presus depresi
TRANSCRIPT
MANAJEMEN KASUS
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta
Disusun oleh:
Ninda Devita
08711236
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Nanas, Tileng, Ginisuko, Gunung Kidul
Datang ke Rumah Sakit : 14 Januari 2013
Tanggal pemeriksaan : 21 Januari 2013
No RM : 020971
II. ANAMNESIS
2.1. Autoanamnesis
Anamnesa diperoleh secara autoanamnesa pada tanggal 21 Januari 2013.
Pasien mengaku datang ke RSJ Grhasia 1 minggu yang lalu di antar oleh suami dan anak.
Pasien tidak bisa tidur sejak 1 minggu SMRS. Pasien sering terbangun tengah malam dan tidak
bisa tidur sampai pagi. Pasien tidak mengetahui sebabnya dan mengatakan tidak ada yang
dipikirkan. Pasien merasa bingung, mudah lelah, aktivitas kurang, mudah lelah konsentrasi
kurang, nafsu makan turun. Pasien menyangkal adanya bisikan, melihat bayangan, atau mencium
bau-bau. Pasien mengaku merasa mempunyai dosa besar yang tidak bisa diampuni. Pasien juga
merasa dirinya tidak berguna dan ingin bunuh diri. Pasien sering sakit berupa operasi kandungan
dua kali dan sering merasa dada, perut, dan badan panas. Pasien sudah pernah mondok di RSJ
Ghrasia dan di rumah obat diminum teratur.
2
2.2. Alloanamnesis
Alloanamnesa didapatkan pada tanggal 22 Januari 2013 diperoleh dari suami pasien dan
Rekam Medis.
Identitas Nara Sumber
Nama Bp. M
Alamat Nanas, Tileng, Ginisuko, Gunung Kidul
Pendidikan SMA
Pekerjaan Perangkat desa
Umur 46 tahun
Hubungan Suami
Lama kenal Sejak menikah 22 tahun yang lalu
Sifat kenal Akrab
A. Keluhan Utama
Pasien tampak bingung
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu SMRS terjadi perubahan perilaku pasien secara mendadak. Pasien tampak
bingung dan gelisah. Kegiatan sehari-hari berkurang tetapi masih bisa masak dan terkadang ke
sawah. Pasien sering mengurung diri di kamar. Pasien juga tidak bisa tidur dan nafsu makan
berkurang. Narasumber melihat pasien menjadi murung dan sulit tersenyum. Narasumber juga
sempat melihat pasien menangis dan saat ditanya mengapa pasien tidak mau menjawab. Pasien
mengatakan pada narasumber bahwa hidupnya tidak berguna dan ingin bunuh diri. Narasumber
belum pernah melihat pasien ada usaha untuk mencoba bunuh diri. Namun, pasien pernah
bercerita kepada narasumber bahwa pernah mencoba menyetrum diri sendiri. Pasien rutin minum
3
obat karena narasumber sendiri yang mengawasi pasien masalah obat. Sebelum kejadian ini,
sawah pasien mengalami gagal panen karena terendam air.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Psikiatri
Sejak 8 tahun yang lalu pasien pernah mondok di RSJ Grhasia sebanyak tiga kali. Mondok
pertama tahun 2005. Saat itu pasien sering marah-marah, bicara sendiri, dan merasa orang-orang
tidak menyukainya. Pasien juga merasa ingin bunuh diri. Sebelumnya pasien menjalani operasi
dua kali dalam 8 bulan yaitu usus buntu dan pengangkatan rahim karena ada tumor. Kemudian
pasien mondok kurang lebih 1 bulan. Setelah pulang, kondisi pasien membaik dan sudah bisa
beraktivitas sebagai ibu RT dan bertani. Obat terkadang tidak diminum karena pasien merasa
sudah sehat.
Tahun 2007 terjadi peningkatan gejala lagi berupa bingung, sulit tidur, merasa bersalah,
takut akan bayang-bayang, bicara sendiri, merasa sudah mati dan berada di surga. Faktor
pencetus tidak jelas. Pasien akhirnya mondok di RSJ Grhasia. Kegiatan pasca mondok baik dan
tidak ada gejala. Aktivitas normal. Pasien memang susah untuk minum obat.
