populasi dan konservasi owa jawa-jurnal maida

12
1 POPULASI DAN KONSERVASI OWA JAWA (Hylobates moloch, Audebert 1798 ) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO, JAWA BARAT Oleh : Sity Maida 1 Abstrak Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa liar arboreal endemik pulau Jawa.Keberadaannya kini semakin terancam punah, status konservasi pada Owa jawa adalah Endangered.Karya tulis ini bersifat kajian pustaka atau library research yang bertujuan untuk mengetahui populasi Owa jawa dan status konservasinya. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif yang disertai dengan analisis. Penelitian tahun 2007 menyebutkan bahwa estimasi Owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah 345 individu dan akan terus menurun seiring dengan meningkatnya deforestasi hutan yang merupakan habitat dari Owa jawa.S.M Kata kunci: Owa jawa, Populasi, Konservasi, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman sumber daya hayati,baik yang terdapat di darat, laut maupun di udara. Indonesia merupakan negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia. Hutan hujan tropis merupakan hutan yang ditumbuhi oleh tanaman yang tinggi dengan kanopi yang padat dan hijau. Hutan hujan tropis terdiri dari 4 lapisan 2 , yaitu: ujung, kanopi, understorey, dan lantai hutan. Lapisan kanopi pada hutan hujan tropis terdiri dari pohon-pohon tinggi dengan tipe percabangan yang rapat. Struktur percabangan seperti ini sangat berpengaruh terhadap tipe pergerakan satwa arboreal. Salah satu satwa arboreal yang endemik di Indonesia tepatnya di pulau Jawa yaitu Owa jawa (Hylobates moloch).Owa jawa termasuk kedalam suku Hylobatidae, 1 Mahasiswa Biologi 2011-Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta 2 Drinnen K, Tropical Rainforest 3rdEdition, (Moody Gardens: Education Department Curiculum,2000),hlm.4.

Upload: sity-maida

Post on 03-Jan-2016

289 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

1

POPULASI DAN KONSERVASI OWA JAWA (Hylobates

moloch, Audebert 1798 ) DI TAMAN NASIONAL

GUNUNG GEDE PANGRANGO, JAWA BARAT

Oleh : Sity Maida1

Abstrak

Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa liar arboreal endemik pulau

Jawa.Keberadaannya kini semakin terancam punah, status konservasi pada Owa jawa

adalah Endangered.Karya tulis ini bersifat kajian pustaka atau library research yang

bertujuan untuk mengetahui populasi Owa jawa dan status konservasinya. Data yang

diperoleh disajikan secara deskriptif yang disertai dengan analisis. Penelitian tahun 2007

menyebutkan bahwa estimasi Owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah

345 individu dan akan terus menurun seiring dengan meningkatnya deforestasi hutan yang

merupakan habitat dari Owa jawa.S.M

Kata kunci: Owa jawa, Populasi, Konservasi, Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango.

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman sumber daya

hayati,baik yang terdapat di darat, laut maupun di udara. Indonesia merupakan negara

dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia. Hutan hujan tropis merupakan

hutan yang ditumbuhi oleh tanaman yang tinggi dengan kanopi yang padat dan hijau.

Hutan hujan tropis terdiri dari 4 lapisan2, yaitu: ujung, kanopi, understorey, dan lantai

hutan. Lapisan kanopi pada hutan hujan tropis terdiri dari pohon-pohon tinggi dengan

tipe percabangan yang rapat. Struktur percabangan seperti ini sangat berpengaruh

terhadap tipe pergerakan satwa arboreal.

Salah satu satwa arboreal yang endemik di Indonesia tepatnya di pulau Jawa

yaitu Owa jawa (Hylobates moloch).Owa jawa termasuk kedalam suku Hylobatidae,

1Mahasiswa Biologi 2011-Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta

2Drinnen K, Tropical Rainforest 3rdEdition, (Moody Gardens: Education Department

Curiculum,2000),hlm.4.

