bab ii petrologi
DESCRIPTION
123TRANSCRIPT
BAB II
BATUAN BEKU
2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku
Batuan beku adalah yang terjadi akibat pembekuan larutan silika cair dan pijar,
yang kita kenal dengan nama Magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa
kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku
dapat dibagi atas :
Batuan Ekstrusi, terdiri dari semua material yang dikeluarkan
kepermukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut material
ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang
kental dan panas yang disebut lava. Magma yang mencapai permukaan bumi
melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin
dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. Keluarnya magma
dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear, pada umumnya
magma basaltic yang viskositasnya rendah, sehingga dapat mengalir disekitar
rekahan, menjadi hamparan lava basalt plateau basalt. Sedangkan yang keluar
melalui lubang kepundan dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir
melalui lereng, sebagai aliran lava atau tersembur ke atas bersama gas-gas
sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam berbagai
bentuk dan jenis tergantung dari komposisi magmanya dan tempat atau
lingkungannya dimana pembekuan terjadi, apabila membeku dalam permukaan
air terbentuklah lava bantal, sesuai dengan namanya bentuknya mirip dengan
bantal.
4
Batuan Intrusi, proses batuan ini sangat berbeda dengan kegiatan batuan
ekstrusi, dimana batuan ini sifatnya menerobos lapisan batuan yang sebelumnya
telah terbentuk magma yang membeku dibawah permukaan, pendinginannya
sangat lamban (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan munculnya kristal
yang besar dan sempurna menjadi tubuh batuan intrusive. Tubuh batuan beku
dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, karena magma dapat
menguak batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan. Tiga prinsip dari
tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
- Bentuk yang tidak beraturan pada umunya berbentuk diskordan dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas di permukaan (batholit dan stock).
- Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang
mempunyai bentuk diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (silt dan
lakolit).
- Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas
dari grup ini adalah intrusi silinder atau pipa, sebagian besar sisa dari korok
gunung api.
2.1.1. Pengertian Magma
Cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara ilmiah, bersifat mobile,
bersuhu antara 9000-12000 atau lebih berasal dari kerak bumi bagian bawah atau
selubung bumi bagian atas (Vide F.F. Grouts, 1947; Turner dan Verhoogen,
1960;H.William, 1962)
Komposisi kimia magma hasil analisa kimia dari sample batuan beku:
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur oksida
dalam magma jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma sehingga
merupakan mayor elemen, terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO,
CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma terdiri dari
fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor elemen
seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, Cr, S dan Pb.
Bunsen 1951, vide W.T. Huang 1962, mempunyai pendapat ada dua jenis magma
primer yaitu basaltic dan granitic, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua
magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dailly Winkler, 1933, Vide W.T. Huang 1962, berpendapat lain yaitu magma asli
(primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi
magmatik akan menjadi magma bersifat lain.
Magma basa bersifat lebih encer (vikositas rendah), kandungan unsur kimia berat,
kadar H+, OH- dan gas tinggi. Sedangkan magma asam adalah sebaliknya.
2.1.2. Evolusi Magma
Genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari tiga segi :
1. Faktor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan yang bergenerasi
didalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.
2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik kepermukaan.
3. Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
Magma yang berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses sebagai berikut :
- Hibridasi : pembentukan magma baru karena percampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
- Sinteksis : pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping.
- Anateksis : proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat dalam.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi
magmatik.
Differensiasi magmatik meliputi semua proses yang mengubah magma dari
keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan
komposisi yang berfariasi.
Proses-proses diffrensiasi magma meliputi :
- Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi
berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tidak
dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan magma baru ini terjadi terutama
karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba,
Proses fragsinasi ini merupakan proses diffrensiasi yang paling utama.
- Crystal Setting atau gravitational adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari
kristal–kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar
waduk, disini mineral silikat berat akan terletak dibawah mineral silikat ringan.
- Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing membentuk bahan yang heterogen.
- Crystal Flotation adalah pengambangan mineral ringan dari sodium dan pottasium
yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
- Vesculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti
CO2 ,SO2 ,S
- O2 dan H2O sewaktu naik ke permukaan membentuk gelembung gas dan membawa
serta komponen volatil sodium Na dan potasium K.
