konservasi nepenthes

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat keanekaragaman tinggi. Diperkirakan bahwa terdapat Taksiran sekitar 300 spesies spesies hewan menyusui, 7.500 spesies burung, 2.000 spesies reptil, 25.000 spesies tumbuhan biji, 1.250 spesies tumbuhan paku-pakuan, 7.500 spesies lumut, 7.800 spesies ganggang, 72.000 spesies jamur, serta 300 spesies bakteri dan ganggang hijau biru. Data tersebut membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia sangatlah tinggi. Kantong Semar (Nepenthes sp.) adalah tumbuhan karnivora asli Indonesia yang dapat memakan seranga. Tumbuhan ini memiliki daun dengan sulur di ujung daunnya yang termodifikasi menjadi kantong. Bentuk kantongnya menyerupai bentuk labu dengan bagian ujungnya membesar. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat. Namun pada era modern ini, banyak manusia yang merusak lingkungan dimana lingkungan tersebut adalah habitat dari makhluk hidup setempat. Tindak merusak yang dilakukan oleh manusia beragam bentuknya, mulai dari yang sederhana seperti membuang sampah sembarangan, sampai pada tingkat berat seperti illegal logging, merusak ekosistem hutan, memburu binatang- binatang langka, membuat lahan pertanian di hutan, atau bentuk destruktif lainnya. Mereka hanya mementingkan keuntungan bagi diri mereka sendiri tanpa mengerti akibat dari tindakan mereka. Bahkan pabrik-pabrik industri pun turut merusak lingkungan dengan membuang limbah ke sungai. Tindakan- tindakan tak bertanggung jawab seperti ini tentu akan merusak habitat dari tumbuhan Kantong Semar. Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara 1

Upload: nuril-trisnawati

Post on 15-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Melindungi keberadaan Kantong Semar

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat keanekaragaman tinggi.

    Diperkirakan bahwa terdapat Taksiran sekitar 300 spesies spesies hewan

    menyusui, 7.500 spesies burung, 2.000 spesies reptil, 25.000 spesies tumbuhan

    biji, 1.250 spesies tumbuhan paku-pakuan, 7.500 spesies lumut, 7.800 spesies

    ganggang, 72.000 spesies jamur, serta 300 spesies bakteri dan ganggang hijau

    biru. Data tersebut membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di Indonesia

    sangatlah tinggi.

    Kantong Semar (Nepenthes sp.) adalah tumbuhan karnivora asli Indonesia

    yang dapat memakan seranga. Tumbuhan ini memiliki daun dengan sulur di

    ujung daunnya yang termodifikasi menjadi kantong. Bentuk kantongnya

    menyerupai bentuk labu dengan bagian ujungnya membesar. Tumbuhan ini

    banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa

    Tengah, dan Kalimantan Barat.

    Namun pada era modern ini, banyak manusia yang merusak lingkungan

    dimana lingkungan tersebut adalah habitat dari makhluk hidup setempat.

    Tindak merusak yang dilakukan oleh manusia beragam bentuknya, mulai dari

    yang sederhana seperti membuang sampah sembarangan, sampai pada tingkat

    berat seperti illegal logging, merusak ekosistem hutan, memburu binatang-

    binatang langka, membuat lahan pertanian di hutan, atau bentuk destruktif

    lainnya. Mereka hanya mementingkan keuntungan bagi diri mereka sendiri

    tanpa mengerti akibat dari tindakan mereka. Bahkan pabrik-pabrik industri pun

    turut merusak lingkungan dengan membuang limbah ke sungai. Tindakan-

    tindakan tak bertanggung jawab seperti ini tentu akan merusak habitat dari

    tumbuhan Kantong Semar.

    Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 tentang

    Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, menjelaskan bahwa

    yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam hayati adalah

    pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara

    1

  • 2

    bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap

    memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

    Berdasarkan hal tersebut, maka upaya-upaya perlu ditegakkan untuk

    mengembalikan keadaan alam yang sudah minus tersebut menjadi kondisi

    alam yang harmonis sehingga flora dan fauna tetap lestari. Langkah ini disebut

    dengan tindak konservasi. Konservasi sendiri merupakan suatu penanganan

    lahan yang rusak akibat dampak dari kerusakan alam atau suatu perlindungan

    bagi setiap makhluk hidup, agar tidak terlalu cepat mengalami kepunahan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

    rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana upaya untuk melestarikan

    Kantong Semar (Nepenthes sp.) dengan menggunakan langkah konservasi?

    C. Tujuan

    Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya-upaya dalam

    melestarikan Kantong Semar (Nepenthes sp.) dengan menggunakan langkah

    konservasi.

  • 3

    BAB II

    ISI

    A. Klasifikasi Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    Kantong semar (Nepenthes spp.) adalah nama salah satu tumbuhan yang

    unik. Tumbuhan ini pertama kali ditemukan oleh J.P Breyne pada tahun 1689,

    nama Nepenthes diambil dari sebuah nama gelas anggur. Di Indonesia sebutan

    untuk Nepenthes spp sangat beragam di berbagai daerah, seperti periuk monyet

    (Riau), kantong beruk (Jambi), Ketakung (Bangka), sorok raja mantra (Jawa

    Barat), ketapu napu (Dayak Katingan), telep ujung (Dayak Bakumpai), dan

    selo begongan (Dayak Tunjungan) (Azwar et al, 2007).

    Klasifikasi Nepenthes spp. berdasarkan tumbuhan berbunga adalah sebagai

    berikut:

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Super division : Spermatophyta

    Divisio : Magnoliophyta

    Subdivisio : Magnoliophyta

    Classis : Magnoliopsida

    Subclassis : Dilleniidae

    Ordo : Nepenthales

    Family : Nepenthaceae

    Genus : Nepenthes

    Species : Nepenthes spp.

    B. Morfologi Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    Kantong semar dikenal sebagai tumbuhan yang unik dan merupakan

    bentuk tumbuhan berbunga yang tidak umum dijumpai. Tumbuhan tersebut

    sebenarnya tidak memiliki bunga yang memikat, tetapi variasi warna dan

    bentuk dari kantong-kantong yang dimilikinya menjadikan kantong semar

    memiliki keindahan yang khas. Kantong bernektar tersebut secara ekologis

    3

  • 4

    berfungsi sebagai perangkap serangga, beberapa reptil, dan hewan kecil

    lainnya (Hernawati, 2001).

    Nepenthes gracilis, salah satu jenis nepenthes yang ditemukan di Hutan

    Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan

    Nepenthes sumatrana endemik Pulau Singkep

    Kantong Nepenthes yang dindingnya penuh bercak merah kekuningan

    menarik perhatian serangga untuk mendekat, semut atau lalat yang mendekat

    akan tertarik pada aroma manis yang menyengat. Aroma itu berasal dari

    deretan kelenjar pada bibir lubang kantong.

    Sulurnya dapat mencapai permukaan tanah atau menggantung pada

    cabang-cabang ranting pohon sehingga berfungsi sebagai pipa penyalur nutrisi

    dan air. Namun untuk beberapa jenis, karakteristik-karakteristik akar dan daun

    juga sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan jenis Nepenthes spp.

    (Lauffenburg & Arthur, 2000).

  • 5

    C. Habitat Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di

    habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembapan udara yang cukup

    tinggi. Nepenthes bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan

    pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana.

    Jenis Nepenthes dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Nepenthes dataran

    rendag, Nepenthes dataran menengah (dengan ketinggian 500-1000 m di atas

    permukaan laut), dan Nepenthes dataran tinggi.

    Contoh Nepenthes dataran tinggi diantaranya yaitu N. burbidgeae, N.

    lowii, N. rajah, N. villosa, N.fusca, N. sanguinea, N. diatas, N. densiflora, N.

    dubia, dan N. ephippiata. Jenis-jenis tersebut adalah penghuni daerah

    pegunungan berketinggian lebih dari 1000 m di atas permukan air laut. Kisaran

    suhu malam hari yang dibutuhkan yaitu 2012C. Sedangkan kisaran suhu

    siang hari antara 2530C.

