makalah bblr kel1.doc

52
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN “BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)” Dosen Pengajar : H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes. KELOMPOK 01 : 1.Rusmiati (7311047) 2. Lilik Agustina (7311021) 3. Muslimatun N.R. (7311042) 4.Teguh K.H. (7311046) 5.Aries F.R. (7311000) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Page 1

Upload: masitoh-ika-cahyani

Post on 10-Apr-2016

145 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH BBLR KEL1.doc

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN

“BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)”

Dosen Pengajar : H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.

KELOMPOK 01 :

1. Rusmiati (7311047)2. Lilik Agustina (7311021)3. Muslimatun N.R. (7311042)4. Teguh K.H. (7311046)5. Aries F.R. (7311000)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG, 2013

Page 1

Page 2: MAKALAH BBLR KEL1.doc

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Sistem Pecernaan

“Asuhan Keperawatan Dengan BBLR”

Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum

Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :

KELOMPOK 01

1. Rusmiati (7311047)2. Lilik Agustina (7311021)3. Muslimatun N.R. (7311042)4. Teguh K.H. (7311046)5. Aries F.R. (7311000)

disetujui dan disahkan pada Mei 2013

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

H. Andi Yudianto, S.Kep.Ns.M.Kes.

Page 2

Page 3: MAKALAH BBLR KEL1.doc

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan

dalam penyusunan makalahini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan

makalahini di masayang akan datang.

Pada kesempatan  ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala bantuan semuapihak sehingga makalah ini dapat terselesaika

Jombang, Mei 2013

Penyusun

Page 3

Page 4: MAKALAH BBLR KEL1.doc

DAFTAR ISI

Halama Judul............................................................................................................. 1

Kata Pengantar.......................................................................................................... 2

Lembar Pengesahan................................................................................................... 3

Daftar Isi..................................................................................................................... 4

BAB I : Pendahuluan................................................................................................. 5

BAB II : Konsep Dasar.............................................................................................. 8

BAB III : Asuhan Keperawatan................................................................................ 24

BAB IV : Penutup........................................................................................................ 35

Daftar Pustaka............................................................................................................. 36

Page 4

Page 5: MAKALAH BBLR KEL1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka

kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang

terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu

yang lama.

Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas

dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak

subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan

cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas

dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu),

misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system

kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih

tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar,

sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan

gangguan perawatan.

FENOMENA

Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang

mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan

menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara

berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan,

kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara

berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit

kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh

kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam

Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada

aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan

kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu

tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia

Page 5

Page 6: MAKALAH BBLR KEL1.doc

pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang

sama AKB 13,5 %.

INSIDENSI

Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S.

Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit

berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37

minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi

antara 6 – 16 %. Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus

adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum,

AH, 2002).

Tabel : Penyebab kematian Neonatus di Bangsal Neonatus RSCM Jakarta Tahun 1986

Penyebab Kematian Neonatus ( % )

Cacat bawaan 33.8

Sindrom gawat nafas 20.1

Infeksi 19.4

Asfiksia 17.7

Imaturitas (tidak spesifik) 6.3

Penyebab lain 3.2

1.2 TUJUAN

1.  Tujuan umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR

2. Tujuan khusus

a.   Dapat mengetahui definisi BBLR

b.   Dapat mengetahui etiologi BBLR

c.    Dapat menjelaskan tanda dan gejala BBLR

d.   Dapat menjelaskan patofisiologi BBLR

e.    Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus BBLR

f.    Dapat memberikan asuhan keperawatan.

Page 6

Page 7: MAKALAH BBLR KEL1.doc

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 DEFINISI

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. (Ilmu

Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat dan 2500 gram atau lebih rendah.

(Menurut WHO,1961)

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badannya

kurang dari 2.500 gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi prematur adalah

kurang dari 37 minggu. (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)

2.2 MACAM-MACAM

Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematuritas Murni

Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk

masa kehamilan (NKB-SMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intaruterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)/ Small for

Gestatation Age (SGA).

