presus meningoensefalitis.docx
TRANSCRIPT
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 1/17
1
PRESENTASI KASUS
MENINGOENSEFALITIS
Disusun untuk memenuhi sebagian
syarat kepaniteraan klinik anak
Di RSUD SALATIGA
Disusun oleh :
Reviolita Ariani
(20090310143)
Diajukan kepada :
Dr. Hj. Dwi Ambarwati Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
RSUD SALATIGA
2013
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 2/17
2
HALAMAN PENGESAHAN
MENINGOENSEFALITIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Kepaniteraan Klinik Anak
Di RSUD SALATIGA
Disusun Oleh:
Reviolita Ariani
20090310143
Telah dipresentasikan dan disetujui pada tanggal 10 Oktober 2013
Dokter pembimbing
dr. Hj. Dwi Ambarwati Sp.A
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 3/17
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Halaman Pengesahan 2
BAB I PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien 3
B. Data Subyektif 3
C.
Data Obyektif 3-4
D. Pemeriksaan Penunjang 5
E.
Assessment 6F. Diagnosis 7
G. Planning 7
H. Follow Up 7-8
I. Terapi 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI 10
B.
ETIOLOGI 10C.
PATOFISIOLOGI 11-12
D.
TANDA DAN GEJALA 12
E.
EPIDEMIOLOGI 12
F.
DIAGNOSIS 13
G.
DIAGNOSIS BANDING 13
H.
PENATALAKSANAAN 13
I.
KOMPLIKASI 14
J.
FAKTOR RESIKO 14K.
PENCEGAHAN 14
L.
PROGNOSIS 15
BAB III PEMBAHASAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 4/17
4
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. N.UUmur : 5 bulan
BB : 5kg
PB : 65cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gunung boto rt1/2 bancak semarang
No. RM : 256046
Tgl Masuk RS : 2 Oktober 2013 Jam : 5.30
Dirawat di : ICU
B. Data Subyektif
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung
Keluhan Utama : Kejang
RPS : Kejang 1 hari. Sebanyak 1x. Selama >5 menit. Sebelumnya
belum pernah kejang. Kaku hanya sebagian tubuh. Sebelum
dan sesudah kejang tidak menangis. Rahang bisa membuka.
Luka tusuk dalam (-) riwayat jatuh terbentur kepala (-) Demam
1 hari. Mendadak tinggi. Terus menerus. Menggigil (-) riwayat
bepergian keluar kota (-) mimisan (-) bintik merah (-) muntah
(-) batuk (-). Malas minum. Setiap BAK selalu menangis. BABlancar.
RPD : Riwayat penyakit dengan gejala serupa disangkal.
RPK : Riwayat penyakit serupa dikeluarga disangkal.
Riwayat kehamilan : Ibu sehat sewaktu mengandung, teratur melakukan kunjungan
antenatal di bidan terdekat, merokok (-) minuman keras (-)
Riwayat persalinan : Lahir tanggal 27 April 2013 di DKT. Ditolong dokter. BBLC
CB SMK. BBL 2700gr. PBL 47cm. Sehat. Asfiksia (-)
Riwayat imunisasi : Lengkap kecuali toksoid
Riwayat nutrisi : ASI perah (0-2bulan), PASI SGM Soya (2-5bulan)
C. Data Obyektif
KU : Tampak tidak sadar
Kesadaran : Somnolent, GCS E5V2M4
Vital sign
Nadi : 112x/menit
Suhu : 39oC
RR : 25x/menit
TD : -
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 5/17
5
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk : normochepal
Rambut : hitam, distribusi merataMata : edema palpebra (-) konjuntiva anemis (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : lidah kotor (-), gusi berdarah (-) faring hiperemis (-)
pembesaran tonsil (-)
Leher
Pembesaran lnn (-)
Thoraks
Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak cekung, simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-) Spleenomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas
Akral : hangat
CRT : <2 detik
