petrologi dan mineralogi

68
BAB 1 PENDAHULUAN Petrologi adalah salah satu segi dalam pengetahuan geologi yang mempelajari sejarah dan cara terjadinya batuan di alam serta proses-proses perubahan yang dialaminya. Di dalam petrologi termasuk pula penelitian-penelitian petrografi dan petrogenesis. Dalam petrografi, yang dituju adalah suatu pemerian (description) dan penggolongan batuan secara bersistem, sedangkan petrogenesis meneliti sejarah terjadinya batuan. Pada umumnya, untuk mendapat gambaran tentang cara terjadinya batuan, maka interpretasi-interpretasi petrologi didasarkan terutama pada data yang diperoleh dari lapangan (stuktur, kedudukan, dan sebagainya) di samping penelitian petrografi. Pada umumnya di dalam pengamatan petrografi, setiap contoh dibuat sayatan pipih untuk dijadikan bahan pengamatan mikroskopis. Pengamatan itu meneliti analisa tentang tekstur dan gabungan mineral, keduanya merupakan faktor-faktor penting yang ikut menentukan nama batuan dan sifat-sifat batuan. Analisa petrografi mencakup pengamatan tekstur, susunan mineralogi, paragenesis, serta kenampakan atau proses-proses lain yang penting. Tekstur batuan membahas hubungan butir-butir mineral yang ada di dalam batuan, jumlah presentasi masing- masing mineral serta proses-proses pengubahan yang telah dialaminya (pelapukan, rekristalisasi, perubahan-perubahan sekunder dan sebagainya). Tekstur adalah suatu kenampakan yang penting dalam pengamatan petrografi karena tekstur merupakan suatu petunjuk proses-proses geologi dalam pembentukan batuan. Tekstur menunjukan aspek geometri butir-butir mineral yang mencakup besar butir, bentuk, dan hubungan satu sama lain sehingga pula dikatakan bahwa tekstur merupakan data keadaan fisika dan kimia pada waktu terjadinya batuan. Berdasarkan cara terjadinya, batuan di alam dapat dibagi atas tiga golongan besar, yaitu : - batuan beku - batuan sedimen - batuan metamorfik 1

Upload: noviangie

Post on 14-Dec-2014

310 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petrologi Dan Mineralogi

BAB 1 PENDAHULUAN

Petrologi adalah salah satu segi dalam pengetahuan geologi yang mempelajari

sejarah dan cara terjadinya batuan di alam serta proses-proses perubahan yang

dialaminya. Di dalam petrologi termasuk pula penelitian-penelitian petrografi dan

petrogenesis. Dalam petrografi, yang dituju adalah suatu pemerian (description) dan

penggolongan batuan secara bersistem, sedangkan petrogenesis meneliti sejarah

terjadinya batuan. Pada umumnya, untuk mendapat gambaran tentang cara

terjadinya batuan, maka interpretasi-interpretasi petrologi didasarkan terutama pada

data yang diperoleh dari lapangan (stuktur, kedudukan, dan sebagainya) di samping

penelitian petrografi.

Pada umumnya di dalam pengamatan petrografi, setiap contoh dibuat sayatan pipih

untuk dijadikan bahan pengamatan mikroskopis. Pengamatan itu meneliti analisa

tentang tekstur dan gabungan mineral, keduanya merupakan faktor-faktor penting

yang ikut menentukan nama batuan dan sifat-sifat batuan.

Analisa petrografi mencakup pengamatan tekstur, susunan mineralogi, paragenesis,

serta kenampakan atau proses-proses lain yang penting. Tekstur batuan membahas

hubungan butir-butir mineral yang ada di dalam batuan, jumlah presentasi masing-

masing mineral serta proses-proses pengubahan yang telah dialaminya (pelapukan,

rekristalisasi, perubahan-perubahan sekunder dan sebagainya).

Tekstur adalah suatu kenampakan yang penting dalam pengamatan petrografi

karena tekstur merupakan suatu petunjuk proses-proses geologi dalam

pembentukan batuan. Tekstur menunjukan aspek geometri butir-butir mineral yang

mencakup besar butir, bentuk, dan hubungan satu sama lain sehingga pula

dikatakan bahwa tekstur merupakan data keadaan fisika dan kimia pada waktu

terjadinya batuan.

Berdasarkan cara terjadinya, batuan di alam dapat dibagi atas tiga golongan besar,

yaitu :

- batuan beku

- batuan sedimen

- batuan metamorfik

1

Page 2: Petrologi Dan Mineralogi

Masing-masing batuan diatas berbeda, baik stuktur dalam tekstur dan gabungan

mineral. Tekstur batuan beku menunjukkan keadaan fisika dan kimia pada waktu

pembentukan magma. Tekstur batuan sedimen menunjukan keadaan pada waktu

pengendapannya, misalnya zat antara pengangkutan, cara-cara pengendapan

(mekanik, kimia) dan sebagainya. Di dalam batuan metamorfosa, tekstur adalah hasil

penyesuaian terhadap keadaan tekanan (P), suhu (T) dan keseimbangan kimia yang

baru.

2

Page 3: Petrologi Dan Mineralogi

BAB 2 MINERALOGI

2.1 Pendahuluan Mineralogi adalah ilmu pengetahuan tentang mineral, yaitu suatu zat padat yang

terdapat di alam sebagai elemen-elemen dan senyawa-senyawa, serta

merupakan penyusun, atau pembentuk bagian padat alam semesta.

Hal tersebut tidak berarti bahwa mineralogi hanya terbatas pada material-

material kerak bumi saja dan material-material yang terdapat di bawahnya yang

dapat diindikasi melalui pengukuran geofisika, tetapi meliputi juga meteorit-

meteorit yaitu benda-benda mineral yang berasal dari luar bumi.

Mineralogi adalah bagian dari ilmu geologi, karena mineral adalah pembentuk

batuan kerak bumi. Ilmu lain yang erat hubungannya ialah ilmu kimia dan

kristalografi.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar kristal alam. Semula ilmu

ini merupakan bagian dari mineralogi. Sekarang kristalografi telah menjadi ilmu

yang berdiri sendiri karena yang dipelajari tidak saja bentuk luar kristal alam,

tetapi telah meliputi kristal buatan dan penelitiannya pun tidak hanya bentuk luar,

melainkan termasuk juga struktur dalamnya.

2.2 Definisi Mineral Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terbentuk di alam secara

anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur.

Berdasarkan definisi itu, maka air, batubara, minyak bumi, dan gas alam, tidak

dapat disebut mineral, meskipun keempatnya terbentuk/terjadi di alam. Hal-hal

seperti itulah yang menyebabkan definisi tersebut di atas mempunyai

kelemahan-kelemahan, karena beberapa ahli mineralogi berpendapat bahwa

keempat hal itu termasuk mineral juga.

Batasan mineral adalah “suatu benda padat homogen” menyatakan: “mineral

terdiri dari satu fasa padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat

diuraikan lagi menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh suatu proses fisika”.

3

Page 4: Petrologi Dan Mineralogi

Dengan demikian, cairan-cairan dan gas-gas yang terbentuk/terjadi di alam tidak

termasuk mineral.

Batasan “yang terbentuk di alam” menyatakan “disebut mineral jika benda padat

itu terbentuk/terjadi di alam dengan sendirinya”.

Dengan demikian, suatu benda padat mirip mineral yang dapat dibuat di

laboratorium, tidak dapat disebut mineral. Contohnya jika suatu larutan natrium

klorida (NaCl) diuapkan, terbentuklah kristal-kristal NaCl yang tak dapat

dibedakan dengan mineral halit. Tetapi, kristal-kristal NaCl hasil buatan di

laboratorium tersebut bukan suatu mineral.

Batasan “suatu benda padat yang terbentuk di alam secara anorganik”

menyebabkan: “benda-benda padat homogen yang dihasilkan binatang, atau

tumbuh-tumbuhan, tidak termasuk mineral”. Karenanya, kulit tiram (kerang) yang

tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dan tidak dapat dibedakan secara

kimia dan fisika dengan mineral aragonit, atau kalsit, tidak dapat disebut mineral.

Batasan bahwa mineral “mempunyai komposisi kimia tertentu”, menyatakan

“mineral adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai komposisi tertentu dan

dinyatakan oleh suatu rumus. Rumus kimianya dapat sederhana, atau kompleks,

bergantung pada banyaknya elemen yang ada dan proporsi kombinasinya”.

Batasan bahwa mineral “mempunyai susunan atom yang teratur”, menyatakan

“mineral adalah benda padat kristal. Bentuk kristal tersebut tidak lain adalah

ekspresi/kenampakan dari susunan atom yang teratur”.

Ada beberapa pengecualian untuk batasan ini, yaitu bagi mineral metamik, dan

mineral yang terbentuk dari pemadatan koloid – disebut juga mineral non-kristal.

2.3 Sifat Fisik Mineral Sifat fisik suatu mineral erat hubungannya dengan struktur kristal dan komposisi

kimianya sehingga dengan mempelajari sifat fisiknya, dapat dibuat beberapa

deduksi tentang struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisik suatu mineral

berguna dalam segi keteknikan. Misalnya intan dipakai sebagai pengasah

karena kekerasannya yang luar biasa, dll.

Sifat fisik suatu mineral meliputi 8 aspek, yaitu :

4

Page 5: Petrologi Dan Mineralogi

2.3.1 Sifat Optik (Optical Properties) Mineral mempunyai 4 macam sifat optik, yaitu :

2.3.1.1 Pemantulan dan Pembiasan (Reflection and Refraction) Jika seberkas sinar diarahkan miring ke atas permukaan sebuah

benda padat non-opak, maka sebagian sinar akan dipantulkan

kembali ke udara, dan sebagian lagi dibiaskan sebagai sinar bias.

Arah sinar pantul mengikuti Hukum Pemantulan (gambar 2.1),

yang menyatakan sudut pantul (r) sama dengan sudut datang (i),

serta sinar pantul dan sinar datang terletak pada satu bidang.

Untuk sinar bias, maka hubungan antara sinar datang (i) dan sinar

bias (r), berlaku Hukum Snellius. Hukum ini menyatakan :

sin i/sin r = n

konstanta n disebut indeks bias.

Gambar 2.1 Pemantulan dan Pembiasan dari sebuah sinar yang

melalui 2 medium; i=sudut datang, r’=sudut pantul, dan r=sudut bias.

Untuk meneliti mineral yang tembus cahaya, digunakan sinar bias.

Misalnya untuk mempelajari mineral optik, atau petrografi.

Mikroskop yang dipakai adalah mikroskop polarisasi. Jika yang

diteliti mineral opak (tidak tembus cahaya), maka sinar yang

digunakan adalah sinar pantul. Cara ini dipakai dalam meneliti

mineral-mineral bijih.

5

Page 6: Petrologi Dan Mineralogi

Sifat optik berhubungan erat dengan struktur kristal mineral. Pada

mineral-mineral isometrik dan non-kristal, kecepatan sinar pada

semua arah akan sama, dengan demikian indeks bias pada semua

arah tsb, akan sama pula. Mineral yang seperti ini disebut mineral

isotrop. Jika sebaliknya, maka disebut mineral anisotrop (lihat

Gambar 2.2 dan 2.3).

Gambar 2.2 Gambaran sifat optik isotrop dari kristal isometrik dan anisotrop dari kristal ortorombik.

6

Page 7: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 2.3 Bidang (001) yang isotrop dan (010) yang anisotrop pada kristal tetragonal

Hubungan antara indeks bias dan kristalografi, dapat digambarkan

melalui sumbu-sumbu kristal dengan perbandingan panjang sumbu

adalah indeks biasnya. Gambaran yang dihasilkan disebut

indikatriks, yaitu gambaran 3 dimensi yang dipakai untuk

menjelaskan arah getaran sinar yang berbeda dalam suatu

mineral.

Indikatriks mineral-mineral non kristal dan isometrik, berbentuk

sebuah bola karena indeks bias ke semua arah sama

(Gambar 2.4 a).

7

Page 8: Petrologi Dan Mineralogi

Untuk mineral-mineral yang berkristal tetragonal dan heksagonal,

indikatriksnya berbentuk elipsoida putar, dengan setiap sayatan

yang tegak lurus sumbu c akan berbentuk lingkaran. Sumbu putar

berimpit dengan sumbu c kristalografi (Gambar 2.4 b).