(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)

2.3 ETIOLOGI

a. Faktor Ibu :

Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 th

Perdarahan antepartum

Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )

Penyakit kronis

Page 7

Page 8: MAKALAH BBLR KEL1.doc

Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru,

hipertensi, dll )

Malnutris

Kelainan uterus

Infeksi Hepatitis A-B = menimbulkan gangguan umum karena fungsi hati dalam

mengatur nutrisi kurang sehingga dapat menimbulkan prematuritas.

Hidramnion

Trauma

Jarak kehamilan terlalu dekat

Pekerjaan berat semasa hamil

Faktor penyakit (Toksemia gravidarum, trauma fisik, keadaan uterus yang buruk,

penyakit Vaskular) atau maternal infection (TORCH) dan Sitomegalovirus =

gangguan sel berupa sitolisis sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.

b. Faktor Plasenta

Penyakit Vaskuler

Kehamilan ganda

Malformasi

Tumor

Plasenta privea

c. Faktor Janin Kelainan kromosom :

- Trisomi 21 dan 18 = gangguan tumbuh kembang muskulus arteriol sehingga

menimbulkan gangguan sirkulasi darah retroplasenter dengan akibat MKM.

- Trisomi 16 = menimbulkan abortus spontan.

Malformasi

Infeksi congenital ( missal : rubella ) = gangguan vaskular khusnya kapiler

endotelial dan dapat menimbulkan gangguan kongenital.

Kehamilan ganda (Twin Fetuses)

Ketuban pecah dini

(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)

Page 8

Page 9: MAKALAH BBLR KEL1.doc

a. Faktor Genetik (orang tuanya kecil dan pendek, kromosom abnormal,

anancephal).

b. Kehamilan ganda.

c. Ibu malnutrisi.

d. Ibu mengkonsumsi alkohol, rokok, atau nikotin atau ibu tinggal di lingkungan

yang beresiko tinggi.

e. Infeksi, seperti TORCH

f. Penurunan plasenta yang disebabkan oleh diabetes, penyakit ginjal, toxemia, dan

hipertensi.

g. Kongenital anomali.

h. Obat-obatan, seperti antimetabolisme/ antikonvulsan, diminum oleh ibunya.

(Maternal Infant Health)

2.4 PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko

gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.

  Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,

hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng

di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm

mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia

menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.

  Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih

sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi

lemak dibandingkan dengan bayi aterm.

  Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara

refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34

minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target

pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya

motilitas usus terjadi pada bayi preterm.

  Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori

yang meningkat.

  Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding

dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini

akan meningkatkan kebutuhan kalori.

Page 9

Page 10: MAKALAH BBLR KEL1.doc

2.5 TANDA KLINIS

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

Berat kurang dari 2500 gram

Panjang kurang dari 45 cm

Lingkar dada kurang dari 30 cm

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Kepala lebih besar

Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

Otot hipotonik lemah

Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

Kepala tidak mampu tegak

Pernapasan 40 – 50 kali / menit

Nadi 100 – 140 kali / menit

Status Bayi saat dilahirkan :

Nilai Apgar yang rendah, asfiksia, dilakukan resusitasi.

Terlihat tidak proposional dengan bagian-bagian badan kecil dan simetris.

BB, TB, dan lingkar kepala yang tidak sesuai dengan kelahiran.

(Maternal Infant Health)

2.7 PROBLEMATIKA BBLR

Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun

fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :

1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh

yang disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan

lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan

berat badan, otot yang tidak aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena

lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Page 10

Page 11: MAKALAH BBLR KEL1.doc

2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal

ini disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2),

pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang

masih lemah yang tulang iga yang mudah melengkung(pliable thorak)

3. Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit

membran hialin dan aspirasi pneumoni.

4. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari

motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu

pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi

lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa mineral tertentu

berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan

terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi asspirasi.

5. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.

6. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang

sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan airtubuh

dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis

metabolik.

7. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh(fragile), kekurangan

faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor christmas.

8. Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih

belum baik.

9. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan

intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita

apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan

intraventrikuler ini dapat

10.Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi

tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah

yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina

sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka

oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini

dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.

