100/50, N : 100

16.45 : TD: 110/70, N : 90

7. Pemantauan post operasi

a. Pemantauan tanda vital setiap 4 jam, kemudian pengawasan per

jam selama 24 jam.

b. Lanjutkan infus RL

c. Bed rest 1x24 jam

d. Posisi tidur head up 30°

e. Boleh makan dan minum jika sudah tidak mual

H. PROGNOSA

Ad Vitam : Ad bonam

Ad Functionam : Ad bonam

Ad Sanationam : Ad bonam

IV PEMBAHASAN

14

Page 15: Presus SC Asikk

Anestesi spinal adalah pemasukan suatu anestetika lokal ke dalam ruang

subarkhnoid untuk menghasilan blok spinal. Teknik ini telah lama digunakan

untuk sectio caesarea, dan untuk persalinan vaginal wanita normal dengan paritas

kecil. 4,5,6

Teknik ini baik sekali bagi penderita penderita yang mempunyai kelainan

paru-paru, diabetes, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,

sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi obat-obatan 7.

Faktor yang mempengaruhi anestesi spinal adalah jenis obat, dosis obat,

berat jenis obat, penyebaran obat, posisi tubuh, efek vasokonstriktor, tekanan intra

abdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien,

obesitas dan kehamilan.11 12

Pada teknik spinal, yang pertama kali di blok pada analgesi subarachnoid

yaitu serabut saraf preganglionic otonom, yang merupakan serat saraf halus (serat

saraf tipe B). Akibat denervasi simpatis ni akan terjadi penurunan tahanan

pembuluh tepi, sehingga darah tertumpuk di pembuluh darah tepi karena terjadi

dilatasi arterial, arteriol dan post-arteriol. Pada umumnya serabut preganglionik

diblok dua sampai empat segmen dikranial dermatom sensoris yang di blok. 7 8

Besarnya perubahan kardiovaskular tergantung pada banyaknya serat

simpatis yang mengalami denervasi. Bila terjadi hanya penurunan tahanan tepi

saja, akan timbul hipotensi yang ringan. Tetapi bila disertai dengan penurunan

curah jantung akan timbul hipotensi berat. 7 8

Pengaruh langsung zat analgetik lokal yang melewati sawar uri terhadap

bayi memberikan efek hipotensi pada bayi. Efek hipotensi terhadap bayi berupa

perubahan denyut jantung, keadaan gas darah, skor Apgar dan sikap neurologi

bayi. Pada pasien yang mengalami hipotensi karena analgesia subarachnoid pada

tindakan sectio cesarea, sering dijumpai bayi dengan skor Apgar yang rendah

serta interval mulai menangis yang panjang. 4 7

Hipotensi pada analgesia spinal disebabkan sympathectomy temporer,

komponen blokade midthoracic yang tidak dapa dihindari dan tidak diinginkan.

Berkurangnya venous return dan penurunan afterload menurunkan maternal mean

arterial pressure, menimbulkan nausea, kepala terasa melayang dan dysphoria,

15

Page 16: Presus SC Asikk

dan berkurangnya perfusi uteroplacental. Jika MAP ibu dipelihara, maka gejala

pada ibu dapat dihindari dan perfusi uteroplacental tetap baik. Pada posisi pasien

terlentang terjadi kompresi parsial atau total vena kava inferior dan aorta oleh

masa uterus. Mekanisme kompensasi yang dilakukan oleh tubuh yaitu dengan

kenaikan venokonstriktor neurogenik. 4,5,6,7,8,9

Kebocoran cairan serebrospinal dari tempat pungsi meninges dianggap

merupakan factor utama timbulnya sakit kepala. Saat wanita tersebut duduk atau

berdiri volume cairan serebrospinal yang berkurang tersebut menimbulkan tarikan

pada struktur system saraf pusat yang sensitif rasa nyeri. Komplikasi yang tidak

menyenangkan ini dapat dikurangi dengan menggunakan jarum spinal ukuran

kecil dan menghindari banyak tusukan pada meninges. 3,7,8,12

Sebelum melakukan tindakan analgesia subaraknoid seharusnya dilakukan

evaluasi Minis volume darah pasien. Sebaiknya tidak melakukan teknik ini kalau

pasien dalam keadaan hipovolemia, atau keadaan yang menuurus hipovolemia

selama persalinan (misalnya plasenta previa), atau pasien yang mengalami

sindroma hipotensi terlentang yang manifestasi klinisnya terjadi saat persalinan.

