ppt 1.pptx

34
STUDI KOMPREHENSIF POLA INTIMASI DENGAN TEMAN SEBAYA PADA REMAJA AUTIS Oleh: Bonaventura Arya Gemilang G0109016 SEMINAR PROPOSAL Pembimbing: 1. dr. Istar Yuliadi, M.Si. 2. Dra. Salmah Lilik, M.Si. Reviewer: 1. Dra. Machmuroch, M.S. 2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi.

Upload: bonaventura-arya-gemilang

Post on 26-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

power point proposal presentation

TRANSCRIPT

STUDI KOMPREHENSIF POLA INTIMASI DENGAN TEMAN

SEBAYA PADA REMAJA AUTIS

Oleh:

Bonaventura Arya Gemilang

G0109016

SEMINAR PROPOSAL

Pembimbing:1. dr. Istar Yuliadi, M.Si.2. Dra. Salmah Lilik, M.Si.

Reviewer:1. Dra. Machmuroch, M.S.2. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi.

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Peningkatan jumlah penderita autisme:

Tahun 2000, 10-15 penderita setiap

10ribu kelahiran

Tahun 1990, 4-6 penderita setiap 10ribu kelahiran

Tahun 2010, di Indonesia penderita autisme mencapai

2,4 juta orang

Tahun 2004, di Indonesia penderita autisme mencapai

475 ribu orang

Di Surakata jumlah penderita autisme juga

mengalami peningkatan, namun belum diketahui

berapa jumlah pasti penderita

Di PNTC sudah terdapat sekitar 100 anak dengan 10 anak mengalami gangguan

autis serta kisaran 3-4 orang anak sudah memasuki masa

remaja

SLB Autis Harmony mempunyai sekitar 50 siswa,

dan setengah dari siswa tersebut mengalami ganguan autis dengan kisaran sekitar

10 siswanya sudah memasuki masa remaja

Gangguan Autisme

Keterbatasan-keterbatasan

dalam gangguan autisme

Hasil Survey Pendahuluan dan penelitian Nirit Bauminger dan Connie Kasari

Pertemanan yang intim

Pola Intimasi dengan

teman sebaya pada remaja

autis

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pola intimacy dengan teman sebaya pada remaja autis.

b. Memperoleh gambaran mengenai karakteristik anak autis.

2. Manfaat Penelitian

a.Manfaat teoritik

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi, menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai interaksi sosial remaja dengan gangguan autisme serta pengembangan ilmu psikologi pada umumnya dan khususnya bagi psikologi sosial.

b. Manfaat Praktis

1)Bagi Masyarakat

Hasil penelitiain ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar tidak memandang anak dengan gangguan autisme secara sebelah mata, serta memberikan dukungan yang positif agar dapat membantu meringankan gejala autis yang diderita anak tersebut.

2)Bagi Orang Tua

Hasil penelitain ini diharapkan dapat memberikan informasi yang utuh dan mendalam kepada orang tua mengenai bagaimana suatu pola intimacy remaja dengan gangguan autisme terhadap teman sebayanya. Dengan mengetahui pola intimacy ini nantinya diharapkan dapat membantu proses sosialisasi anak yang dapat membantu meringankan kondisi autis anak tersebut.

3)Bagi Psikolog dan Tenaga Profesional Yang Bertanggung Jawab Menangani Anak Autis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang utuh dan mendalam kepada Psikolog dan Tenaga Profesional yang bertanggung jawab terhadap penanganan anak autis agar dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi anak autis secara maksimal.

4)Bagi Peneliti

Manfaat kepada peneliti agar mendapatkan pemahaman baru mengenai anak autis, serta meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah dengan metode kualitatif.

TINJAUAN PUSTAKAA. Intimacy

1. Pengertian Intimacy

Kesimpulan mengenai pengertian intimacy, yaitu sebuah perasaan adanya suatu hubungan emosional yang melekat di antara dua orang atau lebih yang saling berinteraksi melalui adanya penerimaan, komitmen, kelembutan, dan kepercayaan terhadap pasangan atau orang yang berinteraksi tersebut.

2. Aspek-aspek Intimacy

Marston (dalam Brehms, 2002) mengungkapkan beberapa aspek dalam intimacy adalah:

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Kepedulian (caring)

c. Interdependence

d. Timbal balik (mutuality)

e. Kepercayaan (trust)

f. Komitmen (commitment)

3. Komponen-komponen intimacy

Masters (1992), mengatakan bahwa untuk memahami terbentuknya proses intimacy dalam sebuah hubungan, intimacy itu sendiri memiliki beberapa komponen, yaitu:

a. Memahami (caring) dan berbagi (sharing)

b. Kepercayaan

c. Komitmen

d. Kejujuran

e. Empati

f. Kelembutan

4. Intimacy dalam pertemanan

Pertemanan menurut Gottman & Parker (dalam Santrock, 2007) mempunyai enam fungsi, yaitu:

a. Persahabatan (companionship)

b. Stimulasi

c. Dukungan fisik

d. Dukungan ego

e. Perbandingan sosial

f. Keintiman / afeksi

5. Pertemanan remaja

Jumlah “teman baik” menurun dari sekitar empat hingga enam di masa remaja awal hingga satu atau dua di masa dewasa (Hartup dan Stevens, dalam Berk 2012). Pada saat yang sama, sifat pertemanan itu juga mengalami perubahan.

a. Sifat pertemanan remaja

b. Perbedaan jenis kelamin dalam pertemanan

c. Pertemanan dan penyesuaian

B. Autisme

1. Pengertian Autisme

Rudi (2002) Raziyah (2008) Faisal (2002) Nevid (2003)

