praktikum jadi 1
DESCRIPTION
jfksksTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
Disusun Oleh:
Nur Amaliana Ayu Nisa
J2A014001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
PRAKTIKUM 1
ANALISIS KUANTITATIF AMONIA DAN UREA
DALAM URINE
I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar
amonia dan urea untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan fungsi hati.
II. SKENARIO
Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan
riwayat penyakit diketahui pasien tersebut pernah menderita penyakit sirosis hati. Dokter
gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui apakah masih ada tidaknya
kelainan fungsi hati pasien.
III. DASAR TEORI
Metabolisme asam amino hasil pencernaan protein dalam tubuh menghasilkan senyawa
nitrogen yang sebagian besar diubah menjadi urea dan rangka karbonnya dioksidasikan
menjadi CO2 dan H2O oleh beberapa jaringan.
Perubahan ini sebagian besar terjadi dalam hepar. Urea dibentuk melalui siklus urea dan
NH4+, CO2, dan nitrogen dan aspartat.
PENETAPAN AMMONIA
Dengan aerasi amonia dalam urine dipindahkan masuk ke dalam larutan HCl atau H2SO4
yang volume dan normalitasnya diketahui. Banyaknya ammonia dapat diketahui dengan
jalan menitrasi sisa asam tersebut dengan larutan standard NaOH.
PENETAPAN UREA
Pada penetapan urea, sebelum dilakukan aerasi, pada urine diberikan urease dengan
maksud mengubah urea menjadi ammonia. Baru kemudian dilakukan aerasi untuk
memindahkan ammonia ke dalam larutan asam. Banyaknya ammonia hasil hidrolisis dan
urea. Dengan demikian banyaknya urea dalam urine dapat dihitung.
IV. BAHAN DAN ALAT
1. Urine 6. NaOH 0,1 N
2. Akuades bebas ammonia 7. Larutan K2CO3 jenuh
3. Kapril alkohol 8. Buret
4. Enzim urease 9. Pipet volume
5. HCl atau H2SO4 0,1 N 10. Pompa penghisap (penghembus udara)
V. CARA KERJA
Memperhatikan rangkaian alat berikut:
1. Mengisi tabung-tabung di bawah ini:
Tabung I = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah
Tabung II = 5 ml urine dan 10 ml akuades bebas ammonia
Tabung III = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah
Tabung IV= 5 ml urine 10 ml akuades bebas ammonia dan 1 ml larutan enzim
urease
Tabung V = 15 ml H2SO4 0,1 N dan 3 tetes indikator metil merah
2. Menutup tabung-tabung tersebut dan mendiamkan selama 15 menit untuk memberi
kesempatan urea yang terdapat di dalam urine berubah menjadi ammonia.
3. Kemudian menghembuskan udara selama 15 menit untuk memindahkan ammonia
dalam urine masuk ke dalam larutan.
4. Menambahkan pada tabung II dan IV 5 ml K2CO3 jenuh.
5. Setelah ditutup, menghembuskan lagi udara selama 15 menit.
6. Memindahkan asma pada tabung III dan V ke dalam labu erlenmeyer, mentitrasi
dengan larutan standard NaOH 0,1 N.
7. Sebagai blanko dititrasi 15 ml H2SO4 0,1 N dengan larutan standard NaOH 0,1 N
dengan menggunakan indikator metil merah.
VI. PERHITUNGAN
Misalkan :
Urine yang diperiksa = a ml
Normalitas NaOH = N normal
Titrasi terhadap asam dan tabung III memerlukan = b ml NaOH
Titrasi terhadap asam dan tabung V memerlukan = c ml NaOH
Titrasi terhadap blanko memerlukan = d ml NaOH
Reaksi yang terjadi :
NH2
C = O + H2O Urease 2 NH3 + CO2
NH2
2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4
H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + H2O
Banyaknya asam sulfat sebelum bereaksi dengan ammonia dalam urine = d N mgrek
Banyaknya asam sulfat sesudah bereaksi dengan ammonia dalam urine = b N mgrek
Jadi, banyaknya ammonia yang terdapat di dalam a ml urine termasuk hasil
hidrolisis urea urine =
(d. N-b. N)mgrek =(d-b)Nmgrek.
