sungsang jadi 1

Upload: elmirayulharnida6449

Post on 14-Apr-2018

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

    kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak

    sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech

    (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

    yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.1,2

    Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi

    bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada

    persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan

    persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam

    tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha

    untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya

    persalinan.

    Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki

    risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letaksungsang ditemukan kira-kira 4,4 % di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6 % di

    Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan

    letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka

    kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian

    terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida,

    sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi

    bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang

    tidak baik pada Pintu Atas Panggul.10

    Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 31 tahun yang masuk kamar

    bersalin dengan diagnosa G1P0H 38 mggu dengan letak sungsang bokong H I-II +

    inpartu kala I, Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin dengan riwayat keluar air, yang

    selanjutnya ditatalaksana untuk persalinan perabdominam. Selanjutnya akan dibahas

    apakah tindakan penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    2/21

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Presentasi bokong

    1. Definisi

    Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

    kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.2 Tipe letak

    sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech

    (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

    yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki. 1

    Gambar 1. Klasifikasi Presentasi Bokong

    2. Insidensi

    Presentasi sungsang memiliki insidensi pada 3-4% dari seluruh kehamilan

    tunggal pada umur kehamilan cukup bulan. Kejadian letak sungsang berkurang dengan

    bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 28

    minggu sebesar 25-30%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-3% pada kehamilan

    aterm 1,2,5.

    3. Etiologi

    Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus

    (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,

    aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara denganberkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    3/21

    3

    pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG

    bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal. 1

    Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak

    sungsang.6

    4. Diagnosis

    Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu,

    pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan

    dalam, USG dan Foto sinar-X. Pada pemeriksaan perabdominal, dengan Leopold I

    kepala janin yang keras, bulat dan dapat diraba dengan balotement sudah menempatifundus uteri. Perasat Leopold II menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi

    abdomen dan bagian kecil berada pada sisi lainnya. Pada perasat Leopold II bila

    engagement belum terjadi, diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati

    pintu atas panggul, bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul.

    Setelah terjadi engagement, perasat Leopold IV menunjukkan posisi bokong yang

    mapan dibawah simfisis. 1,2

    Gambar 2. Perasat Leopold pada Presentasi Bokong

    5. Jenis PersalinanUntuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah

    membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan

    pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan

    persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat,

    khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilailebih dari 5 dilahirkan pervaginam.7

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    4/21

    4

    ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak

    sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan

    taksiran berat janin 2500-4000 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan

    diperbolehkan pada janin letak sungsang.

    Kontraindikasi terhadap persalinan pervaginam meliputi; kontraindikasi fetal

    dan maternal terhadap persalinan, footling breech (presentasi kaki), hiperekstensi dari

    kepala janin, tidak disetujuinya informed consent.

    6. Prinsip Dasar Persalinan Sungsang1.

    Persalinan pervaginam (2,3,4,8,9)a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.

    Cara ini disebut Bracht.

    b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengantenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.

    c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnyadengan memakai tenaga penolong.

    Prosedur persalinan sungsang secara spontan :

    1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusat merupakan fase yang tidakberbahaya.

    2. Tahap cepat : dari lahirnya pusat sampai mulut, pada fase ini kepala janin masukPAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.

    3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dariruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih

    rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari

    pendarahan intrakranial (rupturtentorium cerebellum).

    Teknik persalinan

    1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong

    mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan

    episiotomi.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    5/21

    5

    3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitukedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain

    memegang panggul.

    4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi

    anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan

    dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten

    melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat

    sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi

    fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin,sehingga tidak teradi lengan menjungkit.

    6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan,dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

    7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

    Gambar : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

    Gambar : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

    http://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIgKIy1pI/AAAAAAAAAkU/PlycP0-xoLM/s1600-h/clip_image002[4][2].gifhttp://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIh9xuYDI/AAAAAAAAAkc/eONQNNh7Xow/s1600-h/clip_image002[6][2].gifhttp://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIgKIy1pI/AAAAAAAAAkU/PlycP0-xoLM/s1600-h/clip_image002[4][2].gifhttp://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIh9xuYDI/AAAAAAAAAkc/eONQNNh7Xow/s1600-h/clip_image002[6][2].gif
  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    6/21

    6

    Keuntungan :

    Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi. Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

    Kerugian :

    Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahirkaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.

    Prosedur manual aid (partial breech extraction) :

    Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi

    kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.

