kti fita jadi 1 (repaired) jadi print - copy - copy gantiiiiiii baruuuuuu

125
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), obesitas merupakan salah satu daripada 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu daripada 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Prevalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan (Aneja A. et al., 2004: Flier J.S and Flier E.M, 2008). Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak di dalam tubuh secara berlebihan. Di seluruh dunia lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih 3 juta adalah obese. Prevalensi obesitas terus meningkat dan telah menjadi masalah kesehatan global mengingatkan komplikasi yang serius. Hal ini diakibatkan bentuk tubuh orang Asia yang rata-rata lebih kecil berbanding penduduk Barat, tetapi mempunyai komposisi lemak viseral yang lebih banyak. Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat obesitas, adalah gangguan psiko-sosial, yang berakibat pada rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan, dan gangguan

Upload: widya-dwi-agustin

Post on 12-Dec-2014

137 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KTI

TRANSCRIPT

Page 1: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), obesitas merupakan

salah satu daripada 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu

daripada 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Prevalensi

obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang

sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan

(Aneja A. et al., 2004: Flier J.S and Flier E.M, 2008). Obesitas adalah suatu

kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak di

dalam tubuh secara berlebihan. Di seluruh dunia lebih dari 1 milyar orang

dewasa adalah overweight dan lebih 3 juta adalah obese. Prevalensi obesitas

terus meningkat dan telah menjadi masalah kesehatan global mengingatkan

komplikasi yang serius. Hal ini diakibatkan bentuk tubuh orang Asia yang

rata-rata lebih kecil berbanding penduduk Barat, tetapi mempunyai

komposisi lemak viseral yang lebih banyak.

Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat obesitas, adalah

gangguan psiko-sosial, yang berakibat pada rasa rendah diri, depresi dan

menarik diri dari lingkungan, dan gangguan pertumbuhan fisik, gangguan

pernafasan, gangguan endokrin, dan penyakit degeneratif, yang berakibat

pada timbulnya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan

lain sebagainya (Imam, 2005).

Kenaikan berat badan dipengaruhi kebiasaan mengkomsumsi

makanan yang mengandungi energi tinggi, maupun kebiasaan

mengkomsumsi makanan ringan. Keluaran energi rendah dapat dapat

disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek

termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Hal

tersebut menunjukkan pentingnya pengaturan asupan energi dan

pengeluaran energi (aktivitas fisik) dalam terjadinya obesitas.

Aktivitas fisik penting bagi kesehatan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan

Page 2: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

2

berat badan. Adanya peningkatan prevalensi kelebihan berat badan atau

obesitas, maka ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aktivitas fisik

dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi kejadian kelebihan berat

badan dan obesitas (Salmon,dkk, 2007).

Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh obesitas dan

aktivitas fisik yang kurang merupakan hal yang sangat membimbangkan

kerana akan menimbulkan berbagai komplikasi seperti penyakit jantung

koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya (Arief dkk, 2007).

Penyakit hipertensi merupakan suatu penyakit degeratif yang berbahaya.

Di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita

tekanan darah tinggi. Setiap tekanan darah tinggi menyebabkan satu dari

setiap 7 kematian (7 juta pertahun). Berdasarkan data WHO tahun 2000

menunjukkan bahwa di seluruh dunia sekitar 976 juta orang atau kurang

lebih 26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi (www.depkes.org),

sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan Data Depkes (2007) terdapat

17-21% orang menderita hipertensi dan sebagian besar tidak terdeteksi.

Menurut hasil penelitian Litbangkes Depkes RI (2001) didapat prevalensi

hipertensi di Kota Depok sebesar 25,6 %, diabetes mellitus 12,8%, dan

obesitas 47,7%, 14 % dan lain-lain.

Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius

di Indonesia, disamping karena prevalensinya yang tinggi

dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga

karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan

permanen dan kematian mendadak. Setiap kali mendatangi ruang praktek

dokter, tekanan darah diukur. Namun, yang menyedihkan, meskipun

tekanan darah jutaan orang cukup tinggi hingga tergolong ke dalam risiko

penyakit jantung, banyak di antaranya yang tidak mengontrol tekanan darah

dengan benar. Kondisi ini diduga karena dua alasan yaitu banyak orang

tidak memahami fungsi tekanan darah sehingga menganggapnya tidak

penting dan banyak orang tidak bersedia mengkonsumsi obat karena

kekhawatiran akan efek samping obat atau tidak bersedia meninggalkan

Page 3: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

3

gaya hidup selama ini untuk menyingkirkan faktor risiko yang tampaknya

tidak terlalu mengganggu (Kowalski, 2007).

Sampai saat ini sudah ada penelitian sebelumnya mengenai hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Fani Ferawati (2008) dengan Judul

“Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik Dan

Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji Ala Barat Dengan Tekanan

Darah Pada Pensiunan Pegawai PT.Pertamina Semarang”. Kesimpulan

penelitian tersebut adalah terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan

tekanan darah sistol dan diastol. Sebanyak 43,3% sampel mengalami

kegemukan dengan rerata nilai indeks massa tubuh sebesar 24,29

Kg/m2±3,083 mengalami hipertensi derajat 1. Penelitian yang dilakukan

oleh Ni Made Sarastini yang berjudul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Kelompok Usia 30 tahun ke

atas di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok Tahun 2008”

dimana penelitian ini menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi. Namun kedua hasil penelitian tersebut tidak

sejalan dengan penelitian Diyan Kusumastuti (2003) yang menyimpulkan

tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi.

Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta adanya perbedaan

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang hipertensi adalah

hal yang mendorong saya untuk meneliti hubungan status gizi, aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi. Merubah pola pikir dan cara pandang

masyarakat perihal gaya hidup sehat sangat penting dilakukan guna

memperbaiki perilaku masyarakat pada umumnya dalam upaya pencegahan

hipertensi serta khususnya bagi pasien hipertensi guna mempertahankan

tekanan darahnya agar tetap terkendali dan tidak berkomplikasi menjadi

penyakit kronik lain.

I.2. Perumusan Masalah

Page 4: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

4

Apakah status gizi dan aktivitas fisik berhubungan terhadap kejadian

hipertensi pada pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas

Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

I.3. Pertanyaan Penelitian

I.3.1. Apakah ada hubungan antara status gizi terhadap kejadian hipertensi pada

pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1

Desember 2011 – 31 Januari 2012.

I.3.2. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi

pada pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis

Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

I.4. Tujuan Penelitian

I.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi, aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas

Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

I.4.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi pada pasien berusia ≥

30 tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember

2011 – 31 Januari 2012.

b. Untuk mengetahui gambaran status gizi pada pasien berusia ≥ 30 tahun

di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31

Januari 2012.

c. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pada pasien berusia ≥ 30

tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 –

31 Januari 2012.

d. Diketahui informasi mengenai hubungan antara status gizi terhadap

kejadian hipertensi pada pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum

Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

Page 5: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

5

e. Diketahui informasi mengenai hubungan antara aktivitas fisik terhadap

kejadian hipertensi pada pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum

Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

I.5. Manfaat Penelitian

a. Bagi Puskesmas Cimanggis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan bagi petugas

kesehatan di Puskesmas Cimanggis dalam memahami munculnya

penyakit hipertensi serta dapat memberikan penyuluhan kesehatan

mengenai faktor-faktor risiko hipertensi dan gaya hidup sehat guna

menekan angka terjadinya hipertensi di wilayah kerjanya.

Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai kondisi tekanan darah

masyrakat di wilayah kerjanya.

b. Bagi penderita hipertensi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku

sehat bagi penderita hipertensi sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari agar frekuensi kemunculan serangan hipertensi

dapat diminimalkan.

c. Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta

Merupakan bahan masukan dan informasi untuk kepentingan

pendidikan dan tambahan kepustakaan dalam penelitian mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi.

d. Bagi masyarakat umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi

mengenai faktor-faktor risiko hipertensi dan gaya hidup yang baik

kepada masyarakat umum serta dapat menjadi bahan acuan dalam

pembentukan perilaku sehat.

e. Bagi Peneliti

Melatih kemampuan dalam melaksanakan penelitian di masyarakat

Page 6: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

6

Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan hipertensi.

I.6. Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai hubungan antara status

gizi, aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien berusia ≥ 30

tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31

Januari 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional.

Sebagai sampel dari penelitian ini adalah 75 orang pasien berusia lebih dari

30 tahun terdiri dari pasien yang berdasarkan pemeriksaan tekanan darah

dengan alat sphyngmomanometer air raksa diketahui hipertensi (tekanan

diastol menetap di atas 90 mmHg, atau tekanan sistol menetap di atas 140

mmHg) dan tidak hipertensi (tekanan diastol kurang dari 90 mmHg, atau

tekanan sistol kurang dari 140 mmHg) pada saat penelitian berlangsung

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 7: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

7

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka

II.1.1. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem

sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi

homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah menjadi tidak

memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen,

karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi

organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada

proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan

cerebrospinalis dan lainnya. Sehingga mekanisme pengendalian tekanan

darah penting dalam rangka memeliharanya sesuai dengan batas-batas

normalnya, yang dapat mempertahankan sistem sirkulasi dalam tubuh

(Gunawan, 2001).

Menurut Sloane (2003), tekanan darah adalah daya dorong darah ke

semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup, yaitu pada dinding

bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung

memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-

pembuluh. Darah melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan

tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.

Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan

mengontrol curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah.

a. Pengaturan Sirkulasi Secara Hormonal

Page 8: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

8

Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut meliputi :

1). Hormon medula adrenal. Norepinefrin termasuk

vasokonstriktor. Epinefrin dapat berperan sebagai suatu

vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung pada reseptor otot

polos pada pembuluh darah organ.

2). Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang diekskresi

dari kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokonstriktor.

3). Angiotensin adalah sejenis zat peptida darah yang dalam bentuk

aktifnya termasuk salah satu vasokonstriktor kuat.

4). Berbagai amina dan peptida seperti histamin, glukagon,

kolesistokinin, sekretin, bradikinin yang diproduksi sejumlah

jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.

5). Prostaglandin adalah agens seperti hormon yang diproduksi

secara lokal dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau

vasokonstriktor (Sloane, 2003).

b. Pengaturan Sirkulasi Oleh Saraf

Pusat intergrasi yang menerima impuls aferen mengenai status

tekanan arteri adalah pusat kontrol kardiovaskular yang terletak di

dalam medula di dalam batang otak. Sebagai jalur aferen adalah

sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardivaskular mengubah rasio

antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor

(jantung dan pembuluh darah) (Sherwood, 2001).

c. Sistem Pengaturan Vasomotor

Tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang

terus-menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh darah. Tonus

ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokonstriksi pembuluh.

Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari

serabut saraf vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf

simpatis pada sistem saraf otonom (Sloane, 2003).

d. Sistem Pengaturan Oleh Baroreseptor

Page 9: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

9

Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan

mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom

dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan

curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk

memulihkan tekanan darah ke normal.

Menurut Sherwood (2001), reseptor terpenting yang berperan

dalam pengaturan terus-menerus tekanan darah, yaitu sinus karotikus

dan baroreseptor lengkung aorta. Baroreseptor tersebut terletak di

tempat yang strategis untuk menyediakan informasi penting mengenai

tekanan darah arteri di pembuluh-pembuluh yang mengalir ke otak

(baroreseptor sinus karotikus) dan di arteri utama sebelum bercabang-

cabang untuk memperdarahi bagian tubuh lain (baroreseptor lengkung

aorta).

Gambar 1. Pengaturan Tekanan Darah Arteri Rata-rata

Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas)

adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan

memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat

apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur darah.

Page 10: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

10

Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh

ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Tekanan

darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).

Tekanan darah rata-rata atau sering disebut mean arterial pressure

(MAP) adalah tekanan di seluruh sistem arteri pada satu siklus jantung.

Tekanan darah rata-rata (TDR) diperoleh dengan cara membagi tekanan

nadi dengan angka tiga dan ditambahkan pada tekanan diastolik. Dengan

rumus sebagi berikut1 :

Gambar 2. Rumus Tekanan Darah Arteri Rata-rata (TDR)

Tekanan darah rata-rata inilah yang merupakan hasil perkalian curah

jantung dengan tahanan perifer. Nilai tekanan darah tersebut dapat

berubahubah sesuai dengan faktor yang berpengaruh padanya seperti curah

jantung, isi sekuncup, denyut jantung, tahanan perifer dan sebagainya

maupun pada keadaan olah raga, usia lanjut, jenis kelamin, suku bangsa,

iklim, dan penyakit-penyakit jantung atau pembuluh darahnya.

II.1.2. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yaitu apabila

tekanan diastol menetap di atas 90 mmHg, atau tekanan sistol menetap

di atas 140 mmHg (Robbins, Cotran, Kumar, 2007). Hipertensi adalah

salah satu faktor risiko terpenting pada penyakit jantung koroner dan

cerebrovascular accident, selain itu hipertensi juga menyebabkan

hipertrofi jantung dan gagal jantung (penyakit jantung hipertensif),

diseksio (dissection) aorta, dan gagal ginjal

b. Eidemiologi

Berdasarkan kriteria peningkatan tekanan diastol menetap di

atas 90 mmHg, atau tekanan sistol menetap di atas 140 mmHg,

TDR = 1/3 (Ts – Td) + Td = Cardiac Output x Total Peripher Resistent

Page 11: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

11

didapatkan bahwa 25% orang dalam populasi umum mengidap

hipertensi. Prevalensi dan kerentanan mengalami penyulit meningkat

seiring usia dan karena sebab yang tidak diketahui, tinggi pada orang

berkulit hitam (Robbins, Cotrain, Kumar, 2007). Berdasarkan

data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa di seluruh

dunia sekitar 976 juta orang atau kurang lebih 26,4%

penduduk dunia mengidap hipertensi

(www.depkes.org), sedangkan di Indonesia berdasarkan

Data Depkes (2007) terdapat 17-21% orang menderita hipertensi dan

sebagian besar tidak terdeteksi.

Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu : 1) Hipertensi

primer (esensial), penyebabnya tidak diketahui dan mencakup 90% -

95% dari kasus hipertensi; 2) Hipertensi sekunder, penyebabnya

diketahui dan ini mencakup 5% dari kasus-kasus hipertensi (Robbins,

Cotrain, Kumar, 2007).

c. Etiologi

1). Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya, namun ada beberapa faktor yang diduga

menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain: 1) Faktor

keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita

hipertensi, 2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang

mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, 3) Kebiasaan

hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah

konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres,

merokok, minum alkohol.

2). Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebab

spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,

Page 12: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

12

sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, dll

(Mansjoer, dkk, 1999).

d. Faktor-faktor risiko Hipertensi Primer/ Essensial

Dari penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah

faktor risiko hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat

dengan timbulnya manifestasi penyakit. Adapun gambaran faktor

resiko tersebut dapat dilihat dibawah ini :

1). Faktor keturunan

Hipertensi esensial diperkirakan banyak terdapat pada

keluarga tertentu secara turun-menurun, dasarnya adalah adanya

faktor genetik yang dapat bersifat single dominant gene atau

dapat pula poligenik. Peran faktor genetik terhadap hipertensi

esensial dapat dibuktikan dengan kejadian hipertensi lebih banyak

dijumpai pada pasien kembar monozigot dari pada heterozigot,

jika salah satu diantaranya menderita hipertensi.

Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen

angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat

poligenik. Gen angiotensinogen berperan penting dalam produksi

zat penekan angiotensin, yang mana zat tersebut dapat

meningkatkan tekanan darah. Terjadinya perubahan bahan

angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di dalam

sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II

dan selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan

merangsang beberapa pusat yang penting dan mengakibatkan

terjadinya perubahan tekanan darah (Ibnu, 1996).

2). Ciri Perseorangan

a). Umur

Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa

prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya

umur. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah

Page 13: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

13

dan dinding pembuluh darah sudah menebal. Progresifitas

hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30

tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian

menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi

hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi

hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Sharma

S et al, 2008 dalam Anggreini AD et al, 2009).

3). Kebiasaan Hidup

a). Asupan Tinggi Natrium

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi

terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung

dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan, yaitu

sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam

pengaturan tekanan darah. Produksi renin dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin

berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi

angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi

aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.

Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi (Susalit

dkk, 2001).

b). Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan

lemak yang berkelebihan di dalam tubuh dan dapat

diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi

badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan merupakan

faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko

terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi

bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu

dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko hipertensi

Page 14: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

14

3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan

berat badan normal (Suarthana dkk, 2001).

c). Merokok

Menurut WHO dalam Journal of Hypertension (1999),

zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida

yang ada dalam rokok yang masuk kedalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan proses arteriosklerosis dan tekanan darah

tinggi. Selain itu, merokok juga meningkatkan denyut jantung

dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

d). Alkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah. Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi

meskipun mekanisme timbulnya hipertensi yang pasti belum

diketahui. Namun diduga peningkatan volume sel darah

merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan

tekanan darah (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990).

e). Kafein

Siswono (2001) mengatakan efek langsung dari kafein

terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada. Yang ada adalah

efek tak langsungnya, yang bisa mempercepat denyut

jantung. Efek tidak langsung ini disebabkan karena kafein

mengandung zat aditif. Zat ini akan berbahaya bagi penderita

tekanan darah tinggi. Karena zat ini juga akan memacu

naiknya tekanan darah.

e. Patofisiologi

Patogenesis hipertensi dimulai dari tekanan darah yang

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer serta dipengaruhi

Page 15: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

15

juga oleh tekanan atrium kanan. Pada stadium awal sebagian besar

pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan

kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang

mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Peningkatan

tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap dalam

waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu

yang singkat.

Gambar 3. Patofisiologi Hipertensi Primer

Sumber :( Robbin, Cotran, Kumar, 2007)

f. Klasifikasi

Pengaruh Genetik Faktor Lingkungan

Defek dalam hemostasis Natrium ginjal

Vasokonstriksi fungsional

Defek dalam pertumbuhan dan struktur otot polos pembuluh

Ekskresi Natrium kurang memadai

Retensi garam dan air

↑Volume plasma dan ECF

↑Curah jantung (autoregulasi)

↑Hormon Natriuretik

↑reaktivitas vaskular

↑ Ketebalan dinding pembuluh

↑resistensi perifer total

HIPERTENSI

Page 16: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

16

Berikut ini dipaparkan dalam tabel 1 mengenai klasifikasi

tekanan darah pada orang dewasa berdasarkan JNC-VII (The Joint

National Committee onDetection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure).

Tabel 1

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa (18 tahun keatas)

Berdasarkan JNC-VII (The Joint National Committee on

Detection,Evaluation and Treatmen of High Blood Pressure)

Kategori

Tekanan darah

sistolik

(mmHg)

Tekanan darah

diastolik

(mmHg)

Normal 120 < 80

Pre Hypertension 120 – 139 80 – 89

Stadium 1

Hipertensi ringan

(Mild hypertension)

140 – 159 90 – 99

Stadium 2

Hipertensi sedang

(Moderate hypertension)

160 – 179 100 – 109

Stadium 3

Hipertensi berat

(Severe Hypertension)

180 – 209 110 – 119

Stadium 4

Hipertensi maligna

(Very severe hypertension)

210 atau lebih 120 atau lebih

f. Gejala

Menurut Soeharto (2004), pada tahap awal hipertensi tidak

memberikan gejala yang pasti namun yang sering dirasakan untuk

mengindikasikan adanya hipertensi antara lain sakit kepala, pusing,

Sumber: Gray dkk, 2005

Page 17: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

17

jantung berdebar, telinga sering berdengung dan gangguan tidur. Cara

yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi

adalah dengan mengukur tekanan darahnya.

g. Diagnosis

Pengukuran tekanan darah membutuhkan ketepatan untuk

menghindarkan kesalahan menggolongkan seseorang yang tekanan

darahnya normal sebagai penderita hipertensi. Pada penderita

hipertensi tekanan darah seharusnya selalu diukur dalam posisi

berdiri, tiduran atau duduk. Hal ini karena hipertensi ortostatik,

terutama sering pada penderita diabetes dan penderita yang tua, dapat

mempengaruhi pemilihan obat-obat anti hipertensi (Tagor, 2004).

h. Komplikasi

1). Retinopati Hipertensif

Pemeriksaan funduskopi dapat menolong menilai prognosis

dan juga beratnya tekanan darah tinggi. Keith, Wagner, dan

Barker menemukan pertama kali bahwa penderita-penderita

retinopati dengan golongan I (penciutan), II (sklerosis dan A-V

nicking), III (perdarahan dan eksudat), IV (pupil edema) bila

tidak diobati bisa bertahan 5 tahun berturut-turut 85%, 50%,

13% , dan 0% (Tagor, 2004).

2). Penyakit jantung dan pembuluh darah

Dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada

penderita hipertensi yaitu peyakit jantung koroner (PJK) dan

penyakit jantung hipertensi (Tagor, 2004). Darah tinggi dapat

menimbulkan penyakit jantung karena jantung harus memompa

darah lebih kuat untuk mengatasi tekanan yang harus dihadapi

pada pemompaan jantung. Ada dua kelainan yang dapat terjadi

pada jantung yaitu: 1) kelainan pembuluh darah jantung, yaitu

timbulnya penyempitan pembuluh darah jantung yang disebut

Page 18: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

18

dengan penyakit jantung koroner, 2) payah jantung, yaitu

penyakit jantung yang diakibatkan karena beban yang terlalu

berat suatu waktu akan mengalami kepayahan sehingga darah

harus dipompakan oleh jantung terkumpul di paru-paru dan

menimbulkan sesak nafas yang hebat. Penyakit ini disebut dengan

kelemahan jantung sisi kiri (Puspita, 2009).