Kadar ammonia dalam urine =
K1 =
x
( )
K1 = ( )
K1 = kadar ammonia (NH4OH) dalam urine dinyatakan dalam gram NH4OH/100 ml
urine
a = banyaknya ml urine yang diperiksa
d = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap blanko
b = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi terhadap sampel tanpa enzim
urease (tabung III)
N = Normalitas larutan NaOH (BM NH4OH = 35)
Banyaknya asam setelah beraksi dengan ammonia dalam urine dan ammonia yang biasa
hidrolisis urea = c. N mgrek
Jadi, banyak ammonia dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis urea urine =
(d. N - c. N) mgrek = (d - c)N.Mgrek.
Banyaknya ammonia hasil hidrolisis urea =
( d – c ) N – ( d – b ) N = ( b – c ) N.Mgrek
Kadar urea dalam urine =
K2 = ( )
K2 = kadar urea dalam urine dinyatakan dalam gram urea/100 ml urine
b = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel tanpa enzim urease
c = banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel dengan enzim urease
a = banyaknya ml urine yang diperiksa
N = normalitas larutan NaOH (BM urea = 60)
1 grek urea = 0,5 mol
VII. HASIL
1. Kadar ammonia dalam urine
K1 =
x
( )
=
x
( )
=
= 0,08736 gram/100 mL urine
Atau
K1 = ( )
=
= 0,08736 gram/100 mL urine
2. Kadar urea dalam urine
K2 = ( )
= ( )
=
= 0,06912 gram/100 ml urine
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil bahwa kadar
ammonia dalam urine sebanyak 0,08736 gram/100 mL urine, sedangkan kadar urea
dalam urine sebanyak 0,06912 gram/100 ml urine. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan ammonia dalam urine lebih banyak dibandingkan kadar urea dalam urine,
dan ini berarti bahwa fungsi hati masih normal dan tidak mengalami kelainan fungsi,
seperti sirosis hati.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
Mengisi tabung I, III, dan V dengan 15 mL H2SO4 Mengisi tabung II dan IV dengan 5 mL urine
Mengisi tabung I, III, dan V dengan 3 tetes Mengisi tabung IV dengan 10 mL akuades
indikator metil merah
Mengisi tabung IV dengan 1 mL larutan enzim Membuat rangkaian tabung, menutupnya dengan malam,
Urease kemudian mendiamkan selama 15 menit
Menghembuskan udara selama 15 menit Menambahkan 5 mL K2CO3 jenuh pada tabung II dan IV
Menutup kembali rangkaian menggunakan malam, Mentitrasi tabung I, III, dan V dengan larutan standard
dan menghembuskan udara selama 15 menit NaOH 0,096 N
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I. 2008. http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ (online: 13 Desember
2009).
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa
oleh dr. Petrus Andrianto.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (online: 13
Desember 2009). Team Biokimia. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember:
Jember University Press.
PRAKTIKUM 2
ANALISIS KUANTITATIF GLUKOSA DARAH
METODE HAGEDRON –JENSEN
I. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar
gula darah untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus.
II. SKENARIO
Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan
riwayat penyakit diketahui pasien tersebut menderita penyakit diabetes mellitus. Dokter
gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui kadar gula pasien.
III. DASAR TEORI
Darah dibebaskan dan protein, dengan mengendapkan protein darah menggunakan Zn-
hidroksida. Dengan pemanasan, glukosa dalam filtrat bebas protein dapat mereduksi K-
ferricyanida buffer alkali pada pH 11,5. Banyak sisa K-ferricyanida yang tidak
tereduksi ditentukan secara iodometri.