Reflek patologis
Meningeal sign
P.Kaku kuduk (+)
P.Brudzinski I (+)
P.Brudzinski II (+)
P.Kernig (+)
Status Gizi
PB : 65cm BB: 5kg LK : 42cm
Status gizi : -2-3 SD (70-80%)
D. Pemeriksaan Penunjung
Px. Darah Rutin 04/10/2013
AL : 8 X 103 (Normal)
AE : 4.01 X 103 (Menurun)
Hb : 10.9 X 103 (Menurun)
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 6/17
6
Ht : 32.6 X 103 (Menurun)
AT : 439 X 103 (Normal)
MCV : 81.3 X 103 (Menurun)
MCH : 27.2 X 103 (Menurun)
MCHC : 33.4 X 10
3
(Normal)
Px Kimia Klinik
GDS : 26 mg/dl
Na : 142 mg/dl
K : 3.8 mmol/e
Cl : 105 mmol/e
Ca : 8 mg/dl
Px Urine Rutin
Warna : kuning
Bau : khas
PH :5.5
Kejernihan : jernih
Berat jenis : >1.030
Protein : 70mg/dl
Reduksi : Neg
Bilirubin : Neg
Urobilinogen : Neg
Keton : over (+4) mg/dl Nitrit : Neg
Blood : 0.03 mg/dl
Leukosit : Neg
Head CT scan
-
Tak tampak kelainan pada foto head CT scan saat ini
-
Tak tampak gambaran lesi intracerebral maupun intracerebellar
E. Asessment
Resume Anamnesis
Kejang 1 hari. Sebanyak 1x. Selama >5 menit. Kaku hanya sebagian tubuh. Sebelum
dan sesudah kejang tidak menangis. Rahang bisa membuka. Luka tusuk dalam (-).
Demam 1 hari. Mendadak tinggi. Terus menerus. Menggigil (-) riwayat bepergian
keluar kota (-) mimisan (-) bintik merah (-) muntah (-) batuk (-). Malas minum.
Setiap BAK selalu menangis. BAB lancar.
Resume Px. Fisik
Febris (+) lidah kotor (-) hepatomegali (-) spleenomegali (-) petekie (-) kaku kuduk
(+) brudzinski I & II (+) kernig sign (-)
Resume Px. Penunjang
Leukopenia (-) Anemia (+) Hematokrit menurun, Trombosit dbn.
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 7/17
7
F. Diagnosis
Diagnosis klinis : 1. Obs kejang
DD : Meningoencefalitis
MeningitisEnsefalitis
Kejang demam simpleks
Kejang demam kompleks
Kejang trauma kepala
Kejang gangguan elektrolit
Tetanus
2. Obs febris
DD: DF
DHF
Tifoid
Malaria
ISK
G. Planning
1.
Terapi suportif
-
O2 nasal 1lt
-
IVFD D1/4S 14tpm
2.
Terapi kausatif
-
Anti kejang : Diazepam 1x5mg-
Antipiretik : Paracetamol 3x50mg
- Antibiotik : Inj Cefotaxim 2x20mg
- Anti inflamasi : Inj Dexamethason 2x0.2mg
- Neuroprotektor : Inj citikolin 2x40mg
Neuroprotektor : Inj piracetam 2x50mg
3.
Terapi simptomatik
-
Antiemetik : Inj ODR 2x0.5mg
-
Inj Ranitidin 2x7.5mg
H. Follow Up
Tanggal S O A P
05/10/2013 Demam (+)
kejang (+)
spastik (+)
Gerak (+)
merintih (+)
menangis (-)
KU : lemah,
somnolent
T= 36.2
N=85x/menit
RR=16x/menit
Kaku kuduk
(+)
Brudzinski I &II (+)
Obs febris
Obs kejang
KDS
KDK
Kejang gangguan
cairan
Kejang trauma
kepalatetanus
-O2nasal 1lt
-IVFD D1/4S
14tpm
-Inj amikasin
1x50mg
-Inj
dexamethason
2x0.2mg-Inj Cefotaxim
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 8/17
8
Kernig (+) ISK 2x20mg
-Inj ODR
2x0.5mg
-Inj citicolin
2x40mg
-Inj phenitoin2x15mg
-Inj piracetam
2x50mg
-Inj ranitidin
2x7.5mg
Inj kalnex
3x50mg
06/10/2013 Demam (+)
Kejang (-)
spastik (+)
merintih (+)menangis (-)
KU: lemah,
somnolent
T=36,8
N=100xx/menit
RR=24x/menit
Reflek pupil
(+)
Pupil isokor
+/+
CRT ≤2detik
Obs febris
Obs kejang
KDK
ISK
-O2 nasal 1lt
-Inf D1/4S
14tpm
-Inj ceftriaxon2x125mg
-Inj Amikasin
1x50mg
-Inj
dexamethason
2x0.2mg
-Inj phenitoin
2x15mg
-Inj piracetam
2x50mg
-Inj ranitidin
2x7.5mg
-Inj kalnex
3x50mg
-Paracetamol
3x50mg
07/10/2013 Demam (+)
Kejang (+)
merintih (+)
spastik (+)
KU: lemah,
somnolent
T=37,3
N=132x/menit
RR=66x/menitReflek pupil
(+)
Pupil isokor
+/+
CRT ≤2detik
Obs febris
Obs kejang
Susp.
