tb petrologi

92
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku,metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus). Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau Ardi Pratama (2013/1308149) | 1

Upload: ardhi-d-generous

Post on 15-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Deskripsi Batuan Beku, sedimen, dan metamorf di sumatera barat

TRANSCRIPT

Page 1: Tb Petrologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi

mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi,

berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku,metamorf, dan sedimen. Kata

petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti

"batu".

Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan

beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu

lebur atau magma). Batuan beku mencakup

batuan volkanik dan plutonik.

Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari

batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang

mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau

material lebih halus).

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari

batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang

bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan

kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari

tekanan, suhu, atau keduanya.

Pada Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang,

petrologi merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh setiap

mahasiswa, dan setiap mahasiswa diwajibkan membuat sebuah tugas besar

untuk mencari dan mendeskripsikan batuan beku, batuan sedimen, dan batuan

metamorf di daerah Sumatera Barat untuk dipersentasekan di kampus sebagai

bahan pembelajaran bagi mahasiswa bersangkutan.

| 1

Page 2: Tb Petrologi

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui jenis bebatuan di daerah sekitar atau di provinsi

Sumatera Barat.

2. Mahasiswa mempraktekan teori yang didapatkan dikelas mengenai

deskripisi bebatuan dan langsung mempraktekan mendeskripsikan

bebatuan yang ditemui.

3. Sebagai tugas besar mata kuliah petrologi di jurusan teknik pertambangan,

fakultas teknik, universitas negeri padang.

1.3 Manfaat

Manfaat dari tugas besar ini adalah :

1. Mahasiswa bisa mendeskripsikan mana yang batuan beku, batuan

sedimen, dan batuan metamorf.

2. Mahasiswa bisa membedakan antara batuan beku, batuan sedimen, dan

batuan metamorf.

3. Mahasiswa mengetahui jenis – jenis bebatuan di daerah sekitar tempat

tinggal atau di provinsi Sumatera Barat.

| 2

Page 3: Tb Petrologi

BAB II

TEORI DASAR

1.4 Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan

magma gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi

yang berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif

ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif. igneus

(dibaca ignis) adalah bahasa latin dari batuan beku yang berati api.

Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah batuan

beku yang berubah menjadi kristal dari sebuah lelehan magma dibawah

permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka

mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil

dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah. 

Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi pada

proses keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian menjadi lava atau

meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai

batuan.

| 3

Page 4: Tb Petrologi

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang

sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan

dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini : penurunan

tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. 

Terdapat 700 lebih tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan

sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak

bumi.

Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun 1960, F.F

Groun Tahun 1947,Takeda Tahun 1970, mendefenisikan magma sebagai

cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur

yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius

serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian

bawah. Dalam magma teredapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang

bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan

bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang

merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.

Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga

mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa

penghabluran.

A. STRUKTUR BATUAN BEKU

Sebagian besar struktur batuan beku hanya dapat dilihat di

lapangan saja, berikut dibawah beberapa struktur batuan beku.

| 4

Page 5: Tb Petrologi

Pillow lava atau lava bantal 

yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,

membentuk struktur seperti bantal.

Skoria

yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-

lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi

oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau

karbonat.

Xenolitis

yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan

batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan

struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar

(joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya:

columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

| 5

Page 6: Tb Petrologi

Joint struktur

merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang

tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur

yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment

sample), yaitu:

Masif

yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak

menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan

adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

Vesikuler

yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh

keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang

tersebut menunjukkan arah yang teratur.

B. KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU

Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat

dilakukan dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal.

Berdasarkan warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu mineral Felsik dan Mineral Mafik.

Mineral felsik, merupakan mineral yang berwarna terang, terutama

terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.

Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama

biotit, piroksen, amphibol dan olivin.

Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna

batuan beku dapat diklasifikan. Sehingga dapat ditentukan nama batuan

yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama.

Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan

cara terjadinya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

| 6

Page 7: Tb Petrologi

Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di

permukaan.

Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat

permukaan.

Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam

bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik,

sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes,

1962), antara lain :

Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih

dari 66%. Contohnya adalah riolit.

Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan

SiO2 antara 52% – 66%. Contohnya adalah dasit.

Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 antara

45% – 52%. Contohnya adalah andesit.

Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2

kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand,

1943, antara lain :

Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30%

mineral mafik.

Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60%

mineral mafik.

Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60%

mineral mafik.

Sedangkan klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna

menurut S.J. Ellis (1948) antara lain sebagai berikut :

o Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna

kurang dari 10%.

| 7

Page 8: Tb Petrologi

o Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10%

sampai 40%.

o Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna

40% sampai 70%.

o Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna

lebih dari 70%.

C. TEKSTUR PADA BATUAN BEKU

Tekstur batuan beku secara umum ditentukan oleh tiga hal

utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas

ketiga hal penting tersebut satu persatu.

1. Kristalinitas

Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu

batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas

dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak

yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu

juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila

magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya

kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka

kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung

dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam

pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana

semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah

karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang

telah membeku di dekat permukaan.

Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan

terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa

kristal.

Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya

tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak

| 8

Page 9: Tb Petrologi

terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai

fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2. Granularitas

Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada

batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran

butir, yaitu:

a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan

ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan

kasat mata. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan

menjadi:

Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari

1 mm.

Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara

1 – 5 mm.

Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 –

30 mm.

Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter

butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa

dibedakan dengan kasat mata sehingga diperlukan bantuan

mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh

kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis

dibedakan menjadi tiga yaitu :

Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku

bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran

butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku

terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan

mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002

mm.

| 9

Page 10: Tb Petrologi

Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun

oleh gelas.

c. Bentuk Kristal

Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam

batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau

dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari

bidang kristal.

Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah

tidak terlihat lagi.

Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang

kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk

kristal, yaitu:

Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya

sama panjang.

Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang

dari satu dimensi yang lain.

Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang

dari dua dimensi yang lain.

Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.

d. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan

sebagai hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan

yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat

dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :

Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya

yang membentuk batuan berukuran sama besar.

Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka

equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

| 10

Page 11: Tb Petrologi

Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian

besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-

mineral yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian

besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-

mineral yang subhedral.

Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian

besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-

mineral yang anhedral.

Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya

sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.

Mineral yang besar disebut fenokris dan yang

lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa

berupa mineral atau gelas.

1.5 Batuan Sedimen

A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil

pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.  Menurut ( Pettijohn, 1975 )

batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil

perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia

maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan

bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70

% batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu

hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen

tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya

mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di

luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%.

Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen

menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku

sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali

| 11

Page 12: Tb Petrologi

sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13

kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua.

Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki

ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya

hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai

ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat

selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari

yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer,

sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas

dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer.

Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa

proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.

Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan

tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh

batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu

lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80%

(Pettijohn, 1975).

Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga

dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah

akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air

tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air, gelombang dan arus

bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan

hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa

:

1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada.

Misalnya kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau

di danau.

2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang

organism air dan vegetasi di rawa-rawa.

3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau

dankalsim karbonat di laut dangkal.

| 12

Page 13: Tb Petrologi

B. PROSES SEDIMENTASI

Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan

adalah batuan sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses

pertama tentunya adalah pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang

kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan mengendap di suatu area

tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai proses-proses

sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2

proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi

secara kimiawi.

1. Proses sedimentasi mekanik

Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana

butir-butir sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu

tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak hal dari luar.

Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air,

gravitasi, angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran,

yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-butir

sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan

pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat

partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi,

sehingga butiran-butiran yang diendapkan merupakan butiran

sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses sedimentasi

yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi  4, yakni yang

dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan

debris flows.

a. Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi.

Ciri utama pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih

kasar akan berada di bagian bawah pengendapan dan

semakin halus ke bagian atas pengendapan.

b. Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki

kemas dan sorting yang sangat baik jatuh pada slope di

| 13

Page 14: Tb Petrologi

bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk reverse

grading.

c. Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses

liquefaction.

d. Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan

menyebabka aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit

turbulens, sorting dari partikel mengecil dan akhirnya

menghasilkan endapan dengan sorting buruk.

2. Proses sedimentasi kimiawi

Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori

yang berisi fluida menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini

juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut

terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan

beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:

a. Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk

porositas sekunder.

b. Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang

merupakan semen dari batuan, semen tersebut diendapkan

pada saat proses primer maupun sekunder.

c. Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada

pori-pori batuan

d. Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun

kompsisi mineralnya tetap sama. Mineral yang biasa

terkristalisasi adalah kalsit.

e. Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian

terdapat mineral lain yang terbentuk dan menggantikan

mineral tersebut

f. Compaction (kompaksi)

g. Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan

(makhluk hidup)

| 14

Page 15: Tb Petrologi

Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan

diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Eoldiagenesis

Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan

sedimen. Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan

adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada tahap

ini proses kompaksi mendominasi

b. Mesodiagenesis = earlydiagenesis

c. Latelydiagenesis

Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap

eoldiagenesis. Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat

disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan suhu

dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada

tahap ini proses yang mendominasi adalah proses

dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini,

dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah

proses pelarutan, masih terjadi burial, maka akan terjadi

sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang

disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus

berlanjut, hingga pada suhu 150 derajat celcius. Proses

diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses

metamorfisme.

d. Telodiagenesis

Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi

pengangkatan, dalam proses pengangkatan ini, keberadaan

berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll)

mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga

memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral

baru).

C. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN

1. Batuan Sedimen Klastik

| 15

Page 16: Tb Petrologi

Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk

dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan

asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua

golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.

Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan

baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.

Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan

langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung

tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan

batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua

batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.

Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih

dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada

umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut

dalam.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis

maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju

suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung

sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang berlangsung

pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah

litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir),

dan lain-lain.

Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus

atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,

metamorf dan sedimen itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen

diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar

dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara

terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik

yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan

yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan

langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung

| 16

Page 17: Tb Petrologi

tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan

batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua

batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.

Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih

dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada

umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut

dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin

pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan

tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).

Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa

yakni, proses proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah

di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini

merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras

( Pettjohn, 1975).

Proses diagenesa antara lain :

a. Kompaksi Sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat

tekanan dariberat beban di atasnya. Disini volume sedimen

berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain

menjadi rapat.

b. Sementasi

Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan

secara kimiawi mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain.

Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang

butir makin besar.

c. Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia

yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu

sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan

batuan karbonat.

d. Autigenesis

| 17

Page 18: Tb Petrologi

Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga

adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu

sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut

: karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.

e. Metasomatisme

Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik,

tanpa pengurangan volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-Klastik

Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang

terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan

material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan

sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan

kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan

terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3.

Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang

atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang

laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya

kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa

juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah

kristalisasi langsung atau reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P.

Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi enam

golongan yaitu :

a. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk

dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan

batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan

sungai dan danau atau laut.

b. Golongan Detritus Halus

| 18

Page 19: Tb Petrologi

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di

lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk kedalam

golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.

c. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan

cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses

pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk

lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa

terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses

kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis

batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada

material penyusunnya.

d. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik

dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan

ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini

tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

e. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki

larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk

di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat 

memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor

yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk

suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk

kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

f. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari

tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan

cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga

tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan

terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki

| 19

Page 20: Tb Petrologi

banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk

menjadi satu di tempat tersebut.

D. KEKOMPAKAN

Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan)

hingga menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu

dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300oC

dan tekanan 1 – 2 kilobar, berlangsung mulai sedimen mengalami

penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di permukaan.

Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :

1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka

air.

2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami

penguburan semakin dalam.

3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen

tersingkap kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.

Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat

kekompakan batuan sedimen juga sangat bervariasi, yakni :

Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau

sedimen)

Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi

pada kondisi kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke

dalam air.

Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada

butiran/fragmen yang dapat dilepas dengan tangan atau kuku.

Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan

tangan/kuku.

Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami

rekristalisasi).

E. KEBUNDARAN

| 20

Page 21: Tb Petrologi

Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka

Pettijohn, dan kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran

menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan

tinggi. Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:

Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)

Meruncing (menyudut) (angular)

Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

Membundar (membulat (rounded)

Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,

1987).

F. TEKSTUR PERMUKAAN

a. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam.

Tekstur permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat

kebundaran sangat meruncing-meruncing.

b. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata.

Tekstur ini terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing

tanggung hingga membulat tanggung.

c. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini

mencerminkan proses abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada

saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran sedimen yang

mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran

membulat sampai sangat membulat.

| 21

Page 22: Tb Petrologi

Sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran,

tingkatan ini nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan dari

pada butir.

G. UKURAN BUTIR

Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara

megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba

dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus.

Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak

terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan

terasa sangat licin.

Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan

Æ > 256 Boulder / block (bongkah) Breksi

64 – 256 Cobble (kerakal)(bentuk / kebundaran

butiran meruncing)

4 – 64 Pebble Konglomerat

2 – 4 Granule (kerikil)(bentuk / kebundaran

butiran membulat)

1/16 – 2 Sandstone (pasir) Batupasir

1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau

Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung

H. POROSITAS (Kesarangan)

Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau

pori-pori di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas

tinggi apabila pada batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles) atau pori-

| 22

Page 23: Tb Petrologi

pori. Sebaliknya, batuan dikatakan mempunyai porositas rendah apabila

kenampakannya kompak, padat atau tersemen dengan baik sehingga

sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-

pori. Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air

(zat cair).

Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :

a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir

atau lebih kasar.

b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling

berhubungan.

c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran

butir pasir atau lebih kasar.

d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan /

rekahan.

Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air,

yaitu :

a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling

berhubungan.

b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir

lanau – lempung. Material lanau dan lempung itu yang menutup

pori-pori antar butir.

c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan

tidak ada rekahan.

Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat

kelulusan tinggi apabila di permukaannya diteteskan air maka air itu

segera habis meresap ke dalam batuan. Sebaliknya, batuan mempunyai

kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di permukaannya

diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau tetap

di permukaan batuan.

| 23

Page 24: Tb Petrologi

I. STRUKTUR SEDIMEN

1. Struktur di dalam batuan (features within strata) :

Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal

perlapisan < 1 cm disebut struktur laminasi.

Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross

lamination)

Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)

Normal, jika butiran besar di bawah dan ke atas

semakin halus.

Terbalik (inverse), jika butiran halus di bawah dan

ke atas semakin kasar.

2. Struktur permukaan (surface features) 

Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks)

Cetakan kaki binatang (footprints of various walking

animals.

Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling

animals)

Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)

Gumuk pasir (dunes, antidunes)

3. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)

Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges).

Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau

fosil).

Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)

Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills)

J. PENAMAAN BATUAN

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data

pemerian (data deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan

| 24

Page 25: Tb Petrologi

komposisi. Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya berdasar

ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi 

yaitu :

1. Rudit (f>2 mm), termasuk breksi (fragmen

meruncing), konglomerat (fragmen membulat). Apabila komposisi

fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka

penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi

utama fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi

batuapung, konglomerat kuarsa.