Page 11

Page 12: MAKALAH BBLR KEL1.doc

(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)

2.8 KOMPLIKASI

1. Sindrom aspirasi mekonium = Keadaan hipoksia intrauterin akan mengakibatkan

janin mengadakan ‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke

dalam likour amnion seperti yang sering terjadi pada ‘subacute fetal distress’.

Akibatnya cairan yang mengandung mekoniumyang lengket itu masuk ke dalam

paru janin karena inhalasi. Pada saat lair bayi akan menderita gangguan pernapasan

idiopatik. Pengobatannya sama dengan pengobatan sindrom gangguan pernapasan

idiopatik ditambah dengan pemberian antibiotik.

2. Sindrom distres respirasi = disebut juga penyakit membran hialin karena pada

stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang membungkus alveolus paru.

Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat

kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan

mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :

a) rintihan waktu inspirasi

b) napas cuping hidung

c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit

d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )

Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas

darah menunjukkan :

a) kadar oksigen arteri menurun

b) konsentrasi CO2 meningkat

c) asidosis metabolic

Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena

dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan

menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila

timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.

3. Fibroplasiasretrolental

Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat

atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan

kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di

bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar

incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi

Page 12

Page 13: MAKALAH BBLR KEL1.doc

40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini

mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.

4. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

5. Enterokolitisnekrotik

Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia.

Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar

darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami

perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral.

Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin

diperlukan pembedahan

6. Hiperbilirubinemia = keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi prematur

belum matang.

7. Perdarahan intraventrikuler = adalah perdarahan spontan pada ventrikel otak

lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin di paru-

paru.

8. Hipotermia = mungkin disebabkan oleh menurunnya glikogen dan cadangan lemak

coklat, hasilnya bayi mengalami penurunan kemampuan untuk mengatur panas

normal dan menurunkan level energi.

Prinsip Termoregulasi

Termoregulasi adalah keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.

Pencegahan stress dingin, yang menyebabkan hipotermia (suhu tubuh <350C),

sangat penting untuk pertahanan utuk bayi BBLR. Bayi yang baru lahir tidak dapat

menggigil, bergerak terlalu banyak atau meminta selimut tambahan sehingga

bergantung pada adaptasi fisik yang menghasilkan panas dengan meningkatkan

laju metabolisme basal dan menggunakan cadangan lemak coklat yang ada. Oleh

karena itu, pemajanan terhadap lingkungan yang dingin dapat berakibat pada

perubahan fisiologi multisiste, yang secara signifikan mengganggu status kesehatan

bayi. Saat tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkat karena bayi berusaha

meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk

menghasilkan energi dan panas. Tindakan perewatan harus bertujuan memberi

lingkungan yang mendukung kenetralan suhu. Hal ini juga dikenal sebagai

‘lingkungan termal netral (NTE)’, kisaran suhu sekitar saat lau metabolisme

minimal, bayi mendapatkan atau bahkan kehilangan panas, konsumsi oksigen

Page 13

Page 14: MAKALAH BBLR KEL1.doc

minimal dan gradien suhu inti-ke-kulit kecil (Blackburn & Loper 1992 dari Myles

2011).

9. Hipoglikemia = Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada kemungkinan

sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan (Pengantar Kuliah Obstetri,

2007). Biasanya bayi KMK mengalami kedinginan, bayi yang tumbuh secara

asimetris mengalami peurunan cadangan glikogen pada hati dan otot skeletal

(Ogata, 1999 dari Myles, 2011).

10. Hipokalsemia = dikarenakan terjadi gangguan pada kelenjar hipotiroid. Dapat

menanmbah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan berantai yang akhirnya

dapat terjadi henti jantung bayi.

(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan I.B.G Manuaba Pengantar Kuliah Obstetri,

2007)

2.9 PENATALAKSANAAN

Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan

yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua

perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

1. Suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu

tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan

antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal

tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah

yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian

lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang

berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari

2000 gram

2. Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur

perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum

Page 14

Page 15: MAKALAH BBLR KEL1.doc

memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,

sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang

lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan

pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi

terhadap pernafasan lebih mudah.

