pleuritis tb
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Pleuritis TB
I. IDENTITAS
Nama : Bp. S
Umur : 61 th
Jenia Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukoharjo
Pekerjaan : Swasta (pengrajin rotan)
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2012
No. RM : 059XXX
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Sesak nafas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
SMRS : Pasien mengeluh sesak nafas sejak 1 th yang
lalu,sesak dirasakan hilang timbul (kambuh-
kambuhan). Sesak nafas dirasakan memberat dan
mulai mengganggu aktivitas sejak ± 10 hari yang
lalu. Sesak nafas makin memberat ketika pasien
beraktifitas, misalnya berjalan jauh dan duduk
setengah jongkok saat bekerja. Sesak nafas disertai
dengan batuk, dengan dahak berwarna putih kental.
Pasien juga mengeluhkan adanya keringat malam
yang hilang timbul sejak 2 minggu yang lalu, pusing
(+), nafsu makan menurun (+), mual (+), muntah (+),
lemas (+), demam (-), nyeri dada (-).
1
HMRS : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang
dirasakan sejak ± 10 hari yang lalu, sesak dirasakan
setiap saat setelah pasien beraktivitas. Sesak nafas
disertai batuk yang berdahak dengan warna putih
kental. Pasien juga mengeluhkan adanya keringat
malam yang hilang timbul sejak 2 minggu yang lalu.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Alergi Obat dan makanan : disangkal
- Riwayat OAT : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
D. Riwayat Pribadi
- Merokok : diakui 2 bungkus/hari,
tapi sudah 8 bulan yang
lalu pasien sudah
berhenti merokok.
- Penggunaan alkohol : disangkal
E. Riwayat Keluarga
- Riwayat penyakit asma : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
- Riwayat OAT : disangkal
F. Riwayat Kesehatan Lingkungan
- Adanya penderita batuk lama/berdarah : disangkal
- Adanya penderita konsumsi OAT : disangkal
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : CM, baik
BB : 64 kg
TB : 171 cm
Vital Signs :
Tekanan Darah : 128/85 mmHg
Nadi : 99 x/menit
Respirasi Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
B. Pemeriksaan Fisik
Kepala : konjungtiva anemis tidak ditemukan, sklera ikterik
tidak ditemukan, nafas cuping hidung tidak
ditemukan.
Leher : retraksi supra sternal tidak ditemukan, deviasi
trachea tidak ditemukan, peningkatan JVP tidak
ditemukan, pembesaran kelenjar limfe tidak
ditemukan.
Thorax :
- Paru-Paru
Inspeksi : gerak dada simetris, tidak ditemukan
ketinggalan gerak, tidak ditemukan
retraksi intercostae.
3
Palpasi :
Ketinggalan Gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N
Perkusi :
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Redup Sonor Redup Sonor
Auskultasi : SDV ( /+)
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N
Suara Tambahan: Wheezing (-/-), Ronkhi (+/-)
- Jantung : Bunyi Jantung I, II murni reguler, bising tidak
ditemukan
4
- Abdomen :
- Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tanda
peradangan
- Auskultasi : peristaltik usus normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan tidak
ditemukan, hepar-lien tidak
teraba
- Perkusi : timpani
- Ekstremitas : Clubbing finger tidak ditemukan, edema
tidak ditemukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen :
Hasil pemeriksaan laboratorium :
- Hematologi
- HB : 12,7 gr/dl
- Lekosit : 8300 µl
- LED : 38/73 mm/jam
Cor : CTR > o,5
Pulmo : Tampak sudut costofrenikus paru kanan tumpul.
5
- Trombosit : 338 103/ µL
- Kimia darah
- Glukosa sewaktu : 126 mg/dl
- SGOT : 25 µ/L
- SGPT : 30 µ/L
IV. RESUME/DAFTAR MASALAH
A. Anamnesis
Pasien mengeluh sesak nafas sejak ± 10 hari yang lalu. Sesak
nafas dirasakan memberat ketika pasien beraktifitas, misalnya
berjalan jauh dan duduk setengah jongkok saat bekerja. Sesak
nafas disertai dengan batuk, berdahak dengan warna putih
kental. Pasien juga mengeluhkan keringat malam yang hilang
timbul sejak 2 minggu yang lalu, pusing (+), nafsu makan
menurun (+), mual (+), muntah (+), lemas (+), demam (-),nyeri
dada (-).
B. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
Cor : CTR > o,5
Pulmo :Tampak sudut costofrenikus paru kanan tumpul.
6
V. POMR (Problem Oriented Medical Record)
Ass Planning diagnosa Planning TerapiPlanning
Monitoring
Susp.
Pleuritis ec
spesifik
Susp.