Bentuk ini adalah hasil perambatan cahaya pada arah tegak lurus

sumbu c yang mempunyai kecepatan yang sama, dengan

getarannya terletak pada bidang sumbu horisontal. Karena

mempunyai satu sumbu optik yang sejajar dengan sumbu c

kristalografi, maka mineral-mineral yang bersistem kristal

tetragonal dan heksagonal disebut uniaksial.

Bagi mineral-mineral yang bersistem kristal ortorombik, monoklin

dan triklin, indikatriksnya mempunyai simetri yang rendah, sesuai

dengan simetri kristalografinya yang memang rendah.

Indikatriksnya berbentuk elipsoida triaksial, dengan 2 sumbu optik

(Gambar 2.4 c). Karenanya, mineral-mineral yang bersistem kristal

ortorombik, monoklin, dan triklin disebut mineral bersifat optik

biaksial.

Indikatriks optik untuk mineral (a) isotropik, (b) uniaksial, (c)

biaksial. Pada (a) indikatriks berbentuk bola, yang radiusnya

sebanding dengan n, yaitu indeks bias mineral. Untuk (b)

indikatriksnya berbentuk elipsoida putar, yang sayatan

equatorialnya berbentuk lingkaran dengan radius sebanding

terhadap ω, salah satu indeks bias utama ; dan sumbu vertikal

yang sebanding dengan ε, indeks bias lainnya ; ε dapat > ω atau <

ω. Pada (c) indikatriksnya berbentuk elipsoida triaksial, dengan

indeks bias terkecil pada sumbu α, indeks bias menengah pada

sumbu β dan indeks bias terbesar pada sumbu γ. (d) adalah

penampang elipsoida pada bidang γα ; AA dan BB adalah sumbu

optik yang tegak lurus pada 2 penampang lingkaran yang berjari-

jari β.

8

Page 9: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 2.4 Arah getaran sinar yang berbeda dalam suatu mineral

2.3.1.2 Kilap (Luster)

Kilap adalah sifat optik yang erat hubungannya dengan

pemantulan dan pembiasan. Dikenal 3 kelas kilap utama, yaitu :

1. Kilap Metal/logam

− Terdapat pada mineral opak, atau hampir opak.

− Biasanya agak gelap, atau hampir gelap.

− Indeks biasnya ≥ 3.

− Terdapat pada kebanyakan mineral-mineral logam nativ dan

sulfida.

2. Kilap Sub-metal/sub-logam

− Terdapat pada mineral yang semi opak sampai opak.

− Indeks bias berkisar antara 2,6 – 3.

Contoh : kuprit (n = 2,85) ; sinabar (n = 2,91) ; hematit (n =

3,0).

9

Page 10: Petrologi Dan Mineralogi

3. Kilap Non-metal/non-logam

Dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

1) Kilap kaca (vitreous)

− Kilap gelas, yang karakteristik pada mineral berindeks bias

di antara 1,3 – 1,9.

− Terdapat pada hampir semua mineral silikat, sebagian

besar oxysalt (karbonat, fosfat, sulfat, dll), halida, oksida

dan hidroksida elemen-elemen ringan, seperti Al dan Mg.

2) Kilap adamantin

− Kilap yang sangat terang, khas pada intan.

− Ada pada mineral yang berindeks bias terletak di antara

1,9 – 2,6, seperti pada zirkon (n = 1,92 – 1,96) ; kasiterit (n

= 1,99 – 2,09) ; belerang (n = 2,4).

− Bila berkombinasi dengan kuning atau coklat, terbentuklah

kilap damar atau resin.

3) Kilap lemak (greasy), lilin (waxy), sutera (silky), dan mutiara

(pearly) adalah variasi lain dari kilap non-metal, yang

semuanya disebabkan oleh karakter permukaan pantul.

Disamping warna dan sifat tembus cahaya, kilap mineral

kadang-kadang mempunyai nilai ekonomi, seperti yang

diperlihatkan oleh batupermata.

Kilap dan indeks bias sangat menentukan apakah batupermata

berkilau atau tidak. Makin tinggi indeks bias, makin berkilau dan

indah batupermata itu. Misalnya ametis atau kecubung kasian

meskipun bersifat transparan dan berwarna baik, ternyata masih

kurang berkilau daripada intan, atau zirkon. Hal ini disebabkan

kuarsa mempunyai indeks bias << dari indeks bias intan, atau

zirkon.

10

Page 11: Petrologi Dan Mineralogi

2.3.1.3 Warna dan Goresan (Colour and Streak) Warna yang tampak pada mineral dihasilkan akibat terserapnya

beberapa jenis panjang gelombang dari gelombang cahaya putih.

Mineral yang berwarna gelap adalah mineral yang secara merata

dapat menyerap seluruh panjang gelombang pembentuk cahaya

putih.

Warna mineral bergantung pada :

1. Komposisi kimia.

Contoh : warna biru dan hijau pada mineral tembaga sekunder

(mineral azurit dan malakhit).

2. Struktur kristal dan ikatan atom.

Contoh : polimorf dari karbon, yaitu intan (isometrik ; C), tidak

berwarna dan transparan, sedangkan grafit (heksagonal ; C)

berwarna hitam dan opak.

3. Pengotoran pada mineral

Contoh : kalsedon yang berwarna.

Berdasarkan warna, mineral dapat dibagi menjadi 2 golongan

yaitu:

1. Mineral-mineral idiokhromatik :

Mineral yang memperlihatkan warna yang tetap dan

karakteristik.

2. Mineral-mineral alokhromatik :

Mineral yang memperlihatkan warna yang dapat berubah-ubah.

Warna mineral yang berhubungan langsung dengan komposisi

dikarakteristik oleh unsur-unsur Ti, V, Cr, Mn, Fe, Ni, Co, dan Cu.

Ion-ion atau kelompok ion yang dapat menimbulkan warna khas

pada mineral disebut khromofor. Contohnya ion-ion Cu2 yang

terhidrasi, adalah khromofor dalam mineral tembaga sekunder

yang berwarna hijau dan biru ; ion-ion Cr3 adalah khromofor dalam

garnet hijau uvarovit, muskovit hijau, dan zamrud.

Banyak mineral-mineral tak berwarna memperlihatkan warna yang

kuat karena adanya pengotoran, baik oleh ion-ion asing atau

11

Page 12: Petrologi Dan Mineralogi

butiran mineral halus. Contohnya warna pada ametis atau

kecubung kasian, dan kuarsa ros, disebabkan oleh sedikit Ti atau

Mn ; warna merah pada feldspar karena adanya hematit yang

sangat halus di dalamnya.

Ada juga warna mineral yang bersifat pseudokhromatik, yaitu

warna yang bukan warna sebenarnya (warna palsu). Warna yang

timbul karena efek fisik saja. Contohnya warna cemerlang pada

opal, ternyata dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan cahaya

dari lapisan-lapisan yang terdapat di dalam mineral, yang indeks

biasnya berbeda. Selain itu dapat juga karena pemantulan dari

inklusi halus suatu mineral lain (biasanya ilmenit).

Efek fisik lain adalah berubahnya permukaan mineral karena

oksidasi. Semula permukaannya halus, kemudian berubah menjadi

kasar. Contohnya bornit (Cu5FeS4) yang baru dipecahkan akan

berwarna bronz atau perunggu, tetapi kemudian berubah menjadi

violet-ungu karena oksidasi.

Goresan (streak) adalah warna yang muncul pada saat mineral

berupa bubuk halus. Warna ini diperoleh jika mineral digoreskan

pada suatu keping gores porselin (streak plate) berwarna putih

yang permukaannya kasar. Warna hanya diperoleh jika kekerasan

mineral lebih rendah daripada kekerasan keping gores.

Goresan mineral-mineral transparan dan translusen, berwarna

putih; goresan mineral-mineral yang berkilap non-metal dan

berwarna gelap, pada umumnya lebih terang daripada warnanya;

dan goresan mineral-mineral yang berkilap metal, sering lebih

gelap daripada warna mineralnya.

2.3.1.4 Luminesensi (Luminescences)

Luminesensi ialah gejala emisi cahaya yang dihasilkan oleh semua

proses, kecuali pemijaran. Peristiwa ini umumnya karena

penyinaran, biasanya oleh sinar ultraviolet. Fluoresensi adalah

emisi cahaya pada saat yang bersamaan dengan penyinaran.

Gejala ini diperlihatkan oleh fluorit (CaF2). Fosforesensi adalah

12

Page 13: Petrologi Dan Mineralogi

emisi cahaya yang kontinu (terus menerus), walaupun penyinaran

telah dihentikan. Diperlihatkan oleh unsur P.

Sifat luminesensi berguna dalam prospeksi mineral dan mineral

dressing, yaitu untuk mengenal mineral bijih berharga yang bersifat

fluoresensi, seperti wilemit (Zn2SiO4), skhelit (CaWO4), dan

beberapa mineral uranium.

Sifat luminesensi dipakai pula dalam teknik penerangan moderen,

yaitu dengan memakai senyawa anorganik yang bersifat

fluoresensi, seperti CaWO4, CaCO3, dan ZnSiO4. Luminesensi

yang disebabkan peremukan, penggoresan/pencakaran, atau

penggosokan disebut triboluminesensi. Gejala ini diperlihatkan

oleh beberapa varitas sfalerit ((Zn,Fe)S), fluorit dan lepidolit

(KLi2Al(Si4O10)(OH)2).

2.3.2 Kekerasan (Hardness)

Kekerasan mineral adalah daya tahannya terhadap goresan. Untuk

menentukan kekerasan digunakan skala kekerasan relatif yang dibuat oleh

Mohs pada tahun 1822. Skala ini kemudian dikenal sebagai Skala Mohs

(Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Skala Mohs

Skala Kekerasan (H)

Mineral

1 Talk

2 Gipsum

3 Kalsit

4 Fluorit

5 Apatit

6 Ortoklas

7 Kuarsa

8 Topas

9 Korundum

10 Intan

13

Page 14: Petrologi Dan Mineralogi

Kekerasan mineral dapat diukur dengan alat-alat sederhana, seperti:

kuku (H = 2,5), pisau lipat (H = 5,5), kaca jendela (H = 5,0 – 5,5), dan

jarum baja (H = 6,5).

Jika ditinjau hubungannya dengan struktur kristal, maka kekerasan adalah

daya tahan struktur kristal terhadap deformasi mekanik. Hubungan

tersebut dinyatakan sebagai berikut, yaitu kekerasan akan bertambah

besar bila :

1. Atom-atom atau ion-ion semakin kecil.

2. Valensi atau muatan makin besar

3. Densitas paking (packing density) makin besar.

2.3.3 Belahan dan Pecahan (Cleavage and Fracture)

Jika mineral ditekan melampaui daya elastik dan plastisnya, maka mineral

akan pecah. Bila bidang pecahnya teratur dan sejajar dengan bidang

kristalnya, maka mineral dikatakan mempunyai belahan (cleavage). Tetapi

jika bidang pecahnya tak teratur, maka mineral disebut mempunyai

pecahan (fracture). Sifat belahan dinyatakan dalam istilah : sempurna

(perfect), baik (good), jelas (distinct), dan tidak jelas (indistinct).

Belahan sempurna jika bidang belahnya licin berkilau. Mineral yang

berbelahan baik, dapat terbelah dengan mudah melalui bidang belahnya

dan juga memotong bidang belahnya.

Mineral dikatakan berbidang belah jelas, jika pecah pada sepanjang

bidang belah, tetapi dapat pula dengan mudah pecah pada arah-arah yang

lain.

Mineral disebut berbelahan tidak jelas, karena mempunyai kemungkinan

yang sama untuk pecah dan membelah, sehingga sukar membedakan

antara bidang pecah dan bidang belah.

2.3.4 Berat Jenis (density) Berat jenis (BJ atau G) atau densitas (density) mineral terutama ditentukan

oleh struktur kristal dan komposisi kimianya. Berat Jenis (G) dapat berubah

jika suhu dan tekanan berubah, karena kedua faktor itu menyebabkan

mineral memuai, atau mengerut. Oleh karena itu, mineral yang

14

Page 15: Petrologi Dan Mineralogi

berkomposisi kimia dan struktur kristal tertentu, akan mempunyai berat

jenis yang tetap pada suhu dan tekanan yang tertentu pula.