    Contoh Nepenthes dataran rendah diantaranya yaitu N. alata, N. eymae, N.

    khasiana, N. mirabilis, N. ventricosa, N. ampullaria, N. bicalcarata, N.

    gracilis, N. maxima, N. reinwardtiana, dan N. tobaica. Jenis-jenis ini tumbuh

    subur di dataran berketinggian 0500 m di atas permukaan air laut. Nepenthes

    dataran rendah biasanya bersifat epifit menempel di batang pepohonan, namun

    ada juga yang hidup secara terestrial di atas tanah bercampur serasah dedaunan.

    Suhu harian yang dibutuhkan berkisar antara 2234 C dan kelembaban udara

    yang diinginkan yaitu 7095%. Sedangkan contoh Nepenthes dataran

    menengah yaitu N. raflesiana, N. adnata, N. clipeata, dan N. mapuluensis

    (Clarke dan Leen, 2004; Marlis dan Merbach, 2009).

    D. Penyebaran Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    Sekitar 87 jenis kantong semar (Nepenthes spp.) telah teridentifikasi di

    seluruh dunia. Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu daerah

    penyebaran terluas dari tumbuhan Nepenthes spp., selain itu juga terdapat

    sekitar 8 daerah penyebaran Nepenthes seperti Madagaskar (2 jenis), Sri

    Langka (1 jenis), India (1 jenis), Indo-China ( 6-8 jenis), Kepulauan Solomon

  • 6

    (1 jenis), New Caledonia (1 jenis), Australia (1 jenis), dan Seychelles (1 jenis)

    (Handayani et al, 2005).

    Dari 87 spesies tersebut, 64 diantarnya tersebar di Indonesia, 32 jenis

    diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei)

    sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan

    kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis

    kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti. Namun

    berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense,

    Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papua sembilan

    jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Azwar et al, 2007).

    Keanekaragaman jenis ini disebabkan karena tumbuhan ini merupakan

    tumbuhan berumah dua sehingga kemungkinan untuk menghasilkan jenis baru

    lebih besar selain itu juga dibeberapa negara tumbuhan ini sudah banyak

    dibudidayakan.

    Beberapa negara yang giat mengembangkan Nepenthes yaitu Australia,

    Jerman, Belanda, Jepang Sri Lanka, dan Malaysia. Belanda bahkan

    mengandalkan tanaman ini sebagai salah satu sumber devisa (Pratama &

    Kurniawan, 2010).

    E. Populasi Kantong Semar (Nepenthes sp.) dan Ancamannya

    Sumatera merupakan wilayah terbesar kedua dari penyebaran Nepenthes

    sp. setelah Kalimantan. Saat ini hanya beberapa jenis alami saja dari Nepenthes

    sp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi seperti: N. adnata, N.

    albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N. aristolochioides, N.

    bongso, N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N. inermis, N.

    jacavelineae, N. mirabilis, N. pactinata, N. raflesiana, N. reinwardtiana, N.

    spathulata, N. sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa jenis lagi yang

    merupakan silangan alami.

    Populasi Nepenthes di alam semakin menurun yang disebabkan karena

    abitat alami dari jenis Nepenthes sp. di Sumatera setiap tahunnya semakin

    terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan maupun konversi lahan

    hutan. Upaya penyelamatan dari ancaman kepunahan dilakukan melalui usaha

  • 7

    konservasi, baik secara in-situ maupun ex-situ dengan mekanisme budidaya

    dan pemuliaan.

    Pemerintah telah menetapkan bahwa Nepenthes termasuk salah satu

    spesies tumbuhan prioritas yang dilindungi karena keberadaannya di alam

    cenderung terancam punah. (Peraturan Menteri Kehutanan No.

    P.57/Menhut.II/2008, Berita Negara Republik Indonesia Nomor 51, 2008).

