pleno kel1 cemput

Upload: dede-sofyan

Post on 19-Jul-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KELOMPOK 1 CEMPAKA PUTIHAnnisa Prisillia Dewi Sri Juliana Evi Meilisa Fahmizar Satria Fitria ferrara Indra Permana S Novandra Hendra Rahmi nurfitriani misilu Yossey Pratiwi Eka Laela Savitri Zahra Tutor : dr. Kartono, Sp. Biomed

BERAT BADAN MENURUN

SKENARIO 1Seorang laki-laki umur 52 tahun, mengunjungi dokter oleh karena berat badan menurun yang dialami sejak 6 bulan terakhir. Penderita juga mengelugh akhirakhir ini selalu merasa lemas, lelah dan selalu mengantuk. Satu tahun lalu penderita didiagnosis menderita hipertensi ketika persipan operasi batu kantung empedu.

KATA/KALIMAT KUNCI Laki-laki,

52 tahun Berat badan menurun sejak 6 bulan terakhir Merasa lemas, lelah dan mengantuk Didiagnosis menderita hipertensi dan batu kantung empedu satu tahun lalu

PERTANYAAN

Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan menurun! (anatomi dan fisiologi) Mengapa pasien merasa lemah, lelah, dan selalu mengantuk? Jelaskan mekanisme bagaimana BB pasien bisa menurun! Jelaskan bagaimana mengenai status gizi pasien dari berbagai indeks! Jelaskan peran hormon-hormon yang mempengaruhi regulasi BB! Adakah hubungan RPD dengan BB yang menurun? Bagaimana mekanisme terjadinya batu kandung empedu ? Apa saja etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya batu kandung empedu? Sebut dan jelaskan macam-macam penyakit yang menyebabkan BB menurun? Tentukan DD dalam skenario! (Definisi, Etiologi, Epidemiologi, Patomekanisme, Manifestasi klinis, Langkah diagnosis, Penatalaksanaan, Komplikasi, Pencegahan, Prognosis)

Peranan Organ/Kelenjar Endokrin pada Regulasi Berat Badan

Hipotalamus

Hormon : melepaskan & menghambat (TRH, CRH, GnRH, GHRH, GHH, PRH, PIH) Sel sasaran : Hipofisis anterior Fungsi : mengontrol pengeluaran hormon-hormon hipofisis anterior

Hipofisis Anterior

Hormon : Pertumbuhan (GH) Sel sasaran : Tulang; jaringan lunak Fungsi : merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak; pengaruh metabolik mencakup anabolisme protein; mobilisasi lemak; konservasi glukosa

Pankreas Endokrin [Pulau Langerhans] Hormon

: Insulin (Sel B) Sel sasaran : sebagian besar sel Fungsi : mendorong penyerapan, penggunaan, dan penyimpanan nutrien oleh sel

Hati Hormon

: Somatomedin Sel sasaran : Tulang; jaringan lunak Fungsi : Mendorong pertumbuhan

Hormon yang Berpengaruh Pada Penurunan Berat BadanKELENJAR JARINGAN

Hipotalamus

Growth hormone inhibitory hormone (GHIH) (somatostatin)

Kelenjar Tiroid

Peningkatan Hormon Tiroid yang berlebihan menyebabkan penurunan berat badan. Peningkatan hormon Glukagon (sel alfa) Glukosa dalam darah meningkat.

Pankreas

Kehilangan kaloriPenurunan Berat Badan

Glukosa akan dieksresikan ke dalam Urin (Glikosuria)

Reabsorpsi gkukosa dalam tubulus renal akan dilampaui

LemahInsulin tidak ada penyimpanan protein terhenti katabolisme protein konsentrasi asam amino plasma

proses glukoneogenesis

ekskresi urea dalam urinlemah

MengantukPd DM II resistensi insulin Sekresi insulin meningkat

Menghambat sekresi glukagonPemasokan glukosa ke otak berkurang mengantuk

Berat Badan MenurunInsulin / resistensi insulin

Energi

Cadanga n energi

Massa tubuh

massa otot dan jaringan lemak

Jaringan lemak dan Protein

Sekresi kolesterol

Konsentrasi Kolesterol (Ch) meningkat

Sekresi garam empedu

Sekresi fosfalipid

Kolesterol tidak larut dan tidak seimbang

Pengendapan kolesterol

Terbentuk kristal

Batu empedu

Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus

Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,1999) Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. (Depkes RI 2005).