Cara menggunakan inkubator bagi BBLR :

1. Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara

keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan

2. Tutup matras dengan kain bersih

3. Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan

menyerang bayi)

4. Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :

a. BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur

3-5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰Cb. BB 1500-2000 gram

Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4 minggu : 32⁰Cc. BB 2100-2500 gram

Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3 minggu : 32⁰Cd. BB >2500 gram

Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.

(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang

dan suhu inkubator 7⁰C naikan suhu inkubator 1⁰C)

5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan

6. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua

pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan terapi

selesai

7. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar inkubator

tetap hangat

8. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi

9. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila

setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian setip 3 jam.

a. Bila suhu < 36⁰C atau >37⁰C, atur suhu inkubator secepatnya.

Page 15

Page 16: MAKALAH BBLR KEL1.doc

b. Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti

inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang

dikehendaki atau gunakan cara lain untukmenghangatkan bayi.

10. Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan manajemen

penanganan suhu tubuh abnormal

11. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukan tanda-

tanda sakit.

Ruangan hangat

Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat petugas tidak

nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa menambah alat penghangat

untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat bagi BBLR, yaitu

1. Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi

2. Pastikan suhu ruangan paling rendah 26⁰Ca. BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30⁰Cb. BB >2000 gram suhu ruangan 26-28⁰C

3. Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding yang dingin,

jendela dan aliran udara

4. Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari

5. Pada malam hari, tambahkan sumber panas

Pemantauan

I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7 hari

- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir

>1500 gram dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai

kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.

- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan

seharusnya:

1. 150-200 g seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)

2. 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari)

- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan

telah berusia lebh dari 7 hari:

1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari.

Page 16

Page 17: MAKALAH BBLR KEL1.doc

2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah

pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari

3. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

sampai 200 ml/kg/hari.

4. Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas

dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg

bb/hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat.

3. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,

akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar

30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa

yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat

menimbulkan kebutaan

4. Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang

berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.

Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan

sebelum dan sesudah merawat bayi.

5. Glukosa (Hiperglikemia): Penyuntikan disusul pemberian infuse glukosa

6. Pemberian makanan/ nutrisi

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya

hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan

melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya

lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,

dibandingkan dengan bayi preterm.

2.10 Penatalaksanaan BBLR dibawah 1750 gram

Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram mungkin perlu perawatan

ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan

kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.

a. Pemberian Minum

Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi

mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang

Page 17

Page 18: MAKALAH BBLR KEL1.doc

tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika

bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi

pemberian minum melalui sendok dan cangkir.

Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum,

asupan cairan, adanya suatu TANDA BAHAYA atau tanda-tanda

adanya infeksi bakteri berat Jika terdapat salah satu tanda ini,

lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang

dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR).

Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial),

harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih

baik.

Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi

minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko.

Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan

Khusus atau Unit Neonatal.

Tatalaksana

Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu

tanda hipoksemia.

Suhu

• Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau

beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf

telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat

bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk

bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh

sekitar 36.5 – 37.50 C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.

Cairan dan pemberian minum

• Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan.

Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan sehat dan

aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung,

tergantung berat badan bayi (lihat halaman 62).

• Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi

sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa.

Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV

dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.

Page 18

Page 19: MAKALAH BBLR KEL1.doc

• Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum

enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang.

Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.

• Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2,

pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum

dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah

keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.

• Gunakan tabel minum.

• Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.

• Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.

• Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.

Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau

pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat

diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah

yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap

hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang

buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama,

tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi.

• Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga

150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan

28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume

minum berdasarkan berat badan terakhir.

Antibiotika dan Sepsis

• Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit

atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi

kecil (mendekati 1 kg).

• Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA (halaman 57) atau tanda

lain infeksi bakteri berat (halaman 58) mulailah pemberian antibiotik.

Apnu

• Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang

pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan

resusitasi dengan balon dan sungkup.

• Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai

membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.

Page 19

Page 20: MAKALAH BBLR KEL1.doc

• Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/

kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan

sesuai anjuran (lihat halaman 79).

• Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara

oral atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai

anjuran.

• Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.

2.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK

a) Hematokrit (HCT) meningkat 70% menandakan polistemia (peningkatan

viskositas) bila terjadi penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic

prenatal /perinatal dan hemoglobin (Hb) 20 g/dl.

b) Titer Torch sesuai indikasi/ screen bakteri dan TORCH – mengetahui

penyebaran penyakit.

c) GDA – Oksigen berkurang dan karbondioksida pada level asfiksia.

d) Menghiung gula Dextrostix – mengindikasikan glukosa 45 mg/dl 1-2 jam

setelah kelahiran dan untuk 2-3 hari setelah kelahiran.

e) Pemantauan elektrolit – biasanya dalam batas normal pada awalnya untuk

natrium, kalium, sodium dan kalsium. Dan kemungkinan mendeteksi adanya

penurunan untuk selanjutnya.

f) Pemeriksaan bilirubin – melihat kembali adanya peningkatan di polisitemia

yang berhubungan dengan hipoksemia. (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,

8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari).

g) Pemeriksaan IgM – untuk melihat meningkatnya infeksi ; mungkin terjadi

peningkatan/ penurunan jumlah leokosit (18.000/mm3, netrofil meningkat

sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada

sepsis )). ; penurunan jumlah platelet ; mungkin terjadi ketidaknormalan waktu

protombin/ waktu parsial protombin.

h) Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). Foto dada

ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi

sindrom gawat nafas. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia

i) Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi

Page 20

Page 21: MAKALAH BBLR KEL1.doc

2.12 PROGNOSIS

Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi

berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi.

Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau

infeksi sekunder.

BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami

pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa

gestasi.

Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar

kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

2.13 PEMULANGAN BAYI

Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum

putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari

dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat

badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

Pemulangan dan pemantauan BBLR

BBLR dapat dipulangkan apabila :

• Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.

• Berat badan bertambah hanya dengan ASI.

• Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian

terbuka.

• Ibu yakin dan mampu merawatnya.

BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika

ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.

Konseling pada saat BBLR pulang

Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :

• pemberian ASI eksklusif

• menjaga bayi tetap hangat

• tanda bahaya untuk mencari pertolongan

Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga

berat badan bayi mencapai 2.5 kg.

2.14 Upaya-upaya Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR

Page 21

Page 22: MAKALAH BBLR KEL1.doc

I. Upaya umum

1) Meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat sehingga cukup nutrisi dalam

bentuk 4 sehat 5 sempurna.

2) Melakukan pengobatan yang menyertai ibu hamil sedini mungkin antara lain :

a) Hipertensi

b) Penyakit ginjal

c) Penyakit hati

d) Kardiovaskuler

e) DM

f) Penyakit paru/ asma

3) Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil dalam keadaan sehat psikologi,

ekonomis, dan fisik yang tepat, dengan memperhatikan interval kehamilan.

4) Berhenti hamil setelah mencapai umur sekitar 35 tahun sehingga kemungkinan

penyakit di atas tidak berpengaruh.

5) Saat hamil lebih banyak instirahat baring.

II. Upaya khusus

Setelah diagnosis ditegakkan, ada kemungkinan akan terjafi IUGR. Maka upaya yang

dapat dilakukan adalah :

1) Tidur miring ke kiri. Untuk meningkatkan kelancaran aliran darah menuju retro-

plasenter sehingga dapat :

a) Meningkatkan aliran nutrisi, vitamin dan lainnya.

b) Meningkatkan pertukuran O2 dan CO2

c) Meningkatkan fungsi plasenta lainnya.