3). Penyakit Hipertensi Serebrovaskular

Hipertensi adalah faktor risiko paling penting untuk

timbulnya stroke karena perdarahan atau ateroemboli. Kekerapan

dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan tingkat tekanan

darah (Tagor, 2004).

4). Ensefalopati Hipertensi

Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai

dengan perubahan-perubahan neurologis mendadak atau sub akut

yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat dan

kembali normal apabila tekanan darah diturunkan. Ensefalopati

hipertensi biasanya ditandai oleh sakit kepala hebat, bingung,

lamban, dan sering disertai muntah-muntah, mual, dan gangguan

penglihatan (Tagor, 2004).

5). Gagal ginjal

Kegagalan yang ditimbulkan terhadap ginjal adalah

tergangguanya pekerjaan pembuluh darah yang terdiri dari

berjuta-juta pembuluh darah halus. Bila terjadi kegagalan ginjal

tidak dapat mengeluarkan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh

tubuh misalnya ureum. (Puspita, 2009).

i. Pengelolaan Hipertensi

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1). Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu

berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan

darah adalah <130/80 mmHg.

2). Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Page 19: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

19

3). Menghambat laju penyakit ginjal (Yogiantoro, 2006).

Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan

farmakologis seperti penjelasan dibawah ini.

1). Terapi Non Farmakologis

Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh

terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat

badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

Meningkatkan aktifitas fisik.

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi

30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik

antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai

pencegahan primer dari hipertensi.

Mengurangi asupan natrium.

Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu

pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.

Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat

meningkatkan risiko hipertensi.

2). Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan

oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau

aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau

calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

(ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor

antagonist/ blocker (ARB) (Yogiantoro, 2006).

II.1.3. Status Gizi

Page 20: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

20

a. Pengertian Gizi

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

masyarakat. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktoral,

oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan

berbagai sektor terkait. Gizi adalah suatu proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta

menghasilkan energi (Supariasa, 2001).

b. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Pada

dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung

dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu antropometri, klinis,

biokimia, biofisik. Penilaian secara tidak langsung meliputi : survey

konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa,

2001).

c. Penilaian Status Gizi Pada Orang Dewasa

Berikut adalah jenis parameter penilaian status gizi pada orang dewasa

1) Antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.

Umur

Page 21: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

21

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Hasil

pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat, menjadi

tidak berarti bila tidak disertai penentuan umur yang tepat.

Berat Badan

Berat badan adalah variabel antropometri yang sering

digunakan dan hasilnya cukup akurat. Alat yang digunakan

untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak digital

(seca). Subjek diukur dalam posisi berdiri dengan ketentuan

subjek memakai pakaian seminimal mungkin tanpa isi kantong

dan alas kaki. Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan

ketelitian 0,1 kg.

Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat. Tinggi badan merupakan pengukura

kedua yang penting, karena dengan menghubungkanberat

badan terhadap tinggi badan (Quack stick), faktor umur dapat

dikesampingkan.

Laporan FAO/ WHO/ UNU tahun 1985 menyatakan bahwa

batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan

Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index

(BMI) diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan

berat badan, maka mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih

panjang.

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur

di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja,

ibu hamil, dan olahragawan. Di samping itu pula IMT tidak bisa

diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya

edema, ascites, dan hepatomegali (Supariasa, 2001).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)Atau

Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)

Page 22: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

22

Gambar 4. Rumus Penghitungan Indeks Massa Tubuh

Sumber : Supariasa, 2001

Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan yang disesuaikan berdasarkan IMT pada

Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori IMT Risk of Co-morbidities

Underweight < 18,5 Rendah (tetapi risiko terhadap masalah

klinis lain meningkat)

Batas normal 18,5 – 22,9 Rata-rata

Overweight ≥ 23 Meningkat

At risk 23 – 24,9

Obese I 25 – 29,9 Sedang

Obese II ≥ 30 Berbahaya

2) Klinis

Cara penilaian status gizi dengan metode ini didasarkan pada

perubahan-perubahan yang dapat dilihat pada kulit atau jaringan

epitel, yaitu jaringan yang membungkus permukaan tubuh seperti

rambut, mata, muka, mulut, lidah, gigi, kelenjar tiroid, dan lain-

lain. Cara penilaian dengan metode ini relatif murah dan tidak

memerlukan peralatan canggih, namun hasilnya sangat subjektif

dan membutuhkan tenaga terlatih (Supariasa, 2001).

3) Biokimia

Merupakan penilaian status gizi yang membeikan hasil yang lebih

tepat dan objektif dari pada pemeriksaan lain. Pengukuran yang

sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai

zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil

Sumber : (http/www.obesitas.we.id/pub-.html)

Page 23: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

23

pengukuran tersebut dibandingkan dengan standard normal yang

telah ditetapkan (Supariasa, 2001).

4) Biofisik

Merupakan penilaian status gizi secara langsung yaitu dengan

melihat kemampuan dari fungsi jaringan dan perubahan struktur.

Penilaian secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu

uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi. Penilaian status gizi

dengan teknik ini tergolong sangat mahal, memerlukan tenaga

yang profesional dan dapat diterapkan dalam keadaan tertentu

saja (Supariasa, 2001).

II.1.4. Aktivitas fisik

a. Definisi

Bagian terpenting dari gaya hidup jantung sehat melibatkan

aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan

diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010;

Physical Activity). Menurut Baecke (1982), indeks aktivitas fisik

merupakaj aktivitas sehari-hari yang meliputi indeks kegiatan waktu

bekerja, indeks kegiatan berolahraga, dan indeks kegiatan waktu

luang.

b. Manfaat Aktivitas Fisik terhadap Kesehatan

Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan

terhadap kesehatan, yaitu :

1) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker,

tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain

2) Berat badan terkendali

3) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

4) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional

Page 24: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

24

5) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

c. Tipe-Tipe Aktivitas Fisik

Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk

mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:

1) Ketahanan (endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu

jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan

membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan

maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per

minggu).

2) Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu

pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas

(lentur) dan sendi berfungsi dengan baik.

3) Kekuatan (strength)

Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja

otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang

tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis.

II.1.5. Hubungan Status Gizi dengan Hipertensi

Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks

massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat

badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi

pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum

sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan

volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.

Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, akan tetapi patogenesis

hipertensi pada obesitas masih belum jelas benar. Saat ini dugaan yang

mendasari timbulnya hipertensi pada obesitas adalah peningkatan hormon

leptin.

Page 25: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

25

Menurut Silbernagl, Florian (2007) leptin sendiri merupakan asam

amino yang disekresi terutama oleh jaringan adipose dan dihasilkan oleh

gen ob/ob . Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan

pengeluaran energi tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat,

selain itu leptin juga berperan pada perangsangan saraf simpatis,

meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan angiogenesis.

Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam kadar yang rendah,

akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan kadar leptin

dan diduga peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia

(Kapojos, 2008).

II.1.6. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi

Menurut Kowalski (2007), aktivitas fisik secara teratur tidak hanya

menurunkan tekanan darah, juga menyebabkan perubahan yang signifikan.

Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke jantung, kelenturan arteri dan

fungsi arterial. Aktivitas fisik juga melambatkan aterosklerosis dan

menurunkan resiko serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2007).

Menurut para dokter di Selandia Baru yang dimuat di tajuk rencana

The Lancet menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hubungan tingkat

aktivitas dengan tekanan darah, yaitu :

Aktivitas fisik dapat memperbaiki kecepatan jantung saat kondisi

istirahat, kadar kolesterol total, kadar LDL, serta tekanan sistolik dan

diastolik setelah 6 minggu.

Penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi lebih besar

daripada orang bertekanan darah normal atau prehipertensi. Rata-rata

penderita hipertensi akan mengalami penurunan sistolik dan diastolik

sebanyak 11 dan 8 poin (Kowalski, 2007).

Page 26: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

26

II.2. Kerangka Teori

Berdasarkan teori- teori pendukung mengenai status gizi, aktivitas fisik

yang berhubungan dengan hipertensi, maka dapat dibuat kerangka berpikir

sebagai berikut :

Kelainan yang didapat

Kelainan pada jantung

Kelainan padapembuluh darah

Status Gizi

Stres Merokok KafeinAlkohol

Kebiasaan Hidup

Mengikat Adenosin

Aktivitas Otak ↑

Epinefrin , Noepinefrin

Sistem Humoral

Merangsang sekresi adrenalin

Nikotin

Agregasi trombosit

Penyempitan pembuluh

Sistem Vasomotor

Aktivasi Medulla adrenal

Sistem Hemodinamik

Resistensi Leptin

Hiper-leptinemia

Retensi Na + air

↑ Volume Plasma

↑ Curah Jantung

↑ Resistensi Perifer Total

Hipertensi

Aktivitas Fisik

Kelenturan & Fungsional pembuluh darah

Ciri Perseorangan

Usia

Jenis Kelamin

Ras

Faktor Genetik

Page 27: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

27

II.3. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas peneliti memilih segi status gizi, aktivitas

fisik untuk dipakai dalam penelitian ini dengan pengetahuan bahwa status

gizi, aktivitas fisik responden sebagai faktor risiko dari hipertensi

responden.

Gambar 4. Kerangka Konsep

VARIABEL BEBAS

Status Gizi

Aktivitas Fisik

VARIABEL TERIKAT

Kejadian Hipertensi

Tidak Hipertensi Hipertensi

Faktor Risiko lain yang dikendalikan :

Merokok Konsumsi Kafein Alkohol

Keterangan :

= variabel yang diukur

= variabel yang tidak diukur

Keterangan :

= variabel yang diukur

= variabel yang tidak diukur

Bagan 1. Kerangka Teori

Sumber : Yogiantoro, 2006

Page 28: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

28

II.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah disusun, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada pasien

berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis periode 1

Desember 2011 – 31 Januari 2012.

2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

pasien berusia ≥ 30 tahun di Poli Umum Puskesmas Cimanggis periode

1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

II.5. Penelitian Sebelumnya

Sampai saat ini sudah ada penelitian sebelumnya mengenai hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Fani Ferawati (2008) dengan Judul

“Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik Dan

Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap Saji Ala Barat Dengan Tekanan

Darah Pada Pensiunan Pegawai PT.Pertamina Semarang”

Dari hasil penelitian yang telah dilakukannya ini didapatkan hasil

sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan tekanan darah sistol

dan diastol. Sebanyak 43,3% sampel mengalami kegemukan dengan

rerata nilai indeks massa tubuh sebesar 24,29 Kg/m2±3,083

mengalami hipertensi derajat 1.

2. Terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan tekanan

darah sistol dan diastol. Responden dengan aktivitas fisik ringan

sebanyak 53,3% dengan rerata nilai aktivitas fisik sebesar 2520,07

Page 29: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

29

Kkal±274,979 mengalami hipertensi derajat 1 dengan nilai tekanan

darah sistol ≥140 mmHg dan atau diastol ≥90 mmHg.

Hasil penelitian Tri Fani Ferawati sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rumsari Mutiarawati dengan judul “Hubungan antara

Riwayat Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 45-54 Tahun

Study di Wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang Tahun 2009” ,

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada usia 45-54 tahun di kelurahan Tlogosari Kulon kecamatan

Pedurungan kota Semarang. Hal ini juga didukung penelitian yang

dilakukan oleh Ni Made Sarastini yang berjudul “ Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Kelompok Usia

30 Tahun ke atas di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok

Tahun 2008” dimana penelitian ini menemukan adanya hubungan antara

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Grogol Kecamatan

Limo.

Ketiga penelitian tersebut tidak sejalan dengan Diyan Kusumastuti

(2003) dalam peneltitiannya Hubungan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Dewasa Umur 33-55 Tahun Di

Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kec. Banyumanik Kota Semarang. Hasil

penelitian menggunakan uji korelasi product momeent diperoleh nilai

p=0,590(p>0,05) dengan nilai r =0,93 untuk hubungan aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi. Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan IMT

dan aktivitas fisik yang ringan belum tentu diikuti dengan peningkatan

tekanan darah.

Page 30: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitiannya merupakan penelitian analitik, yaitu penelitian

yang bertujuan mengetahui hubungan antara variabel bebas dan varabel

terikat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu

pengambilan variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan secara

bersamaan dalam satu saat atau satu periode.

III.2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Poli Umum Puskesmas Cimanggis

yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 33.

III.3. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kurun waktu 6 bulan, yaitu

diawali dengan pengajuan proposal, membuat surat perizinan penelitian

kepada Puskesmas Cimanggis, Dinas Kesehatan Depok, Badan

Kesbangpollinmas Depok, proses pengambilan data, pengolahan data, dan

presentasi hasil penelitian.

III.4. Subjek Penelitian

III.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau

obyek yang memiliki kuantitas atau karakteristik-karakteristik tertentu

Page 31: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

31

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien berusia 30 tahun atau lebih di Poli Umum Puskesmas Cimanggis

Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

III.4.2.Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).

Sampel yang diambil adalah 75 pasien berusia 30 tahun atau lebih yang

terdaftar di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 –

31 Januari 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada saat

penelitian berlangsung.

III.4.3. Kriteria Inklusi

Semua pasien berusia 30 tahun atau lebih yang merupakan pasien

Poli Umum Puskesmas Cimanggis yang bersedia menjadi responden

dalam penelitian, yaitu dengan ketentuan :

a. Bersedia diwawancarai atau mengisi kuesioner

b. Bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah dengan alat

sphygmomanometer air raksa yang telah diuji kelayakannya.

c. Bersedia dilakukan pengukuran berat badan dengan timbangan berat

badan dan tinggi badan dengan meteran tinggi badan yang telah diuji

kelayakannya.

d. Tidak pernah atau jarang mengkonsumsi minuman berkafein (jarang

adalah 1-2 kali perminggu dan kurang dari 3 kali perbulan) (Indrawati,

2009).

III.4.4.Kriteria Eklusi

a. Terdapat riwayat hipertensi di keluarga inti (ayah/ibu/kakek/nenek)

b. Menggunakan kontrasepsi hormonal bagi perempuan.

c. Pernah atau masih merokok

d. Pernah atau masih mengkonsumsi alkohol

Page 32: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

32

e. Tidak bersedia dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan

serta yang tidak bersedia mengisi kuesioner atau pasien yang tidak

memiliki kriteria yang dimaksud peneliti.

III.4.5.Besar sampel

Sampel penelitian ini diambil dari pasien berusia 30 tahun atau lebih

yang terdaftar di poli umum Puskesmas Cimanggis. Penentuan besarnya

sampel menggunakan rumus deskriptif kategorik Snedecor GW dan

Cochran WG, yaitu rumus proporsi suatu populasi tidak berpasangan

dengan rumus sebagai berikut :

P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari (dari pustaka)

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki

Zα = Tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti)

Q = 1- P

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang datang berkunjung

ke Puskesmas Cimanggis pada bulan Desember 2011 – Januari 2012.

Untuk memperkirakan jumlah populasi Desember 2011 – Januari 2012,

digunakan jumlah populasi pada bulan Oktober dan November 2011

dengan asumsi bahwa populasi pasien yang datang berkunjung pada bulan

Desember 2011 – Januari 2012 tidak jauh berbeda. Penulis berasumsi

seperti itu dikarenakan berdasarkan data yang tercatat di bagian

administrasi setiap bulannya pada tahun 2011, prevalensi hipertensi hanya

berkisar antara 5 % - 5,5% dari seluruh kejadian penyakit yang terdata di

Puskesmas Cimanggis.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari bagian administrasi dan

tata usaha di Puskesmas Cimanggis diketahui bahwa kejadian hipertensi

pada bulan Oktober 2011 adalah 75 dari total semua pasien yang

berjumlah 1809, sedangkan kejadian hipertensi pada bulan November

n = Zα 2 PQ d2

Page 33: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

33

2011 adalah 108 dari total semua pasien yang berjumlah 1750. Sehingga

proporsi kejadian hipertensi selama 2 bulan di Puskesmas Cimanggis

adalah :

75 + 108 = 183 = 5,14 % 5,2 %

1809+ 1750 3559

N = Zα 2 PQ = 1,96 2 x 0,052 x 0,948 = 75 sampel

d2 (0,05)2

III.5. Rancangan Penelitian

Peneliti menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu

pengambilan variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan secara

bersamaan dalam satu saat atau satu periode. Pada penelitian ini peneliti

menghubungkan antara status gizi, aktivitas fisik yang merupakan variabel

bebas dengan kejadian hipertensi yang menjadi variabel terikat, dimana

penelitian dilakukan bersamaan yaitu pada satu saat atau satu periode dan

pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu kali

penelitian.

III.6. Teknik sampling

.Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah non probability

sampling yaitu tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dengan

menggunakan metode accidental sampling untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai kriteria tertentu sampai jumlah yang diinginkan

terpenuhi yaitu 75 responden. Kriteria yang dimaksud adalah pasien

berusia 30 tahun atau lebih yang terdaftar di Poli Umum Puskesmas

Cimanggis.

III.7. Cara Pengumpulan Data

Data yang penulis butuhkan dikumpulkan dengan cara mengukur

tekanan darah, berat badan dan tinggi badan responden untuk mengetahui

Page 34: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

34

IMT serta membagikan kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut

mencakup variabel hipertensi dan aktivitas fisik.

III.8. Identifikasi variabel penelitian

Variabel bebas : Status gizi, Aktivitas Fisik

Variabel terikat : Kejadian hipertensi

III.9. Definisi Operasional variabel

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Hipertensi Hipertensi adalah

peningkatan

tekanan darah

yaitu apabila

tekanan diastol

menetap di atas 90

mmHg, atau

tekanan sistol

menetap di atas

140 mmHg

(Robbins et al,

2007).

Pengukuran

tekanan

darah

Sphygmo-

mano-

meter air

raksa

1= Tidak

Hipertensi

2 =

Hipertensi

Nominal

Status

Gizi

Keadaan tubuh

sebagai akibat

konsumsi makanan

dan penggunaan

zat-zat gizi

(Almatsier, 2009).

Pengukuran

berat badan

dan tinggi

badan

IMT 1 = Tidak

Obesitas

(IMT ≤ 24,9)

2 = Obesitas

(IMT ≥ 25)

(IOTF, WHO

2000)

Nominal

Aktivitas

Fisik

Kegiatan yang

selalu dilakukan

responden untuk

menggerakkan

Pengisian

kuesioner

Kuesioner

Baku

1 = Ringan

(< 5,6)

2 = Sedang

(5,6 – < 7,9)

Ordinal

Page 35: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

35

anggota tubuhnya

yang mencakup

indeks kerja,

indeks olahraga,

dan indeks waktu

luang (Baecke,

Burema, Frijters,

1982)

3 = Berat

(≥7,9)

(Baecke,

Burema,

Frijters,

1982)

III.10. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan berbagai instrumen penelitian, yaitu :

1. Alat sphygmomanometer air raksa dan stetoskop yang sebelumnya

telah diuji kebenrannya yang bertujuan untuk mengukur tekanan darah

responden sehingga dapat diketahui apakah responden tersebut

hipertensi atau tidak hipertensi.

2. Pengukuran IMT menggunakan timbangan injak dan meteran tinggi

badan yang sebelumnya telah diuji kebenarannya.

3. Penggunaan data primer dengan melakukan wawancara menggunakan

kuesioner atau responden bersedia mengisi sendiri kuesioner tersebut.

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara

lisan dari seseorang sasaran penelitian. Penulis juga menggunakan

kuesioner untuk mengendalikan faktor-faktor risiko hipertensi selain

variabel yang teliti. Kuesioner dikembangkan pada faktor risiko

responden sesuai variabel yang akan diambil yaitu hipertensi, status

gizi, aktivitas fisik. Peneliti menggunakan kuesioner baku yaitu The

Questionnaire of Baecke et al for Measurement of a Person's Habitual

Physical Activity dari Baecke, Burema, Frijters, 1982. Jenis kuesioner

adalah pertanyaan mengenai fakta-fakta dari responden dan bentuk

pertanyaan berupa pertanyaan tertutup, sehingga mudah mengarahkan

jawaban responden.

Page 36: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

36

III.11. Validitas Instrumen

III.11.1. Validitas

Menurut Dahlan (2009), penelitian yang valid adalah penelitian

dengan hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut berlaku pada populasi

yang menjadi target generalisasinya. Untuk dapat digeneralisasi pada

subjek yang diinginkan, pertama kali harus yakin bahwa data yang

diperoleh adalah data yang sahih. Kesasihan data penelitian dinamakan

validitas interna. Generalisasi dari subjek yang diteliti kepada subjek yang

diinginkan, lalu kepada populasi terjangkau dan populasi target dinamakan

validitas eksterna.

III.11.2. Reliabilitas

Reliabel adalah konsistensi dari hasil nilai ukurnya jika dilakukan

berkali-kali pada subyek yang berkarakter sama.

III.12. Protokol penelitian

III.12.1.Pra Penelitian

Membuat surat perizinan penelitian dari FK UPN “Veteran” Jakarta

untuk mengambil data pada lokasi penenlitian yang telah ditentukan.

Membuat surat perizinan penelitian dari pihak Dinas Kesehatan Kota

Depok.

