askep pleuritis dan pleura effusion

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering. Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan dalam rongga pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura. Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik. Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. 1

Upload: didimanoso

Post on 27-Oct-2015

471 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan mengenai Pleuritis dan Pleura Effusion

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang

paling sering. Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan

dalam rongga pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah.

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya

adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor

mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia.

Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura

yang disebut efusi pleura. Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga

perlu penatalaksanaan yang baik. Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata

laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali fungsi pernapasannya, namun

karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat dari penyakit lainnya yang

menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka pemulihannya menjadi lebih

sulit. Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan efusi pleura yang telah di

tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60%

penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura

primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya

akan mengalami efusi pleura.

Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika tidak

ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan

semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem pernapasan

yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura dapat

menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja sistem

kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.

Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan yang tepat

oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah

1

Page 2: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

sakit. Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang konsep efusi pleura dan

penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka

dalam makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi

pleura.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Pleurits dan Pleura Effusion.

2. .Untuk mengetahui penyebab Pleuritis dan Pleura Effusion.

3. Mengetahui komplikasi dari Pleuritis dan Pleura Effusion.

4. Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.

5. Mengidentifikasi konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dan

patofisiologi.

6. Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi pengkajian, analisa

data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan

efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal

dalam persiapan praktik di rumah sakit

1.4 Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah Study litelatur yang mengambil referensi

dari berbagai sumber yang sesuai dengan topik penulisan berdasarkan kaidah ilmiah yang

berlaku.

2

Page 3: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pleuritis adalah peradangan pada pleura disebabkan penumpukan cairan dalam rongga

pleura, selain cairan dapat pula terjadi karena penumpukan pus atau darah. Pleuritis juga

dapat disebut sebagai komplikasi dari efusi pleuraatau penyakit pada pleura.

Pleuritis terbagi menjadi 2,yaitu:

Pleuritis kering (fibrosa)

Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.

Pleuritis basah (setofirosa)

Terjadinya penimbunan cairan dibuang Pleura disebut juga pleura efusi cairan yang berisi

di Pleura dapat berupa:

-exudate

-transudate

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara

permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya

merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang

memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne,

2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga

pleura. (Price C Sylvia, 1995).

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya pleuritis:

1. Virus dan mikoplasma

Jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group, dan mikroplasma.

3

Page 4: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

2. Virus piogenis

Bakteri yang sering ditemukan adalah aerob dan anaerob, bakteri-bakteri aerob

meliputi streptucocus, strestucocus miler, streptucocus aures, hemofilus.Spp, E.koli,

klebsieda, psuedomonas spp. Bakteri-bakteri anaerob meliputi bakterioides spp,

peptostreptococus, fusobakterium.

3. Tuberkulosa

Selain konflikasi tuberkulosa, juga dapat disebabkan oleh robeknya rongga pleura

atau melalui getah bening.

4. Fungi

Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi

fungi dari jaringan paru-paru. Jenis fungi yang menyebabkan pleuritis adalah

aktinomikosis, aspergillus, triptococus, histoplasmusis.

5. Parasit

Parasit yang mengipasi kedalam raga pleura hanyalah amoeba dalam bentuk

troposoit.

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer

pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor

primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti

pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig

(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia,

virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,

karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia

80% karena tuberculosis.

Secara patologis efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

4. Berkurangnya absorbsi limfatik

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

4

Page 5: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

1. Transudat

Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik

sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal,

dan atelektasis akut.

2. Eksudat

a. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses).

b. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,

tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari

empat mekanisme dasar :

a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

c. Peningkatan tekanan negative intrapleural

d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura.

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)

Indikator Transudat Eksudat

1. Warna

2. Bekuan

 

1. Berat Jenis

2. Leukosit

3. Eritrosit

4. Hitung

jenis

5. Protein

Total

6. LDH

7. Glukosa

10.  Fibrinogen

11.  Amilase

12.  Bakteri

1. Kuning pucat dan

jernih

2. (-)

 

1. <1018

2. <1000 /uL

3. sedikit

4. MN

(limfosit/mesotel)

5. <50% serum

6. <60% serum

7. =plasma

10.  0,3-4%

11.  (-)

12.  (-)

1. Jernih, keruh,

purulen, dan

hemoragik

2. (-)/(+)

3. >1018

4. Bervariasi,

>1000/uL

5. Biasanya banyak

6. Terutama PMN

7. >50% serum

8. >60% serum

9. = / < plasma

10.  4-6 % atau lebih

11.  >50% serum

12.  (-) / (+)

5

Page 6: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

2.3 Anatomi dan Fisiologi

A. Anatomi Pleura

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru

(pulmo). Dimana antara pleura yg membungkus

pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya

mediastinum. Pleura dr interna ke eksterna terbagi

atas 2 bagian

- Pleura

Visceralis/ Pulmonis

Pleura yg langsung melekat pd permukaan

pulmo.