Epidemiologi Prevalensi

Etiologi

DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% orang dewasanya. Menurut penelitian epidemiologi di Indonesia berkisar antara 1,4-1,6% kecuali di 2 tempat yaitu Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%

Determinan genetik Kelainan sekresi insulin Kerja insulin Faktor risiko yang memperbesar kemungkinan menderita DM tipe 2 adalah hipertensi, kadar lemak yang tinggi, obesitas, dan meminum alkohol.

Faktor Risiko DM tipe 2Riwayat Obesitas Umur Hipertensi hiperlipidemia Faktor lain Ada riwayat diabetes dalam keluarga >120% berat badan ideal 20-59 th = 8,7% dan >65th = 18% > 140/90 mmHg Kadar HDL rendah 250 mg/dl Kurang olah raga, diet tinggi lemak rendah serat, dll.

PatofisiologiPada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah reseptor kurang, sehingga meskipun insulin banyak, tetapi karena reseptor kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi

Manifestasi klinisGEJALA KHAS GEJALA LAIN

Poliuria (sering kencing)Poliphagia (cepat lapar) Polidispia (sering haus) Lemas

Gatal-gatalMata kabur Gatal di kemaluan (wanita) Kesemutan

Berat badan menurun

Luka susah kering

KRITERIA DIAGNOSIS DMNO. 1 KRITERIA Gejala Klasik DM + Glukosa plasma sewaktu 200mg/dL (11,1 mmol/L) Gejala klasik DM + Glukosa plasma puasa 126mg/dL (7,0 mmol/L) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200mg/dL (11,1 mmol/L)

2

3

PenatalaksanaanPemicu sekresi insulin A. SULFONILUREA Obat golongan ini merupakan pilihan untuk pasien diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang , serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid. Yang termasuk golongan ini Khlorpropamid, Glibenklamid, Glikasid, Glikuidon, Glipisid, Glimepirid B. GLINID Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Yang termasuk golongan ini Repaglinid, Nateglinid1.

2. Penambah Sensitivitas terhadap Insulin A. BIGUANID Biguanid TIDAK merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia Contoh obat golongan ini Metformin B. THIAZOLIDINDION / GLITAZON Thiazolindindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR g) suatu reseptor initi di sel otot dan sel lemak. Contoh obt golongan iniPioglitazon, Rosiglitazon 3. Terapi dietetik bertujuan mengurangi masukan kalori dan menurunkan berat badan khusunya pada DM tipe 2

KOMPLIKASI

PROGNOSIS1. 2.

Komplikasi metabolik akut: hiperglikemia, hiperos,olar, koma nonketotik (HHNK) Komplikasi kronik jangka panjang: Retinopati diabetik, glomerulonekrosis, nefropati diabetik, neuropati perifer, penyakit makrovaskular, infark miokard.

Penurunan berat badan memperbaiki gejala Faktor-faktor genetik lain yang mempermudah dan memperberat keadaan resistensi insulin dengan cara penanganan diet yang sesuai sehingga menjadi prognosis yang lebih baik

TUBERKULOSIS PARU

Definisi Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang di tandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi, TB-Paru merupakan penyakit menahun. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosisEtiologi Penyebab tuberkulosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis

Epidemiologi 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia. Menurut laporan WHO tahun 2009: *pada tahun 2007 Indonesia 528.000 urutan ke 3 dunia. *pada tahun 2008 Indonesia 429.730 urutan ke 5 dunia.

PATOMEKANISME

GEJALA KLINIS Penurunan berat badan Sesak Napas Sputum purulen Demam Batuk Nyeri dada Malaise Anoreksia Keringat malam hari

Anamnesis

DIAGNOSIS

Pemeriksaan

Fisis. Pemeriksaan Penunjang: *Pemeriksaan Laboratorium: Tes tuberkulin (Mantoux), tes darah dan pemeriksaan sputum. *Pemeriksaan Radiologis.

Dosis Obat yang digunakan di IndonesiaDosis Harian Nama Obat BB < 50 kg BB > 50 kg Dosis berkala 3x seminggu

Isoniazid

300 mg

400 mg

600 mg

RifampisinPirazinamid Streptomisin Etambutol Etionamid PAS

450 mg1000 mg 750 mg 750 mg 500 mg 99

600 mg2000 mg 1000 mg 1000 mg 750 mg 10 g

600 mg2-3 g 1000 mg 1-1,5 g

KOMPLIKASI

Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas -> SOPT (sindrom Obstruksi Pasca tuberkulosis), kerusakan parenkim berat > fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

PENCEGAHAN Vaksinasi

BCG dapat mengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat (meningitis, tuberkulosis milier). Kasus dengan sputum positif harus diobati secara efektif agar tidak menularkan orang lain.