2) Memberikan pengaobatan ringan dengan :

a) Aspirin 150 mg/hari.

b) Dipiridamol 225 mg/hari.

c) Pemberian heparin, untuk mengurangi trombosis.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Data Demografi

Page 22

Page 23: MAKALAH BBLR KEL1.doc

a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB = kurang dari 2.500 gr, TB = sama

dengan/kurang dari 46 cm, LK = sama dengan/kurang dari 33 cm, LD =

sama dengan/kurang dari 30 cm.

b) Identitas ibu :

- Nama :

- Jenis kelamin : Perempuan

- Usia : biasanya > 35 tahun

- Alamat :

- Pekerjaan :

- Pendidikan :

c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.

d) Riwayat kehamilan (usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu)

e) Komplikasi kehamilan dan persalinan : perdarahan pada kehamilan,

kelainan plasenta, kehamilan ganda, gizi rendah, infeksi TORCH.

f) Jenis persalinan : Persalinan vaginal, SC sekunder/ primer.

2. Riwayat kesehatan keluarga : nenek/ ibu dari ibu bayi dulu waktu mengandung

mengalami pendarahan sewaktu kehamilan.

3. Riwayat kesehatan sekarang : BB bayi 1700 gr dengan persalian SC

4. Riwayat kesehatan masa lalu :

a) Prenatal : memeriksaan kehamilan ke bidan 3 x, diet rendah garam dan

istirahat cukup.

b) Natal : dulu ibu bayi lahir dengan persalinan secara seksio sesarea.

c) Postnatal : Skor Apgar 5 (warna kulit : merah, denyut nadi : 125 x /menit,

reflek : menangis. Aktivitas : lemah, bernapas spontan, teratur). Obat-obatan

yang diberikan pada klien antara lain : Vitamin K dan Imunisasi.

5. Keadaan umum

Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan

akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.

Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya

BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran

lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital

Page 23

Page 24: MAKALAH BBLR KEL1.doc

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia

benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila

suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.

Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara

120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada

bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).

6. Pemeriksaan fisik

Head to toe

a) Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi

preterm terdapat lanugo dan verniks.

b) Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-

ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan

intrakranial.

c) Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding

conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap

cahaya.

d) Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

e) Mulut

Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

f) Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

g) Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

h) Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan

ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

i) Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada

garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau

Page 24

Page 25: MAKALAH BBLR KEL1.doc

tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2

jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract

belum sempurna.

j) Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda

infeksi pada tali pusat.

k) Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara

uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan

labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

l) Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna

dari faeses.

m) Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang

atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta

jumlahnya.

n) Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.

Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf

pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter

Patricia A, 1996 : 109-356).

B1-B6

a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular

Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung

(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary

refill (kurang dari 2-3 detik).

b)  Sistem pernapasan

Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris, cuping hidung,

interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara

40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.

c) Sistem gastrointestinal

Page 25

Page 26: MAKALAH BBLR KEL1.doc

Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus,

muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,

karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.

d) Sistem genitourinaria

Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).

e) Sistem neurologis dan muskuloskeletal

Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau

sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon

pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan

lunak.

f) Sistem thermogulasi (suhu)

Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

g)  Sistem kulit

Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus),

tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.

h) Sistem Reproduksi

Pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum

berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.

i) Keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah,

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuscular.

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selma 1X24 jam, pola nafas

klien kembali adekuat.

Kriteria Hasil :

RR normal (30-80 x/menit), bunyi nafas vesikuler, klien tidak menggunakan alat

bantu napas (nasal oksigen), sianosis tidak ada, nilai AGD normal.

Intervensi Rasional

1. Tempatkan klien pada posisi telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke atas.

- Meningkatnya ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi paru untuk kebutuhan seluler. untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.

2. Lakukan penghisapan sekret dengan - Menghilangkan mukus yang terakumulasi

Page 26

Page 27: MAKALAH BBLR KEL1.doc

teknik yang tepat.

3. Observasi adanya tanda distress pernafasan.

4. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

5. Kolaborasi pemeriksaan AGD.

dari nasofaring, trakea, dan juga untuk mencegah infeksi dan kerusakan jalan napas.

- Mencegah terjadinya komplikasi.

- Meningkatkan keadekuatan oksigen di dalam tubuh.

- Mengetahui keseimbangan oksigenisasi dalam jaringan.

2) Resiko kekurangan cairan berhubungan fisiologis imatur, penguapan berlebihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan cairan klien kembali

seimbang.