Membuat surat perizinan penelitian dari pihak Kesbangpol Kota

Depok

Menyerahkan ketiga surat perizinan tersebut kepada pihak Puskesmas

Cimanggis sebagai lokasi yang akan dilakukan penelitian.

Mendapat surat jawaban perizinan penelitian dari pihak Puskesmas

Cimanggis

III.12.2.Saat Penelitian

Mengukur tekanan darah pasien yang berobat ke Poli Umum

Puskesmas Cimanggis dengan alat sphygmomanometer air raksa dan

stetoskop sehingga diketahui hipertensi dan tidak hipertensi pada saat

penelitian berlangsung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 37: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

37

Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk

menghitung IMT responden

Memberikan kuesioner mengenai faktor risiko hipertensi dan aktivitas

fisik.

III.12.3. Analisa Data

Memasukkan data dan melakukan pengkodean dengan menggunakan

program komputerisasi pengujian statistika.

Mengolah data dengan program komputerisasi pengujian statistika

III.12.4.Pengajian Laporan

III.13. Cara Kerja Penelitian

1. Persiapan Penelitian

a. Pengembangan Kuesioner

Peneliti berusaha untuk mengembangkan kuesioner.

b. Penilaian alat pengukur yang digunakan yaitu

Sphygmomanometer air raksa, timbangan berat badan, meteran

tinggi badan.

c. Percobaan alat pengukur yang digunakan

Setelah diperiksa kelayakannya, maka peneliti mencoba

menggunakan alat pengukur tersebut apakah sudah baik untuk

digunakan.

2. Identifikasi Subyek

Peneliti meneliti sendiri apakah subyek memenuhi kriteria penelitian

yaitu dengan mengetahui usia dan mendengarkan keluhan utama

pasien saat menjelaskan kepada dokter di Poli Umum Puskesmas

Cimanggis.

3. Informed consent

Peneliti memperkenalkan diri kepada calon subyek penelitian dan

melakukan informed consent serta meminta persetujuan untuk

dijadikan sebagai responden penelitian.

4. Pemberian kuesioner

Page 38: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

38

Kuesioner diberikan langsung kepada responden penelitian dan

memberikan dua pilihan yaitu apakah responden ingin mengisi sendiri

kuesioner tersebut dengan didampingi oleh peneliti atau peneliti

melakukan wawancara secara langsung mengenai pertanyaan-

pertanyaan yang ada di kuesioner tersebut.

5. Pengukuran tekanan darah

Pada pengukuran tekanan darah peneliti meminta bantuan kepada

seorang perawat di Puskesmas Cimanggis sehingga pada masing-

masing subyek penelitian dilakukan pengukuran tekanan darah

sebanyak 2x yaitu oleh peneliti dan seorang perawat sehingga

diperoleh hasil tekanan darah rata-rata dari kedua hasil pengukuran

tersebut. Namun, karena berbagai macam kendala terkadang subyek

penelitian hanya dilakukan pengukuran tekanan darah 1x saja yaitu

dengan peneliti ataupun dengan perawat setempat.

6. Pengukuran IMT

Pada awal persiapan, sebelum dilakukan pengukuran tinggi dan berat

badan, peneliti meminta kepada subyek penelitian untuk melepaskan

alas kaki, serta barang-barang yang dibawa oleh subyek penelitian.

7. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerja sama

subyek penelitian.

III.14. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data terdapat 3 tahapan, yaitu :

1. Editing

Saat editing dilakukan pemeriksaan data yang telah dikumpulkan

apakah dapat dibaca, telah terisi lengkap, terdapat ketidakserasian

antara jawaban satu dengan yang lainnya, dan terdapat kesalahan atau

tidak.

2. Coding

Pada coding dilakukan perubahan data dari berbentuk huruf menjadi

angka untuk memudahkan dalam proses pengolahan data.

3. Tabulating

Page 39: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

39

Dilakukan penyusunan data yang merupakan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan

ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002).

III.15. Analisa Data

III.15.1. Analisa univariat

Bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap variabel yang

akan diteliti, agar dapat melihat hasil yang lebih valid maka harus

dimasukan ke dalam program pengolahan data (Dahlan, 2009).

III.15.2. Analisa bivariat

Teknik analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara

masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat disertai uji

kemaknaan statistik dengan uji Chi-Square (Kai Kuadrat) dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Rumus Chi-Square (X2)

X2 = Ʃ (fo – fb) 2 E

Keterangan : X2 = Chi-Square (Kai Kuadrat)

fo = Nilai Observasi

fb = Nilai Harapan

k = Jumlah Kolom; b = Jumlah Baris

Keputusan uji Chi-Square :

1. Ho ditolak apabila p-value ≤ α (0,05), artinya ada hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen

2. Ho gagal tolak/ diterima apabila p-value > α (0,05), artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel

independen.

Df = (k – 1) (b-1)

Page 40: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

40

Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dilakukan uji

alternatif lain. Untuk tabel 2x2 menggunakan fisher’s exact test sedangkan

tabel 2x3 menggunakan uji kolmogorov sminov dengan melihat nilai p

(Hastono, 2007).

III.16. Etika Penelitian

Nursalam (2008) menyatakan bahwa etika penelitian terdiri dari :

1. Informed consent, merupakan persetujuan antara peneliti dengan

responden menggunakan lembar persetujuan.

2. Anonymity, peneliti tidak menampilkan identitas dari responden dalam

kuesioner melainkan digantikan dengan menggunakan kode.

3. Confodantiality, peneliti menjamin semua kerahasiaan hasil

penelitian.

III.17. Jadwal Penelitian

Penelitian akan dilakukan kurang lebih selama 6 bulan, dengan perincian

sebagai berikut :

No. Uraian Oktober November Desember Januari Februari Maret

1. Proposal * * * * * * *

2. Perizinan *

3. Penelitian

-Pengumpulan

data

-Analisis data

* * * * * * * *

* * * *

4. Laporan * * *

5. Presentasi *

Page 41: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran Umum Puskesmas Cimanggis

IV.1.1. Sejarah dan Perkembangan Puskesmas Cimanggis

Puskesmas Ciamnggis didirikan tahun 1968, pada waktu itu

merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di kecamatan

Cimanggis dan harus melayani masyarakat dari seluruh kelurahan.

Dalam perkembangannya di keluarahan didirikan puskesmas

pembantu (Pustu), lalu pustu ini dikembangkan menjadi puskesmas

induk, hingga sekarangdi Kcamatan Cimanggis ada delapan

Puskesmas induk yaitu : Puskesmas Tugu, Puskesmas Pasir Gunung,

Puskesmas Harjamukti, Puskesmas Cilangkap, Puskesmas Sukatani,

Puskesmas Tapos, Puskesmas Jatijajar, dan Puskesmas Villa Pertiwi,

dengan kedudukan Puskesmas Cimanggis sebagai Puskesmas

koordinator tingkat kecamatan (Korcam).

Gedung Puskesmas telah mengalami beberapa kali perbaikan.

Pengembangan yang pesat terjadi pada saat diresmikan menjadi

Puskesmas DTP (Dengan Tempat Perawatan) pada tanggal 17 April

2002 dengan kapaistas lima belas tempat tidur. Pengembangan

menjadi Puskesmas DTP ini merupakan yang pertama di Kota

Depok. Pemugaran terakhir dilakukan pada akhir 2007. Gedung baru

secara keseluruhan dipergunakan pada April 2008 sehingga

Page 42: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

42

pelayanan rawat inap menjadi dua belas tempat tidur Ranap umum,

delapan tempat tidur Rawat Pemulihan Gizi Buruk (TFC), dan enam

tempat tidur Rumah Bersalin. Lokasi Puskesmas Cimanggis berada

di jalur strategis, yaitu berada di jalan raya Jakarta-Bogor Km. 33

dan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan umum sehingga sangat

mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan. Wilayah

kerjanya meliputi tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Curug, Cisalak

Pasar, dan Mekarsari dengan jumlah penduduk binaan 41. 512 jiwa.

Membina 30 Posyandu yang tersebar secara meratadi setiap RW.

Sejak Juni 2008 Wilayah kerja Puskesmas Cimanggis berkurang

yaitu menjadi dua kelurahan yaitu Kelurahan Curug dan Kelurahan

Cisalak Pasar sebab dengan dibangunnya Puskesmas baru di wilayah

Kelurahan Mekarsari.

IV.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Cimanggis

a. Visi

Dalam menjalankan tugasnya untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal, serta mendukung visi nasional bidang

kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2010” serta mengacu pada visi

Kota Depok “Menuju Kota Depok yang Melayani dan

Mensejahterakan” maka Puskesmas Cimanggis menetapkan Visi,

“Mewujudkan Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan

prima dan menjadi pilihan utamabagi seluruh lapisan masyarakat

tanpa melupakan tugas pokoknya sebagai pembina kesehatan di

wilayahnya”.

b. Misi

Untuk mewujudkan capaian visi Puskesmas Cimanggis

yang dijabarkan, maka ditetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan

2. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia

(SDM)

Page 43: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

43

3. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya umum

(SDU)

4. Meningkatkan jumlah kunjungan

5. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana

6. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pemasaran

7. Meningkatkan dan mengembangkan sistem informasi

manajemen

8. Meningkatkan kemitraan

9. Melaksanakan program pokok

10. Menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayahnya.

IV.2. Hasil Penelitian

IV.2.2. Gambaran umum Subyek Penelitian

Sampel yang diambil adalah 75 pasien berusia 30 tahun atau

lebih yang terdaftar di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1

Desember 2011 – 31 Januari 2012 yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi pada saat penelitian berlangsung.

Data dikumpulkan dengan cara mengukur tekanan darah,

berat badan dan tinggi badan responden untuk mengetahui IMT

(Indeks Massa Tubuh) serta membagikan kuesioner kepada

responden. Kuesioner tersebut mencakup variabel hipertensi dan

aktivitas fisik.

Berikut perhatikan tabel gambaran umum subyek penelitian di

bawah ini :

1) Kejadian Hipertensi

Tabel 3

Distibusi Responden Menurut Penyakit (Hipertensi / Tidak Hipertensi

No. Tekanan Darah Frekuensi %

1. Tidak Hipertensi 28 37,3%

2. Hipertensi 47 62,7%

Jumlah 75 100

Page 44: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

44

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden tidak

hipertensi sebanyak 28 orang (37,33%).dan responden hipertensi

sebanyak 47 orang (62,7%). Seluruh responden berjumlah 75

orang.

2) Derajat Hipertensi

Tabel 4

Distribusi Responden Hipertensi Menurut Derajat Hipertensi

No Derajat Hipertensi Frekuensi %

1. Hipertensi ringan 17 36,2

2. Hipertensi sedang 17 36,2

3. Hipertensi berat 13 27,7

Jumlah 47 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 47 responden

hipertensi dalam penelitian ini, jumlah responden pada

kelompok hipertensi ringan 17 orang (36,2 %), hipertensi

sedang 17 orang (36,2 %), hipertensi berat 13 orang (27,7 %).

