isi politik hukum 3 jadi - copy

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum juga dapat dipandang sebagai sebuah entitas yang kompleks, meliputi kenyataan kemasyarakatan yang majemuk, prulalistik dan mempunyai banyak aspek, dimensi dan fase. 1 Yang bila diibaratkan benda ia bagaikan permata, yang tiap irisan dan sudutnya akan memberikan kesan berbeda bagi setiap orang yang melihat dan memandangnya. Hingga sekarang belum diperoleh suatu pengertian hukum yang memadai dengan kenyataan. Hal ini dikarenakan hukum memiliki banyak segi dan bentuk, sebagaimana diungkapkan oleh Lemaire, bahwa hukum itu banyak seginya serta meliputi segala lapangan kehidupan manusia menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu definisi hukum yang memadai dan kompleks. 2 1 ? Bernard Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum : Sebuah Penelitian tentang Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,1999, hlm.116. 2 ? Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta :1983, hal.13. 1

Upload: rere

Post on 02-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Asas Kemajemukan

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum juga dapat dipandang sebagai sebuah entitas yang kompleks, meliputi kenyataan

kemasyarakatan yang majemuk, prulalistik dan mempunyai banyak aspek, dimensi dan fase.1

Yang bila diibaratkan benda ia bagaikan permata, yang tiap irisan dan sudutnya akan

memberikan kesan berbeda bagi setiap orang yang melihat dan memandangnya. Hingga sekarang

belum diperoleh suatu pengertian hukum yang memadai dengan kenyataan. Hal ini dikarenakan

hukum memiliki banyak segi dan bentuk, sebagaimana diungkapkan oleh Lemaire, bahwa

hukum itu banyak seginya serta meliputi segala lapangan kehidupan manusia menyebabkan

orang tidak mungkin membuat suatu definisi hukum yang memadai dan kompleks.2

Hukum dalam perkembangannya tidak hanya dipergunakan untuk mengatur tingkah laku

masyarakat dan mempertahankan pola-pola kebiasaaan yang telah ada, melainkan hukum telah

mengarah pada penggunaannya sebagai sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dalam

masyarakat (perubahan-perubahan sosial cermin asas kebinekaan atau kemajemukan hukum).

Berbagai pengertian hukum sebagai sistem hukum dikemukakan antara lain oleh Lawrence

M.Friedman, bahwa hukum itu terdiri dari komponen struktur, substansi dan kultur. Komponen

struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem.

1 ? Bernard Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum : Sebuah Penelitian tentang Fondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,1999, hlm.116.

2 ? Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta :1983, hal.13.1

Page 2: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

Pemahaman mengenai hukum sebagai suatu sistem norma menjadi penting karena dalam

menjalankan fungsinya untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki secara efektif, hukum

harus dilihat sebagai subsistem dari suatu sistem yang besar yakni masyarakat dan

lingkungannya. Selain itu pemahaman ini juga penting untuk menghindari terjadinya kontradiksi

atau pertentangan norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah

kedudukannya, apabila kita tetap berkeinginan agar keberadaan (eksistensi) hukum sebagai suatu

sistem norma mempunyai daya guna dalam menjalankan tugasnya dimasyarakat. Jika dipahami

sebagai suatu sistem norma maka setiap peraturan perundang-undangan yang paling tinggi

sampai yang paling rendah haruslah merupakan suatu jalinan sistem yang tidak saling

bertentangan satu dengan lainnya.

Berbagai tujuan yang hendak diwujudkan dalam masyarakat melalui hukum yang dibuat

itu, sekaligus menyebabkan tugas maupun fungsi hukumpun semakin beragam. Secara garis

besar tujuan-tujuan hukum tersebut meliputi pencapaian suatu masyarakat yang tertib dan damai,

mewujudkan keadilan, serta untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan atau

kesejahteraan. Selain itu hukum juga sengaja dibentuk untuk mempu mengakomodasi

kemajemukan (falsafah bhineka tunggal ika) yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hukum hadir

sebagai wadah untuk memperjelas pengaturan mengenai hal-hal sensitif terkait masalah sosial

kemasyarakatan yang rentan menghasilkan konflik.