Mineral yang komposisi kimianya sama tetapi berbeda struktur kristalnya,

mempunyai berat jenis yang berbeda. Contohnya berat jenis kristobalit

(SiO2 ; isometrik) = 2,32, sedangkan tridimit (SiO2 ; heksagonal) = 2,26.

Berat jenis dapat pula berbeda pada mineral yang komposisinya

bervariasi, walaupun struktur kristalnya sama. Contoh : berat jenis olivin

((Mg,Fe)2SiO4, ortorombik) berkisar antara 3,22 (untuk Mg2SiO4) – 4,41

(untuk Fe2SiO4). Hal ini disebabkan adanya penggantian atom-atom Mg

yang ringan oleh atom-atom Fe yang lebih berat.

Contoh lain diperlihatkan oleh sekelompok mineral isomorf, seperti pada

kelompok aragonit.

2.3.4.1 Penentuan Berat Jenis mineral Berat Jenis mineral dapat ditentukan melalui 4 cara, yaitu :

1. Dengan sinar x.

2. Berdasarkan Prinsip Archimedes. Rumus yang digunakan

adalah :

G = W1.L/(W1 – W2)

dengan : W1 = berat fragmen di udara,

W2 = berat fragmen dalam cairan,

L = BJ cairan (biasanya air),

G = BJ fragmen.

Agar penentuan BJ langsung dan cepat, digunakan alat

timbangan BJ Kraus-Jolly (Gambar 2.5), atau Timbangan BJ

Berman (Gambar 2.6).

3. Dengan Piknometer.

Rumus :

G = L((W2 – W1)/[(W4 – W1) – (W3 – W2))

dengan : G = BJ fragmen (benda padat),

L = BJ cairan yang dipakai,

W1 = Berat Piknometer kosong,

W2 = Berat Piknometer berisi fragmen,

W3 = Berat Piknometer berisi cairan dan fragmen,

W4 = Berat Piknometer berisi cairan.

15

Page 16: Petrologi Dan Mineralogi

4. Dengan menggunakan cairan berat atau disebut juga metode

suspensi. Dalam metode ini, cairan berat yang biasa dipakai

adalah :

a. Bromoform, CHBr3 ; G = 2,9.

b. Asetilen tetrabromida (tetrabrometan), C2H2Br4 ; G = 2,96.

c. Metilen iodida, CH2I2 ; G = 3,3.

d. Larutan Klerici, yaitu suatu larutan yang terdiri dari larutan

pekat talous malonat dan talous format dalam jumlah yang

sama ; G = 4,2. Untuk mengencerkan larutan organik tersebut

digunakan aseton, sedangkan untuk larutan Klerici dipakai air.

2.3.4.2 Pemisahan Mineral Berdasarkan Perbedaan Berat jenis Pemakaian lain dari cairan berat adalah pemisahan individu atau

kelompok mineral dari suatu campuran mineral. Hal ini penting

dalam petrologi batuan sedimen, karena mineral-mineral yang

berat jenisnya >> daripada berat jenis kuarsa, feldspar, kalsit, dan

dolomit, dapat memberikan keterangan tentang sumber dan

lingkungan pengendapan suatu batuan sedimen.

Pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dipakai

juga dalam ore dressing, yaitu untuk menyiapkan konsentrat

mineral berharga.

Bila dalam suatu sampel terdapat campuran 2 macam mineral

dengan berat jenis yang telah diketahui, maka komposisi mineral

yang terdapat di dalamnya dapat dihitung.

Misalnya dari suatu vein diambil sampel yang terdiri atas x% berat

kuarsa (G = 2,65) dan (100 – x)% berat pirit (G = 5,01) ; BJ sampel

= 3,8. Persentase kuarsa dan pirit dapat dihitung sbb :

M (% Berat) G (berat) V

16

Page 17: Petrologi Dan Mineralogi

M (% berat) G V ----------------------------------------------------------------------------------- Pirit 100 – x 5,01 (100 – x)/5,01 Kuarsa x 2,65 x/2,65 Sampel vein 100 3,8 100/3,8 ----------------------------------------------------------------------------------- (100 – x)/5,01 + (x/2,65) = 100/3,8 ; x = 35,8%

kuarsa = 35,8% dan pirit = 64,2%.

Dengan diketahuinya komposisi kedua mineral, maka komposisi kimia

campuran dapat dihitung. Pirit (FeS2) mengandung Fe = 46,6% ; dan S =

53,4% ; dengan demikian komposisi campuran di atas adalah : SiO2 =

35,8% ; Fe = 30,0% ; dan S = 34,4%.

2.3.5 Sifat Magnet (Magnetic Properties) Hanya beberapa mineral yang bersifat feromagnetik, yaitu mineral-mineral

yang dapat ditarik oleh magnet sederhana. Seperti : magnetit (Fe3O4) ; pirotit

(pyrrhotite, Fe1-nS) ; dan suatu polimorf Fe2O3, yaitu magemit (maghemite).

Magnetit dan magemit dapat juga bersifat magnet alam, yang dikenal dengan

sebutan lodestone.

Berdasarkan sifat magnetnya, maka mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu :

1. Diamagnetit, yaitu mineral-mineral yang ditolak magnet.

2. Paramagnetit, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik oleh suatu magnet.

Mineral yang mengandung besi akan bersifat paramagnetit, tetapi ada juga

mineral yang tidak mengandung besi bersifat paramagnetit, yaitu beril (beryl,

Be3Al2Si6O18).

17

Page 18: Petrologi Dan Mineralogi

Sifat magnet pada mineral dapat digunakan dalam pemisahan mineral, yaitu

memisahkan suatu konsenrasi murni dari campuran mineral-mineral lainnya.

Alat yang digunakan ialah elektromagnet yang menghasilkan medan magnet

berintensitas tinggi. Selain itu, sifat ini dipakai juga dalam eksplorasi geofisika,

yaitu dengan menggunakan magnetometer.

2.3.6 Sifat Listrik (Electrical Properties) Berdasarkan sifat listrik, mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu:

1. Mineral-mineral konduktor, dan

2. Mineral-mineral non-konduktor.

Mineral-mineral konduktor adalah mineral yang berikatan logam, terdiri dari

mineral-mineral nativ dan beberapa sulfida.

Pada beberapa mineral non-konduktor, sifat listriknya dapat dibangkitkan

dengan jalan mengubah temperatur, dan mineral yang seperti ini disebut

mineral piroelektrik (pyroelectric) ; atau dengan mengubah tekanan, dan

mineral yang bersifat seperti ini disebut mineral piezoelektrik (piezoelectric).

Contoh mineral piroelektrik: turmalin (tourmaline), dan mineral piezoelektrik

adalah kuarsa (SiO2).

2.3.7 Sifat Permukaan (Surface Properties) Sifat permukaan mineral yang penting dalam keteknikan ialah wetabilitas

(wettability), yaitu sifat kebasahan relatif permukaan suatu mineral terhadap

air.

Berdasarkan sifat di atas, mineral-mineral dapat dikelompokkan menjadi :

1. Mineral-mineral liofil (lyophile), yaitu mineral-mineral yang mudah dibasahi

air.

2. Mineral-mineral liofob (lyophobe), yaitu mineral-mineral yang sukar dibasahi

air.

18

Page 19: Petrologi Dan Mineralogi

Pada umumnya mineral berikatan ion bersifat liofil, sedangkan yang berikatan

metal, atau kovalen bersifat liofob. Sifat permukaan di atas dipakai dalam

teknik pemisahan mineral bijih, yang dikenal sebagai teknik flotasi (flotation).

Teknik ini digunakan untuk memisahkan mineral-mineral sulfida dari mineral-

mineral geng (gangue), seperti kuarsa, kalsit, dll. Dalam hal ini, mineral sulfida

umumnya bersifat liofob, sedangkan mineral geng bersifat liofil.

2.3.8 Radioakitivitas (Radioactivity) Radioaktivitas mineral berhubungan dengan adanya unsur uranium (U) dan

torium (Th, thorium) dalam mineral tsb. Unsur lain yang dapat memperlihatkan

radioaktivitas suatu mineral adalah kalium (K) dan rubidium (Rb), namun

sangat lemah, sehingga harus diukur dengan alat yang peka.

Atom uranium dan torium pada mineral akan terurai (disintegrasi) secara

spontan dengan kecepatan yang tetap, tanpa dipengaruhi temperatur,

tekanan, atau sifat persenyawaan atom-atom itu. Pada saat disintegrasi,

disertai oleh 3 tipe radiasi, yaitu :

1. Radiasi alfa,

2. Radiasi beta, dan

3. Radiasi sinar gamma.

Radioaktivitas dapat diketahui dari hasil radiasinya terhadap film fotografi,

dengan alat Geiger Counter, atau Scintillometer.

Hasil akhir disintegrasi uranium dan torium adalah timah hitam (timbal, Pb).

Persamaan reaksinya :

U238 Pb206 + 8He4

U235 Pb207 + 7He4

Th232 Pb208 + 6He4

Beberapa mineral radioaktif :

• Autunit, Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O,

• Monasit, (Ce,La,Y,Th)PO4 ,

• Torit, ThSiO4 ,

19

Page 20: Petrologi Dan Mineralogi

• Uraninit, UO2.

2.4 Klasifikasi Mineral Berdasarkan susunan kimia dan struktur kristalnya, mineral-mineral dapat

diklasifikasi menjadi 8 kelas, yaitu :

I. Elemen nativ.

II. Sulfida (termasuk garamsulfo).

III. Oksida dan hidroksida.

IV. Halida.

V. Karbonat, nitrat, borat, dan iodat.

VI. Sulfat, khromat, molibdat, tungstat.

VII. Fosfat, arsenat, vanadat.

VIII. Silikat.

2.4.1 Kelas I, Elemen Nativ Elemen nativ terdiri atas 2 golongan, yaitu :

1. Golongan metal.

2. Golongan semi-metal dan non-metal.

Golongan metal berikatan atom metal, dan golongan semi-metal dan non-

metal berikatan kovalen.

1. Golongan metal :

• Kelompok emas : emas (Au), perak (Ag) dan tembaga (Cu).

• Kelompok platina : platina (Pt), paladium (Pd) dan platiniridium (Pt,Ir).

2. Golongan semi-metal dan non-metal :

• Kelompok arsenik : arsen (As), antimon (Sb), dan besi-nikel (Ni,Fe)

• Kelompok sulfur : sulfur (S)

• Kelompok karbon : intan (C) dan grafit (C).

2.4.2 Kelas II, Sulfida Kelas sulfida sebagian besar bersifat metal. Rumus umumnya : AmXp ; X

adalah atom berukuran besar, yaitu S, atau sedikit lebih kecil, seperti As, Sb,

20

Page 21: Petrologi Dan Mineralogi

Bi, Se, atau Te ; dan A ialah atom-atom metal berukuran kecil, dapat satu atau

lebih. Dalam kelas sulfida termasuk juga mineral-mineral yang dikenal sebagai

garamsulfo. Rumus umumnya : AmBnXp ; A adalah Ag, Cu, atau Pb ; sebagai

B adalah As, Sb, Bi, atau Sn ; dan sebagai X adalah S.

Mineral-mineralnya adalah :

1. Tipe A 2 X

• Kelompok argentit : argentit (Ag2S)

• Kelompok khalkosit : khalkosit (Cu2S)

2. Tipe A3X2

• bornit (Cu5FeS4)

3. Tipe AX

• Kelompok galena : galena (PbS)

• Kelompok sfalerit : sfalerit [(Zn,Fe)S]

• Kelompok khalkopirit : khalkopirit (CuFeS2)

• Kelompok wursit : wursit (ZnS)

• Kelompok nikolit : pirotit (Fe1-xS), nikolit (Ni,As) dan brithauptit

(breithauptite, NiSb).

• Milerit (NiS)

• Pentlandid [(Fe,Ni)9S8]

• Kovelit (CuS)

• Sinabar (HgS)

• Realgar (AsS)

• Orpimen (As2S3 )

• Kelompok stibnit : stibnit (Sb2S3) dan bismutinit (Bi2S3).