2K3Fe(CN)6 + 2Kl 2KF4(CN)6 + I2
6 O2 + C6H12O6 6CO2 + 6H2O
2K4Fe(CN)6 + 3ZnSO2 K2Zn3(Fe(CN6)2 + 2 K2SO4
I2 + 2Na2S2O3 Na2SO6 + 2 Nal
Dari jumlah K-ferricyanida yang bereaksi dengan glukosa, banyaknya glukosa dapat
diketahui.
Reagen
1. 0,45 % ZnSO4
2. 0,1 NaOH yang baru
3. Larutan K-ferricyanida (1,65 gram K-ferricyanida + 174 gram K2HPO4 + 11,2 gram
KOH + akuades dijadikan 1 liter). Larutan ini dapat tahan sampai 1 bulan.
4. Larutan KL, ZnSO4, NaCl (10 gram ZnSO4 dan 10 gram NaCl dilarutan dengan
akuades menjadi 200 ml). Kemudian tiap akan dipergunakan tambahkan 5 gram Kl
untuk tiap 200 ml.
5. Larutan 5% asam asetat
6. Larutan amilum 1% dalam NaCl
7. Larutan Na thiosulfat 0,005 N (dibuat baru dalam akuades masak)
8. Larutan Kl 0,005 N (1,178 gram dalam 1 liter akuades yang dimasak)
IV. CARA KERJA
1. Siapkan 2 tabung reaksi.
2. Masukkan kedalam keduanya NaOH 1 ml dan ZnSO4 0,45 % 5 ml.
3. Tabung 1 sebagai blanko dan tabung 2 sebagai sampel.
4. Pada tabung 1 akan timbul endapan “gelatinous”.
5. Pada tabung 2 ditambahkan darah 1 tetes dan diberi antikoagulan NaF (10 mgram
NaF/1 ml darah).
6. Tabung sampel dan blanko dimasukkan dalam pemanas air tunggu sampai mendidih
selamat 5 menit.
7. Disaring dengan kertas saring Whatman 42 atau kapas yang telah dibasahi akuades
mendidih.
8. Kemudian bilas kedua tabung dengan 2 pipet akuades hangat. Akuades bilasan juga
dilewatkan saringan, masukkan ke dalam filtrat semula.
9. Ke dalam filtrat ditambahkan 3 ml K-ferricyanida dan dimasukkan dalam pemanas
air sampai mendidih selama 10 menit. Dinginkan kemudian tambah larutan KI –
ZnSO4 – NaCl 2 ml dan asam asetat 2 ml.
10. Iodium yang terbebas dititrasi dengan 0,005 N Na-thiosulfat dengan indikator
amilum 1 % 3 tetes. Titrasi dihentikan setelah warna biru tepat hilang.
11. Menentukan titer Na thiosulfat: masukkan 2 ml larutan Kl dalam Erlenmeyer,
tambahkan 2 ml larutan Kl – ZnSO4 – NaCl dan 2 ml HCl 5 %. Kemudian dititrasi
dengan Na thiosulfat menggunakan indikator amilum 1 %.
V. PERHITUNGAN
Setiap ml Na-thiosulfat 0,005 N yang digunakan sesuai dengan 174 mgram glukosa/100
ml darah.
Misalkan :
1. Titrasi blanko ( a)
2. Titrasi sampel ( b )
Maka Na-thiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan oleh K-
ferricyanida = (a-b), dan kadar glukosa tiap 100 ml darah = ( a- b ) x 174 mgram. Nilai
normal pada keadaan puasa: 80-120 mgram/100 ml darah.