Pembentukan peraturan perundang-undangan bukanlah merupakan kegiatan yuridis

semata, melainkan suatu kegiatan yang bersifat interdisipliner. Metode pembentukan peraturan

perundang-undangan menentukan apakah suatu peraturan perundang-undangan dapat mencapai

2

Page 3: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

sasarannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Hukum adalah dasar dan pemberi petunjuk bagi

semua aspek kegiatan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.

Dalam membedah lebih jauh mengenai hakekat hukum, maka kita harus memahami lebih

dalam mengenai Cita hukum sendiri, dimana cita hukum dapat dipahami sebagai kontruksi

pikiran yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum pada cita-cita yang diinginkan

masyarakat. Tanpa cita hukum, maka produk hukum yang dihasilkan itu akan kehilangan

maknanya. Cita hukum haruslah dipahami sebagai dasar sekaligus pengikat dalam pembentukan

suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, dan

dalam proses perwujudan nilai-nilai yang terkadung dalam hukum ke dalam norma-norma

hukum, sangat tergantung pada tingkat kesadaran dan penghayatan dari para pembentuk

peraturan perundang-undangan tersebut.

Dengan memasukkan tahapan sosiologis dan politis sebagai bagian dari kegiatan

penyusunan produk hukum yang demokratis, sesungguhnya dapat memberikan pelajaran kepada

kita bahwa ternyata penyusunan produk hukum bukan sekedar suatu proses yuridis.

Hukum sebagai suatu kaidah sosial tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam

suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dan

kongkretisasi dari nilai-nilai yang ada pada suatu saat berlaku dalam masyarakat.3 Artinya,

hukum sedikit banyak akan selalu mengikuti tata nilai yang menjadi kesadaran bersama

masyarakat tertentu dan berlaku efektif dalam mengatur kehidupan mereka. Hal ini sama terjadi

3 ? Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Edisi I, Cet.IX, Jakarta: RajaGrafindo Persada,1999), hlm.14.

3

Page 4: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

dengan politik hukum. Politik hukum satu negara berbeda dengan politik hukum negara yang

lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang kesejarahan, pandangan

dunia, sosio-kultural dan political will masing-masing pemerintah.

Menurut Jeremy Bentham bahwa hukum itu pada dasarnya bertujuan untuk memberikan

kebahagiaan terbesar bagi sebanyak-banyaknya orang. Dan Bagi Indonesia sendiri, tujuan hukum

adalah untuk membentuk suatu pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD NRI 1945).

Bertolak dari kerangka pemahaman diatas, maka menurut para ahli filsafat pencerahaan,

tatanan hukum yang dibentuk minimal memenuhi kriteria. Pertama, hukum tidak boleh hanya

merupakan alat bantu untuk mencapai rasionalitas, akan tetapi hukum itu sendiri harus rasional.

Kedua, untuk menjamin agar karya hukum yang rasional dapat mewujudkan tujuannya, harus

didukung tindakan yang efisien oleh perangkat pelaksana hukumnya. Ketiga, tentang pentingnya

memasukkan substansi ke dalam bentuk hukum berkaitan sangat erat dengan pengaruh struktur

social masyarakat, karena hukum seharusnya mewujudkan tujuan-tujuannya.

Hakekatnya hukum mengandung idea tau konsep-konsep yang abstrak. Sekalipun

abstrak, tapi ia dibuat untuk diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Penegakan

hukum adalah usaha untuk mewujudkan idea atau nilai selalu melibatkan lingkungan serta

berbagai pengaruh faktor lainnya. Penegakan hukum hendaknya tidak dilihat sebagai suatu yang

4

Page 5: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

berdiri sendiri, melainkan selalu berada di antara berbagai faktor (interchange). Hukum

hendaknya dilihat sebagai suatu gejala yang dapat diamati di dalam masyarakat antara lain

melalui tingkah laku warga masyarakatnya.