4. Tipe AX2

• Kelompok pirit : pirit (FeS2) dan sperilit (PtAs2)

• Kelompok kobaltit : kobaltit (CoAsS)

• Kelompok markasit : markasit (FeS2)

• Kelompok arsenopirit : arsenopirit (FeAsS)

• Molibdenit (MoS2)

• Kelompok krenerit : krenerit [(Au,Ag)Te2], kalaverit (AuTe2) dan silvanit

[(Au,Ag)Te2]

5. Tipe AX 3

21

Page 22: Petrologi Dan Mineralogi

• Seri skuterudit : skuterudit [(Co,Ni)As3], smaltit [(Co,Ni)As3-x] dan

khloantit [(Ni,Co)As3-x]

6. Tipe A3BX3

• Kelompok perak-rubi : pirargirit (Ag3SbS3), proustit (Ag3AsS3)

• Seri tetrahedrit : tetrahedrit [(Cu,Fe)12Sb4S13], tenantit

[(Cu,Fe)12As4S13]

7. Tipe A3BX4

• enargit (Cu3AsS4)

8. Tipe A2BX3

• bournonit (PbCuSbS3)

9. Tipe ABX2

• boulangerit (Pb5Sb4S11).

2.4.3 Kelas III, Oksida dan Hidroksida Mempunyai senyawa yang terdiri atas kombinasi antara kation metal, yang

dapat satu atau lebih, dan oksigen. Dalam beberapa kasus, hidrogen

merupakan kation dan muncul sebagai hidroksil atau sebagai air hidrasi.

Ikatan ionnya bertipe isodesmik.

Mineral-mineralnya adalah :

2.4.3.1 Oksida-oksida 1. Tipe A2X

• kuprit (Cu2O)

2. Tipe AX

• Kelompok periklas : periklas (MgO)

• Kelompok zinkit : zinkit (ZnO)

3. Tipe AB2X4

• Kelompok spinel : spinel (MgAl2O4), magnetit (Fe3O4), franklinit

[(Zn,Mn,Fe)(Fe,Mn)2O4], khromit [(Mg,Fe)Cr2O4]

• Hausmanit (MnMn2O4)

• Khrisoberil (BeAl2O4)

4. Tipe A2X3

22

Page 23: Petrologi Dan Mineralogi

• Kelompok hematit : korundum (Al2O3), hematit (Fe2O3), ilmenit

(FeTiO3) Braunit [(Mn,Si)2O3]

• Seri mikrolit-pirokhlor : [NaCaNb2O6F – (Na,Ca)2Ta2O6 (O,OH,F)]

• Psilomelan [(Ba,H2O)2Mn5)10]

5. Tipe AX2

• Kelompok rutil : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), pirolusit (MnO2), wad,

platnerit (PbO2)

• Anatas (TiO2)

• Brokit (TiO2)

• Tantalit-kolumbit [(Fe,Mn)(Nb,Ta)2O6

• Kelompok uraninit : uraninit (UO2), torianit (ThO2)

2.4.3.2 Hidroksida-hidroksida • Brusit [Mg(OH)2]

• Kelompok lepidokrosit : lepidokrosit [FeO(OH)], buhmit [AlO(OH)],

bauksit, manganit [MnO(OH)]

• Kelompok gutit (goethite) : diaspor (HAlO2), gutit (HFeO2), limonit

• Gibsit [Al(OH)3]

2.4.5 Kelas V, Karbonat, Nitrat dan Borat Dari ketiganya, hanya golongan karbonat yang memiliki penyebaran terluas.

Golongan nitrat tidak begitu banyak terdapat sebagai mineral, dan mudah larut

dalam air.

2.4.5.1 Karbonat Terdiri atas 3 kelompok mineral, yaitu :

1. Kelompok kalsit

Terdiri dari : Kalsit (CaCO3), Magnesit (MgCO3), Siderit (FeCO3),

Rodokhrosit (MnCO3), Smitsonit (ZnCO3).

2. Kelompok dolomit

Terdiri dari : Dolomit [CaMg(CO3)2], Ankerit [CaFe(CO3)2], Kutnahorit

[CaMn(CO3)2].

3. Kelompok aragonit

23

Page 24: Petrologi Dan Mineralogi

Terdiri dari : Aragonit (CaCO3), Witerit (BaCO3), Strontianit (SrCO3),

Serusit (PbCO3).

Dua mineral karbonat yang lain adalah : Malakhit [Cu2(CO3)(OH)2], Azurit

[Cu3(CO3)(OH)2].

2.4.5.2 Nitrat dan Borat Golongan nitrat dan borat terdiri dari :

• Niter-soda atau nitratit (NaNO3)

• Niter (saltpeter, KNO3)

• Kernit (Na2B4O7.4H2O)

• Borax [Na2B4O5(OH)4.8H2O]

• Kolemanit [CaB3O4(OH)3.H2O]

• Ulexit [NaCaB5O6(OH)6.5H2O]

2.4.6 Kelas VI, Sulfat, Khromat, Molibdat, dan Tungstat 1. Golongan sulfat

Terdiri dari :

• Sulfat anhidrat

- Tipe AXO4 : barit (BaSO4), selestit (SrSO4), anglesit (PbSO4), anhidrit

(CaSO4)

• Sulfat hidrat

- Tipe AXO4.xH2O : gipsum (CaSO4.2H2O), khalkantit (CuSO4.5H2O),

melanterit (FeSO4.7H2O), epsomit (MgSO4.7H2O)

• Sulfat anhidrat mengandung hidroksil

- Tipe Am(XO4)pZq : brokhantit [Cu4(SO4)(OH)6], antlerit

[Cu3(SO4)(OH)4]

- Tipe A2(XO4)Zq (Kelompok alunit : alunit [KAl3(SO4)2(OH)6] dan

jarosit [KFe3(SO4)2(OH)6]).

2. Golongan Khromat anhidrat

Krokoit (PbCrO4)

3. Golongan Molibdat dan Tungstat

-Tipe AXO4 : wolframit [(Fe,Mn)WO4], skhelit (CaWO4), dan wulfenit

(PbMoO4).

24

Page 25: Petrologi Dan Mineralogi

2.4.7 Kelas VII, Fosfat, Arsenat dan Vanadat Sebagian besar berupa oxysalt dengan kelompok anion bertipe (XO4)–n ; X

adalah P, As, atau V, dan n = 3.

Mineral-mineralnya adalah :

1. Fosfat normal anhidrat

- Tipe A(XO4) : xenotim (YPO4), monasit [(Ce,La,Y,Th)PO4]

2. Fosfat normal hidrat

- Tipe A3(XO4)2.8H2O: vivianit Fe3(PO4)2.8H2O, eritrit

Co3(AsO4)2.8H2O.

3. Fosfat anhidrat dengan hidroksil atau halogen

- Tipe AB(XO4)Zq : Seri ambligonit : (Li,Na)Al(PO4)(F,OH)

- Tipe A5(XO4)3Zq :

Seri apatit : Ca5(PO4)3(F,Cl,OH):

@ Fluorapatit [Ca5(PO4)3F]

@ Khlorapatit [Ca5(PO4)3Cl]

@ Hidroksilapatit [Ca5(PO4)3(OH)]

@ Apatit-karbonat [Ca10(PO4)6(CO3)H2O]

Seri piromorfit :

@ Piromorfit [Pb5(PO4)3Cl]

@ Mimetit [Pb5(AsO4)3Cl]

@ Vanadinit [Pb5(VO4)3Cl]

4. Fosfat hidrat mengandung hidroksil

Turquois [CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O]

5. Fosfat uranil

Torbernit [Cu(UO2)2(PO4)2.8-12H2O]

Autunit [Ca(UO2)2(PO4)2.10-12H2O]

6. Vanadium oxysalt

Karnotit [K2(UO2)2(VO4)2.3H2O]

Tyuyamunit [Ca(UO2)2(VO4)2.5-8,5H2O]

2.4.8 Kelas VIII, Silikat

25

Page 26: Petrologi Dan Mineralogi

Mineral yang paling banyak jumlahnya, kira-kira sepertiga dari jumlah semua

mineral. Dalam kerakbumi, terdapat ± 95% mineral silikat ; dari jumlah itu,

feldspar ada 60%, kuarsa 12%, dan sisanya mineral silikat yang lain.

2.4.8.1 Struktur dan Klasifikasi Silikat Bentuk umum semua struktur silikat adalah tetrahedra, dengan atom Si

terletak di tengah sebagai inti, yang dikelilingi 4 atom O. Ikatan antara atom

O dan Si sangat kuat, lebih kuat bila dibandingkan dengan ikatan atom O

dan logam.

Ada beberapa tipe silikat yang dibedakan berdasarkan macam hubungan

antara satu tetrahedra SiO dan yang lainnya, sehingga silikat-silikat dapat

diklasifikasi menjadi 6 kelompok, yaitu :

1. Kelompok tetrahedra tunggal.

2. Kelompok tetrahedra ganda.

3. Kelompok struktur cincin/lingkaran.

4. Kelompok struktur rantai.

5. Kelompok sruktur lembar.

6. Kelompok jaringan tiga dimensi.

2.4.8.2 Jenis-jenis Mineral Silikat Berdasarkan tipe-tipe hubungan antar tetrahedra SiO tsb di atas, maka

mineral-mineral silikat dapat dikelompokkan menjadi 6 subkelas, dengan

beberapa jenis mineralnya sbb :

1. Subkelas Tektosilikat

• Kelompok Silika: Kuarsa (SiO2), Tridimit (SiO2), Kristobalit (SiO2), Opal

(SiO2.nH2O)

• Kelompok Feldspar: Sanidin (KAlSi3O8), Ortoklas (KAlSi3O8),

Mikroklin (KAlSi3O8) Seri Plagioklas : Triklin, Albit, Oligoklas, Andesin,

Labradorit, Bytownit, Anortit

• Kelompok Feldspatoid : Leusit (KAlSi2O6), Nefelin (NaAlSi2O4),

Sodalit Na8(AlSiO4)6Cl2, Kankrinit Na8(AlSiO4)6(HCO3)2

26

Page 27: Petrologi Dan Mineralogi

• Kelompok Zeolit : Heulandit (CaAl2Si7O18.6H2O), Stilbit

(CaAl2Si7O18.7H2O), Laumontit (CaAl2Si4O12.4H2O),

Khabasit (CaAl2Si4O12.6H2O), Analsim (NaAlSi2O6.H2O), Natrolit

(Na2Al2Si3O10.2H2O)

2. Subkelas Filosilikat

Kaolinit Al4Si4O10(OH)8

Serpentinit Mg6Si4O10(OH)8

Pirofilit Al2Si4O10(OH)2

Talk Mg3Si4O10(OH)2

Monmorilonit Al2Si4O10(OH)2.xH2O

Vermikulit Mg3Si4O10(OH)2.xH2O

• Kelompok Mika :

Muskovit KAl2(AlSi3O10)(OH)2

Flogopit KMg3(AlSi3O10)(OH)2

Biotit K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2

Lepidolit KLi2Al(Si4O10)(OH)2

Glaukonit K(Fe,Mg,Al)2(Si4O10)(OH)2

Seri Khlorit : (Mg,Fe,Al)6(Al,Si)4O10(OH)2

Apofilit KCa4(Si4O10)2F.8H2O

3. Subkelas Inosilikat

• Kelompok Amfibol :

Seri Antofilit (Mg,Fe)7Si8O22(OH)2

Seri Kumingtonit (Fe,Mg)7Si8O22(OH)2

Seri Tremolit-Aktinolit Ca2(Mg,Fe)Si8O22(OH)2

Seri Hornblenda NaCa2(Mg,Fe,Al)5(Si,Al)8

Seri Amfibol-Alkali Na2(Mg,Fe,Al)5Si8

• Kelompok Piroksen :

Seri Hipersten-enstatit (Mg,Fe)SiO3

Seri Hedenbergit-diopsid Ca(Mg,Fe)Si2O6

Augit Ca(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6

Aegirin NaFeSi2O6

Jadeit NaAlSi2O6

27

Page 28: Petrologi Dan Mineralogi

Spodumen LaAlSi2O6

• Kelompok Piroksenoid :