Kriteria hasil :

Intake output seimbang, klien tidak mengalami dehidrasi, membran mukosa lembab,

turgor kulit elastis, BB dalam batas normal.

No Intervensi Rasional

1 Kaji status hidrasi klien mengetahui tingkat hidrasi klien dan menentukan intervensi lanjutan.

2 Timbang berat badan setiap hari. BB merupakan indikator dari keseimbangan cairan.

3 Observasi turgor kulit, membran

mukosa.turgor kulit dan membran mukosa kering menunjukan adanya tanda-tanda dehidrasi.

4 Hitung intake dan output klien per 24 jam.

mengetahui tingkat keseimbangan cairan klien.

6 Berikan pelembek fese,stimulan

ringanmenghindari dehidrasi atau hidrasi

Page 27

Page 28: MAKALAH BBLR KEL1.doc

berlebihan pada ginjal imatur dan vena yang rapuh.

7 Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai dengan instruksi.

mengembalikan status hidrasi klien kembali adekuat.

3) Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan

penurunan lemak tubuh subkutan

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam, klien dapat

mempertahankan suhu tubuh yang stabil.

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,1 – 37,7°C), tidak terjadi hipertermi, akral

hangat, glukosa darah normal.

No Intervensi Rasional

1 Tempatkan bayi di dalam inkubator. - mempertahankan suhu tubuh stabil.

2 Pantau suhu aksila dan tanda- tanda hipotermi.

- mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal yang dapat diterima.

3 Gunakan pelindung panas. - menurunkan kehilangan panas.

4 Bila tidak menggunakan inkubator, berikan selimut hangat dan sinari / berikan cukup cahaya / sinar lampu.

- selimut hangat menjaga suhu tubuh bayi dan sinar lampu memberikan efek hangat pada bayi.

5 Ganti popok bila basah. -mencegah bayi kedinginan dan hipotermi.

6 Pantau nilai glukosa darah - mengetahui terjadinya hipoglikemi.

Page 28

Page 29: MAKALAH BBLR KEL1.doc

4) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami infeksi.

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda- tanda infeksi (tumor, dolor kalor, rubor dan fungtio laesa) pada tubuh

klien, TTV dalam batas normal, lekosit normal, klien tidak mengalami sepsis.

No Intervensi Rasional

1 Observasi adanya tanda- tanda infeksi.

- mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

2 Pisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak mengalami infeksi.

- mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

3 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.

- meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.

4

5

6

Bersihkan atau sterilkan alat yang digunakan klien.Kolaborasi pemberian vitamin sesuai dengan instruksi.

Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (lekosit).

- meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.- dapat membantu pembentukan dan meningkatkan daya tahan tubuh.- lekosit meningkat menunjukan terjadinya infeksi.

5) Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna nutrisi dan reflek menelan karena imaturitas

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi klien

kembali terpenuhi.

Kriteria Hasil :

Klien mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat, berat badan klien

meningkat (kira- kira 20-30 gram /hari), kembung tidak ada, klien dapat menghisap

dengan kuat, nilai Hb normal, klien menghabiskan susu sesuai dengan instruksi, tidak

terdapat residu.

No Intervensi Rasional

1 Beri klien minuman sedikit tapi -mencegah terjadinya dilatasi

Page 29

Page 30: MAKALAH BBLR KEL1.doc

sering lambung yang dapat menyebabkan mual dan muntah.

2 Beri klien minuman tinggi kalori dan protein.

-membantu pemenuhan nutrisi tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.

3 Bila refleks menghisap baik, berikan PASI sesuai dengan instruksi.

- PASI dapat membantu pemenuhan nutris dan kalori klien.

4 Ikuti instruksi untuk meningkatkan volume dan konsentrasi PASI

- menghindari intoleransi pemberian makanan.

5 Timbang berat badan setiap hari. - mengetahui perkembangan status nutrisi klien

6 Observasi residu sebelum pemberian susu.

-mengetahui tingkat absorbsi usus

7

8

Kolaborasi pemberian vitamin sesuai instruksi. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Hb).

-membantu pemenuhan nutrisi.