VI. HASIL
Titrasi a = 1
Titrasi b = 0,5
Perhitungan titrasi Iodium
= ( a- b ) x 174
= ( 1- 0,5 ) x 174
= 0,5 x 174
= 87 mgram/100 ml darah
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan, didapatkan hasil perhitungan
kadar gula darah sebesar 87 mgram/100 ml darah, yang berarti normal dan tidak
mengalami penyakit diabetes mellitus, karena kadar normal gula darah adalah sebesar
80-120 mgram/100 ml darah.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
Memanaskan kedua tabung selama 5 menit Menyaring blanko dan sampel
Memanaskan kembali kedua tabung selama 10 menit
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta. Ekawati,Evy Ratnasari.2012. Hubungan Kadar Glukosa darah
Terhadap Hypertriglyceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus.Surabaya.Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Airlangga
Ganong, W.F. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.
Lubsan,N.Bekker, H.J., De Vries.L.A.1947.Gorter E dan De Groof.W.C.Klinische
Diagnostik druk.
PRAKTIKUM 3
PENCERNAAN
I. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan pencernaan
protein dan lemak pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, lambung, dan usus.
II. DASAR TEORI
Proses pencernaan terjadi pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, sampai tempat
pelepasan. Bahan makanan yang terdapat di saluran pencernaan masih terletak di luar
badan (tubuh). Bahan yang telah dicerna masuk ke dalam badan menembus atau
diabsorbsi oleh dinding intestinum. Pada proses pencernaan, dengan bantuan enzim-
enzim pencernaan:
- Protein dihidrolisis menjadi asam-asam amino
- Karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida.
- Lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak
Pencernaan dalam mulut
Makanan dalam mulut dikunyah, dengan bantuan air ludah dengan pH kira-kira 6,8
yang berfungsi sebagai pelumas rongga mulut, melunakkan makanan padat sebelum
ditelan. Amilum dalam air ludah, dengan adanya enzim amilase (ptyalin) akan
dihidrolisis menjadi maltosa, tetapi secara alami sulit karena makanan begitu cepat
ditelan sebelum ptyalin sempat menghidrolisis. Pencernaan akan dilanjutkan dalam
usus halus. Ptyalin aktif pada pH netral.
Pencernaan dalam lambung
Dinding lambung tersusun oleh dua macam kelenjar, yaitu kelenjar yang terdiri dari
sel utama dan sel parietal. Campuran sekresi dua kelenjar tersebut, disebut getah
lambung. Dalam keadaan normal, getah lambung berupa cairan jernih berwarna
kuning, mengandung HCl antara 0,2 % - 0,5 %, pHnya lebih kurang satu. Getah
lambung mengandung sebagian besar air. Juga mengandung musin, garam-garam
anorganik. Enzim-enzimnya antara alin pepsin, renin dan lipase lambung.
a. Pepsin
Pepsin disekresi dalam bentuk proenzim atau zymogen atau pepsinogen.
Pepsinogen diaktifkan oleh H+ menjadi pepsin, yang selanjutnya menghidrolisis
protein-native menjadi proteosa dan pepton dalam suasan asam.
b. Renin
Renin menyebabkan air susu, enzim ini penting bagi bayi menahan mengalirnya
air susu dalam lambung. Dengan adanya ion Ca++
, casein oleh renin diubah
menjadi parakasein kemudian dicerna oleh pepsin. Pada orang dewasa, enzim
ini tidak ada.
c. Lipase
Kerja lipase dalam lambung akan berkurang pada pH asam. Karena itu hanya
sedikit lemak yang dapat terhidrolisis.
Pencernaan oleh enzim pankreas
Getah pankreas merupakan cairan berisi air, protein, senyawa organik dan
anorganik terutama Na+, HCO3
-, Cl
-, Ca
++, Zn, HPO4
2-, SO4
2- dengan pH 7,5- 8,0
atau lebih.