Wolastonit CaSiO3

Pektolit Ca2NaHSi3O9

Rodonit MnSiO3

4. Subkelas Siklosilikat

Aksinit (Ca,Mn,Fe)3Al2(BO3)Si4

Beril Be3Al2Si6O18

Kordierit (Mg,Fe)2Al4Si5O18

Turmalin Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4

5. Subkelas Sorosilikat

Lawsonit CaAl2Si2O7(OH)2.H2O

Hemimorfit Zn4Si2O7(OH)2.H2O

Idokras Ca10Mg2Al4(Si2O7)2(SiO4)5(OH)4

• Kelompok Epidot :

Zoisit Ca2Al3Si3O12(OH)

Klinozoisit Ca2Al3Si3O12(OH)

Epidot Ca2(Al,Fe)3Si3O12(OH)

Alanit (Ca,R*)2(Al,Fe,Mg)3Si3O12(OH)

6. Subkelas Nesosilikat

Seri Olivin : (Mg,Fe)2SiO4

Wilemit Zn2SiO4

• Kelompok Silikat Aluminium :

Andalusit Al2SiO5

Silimanit Al2SiO5

Kianit Al2SiO5

Staurolit Al4FeSi2O10(OH)2

Topas Al2SiO4(OH,F)2

• Kelompok Garnet :

Almandit Fe3Al2(SiO4)3

Pirop Mg3Al2(SiO4)3

Spesartit Mn3Al2(SiO4)3

Grosularit Ca3Al2(SiO4)3

28

Page 29: Petrologi Dan Mineralogi

Andradit Ca3Fe2(SiO4)

Uvarovit Ca3Cr2(SiO4)3

Zirkon ZrSiO4

Torit (thorite) ThSiO4

Sfen (sphene) CaTiSiO5

Datolit Ca(OH)BSiO4

7. Silikat-silikat Dengan Struktur Tak dikenal

Prehnit CaAl2Si3O10(OH)2

Chrysocolla CuSiO3.2H2O

Dumortierit (Al,Fe)7BSi3O18

29

Page 30: Petrologi Dan Mineralogi

BAB 3 BATUAN BEKU

3.1 Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan cairan silikat pijar

(magma), baik disertai proses kristalisasi atau tidak, yang terjadi dibawah atau diatas

permukaan bumi.

Magma adalah larutan silikat kompleks yang bersuhu tinggi (650-12000C) yang

bersumber dari mantel bumi atau pelelehan batuan yang sudah terbentuk terlebih

dahulu. Komposisi utama magma terdiri dari unsur-unsur O, Si, Al, Fe, Mg, Ca, Na,

K.

3.1.1 Pembekuan Magma Bumi terdiri dari beberapa bagian (gambar 3.1), yaitu :

1. Kerakbumi (lithosphere), kedalaman 0-60 km, terdiri dari:

a. kerak benua (continental crust), ketebalan 20-90 km (rata-rata 35 km)

b. kerak samudera (oceanic crust), ketebalan 10 km

2. Mantel (mantle), kedalam 60-2898 km, terdiri dari:

a. Mantel atas (upper mantle), kedalaman 60-410 km (low velocity layer

pada kedalaman 60-220 km)

b. Zona transisi (transition zone), kedalaman 410-660 km

c. Mantel bawah (lower mantle), kedalaman 660-2898 km

3. Inti bumi (core), kedalaman 2898-6370 km, terdiri dari:

a. Inti luar (outer core), kedalaman 2898-5145 km

b. Inti dalam (inner core), kedalaman 5145-637 km

30

Page 31: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 3.1 Interior bumi (An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology,Prentice Hall, 2001)

Pembekuan magma adalah proses kristalisasi yang akan membentuk mineral

kristal yang bermacam-macam.

3.1.1.1 Differensiasi Magma Differensiasi magma merupakan pemisahan magma homogen dalam fraksi-

fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda.

a. Hasil migrasi ion atau molekul dalam cairan magma akibat perbedaan

temperatur,

b. Perpindahan gas yang membawa volatil ke tempat lain dari magma.

31

Page 32: Petrologi Dan Mineralogi

Kristalisasi beberapa mineral tertentu saling berhubungan sehingga ada

kecenderungan untuk mempertahankan keseimbangan antara fase cair dan

padat.

3.1.1.2 Reaksi Bowen Kristalisasi menurut Bowen dibagi menjadi dua seri yaitu seri continous

(bagian kanan) dan seri discontinous (bagian kiri) (gambar 3.2). Mineral

pada bagian atas merupakan mineral yang terbentuk pertama kali, seiring

penurunan suhu magma akan terbentuk mineral-mineral lain. Pada akhir

kristalisasi terbentuk mineral kuarsa. Resistensi mineral semakin tinggi dari

atas ke bawah. Suhu permukaan bumi yang rendah dan pengaruh eksogen

yang tinggi mengakibatkan mineral yang terbentuk diawal kristalisasi

mengalami pelapukan.

Gambar 3.2 Bowen Reaction Series

3.1.1.3 Asimilasi Magma yang bertemperatur tinggi dapat melarutkan batuan yang berada di

sekitarnya sehingga mempengaruhi komposisi magma.

3.1.1.4 Pencampuran Magma

32

Page 33: Petrologi Dan Mineralogi

Pencampuran dua magma atau lebih dapat terjadi misalnya magma yang

berasal dari mantel dapat bergabung dengan magma dari proses partial

melting batuan kerak benua.

Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok, yaitu :

1. Mineral Utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari

kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup

banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh : olivin, piroksen,

amfibol, biotit, plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa, feldspartoid.

2. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari

kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (<5%) dan tidak

menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit,

hematit, rutil dll

3. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari

mineral-mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrothermal atau

metamorfosa. Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit dll.

3.1.2 Morfologi dan Setting Intrusi batuan beku terbentuk di dalam bumi (dibawah permukaan). Dikelilingi

oleh batuan yang sudah ada (country rock), pembekuannya berlangsung

perlahan-lahan sehingga menghasilkan kristal yang berbutir kasar dan

biasanya mineralnya dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan intrusi

dapat dibedakan berdasarkan bantuk dan ukuran intrusi.

Dykes, intrusi yang berbentuk seperti lembaran vertikal dan tidak sejajar

dengan batuan di sekitarnya. Ukuran yang kecil disebut sebagai vein.

Sills, intrusi yang berbentuk lembaran, horizontal, membentuk sudut kecil

terhadap batuan disekitarnya.

Laccolith, intrusi yang berbentuk seperti lensa, dengan bagian atas

berbentuk cembung dan bagian bawah horizontal, relatif sejajar dengan

batuan sekitarnya.

33

Page 34: Petrologi Dan Mineralogi

Lopolith, intrusi yang berbentuk seperti lensa, dengan bagian atas horizontal

dan bagian bawah berbentuk cekung, relatif sejajar dengan batuan

sekitarnya.

Ring dykes, intrusi yang berbentuk kerucut, sehingga jika dipotong

horizontal akan membentuk seperti lingkaran, jarang dijumpai.

Batholith, intrusi yang sangat besar dan tidak mempunyai bentuk khusus,

letaknya lebih dalam dibandingkan intrusi lainnya.

3.2 Tekstur Batuan Beku Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan

massa gelas yang membentuk massa yang merata dalam batuan. Selama

pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi yang

keduanya tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan

tekanan. Dengan demikian, tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah suatu

pembentukan batuan beku. Dalam hal ini, tekstur tersebut menunjukkan derajat

kristalisasi (degree of crystalinity), ukuran butir (grain size) atau granularitas dan

kemas (fabric) / hubungan antar unsur-unsur tersebut (William, 1982)

Berkaitan dengan tesktur batuan beku, Rosenbusch mengemukakan hukumnya :

1. Jika suatu mineral dilingkupi oleh mineral lain, maka mineral yang melingkupi

lebih muda pembentukannya,

2. Mineral yang terbentuk lebih awal umumnya euhedral atau mendekati euhedral

dibanding yang terbentuk kemudian,

3. Jika kristal besar dan kristal kecil bersama-sama dalam satu batuan, kristal besar

adalah kristal yang terbentuk duluan.

Tentunya dari hukum ini ada pengecualiannya. Proses korosi pada beberapa mineral

akan menjadikan mineral tersebut tidak lagi euhedral sekalipun terbentuk lebih

dahulu. Dengan demikian, pada batuan aplit seringkali memperlihatkan mineral yang

lebih besar dibandingkan batuan Cogenetik yang terbentuk lebih dulu.

3.2.1 Derajat Kristalisasi

34

Page 35: Petrologi Dan Mineralogi

Derajat kristalisasi merupakan kedaan proporsi antara massa kristal dan

messa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :

a. Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal

b. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas

c. Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.

3.2.2 Granularitas Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat

halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi

dapat pula sangat kasar. Pada umumnya, dikenal dua kelompok testur ukuran

butir, yaitu afanitik dan fanerik.

- Afanitik Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,

sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan

tekstur afanitik dapat tersusun oleh massa kristal, massa gelas atau

keduanya. Selain itu, dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin.

Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal dengan

mikroskop, sedangkan apabila tidak dapat dikenal menggunakan

mikroskop disebut kriptokristalin.

- Faneritik Kristal individu yang termasuk kristal faneritik dapat dibedakan menjadi

ukuran-ukuran :

• Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm

• Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm

• Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm

• Sangat kasar, ukuran diameter keristal > 30 mm

3.2.3 Kemas Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu

batuan.

- Bentuk Butir

35

Page 36: Petrologi Dan Mineralogi

Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga macam bentuk butir,

yaitu:

Euhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang

kristal yang sempurna.

Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang sempurna.

Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

bidang kristal yang tidak sempurna.

- Secara tiga dimensi dikenal :

• Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama

panjang.

• Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu

dimensi lain.

• Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

- Relasi

Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu

batuan dari segi ukuran dikenal :

1. Granularitas atau Equigranularitas, apabila mineral mempunyai

ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari :

Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran

seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri

mineral-mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan

mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-

mineral tersebut sempat membentuk kristal secara sempurna.

Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar berukuran relatif

seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau

kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral

terbentuk, maka rongga atau ruang yang tersedia sudah tak memadahi

untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.

Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran

relatif seragam dan anhedral. Bentuk butiran anhedral atau tidak

beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa mineral-mineral

anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses

pembentukan batuan beku.

36

Page 37: Petrologi Dan Mineralogi

2. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak

sama, antara lain terdiri dari :

Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)

tertanam dalam mesadasar yang lebih halus, dapat berupa butiran

kristal halus.

Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masadasar berupa gelas.

3. Testur Khusus, adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan

antara bentuk dan ukuran butiran antara mineral-mineral yang berbeda.

Tetapi testur ini amat sulit untuk diamati secara megaskopis.

Tekstur khusus tersebut terdiri dari :

Diabas, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen,

disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap

piroksen.

Trakhitik, fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masadasar

kristal sendiri yang relatif tampak penjajaran dan isian butir-butir

piroksen, oksida besi dan asesori mineral.

Intergranular, ruang antar kristal-kristal plagiaklas ditempati oleh

kristal-kristal piroksen, olivin atau bijih besi.

3.3 Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Beku Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kadang-kadang satu

batuan pada klasifikasi yang lain penamaannya berlainan pula. Dengan demikian,

seorang petrolog harus benar-benar mengerti dasar penamaan yang diberikan pada

suatu batuan beku (gambar 3.3).

3.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam geologi (C.J. Huges, 1962)

dan dibagi dalam empat golongan, yaitu :

1. Batu beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2.

Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit.

2. Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan tersebut

mengandung 52% - 66% SiO2. Contoh batuan ini Diorit dan Andesit.

37

Page 38: Petrologi Dan Mineralogi

3. Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45% - 52%

SiO2. Contoh batuan ini Gabro dan Basalt.

4. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang

dari 45% SiO2. Contoh batuan tersebut Peridotit dan Dunit.

3.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral

mafik dengan mineral felsik. S.J Shand (1943) membagi empat macam

batuan, yaitu :

1. Leucrocatic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral

mafik.

2. Mesocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% - 60%

mineral mafik.

3. Melanocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 60% - 90%

mineral mafik.

4. Hipermelanoc rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 90%

mineral mafik.