- Hb menunjukan status nutrisi klien.

6) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, penurunan

status nutrisi dan prosedur invasif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, integritas kulit klien tetap utuh.

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda-tanda iritasi pada kulit klien, tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit

klien, tidak ada kemerahan pada lipatan kulit, popok klien tetap kering.

No Intervensi Rasional

Page 30

Page 31: MAKALAH BBLR KEL1.doc

1 Observasi keadaan kulit klien. mengetahui secara dini terjadinya iritasi.

2 Bersihkan kulit klien setiap kali klien BAB atau BAK.

feses dapat merusak integritas kulit

dan membuat iritasi.

3 Mandikan klien setiap hari. mengurangi terjadinya iritasi.

4 Ganti popok klien bila basah. keadaan yang lembab dapat

mengiritasi kulit klien.

5 Gunakan baby oil pada lipatan kulit.

meminimalkan gesekan antar kulit

dan mencegah iritasi pada daerah

lipatan kulit.

7) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perpisahan dari

orang tua

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang normal.

Kriteria Hasil :

Klien menunjukan pertambahan berat badan, klien hanya terpapar stimulus yang tepat.

No Intervensi Rasional

1 Berikan nutrisi yang optimal. -menjamin pertambahan berat badan yang mantap dan pertumbuhan otak.

2 Berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan.

- menurunkan penggunaan kalori dan oksigen yang tidak perlu.

3 Kenali adanya tanda- tanda stimulasi berlebihan .

- memberikan kesempatan pada klien untuk istirahat.

4 Tingkatkan interaksi orang tua dan -interaksi merupakan hal yang

Page 31

Page 32: MAKALAH BBLR KEL1.doc

klien. esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

5 Berikan informasi pada orang tua klien tentang kondisi klien.

- informasi yang adekuat dapat meningkatkan interaksi dan stimulus orang tua pada anak.

8) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan, gangguan

proses kedekatan orang tua

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga klien menunjukan

perilaku kedekatan yang positif.

Kriteria Hasil :

Orang tua klien mengunjungi klien setiap hari, orang tua berhubungan secara positif

dengan klien (misalnya mengendong, melihat), orang tua memberikan perawatan

untuk bayi dan menunjukan sikap nyaman dalam hubungannya dengan klien, orang

tua mengidentifikasi tanda-tanda stress atau keletihan pada klien.

Intervensi Rasional

a. Dorong kunjungan orang tua sesegera mungkin.

memulai proses pendekatan.

b.      Dorong orangtua untuk mengunjungi klien setiap hari, menyentuh, mengendong klien.

- meningkatkan kepercayaan diri

orangtua.

c.       Identifikasi sumber-sumber (misalnya transportasi, pengasuh bayi).

- membantu memungkinkan orang

tua untuk berkunjung.

d.      Izinkan orang tua untuk menghabiskan waktu sendiri bersama klien.

- meningkatkan kedekatan antara

orang tua dengan anak.

e.       Bantu orang tua dengan mendemonstrasikan teknik-teknik perawatan bayi dan tawarkan dukungan.

- dapat membantu meningkatkan

keterampilan ibu dalam perawatan

bayi

Page 32

Page 33: MAKALAH BBLR KEL1.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1     Kesimpulan

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya

pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram.

Ada 3 penyebab yang biasanya mengikuti bayi BBLR :

Page 33

Page 34: MAKALAH BBLR KEL1.doc

A. Faktor Ibu

B. Faktor Janin

C. Faktor Plasenta

Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi BBLR ada beberapa salah satunya menangani

kebiasaan buruk sang ibu dan melakukan check up kehamilan berkala.

DAFTAR PUSTAKA

I.B.G Manuaba, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta:EGC.

Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Page 34

Page 35: MAKALAH BBLR KEL1.doc

Myles.2011.Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta:EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak buku 3. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

T. Heather H.2011.Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan 2009-2011. Jakarta:EGC.

Wilkinson, Judith M.dkk.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC.

_____________________.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC.

Wong, Donna L.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta:EGC.

_____________________.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6.

Jakarta:EGC.

Page 35