Pleuritis
non
spesifik
Foto Thoraks PA/Lateral
Cek BTA sputum (s-p-s)
Kultur BTA
Cek Darah Lengkap
Analisis
Cairan Pleura
Foto Thoraks PA/Lateral
Cek BTA sputum (s-p-s)
Kultur BTA
Cek Darah Lengkap
Analisis
Cairan Pleura
R/H/Z/E
(600/400/1500/
1000)
Bronkodilator
(ex:Salbutamol
3x1)
Oksigenasi
Antibiotik Non-
OAT
Bronkodilator
(ex:Salbutamol
3x1)
Oksigenasi
Monitoring
gejala
klinis
Foto
Thoraks
BTA
Cek Darah
Lengkap
Monitoring
gejala
klinis
Foto
Thoraks
Cek Darah
Lengkap
7
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pleuritis Tuberculosis
A. Definisi
Paru-paru merupakan organ yang elastik, berbentuk kerucut,
letaknya di rongga dada atau toraks. Kedua paru-paru saling
terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
pembuluh darah besar. Suatu lapisan tipis yang kontinyu
mengandung kolagen dan jaringan elastik, dikenal sebagai pleura.
Pleuritis adalah keradangan pleura. Pleuritis sering kali mendahului
terjadinya efusi pleura, yaitu merupakan akumulasi cairan di dalam
rongga pleura.
Pleuritis TB, kebanyakan terjadi sebagai TB paru. Pada
daerah-daerah dimana frekuensi tuberkulosis paru tinggi dan
terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura
adalah karena pleuritis TB. Dikenal dua macam pleuritis, yaitu
kering dan basah. Di Indonesia yang paling sering dijumpai adalah
pleuritis basah. Di dubia kedokteran dinamakan pleuritis eksudativa
atau efusi pleura.
B. Patogenesis
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1-20
ml. Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena ada
keseimbangan antara produksi oleh pleura viseralis dan absorpsi
oleh pleura parietalis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena
adanya keseimbangan tekanan hidrostatik pleura parietalis sebesar
9 cmH2O dan tekanan koloid pleura viseralis sebesar 10 cmH2O.
Tekanan dalam rongga paru lebih rendah dari tekanan atmosfer,
mecegah kolaps paru-paru. Ada tiga factor yang mempertahankan
tekanan negatif yang normal ini.
8
1. Jarigan elastis paru-paru yang memberikan
kekuatan kontinyu yang cenderung untuk
menarik paru-paru menjauh dari dinding
toraks.
2. Kekuatan osmotik yang terdapat di seluruh
membran pleura, cairan dalam keadaan
normal akan bergerak dari kapiler di dalam
pleura parietalis ke ruang pleura dan
kemudian diserap kembali melalui pleura
viseralis.
3. Kekuatan pompa limfatik
Pleuritis TB kebanyakan terjadi sebagai komplikasi TB paru
melalui fokus subpleura yang robek atau memalui aliran getah
bening. Sebab lain juga bisa karena robeknya perkijuan ke saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau kolumna
vertebralis. Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi
pleura bilateral. Pada efusi eksudat (pleuritis eksudativa
tuberkulosis) terjadi apabila ada proses peradangan yang
menyebabkan permiabilitas kapiler pembuluh darah pleura
meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat dan
kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga pleura.
C. Diagnosis
Pleuritis TB kebanyakan terjadi sebagai komplikasi TB paru.
Gejala utama pasien TB paru adalah berupa gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
- Batuk.
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling seringdikeluhkan. Mula-mula bersifat non
9
produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah
bila sudah ada kerusakan jaringan.
- Batuk darah.
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak.Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darahtergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
- Sesak napas.
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-
paru.
- Nyeri dada.
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadinya gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya.
b. Gejala sistemik
- Keringat malam
- Demam
- Penurunan berat badan
- Nafsu makan menurun
Pasien dengan pleuritis, umumnya mengeluh nyeri di sekitar
dada atau yang sering disebut nyeri pleuritik. Terutama dirasakan
pada akhir inspirasi dan bertambah berat dengan adanya pergerakan
nafas dalam, batuk keras, bersin sehingga penderita berusaha
menahan napas guna menahan nyerinya. Nyeri dirasakan didaerah
aksila dan menjalar sepanjang nervus intercostalis, kadang dijumpai
sesak napas ringan. Pada efusi pleura, penderita umumnya
10
mengeluhkan sesak nafas, dan kadang disertai batuk produktif dan
nyeri dada.
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien
pasien TB mungkin ditemukan konjungtiva mata dan kulit yang
pucat karena anemia, subfebris, badan kurus (berat badan turun).
Pada pleuritis, penderita sering tampak sakit, nyeri ketuk pada
perkusi, suara napas menurun dan terdengar bising gesek pleura.