    Tahapan :

    1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik

    (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.

    3. Lahirnya kepala dengan caraMauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and MartinWinctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

    Cara klasik :

    1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakangberada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan

    depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan

    depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke

    arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.

    2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangankakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati

    perut ibu.

    3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dandengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti

    kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah

    mengusap muka janin.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    7/21

    7

    4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin digantidengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung

    janin mendekati punggung ibu.

    5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan

    belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua

    tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong

    terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain

    mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan

    depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.

    Gambar 4. Melahirkan Sungsang dengan cara klasik

    Cara Mueller

    1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.

    2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolongdiletakkan sejajarspina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan

    jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke

    bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan

    lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.

    3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masihdipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.

    Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang

    dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    8/21

    8

    Gambar 4. Manuver Mueller

    Keuntungan :

    Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya infeksi

    minimal.

    Cara louvset :

    1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambildilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada

    dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.

    2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curamke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang

    menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi

    ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik

    sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    9/21

    9

    Gambar 5. Manuver Lovsett

    Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :

    1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4

    mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan

    anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang

    kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin

    dari arah punggung.

    2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorangasisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh

    tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika

    suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan

    suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,

    hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    10/21

    10

    Gambar 6. Manuver Mauriceau (Veit-Smellie)

    Cara cunam piper :

    Pemasangan cunam pada after coming headtekniknya sama dengan pemasangan

    lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah

    bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah

    simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion

    berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

    Gambar 7. Cunam pada persalinan sungsang

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    11/21

    11

    2. Prosedur persalinan sunggang perabdominan

    Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus

    perabdominam adalah :

    1. Primigravida tua2. Nilai sosial tinggi3. Riwayat persalinan yang buruk4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg5. Dicurigai kesempitan panggul6. Prematuritas

    Adapun berbagai Indikasi persalinan perabdominam pada presentasi bokong

    antara lain; janin besar dan atau janin viable dengan gawat janin, nilai anak sangat

    tinggi (high social value baby), keadaan umum ibu buruk, inpartu dengan kemajuan

    persalinan yang tidak memuaskan (partus lama, secondary arrest dsb), panggul sempit

    atau kelainan bentuk panggul, hiperekstensi kepala, bila sudah terdapat indikasi

    pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum inpartu (beberapa ahli mencoba untuk

    mengakhiri kehamilan dengan oksitosin drip), presentasi bokong tidak sempurna atau

    presentasi kaki, janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi untuk

    segera mengakhiri kehamilan dan persalinan, riwayat obstetri buruk, operator tidak

    berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan sungsang spontan pervaginam,

    ataupun pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan ini.

    Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih

    tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai

    berikut : (2,3,8,9)

    0 1 2

    Paritas Primigravida Multigravida

    Umur kehamilan >39 mgg 38 mgg < 37 mgg

    Taksiran Berat Janin >3630 gr 3629 gr3176 gr < 3176 gr

    Pernah letak sungsang Tidak 1x >2x

    Pembukaan serviks 4 cm

    Station

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    12/21

    12

    Arti nilai :

    < 3 persalinan perabdomen

    4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap

    maka dapat dilahirkan pervaginam

    > 5 dilahirkan pervaginam

    7. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea)8Indikasi:

    Janin besar dan atau janin viable dengan gawat janin Nilai anak sangat tinggi (high social value baby) Keadaan umum ibu buruk Inpartu dengan kemajuan persalinan yang tidak memuaskan (partus lama,

    secondary arrest dsb)

    Panggul sempit atau kelainan bentuk panggul Hiperekstensi kepala Bila sudah terdapat indikasi pengakhiran kehamilan dan pasien masih belum

    inpartu (beberapa ahli mencoba untuk mengakhiri kehamilan dengan oksitosin

    drip)

    Disfungsi uterus Presentasi bokong tidak sempurna atau presentasi kaki Janin sehat preterm pada pasien inpartu dan atau terdapat indikasi untuk segera

    mengakhiri kehamilan dan persalinan.

    Gangguan pertumbuhan intrauterine berat Riwayat obstetri buruk Operator tidak berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan

    sungsang spontan pervaginam

    Pasien menghendaki untuk dilakukan sterilisasi setelah persalinan ini.