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Hidrasi akut

Hidrasi akut dengan memberikan cairan kristaloid sebanyak 1000-1500 ml

tidak menimbulkan bahaya overhidrasi; tekanan darah, denyut jantung dan

nadi dalam batas normal. Menurut Wollman pemebrian cairan kristaloid

sebanyak 1000 ml hanya menaikkan tekanan vena sentral sebanyak 2mHg

dan nilainya masih dalam batas normal. 4,6,7,9

2. Mendorong uterus ke kiri

Usaha yang digunakan untuk mempertahankan perfusi uteroplacenta

mencakup posisi miring lateral kiri. Dengan mendorong uterus ke kiri paling

sediki 100 dapat dihindari bahaya kompresi vena kafa inferior dan aorta

sehingga dapat dicegah sindroma hipotensi terlentang. 4,6,8,9

3. Pemberian oksigen

Pada akhir kehamilan akan terjadi kenaikan alveolar ventilasi oksigen

sekitar 20% atau lebih. Hal ini mengakibatkan turunnya sampai 70% untuk

mengimbangi kenaikan konsumsi pCO2 sampai 30-32 mmHg. Pada saat

16

Page 17: Presus SC Asikk

persalinan hiperventilasi terjadi lebih hebat lagi, disebabkan rasa sakit dan

konsumsi oksigen dapat naik sampai 100%. Oleh karena itu apabila terjadi

hipoventilasi baik oleh obat-obat narkotika, anestesi umum maupun lokal,

maka akan mudah terjadi hipoksemia yang berat.4,9,10

4. Pemberian vasopressor: efedrin

Efedrin merupakan suatu simpatomimetik non katekolamin dengan

campuran aksi langsung dan tidak langsung. Efedrin meningkatkan curah

jantung, tekanan darah, dan nadi melalui stimulasi adrenergic alfa dan beta,

meningkatkan aliran darah coroner dan menimbulkan bronkodilatasi melalui

stimulasi reseptor beta 2. Efedrin mempunyai efek minimal terhadap alian

darah uterus, dieleminasi di hati dan ginjal. 4,6,7

V KESIMPULAN

17

Page 18: Presus SC Asikk

1. Diagnosis pasien pada kasus ini adalah G1P0A0 21 tahun UK 40

minggu+6minggu JTHIU presbo puki dengan KPD 14 jam pro SCTP dengan

anestesi spinal menggunakan obat bupivacaine, ondansentron.

2. Tahapan preoperative pada pasien ini diantaranya pemeriksaan menyeluruh

keadaan pasien pre operasi, puasa 6 jam sebelum operasi. Tahapan

intraopratif diantaranya adalah anestesi regional dengan anestesi spinal

menggunakan obat bupivacaine. Tahapan postoperative dilakukan dengan

melakukan pemantauan tekanan darah dan nadi di ruangan, pemberian cairan

RL, manajemen nyeri dan muntah.

3. Anestesi regional termasuk di dalamnya anestesi spinal lebih sering dipilih

karena memiliki penanganan nyeri post operasi lebih baik, mengurangi

kejadian efek samping anestesi, dan menurunkan resiko mortalitas post

operasi. Anestesi general atau umum memiliki efek buruk pada sistem imum

yairu depresi aktivitas sumsum tulang, mengganggu kerja fagositosis

makrofag, dan menginduksi imunosupresi.

4. Sebelum melakukan tindakan analgesia subaraknoid seharusnya dilakukan

evaluasi Minis volume darah pasien. Sebaiknya tidak melakukan teknik ini

kalau pasien dalam keadaan hipovolemia, atau keadaan yang menuurus

hipovolemia selama persalinan (misalnya plasenta previa), atau pasien yang

mengalami sindroma hipotensi terlentang yang manifestasi klinisnya terjadi

saat persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Presus SC Asikk

1. Gambling, RG.Hypertensive disorders In: Chensnut DH. Obstetric anesthesia

principles and practice 3rd, ed. Philadephia: Elsevier Mosby, 2004: 795-830.

2. Owen P. 2005. Caesarean section. Didapat dai: URL:

http://www.netdoctor.co.uk. (diakses tanggal 10 November 2013)

3. Elridge. 2000. Monitoring during caesarean section. Didapat dari: URL:

http://www.nda.ox.ac.uk (diakses tanggal 3 Maret 2006).

4. Stoelting RK, Hillier SC. 2006. Pharmacology & physiology in anesthetic

practice 4th edition. United state : Lippincott William & Wilkins; 209-263

5. Miller RD. 2005. Anesthesia for obstetrics. Miller’s anesthesia 6 th edition.

United kingdom: Elsevier Churchill Livingstone; 2315-2329

6. World Halth Organizaton. 2003. Managing complications in pregnancy and

childbirth. Didapat dari : URL : http://www.who.int. 2003 (diakses tanggal 10

November 2013).

7. Oyston j. A guide to spinal anesthesia for caesarean section. Didapat dari :

URL : http://oyston.com. 2000 (diakses tanggal 10 November 2013)

8. Scott D. Spinal anesthesia and specific cardiovascular conditions. Didapat

dari: URL : http://www.manbit.com. 1997 (diakses tanggal 10 November

2013)

9. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, editors. Clinical anesthesiology 4th

edititions. New York: the McGraw Hill company, 2006: 901-6

10. Faure EA. Anesthesia for pregnant patient. Departement of anesthesia and

critical care. University if Chicago 2002.

11. Gwinnut CL. Clinical anesthesia 2nd ed. Machester: Blackwell science Ltd

2004: 15-45.

12. Bonica JJ, Mc Donald JS. Caesarean section. Principles and practice of

obstetric anlegesia and anesthesia 2nd ed. Baltimore: William & Wilkins,

1995; 965-1003.

13. Longnecker DE. Anesthesiology. USA: McGraw-Hill Caompanies; 2008

14. Szadkowski C. Lokal and regional anesthesia. Kanonsspital: St Gallen. 2005

15. Tarkkila P. Complications associated with spinal anesthesia. Complications

of regional anesthesia. 2nd ed. 2007; p. 149-166.

19

Page 20: Presus SC Asikk

16. Latief SA, Kartini AS, Ruswan DM. Petunjuk praktis anestesiologi. 2nd ed.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2002: 107-112.

17. Kasdu, Dini. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. 2003. Jakarta: Puspa

Swara

18. Dewi, Yusmiati. 2007. Manajemen Stress, cemas: Pengantar dari A sampai Z.

Jakarta: Edsa Mahkota. Hal: 16

19. Wiknjosastro Prawirohardjo, 2005. Ilmu kebidanan, Yogyakarta: Yayasan

Bina Pustaka

20