2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan

batupasir ini dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur

sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur), atau

komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.

3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih.

Batulempung berbutir lempung, batulanau tersusun oleh

mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung

atau batulanau berstruktur laminasi.

Tabel Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang,

1965).

Tekstur/Struktur Komposisi

mineral/fragmen

Nama batuan Ciri-ciri khas

Rudit

(2 – 256 mm)

Komposisi sejenis

atau campuran,

terutama dengan

rijang, kuarsa,

granit, kuarsit,

batugamping dll.

Konglomerat Fragmen

umumnya bulat

atau agak

membulat

Breksi Fragmen umumnya

runcing, dan

| 25

Page 26: Tb Petrologi

menyudut

Fanglomerat Kipas aluvial yang

mengalami

pembatuan

Pecahan batuan

bercapur dengan

semen

Tillit Umumnya tidak

terpisah. Fragmen

batuan terdapat

bekas goresan

Arenit

(1/16 – 2 mm)

Terutama kuarsa

25%, felspar

kalium atau

plagioklas 10-25%.

Pecahan batuan:

basal, riolit,

batusabak dll.

Mineral mika,

serisit, klorit, bijih

besi.

Arenit atau

batupasir kuarsa

Pemilahan baik

dan bersih

Arkose Pemilahan jelek,

warna abu-abu

kemerahan

Batupasir felspatik

Graywacke

Subgraywacke

Lebih dewasa dari

arkose antara

graywacke dan

arenit

Lutit

(1/16 – 1/256 mm)

Umumnya mineral

lempung, kuarsa,

opal, kalsedon,

klorit dan bijih

besi.

Batulanau Antara batupasir

dan serpih

Serpih

Batulumpur

Mudah membelah,

tidak plastis, bila

| 26

Page 27: Tb Petrologi

Batulempung dipanasi menjadi

plastis

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :

1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen

batugamping.

2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.

3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau –

lempung).

Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi

nama batugamping non klastika. Apabila di dalam batugamping banyak

mengandung fosil maka dapat disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan

karbonat yang sudah tersusun oleh kristal kalsit atau dolomit

disebut batugamping kristalin. Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen

berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat.

Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan

piroklastika yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri

dari tuf (halus dan kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar

3.8). Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat

ditambahkan untuk penamaan batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah,

batulempung hitam dsb.

Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi

mineral/fragmen

Nama batuan Ciri-ciri khas

Rapat, afanitik,

berbutir kasar,

kristalin, porus,

oolit dan mosaik

Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan

HCl,

mengandung

organik,

bioklastika,

Terutama dolomit Dolomit Tidak segera

| 27

Page 28: Tb Petrologi

bereaksi dengan

HCl, jarang

mengandung fosil,

berbutir sedang

Berbutir halus Kristal halus

dengan

mikroorganisme

Kapur Putih – abu-abu

terang, sangat

rapuh,

mengandung

fosil

Karbonat dan

lempung

Napal Abu-abu terang,

rapuh, pecahan

konkoidal

Rapat dan berlapis Campuran silika,

opal dan kalsedon

dll.

Rijang Warna beragam,

keras, kilap non

logam, konkoidal

Terutama gips

Anhidrit

Terutama malit

Gips Evaporit, tidak

sendiri melainkan

berasosiasi dengan

mineral/batuan

lain.

Dijumpai kristal

yang

mengelompok

Masif atau berlapis Mineral fosfat dan

fragmen tulang

Fosforit Diperlukan

penentuan kadar

P2O3

Amorf, berlapis,

tebal

Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat,

pecahan

prismatik

K. GENESIS

| 28

Page 29: Tb Petrologi

Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka

secara genesa dapat diinterpretasikan mengenai :

1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)

2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi

atau kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses

transportasinya.

3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar

(danau, sungai), di pantai atau di laut (dangkal atau dalam).

4. Diagenesa dan lain-lain.

Sifat – sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.

Nama

Batuan

Campu

ran/

semen/

matrix

Fragmen/

mineral

pembent

uk x)

Wa

rna

Be

sar

but

ir

Pemil

ahan

Ben

tuk

buti

r

Ke

ma

s

Min

eral

sedi

kit

Poro

sitas

Kek

om-

pak

an

Breksi X X X X X X X X X X

Kongl

omerat

X X X X X X X X X X

T u f a X X X X X X - X X X

Batupa

sir

X X X X X X - X X X

Batula

nau

X - X - - - - X - X

Serpih

Lempu

ng

X - X - - - - X - X

Lempu

ng

X - X - - - X X - X

Napal X - X - - - X X - X

Gampi

ng

X X X X X X - X X X

Dolom X X X X X X - X X X

| 29

Page 30: Tb Petrologi

it

Batuba

ra

X X X - - - - - - X

Rijang X - X - - - - - - X

Anhidr

it

X - X - - - - - - X

Fosfat,

dll

X X X X - - - - - X

X = Sifat yang dimiliki

- = Sifat yang tidak dimiliki

x) Termasuk jenis mineral lempung

L. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN

1. Tufa

Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan

sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan

sungai (rivers). Ditemukan di kaligendig, Karangsambung,

Kebumen.