meningoencefalitis
-O2 nasal 1lt
-Inf D1/4S
14tpm
-Inj ceftriaxon
2x125mg-Inj Amikasin
1x50mg
-Inj
dexamethason
2x0.2mg
-Inj phenitoin
2x15mg
-Inj piracetam
2x50mg
-Inj ranitidin
2x7.5mg-Inj kalnex
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 9/17
9
3x50mg
-Carbamazepin
40mg (2x1)
-Piracetam
75mg (2x1)
-Paracetamol3x50mg
08/10/2013 Demam (+)
kejang (+)
spastik (+)
gerak (+)
menangis
(+)
KU: lemah,
somnolent
T=37,2
N=132x/menit
RR=66x/menit
Reflek pupil
(+)
Pupil isokor
+/+
CRT ≤2detik
Obs febris
Obs kejang
Susp.
meningoencefalitis
-O2 nasal
-Inf D1/4S
14tpm
-Inj citicolin
2x40mg
-Inj phenitoin
2x40mg
-Carbamazepin
40mg (2x1)
09/10/2013 Demam (+)
kejang (+)
gerak (+)
spastik (+)
menangis
(+)
KU: lemah,
compos mentis
T=37,3
N=135x/menit
RR=32x/menit
Reflek pupil
+/+
Pupil isokor
+/+
CRT ≤2detik
Susp.
meningoencefalitis
-O2 nasal
-Inf D1/4S
14tpm
-Inj citicolin
2x40mg
-Inj ceftriaxon
2x125mg
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 10/17
10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi
otak dan medula spinalis).
Encephalitis adalah peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput
pembungkus otak dan medulla spinalis.
Meningoencephalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan
otak.
Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan meningoensefalitis
seperti bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus. Penyebab yang
terpenting dan tersering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi
terdahulu.
1.
Infeksi virus yang bersifat epidemik
a.
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, coxsackie, ECHO
b.
Golongan Arbovirus : western equine enchepalitis, St.louis encephalitis,Eastern equine encephalitis, Japanese B enchepalitis, Russian spring summer
encephalitis, Murray valley encephalitis.
c.
Dari orang ke orang : morbili, gondong, rubella, HSV-1 HSV-2, Varisela-
zoster, sitomegalovirus (CMV) , kelompok pox, influenza A dan B. .
2.
Infeksi non virus
a.
Bakteri : H.influenza tibe b, Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus,
meningococcus, salmonela dan meningitis tuberkulosa.
b.
Amoeba : Naegleria, Acanthamoeba, Balamuthiac. Ricketsia
d. Mycoplasma pneumoniae
e. Spirocheta : Sifilis, leptospirosis
f.
Cat-scratch fever
g.
Jamur : kriptococcus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis, kandidosis,
koksidiodomikosis
h.
Protozoa : plasmodium, tripanosoma, toksoplasma
i.
Metazoa : throchinosis, ekinokokosis, sistiserkosis, skistomiasis
3.