Enzim yang dihasilkan oleh pankreas:
a. Endopeptidase (tripsin dan kimotripsin)
Tripsin dan kimotripsin adalah enzim proteolitik (pemecahan protein),
menghidrolisis protein alami. Proteosa dan pepton yang datang dan lambung
dihidrolisis menjadi polipeptid. Kimotripsin mempunyai pengaruh
menggumpalkan susu lebih kuat dari pada tripsin.
b. Eksopeptidase (karboksi peptidase, amino peptidase & dipepdase)
Karboksi peptidase adalah eksopeptidase yang menghidrolisis ikatan peptid
terminal pada gugus karboksil, sedang amino peptidase adalah eksopeptidase
yang berkerja pada ikatan peptid terminal pada gugus amino bebas. Sedang
dipeptidase bekerja menghidrolisis ikatan peptid antara 2 asam amino. Proteose-
proteose usus ialah enzim yang menghidrolisis protein makanan menjadi asam-
asam yang akan diserap oelh mukosa usus dan diangkut lewat peredaran darah.
c. Amilase
Amilase pankreas berupa alpa amilase, kerjanya menghidrolisis amilum manjadi
maltosa pada pH 7,1.
d. Lipase
Lipase begitu juga streapsin, menghidrolisis lemak menjadi asam lemak,
gliserol, monogliserid dan digleserid. Lipase pankreas khusus menghidrolisis
ikatan ester primer yaitu posisi 1 dan 3 pada trigliserida.
e. Koresterol ester (hidrolase ester kolesterol)
Menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak maupun
mengkatalisis pembentukan kolesterol dan asam lemak, tergantung pada
kesetimbangan reaksinya.
f. Ribonuklease dan deoksiribonuklease
Ribonuklease memecah asam ribonukleat menjadi nukleotida-nukleotida,
sedang deoksiribonuklease memecah asam dioksiribonukleat menjadi
nukleotida-nukleotida.
4. Pencernaan dalam usus
Susunan getah usus
Getah usus disekresi oleh pengaruh enterokinin dan dihasilkan oleh keler Brunner
dan Lieberkuhn yang berisi enzim-enzim pencernaan, yaitu :
a. Amino peptidase dan dipeptidase.
b. Disakarida khusus yaitu sukrase, maltase dan laktase masing-masing memecah
sukrosa, maltosa, dan laktosa menjadi monosakarida-monosakarida yang
kemudian diserap oelh dinding usus.
c. Fosfatase, melepaskan phospat dari dari senyawa phospat organik, seperti
hexosa phospat, gliserophospat, dan nukleotida dari makanan dan hasil
pencernaan asam nukleotida.
d. Polinukleotidase memecah polinukleotida menjadi nukleosida purin dengan
membebaskan adenin atau guanin dengan gula pentosa. Juga menghidrolisis
nukleosida pirimidin dengan hasil yang berbeda dengan di atas.
Empedu
Empedu dihasilkan oleh hepar dan disimpan di dalam kantong empedu. Kalau
pencernaan berlangsung, empedu disekresi ke dalam usus, empedu membantu
pencernaan dan bercampur dengan getah pankreas.empedu berupa zat cair kental,
rasanya pahit, bersifat basa. Empedu manusia berwarna kuning agak coklat, sedang
pada hewan herbivora biasanya berwarna hijau. Cairan empedu terdiri dari air, asam
empedu, musin, koresterol, lemak, asam lemak, dan garam-garam anorganik. Dengan
adanya Na+
dan K4
, empedu bersifat basa dan terbentuk asam-asam kolat. Cairan
empedu dapat menurunkan tegangan muka hingga dapat mengemulsi lemak yang
penting pada proses pencernaan lemak. Empedu juga dapat menetralkan asam lambung
yang masuk ke usus. Fungsi lainnya yaitu untuk mengeluarkan obat-obatan, racun,
pigmen empedu, dan bahan anorganik.
III. CARA KERJA
Percobaan 1: Pencernaan Protein oleh Pepsin
- Siapkan 3 buah tabung masing-masing diisi 2 pipet pepsin
- Tambahkan pada tabung no. 1: 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karnim fibrin.