- Disfussion ialah bercampurnya batuan batuan dinding dengan magma dalam waduk
magma scara lateral.
Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan
sekitarnya.
Jika magma yang menerobos kepermukaan temperaturnya lebih tinggi dari pada
temperatur batuan sekitarnya tersebut hingga mempengaruhi komposisi magma
tersebut. Hal ini sering terjadi terutama pada magma plutonik karena letaknya yang jauh
dari permukaan bumi.
Maksudnya adalah dua batuan yang terbentuknya berbeda seperti batuan
vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapat juga dihasilkan dari campuran sebagian
kristalin, yaitu kristalisasi magma. Contohnya adalah batuan basalt, andesit dan rhyolit
di Colorado dihasilkan dari pergantian erupsi yang cepat dari suatu lubang erupsi.
2.1.3. Reaksi Bowen Seri Dari Mineral Utama Pembentukan Batuan Beku
Seri reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian mineral yaitu : mineral
mafik dan mineral felsik.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya. Pembentukan mineral
dalam magma penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen seri. Bowen seri telah
membuat skema pembentukan mineral dan skema tersebut sangat berguna sekali dalam
menginterpretasikan mineral-mineral tersebut. Lihat gambar di samping:
TemperaturSeri Reaksi Tak Menerus
Dan Reaksi Menerus
Jenis
Batuan
Tinggi Awal
Kristalisasi
Rendah
Akhir
Kristalisasi
Olivin Anortit
Bitoenit
Piroksen
Labradorit
Amfibol Andesin
Oligoklas
Biotit
Albit
K-Felspar
Muskopit
Kuarsa
Ultra Mafik
Basa
Intermedier
Asam
Gambar 2.1. Skema yang Menunjukkan Serie Reaksi Bown.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafic, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur yang sangat tinggi adalah olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh
SiO2 maka piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan piroksen merupakan
pasangan “Incongruent melting”, dimana setelah pembentukannya olivin akan bereaksi
dengan larutan sisa membentuk piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan
temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit, terbentuk pada temperatur
yang rendah.
Mineral-mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas, karena
mineral banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti gabro
atau basal. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku
diorit, atau andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit,
mineral ini banyak terdapat pada batuan beku asam seperti granite dan rhyolite.
Reaksi berubahnya komposisi plagioklas ini merupakan deret mineral padat yang
merupakan hasil yang continiu, artinya kristalisasi plagioklas Ca – Plagioklas Na, jika
reaksi setimbang akan berjalan menerus.
Mineral-mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral potassium
feldspar dan menerus kemineral muscovite dan terakhir sekali kemineral kwarsa. Maka
mineral kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral felsic
dan mineral mafic, sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang
sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
2.2. Komposisi Mineral Batuan Beku
Menurut Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga
kelompok mineral yaitu :
2.2.1. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma, dan kehadirannya
sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna dan densitas
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Mineral Felsic (mineral bewarna terang dengan densitas rata-rata 2,5-2,7) yaitu :
- Kuarsa (SiO2)
- Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (Kna) AlSi3O8 dan seri
plagioklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit,
oligoklas, andesit, labradoriot, bitownit dan labradorit.
2. Mineral mafic (mineral eromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata-rata
3,0-3,6) yaitu :
- Kelompok olivine terdiri dari fayalite dan forsterite.
- Kelompok piroksen terdiri dari enstatit, hiperstein, augite, pigeonit, diopsid.
- Kelompok mika terdiri dari biotit muscovite plogopite.
- Kelompok ampibol terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,
tremolit, aktinolit, gluacofan.
2.2.2. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral utama.
Dengan demikian mineral-mineral ini tak ada hubungannya dengan pembekuan magma
(non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas, terdiri
dari kalsit, dolomite, magnesit dan siderite.
- Kelompok serpentin umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral mafic
(terutama kelompok olivine dan piroksin) termasuk di dalamnya adalah antigorit
dan krisotil.
- Kelompok klorit umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok
plagioklas termasuk didalamnya roklor, penin, dan talk.
- Kelompok serisit (brittle mica sebagai ubahan mineral plagioklas).