    Nepenthes sp. merupakan tanaman unik dari hutan yang belakangan

    menjadi trend sebagai tanaman khas komersil di Indonesia. Di Sumatera

    sendiri, trend ini mulai berlangsung sejak tahun lalu dan semakin marak saat

    ini karena bentuknya yang unik sehingga tanaman ini mulai diperjualbelikan

    oleh masyarakat. Namun, kebanyakan yang diperjualbelikan khususnya di

    Sumatera masih merupakan Nepenthes sp. yang diambil langsung dari alam,

    bukan dari hasil penangkaran atau budidaya.

    Hal tersebut sangatlah memprihatinkan mengingat habitat asli mereka

    terancam oleh kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan.

    Hutan Indonesia selama periode 1997-2000 mengalami laju pengurangan

    mencapai angka sekitar 2,84 juta ha/tahun atau sekitar 8,5 juta ha selama tiga

    tahun. Rekalkulasi penutupan lahan di Indonesia pada tahun 2005 yang

    dilakukan oleh Departemen Kehutanan menunjukkan adanya peningkatan

    persentase penutupan lahan berhutan di Indonesia di Pulau Sumatera dan

    Kalimantan (Anonimus, 2005). Artinya, lahan berhutan di Pulau Sumatera

    mengalami penurunan setiap tahunnya. Tentu saja kondisi hutan yang seperti

    ini turut mengancam keberadaan flora dan fauna yang ada di dalamnya.

    Habitat Nepenthes sp berupa Hutan Hujan Tropis Pulau Kecil Singkep

    Dibuka dan Dibakar Untuk Perkebunan Karet

  • 8

    Eksploitasi Nepenthes sp. dari alam untuk kepentingan ekonomi semata

    serta degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes sp.

    memperburuk keberadaannya di alam. Oleh karena itu dirasa perlu diadakan

    kajian konservasi Nepenthes sp. khususnya di hutan Sumatera, baik

    penyebaran, morfologi, variasi jenis, habitat alami, pemanfaatan bahkan

    sampai pada ancaman terhadap populasinya serta strategi konservasi yang

    dapat diupayakan. Studi serta kajian keanekaragaman jenis Nepenthes sp. di

    Sumatera masih dirasa kurang bila dibandingkan dengan jenis vegetasi hutan

    lainnya.

    F. Upaya Konservasi

    Konservasi in-situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan

    satwa liar di dalam kawasan suaka alam yang dilakukan dengan jalan

    membiarkan agar populasinya tetap seimbang menurut proses alami di

    habitatnya. Upaya konservasi in-situ ini dikatakan paling efektif, karena

    perlindungan dilakukan di dalam habitataslinya, sehingga tidak diperlukan lagi

    proses adaptasi bagi kehidupan dari jenis tumbuhan dan satwa liar tersebut ke

    tempat yang baru (Nurhadi, 2001 dalam Sudarmadji, 2002). Namun demikian,

    suatu kelemahan akan terjadi jika suatu jenis yang dikonservasi secara in-situ

    tersebut memiliki penyebaran yang sempit; kemudian tanpa diketahui terjadi

    perubahan habitat, maka akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

    hidup jenis tersebut; begitu pula jika di daerah tersebut terjadi bencana atau

    kebakaran, dapat dipastikan seluruh jenis yang terdapat di dalamnya akan

    terancam musnah dan tidak ada yang dapat dicadangkan lagi. Oleh karena itu,

    selain upaya konservasi in-situ perlu dilengkapi dengan upaya konservasi ex-

    situ (Nurhadi, 2001 dalam Sudarmadji, 2002).