Pada intinya titik perhatian harus ditujukan pada hubungan antara hukum dengan faktor-

faktor non hukum lainnya, terutama faktor nilai dan sikap serta pandangan masyarakat, yang

selanjutnya disebut dengan kultur hukum. Kultur hukum itulah yang membuat adanya perbedaan

penegakan hukum antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain

Kultur hukum merupakan sikap-sikap, nilai-nilai, keyakinan yang dimiliki oleh

masyarakat yang berhubungan dengan hukum, dan lembaga-lembaganya baik yang bersifat

positif maupun negatif. Unsur kultur hukum inilah yang akan menentukan mengapa seseorang

patuh atau tidak terhadap peraturan yang ada sebagaimana apa yang disampaikan Friedman,

kultur hukum itu sesungguhnya berfungsi sebagai motor penggerak keadilan, yakni

menjembatani sistem hukum dengan sikap manusia dalam suatu masyarakat. Kultur hukum

inilah kemudian yang seringkali mampu mencerminkan bagaimana kompleksitas pluralism atau

kebinekaan yang terjadi di masyarakat.

Sejak beberapa dekade terakhir Indonesia semakin memasuki dan menjadi bagian dari

proses globalisasi, khususnya dalam proses restrukturisasi ekonomi global. Ini artinya Indonesia

harus segera melakukan penataan hukum. Dalam penataan hukum tersebut Indonesia tidak hanya

memperhatikan cita hukum dan politik hukum nasional serta karakteristik lokal, akan tetapi

hendaknya juga memperhatikan kecenderungan yang telah diakui negara yang telah mengikuti

5

Page 6: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

global trend, yang tampak dalam instrument-instrumen internasional, seperti deklarasi, konvensi,

code of conduct dan sebagainya. Indonesia juga ditantang untuk mampu membangun suatu

sistem hukum yang mampu memberi ruang keberagaman atau pluralitas untuk hidup dan

diakomodasikan dalam suatu bentuk peraturan perundangan-undangan yang strategis.

Dimana bila dibahas secara mendalam, dalam kaitannya dengan politik hukum, Politik

hukum mengisyaratkan bahwa hukum sebagai suatu kaidah sosial tidak terlepas dari nilai-nilai

yang berlaku dalam suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan

pencerminan dan kongkretisasi dari nilai-nilai yang ada pada suatu saat berlaku dalam

masyarakat.4 Artinya, hukum sedikit banyak akan selalu mengikuti tata nilai yang menjadi

kesadaran bersama masyarakat tertentu dan berlaku efektif dalam mengatur kehidupan mereka.

Adapun hukum nasional didefinisikan sebagai hukum atau peraturan perundang-undangan yang

didasarkan pada landasan ideologi dan konstitusi negara, yaitu Pancasila dan UUD NRI 19455

atau hukum yang dibangun di atas kreatifitas atau aktifitas yang didasarkan atas cita bangsa dan

rekayasa bangsa sendiri.

Bila merujuk pada pemaparan diatas, kita dapat dinyatakan bahwa sistem hukum nasional

adalah sebuah sistem hukum (meliputi materiil dan formil, pokok dan sektoral) yang dibangun

berdasarkan ideologi negara Pancasila dan Undang-Undang NRI 1945, serta berlaku diseluruh

Indonesia yang didalamnya sangat kental akan nilai-nilai bhineka tunggal ika atau kaya akan

4 ? Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Edisi I, Cet.IX, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999, hal.14.

5 ? C.F.G Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni,1991, hal.64.

6

Page 7: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

asas kemajemukan. Asas kemajemukan atau Bhineka Tunggal Ika merupakan salah satu dari

asas yang harus diperhatikan Legal Draffter dalam memproduksi hukum (diluar asas fasafah

pancasila, asas negara hukum, asas kedaulatan rakyat dan asas kepentingan umum) yang

merupakan bagian dari alternatif yang dapat dipilih dalam memproduksi hukum yang baik di

masyarakat. Asas kemajemukan ini seringkali bersinggungan antara ranah privat dan ranah

publik. Hal ini dapat diihat dari beberapa ketentuan peraturan perundangan-undangan yang

dibentuk untuk mewadahi segala bentuk prulalisme atau keberagaman dimasyarakat. Keadaan

demikian seolah-olah menggambarkan bahwa sesungguhnya fungsi hukum sekarang ini telah

mengalami pergeseran, yakni secara lebih aktif melakukan perubahan-perubahan yang

diinginkan. Dari sana kemudian menarik kemudian membahas mengenai aplikasi falsafah

bhineka tunggal ika atau asas kemajemukan dalam pengembangan hukum di Indonesia.