- Kelompok kaolin umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku,
termasuk didalamnya adalah kaolin dan hallosite.
2.2.3. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma umunya
dalam jumlah sedikit, walaupun kehadirannya cukup banyak tidak mempengaruhi
penamaan batuan. Yang termasuk dalam batuan ini antara lain: hematite, kromit, spene,
muscovite, rutile, magnetit, zeolit dan apatit.
2.3. Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan antar massa
mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Selama
pembentukan tekstur tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi. Dimana keduanya
sangat tergantung pada temperatur, komposisi, kandungan gas, viskositas magma dan
tekanan.
Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan suatu batuan
beku. Dalam hal ini tekstur menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran butir atau
granularitas dan kemas, atau hubungan antar unsur-unsur tersebut.
Derajat kristalisasi dan granularitas dipengaruhi oleh komposisi kimia magma
dalam hal ini akan mempengaruhi viskositas, kecepatan pendinginan dan kedalaman
sebagai fungsi tekanan. Magma dengan viskositas rendah dibawah tekanan tinggi, maka
kristalnya akan tumbuh dengan baik dansebaliknya untuk magma derajat viskositas
tinggi dekat dengan permukaan. Dalam hal ini batuan holokristalin dengan ukuran butir
sedang hingga kasar merupakan ciri untuk batuan plutonik sedangkan untuk batuan
kristalin halus, afanitik dan gelasan, terbentuknya sebagai akibat pendinginan yang
cepat dan viskositas magmanya tinggi, yang khas terjadi pada magma ekstrusi dan
intrusi dangkal.
2.3.1. Derajat Kristalisasi (Degree of Cristallinity)
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa
gelas dalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi yaitu :
1. Holokristalin, apabila batuan disusun oleh seluruhnya kristal.
2. Hipokristalin atau merokristalin atau mesokristalin, apabila batuan disusun
oleh sebagian kristal dan sebagian gelas.
3. Holohialin atau hipohialin atau merohialin, apabila batuan disusun oleh
seluruhnya gelas.
2.3.2. Granularitas atau Ukuran Butir (Grain Size)
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku dapat sangat halus
yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat
kasar. Umumnya dikenal dengan dua kelompok tekstur ukuran butir yaitu fanerik dan
afanitik.
a. Fanerik, apabila batuan mempunyai ukuran butir kasar, dibedakan atas :
- Fanerik sangat kasar, apabila diameter berukuran > 3 cm.
- Fanerik kasar, apabila diameter berukuran 5 mm – 3 cm.
- Fanerik sedang, apabila diameter berukuran 1 mm – 5 mm.
- Fanerik halus, apabila diameter berukuran < 1 mm.
b. Afanitik, apabila ukuran butir individu kristal sangat halus sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun
atas massa kristal. Massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah
mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut kristalin apabila tidak dikenal dengan
menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
2.3.3. Kemas (fabric)
Merupakan tekstur yang memperlihatkan hubungan geometri antara bentuk dan
proporsi butir-butir penyusun batuan.
Secara dua dimensi bentuk butir mineral dibagi atas :
a. Euhedral, apabila mineral dibatasi oleh bidang atau bentuk kristal yang
sempurna.
b. Subhedral, apabila mineral dibatasi oleh sebagian bidang atau bentuk kristalnya.
c. Anhedral, apabila mineral tidak dibatasi oleh bidang atau bentuk kristalnya.
Secara tiga dimensi dikenal :
a. Equidimensional, apabila bentuk kristal dimensinya sama panjang.
b. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
c. Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Sedangkan kemas (fabric) atau hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam
suatu batuan dari segi ukuran adalah :
a. Equigranular, bila batuan disusun oleh butiran mineral yang ralatif seragam,
dibadakan atas:
- Panidiamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral berbentuk
euhedral dan ukuran butir relatif seragam. Bentuk butir subhedral merupakan
perinci mineral yang berbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengigat
ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut
sempat membentuk kristal secara sempurna.
- Hipidiamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk
subhedral dan ukuran butir relatif seragam. Bentuk butiran penyusun
subhedral atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat
mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak
memadai untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
- Allotriamorfik granular, apabila batuan disusun oleh mineral yang berbentuk
anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada
saja, sehingga dapatlah ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut
terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
b. Inequigranular, apabila batuan disusun oleh butiran-butiran mineral yang
relatif tidak seragam seperti :
- Porfiritik, apabila kristal dengan mineral yang berukuran besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar (matrik) kristal-kristal yang berukuran lebih
halus.