3) Usia

Tabel 5

Distribusi Responden Menurut Usia

No. Usia Frekuensi %

1. 30 - < 50 tahun 42 56

2. ≥ 50 tahun 33 44

Page 45: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

45

Jumlah 75 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 75 responden

dalam penelitian ini, jumlah reponden pada kelompok usia 30 -

< 50 tahun sebesar 42 responden (56%) dan jumlah responden

pada kelompok umur ≥ 50 tahun sebanyak 33 responden (44

%).

4) Jenis Kelamin

Tabel 6

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi %

1. Laki-laki 18 24

2. Perempuan 57 76

Jumlah 75 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 75 responden

dalam penelitian ini, jumlah responden laki-laki sebanyak 18

orang (24 %) dan responden perempuan sebanyak 57 orang (76

%).

5) Tingkat Pendidikan

Tabel 7

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi %

1. Tidak Sekolah 24 32

2. Dasar (SD / SMP/ yang

sederajat)

30 40

3. Menengah (SMA/ yang 19 25,3

Page 46: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

46

sederajat)

4. Tinggi (ST / PT) 2 2,7

Jumlah 75 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 75 responden

dalam penelitian ini, jumlah responden tidak sekolah adalah 24

orang (32%), jumlah responden dengan tingkat pendidikan

dasar (SD/ yang sederajat) adalah 30 responden (40 %), tingkat

pendidikan menengah (SMA/ yang sederajat) adalah 19

responden (25,3%), dan tingkat pendidikan tinggi (Sekolah

Tinggi atau Perguruan Tinggi) adalah 2 responden (2,7 %).

IV.2.2. Hasil Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian

karakteristik status gizi dan aktivitas fisik.

1) Status Gizi Responden

Tabel 8

Distribusi Responden Menurut Indeks Massa Tubuh

No. Indeks massa tubuh Frekuensi %

1. Berat badan kurang

(IMT ≤ 24,9)

57 76

2. Obesitas (IMT ≥ 25) 18 24

Jumlah 75 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 75 responden dalam

penelitian ini, jumlah responden yang tidak obesitas (IMT ≤

24,9) adalah 57 orang (76 %), responden obesitas (IMT ≥ 25)

adalah 18 orang (24%).

2) Aktivitas fisik responden

Tabel 9

Distribusi Responden Menurut Aktivitas Fisik

No. Indeks massa tubuh Frekuensi %

Page 47: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

47

1. Aktivitas fisik ringan 15 20

2. Aktivitas fisik sedang 39 52

3. Aktivitas fisik berat 21 28

Jumlah 75 100

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 75responden

dalam penelitian ini, pada kelompok yang aktivitas ringan 15

responden (20 %), aktivitas sedang 39 responden (52 %),

aktivitas berat 21 responden (28 %).

IV.2.3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel untuk membuktikan hipotesis penelitian. Analisis bivariat

digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Untuk itu dilakukan analisis bivariat dengan uji

statistic Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 5% (α=0,05).

1) Hubungan antara status gizi dengan kejadian hipertensi

Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara status gizi

(indeks massa tubuh) dengan kejadian hipertensi. Disini dibagi

menjadi empat kelompok, yaitu berat badan kurang (IMT <

18,5) , berat badan normal IMT 18,5 – 22,9), berat badan lebih

(IMT > 23 - 24,9), dan obesitas (IMT > 25).

Tabel 10

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi

Indeks_Massa_

Tubuh

Kejadian Hipertensi Jumlah P

valueTidak

Hipertensi

Hipertensi

N % N % n % N

Berat badan kurang

(IMT < 18,5)/

12 80 3 20 15 100 0,000

Page 48: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

48

Berat badan normal

(IMT 18,5 - 22,9)

9 37,5 15 62,5 24 100

Berat badan lebih

(IMT > 23 – 24,9)

7 38,9 11 61,1 18 100

Obesitas(IMT >25) 0 0 18 100 18 100

28 33,3 47 66,7 75 100

Hasil pengolahan data dengan menggunakan Chi-Square dengan p value

= 0,000 < nilai α = 0 , 0 5 m e n u n j u k k a n b a h w a H 0 ditolak

yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks

massa tubuh responden dengan kejadian hipertensi.

2) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 11Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Aktivitas Fisik Kejadian Hipertensi Jumlah p

valueTidak

Hipertensi

Hipertensi

N % N % N % N

Aktivitas fisik ringan 8 53,3 7 46,7 15 100 0,001

Aktivitas fisik sedang 18 46,2 21 58,3 39 100

Aktivitas fisik berat 2 9,5 19 90,5 21 100

Total 28 37,3 47 62,7 75 100

Dari hasil peneltian diketahui bahwa responden hipertensi dan tidak

hipertensi lebih banyak pada kelompok aktivitas fisik sedang yaitu 62,7 %

dan 37,3 %. Hasil pengolahan data dengan menggunakan Chi-Square

dengan p value = 0,007 < nilaiα = 0 , 0 5 m e n u n j u k k a n b a h w a

H 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antara aktivitas fisikk responden dengan kejadian hipertensi.

IV.3. Pembahasan

Page 49: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

49

Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil dari penelitian hubungan

antara status gizi (indeks massa tubuh), akticvitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada pasien berusia ≥ 30 tahun yang terdaftar di Poli Umum

Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember 2011 – 31 Januari 2012.

Pembahasan akan meliputi besarnya angka kejadian penyakit

hipertensi menurut indeks massa tubuh, aktivitas fisik.

1. Angka kejadian hipertensi menurut indeks massa tubuh dan aktivitas

fisik

Setelah data diperoleh, maka diketahui bahwa jumlah responden

hipertensi sebanyak 47 orang (62,7%) dan responden tidak hipertensi

sebanyak 28 orang (37,33%). Jumlah responden adalah 75 orang.

A. Indeks Massa Tubuh

Distribusi indeks massa tubuh dari jumlah 75 responden

dalam penelitian ini, jumlah responden pada kelompok berat badan

kurang (IMT < 18,5) adalah 20 %, responden dengan berat badan

normal (IMT 18,5 – 22,9) adalah 32 %, responden dengan berat

badan lebih (IMT > 23) adalah 24 %, dan responden dengan

obesitas (IMT > 25) adalah 24%.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sugeng Adiono (2008)

yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi lebih banyak terjadi

pada responden yang obesitas (91.7 %). Hal ini dikarenakan

terdapat perbedaan dalam hal pengkategorian indeks massa tubuh.

Peneliti menggunakan indikator indeks massa tubuh sesuai dengan

Klasifikasi Berat Badan yang disesuaikan berdasarkan IMT pada

Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000) yang penulis

kategorikan menjadi berat badan kurang (IMT < 18,5), berat badan

normal (IMT 18,5 – 22,9), berat badan lebih (IMT > 23 – 24,9),

dan obesitas (IMT ≥ 25) sedangkan dalam penelitiannya Sugeng

Adiono membagi IMT hanya dalam dua kelompok yaitu tidak

obesitas dan obesitas.

Page 50: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

50

B. Aktivitas Fisik

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari jumlah 75

responden dalam penelitian ini, jumlah responden pada kelompok

aktivitas fisik ringan 20 %, aktivitas fisik sedang 52 %, aktivitas

fisik berat 28 %.

Bila dibandingkan dengan penelitian Tri Fani Ferawati

(2008), maka terdapat perbedaan distribusi aktivitas fisik. Hasil

penelitiannya angka kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada

responden dengan aktivitas fisik ringan yaitu sebesar 53,3 %. Hal

tersebut dikarenakan kuesioner atau cara pengukuran tingkat

aktivitas fisik yang digunakan berbeda, yaitu Tri Fani Ferawati

menggunakan kuesioner baku dari WHO sedangkan peneliti

menggunakan kuesioner baku The Questionnaire of Baecke et al

for Measurement of a Person's Habitual Physical Activity dari

Baecke, Burema, Frijters, 1982.

2. Hubungan antara status gizi (IMT) dengan kejadian hipertensi

Pada kategori status gizi dengan berat badan kurang distribusi

responden tidak hipertensi adalah 80 % dan responden hipertensi

sebesar 20%. Pada kategori status gizi dengan berat badan normal

distribusi responden tidak hipertensi adalah 37,5% dan responden

hipertensi sebesar 62,5 %. Pada kategori status gizi dengan berat

badan lebih distribusi responden tidak hipertensi adalah 38,9% dan

responden hipertensi sebesar 61,1 %. Pada kategori status gizi

obesitas 100% respondennya mengalami hipertensi.

Secara keseluruhan diketahui bahwa pada responden yang

mengalami hipertensi sebagian besar terjadi pada kelompok status gizi

obesitas (IMT > 25) yaitu 18 responden dari total 75 responden atau

sebesar 24 %. Pada responden yang tidak hipertensi sebagian besar

terjadi pada kelompok status gizi berat badan kurang (IMT < 18,5)

yaitu 12 responden dari total 75 responden atau sebesar 16%. Hasil

Page 51: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

51

tersebut membuktikan bahwa salah satu faktor risiko yang berasal dari

kebiasaan hidup individu yaitu obesitas.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Chi-Square

dengan p value = 0,000 < nilai α = 0 , 0 5 m e n u n j u k k a n

b a h w a H 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara indeks massa tubuh responden dengan kejadian

hipertensi.

Bila dibandingkan dengan penelitian Sugeng Adiono (2008)

yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas

dengan kejadian hipertensi, maka terdapat persamaan hasil yang

peneliti peroleh. Namun terdapat perbedaan dalam hal pengkategorian

indeks massa tubuh. Peneliti menggunakan indikator indeks massa

tubuh sesuai dengan Klasifikasi Berat Badan yang disesuaikan

berdasarkan IMT pada Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

yang penulis kategorikan menjadi berat badan kurang (IMT < 18,5),

berat badan normal (IMT 18,5 – 22,9), berat badan lebih (IMT > 23 –

24,9), dan obesitas (IMT > 25), sedangkan dalam penelitiannya

Sugeng Adiono membagi IMT hanya dalam dua kelompok yaitu tidak

obesitas dan obesitas serta berdasarkan Klasifikasi Berat Badan Secara

Global dari WHO yang berbeda dengan klasifikas IMT yang peneliti

gunakan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Diyan Kusumastuti (2003) yang menyimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan IMT tentu diikuti

dengan peningkatan tekanan darah.

Dari sekian banyak penelitian telah membuktikan adanya

hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan

diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada

mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas.

Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi

pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan

curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Akan tetapi

Page 52: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

52

pada tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana

diduga terjadi perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan

ini. Hal ini disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas

yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini dengan ditemukannya

Leptin. Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama

oleh jaringan adipose. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu

makan dan pengeluaran energi tubuh melalui pengaturan pada susunan

saraf pusat, selain itu Leptin juga berperan pada perangsangan saraf

simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan

angiogenesis. Perangsangan saraf simpatis yang berperan besar pada

peningkatan tekanan darah.

3. Hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

Pada kategori aktivitas fisik ringan distribusi responden tidak

hipertensi adalah 53,3 % dan responden hipertensi sebesar 46,7%.

Pada kategori aktivitas fisik sedang distribusi responden tidak

hipertensi adalah 46,2% dan responden hipertensi sebesar 58,3 %.

Pada kategori aktivitas fisik berat distribusi responden tidak hipertensi

adalah 9,5% dan responden hipertensi sebesar 90,5 %.

Secara keseluruhan dapat dilihat distribusi reponden kelompok

hipertensi dan tidak hipertensi menurut aktivitas fisik lebih banyak

terjadi pada aktivitas fisik sedang yaitu 21 responden hipertensi (28%)

dan 18 responden tidak hipertensi (24%).

Hasil pengolahan data dengan menggunakan Chi-Square dengan

p value = 0, 007 < nilaiα = 0 , 0 5 m e n u n j u k k a n b a h w a

H 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara aktivitas fisik responden dengan kejadian hipertensi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Tri Fani Ferawati (2008)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara aktivitas

fisik dengan tekanan darah sistol dan diastol. Responden dengan

aktivitas fisik ringan sebanyak 53,3% dengan rerata nilai aktivitas

fisik sebesar 2520,07 Kkal±274,979 mengalami hipertensi derajat 1

Page 53: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

53

dengan nilai tekanan darah sistol ≥140 mmHg dan atau diastol ≥90

mmHg. Namun tidak sejalan dengan penelitian Diyan Kusumastuti

(2003) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

Secara teori, aktivitas fisik secara teratur tidak hanya

menurunkan tekanan darah, juga menyebabkan perubahan yang

signifikan. Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke jantung,

kelenturan arteri dan fungsi arterial.

IV.4. Keterbatasan Penelitian

Tidak ada penelitian yang sempurna. Secara umum banyak faktor

risiko yang dapat menyebabkan hipertensi. Dalam penelitian ini memiliki

keterbatasan dikarenakan variabel bebas yang diuji hanya mencakup status

gizi dan aktivitas fisik. Peneliti berusaha mengendalikan faktor-faktor

risiko lain yang menyebabkan hipertensi, seperti riwayat hipertensi dalam

keluarga inti, merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi kafein. Tetapi

peneliti tidak mengendalikan faktor risiko lain seperti diabetes mellitus

yang mengakibatkan peningkatan viskositas darah sehingga

mengakibatkan TPR meningkat, kelainan pada ginjal, dll.

Page 54: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

54

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitan yang dilakukan pada pasien usia ≥ 30 tahun yang

terdaftar di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1 Desember

2011 – 31 Januari 2012, terdapat responden hipertensi sebanyak 47

orang (62,7%) dan tidak hipertensi sebanyak 28 orang (37,3%).

2. Secara keseluruhan distribusi status gizi pada responden lebih banyak

pada kelompok status gizi berat badan normal (IMT 18,5 – 22,9) yaitu

32%

4. Secara keseluruhan distriusi aktivitas fisik responden lebih banyak pada

kelompok aktivitas fisik sedang yaitu sebesar 52%.

5. Terdapat perbedaan bermakna antara indeks massa tubuh dengan

kejadian hipertensi (p value = 0,000)

6. Terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi (p value = 0,007).

V.2. Saran

V.2.1. Subyek Penelitian

a) Bagi responden yang mengalami hipertensi dengan kondisi status gizi

yang tidak normal hendaknya mulai mengatur pola makan dan

menghindari faktor-faktor risiko lain sehingga tekanan darah dapat

terkontrol.

Page 55: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

55

b) Bagi responden yang tidak mengalami hipertensi hendaknya sedini

mungkin menghindari faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara

berkala.

V.2.2. Masyarakat umum

a) Pada orang yang lebih berisiko seperti mempunyai riwayat genetik

hipertensi diharapkan mulai sedini mungkin untuk menjaga kondisi

kesehatan baik dari kebiasaan makan, olahraga dan pola hidup.

b) Pengontrolan hipertensi secara dini, untuk mengenali tanda dan gejala

hipertensi dan segera melakukan pengobatan, diharapkan tekanan

darahnya dapat terkontrol.

V.2.3. Tempat Penelitian

Bagi pihak Puskesmas Cimanggis supaya meningkatkan informasi kepada

masyarakat di wilayah kerjanya mengenai pentingnya memeriksakan

tekanan darah secara berkala.

V.2.4. Institusi Pendidikan

a) Perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar untuk dapat

mengetahui hubungan antar variabel dengan tepat.

b) Perlu dilakukan penelitian dengan tingkat pengendalian faktor risiko

lain selain variabel yang akan diteliti.

Page 56: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

56

DAFTAR PUSTAKA

Adiono, Sugeng. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Hipertensi Di Dusun Desa Sibowi Kecamatan Dolo Kabupaten Donggala.

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Anggraini et all. 2008. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi

Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dama. Available from :

http://library.usu.ac.id /download/fk/gizi-bahri4.pdf.

Baecke JAH Burema J Frijters ER. A short questionnaire for the measurement of

habitual physical activity in epidemiological studies. Am J Clin Nutr.

1982; 36: 936-942.

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Budiyanto,K.A.M. 2002. Gizi dan kesehatan. Edisi I. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang Press

Dahlan, Sopiyudin. 2009. Besar Sample Dan Cara Pengambilan Sample. Jakarta :

Salemba Medika. Hal 79-82, 129

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi

Petugas Kesehatan. Available at : http://www.depkes.go.id

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis Penemuan dan

Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Available at : www.perpustakaan

_depkes.org

Ferawati, Tri Fani. E-UNDIP Repository. 2008. Hubungan Antara Indeks Massa

Tubuh (Imt), Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Siap

Saji Ala Barat Dengan Tekanan Darah Pada Pensiunan Pegawai

Page 57: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

57

Pt.Pertamina Semarang. Available From : Http://Library.Undip.Ac.Id

/Download/Fk/Gizi-Fani.Pdf

Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM & Simpson IA. 2005. Lecture Notes :

Kardiologi (4rd ed). Jakarta : Penerbit Erlangga;.57-62.

Gunawan L. hipertensi : tekanan darah tinggi. Yogyakarta : Kanisius, 2001.

Hastono, Priyo Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan.Jakarta : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ibnu M. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 1996.

Imam, Sukiman, 2005. Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan.

Makalah Penetapan Guru Besar Fakultas Kedokteran Bidang Bidang Ilmu

Patologi Klinik Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kapojos EJ. 2008. Hipertensi dan obesitas. Jantung Hipertensi. Diunduh dari

http://www.jantunghipertensi.com/index2.php?

option=com_content&do_pdf=1&id=336

Kowalski, Robert. 2007. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. Bandung : Qanita.

Hal 34, 107-120, 289

Kusumastuti, Diyan. 2003. Hubungan Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Wanita Dewasa Umur 33-55 Tahun Di Wilayah

Kerja Puskesmas Srondol Kec. Banyumanik Kota Semarang.

National Institutes of Health: The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure, NIH Publication, November 2003.

Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta. Hal 131-150

Nursalam. 2008. Konsep dan Metodologi keperawatan edisi 5. Jakarta : Salemba

Medika

Puspita, Wahyu Ramadhan.. e-USM Repository. 2009. [cited 2010]. Gaya Hidup

Pada Mahasiswa Penderita Hipertensi. Available from :

http://library.ums.ac.id /download/fpsi/gizi-bahri4.pdf

Robbins, Cotrain, Kumar. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi VII. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Hal 379-382.

Page 58: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

58

Sarastini, Ni Made. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Hipertensi pada Masyarakat Kelompok Usia 30 Tahun ke atas di

Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok Tahun 2008.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Hal 297-342.

Sidabutar RP & Prodjosujadi W. Ilmu penyakit dalam II. Jakarta : Balai penerbit

FKUI; 1990.

Sigarlaki, J.O. Herke. 2006. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan

Hipertensi Di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten

Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006.

Silbernagl Stefan, Lang Florian. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 216- 223.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Buku Penerbit Kedokteran

EGC.

Soeharto, Imam. 2004. Serangan jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak

dan Koleserol. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 49-83

Suarthana E, Tarigan IFA, Kaligis MF, Sandra A, Purwanta D, dan Hadi S.

Prevalensi Hipertensi Pada Ibu Rumah Tangga dan Faktor-faktor Gizi

yang berhubungan di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur.

Majalah Kedokteran Indonesia 2001; 15: 158-163.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suheni, Yulian. 2007. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Laki-Laki Usia > 40 Tahun. Available from :

http://library.ums.ac.id /download/fpsi/gizi-bahri4.pdf

Supariasa I Dewa, Baki Bachyar, Fajar Ibnu. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta :

EGC. Hal 17- 18, 24, 59-60

Susalit E, Kapojos JE & Lubis HR. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam II.

Jakarta : Balai penerbit FKUI

Tagor, GM. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI

Tessy, Agus. 2006. Hipertensi Pada Penyakit Ginjal dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI. Hal

615

Page 59: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

59

WHO. 2006. Global Database on Body Mass Index an interactive surveillance

tool for monitoring nutrition transition. Word Health Organization.

Diunduh dari http/www.obesitas.we.id/pub-bmi.html

WHO. 1999. World Health Organization-International Society of Hypertension

Guidelines far the Management of Hypertension. Journal of Hypertension.

Yogiantoro, Mohammad. 2006. Hipertensi Essensial dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I. Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI. Hal

610-614

LAMPIRAN

Page 60: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

60

Lampiran 1

FORMAT PERMINTAAN PENELITIAN DI PUSKESMAS CIMANGGIS

Page 61: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

61

Page 62: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

62

Page 63: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

63

Lampiran 2

FORMAT PERMINTAAN PENELITIAN DINAS KESEHATAN DEPOK

Page 64: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

64

Page 65: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

65

Lampiran 3

FORMAT PERMINTAAN PENELITIAN

BADAN KESBANGPOL-LINMAS DEPOK

Page 66: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

66

Page 67: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

67

Lampiran 4

Page 68: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

68

Lampiran 5

INFORMED CONSENT

Judul Penelitian :

Hubungan Antara Status Gizi, Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Pasien ≥ 30 tahun yang Terdaftar di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Periode 1

Desember 2011 – 31 Januari 2012.