- Pleura Parietalis

Bagian pleura yg berbatasan dg dinding thorax.

Kedua lapisan pleura ini slg berhubungan pd hilus

pulmonis sbg lig. Pulmonale (Pleura penghubung)

. Diantara kedua lapisan pleura ini terdapat sebuah

rongga yg disebut dg cavum pleura. Dimana di

dalam cavum pleura ini terdapat sedikit cairan

pleura yg berfungsi agar tdk terjadi gesekan antar

pleura ketika proses pernapasan. 

Pleura parietal berdasarkan letaknya terbagi atas:

- Cupula Pleura (Pleura Cervicalis)

Merupakan pleura parietalis yg terletak

di atas costa I namun tdk melebihi dr

collum costae nya. Cupula pleura terletak

setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os.

Clavicula

- Pleura Parietalis pars Costalis

Pleura yg menghadap ke permukaan dalam costae, cartilage costae, SIC/ ICS, pinggir

corpus vertebrae, dan permukaan belakang os. Sternum.

- Pleura Parietalis pars Diaphragmatica

6

Page 7: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

Pleura yg menghadap ke diaphragm permukaan thoracal yg dipisakan oleh fascia

endothoracica.

- Pleura Parietalis pars Mediastinalis (Medialis)

Pleura yg menghadap ke mediastinum / terletak di bagian medial dan membentuk

bagian lateral dr mediastinum.

A. Fisiologi Pleura

Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan

tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru,

sehingga paru-paru yang elastis dapat

mengembang. Tekanan pleura pada waktu

istirahat (resting pressure) dalam posisi

tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O;

sedikit bertambah negatif di apex sewaktu

posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan

negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.

Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, rongga pleura steril karena

mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya

bertindak sebagai lubrikans.

Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan

konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut

mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi terutama pada

pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi

gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan terjadinya pleural effusion. Fungsi

pleura yang lain mungkin masih ada karena belum sepenuhnya dimengerti.

7

Page 8: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

2.4 Patofisiologi

Ketika kedua membran yang mengalami inflamasi atau bergesekan selama respirasi

(terutama inspirasi), akibatnya nyeri hebat, tersa tajam seperti tusukan pisau. Nyeri dapat

menjadi minimal atau tidak terasa ketika nafas ditahan atau dapat menjalar ke bahu

audomen kemudian sejalan dengan terbentuknya cairan pleura, nyeri akan berkurang pada

periode dini ketika terkumpul sedikit cairan, esekan, fiksi pleura dapat terdengar dengan

steteskop, hanya akan menghilang kemudian bila telah berkumpul cairan dan

memisahkan pleura yang mengalami inflamasi.

Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat)

sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat).

Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau keterlibatan neoplasma.

Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif. Pasien

dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi

payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara

maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang

selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam

pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam

pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler

sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura.

Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut

berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic yang

dilakukan oleh protein).

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas

kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding

dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam

(paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk

mengempis).

8

Page 9: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

2.5 Manifestasi Klinis

- Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas

- Sesak Napas

- Perasaan "ditikam"

Gejala yang paling umum dari pleurisy (pleuritis) adalah nyeri yang umumnya

diperburuk oleh penghisapan (menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak

mengandung syaraf-syaraf nyeri apa saja, pleura mengandung berlimpah-limpah ujung-

ujung syaraf. Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang antara lapisan-lapisan dari

pleura, nyeri biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan jumlah-jumlah

akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak

napas dapat memburuk.

Gejala radang pada awalnya dimulai dengan ketidak tenangan, kemudian diikuti dengan

pernafasan yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan akut, karena rasa sakit waktu

bernafas dengan menggunakan otot-otot dada, pernafasan lebih bersifat abdominal.

Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh teksemia dan akibat radang paru-paru

yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap saat. Pada radang pleura

penderita nampak lesu karena adanya penyerapan toksin (toksomia) proses kesembuhan

dapat pula terjadi, meskipun diikuti dengan adesi pleura.

Untuk pleura effusion biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan

penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis itu juga sendiri, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan

batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan

menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas

minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni

akan terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi

jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai

sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat. Berikut tanda dan gejala :

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah

cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,

batuk, banyak riak.

9

Page 10: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi  penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan

akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,

fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam

keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas

garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan

mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler

melemah dengan ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan

torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil

tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi

(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan,

dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Nyeri dari pleuritis adalah sangat khusus. Nyerinya di dada dan biasanya tajam dan

diperburuk oleh bernapas. Bagaimanapun, nyerinya dapat dikacaukan dengan nyeri dari:

- Peradangan sekitar jantung (pericarditis)

- Serangan jantung (myocardial infarction)

- Kebocoran udara didalam dada (pneumothorax)

Untuk membuat diagnosis dari pleuritis, dokter memeriksa dada pada area nyeri dan

seringkali dapat mendegar (dengan stethoscope) friksi (gesekan) yang dihasilkan oleh

gosokan dari dua lapisan pleura yang meradang dengan setaip pernapasan. Bunyi yang

dihasilkan oleh suara ini diistilahkan sebagai pleural friction rub. (Berlawanan

dengannya, friksi dari gosokan yang terdengar dengan pericarditis adalah serempak

dengan denyut jantung dan tidak berubah dengan pernapasan). Dengan jumlah-jumlah

yang besar dari akumulasi cairan pleural, disana mungkin ada suara-suara pernapasan

yang berkurang (suara-suara pernapasan yang kurang didengar melalui stethoscope) dan

dada bunyinya tumpul ketika dokter mengetuk diatasnya (ketumpulan atas ketukan).

10

Page 11: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

Untuk mengetahui apakah terjadi komplikasi Pleura Effusion maka dilakukan :

1. Foto Thorax

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan

seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila

permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga

tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang

sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena

radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus.

2. CT-Scan

Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru juga

sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :

1. menentukan adanya tumor dan ukurannya.

2. mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan

pembuluh darah besar.

3. mendeteksi adanya efusi pleura.

Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk menuntun

tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi pengobatan, mendeteksi

kekambuhan dan CT planing radiasi.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea.

Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung kongestif,

pneumonia, seosis).

Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna

keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila penyebab dasar adalah

malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torasentesis

berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumotoraks.

Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase

yang dihubungkan kesystem drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang

pleura dan pengembangan paru.

11

Page 12: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam ruang

pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil berbagai

posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan kontak

agens dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya sesuai yang diresepkan, dan

drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi

cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural viseralis dan parietalis.

Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,

bedah pleurektomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat, posedur

diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan penyebabnya. Pengobatan untuk

penyebab primer kemudian dilakukan.

12

Page 13: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Tanggal MRS : Rabu, 20 Oktober 2010 Jam Masuk : 13.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2010 No. RM : 11.09.68.45

Jam Pengkajian : 12.00 WIB Diagnosa Masuk : small cell

carcinoma + efusi plera (D)

Ruang/  Kelas         : PALEM I/ 3 (Paru Laki)

IDENTITAS

Nama                        : Tn. B

Umur                        : 53 tahun/ 3 bulan/ 5 hari

Suku/ Bangsa           : Jawa/ WNI

Agama                      : Khatolik

Alamat                     : Candi Lontar blok 41-I/ 30, Surabaya, Jawa Timur

Pekerjaan                  : Ekspedisi di Perak

Keluhan Utama :  sesak napas

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Pasien tidak mengalami gangguan pada psikososial. Pasien dapat berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya dan dapat kooperatif dengan tenaga medis.

PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN

Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku terlihat

bersih dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk melihat waktu

kapan dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam istirahat, dan makan.

Semua nya terlihat bersih dan rapi, pakaian ganti sehari 2x, menggosok gigi 2x sehari,

tidak lupa untuk membersihkan telinga serta lubang hidung setiap hari.