- Vitroveri, seperti tekstur porfiritik, tetapi masa dasarnya berupa gelas.
- Porfiro afanitik, apabila fenokris tertanam dalam massa afanitik.
- Felsoferik, apabila fenoriks tertanam dalam massa dasar berupa
pertumbuhan bersama antara feldspar dengan kuarsa.
c. Tekstur khusus adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara
bentuk dan ukuran butir juga ada menunjukkan arah serta menunjukkan
pertumbuhan bersama antar mineral-mineral yang berbeda. Tetapi tekstur ini
sangat sulit diamati secara megaskopis, terdiri dari:
- Diabasik, tekstur yang khas pada batuan diabas dimana fenokris plagioklas
hadir secara radial.
- Trakhitik, tekstur dimana fenoriks atau mikrolit alkali feldspar menunjukkan
pola searah atau kesejajaran.
- Intergranular, tekstur dimana ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati
oleh kristal-kristal piroksen, olivin atau biji besi.
- Intersentral, hampir sama dengan intergranular hanya disini ruang antar
plagioklas diisi oleh massa gelas, kriptokristalin atau mineral-mineral
sekunder dan mineral tambahan.
- Hialopilitik, sama dengan trakhitik hanya disini ruang antar plagioklas diisi
oleh massa gelas.
- Grafik, tekstur yang umum pada batuan granites dimana kuarsa tumbuh
bersama dengan K-feldspar.
- Ofitik, tekstur dimana mineral berukuran besar diinklusi oleh mineral yang
berukuran lebih kecil.
- Poikilitik, tekstur dimana suatu kristal besar menginklusi mineral-mineral
lain yang lebih kecil.
- Pertite, tekstur dimana alkali feldspar tumbuh bersama dengan plagioklas
dalam hal ini alkali feldspar berkembang lebih besar.
- Antipertite, hampir sama dengan pertite hampir sama persis hanya disini
plagioklas berkembang lebih besar.
- Mikmetik, tekstur dimana kuarsa yang berbentuk menjari di inklusi oleh
plagioklas asam biasanya oligoklas.
Kemas terutama di pengaruhi oleh kinetik pengintian, pertumbuhan kristal dan
kronologis pengkristalan. Rusenbusch mengelompokkan tiga keadaan tentang orde
kristalisasi yaitu :
- Bila suatu butir mineral mengingklusi butir mineral lain, maka mineral yang
diinklusi adalah terbentuk lebih dahulu.
- Dua macam kristal yang berbeda dalam ukurannya yang terkecil adalah
terbentuk kemudian.
- Kristal yang terbentuk terlebih dahulu, cenderung euhedral, sedangkan yang
terbentuk kemudian cendrung subhedral atau anhedral.
2.4. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar seperti
lava bantal yang terbentuk dilingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan
lain-lain. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Jenis-jenis struktur batuan beku adalah :
a. Massiv, apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak
menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstruksi tertentu, yang dicirikan oleh massa berbentuk bantal, dimana ukuran
dari bentuk ini umumnya antara 30 - 60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada
vulkanik bawah laut.
c. Join, struktur yang ditandai adanya kekar – kekar yang tersusun secara teratur
tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar join.
d. Struktur rongga dibedakan atas :
- Vesikuler, merupakan struktur yang ditandai oleh adanya lubang – lubang gas
dengan arah teratur.
- Scoria, struktur dimana terdapatnya lubang – lubang gas yang tidak teratur.
Gambar 2.2 structur scoria
- Amikdoloidal, struktur dimana lubang keluarnya gas diisi oleh mineral –
mineral sekunder seperti biotit, karbonat dan bermacam silika.
- Xenolit, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang
masuk atau tertanam dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat
peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
- Autobreccia, struktur yang terlihat pada lava yang memperlihatkan fragmen –
fragmen dari lava itu sendiri.
2.5. Klasifikasi Batuan Beku
Klasifikasi batuan beku dilakukan agar dapat memudahkan kita untuk dapat
membedakan jenis batuan beku yang terdapat di alam.