LEMBAR PERSETUJUAN ORANG DEWASA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Pada kesempatan kali ini peneliti dengan identitas :

Nama : Titu Parfita Rahayu

NRP : 081.0211.021

Alamat : Jalan Persatuan II Rt. 05/ 01 No. 29 Pasir Gunung Selatan, Cimanggis

Telp : 085710924141

Ingin melakukan sebuah kegiatan penelitian, dimana penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui insidensi penyakit hipertensi menurut derajatnya serta

keterkaitannya dengan tingkat pendidikan, status gizi, dan aktivitas fisik pada

pasien yang berkunjung ke Poli Umum Puskesmas Cimanggis. Manfaat yang

didapatkan untuk tiap individu subjek adalah dapat memberikan informasi yang

bermanfaat dalam bidang kedokteran, dan diharapkan data yang diperoleh

menjadi sebuah pertimbangan bagi para penderita hipertensi agar dapat

mengetahui hubungan tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik dengan

terjadinya penyakit hipertensi. Prosedur penelitian ini yaitu subjek penelitian

diminta untuk mengisi identitas diri dan kuesioner aktivitas fisik yang berjumlah

16 pertanyaan. Risiko yang akan dialami oleh subjek adalah terpakainya waktu

luang bagi subjek penelitiaan. Kerahasiaan data subjek penelitian akan

dirahasiakan oleh peneliti.

Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada

penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai subjek penelitian.

Nama : .......................

Usia : .......................

Depok, 2011 Depok, 2011

Peneliti (Titu Parfita Rahayu) Subjek Penelitian (...........................)

Page 69: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

69

Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI,

AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN

BERUSIA ≥ 30 TAHUN YANG TERDAFTAR DI POLI UMUM PUSKESMAS

CIMANGGIS PERIODE 1 DESEMBER 2011 – 31 JANUARI 2012

DATA RESPONDEN

I. Identitas Responden

Untuk menjawab pertanyaan dengan simbol *Berilah tanda √

a. Tanggal Wawancara :

b. Nama Lengkap : ..................................................................

c. Jenis Kelamin * : 0. Laki – laki 1. Perempuan

d. Umur : Tahun

e. Alamat : ...................................................................

f. Pekerjaan : ...................................................................

g. Nomor Telp/ Hp : ...............................................................

h. Pendidikan Terakhir* :

0. Tidak Sekolah

1. SD / Ibtidaiyah / yang sederajat

2. SMP/ Tsanawiyah / yang sederajat

3. SMA/ SMEA / SMK/ STM/ Aliyah/ yang sederajat

4. Perguruan Tinggi (D3, S1, S2, S3)

i. Berat badan : Kg

Tinggi badan : cm

Indeks massa tubuh (*diisi oleh peneliti): BB (kg) = =

TB (m2)

j. Tekanan darah : ....................mmHg

Page 70: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

70

Lampiran 7

KUESIONER HIPERTENSI

1. Apakah di keluarga inti (bapak/ibu/kakek/nenek) ada yang menderita

hipertensi ?

2. Apakah Bapak/Ibu merokok* ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah Bapak/Ibu mengkonsumsi alkohol* ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah Ibu menggunakan kontrasepsi hormonal (pil, implan, suntik) *?

a. Ya, sebutkan .................

b. Tidak

4. Apakah Bapak/Ibu pernah mengkonsumsi kafein (kopi) *?

a. Ya, ....... kali dalam seminggu

b. Tidak

5. Apakah Bapak/Ibu pernah/saat ini menderita penyakit ginjal* ?

a. Ya b. Tidak

KUESIONER AKTIVITAS FISIK

A. Indeks Kerja

1. Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu ?

( ) Administrasi, Supir, Penjaga toko/Warung, Pengajar, Rumah tangga,

Praktik Kesehatan

( ) Petani, Tukang kayu, Tukang kebun

( ) Buruh bangunan, Atlet

( ) Lain-lain, sebutkan ...............................

2. Apakah Bapak/ Ibu bekerja sambil duduk ?

a. tidak pernah b. Jarang c. kadang-kadang d.sering e. Selalu

3. Apakah Bapak/ Ibu bekerja sambil berdiri ?

a. tidak pernah b. jarang c. kadang-kadang d. sering e. Selalu

Page 71: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

71

4. Apakah Bapak/ Ibu bekerja sambil berjalan ?

a. tidak pernah b. jarang c. kadang-kadang d. sering e. Selalu

5. Apakah Bapak/ Ibu bekerja mengangkat beban berat ?

a. tidak pernah b. jarang c. kadang-kadang d. sering e. selalu

6. Apakah Bapak/ Ibu merasa lelah setelah bekerja ?

a. tidak pernah

b. Jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

7. Apakah Bapak/ Ibu berkeringat setelah bekerja ?

a. tidak pernah

b. Jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

8. Dibandingkan dengan orang lain yang seumur dengan Bapak/ Ibu,

bagaimana pekerjaan fisik Bapak/ Ibu ?

a. sangat ringan

b. ringan

c. sedang

d. berat

e. sangat berat

B. Indeks Olahraga

9. Sebutkan 2 jenis olahraga dan frekuensinya

Contoh : catur, bersepeda, jogging, senam, berenang, golf, memancing

Jenis Olahraga Jam / minggu Bulan / tahun

Olahraga 1

.................................

a. < 1 jam a. < 1 bulan

b. 1 – 2 jam b. 1-3 bulan

c. 2 – 3 jam c. 4 – 6 bulan

d. 3 – 4 jam d. 7 – 9 bulan

e. > 4 jam e. > 9 bulan

Olahraga 2

.................................

a. < 1 jam a. < 1 bulan

b. 1 – 2 jam b. 1-3 bulan

c. 2 – 3 jam c. 4 – 6 bulan

d. 3 – 4 jam d. 7 – 9 bulan

e. > 4 jam e. > 9 bulan

Page 72: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

72

10. Jika dibandingkan dengan orang lain yang seumur dengan Bapak/ Ibu,

bagaimana aktivitas Bapak/ Ibu di waktu luang ?

a. sangat kurang

b. kurang

c. rata-rata

d. aktif

e. sangat aktif

11. Apakah saat melakukan aktivitas waktu luang berkeringat ?

a. tidak pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

12. Apakah saat waktu luang Bapak/ Ibu berolahraga ?

a. tidak pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

C. Indeks waktu luang

13. Apakah saat waktu luang Bapak/ Ibu menonton TV ?

a. tidak pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

14. Apakah saat waktu luang Bapak/ Ibu berjalan kaki ?

a. tidak pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

15. Apakah saat waktu luang Bapak/ Ibu bersepeda ?

a. tidak pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. sangat sering

16. Berapa menit Bapak/ Ibu berjalan kaki atau bersepeda setiap hari menuju

tempat kerja/ pasar ?

a. < 5 menit

b. 5 – 15 menit

c. 15-30 menit

d. 30 – 45 menit

e. > 45 menit

Page 73: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 73

Lampiran 8

Page 74: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 74

Page 75: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 75

Page 76: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 76

Page 77: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 77

Page 78: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 78

Lampiran 9

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL PENELITIAN

Kejadian_Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Hipertensi 28 37.3 37.3 37.3

Hipertensi 47 62.7 62.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 79: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 79

Derajat_Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Hipertensi ringan 17 36.2 36.2 36.2

Hipertensi sedang 17 36.2 36.2 72.3

Hipertensi berat 13 27.7 27.7 100.0

Total 47 100.0 100.0

Page 80: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 80

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 30 - < 50 tahun 42 56.0 56.0 56.0

>_ 50 tahun 33 44.0 44.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 81: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 81

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 18 24.0 24.0 24.0

Perempuan 57 76.0 76.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 82: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 82

Tingkat_Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sekolah 24 32.0 32.0 32.0

Dasar (SD/ SMP) 30 40.0 40.0 72.0

Menengah (SMA) 19 25.3 25.3 97.3

Tinggi (ST/ PT) 2 2.7 2.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 83: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 83

Indeks_Massa_Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Berat badan kurang 15 20.0 20.0 20.0

Berat badan normal 24 32.0 32.0 52.0

Berat badan lebih 18 24.0 24.0 76.0

Obesitas 18 24.0 24.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 84: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 84

Aktivitas_Fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Aktivitas fisik ringan 15 20.0 20.0 20.0

Aktivitas fisik sedang 39 52.0 52.0 72.0

Aktivitas fisik berat 21 28.0 28.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 85: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 85

Lampiran 10

ANALISA CHI-SQUARE HASIL PENELITIAN

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks_Massa_Tubuh *

Kejadian_Hipertensi

75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

Indeks_Massa_Tubuh * Kejadian_Hipertensi Crosstabulation

Kejadian_Hipertensi

Total

Tidak

Hipertensi Hipertensi

Indeks_Massa_Tubuh Berat badan kurang Count 12 3 15

% within

Indeks_Massa_Tubuh

80.0% 20.0% 100.0%

Berat badan normal Count 9 15 24

% within

Indeks_Massa_Tubuh

37.5% 62.5% 100.0%

Berat badan lebih Count 7 11 18

% within

Indeks_Massa_Tubuh

38.9% 61.1% 100.0%

Obesitas Count 0 18 18

% within

Indeks_Massa_Tubuh

.0% 100.0% 100.0%

Total Count 28 47 75

% within

Indeks_Massa_Tubuh

37.3% 62.7% 100.0%

Page 86: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 86

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 22.414a 3 .000

Likelihood Ratio 28.282 3 .000

Linear-by-Linear Association 19.045 1 .000

N of Valid Cases 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5,60.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas_Fisik *

Kejadian_Hipertensi

75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

Aktivitas_Fisik * Kejadian_Hipertensi Crosstabulation

Kejadian_Hipertensi

TotalTidak Hipertensi Hipertensi

Aktivitas_Fisik Aktivitas fisik ringan Count 7 8 15

% within Aktivitas_Fisik 46.7% 53.3% 100.0%

Aktivitas fisik sedang Count 16 23 39

% within Aktivitas_Fisik 41.0% 59.0% 100.0%

Aktivitas fisik berat Count 2 19 21

% within Aktivitas_Fisik 9.5% 90.5% 100.0%

Total Count 25 50 75

% within Aktivitas_Fisik 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Page 87: KTI FITA JADI 1 (Repaired) Jadi Print - Copy - Copy Gantiiiiiii Baruuuuuu

` 87

Aktivitas_Fisik * Kejadian_Hipertensi Crosstabulation

Kejadian_Hipertensi

TotalTidak Hipertensi Hipertensi

Aktivitas_Fisik Aktivitas fisik ringan Count 7 8 15

% within Aktivitas_Fisik 46.7% 53.3% 100.0%

Aktivitas fisik sedang Count 16 23 39

% within Aktivitas_Fisik 41.0% 59.0% 100.0%

Aktivitas fisik berat Count 2 19 21

% within Aktivitas_Fisik 9.5% 90.5% 100.0%

Total Count 25 50 75

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.880a 2 .007

Likelihood Ratio 11.335 2 .003

Linear-by-Linear Association 8.062 1 .005

N of Valid Cases 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5,60.