    8. Risiko Persalinan Sungsang pervaginam

    Kelahiran sungsang lebih beresiko daripada kelahiran seorang bayi dengan

    presentasi kepala. Hanya bagaimana beresiko tergantung pada presentasi dan faktor ibu.Proses persalinan yang lebih panjang akan berhubungan dengan bayi sungsang karena

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    13/21

    13

    berat dan tekanan dari kepala tidak membantu melebarkan leher rahim. Jika dilatasi

    serviks penuh tidak tercapai ada kemungkinan terjadi jebakan pada kepala jadi harus

    benar-benar pembukaan lengkap.

    Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting adalah

    prematuritas dan penangan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia

    atau perdarahan dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali

    pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta

    akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir.

    Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilikus dilahirkan, akanmembahayakan kehidupan janin. Selain itu janin bernapas sebelum hidung dan mulut

    lahir dapat membahayakan, karena mukus yang terhisap dapat menyumbat jalan napas.

    Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat membumbung, hal ini sering

    dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna,

    tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.

    Perlakuan pada kepala janin terjadi karena kepala harus melewati panggul dalam

    waktu yang lebih singkat daripada persalinan presentasi kepala, sehingga tidak ada

    waktu bagi kepala untuk menyesuaikan diri dengan besar dan bentuk panggul.

    Kompresi dan dekompresi kepala terjadi dengan cepat sehingga mudah menimbulkan

    luka pada kepala dan perdarahan dalam tengkorak.

    Bila didapatkan disproporsi sefalo pelvik, meskipun ringan, persalinan dalam

    letak sungsang sangat berbahaya. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga

    sewaktu pemeriksaan antenatal, khususnya pada primigravida dengan letak sungsang.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    14/21

    14

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    A. IDENTITAS PASIENNama : Ny. K

    Umur : 31 tahun

    Agama : Islam

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Pondok KojaNo. RM : 138.10.07

    B. ANAMNESISKeluhan Utama :

    Keluar air-air 3 jam SMRS, dirujuk dari RSIA Selasih dan diagnosa Malposisi dan

    PEB

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien mengaku hamil 40 minggu. HPHT 10 Januari 2012, Taksiran Persalinan 17

    Oktober 2012. Pasien mengeluh keluar air-air 3 jam SMRS disertai lendir dan darah.

    Mules-mules dirasakan sejak 12 jam SMRS. Selama ini periksa kehamilan di bidan,

    bayi dikatakan dalam kondisi normal. Pada bulan ke 9 kehamilan tekanan darah

    meningkat 150/100 mmHg. Dari awal kehamilan hingga sekarang terdapat keluhan

    mual, muntah dan sakit kepala. 1 minggu SMRS pandangan kabur. Kehamilan

    pertama G1 A0, kedua kaki bengkak sejak kehamilan 6 bulan. Riwayat keputihan (-

    ). Pasien dirujuk oleh bidan karena letak janin sungsang. ANC rutin ke bidan, USG

    1x, pasien tidak membawa hasil USG. USG terakhir tanggal 12 September 2012,

    dikatakan janin sehat, letak kepala di atas. Gerak janin (+) aktif

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), Peny. Jantung (-), Peny. Paru (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), Peny. Jantung (-), Peny. Paru (-).

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    15/21

    15

    Riwayat Menstruasi :

    Menarche 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, lama haid 7 hari, keluhan saat haid (-),

    ganti pembalut 3x.

    Riwayat Obstetri :

    G1 1.ini

    Riwayat Pernikahan :

    Menikah 1X, tahun 2011.

    Riwayat Sosial :

    Suami : Swasta

    Istri : IRT

    C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : Baik, kesadaran CM

    Tanda-Tanda Vital : TD : 170/100 mmHg, N : 115x/mnt,

    RR : 18x/mnt, S : 36,7C

    Status Generalisata :

    Kepala : normocephal

    Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

    THT : NCH -/-, otorhea -/-, rinorhea -/-

    Leher : thyroid tidak teraba besar, KGB (N)

    Dada : simetris statis-dinamis, retraksi (-)

    Jantung : BJ I&II (N) reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru : vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-

    Abdomen : buncit sesuai kehamilan, BU (+) N

    Ekstremitas : akral hangat, CRT

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    16/21

    16

    Teraba masa bulat, keras, melenting

    Leopold II : Tahanan terbesar di kiri

    Bagian-bagian kecil di kanan

    Leopold III : Teraba masa besar, lunak, noduler

    Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

    TFU : 29 cm

    TBJ : 2900 gr

    His : (-)