Page 2: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

2

pergerakan3 Hylobatidae cenderung menggunakan percabangan sebagai tumpuan

dalam bergerak. Pada beberapa jenis Owa (gibbon) seperti siamang, menggunakan

tipe- tipe pergerakannya sesuai dengan kondisi substrat atau percabangan yang

digunakan, sehingga pohon sangat berperan penting dalam keberlangsungan hidup

Owa jawa. Perusakan hutan,atau perubahan struktur hutan dari Owa jawa menjadikan

primata endemik ini terancam punah, karena perburuan dan penyempitan habitat4.

Banyak faktor lain yang mendukung hewan ini untuk punah. Perubahan status

konservasi dan keberadaan populasi Owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu kajian

pustaka mengenai populasi Owa jawa untuk mengetahui status konservasinya.

B. Tinjauan Pustaka

Owa jawa merupakan salah satu primata endemik pulau Jawa yang

persebarannya terbatas5 hanya di Jawa bagian barat dan bagian tengah.

Filum : Chordata

Anak Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Bangsa : Primata

Anak Bangsa : Anthropoidea

Induk Suku : Hominoidea

Suku : Hylobatidae

Marga : Hylobates

Jenis : Hylobates moloch Audebert,1798

3Jhon G Fleagle dan Mittermeier, R. A,“Locomotor behaviour, body size and isolation,”(Tesis Anglia

Polytechnic, University Cambridge,Britania,1980), hlm.18. 4http://www.iucnredlist.org

5Rahmuddin,“Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1797) di Hutan Lindung Papandayan,

Garut, Jawa Barat,”(Tesis, Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,Bogor,2009) dalam

“Kumpulan hasil-hasil penelitian Owa jawa di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede

pangrango,”Jurnal Conservation Intenational Indonesia, 2010,hlm.8.

Page 3: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

3

Beberapa morfologi6 pada Owa jawa yaitu Owa jawa memiliki tubuh yang ditutupi

rambut berwarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu.Bagian atas kepalanya

berwarna hitam. Bagian muka seluruhnya juga berwarna hitam dengan alis berwarna

abu-abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh. Beberapa individu memiliki

dagu berwarna gelap. Warna rambut jantan dan betina berbeda, terutama dalam

tingkatan umur.Umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah.Antara jantan

dan betinanya memiliki rambut yang sedikit berbeda.Panjang tubuh berkisar antara

750 - 800 mm. Berat tubuh7 jantan antara 4-8 kg sedangkan betina antara 4-7 kg. Ciri

khas yang lain adalah lengannya sangat panjang dan lentur, lebih panjang dari

kakinya hampir dua kali panjang tubuh, dengan jari pendek dan senjang dari telapak

tangan. Sendi pada ibu jari dan pergelangan tangannya adalah kontraksi peluru dan

soket bukan sendi engsel pada banyak primata sehingga mobilitasnya sangat

tinggi.Owa jawa memiliki tubuh yang langsing karena beradaptasi terhadap

pergerakannya dan membantu dalam berayun (brakiasi).Suara8 pada Owa jawa dapat

didengar oleh manusia hingga jarak 500-1500 meter.

Owa jawa merupakan primata diurnal yang mayoritas melakukan aktivitas

harian dari feeding (makan), travelling (berjalan), resting (istirahat) dan social

(sosial) dari pagi hingga menjelang petang.Pada umumnya, aktivitas makan dan

berjalan sangat bergantung pada lokomosinya (pergerakan).Lokomosi berfungsi

untuk mendukung pergerakan ketika mencari makan maupun memperluas daerah

jelajah. Owa jawa merupakan primata arboreal yang melakukan pergerakan dengan

berbagai cara, 9yaitu brakiasi (brachiation), memanjat (climbing), bipedal

6 JatnaSupriatna dan E. Hendras, Panduan Lapangan Primata Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2000),hlm.255 7Jatna Supriatna dan E.H. Wahyono, Panduan Lapangan Primata Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2000),hlm.257 8Markus Kappeler, The gibbon in Java,(1984) Dalam: Preuschoft, H.,D.J.Chivers,W.Y. Brockelman,

dan N. Creel (eds.),The lasser apes: Evolutionary and behavioural biology,( Edinburgh: Edinburgh

University Press,1984), hlm.19 – 31. 9Chivers, D. J.An introduction to the socio-ecology of Malaysian forest primates,(1973) dalam: R.P

Michael dan J.H Crook(ed),Comparative Ecology and Behaviour in Primate, (London: Academic

Press, T.Th),hlm.101-146.