Kelompok tidak diketahui
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 11/17
11
Patofisiologi dan Patogenesis
1. Virus
Urutan kejadian bervariasi sesuai dengan agen infeksi dan hospes. Pada
umumnya virus masuk sistem limfatik, melalui penyebaran enterovirus, pemasukan
pada membran mukosa oleh campak, rubela, VVZ atau HSV atau dengan penyebaran
hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. Ditempat tersebut mulai terjadi
multiplikasi dan masuk aliran darah menyebabkan infeksi beberapa organ. Pada
stadium ini (fase ekstraneural) ada demam sistemik, tetapi jika terjadi multiplikasi
virus lebih lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran sekunder sejumlah virus
dapat terjadi. Invasi SSS disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis. HSV-1mungkin mencapai otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson saraf.
Kerusakan neurologis disebabkan (1) oleh invasi langsung dan penghancuran
jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan atau (2) oleh reaksi hospes
terhadap antigen virus. Kebanyakan penghancuran saraf mungkin karena invasi virus
secara langsung, sedangkan respon jaringan hospes yang hebat mengakibatkan
demielinasi dan penghancuran vaskuler serta perivaskuler.
Potongan jaringan otak biasanya ditandai dengan kongesti meningeal dan
infiltrasi mononuklear, manset limfosit dan sel plasma perivaskuler, beberapanekrosis jaringan perivaskuler dengan pecahan mielin, gangguan saraf pada berbagai
stadium termasuk pada akhirnya neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis endotel.
Korteks serebri terutama lobus temporalis sering terkena oleh virus herpes simpleks,
arbo virus cenderung mengenai seluruh otak, rabies mempunyai kecendrungan
(predileksi) pada struktur basal. Keterlibatan medula spinalis, radiks saraf dan saraf
perifer sangat bervariasi.
2. Bakteri
Meniningoensefalitis bakteri paling sering akibat penyebaran mikroorganisme
hematogen dari tempat infeksi yang jauh. Bakteremia biasanya mendahului atauterjadi bersamaan.Contohnya organisme nasofaringh menyerang pembuluh-pembuluh
darah yang terdapat didaerah tersebut dan memasuki aliran darah keserebral atau
membentuk tromboemboli yang melepaskan emboli sepsis ke dalam aliran darah. H
influenza tipe B dan meningokokus melekat pada reseptor sel epitel mukosa dengan
pili. Pasca perlekatan pada sel epitel, bakteri menerobos mukosa dan masuk sirkulasi.
N meningitidis dapat diangkut melewati permukaan mukosa dalam vakuola fagosit
pasca penelanan oleh sel epitel. Ketahanan hidup bakteri dalam aliran darah diperkuat
oleh kapsul bakteri besar yang mengganggu opsonofagositosis dan disertai dengan
bertambahnya virulensi.
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 12/17
12
Bakteri masuk CSS melalui pleksus khoroideus ventrikel lateralis dan
meningen. Kemudian bakteri bersirkulasi ke CSS ekstraserebral dan sela
subarakhnoid dan dengan cepat memperbanyak diri karena kadar komplemen dan
antibodi CSS tidak cukup untuk menahan proliferasi bakteri. Faktor kemotaktik
kemudian mendorong respons radang lokal yang ditandai dengan infiltrasi sel PMN.Adanya lipopolisakarida dinding sel bakteri (endotoksin) bakteri gram negatif (H
influenza tipe B dan N meningitidis) dan komponen-komponen dinding sel
pneumokokus merangsang respon radang yang mencolok dengan memproduksi lokal
faktor nekrosis tumor, IL-1, prostaglandin E dan mediator radang sitokin lain. Respon
radang berikutnya secara langsung terkait dengan adanya mediator radang ini,
ditandai dengan infiltrasi neutrofil, kenaikan permeabilitas vaskuler, perubahan sawar
darah otak dan trombosis vaskuler.
Tanda dan Gejala
1.
Neonatus : Menolak makan, reflek menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot
lemah, menangis lemah.
2. Anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor,
koma, kaku kuduk, kernig sign (+) brudzinski (+)
Secara umum tanda dan gejala dari meningoenchepalitis yaitu (Nelson, 1992) :
1. Panas tinggi ( gejala kardinal)
2. Kesadaran menurun (gejala kardinal)
3. Kejang fokal maupun umum (gejala kardinal)
4.