- Tabung no. 2: ditambahkan 2 tetes akuades dan 2 tetes karmin fibrin
- Tabung no. 3: didihkan, ditambahkan 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karmin fibrin.
- Ketiga tabung tersebut diinkubasikan pada pemanas air pada suhu 37 C.
- Catat hasil pengamatan pada ketiga tabung tersebut.
Percobaan 2: Daya Amilolitis Saliva
- Kumurlah dengan air bersih, dibuang, kemudian kumur lagi dengan 20 ml NaCl
0,2% , ditampung.
- Air kumur ditampung dalam gelas beker, gojog dan kemudian disaring.
- Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah ketiga tabung tersebut dengan 5ml saliva encer
tersebut diatas (hasil kumuran).
- Tabung I didihkan lalu didinginkan dan ditambahkan 5ml amilum 1%.
- Tabung II diberi 5ml HCl encer kemudian 5ml amilum 1%.
- Tabung III ditambahkan 5ml amilum 1%.
- Tempatkan ketiga tabung tersebut pada penangas air dengan suhu 37◦C
- Isi tabung III, dikenakan uji I2 hingga menunjukan tes I2 negatif (warnanya biru
hilang). Kemudian dilanjutkan tes Benedict. Catatlah hasilnya.
- Lakukan tes I2 untuk cairan di tabung I dan tabung II. Bagaimana hasilnya?
Mengapa?
Percobaan 3: Pencernaan Protein oleh Getah Pankreas
- Siapkan 3 tabung reaksi kemudian diisi :
Tabung I: 1 ml ekstrak pankreas netral, 2 tetes Na 2CO3 2%, dan 10 tetes kongo
merah fibrin.
Tabung II: diisi dengan 1 ml akuades, 2 tetes larutan empedu.
Tabung III: diisi dengan dengan 1 ml akudes 2 tetes Na2CO3 2%, dan 10 tetes kongo
merah fibrin.
- Ketiga tabung ditempatkan diatas penangas air pada suhu 37◦C. Terjadinya warna
merah pada larutan menandakan adanya pencernaan.
Percobaan 4 : Hidrolisis Amilum
- Campurlah 5 ml larutan amilum 1% dengan 1 ml ekstrak pankreas netral.
- Inkubasi pada pada suhu 37◦C.
- Lakukan uji I2 1tetes sampai hilang warna biru.
- Kemudian dilanjutkan iji Benedict sampai terbentuk endapan berwarna merah bata.
Percobaan 5 : Pencernaan Lemak
- Kedalam ketiga tabung reaksi masing-masing diisikan :
Tabung I: 2 ml air susu dan 1 ml ekstrak pankreas
Tabung II: seperti no.1 ditambahkan 2 tetes empedu
Tabung III : diisikan 2 ml air susu dan 1 ml akuades.
- Pada masing – masing tabung ditambahkan 4 tetes PP (phenolphtalein) dan 20tetes
Na2CO3 2% sampai larutan menjadi merah muda.
- Inkubasikan ketiga tabung tersebut pada penangas air pada suhu 37 C.
- Amati perubahan warna perubahan warnanya dan merah menjadi kuning.
Percobaan 6 : Pigmen-Pigmen Empedu
- Kedalam tabung reaksi yang telah diisi 3 ml HNO3 pekat dituang 1 ml larutan
empedu encer malalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan.
- Catatlah warna-warna yang timbul pada bidang batas lapisan tersebut.
IV. HASIL PENGAMATAN
Percobaan 1 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1 Ungu agak pekat
Tabung 2 Ungu pekat
Tabung 3 Ungu terang
Kesimpulan:
Jadi yang bisa dicerna adalah tabung 1 dan 3, karena protein hanya bisa dicerna
dalam suasana asam. Tabung 3 terang karena dipanaskan. Tabung 3 terang karena
dipanaskan. Tabung 2 pekat karena tidak ada enzim (hanya aquades).
Percobaan 2 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan berubah
warna menjadi Biru
Kehitaman.