Tahun 2012 terjadi perubahan perilaku pasien. Pasien menjadi bingung, bicara kacau, sulit
tidur, mendengar suara-suara yang menjelekkan dirinya, merasa orang-orang membencinya.
Sebelum mondok pasien ada masalah dengan tetangga. Namun, hal tersebut dipendam sendiri
dan tidak diceritakan kepada suami. Putus obat selama 3 tahun. Pasien mondok kembali di RSJ
Grhasia, Setelah pulang, aktivitas normal. Pasien masih sulit minum obat. Namun, oleh suami di
awasi dengan ketat.
Riwayat penyakit medis lain:
Pasien sempat terkena TBC tahun 2007 terapi selesai
Pasien sempat terkena usus buntu dan tumor kandungan tahun 2005
Grafik Perjalanan Penyakit
4
D. Riwayat Keluarga
a. Pola Asuh Keluarga
Tidak ada informasi
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Adik ibu pasien juga memiliki keluhan yang sama seperti pasien namun tidak
diperiksakan ke petugas medis.
c. Silsilah Keluarga
E. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Kelahiran
Tidak ada informasi
b. Latar Belakang Perkembangan Mental
Tidak ada informasi
5
c. Perkembangan Awal
Tidak ada informasi
d. Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan pendidikan sampai SMA. Tidak ada hambatan dalam belajar
ataupun sering tinggal kelas.
e. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani dengan sawah milik sendiri. Pasien juga merangkap
sebagai ibu RT di kampungnya. Beberapa bulan yang lalu sawah pasien terendam air
sehingga gagal panen. Padahal untuk musim tanam ini pasien sudah mengeluarkan
modal banyak.
f. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Pasien rajin melaksanakan sholat lima waktu dan terkadang mengaji setelah sholat.
g. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah selama 22 tahun. Pasien sudah dikaruniai anak satu,
perempuan, berumur 20 tahun, sedang kuliah. Pasien mengalami pengangkatan rahim
pada tahun 2005 karena tumor kandungan. Hubungan dengan suami dan anak baik.
Tetapi memang pasien jarang menceritakan masalahnya kepada suami.
h. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Pasien mudah tersinggung, sensitif, sering memendam masalah sendiri, hanya sedikit
memiliki teman dekat.
i. Hubungan Sosial
6
Pasien aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di kampung. Pasien sebagai ibu RT di
kampungnya.
j. Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi keluarga cukup. Pasien dan suami bekerja sebagai petani. Suami juga
bekerja sebagai perangkat desa
k. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Hubungan dengan suami dan anak baik.
Hubungan dengan tetangga saat ini baik, walaupun dulu sempat ada masalah.
Ekonomi keluarga cukup. Pasien masih bekerja sebagai petani.
F. Faktor yang Mendahului
Faktor Organik:
Riwayat trauma kepala (-), kejang (-)
Faktor Predisposisi
Kepribadian pasien tertutup, sulit berteman akrab, mudah tersinggung.
Kelurga pasien memiliki keluhan yang sama seperti pasien
Faktor Presipitasi
Gagal panen
G. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis secara umum dapat dipercaya.
F. Kesimpulan Anamnesis
Seorang perempuan, 43 tahun, sejak 1 minggu SMRS terjadi peningkatan gejala
berupa sulit tidur, bingung, menangis nafsu makan turun, dan ingin bunuh diri. Pasien
merasa berdosa besar dan tidak berguna. Pasien pernah mondok di RSJ Grhasia sebanyak
7
3x sejak tahun 2005. Riwayat putus obat (+), tetapi sebelum mondok ini pengobatan
teratur.