Meningeal sign (+)5. Ubun-ubun menonjol
6. Nyeri kepala
7.
Mual,muntah
8. Mengigau dan berteriak teriak
9. Tidak mau makan
10. Malas, lemah
11. Pernafasan tidak teratur
12. Letargi
13. Koma
Epidemiologi
Sebelum digunakannya vaksin pneumococcal secara rutin, kasus meningitis
yang disebabkan bakteri di Amerika Serikat adalah 6000 kasus/tahun. Meningitis
yang disebabkan N meningitidis sekitar 4/100.000 anak (1-23bulan), S pneumoniae
6.5/100.000 anak (1-23bulan). Sejak penggunaan rutin vaksin, insiden meningitis
yang disebabkan oleh N meningitidis, S pneumoniae dan H influenza sudah
berkurang. Insiden meningitis bakteri pada neonatus adalah 0.25-1 kasus/1000
kelahiran hidup
Secara keseluruhan insiden meningoensefalitis didunia adalah 17/100.000
dengan insiden tertinggi di Afrika yaitu 38/100.000 insiden terendah di Eropa yaitu
6/100.000. angka kematian tertinggi di Afrika yaitu 28/100.000 dan terendah di Eropayaitu 3/100.000
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 13/17
13
Diagnosis
Diagnosis etiologis virus hanya dapat dibuat dengan isolasi virus. Dalam praktek pemeriksaan serologis tidak dikerjakan berhubung banyaknya jenis virus yang
dapat menyebabkan penyakit ini. Diagnosis biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis,
kelainan liquor serebrospinalis dan perjalanan penyakit yang self limited. Biakan
liquor terhadap kemungkinan penyebab mikroorganisme lain harus dikerjakan
(fungus, leptospira, mikobakteria) agar kemungkinan mikroorganisme tersebut
sebagai penyebabnya dapat disingkirkan.
Diagnosis etiologis bakteri diperkuat dengan analisis cairan CSS yang
menunjukkan mikroorganisme pada pewarnaan Gram dan biakan darah, pleositosis
neutrofil, kenaikan kadar protein dan penurunan kadar glukosa. Pungsi Lumbal harus
segera dilakukan bila meningitis bakteri dicurigai. Biakan darah dapat menampakkan bakteri yang menyebabkannya pada 80-90% kasus pada anak. Angka leukosit CSS
pada meningitis bakteri biasanya naik sampai > 1.000 dan menunjukkan dominasi
neutrofil (75-100%) kasus.
Diagnosis banding
1.
Kejang demam simplek
2. Kejang demam komplek
3.
Kejang gangguan elektrolit
4. Kejang trauma kepala
5.
Tetanus6. Abses otak
7. Empiema subdural
Penatalaksanaan
1. Pasang oksigen jika kesadaran anak menurun, kejang atau kondisi jelek.
2.
Obat antikonvulsif diberikan segera untuk mengatasi kejang , dapat diberikan
diazepam 0,5mg/kgbb/kali intravena dan dapat diulang dengan dosis sama 15
menit kemudian bila kejang belum berhenti. Segera dilakukan pemasangan IVFD
dan jenis cairan yang diberikan tergantung keadaan anak, bisa diberikan ringer
lactat, lanjut cairan D1/2.
3.
Pilihan terapi awal harus didasarkan pada kerentanan antibiotik H.influenza tipe b,
S.pneumonia dan N. Meningitidis. Antibiotik harus mencapai kadar bakterisid
pada CSS. Sefalosporin generasi ketiga, Ceftriaxon atau cefotaxim. Dosis
ceftriaxon 100mg/kgBB/24jam harus diberikan sekali sehari atau
50mg/kgBB/dosis diberikan setiap 24 jam. Dosis cefotaxim adalah
200mg/kg/24jam diberikan setiap 6 jam.
4. Berikan paracetamol jika anak panas
5. Sampai penyebab bakteri dikesampingkan, terapi antibiotik parenteral harus
diberikan. Untuk infeksi ringan pengobatan dibatasi untuk memberikan
penyembuhan gejala, sedangkan untuk infeksi berat ditujukan untuk
mempertahankan kehidupan dan mendukung setiap sistem organ.