Sedangkan S.J. Elis (1948) membagi batuan beku menjadi empat golongan

tekstur pula, yaitu :

1. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%

2. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.

3. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%-70%

4. Ultramafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%

38

Page 39: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 3.3 Penamaan batuan beku berdasar tekstur dan kehadiran mineral.

3.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat

dibagi menjadi dua, yaitu Batuan beku Volkanik dan Batuan beku Plutonik.

Batuan beku Volkanik adalah batuan beku yang terbentuk diatas atau di dekat

permukaan bumi. Menurut Williams (1983), batuan beku yang berukuran

kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama pada

matriknya. Batuan beku yang mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm

dikelompokkan dalam batuan plutonik, lebih lebih bila berukuran > 5 mm.

Pembagian berdasarkan ukuran kristal saja tidak cukup karena seringkali inti

suatu aliran lava yang tebal mempunyai tekstur fanerik sedang (1-5 mm).

Atau sebaliknya, bagian tepi suatu pluton boleh jadi mempunyai tekstur fanerik

halus atau bahkan afanitik karena pendinginan yang cepat selama kontak

dengan batuan sampingnya. Oleh karena itu, penamaan sekepal batuan

dilaboratorium akan sangat teruntungkan jika didukung dengan data lapangan

atas batuan tersebut.

3.3.3.1 Batuan Volkanik Batuan volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris

dan warna. Fenokris kwarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas

asam dan sedikit biotit umum hadir dalam komposisi asam, seperti dalam

39

Page 40: Petrologi Dan Mineralogi

riolit dan dasit. Jika fenokris kwarsa dan feldspar alkali hadir bersama

plagioklas asam yang melimpah melebihi jumlah feldspar alkali, batuan

tersebut adalah dasit. Sebaliknya bila yang melimpah adalah felspar alkali

dibandingkan plagioklas asam maka batuan tersebut cenderung riolit.

Warna dalam berbagai hal tidak begitu berarti. Banyak dasit dan riolit yang

berwarna abu-abu kehijauan atau agak gelap. Oleh karena itu, warna baru

bermanfaat jika tidak didapati satupun fenokris dalam batuan volkanik

tersebut.

Fenokris hornblende yang melimpah dengan disertai oleh biotit atau

piroksen adalah khas pada andesit. Sungguhpun demikian sering pula

didapati andesit berwarna abu-abu yang mengandung fenokris piroksen

dalam jumlah terbatas. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi

kandungan fluida H2O pada magma saat pembentukkannya. Trakit merupakan batuan berkomposisi menengah yang melihatkan tekstur aliran

dengan melibatkan banyak sanidin didalamnya. Kenampakan penjajaran

mineral pada trakit merupakan gambaran akan aliran tersebut. Tekstur

aliran/trkitik semacam ini dikenal pula dengan istilah pilotaksitik.

40

Gambar 3.4 Klasifikasi Batuan Vulkanik

Page 41: Petrologi Dan Mineralogi

Basalt merupakan batuan volkanik berkomposisi basa yang umumnya

berwarna gelap dengan fenokris olivin dan piroksen yang melimpah. Ada

kalanya basalt tidak berfenokris namun akan terlihat berwarna gelap dan

umumnya vesikuler atau bahkan skoria. Skoria adalah tekstur batuan

volkanik yang sangat vesikuler, namun karena kehadiran skoria khas pada

basalt maka seringkali basalt yang bertekstur skoria disebut dengan skoria saja. Variasi nama dalam komposisi basa menjadi beragam, oleh kehadiran

kandungan mineralnya. Seperti spilit misalnya. Spilit adalah batuan

berkomposisi mineralogi mafik sebagaimana basalt namun sesungguhnya

kandungan An plagioklasnya rendah (oligoklas). Lava basalt berstruktur

bantal yang terbentuk di air laut umumnya adalah spilit. Pengamatan

plagioklas dalam hal ini memerlukan bantuan mikroskop. Basanit dan teprit

adalah kerabat berkomposisi basa yang mengandung felspartoid dan olivin.

3.3.3.2 Batuan Plutonik Setidaknya ada dua peneliti batuan beku yang telah menyusun klasifikasi

dan tatanama batuan plutonik, yaitu Streckeisen (1974) dan William (1954

dan 1983). Williams mambagi batuan plutonik berdasarkan pada indeks

warna (jumlah mineral mafik dalam batuan). Indek warna ± 10% atau

batuan felsik diwakili oleh batuan granodiorit, andesit dan granit. Granit

mempunyai kandungan feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan

plagioklasnya, sebaliknya granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih

dominan. Adamelit merupakan nama batuan felsik yang mempunyai felspar

alkali sebanyak plagioklasnya.

Pada indeks warna 10 – 40% batuan plutonik diwakili oleh diorit, monozonit dan syenit. Kwarsa umumnya hadir dengan jumlah kurang dari 10% pada

kelompok ini. Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memiliki

felspar alkali melebihi plagioklasnya.

Beberapa batuan plutonik mafik dengan indeks warna antara 40 – 70%

adalah gabro, diabas/dolerit. Gabro mempunyai tekstur ofitik sedangkan

diabas bertekstur diabasik atau sub ofitik. Ofitik adalah kenampakan dimana

plagioklas dilingkupi oleh piroksin sedangkan diabasik adalah tumbuh

41

Page 42: Petrologi Dan Mineralogi

bersama antara plagioklas dan piroksen dimana plagioklas memperlihatkan

pertumbuhan yang menyebar.

Batuan Ultra mafik diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70%. Dapat

saja disusun oleh > 90% olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan olivin

dan piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika batuan ultra mafik tersebut

disusun oleh >90% piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika > 90%

berupa hornblende disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah ubahan

secara menyeluruh/ >90% batuan yang kaya akan mineral mafik. Anortosik

adalah batuan ultra basa yang tidak termasuk dalam ultra mafik karena

hampir keseluruhan disusun oleh plagioklas basa, sehingga indeks warna

<10%.

Klasifikasi batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral modal

dikemukkakan oleh the Internasional Union of Geological Sciences (IUGS)

pada 1973 (Streckeisen, 1973; 1978) (gambar 3.4). Berbeda dari Williams,

klasifikasi ini menggunakan mineral modal yang tampak hadir dalam batuan

plutonik terutama mineral felsiknya (mineral yang berwarna terang). Mereka

memperkenalkan dua segitiga klasifikasi dengan ujung Q (kuarsa), A

(Feldspar alkali); P (Plagioklas) dan F(felspartoid). Jika jumlah mineral mafik

dalam batuan >90%, dipergunakan klasifikasi berdasarkan mineral mafiknya

sedangkan jika kandungan mineral mafik < 90%. Dipergunakan segitiga

QAPF tersebut. Pengeplotan kandungan mineral mineral felsik harus

dikalkulasi menjadi 100% (Q+A+P=100% atau A+P+F=100%).

42

Page 43: Petrologi Dan Mineralogi

BAB 4 BATUAN PIROKLASTIK

4.1 Terminologi Batuan piroklastik adalah batuan yang tersusun oleh fragmen hasil erupsi volkanik

secara eksplosif (Williams, Turner, Gilbert, 1954). Menurut Henrich (1959), batuan

piroklastik adalah batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari

lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar,

kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh air,

sedangkan menurut Fisher (1961) & Vide Carozi (1975) batuan piroklastik

merupakan bagian dari batuan volkaniklastik. Menurut Johannsen (1977), batuan

piroklastik adalah batuan yang terdiri dari material detrital/rombakan dari hasil

kegiatan volkanik, ditransport dan diendapkan di danau, darat ataupun laut (gambar

4.1).

Pyroclastic Fall

43

Page 44: Petrologi Dan Mineralogi

Sebaran mengikuti topografi

Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi

Struktur : graded bedding normal dan reverse

Komposisi : pumice, scoria, abu/debu, sedikit lapili

Macam-macam : scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit

Pyroclastic Flow

• Endapan aliran debu dan balok/blok

Terdiri dari lapili vesikuler dan debu

Sorting buruk; butiran menyudut

Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah

Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitik

• Endapan aliran scoria

Didominasi oleh lapili scoria

Komposisi andesitik, basaltik

• Endapan aliran pumice

Komposisi dasitik, riolitik

Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice

44

Page 45: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 4.1 Pengendapan batuan sedimen vulkanik

Pyroclastic Surge

Endapan base surge, berasosiasi dengan endapan jatuhan

Endapan ground surge, berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik

Endapan ash-clouds surge, biasanya di bagian atas endapan aliran piroklastik

45

Page 46: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 4.2 Endapan piroklastik

Batuan piroklastik :

Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan

gunungapi.

Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan

volkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.

Batuan epiklastik :

Batuan hasil rombakan batuan volkanik maupun batuan lainnya.

Terdiri dari material hasil rombakan batuan (kristal, fragmen batuan) dan material

non volkanik.

4.2 Fragmen Piroklastik dan Endapan Fragmen piroklastik (piroklas) : fragmen berasal dari erupsi gunungapi (hasil

langsung proses gunungapi).

Jenis piroklastik berdasarkan terjadinya, antara lain :

juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan

(fragmen gelas, kristal pirojenik)

cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang

sama)

accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi

berbeda)

46

Page 47: Petrologi Dan Mineralogi

Tabel 4.1 Endapan piroklastik berdasar ukuran dan piroklas

ukuran piroklas endapan piroklastik

Tefra (tak terkonsolidasi) Batuan piroklastik (terkonsolidasi)

> 64 mm Bom, blok Lapisan bom / blok

Tefra bom atau blok

Aglomerat, breksi

piroklastik

2 – 64 mm lapili Lapisan lapili atau Tefra lapiliBatulapili (lapillistone)

1/16 – 2 mm Abu/debu

kasar

Abu kasar Tuf kasar

< 1/16 mm Abu/debu

halus

Abu/debu halus tuf halus

Klasifikasi batuan piroklastik

Dasar : ukuran butiran

Penamaan : tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi piroklastik atau breksi volkanik

Untuk batuan berbutir halus (<4mm) : tuf gelas, tuf kristal, tuf litik

Hal – hal yang perlu dideskripsi dalam batuan piroklastik

Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif

Besar butir, deskripsikan menggunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik

Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik :

- Kristal, fragmen kristal

- Fragmen litik : volkanik atau non volkanik, polimik atau monomik

- Pumice atau scoria

- Shards, lapili akresionari, vitriklas

- Semen : siliseous, karbonat atau zeolit.

Litofasies :

- Masif (tidak berlapis) atau berlapis

- Berlapis : Laminasi : < 1cm

Berlapis sangat tipis : 1 – 3cm

Berlapis tipis : 3 – 10cm

47

Page 48: Petrologi Dan Mineralogi

Berlapis sedang : 10 – 30cm

Berlapis tebal : 30 -100cm

Berlapis sangat tebal : > 100cm

- Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi :

normal ; reverse ; normal-reverse ; reverse-normal

- Kemas : clast-supported atau matrix-supported,

terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk

- Kekar : blocky, prismatik, columnar, platy

- Ketebalan lateral rata atau tidak rata

- Secara lateral menerus atau tidak menerus

- Cross-bedded, cross-laminated

Alterasi :

- Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, feldspar, hematit

- Distribusi

Lahar :

• Endapan aliran piroklastik dengan media air (di sungai, akibat air hujan dll)

• Sortasi buruk

• Berhubungan langsung dengan erupsi langsung maupun tidak langsung

• Sama sekali tidak ada kaitannya dengan erupsi gunungapi; mobilitas dari

endapan tefra pada lereng tak stabil), contoh : akibat gempa bumi

Epiklastik/epiclast : material hasil rombakan batuan terdahulu

Batuan epiklastik : batuan yang terdiri dari material hasil rombakan batuan

terdahulu (termasuk batuan volkanik), contoh : batupasir volkanik

Batuan piroklastik :

• Piroklas : pecahan hasil letusan gunungapi

• Definisi : batuan terdiri dari piroklas

• Contoh : tuf, breksi piroklastik

Batuan sedimen tufan

• Batuan sedimen yang mengandung campuran piroklas

• Contoh : batupasir tufan (butiran pasir mencapai 90%, pecahan gelas 10%)

Tuf pasiran :

• Batuan piroklastik yang mengandung campuran epiklas

48

Page 49: Petrologi Dan Mineralogi

• Contoh : material piroklas mencapai 90%, material pasir hasil rombakan

batuan terdahulu mencapai 10%

Batuan volkaniklastik : batuan terdiri dari material volkanik; kemungkinan material

volkanik hasil rombakan (epiklas), hasil letusan langsung (piroklas)

BAB 5 BATUAN SEDIMEN

Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang terbentuk

akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil

kegiatan organisme. Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat

luas dengan ketebalan dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.