Page 4: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

4

(bipedalism), dan meloncat (leaping).Frekuensi penggunaan keempat tipe bergerak

tersebut bergantung pada kondisi percabangan, salah satunya adalah stabilitas substrat

di kanopi hutan. Owa umumnya menggunakan empat tipe substrat10

, yaitu: cabang

kecil, cabang besar, batang pohon, dan liana. Struktur percabangan seperti ini sangat

berpengaruh terhadap tipe pergerakan satwa arboreal yang hidup di wilayah Hutan

hujan tropis.

Hutan hujan tropis merupakan hutan yang ditumbuhi oleh tanaman yang

tinggi dengan kanopi yang padat dan hijau. Hutan hujan tropis terdiri dari 4 lapisan11

,

yaitu: ujung, kanopi, understorey, dan lantai hutan. Keberadan hutan hujan tropis

sangat penting bagi biodiversitas indonesia, khususnya primata endemik yang ada di

Indonesia. Kehidupan Owa jawa relatif bergantung pada kondisi hutan yang belum

terganggu. Habitatnya terpusat di bagian kecil hutan dataran rendah dan hutan

pegunungan bawah yang masih utuh dengan ketinggian 0-1500 mdpl.

Gambar 1. Peta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

10

Claire J. H. Thompson,“Gibbon locomotion in disturbed Peat-Swamp Forest, Sebangau, Central

Kalimantan,” (Disertasi, The Anatomy School, Universitas of Cambridge,2007),hlm.20. 11

Drinnen, Loc. Cit.

Page 5: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

5

Distribusi Owa jawa meliputi kawasan hutan di Jawa Barat dan sebagian Jawa

Tengah.Menempati hutan hujan tropis dataran rendah sampai perbukitan hingga

ketinggian 1500 meter dpl. Penyebaran di Jawa Barat seperti di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun, Taman Nasional Ujung

Kulon, Cagar Alam Gunung Simpang dan Leuweng Sancang sedangkan didaerah

Jawa Tengah sekitar Gunung Slamet dan Pegunungan Dieng. Salah satunya adalah

kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP), merupakan salah satu

Taman Nasional tertua di Indonesia.Memiliki luas lebih kurang 21.975 ha.Secara

geografis TNGGP terletak antara 1060 51’ - 1070 02’ BT dan 60 41’ – 60 51’ LS.

Secara administrasi Taman Nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di

propinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten

Cianjur. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan habitat dari satwa liar,

salah satunya adalah Owa jawa.

C. METODE PENULISAN

Tulisan dalam karya tulis ini bersifat kajian pustaka atau library research.

Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif yang disertai dengan analisis

sehinggamenunjukkansuatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan

lebihlanjut. Objek tulisan ini adalah Populasi dan Konservasi Owa jawa (Hylobates

moloch) Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, diharapkan adanya manfaat

baik dari segi Data base ataupun upaya konservasi dan penyelamatan habitat Owa

jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan

populasi Owa jawa, struktur sosial, habitat Owa jawa,faktor-faktor yang mendukung

populasi Owa jawa, ancaman pada Owa jawa, dan upaya konservasi Owa jawa.

Informasi ini diperoleh dari berbagai literatur baik berupa majalah, jurnal ilmiah,

internet maupun buku yangrelevan dengan objek yang akan dikaji.

Setelah dilakukan pengumpulan data informasi, semua hasil diseleksi untuk

mengambil data dan informasi yang relevan dengan masalah yang dikaji. Untuk

Page 6: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

6

menyajikan masalah yang akan dibahas.