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 14/17
14
6. Nyeri kepala dan hiperestesia diobati dengan istirahat, analgesik yang tidak
mengandung aspirin dan pengurangan cahaya ruangan, kebisingan dan tamu.
Berikan penurun panas untuk demam. Penting untuk diantisipasi dan dipersiapkan
untuk edema otak, hiperpireksia, pertukaran pernafasan tidak cukup,
keseimbangan cairan dan elektroli terganggu
Komplikasi
Selama pengobatan, komplikasi karena pengaruh infeksi CSS atau sistemik
adalah lazim. Komplikasi neurologis termasuk kejang-kejang. Kenaikan tekanan
intrakranial, kelumpuhan saraf kranial, stroke, trombosis sinus venosus dura dan efusi
subdural.
Faktor resiko
Enterovirus menyebabkan lebih dari 80% kasus dari semua kasus. Penyebab
infeksi lazim lainnya adalah arbovirus dan herpes virus. Infeksi dengan enterovirus
disebarkan secara langsung dari orang ke orang dengan masa inkubasi biasanya 4-6hari. Kebanyakan kasus pada iklim sedang terjadi pada musim gugur dan musim
panas. Resiko terbesar pada bayi antara umur 1 dan 12 bulan, 95% kasus terjadi antara
umur 1 bulan dan 5 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada semua umur.
Pencegahan
Penggunaan yang luas vaksin virus yang efektif untuk polio, campak, parotitis
dan rubella yang dilemahkan telah hampir melenyapkan komplikasi SSS dari penyakit
ini di Amerika Serikat. Keberadaan program vaksin binatang domestik terhadap
rabies telah mengurangi frekuensi ensefalitis rabies. Pengendalian ensefalitis karena
arbovirus kurang berhasil karena vaksin spesifik untuk penyakit arbovirus yang terjadidi Amerika Utara tidak tersedia. Namun, pengendalian vektor serangga dengan
metode penyemprotan yang sesuai dan pemberantasan tempat-tempat
perkembangbiakan mengurangi insiden infeksi ini.
Vaksinasi dan profilaksis antibiotik kontak yang rentan dan beresiko
menggambarkan dua cara pengurangan kemungkinan meningitis bakteri yang
tersedia. Ketersediaannya dan pemakaian setiap pendekatan ini berbeda untuk setiap
tiga penyebab utama meningitis bakteri pada anak. Pada Haemophilus influenza tipe
B, Profilaksis rifampin harus diberikan pada semua kontak rumah tangga, termasuk
orang dewasa, jika salah satu anggota keluarga berumur kurang dari 4 tahun belum
diimunisasi sepenuhnya. Dosis rifampisin adalah 20mg/kg/24 jam (maksimum600mg) diberikan setiap hari selama 4 hari. Pada Neisseria meningitidis
kemoprofilaksis dianjurkan pada semua kontak dekat penderita meningitis
meningokokus tanpa memandang umur atau status imunisasi. Kontak dekat harus
diobati dengan rifampin 10mg/kg/dosis setiap 12 jam selama 2 hari (dosis maksimum
600mg) sesegera mungkin sesudah identifikasi kasus meningitis meningokokus atau
sepsis. Pada streptococcus pneumoniae tidak diperlukan kemoprofilaksis atau
vaksinasi untuk hospes normal yang mungkin merupakan kontak penderita dengan
meningitis pneumokokus, sebagai kasus sekunder yang jarang terjadi.
Prognosis
Pada meningitis yang disebabkan oleh virus merupakan penyakit self limited
dan penyembuhan dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan 7-14 hari pada
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 15/17
15
keadaan yang berat. Kebanyakan anak sembuh secara sempurna dari infeksi virus SSS
walaupun prognosis tergantung keparahan penyakit klinis, etiologi spesifik, dan umur
anak. Jika penyakit klinis berat dengan bukti adanya keterlibatan banyak parenkim,
prognosis jelek dengan kemungkinan defisit yang bersifat intelektual, motorik,
psikiatrik, epileptik, penglihatan atau pendengaran
Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, pengenalan yang tepat, terapi
antibiotik segera, dan perawatan pendukung akan menurunkan mortalitas. Mortalitas
tertinggi diamati terdapat pada meningitis pneumokokus. Sekuele perkembangan saraf
berat dapat terjadi pada 10-20% penderita yang sembuh. Dan sebanyak 50%
mempunyai beberapa morbiditas neurobehaviour meskipun tidak begitu kentara.