BAB II

PERMASALAHAN

7

Page 8: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat dua buah

permasalahan yang penting untuk dibahas secara lebih lanjut. Adapun permasalahan tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Dinamika Pembangunan Hukum di Indonesia…?

2. Bagaimanakah Aplikasi Falsafah Bhineka Tunggal Ika atau Asas Kemajemukan

dalam Pengembangan Hukum Indonesia…?

BAB III

PEMBAHASAN

8

Page 9: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

3.1. Dinamika Pembangunan Hukum Indonesia

Suatu keadaan hukum tidak dapat dipahami terlepas dari konteks sosial dan konteks

politis. Mencari model penyusunan peraturan perundang-undangan yang demokratis, diharapkan

dapat menghasilkan kondisi hukum yang responsif sehingga dapat menjawab berbagai tuntutan

masyarakat.

Pembangunan yang menekankan pada bidang ekonomi dan paradigma pertumbuhan

dapat berhasil bila didukung oleh stabilitas politik. Dalam perjalanan sejarah, kondisi tersebut

menyebabkan terjadinya pergeseran beberapa hal mendasar dalam pembangunan. Pertama,

strategi dan implementasi pembangunan dengan model pertumbuhan, ternyata membawa

implikasi yang terlalu jauh, tidak berjalannya trickle down effects, melebarnya jurang pemisah

antara strata sosial dan antar daerah, kehancuran sektor-sektor usaha kecil termasuk sektor

industry rumah tangga dan informal dan Kedua, tumbuh dan berkembangnya rejim-rejim

impresif yang cenderung korup atau berkembangnya korupsi, kolusi, manipulasi dan nepotisme,

hapusnya partisipasi politik rakyat, terbatasnya kebebasan pers, sangat minimnya peran-peran

masyarakat dalam pengambilan keputusan, bahkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan

perampasan hak-hak rakyat yang mengemuka.

Kondisi ini semakin diperparah oleh adanya konstitusi maupun format politik waktu

ORBA yang telah menobatkan presiden sebagai pemegang kekuasaan politik terbesar.

Penguasaan sumber daya politik yang begitu besar menyebabkan stuktur politik di Indonesia

sangat ditentukan kemauan politik Presiden.

9

Page 10: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

Dinamika pembangunan dengan karakteristik orba menyebabkan produk hukum lalu

dipandang sebagai produk politik, hukum hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan tujuan-

tujuan politik. Tatanan hukum yang dikembangan menjadi sangat elitis dan konservatif, karena

proses pembentukkannya sangat sentralistik dan tidak partisipatif. Dengan demikian, apa yang

merupakan hukum adalah apa yang dikehendaki oleh kekuasaan politik dan penguasa demi

kepentingan yang diinginkan. Tipe hukumnya akhirnya bersifat represif, yang menghendaki

tingkat kepatuhan warga yang mendekati mutlak (Submissive Compliance).

Periode setelah itu, dipercayakan untuk memimpin negeri ini dengan setumpuk persoalan

bangsa yang rumit yang terasa sulit dihadapi. Langkah-langkah hukum dan penegakannya terasa

masih belum menunjukkan keberpihakkannya yang berarti kepada kepentingan masyarakat

banyak. Harus disadari bahwa suatu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat

membutuhkan adanya suatu tatanan yang dapat menuntun kita dalam penyelenggaraan suatu

negara hukum sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Pengalaman di Indonesia

membuktikan bahwa produk hukum sangat diwarnai oleh konfigurasi politiknya.

Hukum yang dilandasi oleh paradigma kekuasaan menghadirkan hukum yang tidak

demokratis, yaitu sistem hukum yang totaliter. Tatanan hukum yang demikian itu juga

menunjukkan adanya hirarki, tetapi hirarki tersebut tidak didasarkan pada logika hukum

melainkan logika kekuasaan.