D. ANALISIS

Pada penelitian tahun 2007 menyatakan bahwa estimasi populasi Owa jawa12

di Taman nasional gunung gede pangrango yaitu sebesar 347 individu dan 105

kelompok. Jumlah tersebut terus menurun seiring dengan terjadinya degradasi habitat

pada Owa jawa. Beberapa faktor bisa mempengaruhi bertambah dan menurunnya

populasi Owa jawa di Taman nasional gunung gede pangrango seperti keberadaan

pohon pakan yang akan selalu berbanding lurus dengan jumlah populasi Owa jawa,

Menurut Fithriyani (2002), pohon pakan13

yang mendominasi diantaranya rasamala

(Althingia exelca), afrika (Maesopsis eminii), dan puspa (Schima walichii).

Keberadaan pohon pakan pada habitat Owa jawa juga sangat berpengaruh terhadap

tipe pergerakannya.

Gambar 2. Frekuensi Tipe Pergerakan pada Owa Jawa Dewasa

12

Febriany Iskandar, Ani mardiastuti, Entang Iskandar, Randall C. Kyes,“Populasi Owa jawa (Hylobates moloch) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,Jawa barat,”Jurnal Primatologi Indonesia. Vol.6 No.1 (Juni, 2009),hlm.14-18. 13

Umi Fithriyani, “Variasi Pola pakan Owa jawa (Hylobates moloch, Audebert 1798) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa barat,”Jurnal Conservation International Indonesia,(2011),hlm.115-125

Page 7: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

7

Dalam penelitian mengenai Hubungan Tipe Bergerak Dengan Tipe

Percabangan PadaLokomosi Owa Jawa di PPKA-Bodogol, Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango tahun 2012,Owa jawa cenderung akan memilih substrat horizontal

untuk melakukan tipe pergerakan berayun (brakiasi) karena sesuai dengan adaptasi

morfologinya yaitu memiliki tangan yang lebih panjang dibandingkan dengan

panjang tubuhnya. Tipe pergerakan ini bisa menjadi indikator dari pohon pakan yang

juga merupakan salah satu pendukung ekosistem pada habitat Owa jawa.Berdasarkan

IUCN (2008), status konservasi Owa jawa berubah dari kategori kritis (Critically

Endangered) menjadi kategori genting (Endangered), hal ini berdasarkan penelitian

Nijman pada tahun 2008 mengenai studi populasi Owa jawa.

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil – hasil penelitian menunjukan bahwa populasi Owa jawa di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengalami penurunan, hal ini dikarenakan

deforestasi yang berlebihan di pulau Jawa yang telah menyebabkan habitat dan

populasi Owa jawa terus menurun dengan drastis. Menurut MacKinnon (1987) Owa

jawa telah kehilangan lebih dari 96% habitat aslinya. Habitat yang tersisa saat ini

merupakan hutan-hutan yang berukuran relatif kecil dan terfragmentasi satu sama

lain. Menurut Supriatna & Wahyono (2000), awalnya Owa jawa terdapat di sebagian

hutan-hutan di Jawa Barat, dan menempati habitat seluas 43.274 km2, tetapi kini

keberadaannya semakin terdesak dan hanya tinggal di daerah yang dilindungi yang

luasnya sekitar 600 km2, yaitu: Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Halimun,

Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Leuweng

Sancang, Kawasan Wisata Cisolok. Di Jawa Tengah Masih dapat dijumpai di sekitar

Gunung Slamet sampai ke Dieng. Hal ini diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk

pulau Jawa yang sangat pesat sehingga kawasan hutan hujan tropik menyusut drastis

kerusakan hutan dan konversi lahan pertanian, hilangnya hutan sebagai habitat Owa

jawa.

Page 8: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

8

Menurut Chivers (1980), Owa jawa merupakan primata arboreal yang

melakukan pergerakan dengan berbagai cara, yaitu brakiasi (brachiation), memanjat