2. RIWAYAT KESEHATAN

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien rujukan dari IRD RKZ dengan mula-mula sesak pada bulan Juli 2010. Sesak

hilang timbul, di sertai nyeri dada terutama saat beraktifitas dan terkadang juga pada

malam hari sesak timbul kembali, ketika pasien sesak, pasien mencoba tidur dengan

13

Page 14: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

posisi duduk. Sebelum sesak pasien mengeluh batuk selama kurang lebih selama satu

bulan. Batuk tanpa disertai dahak, dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh.

Karena sesak bertambah hebat, pasien ke UGD RKZ dan setelah di sana kurang lebih 1,5

jam pasien dirujuk ke poli paru RS. Dr Soetomo karena keadaan ekonomi.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Agustus 2010 pasien operasi hernia di RKZ (preoperasi melakukan rongent dan di

katakana  ada sesuatu di paru-paru). Post operasi disuruh untuk control lagi bulan Oktober

(pasien melakukan foto dada dan CT-scan). Sebelumnya tidak ada batuk darah, keringat

dingin, DM, HT, asma, alergi.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga yang

mengalami sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat keganasan, batuk

lama, batuk berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah perokok berat dimana dapat

mengkonsumsi satu bungkus dalam sehari dan hal itu sudah dilakukan lebih dari 10

tahun. Dalam sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1 bungkus bahkan lebih.

Pekerjaan pasien sebagai ekspedisi di perak yang selalu keluar pada malam hari. Saat

pengkajian pasien mengaku tidak mengerti bahwa pola hidupnya dapat mengakibatkan

kanker paru, hal tersebut merupakan kurangnya sumber informasi bagi pasien.

3. PENGKAJIAN FISIK

1. Tanda-tanda vital:

Suhu: 37˚C            Nadi: 96×/ menit.        RR:26x/menit              TD:140/90mmHg

2. Keadaan Fisik :

a. Sistem Pernafasan (B1)

Nafas pasien tersengal-sengal cepat, pendek, terasa lebih sesak meningkat/

bertambah setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping hidung

dan tidak ada retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris, terdapat

suara nafas tambahan berupa ronki di bagian dekstra apeks. Adanya secret dan batuk

produktif tetapi batuk tidak efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe, pasien tidak

menggunakan alat bantu nafas, suara nafas vesikuler. Terdapat hasil torakosintesis

yang dilakukan pada pukul 11.30,dan ternyata masih terdapat cairan di kavum pleura

sebanyak 500 cc.

14

Page 15: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

b. Sistem Kardiovaskuler (B2)

Pasien tidak mengalami nyeri dada, irama jantung regular. Pasien tidak terpasang

CVC sehingga CVP tidak terkaji. CRT normal kurang dari tiga detik, dan akral

merah, hangat dan kering.

c. Sistem Persyarafan (B3)

Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak

mengalami gangguan penciuman. Istirahat pasien 8 jam/ hari. Dan pasien mengaku

tidak mengalami gangguan tidur. Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.

d. Sistem Perkemihan (B4)

Menurut pasien, alat genetalia nya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami

keluhan kencing. Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.

e. Sistem Pencernaan (B5)

Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut,

gigi sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien

tidak mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/ menit

dengan suara peristaltic terdengar lemah, BAB  1x sehari terakhir pada tanggal 22-10-

2010 dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas, nafsu makan

menurun.

f. Sistem Muskoleskeletal (B6)

Pergerakan sendi pasien bebas, tidak mengalami fraktur. Tidak mengalami

kelainan tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit

terlihat mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat

dekubitus. Pasien mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak

bergerak, akan timbul sesak napas.

g. Sistem Endokrin

Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami

pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah bening,

Hiperglikemia (-), hipoglikemia (-).

- Hasil Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto Thorax

Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010 sebesar 500cc

Hasil torakosintesis 22-10-2010 pukul11.30 sebesar 500cc

Foto Thorak 20-10-2010: efusi pleura dekstra

15

Page 16: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

2. CT – SCAN 

CT Scan 20-10-2010: Ca paru dextra

4. ANALISI DATA

No. Data Etiologi Masalah

1 S : Pasien mengatakan batuk sesekaliO : – sesekali batuk tetapi tidak efektif. – Terdapat ronkhi pada bagian apeks dextra.–sekret (+) putih kekuningan, kental–batuk produktif, tidak efektif

Ca paru↓Massa di broncus↓Respon silia berusaha menghilangkan massa dengan hipersekresi mukus↓Secret/mucus tertahan di saluran napas↓Ronkhi (+)↓Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan napas tidak efektif.