Larutan berubah warna
menjadi Biru Kehitaman.
Larutan berubah warna
menjadi warna putih dan
dibawa terbentuk sedikit
gelatin.
Kesimpulan :
Tabung 1 didihkan jadi saliva rusak jadi tidak bisa mengubah amilum menjadi
gula. Tabung 2 ditambahkan HCl 0,2 yang bersifat asam dan sama seperti tabung 1
salivanya rusak. Sedangkan Tabung 3 hanya ditambahkan amilum dan tidak diberi
perlakuan, dan ditambahkan reagen Benedict (kuning) larutan menjadi bening
kembali, hal tersebut membuktikan bahwa, mengandung gugus aldehid.
Percobaan 3 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Merah darah (keruh) Merah hati (pekat) Merah (jernih)
Kesimpulan :
Larutan berwarna merah maka terjadi pencernaan.
Percobaan 4 :
Gambar :
Hasil :
Terbentuklah endapan merah bata pada tabung.
Kesimpulan :
Enzim amilase dalam pankreas mengubah amilum menjadi gula sederhana.
Percobaan 5 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Putih cream Putih cream hijau + sedikit merah muda Merah muda
Kesimpulan :
Pada tabung 1 dan 2 terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi putih
cream dan putih cream hijau + sedikit merah muda. Hal ini disebabkan pada tabung
1 dan 2 terdapat ekstrak pankreas dan empedu yang mengandung enzim yang dapat
mencerna lemak (susu). Sedangkan pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna
(tetap merah muda). Hal ini disebabkan pada tabung 3 hanya terdapat akuades saja,
sehingga lemak (susu) tidak tercerna, yang ditandai dengan tidak adanya perubahan
warna pada reaksi tersebut.
Percobaan 6 :
Gambar :
Hasil :
Warna yang timbul pada bidang batas lapisan adalah coklat kehitaman.
Kesimpulan :
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa warna pigmen
yang terkandung pada empedu adalah coklat kehitaman.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
DAFTAR PUSTAKA
Arthur. Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Gunarso, Wisnu. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.
Syarifuddin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.
PRAKTIKUM 4
ANALISISN KOLESTEROL DALAM DARAH
METODE LIEBERMAN BURCHARD
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pemeriksaan
kadar kolesterol dalam darah
II. DASAR TEORI
Bila kolesterol direaksikan dengan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam
lingkungan bebas air, maka akan terbentuk warna hijau – biru yang intens akibat
pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas kimia 250 Ml
5. Botol gelap
6. Pipet volume
7. Baskom
BAHAN
1. Asam Asetat glacial
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. Natrium sulfat anhidrat
5. Kolesterol
6. Air demineral
IV. LANGKAH KERJA
1. Siap 3 buah tabung reaksi yang terdiri dari sampel, blanko, dan baku
2. Tabung 1 sebagai sampel, tabung 2 sebagai blanko, dan tabung 3 sebagai baku
3. Kedalam tabung 1 masukkan 1 tetes plasma / serum dan 2 ml pereaksi kolesterol
4. Kedalam tabung 2 masukkan 1 tetes air demineral dan 2 ml pereaksi kolesterol
5. Kedalam tabung 3 masukkan 1 tetes larutan baku dan 2 ml pereaksi kolesterol
6. Dibiarkan dalam waterbath pada suhu 37 C selama 10 menit
7. Pindahkan tabung 1, 2, dan 3 ke dalam kuvetnya masing – masing
8. Gunakan spektronik untuk membaca absorbansi pada = 570 nm secara bergantian
dan catat absorbansi yang terbaca.