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura,
maka paru-paru yang sakit agak terlihat tertinggal saat pernafasan,
perkusi memberikan suara pekak, auskultasi memberikan suara
nafas yang lemah sampai menghilang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada daerah-daerah dimana frekuensi tuberkulosis paru
tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sehingga besar efusi
pleura karena pleuritis TB. Permulaan pleuritis TB terlihat sebagi
efusi. Adapun pemeriksaan penunjang pada pleuritis TB adalah
sebagai berikut :
- Foto Thoraks (X-Ray)
Tampak permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura
dan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan
daerah lateral lebih tinggi daripada medial. Cairan dalam pleura
bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap aatau
terlokalisasi, keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah
paru-paru yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma.
- Analisa Cairan Pleura
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-
kuningan (serous-santokrom), pleuritis TB terlihat sebagi
11
efusi yang sero-santokrom. Bila kemerah-merahan bisa
terjadi trauma, infark paru, keganasan dan adanya
kebocoran aneurisma aorta. Bila kuning kehijauan dan
agak purulen, maka menunjukkan empiema. Bila merah
coklat, makan menunjukkan adanya abses karena
amoeba.
b. Biokimia
-Transudat-eksudat
Secara biokimia, efusi pleura terbagi atas transudat dan
eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel Perbedaan Biokimia Efusi Pleura
Keterangan Transudat Eksudat
Kadar protein dalam efusi
(g/dl)
Rasio protein dalam efusi
dengan protein serum
<3
<0,5
>3
>0,5
Kadar LDH dalam efusi (I.U)
Rasio LDH dalam efusi
dengan LDH serum
<200
<0,6
>200
>0,6
Berat jenis cairan
Rivalta
<1,016
-/+
>1,016
+
-Glukosa
Kadar glukosa < 30mg/100cc : pleuritis reumatoid
<60mg/100cc : tuberculosis, keganasan,
atau empiema.
-Enzim
Kadar ADA (adenosin diaminase) > 50 IU, oleh karena
tuberkulosis.
12
-pH
Jika pada analisis pleura didapatkan pH rendah PCO2
tinggi biasanya disebabkan tuberculosis.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitiologi terhadap cairan pleura amat
penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila
ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel
tertentu.
1. Sel neutrolif, menunjukkan adanya infeksi akut
2. Sel limfosit, menunjukkan adanya infeksi kronik
seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma
maligna
3. Sel mesosel, bila jumlahnya meningkat maka
menunjuukan adanya infark paru dan biasanya
juga banyak ditemukan eritrosit
4. Sel-sel besar dengan banyak inti, pada artritis
rematoid
5. Sel L.E, pada lupus eritematosus sistemik
6. Sel maligna, pada paru atau metastase
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat
mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya
purulen (menunjukkan empeima). Efusi purulen bisa
mengandung kuman-kuman aerob maupun anaerab.
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah Pneumokokkus, E.Colli, Klebseilla, pseudomonas,
dan anterobacter. Pleuritis tuberkulosis, biakan cairan
terhadap kuman taham asam hanya dapat menunjukkan
positip 20-30%.
13
e. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histopatologisatu atau beberapa contoh
jaringan pleura dapat menunjukkan 50-70% diagnosis
kasus-kasus pleuritis tuberculosis dan tumor pleura. Bila
ternyata hasil biopsy tidak memuaskan, dapat dilakukan
beberapa biopsy ulangan. Komplikasi biopsi adalah
pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau
pada tu,or pada dinding dada.
Diagnosis utama pleuritis tuberkulosis berdasarkan adanya
kuman tuberkulosis dalam cairan efusi (biakan) atau dengan biopsi
dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi pleura
adalah karena pleuritis TB walaupun tidak ditemukan adanya
granuloma pada biopsy jaringan pleura.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pleuritis Tb terdiri dari :
1. Obat
Pengobatan dengan obat-obatan anti tuberkulosis (RHZES)
memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan cara pemberian obat
seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini
menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk
menghilangkan eksudat dengan cepat dapat dilakukan
torasentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna,
tapi kadang-kadang dapat diberikan kortikosteroid secara
sistemik (Prednison 1mg/kg BB selama 2 minggu kemudian
dosis diturunkan secara pelan)
2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai
sarana untuk diaognostik maupun terapeutik.
Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien posisi
duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru, sela iga
14
garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abocath
nomor !4 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak
melebihi 1000-1500 cc setiap kali aspirasi. Aspirasi
sebaiknya dikerjakan berulang-ulang daripada satu kali
sekaligus yang dapat menimbulkan pleura syok (hipotensi)
atau edema paru akut. Komplikasi lain torakosentesis adalah
pneumotorak (paling sering terjadi melalui jarum suntik),
hemotoraks (karena trauma pada pembuluh darah
interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Amin Z, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing.
Handojo, I. 2000. Nilai Diagnostik Uji PAP-TB pada tuberkulosis di Luar
Paru. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
AirlanggaRSUD Dr. Sutomo, Surabaya.
Mansjoer, 2009. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III. Jakarta :
Media Aesculapius. p. 492-3
PDPI. 2006. tuberculosis, Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: PDPI
16