2. S : Pasien mengeluh sesak napas saat bernapas.O :– RR =  26 x/ menit– Denyut nadi = 96 x/menit– Pasien bernapas tersengal-sengal cepat, pendek–ICS melebar dekstra–retraksi (-) otot bantu nafas (-)–fremitus raba ↓–perkusi redup (D)  

Efusi Pleura↓Akumulasi cairan  pada rongga pleura↓Ekspansi paru menurun↓RR meningkat↓Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif.

3. S : Pasien mengeluh nyeri dada sesak saat beraktifitas yang berat.O : – Pasien tampak lemah.–sesak nyeri ↑ saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri

Efusi Pleura↓Ekspansi paru tidak maksimal↓Suplai oksigen menurun↓

Intoleransi aktifitas 

16

Page 17: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

  RR meningkat↓Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menurun↓Terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh↓Timbul asam laktat↓Nyeri↓Intoleransi aktifitas

4. S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian dada (D).P    :   perpindahan posisiQ   :   nyeri sedangR    :   dada (D)S    :    5T  :  muncul saat aktivitasO : Nadi 96x/menit,  ekspresi wajah menyeringai/ kesakitan saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri.

Efusi Pleura↓Cairan menekan dinding pleura↓Rangsangan pada nosiseptor nyeri↓Nyeri

Nyeri

5. RENCANA INTERVENSI :

Hari / tanggal

Jam Diagnose keperawatan(tujuan, criteria hasil)

Intervensi Rasional

22-10-2010

12.00 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret tertahan di jalan nafasTuj : 3 X 24 jam bersihan jalan nafas efektif KH:Secret bisa keluar (+)Ronkhi (-)RR: 16-20x/menit

1. Berikan posisi semi fowler (30° - 45°)      

2. Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif

1. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, dan untuk meningkatkan ekspansi paru.

2. Nafas dalam membantu memenuhi kecukupan O2 dan memobilisasi secret untuk membersihkan

17

Page 18: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

       3.Lakukan postural drainage    4.Kolaborasi pemberian ekspetoran pada pasien

5.Anjurkan pasien untuk banyak minum, terutama air hangat.

jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.

3. Memobilisasi secret untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.

4. Obat yang membantu untuk mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

5. Untuk mengencerkan secret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.

22-10-2010

12.10 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan di kavum plura.Tuj : 3X 24 jam pola nafas pasien efektif KH:Sesak (-)RR: 16-20x/menitRetraksi otot bantu nafas (-)Pernafasan cuping hidung (-)Pengembangan dinding dada simetrisCairan pungsi pleura (-)Nadi: 60-100x/menit

1. Berikan posisi semi fowler (30° - 45°)

    

2. Kolaborasi oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

3. Ajarkan pola nafas efektif (teknik nafas dalam)

 

4. Berikan HE penyebab sesak

1. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, dan untuk meningkatkan ekspansi paru.

2. Meningkatkan suplai oksigen

 

3. Mengatur irama nafas sehingga meningkatkan suplai O2

4. Klien patuh terhadap terapi

18

Page 19: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

5. Observasi TTV terutama RR dan nadi serta status pernafasan(pernafasan cuping hidung, retraksi otot bantu nafas,kesimetrisan dinding dada)

6. KolaborasiLakukan torakosintesis ulang atau pemasangan WSD

5. Memantau pola nafas pasien

   

6. Mengurangi cairan pada kavum pleura sehingga ekspansi paru bisa maksimal dan sesak berkurang.

 22-10-2010

12.20 Intoleransi  aktivitas berhubungan  dengan penurunan suplai 02 ke jaringan sekunder karena gangguan  pola nafas tidak efektif.Tujuan : 3X24 jam meningkatkan toleransi aktivitas pasien  KH:– Kelelahan berkurang– Toleransi terhadap aktivitas meningkat– Mampu beraktivitas secara mandiri

1. Rancang  jadwal harian  pasien

 2.  Anjurkan

individu untuk istirahat 1 jam setelah makan (misalnya berbaring dan duduk-duduk).