    Auskultasi

    Bising usus (+) Normal, DJJ : 148 dpm

    Genitalia

    I : v/u tenang

    Io : porsio livide, oue terbuka, fl (-), fls (-), valsava (+)

    VT : portio lunak, posterior, t 2 cm, 2 cm, ket (-), bokong H I-II

    Ukuran panggul dalam : Promontorium sukar dinilai

    Linea inominata sukar dinilai

    Os sakrum cekung

    Dinding samping panggul lurus

    Spina ischiadika tidak menonjol

    Os koksigeus mudah digerakkan

    Arkus pubis > 90

    Ukuran panggul luar : Distansia inter tuberum dapat dilalui 1 tinju dewasa (10,5

    cm)

    Kesan : panggul luas

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    17/21

    17

    Zatuchni Andros Paritas : Multi : 1

    Usia Kehamilan : > 39 mg : 0

    Taksiran Berat Anak : < 3176 : 2

    Pernah letak sungsang : Tidak : 0

    Pembukaan servik : 2 cm : 0

    Station : H I-II : 1

    4

    D. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium

    DPL : 9.74/11.2/34/253.000UL : protein (+), eritrosit 0-1/lpb, leukosit 1-3/lpb, bakteri (-)

    GDS : 73 g/dl

    CTG

    Kesan : reasuring

    USG

    JPBoTH

    BPD : 93,6 mm HC : 322,9mm AC : 312.2 mm FL : 6,90 cm

    TBJ 2800 gr ICA : 5,3 Plasenta di kanan belakang, oligohidroamnion

    E. DIAGNOSISG1P0 Hamil 38 minggu JPBoTH, ketuban pecah 3 jam, Inpartu kala I oligohidroamnion

    PEB

    F. PENATALAKSANAANR dx/ Obs. TTV, His, DJJ, observasi perburukan PEB, tanda IIU, kompresi tali pusat

    R th/ Rencana terminasi kehamilan perabdominam cito

    Tatalaksana PEB : MgSO4 40% 4g IV bolus, maintenance 1g/jam

    Nifedipin 10 mg/20 menit sampai dengan tercapai 20% MAP, maintenance adalat uros

    1 x 30 mg po, NAC 3 x 60 mg po, Vit C 2 x mg V, levasi epala hidrasi

    cukup 1800/24 jam, balance cairan seimbang.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    18/21

    18

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Pasien Ny. K 31 tahun datang dengan KP 3 jam dan PEB pada G1P0 Hamil 38

    minggu JPBoTH. Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengaku bahwa pada

    minggu-minggu terakhir kehamilan tekanan darah meningkat lebih dari 150/100 mmHg

    serta keluhan keluhan yang dirasakan selama hamil berupa pandangan kabur, mual

    muntah serta sakit kepala. Dari pemeriksaan fisik status generalisata ditemukan TD

    170/100 , status obstetri kesan PK I laten dengan tanda-tanda inpartu dari lunak,

    posterior, t 2 cm, 2 cm, ket (-), bokong H I-II. Karena terdapat kontraindikasi

    terhadap persalinan pervaginam berupa hipertensi. Lahir bayi laki-laki 2600 gram AS

    8/9, Air ketuban habis. Selanjutnya akan dibahas:

    1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat.

    Pasien ini didiagnosa dengan G1P0A0H39mggu dengan letak sungsang bokong H I-

    II + inpartu kala I, Anak aterm, tunggal, hidup, intrauterin, dengan riwayat keluar air.

    Usia kehamilan yang aterm pada kasus ini dapat dibuktikan dari HPHT selain itu juga

    dapat dibuktikan melalui pemeriksaan tinggi fundus uteri 29 cm dan taksiran berat anak

    2900 gr.

    Letak sungsang bokong pada kasus ini ditentukan dari hasil pemeriksaan

    Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus serta pemeriksaan dalam.

    Pada pemeriksaaan Leopold I ditemukan teraba masa bulat, keras dan melenting pada

    bagian teratas fundus uteri yang mengesankan kepala janin. Leopold III juga

    menunjukkan teraba masa besar, lunak, noduler pada bagian bawah fundus uteri yangmengesankan bokong janin. Pada pemeriksaan dalam teraba bokong H -II dan sakrum

    yang melintang semakin memperjelas diagnosis letak sungsang bokong murni (frank

    breech) pada kasus ini.