(climbing), bipedal (bipedalism), dan meloncat (leaping). Frekuensi penggunaan

keempat tipe bergerak tersebut bergantung pada kondisi percabangan, salah satunya

adalah stabilitas substrat di kanopi hutan. Owa umumnya menggunakan empat tipe

substrat14

, yaitu: cabang kecil, cabang besar, batang pohon, dan liana. Oleh karena

itulah lapisan kanopi pada hutan hujan tropis yang terdiri dari pohon-pohon tinggi

dengan tipe percabangan yang rapat, sangat penting keberadaannya untuk

keberlangsungan hidup Owa jawa.Struktur percabangan seperti ini sangat

berpengaruh terhadap tipe pergerakan satwa arboreal. penelitian mengenai tipe

pergerakan pada Owa jawa, menunjukan bahwa Owa jawa lebih banyak melakukan

tipe pergerakan yaitu Berayun atau Brachiasi, pada tipe pergerakan ini Owa jawa

membutuhkan substrat untuk bergerak, substrat yang mendukung pada tipe

pergerakan brakiasi adalah percabangan pohon yang horizontal, kuat, dan memiliki

kanopi yang rapat.

Selain itu, Owa jawa merupakan primata diurnal yang mayoritas melakukan

aktivitas harian dari feeding (makan), travelling (berjalan), resting (istirahat) dan

social (sosial) dari pagi hingga menjelang petang.Pada umumnya, aktivitas makan

dan berjalan sangat bergantung pada lokomosinya (pergerakan).Lokomosi berfungsi

untuk mendukung pergerakan ketika mencari makan maupun memperluas daerah

jelajah. Owa jawa merupakan primata frugivora atau pakannya didominasi oleh buah,

beberapa pohon yang menjadi pohon pakannya adalah Pohon rasamala (Althingia

excelsa), puspa (schima walichii), dan afrika (maesopsis eminii).Oleh karena itu, Owa

jawa sangat bergantung kepada pohon-pohon yang berada dihabitatnya untuk dapat

melakukan lokomosi dan aktivitas sosial lainnya.Penebangan liar di dalam kawasan

hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, perambahan kawasan hutan Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango, aktivitas pengunjung yang datang ke kawasan

14

Claire, Loc. Cit.

Page 9: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

9

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pengambilan kayu bakar oleh masyarakat

sekitar, dan pengambilan hasil hutan bukan kayu dari dalam kawasan Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango, telah merubah habitat Owa jawa.15

Faktor lain yang mendukung populasi Owa jawa terus menurun

adalahsifatnya yang Monogamous, jantan Owa jawa hanya kawin dengan satu betina

Owa jawa, dan dalam satu kelompok Owa jawa hanya terdiri dari jantan dewasa,

betina dewasa, dan satu sampai dua anak dibawah sub adult, karena pada Owa jawa

dewasa yang sudah sub adult atau bernjak dewasa, akan memisahkan diri dan

membentuk kelompok tersendiri. Owa jawa dikenal setia dengan pasangannya,

karena jika ditinggal mati oleh pasangannya, Owa jawa tidak akan mencari pasangan

lain hingga Owa jawa yang ditinggal pergi oleh pasangannya akan terus sendiri,

sehingga sangat sulit bagi Owa jawa untuk menambah populasinya. Selain itu

ancaman perburuan untuk menjadikan Owa jawa ini sebagai hewan peliharaan

merupakan ancaman serius bagi keberadaannya di alam.Para pemburu seringkali

menembak mati induk owa jawa untuk diambil anaknya.

Berdasarkan IUCN (2008), status konservasi Owa jawa berubah dari kategori

kritis (Critically Endangered) menjadi kategori genting (Endangered). Perubahan

status Owa jawa dari kritis menjadi genting ini menunjukkan bahwa telah tersedia

informasi yang lebih baik, namun bukan berarti ancaman bagi spesies tersebut

menurun. Faktanya, ancaman bagi owa jawa terus meningkat, sehingga dalam daftar

CITES, Owa jawa digolongkan ke dalam Apendiks I (Nijman dalam Rahmudin,

2009).Upaya pelestarian terhadap Owa jawa terus dilakukan, salah satunya dengan

membangun tempat rehabilitasi Owa jawa, yaitu Javan Gibbon Centre (JGC).Pusat

Penyelamatan dan Rehabilitasi owa Jawa berlokasi di kawasan perluasan Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango tepatnya di resot Bodogol. Upaya lain yang

dilakukan adalah membuat peraturan perundang-undangan mengenai pelarangan

memperjualbelikan Owa jawa, karena Owa jawa digolongkan ke dalam Apendiks I

15

Febriany, Loc. Cit.