Bagi Indonesia sendiri, tujuan hukum adalah untuk membentuk suatu pemerintahan

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

10

Page 11: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD

NRI 1945).

Bertolak dari kerangka pemahaman diatas, maka menurut para ahli filsafat pencerahaan,

tatanan hukum yang dibentuk minimal memenuhi kriteria. Pertama, hukum tidak boleh hanya

merupakan alat bantu untuk mencapai rasionalitas, akan tetapi hukum itu sendiri harus rasional.

Kedua, untuk menjamin agar karya hukum yang rasional dapat mewujudkan tujuannya, harus

didukung tindakan yang efisien oleh perangkat pelaksana hukumnya. Ketiga, tentang pentingnya

memasukkan substansi ke dalam bentuk hukum berkaitan sangat erat dengan pengaruh struktur

social masyarakat, karena hukum seharusnya mewujudkan tujuan-tujuannya.

3.2 Aplikasi Falsafah Bhineka Tunggal Ika atau Asas Kemajemukan dalam

Pengembangan Hukum di Indonesia

Politik hukum nasional adalah kebijakan pembangunan hukum nasional. Untuk

mewujudkan satu kesatuan sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI

1945. Dengan kata lain politik hukum nasional disini adalah kebijakan penyelenggara negara

(Republik Indonesia) dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah telah berlaku, yang

bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara.

Sistem pembentukan hukum merupakan subsistem hukum nasional. Pembentukan hukum

bukan sekedar menyangkut kewenangan dan tata cara pembentukan hukum tetapi menentukan

pula isi dan bentuk hukum nasional. Kemungkinan pembentukan hukum oleh suatu

11

Page 12: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

pemerintahan tingkat lebih rendah, atau oleh hakim tergantung pada sistem pembentukan hukum,

yaitu sejauh mana sistem hukum nasional mengakui sistem hukum yang dibuat oleh satuan

pemerintah tingkat lebih rendah dan yurisprudensi.

Penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai keadaaan masyarakat sebagaimana

dicita-citakan adalah suatu konsepsi yang modern. Perkembangan struktur sosial Indonesia tidak

atau kurang sesuai dengan hukum modern yang dikembangkan oleh elit penguasa. Struktur sosial

bangsa Indonesia belum seluruhnya diserap oleh hukum modern sebagai basis sosialnya.

Akibatnya banyak contoh yang menggambarkan kepincangan pelaksanaan hukum modern

buatan elit penguasa itu. Namun demikian, sebaik apapun hukum yang dibuat, pada akhirnya

sangat ditentukan oleh budaya hukum masyarakat yang bersangkutan. Semua komponen budaya

hukum itulah yang menentukan berhasil atau tidaknya kebijaksanaan yang telah dituangkan

dalam bentuk hukum itu. Disamping itu tidak kalah penting pula yaitu perkembangan

masyarakat, kenyataan-kenyataan masyarakat, susunan masyarakat dan termasuk pula

kecendrungan global ikut mempengaruhi

Hukum merupakan kongkretisasi nilai-nilai yang terbentuk dari kebudayaan suatu

masyarakat. Oleh karena itu masyarakat selalu menghasilkan kebudayaan, maka hukum pun

selalu ada di setiap masyarakat dan tampil dengan kekhasannya masing-masing. Sebagaimana

yang disampaikan Wolfgang Friedmann hukum tidak mempunyai kekuatan berlaku universal.

Setiap bangsa mengembangkannya sendiri kebiasaan hukumnya sebagaimana mereka

mempunyai bahasanya sendiri juga. Sebagaimana negara Indonesia memiliki asas Bhineka

12

Page 13: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

Tunggal Ika atau Asas Kemajemukan sebagai salah satu tantangan pembangunan Hukum

Indonesia.

Terkait dengan aplikasi fasafah bhineka tunggal ika atau asas kemajemukan dalam

pembangunan hukum di Indonesia, maka dapat dijelaskan bahwasanya sebagai negara yang

terdiri dari beraneka ragam suku, agama, ras, adat, budaya dan lain sebagainya (majemuk).

Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam membangun suatu produk hukum yang mampu

mengakomodit sisi kemajemukan tersebut dalam pembentukan suatu produk hukum ataupun

putusan hukum dalam hubungannya dengan pembangunan hukum nasional.