MALNUTRISI

MALNUTRISI PADA USIA LANJUT

MALNUTRISI ENERGI PROTEIN

Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana energi dan atau protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan metabolik. Malnutrisi ini dapat terjadi karena buruknya asupan protein dan kalori, dan meningkatnya kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit kronik atau trauma, atau meningkatnya kehilangan zat gizi (ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial).

Pada

usia lanjut, stress ringan jangka pendek juga dapat menyebabkan timbulnya malnutrisi energi protein. Malnutrisi protein dapat terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita infeksi paru dan saluran kemih ringan dan sering ditemukan segara setelah prosedur oprasi selektif.

Patofisiologi

Malnutrisi energi protein dapat terjadi sebagai akibat dari asupan yang tidak adekuat, atau berhubungan dengan mekanisme fisiologi penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh, dan selera makan. Pada keadaan defisensi primer, tubuh beradaptasi dengan menggunakan cadangan lemak sambil menghemat protein dan otot. Perubahan fisiologis yang terjadi sering reversibel dengan kembalinya asupan dan aktivitas seperti biasa. Kakeksia dicirikan dengan tingginya respon fase akut yang berkaitan dengan peningkatan mediatormediator inflamasi (ex: TNF, dan Interleukin-1) serta meningkatnya degradasi protein dan otot yang dapat pulih dengan membaiknya asupan. Kakeksia biasanya berhubungan dengan kondisi penyakit kronik, tapi dapat juga timbul pada usia lanjut.

Persentasi klinis

Kehilangan 5% dari berat badan biasanya berkaitan dengan meningkatnya morbiditas, dan mortalitas. Kehilangan BB 15-20% atau lebih biasanya secara tidak langsung menunjukkan malnutrisi berat. Pengukuran antrometri cadangan lemak, dan massa otot dapat membantu penilaian malnutrisi namu variabilitas antar pemeriksa cukup besar. Evaluasi klinis kehilangan turgor kulit, adanya atrofi otot, interosseus tangan dan otot temporalis kepala dapat menilai hilangnya lemak subkutan dah jasa otot. Bila berat badan turun >20% dari berat badan sebelum sakit, albumin serum kurang dari 2,1mg/dl, transferin serum kurang dari 80 U/ul, biasanya telah menjadi malnutrisi berat

DiagnosisAnamnenesi dan Pemeriksaan Fisik Perlu dicurigai adanya problem nutrisi apabila terdapay penyakit-penyakit yang sering terkait timbulnya malnutrisi seperti gangguan kognitif, gangguan miokard kronik, gangguan ginjal kronik, atau masalah paru, sindrom malabsorbsi dan polifarmasi. Bila terdapat riwayat anoreksia, rasa cepat kenyang, mual, perubahan pola defekasi, fatigue, apatis, dan hilangnya daya ingat harus mendapatkan perhatian penuh. Temuan fisis yang menandakan adanya defisit nutrisi adalah kondisi gigi geligi buruk, keilosis, stomatitis, angularis, dan glositis. Pada penderita malnutrisi berat sering ditemukan adanya ulkus dekubitus, atau lambatnya penyembuhan luka, edema, dan dehidrasi

Tatalaksana

Pada penderita penyakit akut, tatalaksana ditujukan untuk mengatasi problem akut tersebut (infeksi, kontrol tekanan darah, dan menjaga kondisi keseimbangan metabolik, elektrolit, dan cairan.Setelah masalah tersebut teratasi, minta pasien untuk secara sadar mengkonsumsi makanan sebanyak mungkin, ssehingga memberikan asupan kalori kira-kira 35 kkal/kgBB ideal. Pemberian NGT harus dihindari bagi pasien usia lanjut dengan delirium mengingat risiko aspirasi dan tarikan oleh pasien. Bagi pasien yang tidak delirium dapat diberikan diet per flowcare. Diet cair harus mengandung tidak lebid dari 1kkal/ml agar tidak terlalu kental dan dapat masuk ke selang dengan mudah.

DAFTAR BACAAN

Konsensus pengelolalaan dan pencegahan diabetes militus tipe 2 di indonesia 2006 Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI http://medicastore.com/diabetes/terapi_diabetes_mellitus.php http://indodiabetes.com/jenis-pemerikasaan-yang-harus-dilakukanpenderita-diabetes.html#ixzz1HFpprWZ8 Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. (dr. Andry Hartono, SpGK) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/02/kaitan -antara-obesitas-dan-diabetes.html Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Ed. V. Jakarta : InternaPublishing.

TERIMA KASIH