Prognosis jelek pada bayi sebelum umur 6 bulan dan pada mereka yang CSSnya
mengandung lebih dari 106 CFU bakteri/mL. Mereka yang dengan kejang >4 hari
dalam terapi, atau penderita dengan koma atau tanda neurologis pada saat datang juga
cenderung mempunyai sekuele yang lebih lama. Sekuele neurologis yang paling
sering adalah kehilangan pendengaran, retardasi mental, kejang-kejang, penundaan
dalam penerimaan bahasa, gangguan penglihatan dan masalah perilaku.
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 16/17
16
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam menentukan diagnosa dan penatalaksanaan kasus anak yang harus dilakukan
terhadap pasien dalah anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasusini seorang anak berumur 5 bulan didiagnosis : Susp. Meningoencefalitis
Dasar diagnosis meningoencefalitis pada pasien ini adalah berdasarkan anamnesis
gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis pasien ini didapat beberapa gejala khas
dari meningoencefalitis sesuai dengan gejala kardinal dan tanda serta gejala umum lainnya
meningoencefalitis, yaitu :
1. Panas tinggi ( gejala kardinal)
2. Kesadaran menurun (gejala kardinal)
3. Kejang fokal maupun umum (gejala kardinal)
4. Tidak mau makan, tidak mau minum
5. Gangguan kesadaran, letargi
Pada pemeriksaan fisik pasien ini juga didapat tanda khas dari meningoencefalitis
yaitu meningeal sign (+) antara lain kaku kuduk (+), Brudzinski I dan II (+) kernig (+)
Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak ditandai dengan
peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalan cairan serebrospinal dan terbukti adanya
bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. Seringkali didahului infeksi pada
saluran nafas atas atau saluran cerna seperti demam, batuk, pilek, diare atau muntah dan
meningismus dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, gangguan
kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran dan iritabilitas. Dapat juga ditemukan ubun-
ubun yang menonjol serta kaku kuduk atau tanda rangsang meningeal lainnya, kejang dan
defisit neurologis. Pada kasus ini didapatkan adanya penurunan kesadaran, tanda meningeal
yaitu kaku kuduk, brudzinski I dan II serta kernig sign (+) namun angka leukosit didapatkan
normal, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui pungsi lumbal
untuk menegakkan diagnosis pasti meningitis bakterial.
Ensefalitis adalah peradangan jaringan otak dengan penyebab tersering adalah virus.
Gejala klinis dapat berupa suhu mendadak naik, sering sampai hiperpireksia, kesadaran
menurun dengan cepat dan kejang. Muntah sering ditemukan. Kejang dapaat bersifat umum
atau fokal. Terdapat gejala serebral lainnya seperti paresis, paralisis, afasia, dsb. Pada kasus
ini ditemukan adanya penurunan kesadaran dan kejang. Hal ini dapat dinilai pada pasien yang
tidak menangis sebelum dan sesudah kejang. Namun diagnosis etiologis dapat ditegakkan
dengan melakukan biakan pada darah, analisis cairan serebrospinal serta dari feses untuk
menemukan jenis enterovirus.
7/21/2019 PRESUS meningoensefalitis.docx
http://slidepdf.com/reader/full/presus-meningoensefalitisdocx 17/17
17
DAFTAR PUSTAKA
Bechrman RE, Kligman RM, Nelson WE, Arvin M. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-
15 Philadelpia: WB Saunders Co, 1992.h.
http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview
Muller ML, Steele RW. Journal of Pediatric Bacterial Meningitis. 2013.
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO Indonesia. 2009. Jakarta. Hal 16
Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Cetakan ke11. 2007. Infomedika Jakarta. Hal 847-855