    Upaya konservasi ex-situ merupakan upaya pengawetan jenis di luar

    kawasan yang dilakukan dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis

    tumbuhan dan satwa liar. Kegiatan konservasi ex-situ ini dilakukan untuk

    menghindari adanya kepunahan suatu jenis. Hal ini perlu dilakukan mengingat

    terjadinya berbagai tekanan terhadap populasi maupun habitatnya (Nurhadi,

    2001 dalam Sudarmadji, 2002). Hal lain yang tidak kalah penting ialah

  • 9

    penyebarluasan informasi mengenai Nepenthes sp. itu sendiri kepada

    masyarakat umum agar mereka mengetahui keberadaan populasi, status jenis,

    dan status hukum yang melindungi tanaman dari kepunahan. Upaya ini harus

    disertai dengan disiplin tinggi dari penerapan hukum bagi ancaman-ancaman

    yang ada terhadap kelangsungan hidup Nepenthes sp.

    Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat menjadi salah satu lokasi rumah

    konservasi kantong semar atau nephentes.LIPI membangun tempat konservasi

    khusus kantong semar untuk mencegah kepunahan sekaligus sebagai lokasi

    penelitian. Kebun Raya Cibodas yang telah dirintis sejak 2009 kini memiliki 48

    spesies dan 47 hibrida yang berasal dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, serta

    Papua. Tempat konservasi dengan luas sekitar 90 meter persegi itu menjadi

    rumah bagi kantong semar yang terancam punah. Spesies yang masuk daftar

    merah Asosiasi Internasional Konservasi Alam (IUCN), seperti Nephentes

    villosa, N. iowii, N. aristolochiodes, dan N. dubia, ada di antara deretan

    kantong semar yang ditanam di Cibodas.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

    konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dan Peraturan

    Pemerintah Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan

    Satwa Liar, Nepenthes termasuk tumbuhan yang dilindungi. Hal ini

    berarti pemanfaatan langsung dari habitat tidak boleh dilakukan,

    misalnya mengambil dari hutan lalu dijual (Departemen Kehutanan,

    2003). Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on International Trade

    in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies kantong semar di

    dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana

    masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori

    Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat

    dibatasi. Nepenthes juga masuk pada red list, criteria B2ab (v) IUCN

    dengan criteria vulnarable, consents, rare, endangered,dan critical

    endangered (IUCN, 2001).

    Valuasi sumber daya alam akan meningkatkan pengertian tentang

    nilai dan jasa yang disediakan oleh sumber daya alam dan

    keanekaragaman hayati. Valuasi ini dapat membantu para penentu

  • 10

    kebijakan dalam memilih alternatif kebijakan pembangunan, di samping

    itu valuasi juga berguna untuk identifikasi manfaat dan keuntungan yang

    dihasilkan. Pemahaman yang lebih baik tentang siapa yang

    menanggung biaya dan siapa yang menikmati manfaat merupakan

    syarat penting dalam menerapkan kebijakan yang efektif untuk

    melindungi dan memanfaarkan sumber daya secara efisien dan

    berkelanjutan (Vermeulen & Koziell, 2002).

    Penentuan parameter-parameter yang dapat digunakan dalam

    rangka valuasi fungsi atau kontribusi dari Nepenthes didasarkan pada

    spesifikasi barang dan jasa yang dihasilkan oleh Nepenthes

    tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada lima

    pendekatan valuasi yang dikenali yaitu valuasi harga pasar, pendekatan

    pengganti pasar, pendekatan fungsi produksi, pendekatan pilihan dan

    pendekatan berbasis biaya. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat

    beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai parameter valuasi nilai

    ekonomi Nepenthes yaitu :