V. HASIL
1. Sampel = 0,584
2. Blanko = 0
3. Baku = 0,103
Konsentrasi Kolesterol
= ( ) ( )
( )– ( ) x 250 mg/ 100 ml
= (
)
=
= 1133,98 mg/100 ml
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan
bahwa konsentrasi kolesterol yang terkandung dalam darah yang digunakan pada
percobaan ini adalah sebesar 1133,98 mg/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa darah
tersebut normal, karena kadar normal kolesterol dalam darah < 2000 mg/100 ml.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
Memasukkan tabung I, II, dan II ke dalam Perbedaan warna antara tabung I, II, dan III
waterbath 37 C selama 10 menit dibiarkan dalam waterbath 37 C selama 10 menit
Mengukur absorbansi pada = 570 nm secara bergantian
menggunakan spektrofotometer, dan mencatat absorba
yang terbaca
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi
Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud, Jakarta.
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996. Kimia
Organik II. Depdikbud, Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press,
Jakarta.
Syahmani dan Sudarsih. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. FKIP Unlam,
Banjarmasin.
PRAKTIKUM 5
ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C
I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat menjelaskan cara menganalisis
kuantitatif vitamin C
II. DASAR TEORI
Asam askorbat dioksidasi oleh 2,6 dikhlorofenolindofenol ( bahan berwarna ) menjadi
asam dehidroaskorbat. Pada waktu yang sama bahan tersebut direduksi menjadi
senyawa yang tidak berwarna sehingga pada akhir reaksi mudah diketahui.
Bahan pewarna ini akan hilang warnanya oleh senyawa lain seperti asam askorbat,
tetapi spesifitasnya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan melakukan reaksi
di dalam larutan asam yang mana substansi yang mengganggu hanya bereaksi lambat
2,6 dikhlorofenolindofenol dapat dibeli dalam bentuk tablet. 1 tablet ekuivalen dengan 1
mg asam askorbat (vitamin C).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Gelas ukur
2. Labu takar 100 ml
3. Pipet volume 10 ml
4. Ballpipet
5. Erlenmeyer
6. Buret, klem dan statif
BAHAN
1. Larutan Iodium 0,001 N
2. Buah segar
3. Kertas saring
IV. CARA KERJA
1. Timbang 100 ml buah dalam waring blender sampai diperoleh slurry. Timbang 10
ml slurry masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai
tanda batas. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan filtratnya.
2. Ambil 5 ml filtrate dengan pipet volume dan masukkan ke dalam Erlenmeyer ,
tambahkan 5 tetes larutan amilum
3. Kemudian titrasi dengan 0,001 N standar Iodium sampai berwarna biru dan birunya
tidak hilang
V. HASIL
Percobaan 1
- Semangka : 10,2 ml
- Jeruk : 16,7 ml
Percobaan 2
- Semangka : 9,6 ml
- Jeruk : 16, 9 ml
Perhitungan
- Jeruk percobaan 1 : 16,7 x 0,088 mg asam askorbat
: 1, 4696 mg vitamin C / 10 mg sampel
- Jeruk percobaan 2 : 16, 9 x 0, 88 mg asam askorbat
: 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel
- Semangka percobaan 1 : 10,2 x 0,88 mg asam askorbat
: 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel
- Semangka percobaan 2 : 9,6 x 0, 88 mg asam askorbat
: 0, 8448 mg vitamin C / 10 mg sampel
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan
bahwa pada buah jeruk terkandung kadar vitamin C sebanyak 1, 4696 mg vitamin C /
10 mg sampel dan 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel. Sedangkan pada buah
semangka terkandung kadar vitamin C sebanyak 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel
dan 0, 8448 mg vitamin C / 10 mg sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
vitamin terdapat lebih banyak pada buah jeruk daripada buah semangka.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
Mengambil 5 mL filtrat buah semangka Mengambil 5 mL filtrat buah jeruk
Menambahkan 5 tetes larutan amilum ke semua filtrat Mentitrasi semua filtrat menggunakan larutan
standard yodium 0,001 N
Hasil titrasi pada filtrat buah semangka Hasil titrasi pada filtrat buah jeruk
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Helmi, Vivi Delvita dan Almahdy, 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C
Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi
Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta