perilaku harian orangutan (pongo pygmaeus) dalam ... · konservasi yang dilakukan dapat berupa...

14
1 PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM KONSERVASI EX SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA PRISTY AROMA MAWARDA Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Raya ITS, Sukolilo-Surabaya 10111 E-mail : [email protected] PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM KONSERVASI EX SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA ABSTRACT Orangutan (Pongo pygmaeus) are endangered species with very limited distribution in Sumatra and Kalimantan. The main purpose of this study was to determine the daily behavior of orangutans in ex-situ habitat of the Surabaya Zoo and compare it with the literature of behavior of orangutans in their natural habitats. In order to provide basic information for the better support conservation efforts. Daily behavioral observations of orangutans (Pongo pygmaeus) is done in a closed open and stable in December 2009-February 2010. The method used is the focal time sampling of behavioral observation data collection method that uses a tail of individual animals as objects of observation and recording techniques of behavior these animals at specified time intervals. The results of this study indicate a difference between the orangutans in their natural habitat with orangutans in the KBS. The behavior of the most high is resting behavior, the behavior of orangutans in the wild while the highest are eating behavior. Keywords: orangutan (Pongo pygmaeus), focal time sampling, daily behavior, Surabaya Zoo

Upload: doananh

Post on 12-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

1

PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM KONSERVASI EX SITU

DI KEBUN BINATANG SURABAYA

PRISTY AROMA MAWARDA

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Raya ITS, Sukolilo-Surabaya 10111

E-mail : [email protected]

PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM KONSERVASI EX SITU

DI KEBUN BINATANG SURABAYA

ABSTRACT

Orangutan (Pongo pygmaeus) are endangered species with very limited distribution in Sumatra

and Kalimantan. The main purpose of this study was to determine the daily behavior of orangutans in ex-situ habitat of the Surabaya Zoo and compare it with the literature of behavior of orangutans

in their natural habitats. In order to provide basic information for the better support conservation

efforts. Daily behavioral observations of orangutans (Pongo pygmaeus) is done in a closed open and stable in December 2009-February 2010. The method used is the focal time sampling of

behavioral observation data collection method that uses a tail of individual animals as objects of

observation and recording techniques of behavior these animals at specified time intervals. The results of this study indicate a difference between the orangutans in their natural habitat with

orangutans in the KBS. The behavior of the most high is resting behavior, the behavior of

orangutans in the wild while the highest are eating behavior.

Keywords: orangutan (Pongo pygmaeus), focal time sampling, daily behavior, Surabaya Zoo

Page 2: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

2

BBAABB II

PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

1.1 Latar Belakang

Populasi Orangutan di habitatnya saat ini mengalami penurunan drastis,

diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun

terakhir populasi tersebut telah menyusut 30-50% (Primack dkk. 1998; Indrawan, 2007).

Penurunan populasi itu karena habitatnya

telah rusak oleh penebangan liar, kebakaran hutan dan tingginya perburuan liar (Meijaard

dkk. 2001).

Untuk menjaga kelestariannya tetap berjalan secara berkesinambungan, maka

diperlukan upaya konservasi satwa dengan

langkah-langkah yang benar. Upaya pelaksanaan konservasi satwa meliputi juga

unsur lingkungan atau ekosistem satwanya.

Ekosistem ini memiliki fungsi yang sangat penting sebagai unsur pembentuk lingkungan

satwa, yang kehadirannya tidak dapat diganti,

harus disesuaikan dengan batas-batas daya

dukung alam untuk terjaminnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan ekosistem

satwa sendiri (Kuncoro, 2004).

Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi

in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

adalah perlindungan populasi dan komunitas

alami. Konservasi ex-situ adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana

fauna tersebut diambil, dipelihara pada suatu

tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun kesesuaian ekologinya. Konservasi

ex-situ tersebut dilakukan dalam upaya

pengelolaan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan pelestarian (Johnson et al.,

2007). Tujuan dari perlindungan dan

pelestarian alam tidak hanya untuk

menyelamatkan jenis tumbuhan dan binatang dari ancaman kepunahan, akan tetapi

mengusahakan terjaminnya keanekaragaman

hayati dan keseimbangan unsur-unsur ekosistem yang telah mengalami gangguan

akibat meningkatnya aktivitas manusia yang

merambah kawasan hutan alam. Kawasan konservasi ex-situ sama pentingnya dengan

kawasan konservasi in-situ dan mempunyai

peran yang saling melengkapi (Kuncoro,

2004).

Penelitian ini merupakan studi awal

mengenai observasi perilaku harian

orangutan di Kebun Binatang Surabaya yang merupakan salah satu contoh kawasan

konservasi ex-situ bagi orangutan. Pada

umumnya, Kebun binatang di Indonesia

masih menggunakan kandang berjeruji. Beberapa kebun binatang telah meninggalkan

gaya kandang berjeruji dan menggantikannya

dengan kurungan tebuka atau enclosure. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Indonesian Conservation

Media Centre (2009) diketahui bahwa habitat

ek situ berbeda sekali dengan dengan kondisi habitat in situ. Perbedaan tersebut antara lain

orangutan yang dikurung dalam kandang

berjeruji, kondisinya lebih buruk dibandingkan dengan yang ditempatkan di

enclosure, hal ini dikarenakan orangutan

tidak mendapatkan akses air untuk diminum, minimnya interaksi sosial dengan orangutan

lain, dan kandang kosong tanpa fasilitas

bermain, sedangkan di Kebun Binatang

Surabaya orangutan ditempatkan pada kandang berjeruji dan ditempatkan dalam

kandang terbuka (habitat buatan) yang

terbatas dan dikelilingi oleh sungai buatan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada aktivitas

orangutan. Oleh karena itu perlu dilakukan

sebuah penelitian untuk mengetahui perilaku harian orangutan di Kebun Binatang

Surabaya yang merupakan habitat ex-situ.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui lama waktu pada masing-masing tipe aktivitas pada perilaku harian orangutan

pada habitat ex-situ Kebun Binatang

Surabaya serta membandingkan dengan literatur perilaku orangutan di habitat

alaminya.

MMEETTOODDOOLLOOGGII DDAANN PPRROOSSEEDDUURR

KKEERRJJAA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada rentang waktu Desember 2009 – Februari 2010.

Pengamatan dilakukan di Kebun Binatang

Surabaya baik di kandang luar dan kandang

dalam orangutan selama ± dua minggu.

Objek dan Peralatan Penelitian

Page 3: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

3

Objek penelitian adalah empat

individu orangutan di Kebun Binatang

Surabaya. Peralatan yang digunakan antara lain peralatan tulis, kamera digital,

handycam, dan teropong binokuler.

Pengamatan Perilaku

Penelitian yang dilakukan adalah

mengamati perilaku harian antar orangutan yang ada di Kebun Binatang Surabaya dan

dibandingkan dengan literatur perilaku

orangutan di habitat alaminya. Metode yang digunakan adalah focal time sampling yaitu

metode pengambilan data pengamatan

perilaku yang menggunakan satu ekor

individu satwa sebagai obyek pengamatan dan menggunakan teknik pencatatan perilaku

satwa tersebut pada interval waktu tertentu.

Objek yang diamati adalah individu-individu orangutan, yang terdiri dari dua ekor jantan

dan dua ekor betina di Kebun Binatang

Surabaya.

Pengamatn Perilaku yang diamati

mengacu pada penelitian Altmann, 1974 ;

Rijksen, 1978, yaitu perilaku bergerak, meliputi aktivitas perpindahan lokasi oleh

orangutan temasuk juga pepindahan lokasi

yang dilakukan bersama individu orangutan lain. Perilaku istirahat, meliputi kondisi

dimana orangutan tidak melakukan aktivitas

apapun, antara lain tidur-tiduran dan duduk.

Perilaku makan, meliputi pergerakan saat makan, minum, dan lama waktu yang

diperlukan orangutan untuk menghabiskan

makanannya. Perilaku social, meliputi interaksi orangutan dengan orangutan

lainnya, orangutan dengan keeper, maupun

orangutan dengan pengunjung.

3.4 Perhitungan Persentase Perilaku

Perhitungan persentase perilaku

harian, yaitu :

% perilaku =

Lama aktivitas (menit)

x 100 Total pengamatan

(menit)

Total pengamatan dalam sehari yaitu

1 x 12 jam = 720 menit. Total pengamatan dalam tujuh hari,

yaitu 7 x 720 menit = 10080 menit.

Pengamatan yang dilakukan dalam

penelitian ini antara lain perilaku makan,

perilaku istirahat, dan perilaku sosial, untuk kemudian dibandingkan dengan perilaku

alami di habitat aslinya berdasarkan referensi

dari jurnal-jurnal sebelumnya.

Sketsa

Orangutan Sumatra di Kebun

Binatang Surabaya seluruhnya berjumlah empat ekor, dengan jumlah kandang empat

buah. Setiap ekor orangutan ditempatkan

pada kandang yang berbeda. Satu kandang

masing-masing ditempati satu ekor orangutan. Penelitian ini menggunakan dua

buah Handycam untuk pengamatan dua

kandang maupun satu kandang lainnya yang akan diamati secara langsung. Untuk

kandang dalam, Handycam diletakkan di

depan kandang orangutan, dengan jarak kurang lebih setengah meter dan ketinggian

kurang lebih 1 meter. Untuk kandang luar,

Handycam diletakkan di depan kandang

dengan jarak ±4 meter dan diatur sedemikian rupa sehingga bisa mengamati seluruh bagian

kandang.

.

Apabila dua

individu orangutan berada pada satu kandang

Jarak Kandang 1,5 m

Apabila satu

kandang diisi satu

Individu orangutan

Gambar 3.1 Sketsa letak handycam untuk

pengamatan pada satu atau

dua kandang sekaligus

A B

C

D

Jarak 0,5 m

Tinggi 1m

Jarak 0,5m

Tinggi 1m

Page 4: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengamatan perilaku

harian orangutan di Kebun Binatang

Surabaya (KBS) ini dilakukan selama bulan

Desember sampai Januari 2010. Untuk empat individu orangutan dilakukan

pengamatan selama dua minggu. Pengamatan

dilakukan selama 24 jam, dengan cara pengamatan langsung, serta dengan bantuan

kamera digital, dan handycam. Orangutan

yang terdapat di penangkaran KBS

berjumlah empat ekor, yang terdiri dari satu ekor jantan dan tiga ekor betina.

Deskripsi tiap individu orangutan dapat

dilihat pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut

Individu Orangutan yang di observasi di

Kebun Binatang Surabaya

No Nama

Orangut

an

Umur Morfologi Kandang Perilaku

1. Jabrul

(♂,

jantan)

15

tahun

-ukuran

tubuh lebih

besar atau

relatif

sama

dengan

betina

dewasa,

wajah

terlihat

hitam

Tertutup -Mulai

terjadi

pemilihan

pasangan

2. Tinem

(♀,

betina)

14

tahun

- sekilas

sulit

dibedakan

dengan

jantan pra

dewasa,

ukuran

tubuh lebih

kecil

daripada

jantan

dewasa,

warna

rambut

coklat tua .

Tertutup -Mulai

terjadi

pemilihan

pasangan,

pematanga

n seksual

mulai

terlihat

3. Mila (♀,

betina)

13

tahun

- sekilas

sulit

dibedakan

dengan

jantan pra

dewasa

ukuran

tubuh lebih

kecil

daripada

jantan

dewasa,

warna

rambut

coklat tua

Terbuka -Dalam

pergerakan

biasanya

diikuti

oleh anak

4. Alifa

(♀,

betina)

5

bulan

-warna

rambut

coklat

muda,

dengan

bercak

hijau

kehitaman

di seluruh

tubuhnya

Terbuka -Masih

tergantung

pada

induknya

Kondisi Kandang Orangutan di Kebun

Binatang Surabaya

Orangutan (Pongo pygmaeus)

termasuk jenis primata sehingga kandangnya berdekatan dengan hewan primata yang lain

seperti simpanse (Pan troglodytes), Kera

hitam dare (Moor macaque) dan Lutung leaf

monkey (Trachypitheus auratus) sehingga mempermudah perawatan, pemberian pakan

dan pembersihan kandang. Kandang yang

ada dalam penangkaran di KBS terdiri dari 2 macam, yaitu kandang terbuka dan kandang

tertutup.

Kandang tertutup yang digunakan

untuk perawatan orangutan berjumlah enam

kandang yang masing-masing kandang

berukuran 2 x 3 meter. Empat kandang utama digunakan untuk perawatan orangutan

sedangkan dua kandang lainnya berada di

belakang kandang utama yang berfungsi untuk pemindahan orangutan pada saat

pembersihan kandang dan juga jalan

orangutan untuk menuju kandang terbuka. Jarak antara kandang tersebut adalah tiga

meter. Kandang tertutup ini digunakan untuk

perawatan dan pemeliharaan. Selain itu di

kandang tertutup juga terdapat parit dengan lebar kurang lebih 0,25 meter dan dalamnya

kurang lebih 0,20 meter yang berada yang

berfungsi sebagai tempat pembuangan air setelah nahok (kandang jeruji) selesai

dibersihkan.

Gambar 1. Kandang tertutup orangutan di KBS

(sumber: dokumen pribadi 2010)

Page 5: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

5

Di kandang terbuka terdapat parit

dengan lebar 1,5 meter dan kedalaman satu

meter yang mengelilingi kandang terbuka serta selokan dengan kedalaman dua meter

dan pagar pembatas untuk kenyamanan

pengunjung. Kandang terbuka di buat mirip

seperti habitat asli orangutan ada tali untuk bergelantungan, batang pohon untuk

memanjat, naungan sebagai tempat orangutan

berteduh dan istirahat serta air mancur sebagai tempat minum orangutan. Luas

kandang terbuka adalah panjang 30 meter

dan lebar 20 meter dan semua pintu

termasuk jalan masuk dan pintu geser harus dalam keadaan terkunci. Kandang terbuka

lebih luas dari kandang tertutup dan berparit

yang berfungsi untuk memisahkan orangutan dengan pengunjung.

Gambar 2. Kandang terbuka orangutan di KBS

(sumber: dokumen pribadi 2010)

Perilaku Harian Orangutan di Kebun

Binatang Surabaya

Beberapa perilaku harian yang

diamati dalam penelitian ini meliputi perilaku

makan, istirahat, dan sosial. Perilaku makan orangutan mencakup pada jenis pakan dan

waktu yang diperlukan orangutan untuk

menghabiskan pakannya, perilaku istirahat yang diamati, antara lain tidur, tidur-tiduran,

dan duduk, sedangkan perilaku sosial yang

diamati, dibedakan menjadi perilaku sosial

antar orangutan, perilaku sosial orangutan dengan keeper, dan perilaku orangutan

dengan pengunjung (Tabel lampiran).

Perilaku harian orangutan dikandang tertutup di mulai bangun tidur jam 05.00 WIB. Setiap

harinya dua individu orangutan di keluarkan

ke kandang terbuka (secara bergantian) pada jam 09.30 WIB, dan dimasukkan ke kandang

tertutup jam 15.00 WIB. Orangutan yang

berada pada kandang tertutup setiap harinya

melakukan perilaku sosial lebih banyak

dengan sesama orangutan dan dengan keeper,

sedangkan orangutan yang berada di kandang terbuka melakukan perilaku sosial

dengan sesama orangutan, dengan keeper dan

dengan pengunjung. Orangutan yang berada

pada kandang terbuka, di masukkan kembali pada kandang tertutup pukul 15.00 WIB.

Aktivitas harian yang dilakukan orangutan di

alam dimulai dari meninggalkan sarang tidur pada pagi hari dan diakhiri dengan membuat

sarang kembali dan tidur pada sore hari

(Galdikas, 1986). Setelah keluar dari sarang

tidur, biasanya orangutan melakukan seruan panjang (long call), agar diketahui

keberadaannya di lokasi tersebut oleh

orangutan lainnya yang berada di sekitarnya. Selain itu, orangutan juga melakukan buang

air kecil (kencing) dan air besar. Aktivitas

selanjutnya adalah bergerak pindah untuk mencari makanan pada pohon pakan. Variasi

musim dan ketersediaan buah mempengaruhi

aktivitas orangutan (Mackinnon, 1974).

Perilaku harian orangutan selama 14 hari

pengamatan, selama 12 jam per hari

Perilaku harian orangutan yang diamati

dalam 14 hari pengamatan, selama 12 jam

per hari dapat dilihat pada tabel 4.2.

N

o

Or

an

gut

an

Total Perilaku Harian Orangutan Dalam Tujuh Hari

Pengamatan

Istirahat Sosial Makan Lain-

lain Ju

mla

h 1 Ja

br

ul

4

7

2

6

46,

6

%

3

8

7

1

38,

4

%

2

3

0

2,

3

%

1

2

8

1

12,

7

%

100%

2 Ti

ne

m

4

7

5

0

47,

1

%

3

9

4

6

39,

1

%

2

1

7

2,

4

%

1

2

8

1

11,

4

%

100%

3 Mi

la

5

1

0

6

50,

6

%

4

1

5

1

41,

1

%

2

6

6

2,

5

%

5

8

5

5,8

%

100%

4 Ali

fa

4

9

4

4

49,

1

%

4

0

7

3

40,

4

%

4

2

6

4,

2

%

6

3

6

6,3

%

100%

Page 6: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

6

Keterangan = Perilaku istirahat

= Perilaku makan

= Perilaku sosial

= Lain-lain

Gambar 3 Diagram perilaku harian empat

individu orangutan di KBS

Berdasarkan gambar 4.3 perilaku harian orangutan di KBS rata-rata dalam 12

jam pengamatan selama tujuh hari

menunjukkan bahwa orangutan di KBS lebih

banyak melakukan aktivitas istirahat yang lebih tinggi, dibandingkan dengan perilaku

sosial dan makan. Hal ini dikarenakan

sebagian dihabiskan dalam kandang, baik

kandang terbuka maupun kandang tertutup, sehingga membatasi perilaku bergerak.. pada

gambar 4.3 juga terlihat bahwa selain

orangutan melakukan perilaku istirahat, makan, dan sosial, orangutan juga melakukan

aktivitas di luar pengamatan. Perilaku lain-

lain yang dilakukan orangutan antara lain,

perilaku seksual, perilaku urinasi, dan perilaku bermain. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Kuncoro (2004), di

Pegunungan Meratus bahwa Perilaku makan orangutan hanya dilakukan dua kali dalam

sehari. Menurut Rodman (1979), menyatakan

bahwa aktivitas utama orangutan adalah didominasi oleh kegiatan makan, aktivitas

istirahat, bermain, berjalan-jalan diantara

pepohonan, dan membuat sarang.

Rata-rata Prosentase Aktivitas Harian

Orangutan di Beberapa Lokasi Penelitian

di Kalimantan, Kuncoro, 2004

Menurut penelitian Kuncoro (2004),

bahwa orangutan di pegunungan Meratus lebih banyak melakukan aktivitas makan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan

aktivitas pergerakan dan istirahat (Tabel 4.3), dengan prosentase 44,85% untuk orangutan

rehabilitan betina dan 47,82% untuk

orangutan rehabilitan jantan.Sedangkan

orangutan di KBS lebih banyak melakukan aktivitas istirahat yang lebih tinggi,

dibandingkan dengan aktivitas social dan

istirahat, dikarenakan hamper 50% perilaku orangutan adalah istirahat.

Page 7: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

7

Perilaku Sosial Orangutan di Kebun

Binatang Surabaya

Hasil pengamatan perilaku sosial

orangutan di Kebun Binatang Surabaya

adalah orangutan Jabrul 38,4%, Tinem

39,1%, Mila 41,1%, dan Alifa 40,4% selama dua minggu pengamatan, dengan waktu

pengamatan 12 jam per hari. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa perilaku sosial ke empat individu orangutan mempunyai nilai yang

tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan

orangutan yang ditempatkan dalam kandang terbuka dan tertutup mempunyai perilaku

sosial dengan sesame orangutan, dan setiap

individu orangutan mempunyai perlakuan

yang sama oleh keeper. Perilaku sosial orangutan dengan keeper terjadi pada saat

pembersihan kandang tertutup, pemberian

pakan dan pada saat keeper memasukkan orangutan dari kandang terbuka ke kandang

tertutup, begitu juga pada saat mengeluarkan

orangutan dari kandang tertutup ke kandang

terbuka. Total rata-rata keeper melakukan seluruh kegiatan pemberian pakan,

pembersihan kandang, pemindahan

orangutan berkisar antara 15-20 menit.

Gambar 5 Perilaku sosial orangutan (a) orangutan

dengan anaknya (b) orangutan

dengan keeper

(sumber: dokumen pribadi, 2010)

Gambar 6 Keeper saat membersihkan kandang

orangutan (sumber: dokumen

pribadi, 2010)

Pada saat pembersihan kandang, respon perilakunya adalah berupa orangutan

akan terlihat berjalan bolak-balik di sekitar

kandang karena ada aktivitas yang

mengganggu oleh aktivitas pembersihan kandang.

Faktor yang mempengaruhi perilaku

sosial diantaranya adalah kondisi kandang, semakin terbatasnya ukuran kandang

menyebabkan kebutuhan ruang gerak dan

kesempatan bermain menjadi terbatas. Akhirnya hewan tersebut tidak dapat

melakukan kontak sosial dengan hewan lain.

Orangutan di Kebun Binatang Surabaya lebih

banyak menghabiskan waktunya untuk istirahat, diduga dipengaruhi oleh kondisi

kandang orangutan di Kebun Binatang

Surabaya yang hanya berupa kandang berjeruji, kosong tanpa ada fasilitas bermain,

sehingga memungkinkan orangutan

melakukan sedikit aktivitas. Hal ini sangat

berbeda sekali dengan orangutan di habitat alaminya, sehingga akan menyebabkan

perubahan perilaku harian orangutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2004), menunjukkan bahwa selama

pengamatan aktivitas sosial dilakukan pada

orangutan sasaran, beberapa individu orangutan sasaran ditemukan berada dalam

kondisi consort yaitu kondisi disaat satwa

berada dalam formasi kebersamaan, dimana

100% dari waktu aktivitasnya dihabiskan dalam kondisi berpasangan dan saling

ketergantungan.

Salah satu perilaku sosial yang sering

dilakukan oleh anak dan induk adalah

menelisik (grooming) yang merupakan kegiatan mencari dan mengambil kotoran

atau parasit dari permukaan kulit, dimana

a

b

Page 8: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

8

aktifitas ini sering dijumpai pada primata

yang berlangsung saat istirahat atau makan.

Saat melakukan menelisik orangutan menggunakan kedua tangannya untuk

menarik, menyibak, menyisir dan mencari

kutu atau kotoran (Chalmers 1980).

Menelisik (grooming) dapat dilakukan sendiri (autogrooming) yang termasuk ke

dalam perilaku merawat diri (self care)

maupun dengan individu lain (allogrooming).

Gambar 7 Orangutan yang melakukan perilaku

grooming dengan induknya

(sumber: dokumen pribadi,

2010)

Perilaku Makan Orangutan di Kebun

Binatang Surabaya

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 4.2 dan Gambar 4.3), diketahui bahwa

perilaku makan pada orangutan hampir sama

yaitu orangutan Jabrul 2,3%, Tinem 2,4%, 2,5%, 4,2%. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa orangutan Jabrul, Tinem, Mila, Alifa

memiliki perilaku makan yang hampir sama dan dari total perilaku yang telah dilakukan,

hal karena di KBS untuk tiap individu

orangutan diberi pakan tiga kali sehari

dengan jenis dan jumlah makanan yang sama, yang membedakan adalah tiap individu

orangutan mempunyai lama waktu yang

berbeda untuk menghabiskan makanan kecuali pada anak orangutan Alifa yang

hanya diberi susu formula, susu kedelai dan

sari kacang hijau. Pakan yang diberikan berupa beraneka macam buah-buahan,

sayuran, untuk tiap individu orangutan

mendapatkan jatah pakan tiap harinya

sebanyak lima kg. Untuk sore hari orangutan diberi selingan berupa sari kedelai atau air

rebusan kacang hijau. Induk orangutan (Mila)

diberi tambahan vitamin jenis licalvid untuk

memperlancar air susu induk orangutan serta

menambah daya tahan tubuh (Tabel 4.4)

Jenis makanan yang diberikan kepada

orangutan di KBS

Jenis

makanan

Jabrul Tinem Mila Alifa

Buah-

buahan

(papaya, jeruk,

anggur,

pisang)

√ √ √

Sayuran

(wortel, kacang

panjang,

daun

papaya, mentimun)

√ √ √

Kacang tanah,

kacang

polong

√ √ √

Susu

kedelai, sari

kacang hijau

√ √ √ √

Susu

Formula

Penelitian yang telah dilakukan oleh

Rijksen (1978) mengemukakan bahwa pergerakan orangutan yang berhubungan

dengan aktivitas makannya kemungkinan

besar memang dipengaruhi oleh faktor jenis

kelamin. Rodman dan Mitani (1987) mendukung hasil penelitian Rijksen dengan

menghubungkan antara ukuran tubuh

orangutan dengan pencarian makan yang lebih banyak dan pergerakan yang lebih jauh.

Orangutan di KBS tidak ada perbedaan

antara jantan dan betina dalam pemberian pakan, karena pakan yang disediakan antara

jantan dan betina sama, baik itu jenis maupun

jumlahnya. Kecuali pada anak orangutan

(Alifa), yang hanya diberi susu formula, susu kedelai dan rebusan sari kacang hijau.

Page 9: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

9

Di KBS waktu pemberian pakan

dilakukan setiap pagi sebelum orangutan di

keluarkan ke kandang terbuka, yaitu pada pukul 09.00 WIB. Orangutan di KBS tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk

menghabiskan makanannya, dikarenakan

makanan telah diletakkan oleh keeper di bak makanan yang berada di samping kandang.

Orangutan di Kebun Binatang Surabaya

membutuhkan waktu 7-40 menit untuk menghabiskan makanan dan tanpa adanya

aktivitas mencari makan. Setelah makan

biasanya orangutan akan mengambil air

untuk diminum, air yang biasanya diminum oleh orangutan adalah air minum dari air

pancuran yang berada di kandang terbuka,

sedangkan orangutan yang berada pada kandang tertutup biasanya minumnya dari air

yang kran yang biasanya diberikan oleh

keeper. Menurut hasil penelitian Kuncoro, (2004), orangutan di Pegunungan Meratus

melakukan aktivitas makan yang tinggi

sepanjang hari dan kemudian diikuti dengan

aktivitas istirahat yang sedikit meningkat di siang hari seiring dengan sedikit menurunnya

aktivitas makan (Gambar 4.8 a). Orangutan

di sungai Wain di Balikpapan Kalimantan Timur pada saat musim sedikit buah akan

meningkatkan durasi makannya, karena

waktu aktivitasnya dialokasikan untuk mencari sendiri makanannya dan memproses

makanannya (Oates, 1987)

Gambar 8 (a)Cara makan orangutan di alam

(kuncoro, 2004) (b) Cara makan orangutan di

KBS (c) Bayi orangutan yang diberi susu formula (sumber:dokumen pribadi, 2010)

Di alam orangutan jantan di alam

harus mencari makanannya sendiri dengan cara mobile atau berpindah pindah dari dahan

satu ke dahan yang lain, sedangkan

orangutan betina di alam setelah mencari

makan, akan kembali kesarang bersama anaknya. sedangkan di Pusat Primata

Schmutzer di Kebun Binatang Ragunan

Jakarta teknik pemberian pakan orangutan berbeda dengan di KBS yaitu dengan cara

menggantungkan pakan drop in di atas pohon

sehingga orangutan dapat terdorong untuk memanjat pohon untuk memperoleh

makanan. Cara pemberian pakan di KBS

dapat merubah perilaku atau kebiasaan

makan orangutan seperti yang terlihat di KBS. Kebiasaan orangutan makan dengan

posisi tubuh duduk, merupakan perubahan

perilaku orangutan. Karena seharusnya orangutan makan dengan posisi bergantungan

di pohon, sesuai dengan jenisnya yaitu satwa

arboreal. (Dewi dkk, 2009).

a

b

c

c

Page 10: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

10

Gambar 9 Grafik aktivitas harian orangutan

sasaran di musim banyak buah dan sedikit

buah,

Kuncoro, 2004

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Kuncoro (2004), bahwa pola

aktivitas harian per jam dari lima ekor orangutan yang tercatat di musim banyak

buah (BB) dan sedikit buah (SB),

memperlihatkan perbedaan yang nyata di kedua musim tersebut. Ketika musim BB

berlangsung orangutan sasaran tidak

menunjukkan fluktuasi yang berarti saat

melakukan aktivitas per jamnya, orangutan tersebut secara konsisten melakukan aktivitas

makan. Sebaliknya di saat musim SB pola

aktivitas tersebut menjadi lebih berfluktuasi. Saat musim SB, aktivitas makan meningkat

di pagi dan sore hari, sedangkan aktivitas

istirahat akan naik di siang hari (Gambar 4.9). Hasil ini berbalik dengan kondisi pada

studi MacKinnon (1972) di Ulu Segama,

dimana saat musim banyak buah fluktuasi

pola aktivitas harian orangutan lebih terlihat dibandingkan dengan saat musim sedikit

buah. Diperkirakan hal ini adalah sebuah

bentuk adaptasi yang berbeda dari kedua populasi orangutan dalam menghadapi

kondisi kedua musim buah tersebut.

4.5 Perilaku Istirahat Orangutan di

Kebun Binatang Surabaya

Pengamatan perilaku istirahat orangutan di KBS, di bagi menjadi empat

kegiatan, yaitu tidur, tidur-tiduran, duduk dan

berdiri. Perilaku istirahat orangutan di kandang terbuka dan tertutup berbeda.

Perilaku istirahat orangutan yang berada pada

kandang terbuka dilakukan di bawah naungan, sedangkan orangutan yang berada

pada kandang tertutup dilakukan di dalam

kandang.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa

perilaku istirahat tiap individu orangutan

hampir sama. Hal ini dapat pada (Gambar grafik 4.3 dan Gambar 4.10). Perilaku

istirahat pada orangutan Jabrul adalah 46,6%,

Tinem 47,1%, Mila 50,6%, dan Alifa 49,1%. Orangutan di KBS mempunyai prosentase

istirahat yang hampir sama untuk tiap

individu orangutan, hal ini dikarenakan pada saat pengamatan orangutan Jabrul dan

Tinem ditempatkan dalam kandang tertutup

yang sama dan beraktifitas bersama. Lama

waktu perilaku istirahat untuk masing-masing orangutan dapat dilihat pada Tabel

perilaku istirahat (Lampiran 2). Walaupun

kedua orangutan berada dikandang tertutup, tetapi perilaku istirahatnya tidak lebih besar

dari pada orangutan yang ditempatkan pada

kandang terbuka.

a b

Page 11: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

11

Gambar 10 Posisi istirahat orangutan di KBS (a) tidur-tiduran (b) tidur (c) duduk (d) berdiri

(sumber: dokumen pribadi, 2010) .

Perilaku istirahat pada orangutan di

kandang terbuka dan tertutup berbeda. Dikandang terbuka perilaku dipengaruhi oleh

keberadaan pengunjung, jika ada pengunjung

yang melihat maka orangutan cenderung mendekati pengunjung, dan apabila

pengunjung melempar makanan maka

orangutan akan segera mengambil makanan

tersebut, kemudian kembali ke tempat naungan untuk berteduh atau cenderung

bersembunyi di dekat pintu pembatas antara

kandang tertutup dan terbuka sehingga terkadang tidak terlihat oleh pengunjung

(Gambar 4.11). Diduga perilaku bersembunyi

ini berkaitan dengan perilaku protektif induk mila terhadap anaknya Alifa. Perilaku

istirahat adalah perilaku yang dilakukan oleh

orangutan saat tidak melakukan pergerakan

apapun, misalnya duduk, berdiri, tidur pada cabang pohon, atau berada dalam sarang

(Galdikas 1978).

Gambar 11 Orangutan yang bersembunyi di

dekat pintu pembatas antara kandang tertutup dan terbuka (sumber : dokumen pribadi, 2010)

Posisi tidur orangutan di KBS

dengan posisi terlentang dengan kaki

ditekuk. Apabila mendengar suara berisik biasanya orangutan akan berganti posisi tidur

terkadang orangutan akan duduk di sudut

kandang, dan apabila suasana hening

kembali, maka orangutan akan melanjutkan tidurnya dengan posisi yang hampir sama.

Posisi tidur di kandang terbuka dan kandang

tertutup hampir sama, hanya saja jika di kandang terbuka orangutan memilih tidur di

bawah tempat naungan atau tidur dekat

dengan tembok pembatas yang teduh, sedangkan di kandang tertutup orangutan

lebih memilih tidur di sudut kandang atau di

tempat yang telah disediakan. Pada malam

hari orangutan di KBS lebih banyak menggunakan waktunya untuk beristirahat,

setelah bangun dari tidur, biasanya orangutan

buang air besar dan air kecil dengan posisi badan berdiri dengan dua kaki dan kedua

tangan berpegangan pada jeruji atas.

Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Kuncoro (2004), bahwa orangutan di alam biasa membuat sarang di atas pohon

dengan bahan dari daun-daunan dan ranting

yang dibentuk seperti kantung tidur. Orangutan merupakan satwa arboreal, yaitu

satwa yang sebagian besar waktunya

hidupnya diatas pohon, mulai dari makan, sampai istirahat atau tidur disarang yang

dibangun orangutan dipepohonan sehingga

kondisi ini mendukung perbedaan perilaku

istirahat orangutan di KBS dengan orangutan di alam.

d

c

Page 12: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

12

DAFTAR PUSTAKA

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods.

Behaviour 49: 227-267.

Anonim. Wildlife of Sabah in Danger.

Diakses 11 Oktober 2009 pada

jam20.37 dihttp://www.orangutan.org.uk/beha

vior_guide/hunting. html

Collinge, N.E. 1993. Introduction to Primate

Behavior. Kendall-Hunt Publishing

Company. Dubuque-Iowa.

Cruz, R.V., H. Harasawa, M. Lal, S. Wu, Y.

Anokhin, B. Punsalmaa, Y. Honda, M. Jafari, C. Li and N. Huu Ninh,

2007: Asia. Climate Change 2007:

Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of

Working Group II to the Fourth

Assessment Report of the

Intergovernmental Panel on Climate Change, M.L. Parry, O.F. Canziani,

J.P. Palutikof, P.J. van der Linden

and C.E. Hanson, Eds., Cambridge University Press, Cambridge, UK,

469- 506.

Galdikas, B.M.F. 1978. Adaptasi Orangutan

di Suaka Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Penterjemah C. Sugiarto.

Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

Johnson, J., R. Thorstrom, D. Mindell. 2007.

Systematics and Conservation of the Hook-Billed Kite Including the

Island Taxa from Cuba and Grenada.

Animal Conservation 10: 349-359.

Keith-Lucas, T. ; F.J. White ; L. Keith-Lucas

; L.G. Vick. 1999. Changes Behavior

in Fre-Ranging Lemur catta Following Release in a Natural

Habitat. American Journal of

Primatology Volume 47 Issue 1.

Available at :

www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/abstract/30002804/START

Kuncoro, 2004. Aktivitas Harian Pongo

pygmaeus rehabilitant di Hutan Lindung Pegunungan Meratu

KalTim. Skripsi Universitas

Udayana.

MacKinnon, J.R. 1972. The Behaviour and

Ecology of the Orang-Utan (Pongo pygmaeus), with Relation to the

Other Apes. University of Oxford.

Oxford. Thesis Ph.D., tidak

dipublikasikan.

Meijaard, E ; H.D. Rijksen ; S.N. Kartikasari.

2001. Di Ambang Kepunahan !, Kondisi Orangutan Liar di Awal

Abad ke-21. Penyunting S.N.

Kartikasari. The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.

Olney, S. 2005. Building a Future for

Wildlife. WAZA Executive Office. Switzerland.

Rijksen, H.D. 1978. A Fieldstudy on

Sumatran Orang Utans (Pongo

pygmaeus abelii Lesson 1827) Ecology, Behaviour and

Conservation. Modelingen

Landbouwhogeschool Wageningen.

H. Veenman & Zonen B.V. Wageningen.

Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The

Living Primates. Pogonias Press. East Hampton-New York.

Russon, A. 2002. Return of the Native:

Cognition and Site-Specific

Expertise in Orangutan Rehabilitation. International Journal

of Primatology Vol. 23, No 3. 461-

478.

Page 13: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

13

Singleton, I., Wich, S.A., Husson, S.,

Stephens, S., Utami Atmoko, S.S.,

Leighton, M., Rosen, N., Traylor-Hozer, K., Lacy, R., and O. Byers.

2004. Final report orangutan

population and habitat viability

assessment 15-18 January 2004, Jakarta, Indonesia.

Supriatna, J. dan E.H. Wahyono. 2000.

Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta.

Utami, S.S., and van Hooff, J.A.R.A.M.

1997. Meat-eating by adult female Sumatran orangutan (Pongo

pygmaeus abelii) Am.J. Primatology

43: 159-165.

Wahyono, E.H. 1994. Orangutan (Pongo pygmaeus) Rehabilitation ; a

Challenge for Conservation in the

Future. In XVth

Congress of the

International Primatological

Society, Handbook and Abstract.

Kuta-Bali.

Waliyati. 2004. Growing up to Be an Orangutan. Magazine Serasi Mei-

Juni 2004

Wich, S.A dan Schaik , C.P. 2000: The

impact of El Nino on mast Fruting in

Sumatra and elsewhere in Malesia, Journal of Tropical Ecologi, 2000,

16:563-577.

Page 14: PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) DALAM ... · Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun konservasi in-situ. Konservasi in-situ (dalam kawasan)

14