    1. Sebagai Tanaman Hias

    Nilai ekonomi Nepenthes sebagai tanaman hias dapat dihitung

    berdasarkan harga pasar dari Nepenthes tersebut. Untuk

    menentukan nilai ekonomi berdasarkan harga pasar ini maka perlu

    diketahui terlebih dahulu berapa jumlah Nepenthes setiap hari

    terjual. Perlu diketahui variabel-variabel berupa jumlah individu

    Nepenthes yang terjual oleh setiap petani per hari (JN), total waktu

    penjualan yang optimal (TP) dalam sebulan dan jumlah petani yang

    menjualnya (N) serta biaya yang harus dikeluarkan oleh petani

    sampai ketempat penjualan (BT). Formulasi sederhana dapat

    dirumuskan dalam rangka menentukan nilai ekonomi Nepenthes

    berdasarkan harga pasar sebagai berikut: Nilai Ekonomi Nepenthes

    = ( JN x N ) x ( TP ) BT

  • 11

    2. Sebagai Tumbuhan Obat Tradisional

    Nilai ekonomi dari Nepenthes yang berperan sebagai tumbuhan

    obat dihitung berdasarkan pelayanan dokter dan pembelian obatobat

    sintetis sesuai dengan jenis penyakitnya (Replacement cost).

    3. Sumber aiar Minum Bagi Petualang

    Bagi para pendaki gunung yang kehausan kantong semar jenis

    N. gymnamphora merupakan sumber air yang layak minum karena

    pH-nya netral (6-7), tetapi kantong yang masih tertutup, sebab

    kantong yang terbuka sudah terkontaminasi dengan jasad serangga

    yang masuk kedalam, dan pH-nya 3 sedangkan rasanya masam.

    Nilai ekonomi dari Nepenthes yang dapat dimanfaatkan langsung

    sebagai sumber air minum dapat dihitung berdasarkan harga air

    minum.

    4. Sebagai Pembungkus Makanan

    Nilai ekonomi dari Nepenthes yang dapat dimanfaatkan

    langsung sebagai pembungkus makanan dapat dihitung dengan

    harga pembungkus bahan makanan tersebut apakah dari kertas,

    daun, plastik dll. Kantong Nepenthes dapat digunakan untuk

    pembungkus ketupat. Di Sumatera Barat kantong tanaman ini

    (terutama Nepenthes ampullaria) juga sering dipakai untuk membuat

    kue godah. Kantong yang sudah dewasa dipakai untuk tempat

    membuat makanan yang disebut lemang. Di Singkawang,

    Kalimantan Barat, N. ampullaria sering digunakan untuk membuat

    aronan pulut (beras ketan) dimasukkan ke dalam kantongnya

    kemudian dikukus.

    5. Sumber Protein

    Protein (enzim protease) dalam cairan kantong Nepenthes

    dapat dimanfaatkan sebagai usaha bertani protein / molecular

    farming. Nilai ekonominya dapat dihitung melalui harga protein

    sintetik di pasaran.

  • 12

    6. Pengganti Tali

    Batang dari Kantong Semar ini bisa di gunakan sebagai

    pengganti tali untuk pengikat barang. Di Bangka, batang ketakung

    betul digunakan untuk mengikat pagar dan memikul barang berat.

    Batang keringnya menggantikan rotan lantaran kuat dan lentur. Bahkan ia

    lebih tahan lama dibandingkan rotan. Sementara di Papua, batang kobe-

    kobe yang liat itu dimanfaatkan sebagai gelang. Nilai ekonomi dari

    Nepenthes yang dapat dimanfaatkan langsung sebagai pengganti tali dapat

    dihitung sesuai dengan harga tali yang digunakan. Penaksiran biaya

    pengganti / Replacement cost .

    7. Pengendali Populasi serangga hama dan vektor penyakit

    Peran penting dari Nepenthes yang memangsa serangga

    seperti semut dan serangga lain yang berpotensi sebagai hama

    dan vektor penyakit dapat dihitung sebagai satuan nilai ekonomi

    melalui penaksiran biaya pengganti atau Replacement cost. Biaya

    pengganti disini adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan

    untuk pemberantasan serangga, rayap dan harga insektisida

    pemberantas hama, tikus serta biaya kerugian akibat kegagalan

    panen akibat serangan hama serangga, rayap dan tikus.

    8. Sumber Plasma Nutfah

    Nepenthes merupakan spesies alami dengan potensi genetik

    yang sangat tinggi. Secara genetis jenis Nepenthes berpeluang

    untuk diisolasi dan direkayasa sedemikian rupa sehingga dapat

    direkombinasikan dengan jenis-jenis Nepenthes yang lainnya untuk

    budidayanya. Keseimbangan ekosistem dan kekayaan plasma

    nutfah alam penting untuk dijaga. Nepenthes saat ini telah menjadi

    industri florikultura di negara maju seperti Eropa dan Amerika,

    bahkan Nepenthes mampu menjadi komoditi yang sangat

    menguntungkan bagi negara tersebut. Melalui teknik perbanyakan

    kultur jaringan, Nepenthes diperbanyak dan diperdagangkan secara

    legal (padahal jenis yang mereka perbanyak adalah Nepenthes dari

    Indonesia). Nilai ekonomi dari Nepenthes sebagai sumber plasama

  • 13

    nuftah ini dapat dihitung berdasarkan ketentuan harga jual dari

    plasma nuftah unggul di pasar internasional.

    9. Nilai Ilmiah

    Nepenthes merupakan objek kajian ilmiah yang potensial.

    Oleh sebab itu, nilai ilmiah dari Nepenthes tersebut dapat dihitung

    berdasarkan besarnya dana riset yang diperoleh oleh peneliti

    Nepenthes per tahun. Nilai ekonomi terhadap nilai ilmiah Nepenthes

    dapat pula dihitung dengan travel cost, yaitu berapa biaya yang

    dikeluarkan oleh para ilmuwan dan penggemar Nepenthes untuk

    berkunjung ke lokasi dimana Nepenthes tersebut berada.

    10. Nilai Estetika dan Spiritual

    Di Maluku, air Nepenthes sudah dimanfaatkan penduduk sejak

    zaman Rumphius pada 1690. Bukan untuk membasahi tenggorokan

    yang kering, tetapi membasahi tanah Ambon. Bila terjadi kemarau

    panjang, diam-diam para tetua kampung pergi ke hutan. Mereka

    menuang semua air dalam kantong Nepenthes ke tanah. Dengan

    cara itu mereka yakin hujan segera turun. Dukun-dukun zaman dulu

    menggunakan air di dalam kantong Nepenthes yang masih tertutup

    sebagai obat pencegah ngompol. Air itu dituang di atas kepala anak

    yang sering ngompol. Sisanya diminumkan Benar rupanya legenda

    dalam Homer's The Odyssey. Nepenthes memang pelipur lara dan

    derita. Bahkan terdapat mitos di kalangan tertentu bahwa kantong

    Nepenthes adalah pembawa keberuntungan merupakan salah satu daya

    tarik tersendiri, yang menyebabkan tanaman ini dicari orang. Kantong

    Nepenthes yang berwarna merah dipercaya mampu mendatangkan jodoh,

    sementara yang berwarna kuning diyakini mampu menarik rezeki

    berlimpah dan mmebuat kariri seseorang menanjak. Telrpas dari mitos

    tersebut, tanaman ini memang impresif dan eksotis. Nilai ekonominya

    dapat dipakai Valuasi kontingen atau penentuan WTP (Willingness To

    Pay) ataupun dengan PDM melalui LUVI terhadap terhadap spesies

    Nepenthes.

  • 14

    11. Nilai Keberadaan Spesies

    Terlepas dari segala fungsi atau kontribusi ekologis dan

    ekonomisnya, masing-masing spesies Nepenthes akan memiliki nilai

    keberadaannya tersendiri sebagai salah satu bagian dari potensi

    ekosistem dan kebanggaan kultural penduduk di sekitarnya.

    Perhitungan nilai ekonomi Nepenthes berdasarkan nilai keberadaan

    ini dapat diketahui melalui valuasi kontingen atau penentuan WTP

    (Willingness To Pay) terhadap masing-masing spesies Nepenthes

    ditempat tumbuhan tersebut berada ataupun dengan PDM melalui

    LUVI terhadap spesies Nepenthes.