2. Bentonit

Genesa Bentonit secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat)

macam yaitu, Terjadi karena pengaruh pelapukan,Terjadi karena

pengaruh hydrothermal,Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa

| 30

Page 31: Tb Petrologi

gelas yang diendapkan di dalam air (lakustrin sampai neritic).

Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa

(alkali) dan sangat silikan. Ditemukan di patik, Sepat, Gunung

kidul.

3. Lempung

Lempung kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar

silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung

mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-

unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling

banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses

pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian

dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Ditemukan di Tontongan,

karangsambung, kebumen.

| 31

Page 32: Tb Petrologi

4. Lempung Merah

Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan menjadikan

lempung berwarna, sehingga disebut lempung merah. Ditemuukan

di karangsambung, kebumen.

5. Batupasir

Batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang

terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya

terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini

1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun

terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya

basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Ditemukan di

karang sambung, Kebumen.

| 32

Page 33: Tb Petrologi

6. Batupasir Merah

Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis

warna, dengan warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning,

merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan batu pasir sering kali

membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna

tertentu batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu.

Ditemukan di karang sambung, Kebumen.

7. Pasir Besi

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur

dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa,

kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral

| 33

Page 34: Tb Petrologi

tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit,

limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang

cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit.

Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan

andesitik volkanik. Ditemukan di sungai luk ulo, Kebumen.

8. Pasir Hijau

Batu ini terbentuk dari aktivitas vulkani, batu ini merupakan kristal

olivin yang dihasilkan dari letusan gunung berapi kerucut yang

letusan (erupsi) dan longsorannya (erosi) menyebar di sekeliling

gunung. Ditemukan di sembaro,karangsambung, Kebumen.

| 34

Page 35: Tb Petrologi

9. Batugamping

Batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi

mineral utama dari kalsit (CaCO3). Batuan karbonat yang hampir

seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau secara spesifik adalah

batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit dan

kurang dari 5% dolomit. Teksturnya bervariasi antara rapat,

afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat

terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena

proses anorganik. Ditemukan di wonogiri, jogjakarta.

10. Gamping Merah

Gamping berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan

laut dalam ini berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak

punggungan yang sempit. Ditemukan di karangsambung, Kebumen

| 35

Page 36: Tb Petrologi

11. Gamping Numulities

Bongkah batu gamping numuliites merupakan "olistolit" hasil

suatu pelongsoran besar didasar laut dari tepian menuju tengah

cekungan yang dalam.Fosilyangada menunjukkan bahwa pada kala

Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di

mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.

12. Breksi Vulkanik

Breksi Vulkanik (Qb); Terdiri dari breksi yang bersifat andesitik,

lava, batupasir tufaan dan breksi lahar. Breksi andesit umumnya

melapuk sedang berwarna kuning kecoklatan, komponen batuan

andesitik (4 – 45 cm) agak segar, menyudut tanggung, tertanam

| 36

Page 37: Tb Petrologi

pada masadasar pasir tufa berbutir kasar, agak padat sebagian

mudah hancur. Lava andesit umumnya melapuk ringan berwarna

abu-abu tua, padu, bertekstur kasar dan porfiritik, terkekarkan

cukup intensif dan terisi oleh mineral kuarsa. Breksi lahar

umumnya melapuk sedang, berwarna coklat tua, komponen tufa

dan batuan agak segar yang berukuran pasir kasar hingga kerakal,

menyudut sampai membulat tanggung, agak padu. Ditemukan di

kedung jati, Bantul.

13. Breksi Pumice

Breksi batuapung (Pumice) mempunyai kuat tekan 75,62 kg/cm2.

kedap suara, mudah dibentuk atau dipahat menjadi blok-blok yang

berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Selain itu

lain juga tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta

cocok untuk akustik. Dalam sektor industri lain, batuini digunakan

sebagai bahan pengisi (filler), pemoles/penggosok (polishing),

pembersih (cleaner), stonewashing, abrasif, isolator temperatur

tinggi dan lain-lain. Ditemukan di semiilir, Jogjakarta.

| 37

Page 38: Tb Petrologi

1.6 Batuan Metamorf

A. Alisis Batuan Metamorf

Batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan

sedimen maupun batuan metamorf dan telah mengalami perubahan

mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan

temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; 200-350oC <

T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) disebut

batuan metamorf. Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi

pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Winkler (1989) menyatakan

bahwasannya proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral

suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap

kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan

kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan

diagenesa.

B. Pembentukan Batuan Metamorf

| 38

Page 39: Tb Petrologi

Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses

kimia, fisika, biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di

permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat

pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru

dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di

dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi

pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan,

maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme.

Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan

sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik.

Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan

tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan

komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan

tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen

lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan

umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme

adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai

kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di

dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit.

Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai

contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan

konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga,

eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak

menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C – 350°C

yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material

disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada

awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau

piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di

bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada

150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di

sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar.

| 39

Page 40: Tb Petrologi

Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan

terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai

variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan

lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C – 800°C menutup

sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat

ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini

menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya

muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.

Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi

dua yaitu (1) metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan

(2) metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar

3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal

masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-

sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak

batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit

(batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur

beku atau igneous).

Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat

rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).

Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya

juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan

| 40

Page 41: Tb Petrologi

metamorf dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal,

pengaruh T dominan; (2) Metamorfisme dinamo/

kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan; dan (3) Metamorfisme

regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Metamorfisme kontak terjadi

pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi)

dengan lebar antara 2 – 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi terjadi

pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut

mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit

bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa

(Gambar 3.11). penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai

ribuan kilometer.

Gambar 3.10 memperlihatkan kontak aureole disekitar intrusi batuan beku

(Gillen, 1982).

 

| 41

Page 42: Tb Petrologi

Gambar 3.11 penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf

(Gillen, 1982).

C. Pengenalan Batuan Metamorf

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui

kenampakan-kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan

metamorf yang merupakan akibat dari tekanan-tekanan yang tidak

sama. Batuan-batuan tersebut mungkin mengalami aliran plastis,

peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa tekstur dan

struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan pre-

metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus

selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama,

khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering

menyebabkan kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika

planar disebut foliasi. Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh

lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa dari mineral-mineral yang

berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral granular

(seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan

kaya mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium),

tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut

| 42

Page 43: Tb Petrologi

disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih

berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit) disebut skistosity.

Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity menghasilkan

belahan batuan yang berkembang kurang baik.

Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis

batuan lain yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan

komposisinya. Namun untuk batuan metamorf ini mempunyai kekhasan

dalam penentuannya yaitu pertama-tama dilakukan tinjauan apakah

termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non foliasi

(tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12). Pada metamorfisme tingkat

tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar 3.12). Setelah

penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik

yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan.

Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis;

slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur

hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.

Variasi yang luas dari tekstur, struktur dan komposisi dalam batuan

metamorf, membuatnya sulit untuk mendaftar satu atau lebih dari

beberapa kenampakkan yang diduga hasil dari proses metamorfisme.

Oleh sebab itu hal terbaik untuk mempertimbangkan secara menerus

seperti kemungkinan banyaknya perbedaan kenampakan-kenampakan

yang ada.

Table 3.12 Diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf secara

umum (Gillen, 1982).

| 43

Page 44: Tb Petrologi

Gambar 3.12 Berbagai struktur pada migmatit dengan leukosom (warna terang)

(Compton, 1985).

D. Struktur Batuan Metamorf

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf

dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur

non foliasi. Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-

mineral penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak

memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan

metamorf.

1. Struktur Foliasi

| 44

Page 45: Tb Petrologi

a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran

mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding

mineral butiran.

b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran

mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak

dibanding mineral pipih.

c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan

kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral

lempung).

d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya

mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

 

2. Struktur Non Foliasi

a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-

butiran mineral relatif seragam.

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya

penghancuran terhadap batuan asal.

c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh

adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran

mineralnya halus.

d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari

belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran

mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah

mendekati tipe struktur filit.

e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur

batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar

milonit.

f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya

terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih

halus.

g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya

mempunyai ukuran beragam.

| 45

Page 46: Tb Petrologi

h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral

yang berbentuk jarus atau fibrous.

 

E. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara

tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -

blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal

berukuran seragam disebut dengangranoblastik. Secara umum satu atau

lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang

lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam

pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada

batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat

mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian

mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari

material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast

biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar

disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan

poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana

pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan

yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena

bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-

mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal

ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur

helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-

butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-

kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya

hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa

kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk

agregat adalah porphyroklast.

1. Tekstur Kristaloblastik

| 46

Page 47: Tb Petrologi

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal

sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang

sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata

–blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat

dilihat pada Gambar 3.13.

a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan

beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.

b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir

mineral seragam.

c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan

mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.

d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya

mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.

e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-

mineral berbentuk euhedral.

f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun

mineralnya berbentuk anhedral.

 

2. Tekstur Palimpset

a. Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa

dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya

menggunakan awalan kata –blasto.

b. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan

asal yang porfiritik.

c. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal

sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.

d. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya

ukuran butirnya sama dengan pasir.

e. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal

sedimen yang ukuran butirnya lempung.

| 47

Page 48: Tb Petrologi

3. Komposisi Batuan Metamorf

a. Pertumbuhan dari mineral-mineral baru atau rekristalisasi dari

mineral yang ada sebelumnya sebagai akibat perubahan

tekanan dan atau temperatur menghasilkan pembentukan

kristal lain yang baik, sedang atau perkembangan sisi muka

yang jelek; kristal ini dinamakan idioblastik, hypidioblastik,

atau xenoblastik. Secara umum batuan metamorf disusun oleh

mineral-mineral tertentu (Tabel 3.13), namun secara khusus

mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi

dua yaitu (1) mineral stress dan (2) mineral anti stress. Mineral

stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dapat

berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tumbuh tegak lurus

terhadap arah gaya/stress meliputi: mika, tremolit-aktinolit,

hornblende, serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan,

klorit, epidot, staurolit dan antolit. Sedang mineral anti stress

adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya

berbentuk equidimensional, meliputi: kuarsa, felspar, garnet,

kalsit dan kordierit.

| 48

Page 49: Tb Petrologi

Gambar 3.13 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).

Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B.

Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas; C.

Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan

domain granoblastik lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta

batupasir di dalam matrik mika halus; F. Tekstur Semiskistose dengan

klorit dan aktinolit di dalam masa dasar blastoporfiritik metabasal; G.

Granit milonit di dalam proto milonit; H. Ortomilonit di dalam

ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

Tabel 3.13 Ciri-ciri fisik mineral-mineral penyusun batuan metamorf

(Gillen, 1982)

Setelah kita menentukan batuan asal mula metamorf, kita harus

menamakan batuan tersebut. Sayangnya prosedur penamaan batuan

metamorf tidak sistematik seperti pada batuan beku dan sedimen. Nama-

nama batuan metamorf terutama didasarkan pada kenampakan tekstur dan

struktur (Tabel 3.14). Nama yang umum sering dimodifikasi oleh awalan

yang menunjukkan kenampakan nyata atau aspek penting dari tekstur

(contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada (contoh skis klorit),

atau nama dari batuan beku yang mempunyai komposisi sama (contoh

| 49

Page 50: Tb Petrologi

gneis granit). Beberapa nama batuan yang didasarkan pada dominasi

mineral (contoh metakuarsit) atau berhubungan dengan facies metamorfik

yang dipunyai batuan (contoh granulit).

Metamorfisme regional dari batulumpur melibatkan perubahan

keduanya baik tekanan dan temperatur secara awal menghasilkan

rekristalisasi dan modifikasi dari mineral lempung yang ada. Ukuran

butiran secara mikroskopik tetap, tetapi arah yang baru dari orientasi

mungkin dapat berkembang sebagai hasil dari gaya stres. Resultan batuan

berbutir halus yang mempunyai belahan batuan yang baik sekali

dinamakan slate. Bilamana metamorfisme berlanjut sering menghasilkan

orientasi dari mineral-mineral pipih pada batuan dan penambahan ukuran

butir dari klorit dan mika. Hasil dari batuan yang berbutir halus ini

dinamakan phylit, sama seperti slate tetapi mempunyai kilap sutera pada

belahan permukaannya. Pengujian dengan menggunakan lensa tangan

secara teliti kadangkala memperlihatkan pecahan porpiroblast yang kecil

licin mencerminkan permukaan belahannya. Pada tingkat metamorfisme

yang lebih tinggi, kristal tampak tanpa lensa. Disini biasanya kita

menjumpai mineral-mineral yang pipih dan memanjang yang terorientasi

kuat membentuk skistosity yang menyolok. Batuan ini dinamakan skis,

masih bisa dibelah menjadi lembaran-lembaran. Umumnya berkembang

porpiroblast; hal ini sering dapat diidentikkan dengan sifat khas mineral

metamorfik seperti garnet, staurolit, atau kordierit. Masih pada

metamorfisme tingkat tinggi disini skistosity menjadi kurang jelas; batuan

terdiri dari kumpulan butiran sedang sampai kasar dari tekstur dan

mineralogi yang berbeda menunjukkan tekstur gnessik dan batuannya

dinamakan gneis. Kumpulan yang terdiri dari lapisan yang relatif kaya

kuarsa dan feldspar, kemungkinan kumpulan tersebut terdiri dari mineral

yang mengandung feromagnesium (mika, piroksin, dan ampibol).

Komposisi mineralogi sering sama dengan batuan beku, tetapi tekstur

gnessik biasanya menunjukkan asal metamorfisme; dalam kumpulan yang

cukup orientasi sering ada. Penambahan metamorfisme dapat mengubah

gneis menjadi migmatit. Dalam kasus ini, kumpulan berwarna terang

| 50

Page 51: Tb Petrologi

menyerupai batuan beku tertentu, dan perlapisan kaya feromagnesium

mempunyai aspek metamorfik tertentu.

Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada

komposisi mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit

atau dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan

metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa,

dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum

jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:

a. Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar

komposisi utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende)

dan plagioklas.

b. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah

piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan

diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit

mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung

fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan

beku.

c. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral

(terutama kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin)

mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur

gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa

dan/atau felspar.

d. Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri

dari butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi

acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada.

Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.

e. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang

dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih

kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau

ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa.

Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap

| 51

Page 52: Tb Petrologi

permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya

disebut philonit.

f. Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari

mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori

meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari

alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu

ada, seperti olivin dan piroksen.

g. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung

kristal dari mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan

sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan

penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

| 52

Page 53: Tb Petrologi

Tabel 3.14 Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).

| 53

Page 55: Tb Petrologi

3.1 Batuan Beku

A. Deskripsi Batuan

1. Warna : abu-abu kuning dan sedikit putih

2. Jenis batuan :

3. Struktur : Masif

4. Tekstur : halus

5. Komposisi mineral : Terdiri dari mineral kuarsa, biotit dan

oligioklas.

6. Ganesa : Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang

terjadi dari hasil pembekuan magma

berkomposisi basa di permukaan atau

dekat permukaan bumi. Umumnya bersifat

masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri

atas mineral gelas vulkanik, plagioklas,

piroksin. Amfibol dan mineral hitam

7. Nama batuan : Andesit

8. Gambar :

:

B. Peta Lokasi

| 55

Page 56: Tb Petrologi

C. Letak Geografis dan Koordinat

Letak Geografis : Kecamatan Bungus, Perbatasan

Kota Padang dengan Kabupaten

Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera

Barat

Koordinat : 1° 4'9.28" S, 100°25'47.72"T

D. Letak Administrasi

Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang, Kecamatan Bungus.

3.2 Batuan Sedimen

A. Deskripsi Batuan

1. No :

2. Warna : Putih keabu-abuan

3. Jenis batuan : Non klastis

4. Struktur : masif

5. Tekstur : kristalin

6. Ganesa :

Batu gamping terjadi dengan beberapa cara, yaitu :

Secara organic

| 56

Page 57: Tb Petrologi

Sebagian besar batu gamping di alam terjadi secara

organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau

rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang berasal

dari kerangka binatang koral/kerang.

Secara mekanik/secara kimia

Untuk batu gamping yang terjadi secara mekanik,

sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu

gamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya

adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut

yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan

tidak jauh dari tempat semula.

Secara kimia

Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu

gamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana

lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula

mengendapkan batu gamping. Jenis batu gamping ini terjadi karena

peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping

dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali

dipermukaan bumi. Magnesium, lempung dan pasir merupakan

unsur pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat proses

pengendapan. Keberadaan pengotor batu gamping memberikan

klasifikasi jenis batu gamping, apabila pengotornya magnesium,

maka batu gamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping

dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu

kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping lempungan,

dan batu gamping pasiran apabila pengotornya pasir. Persentase

unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu

kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda,

abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan

misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan,

| 57

Page 58: Tb Petrologi

sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure

organic. Batu gamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat

pula kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.

Batu gamping yang mengalami metamorfosa akan berubah

penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena

pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut

menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu,

air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali

pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.

Dibeberapa daerah endapan batu batugamping

seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi

sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari

udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan,

setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping

yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai

berikut :

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2 Ca (HCO3)2 larut

dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh

batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali

hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau

peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping,

maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau

jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang

berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada

jenis batu gamping tersebut. 

7. Nama batuan : Gamping

8. Gambar

| 58

Page 59: Tb Petrologi

B. Peta Lokasi

C. Letak Geografis dan Koordinat

Letak Geografis : Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk

Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera

Barat

Koordinat : 0°57'16.79"S, 100°29'17.95"T

D. Letak Administrasi

| 59

Page 60: Tb Petrologi

Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang, Kecamatan Lubuk Kilangan,

Kelurahan Indarung.

3.3 Batuan Metamorf

A. Deskripsi Batuan

1. Warna : Putih

2. Tekstur : Palimset

3. Struktur : Non Foliasi

4. Komposisi : Mika, feldspar, kuarsa, karbonat.

5. Ganesa : Terbentuk dari batuan kapur atau batu

gamping yang mengalami metamorfisme

karena tekanan dan suhu yang sangat

tinggi sehingga terbentuk rekristalisasi

kalsit.

6. Nama batuan : Marmer

7. Gambar

B. Peta Lokasi :

| 60

Page 61: Tb Petrologi

C. Letak Geografis dan Koordinat

Letak Geografis : Desa Sitanang, Kecamatan Lareh Sago

Halaban, Kabupaten 50 Kota, Provinsi

Sumatera Barat.

Koordinat : 0°15'34.92"S 100°45'48.04"T

D. Letak Administrasi

Desa Sitanang, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten

Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

BAB IV

| 61

Page 62: Tb Petrologi

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Petrologi adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

batuan sebagai penyusun kerak bumi.

Batuan dibagi menjadi 3 jenis :

1. Batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat dari pembekuan

magma. Batuan beku dibagi menjadi 3 yaitu batuan beku asam, batuan

beku basa dan batuan beku intermediet .

2. Batuan sediment

Batuan sediment adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil

abrasi dari batuan lain yang tertransport dan terendapkan.

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk karena adanya

perubahan tekanan dan temperature tertentu, dimana komposisi

kimianya tidak berubah.

DAFTAR PUSTAKA

| 62

Page 63: Tb Petrologi

http://id.wikipedia.org/wiki/Petrologi

http://dapurtambang.blogspot.com/2014/06/proses-terjadinya-batuan-beku-

komposisi.html

http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/batuan-sedimen.html

https://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-metamorf/

| 63