2.5.1. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terjadinya
Klasifikasi batuan beku bedasarkan tempat terjadinya dibedakan atas :
Batuan beku plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam
permukaan.
Gambar 2.3. Proses terjadinya Batuan beku Plutonik
Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di atas permukaan.
Gambar 2.4. Proses terjadinya Batuan Beku Vulkanik
2.5.2. Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan
SiO2-nya. Berdasarkan atas itu, batuan beku dapat diklasifikasikan atas :
1) Batuan beku asam
Batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan beku asam apabila batuan beku
tersebut memiliki kandungan SiO2 lebih besar dari 66 % (> 66 %). Batuan beku
asam tersusun atas mineral kwarsa, orthoklast, palgioklast Na, terkadang
terdapat biotit, muskovit dalam jumlah yang sangat kecil. Batuan beku asam
umumnya akan berwarna cerah apabila kelimpahan mineral kwarsa dan
orthoklas di dalam batuannya. Contoh dari batuan ini adalah granite, riolite,
granodiorit.
2) Batuan beku intermedier
Batuan beku intermedier mengandung SiO2 antara 52 % - 66 %, terutama
tersusun oleh mineral plagioklast, hornblende, dan kwarsa.
Sedangkan biotit dan orthoklas dalam jumlah kecil. Warna dari batuan ini juga
masih cerah, tetapi tidak secerah dari batuan beku asam. Contohnya adalah
andesit, diorite, syeanite.
3) Batuan beku basa
Batuan beku basa mengandunu 45 % - 52 % SiO2. batuan ini tersusun dari
magma asal yang bersifat basa. Warna dari batuan beku ini akan terlihat lebih
gelap, karena mineral-mineral mafik sangat jarang terbentuk pada batuan
golongan ini. Batuan beku basa terdiri dari mineral-mineral seperti olivine,
plagioklas Ca, dan hornblende. Contoh batuannya adalah gabro, basalt.
4) Batuan beku ultra basa
Pada batuan ini kandungan SiO2 lebih kecil dari 45 % (< 45 %). Warna batuan
ini gelap, lebih gelap dari batu beku basa. Batuan ini tersusun oleh mineral-
mineral olivine, piroksine, serpentine. Hanya satu atau dua macam mineral saja
yang hadir pada suatu batuan. Mineral lain yang mungkin hadir adalah
plagioklast Ca dalam jumlah yang kecil. Contoh batuannya adalah dunit,
piroksinit, peridotit, serpentinit.
2.5.3. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Klasifikasi batuan beku berdasarkan mineraloginya yaitu berdasarkan
mineral-mineral yang terkandung dalam batuan tersebut.
Gambar 2.5. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi.
2.5.4. Klasifikasi yang Digunakan Laboratorium Petrologi
Klasifikasi batuan beku yang dipakai di laboratorium yaitu sama dengan
klasifikasi batuan beku yang berdasarkan kimiawinya, yaitu :
Batuan beku asam
Batuan beku intermedier
Batuan beku basa
Batuan beku ultra basa
2.5.5. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral
Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.6. Bagan Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan
Tekstur dan Komposisi Mineral
2.6. Tahap Penentuan Batuan Beku
- Dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa bebas serta menghitung proporsi
secara relatif dalam batuan.
- Jika kuarsa hadir dan mencapai 10 % atau lebih, maka jenis batuan adalah
batuan beku asam.
- Batuan beku intermedier dicirikan dengan orthoklas dan plagioklas asam
relatif lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa. Tetapi pada
kenyataaannya secara megaskopis kita sulit untuk membedakan dengan mata
kasar.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuanlebih
dahulu harus menentukan kelompok batuannya yaitu membandingkan
kehadiran dan proporsi antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral
utama lainnya.
- Kelompok telah diketahui, untuk mengetahui nama batuannya tinggal
mengetahui relasinnya.
2.7. Tahap Penamaan Batuan Beku
Adapun dasar dari penamaan batuan yang dilakukan dilaboratorium Petrologi 1,
yaitu:
Warna
Warna pada batuan sangat menentukan dalam pemberian nama batuan, dimana
apabila warna relatif cerah/ terang maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan
tersebut bersifat asam dan sebaliknya bila warna relatif gelap maka dapat
diidentifikasi bahwa batuan tersebut bersifat basa.