Demikian juga ukuran butirnya, dari sangat halus hingga sangat kasar. Dimuka bumi

ini dibandingkan batuan beku, batuan endapan/sedimen sangatlah sedikit, + 5 %

volume, sungguhpun demikian penyebaran dimuka bumi menempati lebih dari 65 %

luasan. Oleh karena itu, batuan endapan merupakan lapisan tipis di kulit bumi.

Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah hadirnya

perlapisan, struktur internal dan eksternal lapisan, terdiri dari rombakan-rombakan

yang tentunya lebih banyak tidak kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi.

Adakalanya batuan sedimen memperlihatkan kristalin, karena sebenarnya adalah

sedimen non klastik yang disusun oleh monomineral seperti rijang, kalsit, gipsum, dll.

49

Page 50: Petrologi Dan Mineralogi

Dengan menggunakan diagram alir sebagaimana dicantumkan pada Bab I, akan

mudah dikenali batuan baik yang klastik maupun non klastiknya.

Pelapukan Mekanis Pelapukan mekanis sangat dipengaruhi perbedaan suhu, makhluk hidup, dan hasil

pelapukannya sendiri. Perbedaan suhu maksimum dan suhu minimum yang besar

dalam jangka waktu tertentu menyebabkan ikatan antara mineral dalam batuan

semakin lemah. Akar tumbuhan yang berkembang dapat menyebabkan batuan retak

atau pecah.

Pelapukan Kimia Pelapukan kimia dipengaruhi oleh kandungan unsur atau senyawa yang ada dalam

lingkungan disekitar batuan dan komposisi batuan itu sendiri.

a. Proses oksidasi, adalah proses pengikatan oksigen udara atau air oleh mineral

dalam batuan.

b. Proses hidrasi/dehidrasi, adalah penambahan atau pengurangan molekul air oleh

mineral dalam batuan.

c. Proses karbonasi, adalah proses yang menyebabkan terbentuknya senyawa

karbonat

d. Eksfoliasi, adalah pelapukan yang terjadi pada batuan yang kaya mengandung

feldspar, biasa disebut pelapukan membola.

Komposisi sedimen Fragmen mineral/batuan hasil rombakan (terigen)

Material hasil proses kimiawi (material autogenik) : karbonat, fosfat dll

Material allochem (rombakan hasil presipitasi terdahulu) : fosil, material organic

Mineral-mineral dalam batuan sedimen

• Mineral Autogenik, terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan

seperti gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit, glaukonit

• Mineral Allogenik, terbentuk di luar daerah sedimentasi, telah mengalami

transportasi dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi, harus tahan

pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama transportasi sampai

pengendapan

50

Page 51: Petrologi Dan Mineralogi

Hal-hal yang mempengaruhi pembentukkan batuan sedimen

• Litologi batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa, batuan

piroklastik)

• Stabilitas dari mineral-mineral yang ada

• Kecepatan erosi, banyaknya mineral sedimen yang dapat ditransport turut

menentukan berapa banyak material yang dapat/akan diendapkan

Transportasi pada pembentukan batuan sedimen menghasilkan sorting/pemilahan

dan “roundness/kebundaran”

5.1 Pembagian Batuan Sedimen Berdasarkan Tekstur

5.1.1 Batuan Sedimen Bertekstur Klastik Batuan sedimen klastik terbentuk dari pengendapan kembali rombakan atau

pecahan batuan asal, baik yang berasal dari batuan beku, batuan

ubahan/metamorfik ataupun batuan sedimen sendiri yang lebih tua.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis

(disintegration) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan

tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan

berlangsung, sedimen mengalami diagenesa, yakni proses-proses yang

berlangsung pada temperatur rendah didalam suatu sedimen manjadi batuan

keras.

Batuan sedimen klastik terdiri dari material detritus (hasil rombakan : pecahan)

yang memperlihatkan tekstur klastik (butiran berukuran lempung sampai

bongkah) dan berbagai struktur sedimen. Proses yang berpengaruh adalah

pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi. Dari data-data tersebut, dapat

dipelajari tentang sumber material (provenance), lingkungan

pengendapan/fasies, diagenesa. Besar butir (grain size) merupakan unsur

utama dari tekstur klastik yang berhubungan dengan tingkat energi pada saat

transportasi dan pengendapan.

Tabel 5.1 Besar butir menggunakan skala Wentworth

Ukuran besar Butir Nama besar butir

51

Page 52: Petrologi Dan Mineralogi

> 256 Boulder/bongkah

64 – 256 Couble/berangkal

4 – 64 Pebble/kerakal

2 – 4 Granule/kerikil

1 – 2 Very coarse sand/pasir sangat

kasar

½ - 1 Coarse sand/pasir kasar

¼ - ½ Medium sand/pasir sedang

1/8 – ¼ Fine sand/pasir halus

1/16 – 1/8 Very fine sand/pasir sangat halus

1/256 – 1/16 Silt/lanau

< 1/256 Clay/lempung

Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik :

• Butiran (grain) : butiran klastik (yang tertransport) disebut sebagai fragmen

• Matriks (matrix) : lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-

sama dengan fragmen

• Semen (cement) : berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matriks,

diendapkan setelah fragmen dan matriks

• Pemilahan/sorting : derajat kesamaan atau keseragaman antar butir

• Kebundaran/roundness, menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut

butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi,

Merupakan sifat permukaan dari butiran, disebabkan oleh pengaruh

transport terhadap butiran

• Kemas/fabric, merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi

orientasi butir dan packing, secara umum dapat memberikan gambaran

tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan

permeabilitas batuan, terdiri dari terbuka (kontak antar butiran tidak

bersentuhan) dan tertutup (kontak antar butiran bersentuhan)

52

Page 53: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 5.1 Derajad kebundaran

Hal-hal lain yang perlu dideskripsi

• Pencampuran batuan :

- Karbonatan : bila pencampurnya material karbonat

- Karbonan : bila pencampurnya karbon

• Fragmen pembentuk batuan : kuarsa, feldspar (k-feldspar dan plagioklas),

fragmen batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf, batuan

piroklastik)

• Semen dan matriks :

- semen karbonat, silika, oksida besi, anhidrit, glaukonit

- matriks pasir, lanau, lempung

• Warna/kilap : deskripsikan warna batuan yang representatif (misalnya abu-

abu dengan garis-garis hitam, abu-abu, hitam mengkilat, dll)

• Mineral sedikit glaukonit, pirit, hematit, piroksen, olivin, biotit, muskovit,

karbon, dll.

• Kandungan fosil (bila ada dan sebutkan jenisnya, misalnya foraminifera,

moluska, dll)

• Struktur sedimen yang ada perlapisan, graded bedding, laminasi sejajar,

dll

53

Page 54: Petrologi Dan Mineralogi

• Porositas : - baik : bila menyerap air

- buruk : bila tidak menyerap air

- sedang : antara porositas baik dan buruk

• Kekompakan : mudah diremas, getas, kompak, lunak, padat, keras, dll

(deskripsikan kekompakan yang representatif)

Batuan asal batupasir

• Batupasir silisiklastik (butiran terigen)

- Batupasir epiklastik : endapan yang berasal dari rombakan batuan

terdahulu akibat pelapukan dan erosi, termasuk batuan volkanik dan

non-volkanik

- Batupasir vokaniklastik : terdiri dari material volkanik (hasil rombakan

maupun yang tidak), termasuk endapan piroklastik dan endapan

epiklastik

• Batupasir non-silisiklastik (butiran karbonat dan evaporit)

Klasifikasi batupasir

• Parameter : butiran (stabil dan tidak stabil) : kuarsa, feldspar, fragmen litik

• Matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)

• Kehadiran matriks lempung :

- Arenit (matriks < 15%)

- Wacke (matriks > 15%)

• Pembagian secara umum (Gilbert, 1982), dan (Folk, 1974) : batupasir

kuarsa, batupasir arkose, batupasir litik, batupasir greywacke

54

Page 55: Petrologi Dan Mineralogi

Gambar 5.2 Klasifikasi batuan sedimen silisiklastik berdasar komposisinya (adaptasi dari Pettijohn et

al. (1987)

Konglomerat dan Breksi

• Kenampakan yang penting untuk mendeskripsi batuan ini adalah jenis

klastik yang hadir dan tekstur batuan tersebut

• Berdasarkan asal usul klastik penyusun konglomerat dan breksi :

- Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan,

banyak fragmen mudrock atau batugamping mikritik yang dilepaskan

oleh erosi atau pengawetan sepanjang garis pantai

- Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan

lebih tua daripada sedimen yang melingkupi cekungan tersebut

• Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik

a. Konglomerat polimiktik : terdiri dari bermacam-macam jenis klastik yang

berbeda

b. Konglomerat monomik/oligomiktik : terdiri dari satu jenis klastik

• Untuk interpretasi mekanisme pengendapan konglomerat harus dideskripsi

teksturnya (apakah teksturnya clast-supported conglomerates atau matrix-

55

Page 56: Petrologi Dan Mineralogi

supported conglomerates), bentuk, ukuran dan orientasi fragmen batuan,

ketebalan dan geometri lapisan dan struktur sedimen

• Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial,

aluvial fan dan braided stream. Konglomerat yang re-sedimen diendapkan

dalam lingkungan deep water biasanya berasosiasi dengan turbidit.

Mudrock

• Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun

terutama oleh partikel berukuran lanau – lempung, mineral lain mungkin

juga hadir

• Mudrock diendapkan terutama dalam lingkungan river floodplain, lake, low

energy shoreline, delta, outer marine shelf dan deep ocean basin

5.1.1.1 Proses Pembentukan Batuan Sedimen Batuan sumber (provenance) mengalami pelapukan dapat berupa

pelapukan kimiawi (dekomposisi), mekanis (disintegrasi) mencakup abrasi.

Hasil pelapukan mengalami proses tertransportasi kemudian terendapkan.

Sedimen yang terendapkan dapat mengalami proses diagenesis.

5.1.1.2 Tipe Diagenesis • Kompaksi sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat

tekanan dari berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang

dan hubungan antar yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

• Sementasi

Yaitu turunnya material-material diruang antar butir sedimen dan secara

kimiawi mengikat butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi

makin efektif bila derajad kelurusan larutan (permeabilitas relatif) pada

ruang antar butir makin besar.

56

Page 57: Petrologi Dan Mineralogi

• Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang

berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh

sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan

batuan karbonat.

• Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik sehingga

adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen.

Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut karbonat,

silika, klorit, illite, gipsum dan lain-lain.

• Metasomatisme

Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa

pengurangan volume asal.

Contohnya dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan

karbonat atau fosil.

5.1.1.3 Tahapan Diagenesis • Eogenesis : fase sedimentasi hingga pembebanan di dekat permukaan

atau di permukaan bumi

• Mesogenesis : fase pembebanan (midle-stage diagenesis) fase

pembebanan lanjut – sesudah pembebanan

• Telogenesis : fase akhir diagenesis (late stage diagenesis) ; terjadi

setelah pengangkatan

5.1.2 Batuan Sedimen Non Klastik Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil

kegiatan organisme. Reaksi kima yang dimaksud adalah kristalisasi langsung

atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari

agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement) Lihat juga klasifikasi

Pettijohn (1975) dan Folk (1954) Shepard (1954).

5.1.2.1 Petrogenesa Umumnya terdiri dari mineral autogenik. Pada P dan T tertentu seringkali

memperlihatkan gejala diagenesa, akibatnya porositas batuan menjadi

57

Page 58: Petrologi Dan Mineralogi

sangat rendah atau hilang. Porositas primer rendah dan memperlihatkan

tekstur mozaik (contohnya batugamping). Kadang-kadang terdapat butiran

yang amorf (seperti kalsedon & opal) sebagai semen.