 3. Tingkatkan

aktivitas secara bertahap dengan periode istirahat diantara dua aktifitas misalnya duduk dulu sebelum berjalan setelah tidur

4. Kolaborasi : pemberian  oksigen setelah beraktivitas

1. Meningkatkan tingkat toleransi  aktivitas Px.

 2. Meningkatkan perfusi

jaringan dan meningkatkan suplai oksigen

 

3. Evaluasi kelemahan dan tingkat  toleransi aktivitas Px.

 

19

Page 20: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

bila terjadi peningkatan status pernafasan

5. Observasi respon individu terhadap aktivitas (status pernafasan dan pucat)- Mencegah

aktivitas Px yang berlebihan

- Meningkatkan complain paru-paru dan mencegah kelelahan yang berlebihan.

22-10-2010

12:20 Nyeri pada dada yang berhubungan dengan penekanan dinding pleura oleh cairan efusi pleura Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang 3 X 24 jam KH :–        Nyeri berkurang skala (0–1)–        Ekspresi menyeringai (-)–        Nadi : 60–100 x/menit 

1. Mengajarkan.Tehnik relaksasi:

nafas dalam/ distraksi

2. Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring.

3. Kolaborasi pemberian obat analgesic.

4. Evaluasi karakteristik nyeri (PQRST)

5. Mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang sedang dirasakan.

6. Untuk

 

20

Page 21: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

meminimalkan mobilisasi pasien, diharapkan agar nyeri dapat berkurang.

7. menghindari puncak periode nyeri, alat dalam penyembuhan otot, dan memperbaiki fungsi pernafasan dan kenyamanan / koping emosi

8. untuk mengetahui perubahan karakteristik nyeri setelah dilakukan penatalaksanaan.

6. EVALUASI

1. Pasien toleran terhadap aktifitasnya sehari-hari.

2. Pasien menunjukkan pola napas norma

3. Pasien dapat mengeluarkan secret sehingga bersihan jalan nafas efektif.

4. Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang  atau dapat dikontrol.

5. Pasien menjadi tahu tentang kondisinya dan pengaturan obatnya.

21

Page 22: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari materi yang penulis buat dalam makalah yang cukup sederhana ini,

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyakit PLEURITIS disebabkan oeh

beberapa faktor. Sebagian besar penyebabnya adalah virus,jamur dan parasit.Pleuritis

sangat mudah menjadi suatu masalah yang kritis apabila salah satu atau dua-duanya

dari penyakit tersebut tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan masalah yang

berat. Untuk itu kita harus selalu menjaaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita

dengan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit.

Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang

antara pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat

berupa transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan

neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura

yang disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab

efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia

bakterialis, dan emboli paru. Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah

tuberculosis.

Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri

dada, atau nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan

efusi kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak

pada perfusi, atau friction rub pleura.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari tentu banyak terdapat

kesalahan dan kekurangn dalam penusunan kosep makalah dan konsep askep diatas.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan dukungan yang berupa kritik dan masukan

yang membangun agar kedepan lebih baik. Dan penulis juga berharap, melalui

makalah yang sangat sederhana ini, kita sebagai manusia yang berakal dan mandiri

harus menghindari diri dari fakto-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tersebut.

22

Page 23: ASKEP Pleuritis Dan Pleura Effusion

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga

University Press

2. Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

3. Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC

4. Hudak,Carolyn M. 1997. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta:

EGC

5. J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius.

FKUI

6. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakitEd4.

Jakarta: EGC

7. Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

8. Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah ( Ed8. Vol.1).

Jakarta: EGC

9. Syamsuhidayat, Wim de Jong. 1997.  Buku Ajar Ilmu Bedah (Ed. Revisi). Jakarta:

EGC

10. Tucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan,

diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta: EGC

11. Siregar, Elisa. 2010. Efusi Pleura. http://elisasiregar.wordpress.com/efusi-pleura. Di

akses 10 oktober 2010 pukul 20.15 WIB

12. Ns, Sumedi SKp. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Efusi Pleura.

http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-klien-dengan-

efusi.html. Di akses 11 oktober 2010 pukul 18.44 WIB

13. Abdul Azis, M. 2010. Efusi Pleura. http://nieziz09.co.cc/efusi-pleura. Di akses 10

oktober 2010 pukul 19.23 WIB

14. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35519-Kep%20Respirasi-Askep

%20Efusi%20Pleura.html

15. http://noniiparamida.blogspot.com/2013/04/askep-pleuritis.html

23