Kehadiran mineral felsic dan mineral mafic
Kehadiran mineral felsic (terang) dengan indeks warna 10%-40% yang
melimpah pada batuan mengindikasikan bahwa batuan tersebut bersifat asam,
seperti mineral kwarsa, plagioklas. Kehadiran mineral mafic (gelap) dengan
indeks warna lebih dari 40%-70%yang melimpah pada batuan mengindikasikan
bahwa batuan tersebut bersifat intermedier ataupun basa, seperti mineral
hornblende, orthoklas, olivin, piroksen dan lain-lain.
Kandungan kwarsa bebas
Kandungan kwarsa pada batuan dapat membantu dalam pemberian nama batuan.
Jika kehadiran mineral kwarsa >10% dalam batuan maka batuan tersebut
bersifat asam, dan sebaliknya jika mineral kwarsa <10% maka batu tersebut
bersifat intermediet ataupun basa.
Tekstur Batuan
Pengamatan tekstur dalam penamaan batuan sangatlah berguna dimana dengan
melihat tekstur batuan, kita dapat mengetahui sejarah pembentukan batuan
tersebut. Dalam hal ini tekstur menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran butir
(granularitas), dan kemas.
Struktur Batuan
Struktur batuan merupakan kenampakan dalam skala besar pada batuan. Struktur
batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Didalam praktek
petrologi, penentuan struktur pada sampel dapat dilihat dari keadaan batuan
tersebut, apakah terdapat jejak aliran atau struktur lain. Pada umumnya struktur
yang terdapat pada sampel dilaboratorium berupa Massive, walaupun juga
terdapat struktur Scoria, Vesiculer, dan Vein.
Komposisi Batuan
Dalam menentukan koposisi batuan, dapat dilakukan dengan melihat kandungan
mineral pada batuan berdasarkan sifat-sifat mineral yang dikandungnya.
Penentuan komposisi mineral sangat berpengaruh dalam penamaan batuan
dengan menghitung persentase mineral utama dalam batuan maka kita dapat
menentukan nama dari batuan baik dengan cara Streckeisen (1974), IUSG
(1973) maupun W.T. Huang (1962).
Jenis Batuan
Penentuan jenis batuan dapat dilihat dari warna batuan, kehadiran mineral felsic
dan mafic, kehadiran kwarsa bebas, dan komposisi batuan.
Genesa Batuan
Genesa batuan dapat diketahui melalui tekstur pada batuan. Penentuan genesa
dari batuan beku yaitu mencakup batuan beku plutonik, hypobisal, dan vulkanik.
2.7.1. Tahap Penamaan Batuan Beku Asam.
- Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuan adalah
batuan beku asam.
- Warna terang dengan ukuran butir fanerik (kasar) berukuran 5mm – 3cm,
dengan contoh batuan Granit, Adamelit dan Granodiorit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (halus) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Dasit, Rio – dasit dan Riolit.
- Komposisi mineral umumnya mengandung mineral biotit, kuarsa, plagioklas
asam dan orthoklas dengan komposisi mineral yang dominan hadir adalah
plagioklas asam dengan kuarsa yang termasuk golongan silika (SiO2) dengan
presentase > 66% dalam batuan.
- Dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa bebas serta menghitung
proporsi secara relatif didalam batuan.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus diketahui kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama yang
lainnya.
2.7.2. Tahap Penamaan Batuan Beku Intermedier.
- Jika kuarsa kurang dari 10%, maka jenis batuannya intermedier.
- Warna relatif terang jika dibandingkan dengan batuan basa dengan ukuran
butir fanerik (kasar) berukuran 5mm – 3cm, dengan contoh batuan Diorit,
Monsonit dan Syenit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (sedang) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Andesit, Andesit – trakhit, dan Trakhit.
- Berdasarkan komposisi mineral, batuan jenis ini mengandung mineral silika
dengan komposisi sebesar 52 – 66%.