Peningkatan gejala terlihat setelah pasien mengalami gagal panen. Bibi pasien juga
memiliki gejala serupa pasien. Kepribadian pasien cenderung tertutup, susah memiliki
teman akrab dan mudah tersinggung.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Internis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mm Hg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,7° C
Kepala : mesochepal, rambut hitam tidak mudah dicabut, Konjungtiva
anemis (-), Sklera ikterik (-), Pupil kanan dan kiri Isokor, bibir kering (-), lidah kotor (-)
Leher : Deviasi trakea (-), struma (-), JVP tidak meningkat
Thoraks:
Paru-paru : Simetris, vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : Ictus cordis tidak nampak, S1-S2 reguler
Abdomen : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Tonus dan pergerakan normal,
Status Neurologis
Nervus Cranial I – XII: Kesan dalam batas normal
Motorik : tonus otot normal, koordinasi gerak baik, reflex fisiologis (+),
refleks patologis (-), tremor (+)
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Pemeriksaan status mental dilakukan tanggal 21 Januari 2013.
8
a. Keadaan Umum : tampak pasien perempuan, sesuai umur, rawat diri baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Orientasi : O/ W/ T/ S baik
d. Sikap/ tingkah laku : kooperatif, hipoaktif
e. Roman muka : hipomimik
f. Mood dan Afek : disforik, tumpul
g. Bentuk pikir : non realistik
h. Isi pikir : waham nihilistik (+), waham dosa (+), ide bunuh diri (+)
i. Progresi pikir:
Kualitatif : koheren, relevan
Kuantitatif : sedikit bicara, reming
j. Halusinasi : -
k. Ilusi : -
l. Hubungan jiwa : mudah
m. Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum
n. Insight : derajat III
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaaan tanggal 15 Januari 2013
a. Darah Rutin
Hb 14,6 g/dl
Leukosit 5,9 rb/mmk
LED I 21 mm/jam
Eritrosit 5,01 juta/mmk
Hematokrit 42,5%
Trombosit 278 ribu/mmk
Hitung Jenis Leukosit
Eusinofil 1%
Basofil 0
Neutrofil Segmen 0
Neutrofil Batang 0
Limfosit 31%
Monosit 1%
b. Kimia darah
SGPT 18,1 U/l SGOT 30,8 U/l
9
c. Tes Fungsi Ginjal
Ureum 15,7 mg/dl Kreatinin 0,77 mg/dl
VI. SINDROM YANG DIDAPAT
1. Sindrom Psikosis
Waham nihilistik dan dosa, insight jelek
2. Sindrom Depresi
Mood disforik, Sikap tingkah laku hipoaktif, Reming, Ide bunuh diri
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik dan Gejala Somatik (F 32.31)
No Kriteria diagnosis Pasien
1 Memenuhi kriteria umum untuk gangguan depresi berat
Terpenuhi
2 Disertai waham, halusinasi, atau strupor depresif. Terpenuhi
2. Skizoafektif Tipe Depresi (F25.1)
No. Kriteria diagnosis Pasien
1 Afek depresi harus menonjol dengan dua gejala khas seperti uraian episode depresi
Terpenuhi
2 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, an sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia
Tidak Terpenuhi
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Aksis I : Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala psikotik dan
Gejala Somatik (F 33.31)
Aksis II : Kepribadian cenderung skizoid
10
Aksis III : Sindrom Ekstrapiramidal
Aksis IV: Masalah ekonomi berupa gagal panen
Aksis V : 60 – 51 (gejala sedang, disabilitas sedang dalam fungsi sosial)
IX. INVENTARISASI MASALAH
Kepribadian cenderung skizoid
Terdapat ide bunuh diri
Riwayat gangguan jiwa pada keluarga
X. PENATALAKSANAAN
X.1. Terapi Psikofarmaka
a. Antidepresan
Fluoxetine 20 mg 1-0-0
Fluoxetine merupakan obat golongan SSRI dipilih karena efek sampingnya minimal,
spektrum antidepresinya luas, lethal dose yang tinggi sehingga relatif aman. Fluoxetine
diberikan pagi hari karena efek sedatifnya rendah sehingga tidak mengganggu aktivitas.