    2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat

    ALARM memberikan panduan persalinan untuk letak sungsang yaitu bukan

    footlink breech, taksiran berat anak antara 2500-3600 gram serta tidak adanya

    hiperekstensi kepala. Kasus ini dapat memenuhi 2 dari 3 kriteria yang diberikan

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    19/21

    19

    ALARM, dimana jenis sungsang bukan footlink, dan taksiran berat anak 2900 gram.

    Adanya hiperekstensi kepala pada kasus ini belum dapat disingkirkan, karena untuk

    menentukan adanya hiperekstensi kepala memerlukan pemeriksaan USG atau Rontgen(1,12). Jenis A (2006) melaporkan tingginya resiko cedera servikal akibat hiperekstensi

    kepala selama proses persalinan sungsang. Westgren, dkk dalam penelitiannya, dari 445

    kasus letak sungsang, 33 dengan hiperekstensi kepala dalam derajat yang berbeda. Dari

    33 kasus ini 26 lahir pervaginam dan 7 dengan SC. Setelah follow-up selama 2-4 tahun

    lima bayi dengan hiperekstensi kepala yang lahir pervaginam (22%) mempunyai

    sekuele neurologis yang berhubungan dengan cedera spinal, supraspinal dan cerebelum,

    sementara semua bayi yang lahir dengan SC normal. Sehingga ia menganjurkanpemeriksaan roentgen abdominal untuk semua kasus sungsang. Caterini, dkk serta

    Ballas, dkk menganjurkan hal yang sama karena terjadinya aftercoming head akibat

    hiperekstensi kepala adalah hal yang serius. Oleh karena itu sebelum memutuskan

    persalinan pervaginam sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan Roentgen abdominal.

    Pemeriksaan penunjang diagnosis berupa ultrasonografi (USG) sebenarnya bisa

    membantu terapi lebih dini, tetapi hal ini tidak dilakukan karena alasan ekonomi.

    3. Apa penyebab Letak Sungsang pada kasus ini.

    Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus

    (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,

    aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan

    berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor

    pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG

    bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal (1).

    Abnormalitas uterus sebagai penyebab sungsang pada kasus ini mungkin belum dapat

    kita singkirkan mengingat ini merupakan kehamilan pertama pada usia 31 tahun.

    Sedangkan Abnormalitas janin, overdistensi uterus serta obstruksi pelvis tidak

    ditemukan. Keadaan yang mungkin memberikan kontribusi adalah karena multipara.

    Implantasi plasenta pada cornu-fundal sebagai predisposisi sungsang kasus ini tidak

    bisa ditegakkan karena tidak dilakukan manual plasenta. Schiara menyatakan bahwa

    50% kasus sungsang tidak ditemukan faktor penyebabnya.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    20/21

    20

    BAB V

    KESIMPULAN

    1. Pemeriksaan dan diagnosis kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literaturyang ada.

    2. Pada kasus ini pasien direncanakan untuk persalinan perabdominam secaramanual aid dengan manuver Louvset.

    3. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG untuk menyingkirkan adanyahiperekstensi kepala sebelum diputuskan persalinan pervaginam pada kasus

    sungsang.

    4. Faktor predisposisi sungsang pada kasus ini adalah multipara.

  • 7/30/2019 sungsang jadi 1

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric,22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.

    2. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

    3. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4. YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002.

    4. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

    5. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.6. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,

    Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.

    7. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.

    8. Saifuddin A. B. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal, edisi ke-1. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2002.

    9. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta 1998.10.Anonim. Presentasi Bokong. Diakses dari http://medlinux.blogspot.com/.

    November, 20012.

    11.Jenis A. Pregnancy, Breech delivery. Diakses dari http://www.emedicine.com/.November, 2012.

    12.Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation. Incidence,Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses dari

    http://www.greenjournal.org/.November, 20012.

    13.Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech presentation.Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Oktober, 2012.

    14.Westgren, et al. Hyperextension of the fetal head in breech presentation. A studywith long-term follow-up. Diakses dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. November,

    2012.

    15.Hacker and Moore. The Essensials of Obstetrics and Gynecology. Fifth Edition.Philadelphia: Saunders Elsevier, 2010. 166-170.

    http://medlinux.blogspot.com/http://www.emedicine.com/http://www.greenjournal.org/http://www.greenjournal.org/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/http://www.greenjournal.org/http://www.greenjournal.org/http://www.emedicine.com/http://medlinux.blogspot.com/