Falsafah Bhineka Tunggal Ika atau asas kemajemukan adalah asas yang mencerminkan

suatu perbedaaan dalam satu kesatuan, termasuk di dalamnya asas ini dapat diaplikasikan

sebagai salah satu asas yang harus dipenuhi dalam upaya membentuk suatu aturan hukum atau

memproduksi hukum yang berkualitas baik. Asas ini merupakan bagian dari alternatif yang dapat

dipilih dalam memproduksi hukum yang tentunya berpihak kepada rakat yang merupakan salah

satu bagian dari unsur politik hukum.

Pluralisme atau kemajemukan merupakan ciri dari karakteristik masyarakat Indonesia yang

begitu beragama, dengan segala perbedaan yang dimiliki sangat memungkinkan terjadinya

perspektif yang berbeda dalam melihat hukum. Termasuk juga terkait suatu kebiasaan tertentu

yang berbeda satu dengan lainnya, yang secara adat maupun budaya hukum masing-masing

wajib kita hormati.

13

Page 14: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

Aplikasi dari falsafah bhineka tunggal ika atau asas kemajemukan dalam pembangunan

hukum Indonesia dapat kita lihat dengan diadopsinya atau dimasukkannya nila-nilai

kemajemukan tersebut dalam berbagai produk perundang-undangan yang ada. Dimana

contohnya bisa kita lihat dalam UU mengenai perkawinan (UU No.1 Tahun 1974) yang

mencerminkan pengaturan bentuk prulalitas atau kemajemukan yang ada dimasyakat khususnya

mengenai perkawinan. Dalam undang-undang ini diatur secara khusus mengenai beberapa

pokok-pokok utama berlansungnya perkawinan secara nasional yang harus dipatuhi masyarakat

dalam prulalistasnya, meskipun secara khusus juga undang-undang ini kemudian memberi ruang

aturan hukum-hukum adat untuk masuk dan mengatur lebih jauh perkawinan secara adat masing-

masing sesuai dengan identitas kesukuan, agama dan lain sebagainya.

Meskipun kemudian seringkali terjadi persinggungan antara ranah privat dan publik dalam

pengaturannya dalam bentuk suatu produk hukum, seperti halnya dalam Undang-undang

perkawinan dan Undang-Undang Pokok Agraria masih banyak adanya singgungan ketentuan

privat maupun publik yang ada di dalamnya, sehingga pembentuk peraturan perundang-

undangan harus mampu membedakan antara mana yang publik (negara mengatur) dan mana

yang bersifat privat (perseorangan) sehingga terbentuk suatu produk hukum yang kuat di

masyarakat.

Dengan demikan, hukum akan mampu berfungsi mengakomodir sisi kemajemukan yang

ada dimasyarakat, bukan mengarahkan perbedaan tersebut menjadi konflik melainkan

mengaplikasikan perbedaan atau kemajemukan tersebut dalam satu produk hukum yang baik,

14

Page 15: Isi Politik Hukum 3 Jadi - Copy

yang mampu bermanfaat dan menjangkau keinginan atau kebutuhan masyarakat akan adanya

hukum.

3.3 Kesimpulan

- Suatu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat membutuhkan

adanya suatu tatanan yang dapat menuntun kita dalam penyelenggaraan suatu negara

hukum sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.

- Aplikasi dari falsafah bhineka tunggal ika atau asas kemajemukan dalam

pembangunan hukum Indonesia adalah dengan diadopsinya atau

diinternalisasikannya nila-nilai kemajemukan atau kebhinekaan tersebut dalam

pembentukan berbagai produk perundang-undangan yang ada di Indonesia seperti :

UU Perkawinan.

3.4 Saran

- Pembentuk peraturan perundang-undangan harusnya mampu dan jeli membedakan

antara mana yang publik (negara mengatur) dan mana yang bersifat privat

(perseorangan) secara jelas, sehingga tidak terjadi suatu persinggungan dan terbentuk

produk hukum yang mampu mengakomodir kemajemukan dan diterima kuat di

masyarakat.

15