  • 15

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Lahan hutan di Sumatera, memiliki kekayaan berupa keanekaragaman

    hayati yang berpotensi untuk dikembangkan, baik secara ekologis maupun

    ekonomis. Salah satu potensi yang ada adalah keberadaan Nepenthes sp. yang

    merupakan tanaman unik dan dilindungi keberadaannya. Nepenthes sp.

    belakangan ini semakin diminati sebagai tanaman hias komersil oleh

    masyarakat. Selain itu tumbuhan Nepenthes sp. juga dapat digunakan sebagai

    tanaman obat. Karena potensinya tersebut, tumbuhan ini justru menjadi

    terancam keberadaannya akibat eksploitasi oleh orang-orang yang ingin

    mengejar profit dengan menjualnya sebagai tanaman hias tanpa memperhatikan

    kelestarian ekologisnya. Selain itu, konversi lahan hutan di Sumatera,

    kebakaran hutan dan perambahan liar juga turut menambah ancaman

    keberadaan tumbuhan unik ini di habitat aslinya. Keberadaan Nepenthes sp. di

    hutan Sumatera semakin terancam keberadaannya dari tahun ke tahun. Untuk

    mencegah hal itu terjadi, perlu upaya konservasi, baik secara in-situ mapun ex-

    situ yang harus segera dilakukan.

    B. Saran

    Perlu diadakan studi dan penelitian lebih lanjut mengenai Nepenthes sp.

    yang ada di hutan Sumatera untuk kemudian dipublikasikan kepada

    stakeholders terkait khususnya kepada masyarakat luas agar menyadari

    pentingnya keberadaan Nepenthes sp., baik dari sisi ekologis maupun

    ekonomisnya. Dengan upaya tersebut diharapkan mereka dapat berpartisipasi

    dalam menjaga kelestarian hutan dan kenakeragaman hayati yang ada di

    dalamnya.

    14

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, F., Kunarso, A., dan Rahman, T. S. 2007. Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    di Sumatera Utara, Tanaman Unik yang Semakin Langka. Prosiding

    Ekspose Hasil-Hasil.

    Berita Negara Republik Indonesia Nomor 51. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan

    Nomor: P. 57/Menhut-II/2008 tentang arahan strategis konservasi species

    nasional 2008-2018. 74 h.

    Clarke, C. and Leen, C. 2004. Pitcher plants of Sarawak. Sabah: Natural History

    Publication Borneo Sdn. Bhd.

    Gabriel, T. 2014. Cibodas Jadi Rumah Konservasi Nepenthes, (Online)

    http://www.tempo.co/read/news/2014/04/14/095570466/Cibodas-Jadi-

    Rumah-Konservasi-Nepenthes diakses pada tanggal 21 Februari 2015.

    Handayani, T., Latifah, D., dan Dodo. 2005. Diversity and Growth Behaviour of

    Nepenthes (Pitcher Plants) in Tanjung Puting National Park, Central

    Kalimantan Province. Biodiversitas. Vol 6, Hlm: 251-255.

    IUCN. 2001. IUCN red list categories and criteria: version 3.1 . Gland: IUCN

    Species Survival Commission.

    Marlis, Merbach D. 2009. Nepenthes from Borneo: the plants, (Online),

    http://www.nepenthes.Merbach.net/En glish/plant.html, diakses 21 Februari

    2015.

    Pratama, Bayu dan Kurniawan, M. B. 2010. Mengenal Hewan dan Tumbuhan Asli

    Indonesia. Jakarta: Cikal Aksara.

    Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya

    Konservasi Sumberdaya Alam Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi Daerah,

    (Online), http://www.unej.ac.id/Fakultas/mipa/vol 3.no_1/sudarmadji.pdf.

    Vermeulen, J & Koziell, I. 2002. Integrating global and local value. A review of

    biodiversity assesment. London: International Institut For Enviroment And

    Development.

    15

  • 17

    MAKALAH EKOLOGI KONSERVASI

    Konservasi Kantong Semar (Nepenthes sp.)

    Oleh

    NURIL TRISNAWATI

    NIM : 12030244002

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    JURUSAN BIOLOGI

    2014