- Batuan intermedier dicirikan dengan melimpahnya orthoklas dan plagioklas
asam, dimana plagioklas asam relatif lebih cerah dibandingkan dengan
plagioklas basa, walaupun dalam kenyataan mikroskopis kita sulit
membedakannya.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus menentukan kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran proporsi antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral
utama lainnya.
- Setelah kelompok diketahui, maka untuk mengetahui nama batuannya kita
tinggal mengetahui relasinya dari batuannya.
2.7.3. Tahap Penamaan Batuan Beku Basa.
- Dilihat secara megaskopis batuan beku basa ini bewarna gelap dengan ukuran
butir fanerik (kasar) dengan ukuran > 3cm, contoh batuannya Gabro.
- Juga ada yang berukuran afanitik (halus) dengan ukuran 1mm – 5mm, contoh
batuannya basalt.
- Mineral – mineral yang dominan muncul, yaitu mineral – mineral mafic dan
olivin adalah mineral yang mencirikan bahwa batuan beku ini adalah batuan
beku basa.
- Untuk menentukan kelompok batuan kita dapat melihat berdasarkan
kandungan silikanya, jika mengandung 45% sampai 52% SiO2, maka batuan
tersebut dapat dikelompokkan dalam batuan beku basa.
- Setelah kelompoknya diketahui maka untuk mengetahui nama batuannya kita
tinggal mengetahui relasinya.
2.7.4. Tahap Penamaan Batuan Beku Ultra Basa.
- Untuk menentukan kelompok batuannya dapat diketahui berdasarkan
komposisi silika (SiO2), jika mengandung kurang dari 45% SiO2, maka batuan
beku ini termasuk kedalam kelompok batuan beku ultra basa.
- Warna batuannya umumnya gelap jika dibandingkan dengan jenis batuan yang
lain dengan semua ukuran fanerik karena terbentuk jauh di dalam permukaan
bumi sehingga kristalisasinya sempurna.
- Berdasarkan mineral – mineral mafic yang terkandung dalam batuan ini kaya
akan unsur logam seperti Serpentin, Olivin, Piroksin yang sering muncul pada
batuan beku ultra basa.
- Setelah kita mengetahui kelompok batuannya dengan cara W. T. Huang
1962, maka kita menentukan nama batuan dengan relasi batuan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Batuan beku merupakan yang terjadi akibat pembekuan larutan silika cair dan
pijar, yang di kenal dengan nama Magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa
kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
Genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari tiga segi :
Faktor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan yang bergenerasi
didalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.
Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik kepermukaan.
Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses ubahan atau malihan
batuan asal oleh adanya peningkatan tekanan (pressure), temperatur ataupun keduanya
dalam keadaan padat (dari fase padat ke padat).
Media yang menyebabkan proses metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia
aktif. Ketiga media tersebut dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami
proses metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap agen tersebut
berbeda-beda.
Batuan yang terbentuk di permukaan juga dapat mengalami perubahan temperatur
yang tinggi apabila batuan tersebut mengalami proses penimbunan yang dalam. Seperti
telah diketahui bahwa temperatur akan meningkat dengan meningkatnya kedalaman 10
meter maka suhu akan naik 30 C (gradien temperatur) Pada kerak bumi bagian atas.
4.2. Saran
Agar tercipta kenyamanan dan ketenteraman di laboratorium diharapkan kepada
pihak instansi untuk dapat melengkapi segala peralatan yang diperlukan agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Waktu yang telah dibuat atau sudah disepakati bersama agar dilaksakan dengan
baik, baik itu asisten maupun praktikan.
Demi menjaga kesegaran udara dilaboratorium, agar menjaga kebersihan
bersama.
Kerapian merupakan salah satu penilaian dalam sebuah praktikum, jadi apabila
kerapian tidak dijaga maka nilai harus berkurang. Jadi agar tidak terjadi
pengurangan penilain agar asisten lebih tegas dalam mengingatkan praktikan
agar menjaga kerapian khususnya pada pakaian.
Dalam pelaksanaan praktikum diharapkan bagi para asisten dapat menjalankan
tugasnya sebagai asisten.
Asisten harus konsisten dalam pengambilan keputusan.
Saran ini jangan hanya dijadikan sebagai syarat dalam penulisan laporan atau
hanya mempertebal laporan, tetapi dijalankan dengan sebaik-baiknya.