Fluoxetine diberikan selama enam bulan 9-12 bulan setelah remisi. Dosis penuh yang
diberikan karena riwayat episode depresi berulang di masa lalu baru kemudian diturunkan
pelan-pelan untuk mencegah withdrawl syndrome.
b. Antipsikotik
Haloperidol 1,5 mg 1/2-0-1
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1/4
Antipsikotik diberikan karena ada gejala psikotik pada pasien ini. Haloperidol yang
dipilih karena respon terapi yang baik di masa lalu dengan obat ini. Dosis pada pagi hari
diturunkan menjadi ½ tablet karena ada gejala sindrom ekstrapiramidal. Sedangkan
chlorpromazine dibarikan karena insomnia yang diderita oleh pasien. Obat ini memiliki
efek sedasi yang kuat.
c. Antikolinergik11
Trihexyphenidyl 2 mg 1-1-1
Trihexyphenidyl termasuk golongan antikolinergik. Obat ini diberikan karena adanya
gejala Sindrom Ekstrapiramidal.
X.2. Psikoedukatif/Psikoterapi
a. Terapi individual
Terapi suportif
Terapi ini berfungsi untuk membantu pasien untuk mengenali kelemahan dan
kekuatan dirinya, membangkitkan percaya diri, dan memberikan solusi untuk
masalah yang dihadapi.
Terapi kognitif
Terapi ini untuk mengubah persepsi pasien dari pikiran/ keyakinan yang salah.
Apalagi pada pasien ini ada ide bunuh diri. Menurut beberapa penelitian, terapi
kognitif ditambah psikofarmaka mengurangi angka kekambuhan (Paykel, 2001).
b. Terapi kelompok
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan interpersonal pasien. Terapi ini
diperlukan karena pasien memiliki kepribadian cenderung skizoid.
X.3. Terapi Rehabilitatif
Terapi kerja diperlukan pasien untuk menambah ketrampilan pasien. Jika pasien memiliki
banyak ketrampilan, maka pasien dapat mengisi waktu luang di rumah. Kegiatan yang
banyak dapat mengurangi pikiran negatif yang ada.
X.4. Terapi Spiritual
12
Terapi spiritual diperlukan pada pasien ini karena adanya ide bunuh diri. Pada terapi ini
disampaikan hukum bunuh diri dalam agama, cara mendekatkan diri pada Tuhan agar
lebih tenang, cara mengatasi stres dalam agama.
X.5. Terapi keluarga
Edukasi keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien, pengobatan yang perlu
dilakukan, efek samping yang mungkin timbul, gejala yang mungkin timbul. Keluarga
harus diedukasi jika pasien menunjukkan gejala langsung dibawa ke rumah sakit karena
beresiko bunuh diri. Keluarga juga perlu dimotivasi untuk selalu mendukung pasien dan
meminimalisir stresor dalam keluarga. Selain itu, keluarga juga diedukasi tentang
penyakit ini bisa diturunkan sehingga pola asuh dalam keluarga perlu diperhatikan.
XI. PROGNOSIS
XI.1. Faktor Premorbid
No
.
KRITERIA BAIK BURUK
1. Faktor genetik: ada +
2. Kepribadian: cenderung skizoid +
3. Faktor organik: tidak ada +
XI.2. Faktor Morbid
No
.
KRITERIA BAIK BURUK
1. Jenis penyakit: terdapat gejala
psikotik
+
2. Onset : usia 35 tahun +
3. Faktor pencetus: ada +
4. Perjalanan penyakit: kronik +
13
5. Respon terapi: baik +
XI.3. Kesimpulan Prognosis
Dubia ad malam
XII. RENCANA FOLLOW UP
Respon terapi
Dipantau apakah gejala depresi dan psikotik menghilang. Dilihat perbaikan fungsi sosial.
Efek samping
Efek samping dari antidepresi berupa efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin,
konstipasi) dan antiadrenergik (hipotensi). Selain itu juga efek samping antipsikosis
berupa gangguan ekstrapiramidal (tremor, rigiditas, diskinesia). Pemeriksaan
laboratorium berkala berupa darah rutin, fungsi hati, dan fungsi ginjal karena obat
antipsikosis.
Ide bunuh diri
Dipantau apakah ide bunuh diri masih ada dan apakah terdapat perilaku percobaan bunuh
diri.
14