Page 10: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

10

(Nijman dalam Rahmudin, 2009), dan mempertahankan serta melestarikan habitat

Owa jawa.

F. PENUTUP

Owa jawa merupakan satwa arboreal dan termasuk kedalam primata diurnal

yang mayoritas melakukan aktivitas harian dari feeding (makan), travelling

(berjalan), resting (istirahat) dan social (sosial) dari pagi hingga menjelang

petang.aktivitas makan dan berjalan sangat bergantung pada lokomosinya

(pergerakan). Lokomosi berfungsi untuk mendukung pergerakan ketika mencari

makan maupun memperluas daerah jelajah. Oleh karena itu, Owa jawa membuthkan

pohon-pohon dengan kanopi rapat, dan tinggi serta mempunyai percabangan

horizontal. Penelitian Nijman tahun 1994-2002 menyatakan bahwa estimasi populasi

Owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yaitu sebesar 347 individu

dan 105 kelompok dan angka tersebut terus turun karena adanya perambahan

kawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, aktivitas pengunjung yang

datang ke kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, perburuan liar Owa

jawa , pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar, dan pengambilan hasil hutan

bukan kayu dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, telah

merubah habitat Owa jawa. Data-data mengenai populasi dan konservasi Owa jawa

masih belum lengkap dan menyeluruh sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai

populasi Owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

DAFTAR PUSTAKA

“The IUCN Red List of threatened species: Hylobates moloch”

http://www.iucnredlist.org/details/10550/0 (di akses 26 Desember 2012)

Andayani, N., Brockelman, W., Geissmann, T., Nijman, V. & Supriatna, J. 2008.

Hylobates moloch. dalam: IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened

Species. Version 2012.2. <www.iucnredlist.org>. diakses 31 December

2012

Page 11: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

11

Chivers, D. J. An introduction to the socio-ecology of Malaysian forest

primates,(1973) dalam: R.P Michael dan J.H Crook(ed),Comparative

Ecology and Behaviour in Primate, (London: Academic Press,

T.Th),hlm.101-146

Febriany Iskandar, dkk. “Populasi Owa jawa (Hylobates moloch) di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango,Jawa barat.” Jurnal Primatologi Indonesia. Vol.6

No.1 (Juni, 2009),hlm.14-18

Fithriyani, Umi, “Variasi Pola pakan Owa jawa (Hylobates moloch, Audebert 1798)

di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa barat.”Jurnal

Conservation International Indonesia.2011.Hlm.115-125

Fleagle, Jhon G dan Mittermeier, R.A. 1980 .“Locomotor behaviour, body size and

isolation.” Tesis Anglia Polytechnic, University Cambridge,Britania

K, Drinnen. 2000 . Tropical Rainforest 3rdEdition. Moody Gardens: Education

Department Curiculum

MacKinnon, J. 1993 . Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Markus Kappeler. 1984. The gibbon in Java. Dalam: Preuschoft,

H.,D.J.Chivers,W.Y. Brockelman, dan N. Creel (eds.).1984.The lasser

apes: Evolutionary and behavioural biology.Edinburgh: Edinburgh

University Press

Rahmuddin. 2009. “Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch,Audebert 1797) di Hutan

Lindung Papandayan, Garut, Jawa Barat.”Tesis,Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor, dalam “Kumpulan hasil-hasil penelitian Owa jawa di

Bodogol Taman Nasional Gunung Gede pangrango,” Jurnal Conservation

Intenational Indonesia.(2010).Hlm.8.

Supriatna, Jatna dan E. Hendras. 2000 . Panduan Lapangan Primata Indonesia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Supriatna, Jatna dan E.H. Wahyono. 2000 . Panduan Lapangan Primata Indonesia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Page 12: Populasi Dan Konservasi Owa Jawa-jurnal Maida

12

Thompson, Claire J. H.2007.”Gibbon locomotion in disturbed Peat-Swamp Forest,

Sebangau, Central Kalimantan.”Disertasi, The Anatomy School,

Universitas of Cambridge.Hlm.20