Tabel 5.2 Besar butiran/kristal batuan sedimen non klastik (kristal)

Ukuran besar butir (mm) Nama besar butir

1 – 2 Very coarsely crystalline

0.5 – 1 Coarsely crystalline

0.25 – 0.5 Medium crystalline

0.125 – 0.25 Finely crystalline

0.063 – 0.125 Very finely crystalline

0.004 – 0.063 Microcrystalline

< 0.004 Cryptocrystalline

5.1.3 Batuan Evaporit • Struktur umum : laminasi

• Macam-macam : halit, gipsum, anhidrit

• Gipsum (CaSO4.2H2O), paling tidak mudah larut di kelompoknya,

kenampakan berupa laminasi, chicken-wire/chicken-wire nodules (bentuk

melensa agregat kristal anhidrit lebih kasar tertanam di dalam masadasar

anhidrit berukuran sangat halus)

Rijang berlapis

• Tebal beberapa cm – 1 meter

• Komposisi : kuarsa mikrokristalin 100%

• Warna putih, putih kemerahan (ada pengotoran hematit), hijau (klorit/illit),

hitam (mangan, organik)

• Bagian atas perlapisan : rata (smooth) atau bergelombang

• Perlapisan silang siur, ripple-mark

58

Page 59: Petrologi Dan Mineralogi

• Asosiasi sedimen dapat berupa interbedded rijang dengan serpih silikaan

hijau/berwarna gelap (mengandung pirit) atau interbedded rijang dengan

batugamping mikrit (bioklastik) dan batupasir sangat halus

Bedded Phosphate Rocks

• Batuan sedimen dengan komposisi fosfat ≥ 20% (batuan sedimen rata-rata

< 0.17%)

• Mineral apatit

• Tebal : 1mm – beberapa cm

• Interbedded dengan karbonat, rijang (dark colored-chert), batulumpur

karbonan

• Kegunaan :pupuk, mineral jarang/industri (V, REE, by product U)

• Hadir berupa nodul, pellet, lainnya : bioklastik (brachiopoda, ikan)

Bedded Iron Deposits

• Kandungan besi mencapai 15% atau lebih (FeO dan Fe2O3); lebih banyak

dibanding dengan batulumpur (besi 4.8% ; batupasir 2.4% ; batugamping

0.4%)

• Oolitic iron formation, lingkungan laut dangkal, intinya fosil/mineral, bagian

luar hematit atau semen karbonat

• Banded iron formation, biasa disebut banded cherty iron formation, dimensi

berkisar panjang ratusan – ribuan km. lebar beberapa ratus km, tebal

mencapai 600m. Hematit, kadang-kadang magnetit, greenalit

(FeSiO3.NH2O), siderit, dll, dapat juga berupa laminasi besi dengan rijang

atau karbonat

5.1.4 Batuan Karbonat (Batugamping dan Dolomit) Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat,

dalam prakteknya terutama berupa batugamping dan dolomit.

5.1.4.1 Komponen Pembentuk Batuan Karbonat a. Butiran karbonat (allochems) :

59

Page 60: Petrologi Dan Mineralogi

• Butiran skeletal : fragmen bagian yang keras dari organisme yang

calcareous dan cangkang yang tidak pecah seperti moluska,

echinoid, ostrakoda dan foraminifera

• Ooid : berbentuk speroidal, butiran berukuran pasir terdiri dari korteks

(kulit luar) aragonit atau kalsit yang dibentuk oleh akresi kimia di

sekitar inti partikel

• Pellet : berbentuk spheroidal atau elipsoid, berukuran pasir, terdiri

dari mikrit, tidak mempunyai struktur dalam

• Litoklas : fragmen batuan karbonat

• Intraklas : fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal

(berasal dari cekungan yang sama)

• Ekstraklas : fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau

berasal dari cekungan yang berbeda

b. Matriks lumpur karbonat (mikrit) : agregat (kumpulan) kalsit

mikrogranular

c. Semen spar : kalsit granular yang terekristalisasi dalam ruang kosong

dalam endapan karbonat atau batugamping, terutama dalam ruang

kosong antar butir dan dalam rongga fosil

5.1.4.2 Komposisi Kimia/Mineral • Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air laut,

bentuk serabut, tidak stabil

• Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur yang

baik/spar, kalsit bila diberi alizarin red menjadi merah

• Dolomit CaMg(CO3)2 : berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi dengan

alizarin red, kebanyakan hasil dolomitisasi dari kalsit

• High Magnesium Calcite : larutan padat MgCO3 dalam kalsit

• Siderit FeCO3

5.1.4.3 Tekstur Batuan Karbonat • Tekstur primer, menyangkut :

- Kerangka organik (organic framework texture)

- Klastik (clastic texture)

60

Page 61: Petrologi Dan Mineralogi

- Masadasar (matrix texture)

• Tekstur sekunder/tekstur diagenesa, menyangkut kehabluran/crystalinity

yang diperlihatkan oleh :

- Semen yang mengisi rongga-rongga antar butir

- Rekristalisasi sebagian atau seluruh masadasar maupun kerangka /

butiran

5.1.4.4 Diagenesis Batuan Karbonat • Proses-proses : sementasi, mikritisasi (oleh organik), neomorfisme,

disolusi, kompaksi, dolomitisasi, neomorfisme (proses penggantian

mineral yang sejenis (polimorf) ; biasanya lebih kasar)

• Mineralogi : aragonit, kalsit, dolomit (karbonat), lain-lain (kuarsa,

feldspar, mineral lempung, fosfat, oksida besi, sulfida, evaporit)

• 3 lingkungan diagenesis utama :

• Sementasi : isopachous, gravity (stalactitic) & meniscus, fibrous,

syntaxial (semen spar kalsit melingkupi butiran dan optis kontinu),

equent spar – drusty mosaic, poikilotopic (seperti syntaxial, tetapi tidak

optis kontinu)

5.2 Struktur Batuan Sedimen Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi

pembentukkannya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan

maupun segera setelah proses pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964;

Koesoemadinata, 1981). Dengan kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan

batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan

di lapangan (Pettijohn, 1975).

Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokkan menjadi

tiga macam, yaitu :

1. Struktur sedimen primer

61

Page 62: Petrologi Dan Mineralogi

Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat merefleksikan

mekanisasi pengendapannya, antara lain perlapisan, gelembur gelombang,

perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain.

2. Struktur sedimen sekunder

Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Struktur

ini juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan, misalnya keadaan

dasar, lereng dan lingkungan organisasinya, antara lain cetak beban, rekah kerut,

jejak binatang dan lain-lain.

3. Struktur organik

Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau

binatang lainnya, antara lain kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.

Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari

contoh-contoh batuan di laboratorium. Macam-macam struktur batuan sedimen yang

penting adalah struktur perlapisan, dimana struktur ini merupakan sifat utama dari

batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari

proses pengendapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :

- Adanya perbedaan warna mineral

- Adanya perbedaan ukuran besar butir

- Adanya perbedaan komposisi mineral

- Adanya perbedaan macam batuan

- Adanya perbedaan struktur sedimen

- Adanya perbedaan kekompakan

5.2.1 Perlapisan Macam-macam perlapisan :

- Masif

Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijohn & Potter, 1964) atau

ketebalan lebih dari 120 cm (Mc.Kee & Weir, 1953).

- Perlapisan sejajar

62

Page 63: Petrologi Dan Mineralogi

Bila bidang perlapisan saling sejajar.

- Laminasi

Perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari 1 cm yang

terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

- Perlapisan pilihan

Bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar

pada arah vertikal yang terbentuk dari arus pekat.

- Perlapisan silang siur

Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di

atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi yang terbentuk akibat

intensitas arus yang berubah-ubah.

5.2.1.1 Struktur Pada Bidang Perlapisan Terbentuknya dapat diakibatkan oleh penggerusan, pembebanan atau

penguapan. Macam-macam struktur pada bidang perlapisan, yaitu :

- Gelembur gelombang

Terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin.

- Rekah kerut

Rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses

penguapan.

- Cetak suling

Cetakan sebagai akibat penggerusan media terhadap batuan dasar.

- Cetak beban

Cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.

- Bekas jejak organisme

Bekas rayapan, rangka, maupun tempat berhenti binatang.

5.2.1.2 Struktur Batuan Sedimen Non Klastik yang Terbentuk Dari

Proses Reaksi Kimia dan Kegiatan Organik • Fosilliferous

Struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil

(sedimen organik).

• Oolitik

63

Page 64: Petrologi Dan Mineralogi

Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non

klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm.

• Pisolitik

Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm.

• Konkresi

Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak

menunjukkan adanya sifat konsentris.

• Cone in cone

Struktur pada batu gamping kristalin yang menunjukkan pertumbuhan

kerucut pe rkerucut.

• Bioherm

Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu.

• Biostrom

Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan

struktur luar yang hanya tampak dilapangan.

• Septaria

Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempungan. Ciri khasnya

adanya rekahan-rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan-

bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian

celah-celah yang terbentuk terisi oleh kristal-kristal karbonat yang kasar.

• Geode

Banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi

oleh kristal-kristal yang tumbuh kearah pusat rongga tersebut. Kristal bisa

kalsit ataupun kuarsa.

• Stylolit

Kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.

BAB 6 BATUAN METAMORF

64

Page 65: Petrologi Dan Mineralogi

Batuan metamorfosa adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan

tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan

baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fase cair

(dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara 200-800°C.

Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa :

• Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukkannya

• Asosiasi mineral

6.1 Tipe-Tipe Metamorfosa

• Metamorfosa termal/kontak, terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T)

• Metamorfosa regional/dinamo termal, terjadi akibat perubahan (kenaikan)

tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama

• Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi, terjadi akibat sesar yang

menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal),

milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi

• Metamorfosa burial, terjadi akibat pembebanan

• Metamorfosa lantai samudra, terjadi akibat pembukaan lantai samudra (oceanic

floor spreading) di punggungan tengah samudra, tempat dimana lempeng

(litosfer) terbentuk

Struktur Batuan Metamorfosa 1. Struktur Foliasi (Schistosity)

• Slaty cleavage

• Filitik

• Schistose

• Gneisose

• Milonitik

• Filonitik

2. Struktur non Foliasi

• Granulose

• Hornfelsik

65

Page 66: Petrologi Dan Mineralogi

Tekstur Batuan Metamorfosa (tekstur kristaloblastik)

• Lepidoblastik

• Nematoblastik

• Granoblastik

• Homeoblastik

• Heteroblastik

Tekstur khas lainnya

• Tekstur relic (sisa)

• Tekstur kristaloblastik

Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa

• Idioblastik

• Hypidioblastik

• Xenoblastik/alotrioblastik

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal

• Batuan metamorf pelitik

• Batuan metamorf kuarsa-feldspatik

• Batuan metamorf karbonatan

• Batuan metamorf basa

• Batuan metamorf ultra basa

Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineralogi Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan

metamorf, secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan

mencerminkan tekstur, misalnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada

batuannya.

Macam-macam batuan Metamorf

• Batusabak

• Filit

66

Page 67: Petrologi Dan Mineralogi

• Sekis

• Genes

• Migmatit

• Milonit

• Filonit

• Kuarsit

• Serpentinit

• Amfibolit

• Granulit

• Eklogit

• Marmer

• Hornsfels

DAFTAR PUSTAKA

Guilbert, J.M & Park Jr., C.F, 1986: The geology of ore deposit

Hamblin, K.W., 1992: Earth’s Dynamic Systems

Herman, D., and Sidi, H.F., 2000: An outline of The Geology of Indonesia Jensen, M.L. & Bateman, A.M., 1981: Economic Mineral Deposits

67

Page 68: Petrologi Dan Mineralogi

__________, 1989 : Ore Deposition Associated with Magmas, Reviews in

economic geology Vol 4

Park Jr., C.F & MacDiarmid, R.A., 1970 : Ore Deposits

_________, 2000, Buku Panduan Praktikum PETROLOGI 2000, Laboratorium

Petrologi, Jurusan Teknik Geologi – FTM, Universitas Pembangunan

Nasional, Yogyakarta.

_________, 2000, Buku Penuntun GEOLOGI FISIK 2000, Laboratorium Geologi

Dinamis,Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral.

Universitas Pembangunan Nasional.

68