Dari beberapa definisi mengenai autisme dapat disimpulkan bahwa autisme itu bukan merupakan suatu penyakit namun merupakan kumpulan dari gejala-gejala dimana terjadi suatu penyimpangan terhadap perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar yang terjadi pada anak-anak yang mengganggu perkembangan mental anak tersebut, sehingga mempengaruhi bagaimana cara anak tersebut berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Autisme

Kesendirian yang amat sangat Masalah dalam bahasa dan komunikasi Gangguan komunikasi non-verbal, seperti tidak dapat

melakukan kontak mata, atau menunjukkan ekspresi wajah Gerakan stereotip yang berulang-ulang yang tidak memiliki

tujuan Menyakiti diri sendiri Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya Menolak perubahan pada lingkungan

3. Kriteria Diagnostik

Kriteria Diagnostik Autistik Menurut DSM-IV

4. Faktor-faktor penyebab autisme

Pendapat yang sudah menjadi consensus bersama para ahli belakangan ini mengakui bahwa autisme diakibatkan terjadi kelainan fungsi luhur di daerah otak (Faisal, 2002). Kelainan fungsi ini bisa disebabkan berbagai macam trauma seperti:

a. Sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena keadaan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), infeksi virus rubella, virus cytomegalo, dan lain-lain.

b. Kejadian segera setelah lahir (perinatal) seperti kekurangan oksigen (anoksia),

c. Keadaan selama kehamilan seperti pembentukan otak yang kecil, misalnya vermis otak kecil yang lebih kecil (mikrosepali) atau terjadi pengerutan jaringan otak (tuber sklerosis).

d. Mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison, (karena infeksi Tuberkulosa, dimana terjadi bertambahnya pigment tubuh dan kemunduran mental).

e. Mungkin karena kelainan chromosom seperti pada sindrom chromosoma X dan chromosom XYY.

f. Mungkin faktor lain.

Faktor-faktor yang diduga kuat mencetuskan terjadinya autisme ini (Kompas, 2011 / http://health.kompas.com/read/2011/01/11/09501535/Lima.Faktor.Penyebab.Autisme):

a. Genetik

b. Pestisida

c. Obat-obatan

d. Usia orangtua

e. Perkembangan otak

5. Jenis-Jenis Autisme

Menurut Faisal (2002), autisme dikelompokkan menjadi 3:

a. Autisme persepsi

b. Autisme reaktif

c. Autisme yang timbul kemudian

a. Karakteristik fisik

1) Penampilan

2) Tangan dominan

3) Penyakit fisik penyerta

b. Karakteristik perilaku

1) Gangguan kualitatif pada interaksi sosial

2) Gangguan komunikasi dan bahasa

3) Perilaku stereotipik

4) Kestabilan mood dan afek

5) Respons terhadap stimuli sensorik

6) Gejala perilaku lain

6. Gambaran Klinis Penderita Autisme

7. Gambaran Pertemanan Penderita Autisme

Orang tua juga mengatakan bahwa interaksi dengan teman itu terjadi lebih banyak di rumah atau di sekolah, dan anak autis itu kurang berinisiatif untuk bermain dengan tetangga mereka. Pada akhirnya, kebanyakan anak autis itu mempunyai satu anak yang berpendidikan luar biasa sebagai teman, dan dalam beberapa kasus temannya merupakan saudaranya sendiri.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Pediatric and Neurodevelopmental Therapy Centre atau yang biasa disebut sebagai PNTC yang beralamat di Perumahan Madu Indah III/2, Tohudan, Colomadu, Solo dan SLB Autis Harmony yang berlamat di jalan Sungai Sambas Rt 02/Rw 01 Sangkrah, Pasar Kliwon

D. Pertanyaan Penelitian

Peneliti ini ingin menjawab pertanyaan:

1. Bagaimanakah anak autis itu dapat membangun suatu intimacy dengan teman sebayanya?

2. Bagaimana pola intimacy remaja autis tersebut dengan teman sebayanya?

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

•Creswell (dalam Herdiansyah, 2010)•Moleong (dalam

Herdiansyah, 2010)

• Ilmiah•Konteks Sosial•Alamiah• Proses Interaksi

komunikasi

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan peneliti memeilih menggunakan penelitian kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Lexy Moleong (dalam Hendra, 2012):

1. Menyesuaikan metode kualitiatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan kenyataan ganda.

2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.

3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

B. Fokus Penelitian

Yang akan menjadi fokus penelitian pada penelitian ini adalah

pola intimasi dengan teman sebaya pada anak autis.

C. Operasionalisasi

Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan orang lain.

Intimasi adalah perasaan adanya suatu kelekatan di antara dua orang atau lebih dimana terdapat penerimaan, komitmen, kelembutan, dan kepercayaan terhadap pasangan atau orang yang berinteraksi tersebut.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah orang atau pihak yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu anak autis. Karateristik subjek dalam penelitian ini adalah:

Telah didiagnosis sebagai anak autis oleh ahli, dan menjalani proses terapi di PNTC dan di SLB Autis Harmony di Surakarta sebagai tempat penelitian.

Usia mulai dari umur 11 tahun, usia ini diambil dimana anak sudah mulai memasuki masa remaja.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi (pengataman), dan riwayat hidup.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Kebenaran dalam suatu penelitian kualitatif tidak diukur berdasarkan frekuensi dan variansi, melainkan dilandaskan pada diketemukan hal yang esensial, hal yang intrinsik benar.

Teknik pemeriksaan keabsahan dara didasarka atas empat kriteria, yaitu:

1. Kriterium derajat kepercayaan (credibility)

2. Kriterium keteralihan (transferablitiy)

3. Kriterium kebergantungan (dependability)

4. Kriterium kepastian (confirmability)

G. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data dari Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1992), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung bersama, yaitu:

1. Reduksi Data

2. Penyajian Data

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

TERIMA KASIH