pinta gemeli
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gemeliTRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS
GEMELLI
Disusun Untuk Memenuhi sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Pendidikan
Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Diajukan kepada Yth :
dr. Any Ashari , Sp. OG (K)
Disusun oleh :
Jatuwarih Pintautami
2007 031 0024
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012

HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Tanggal : Januari 2012
Disusun oleh:
Jatuwarih Pintautami
2007.031.0024
Menyetujui
Dokter Pembimbing
dr. Any Ashari, Sp. OG (K)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullah wabarokatuh.
Alhamdulillahirabil’alamin, hanya itu kalimat pujian yang pantas penulis
persembahkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk, dan kemudahan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesikan presentasi kasus
ini yang diberi judul Gemelli. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, dan juga
untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang penatalaksanaan gemelli.
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat
baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang
tidak ternilai kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga
sehingga penulis mampu menyelesaikan presentasi kasus ini dengan baik.
2. Dr.Any Ashari, Sp. OG (K), selaku dokter pembimbing dalam menyelesaikan
presentasi kasus ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Bantul, Januari 2012
Penulis

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan
dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan
ganda/ gemelli ( 2 janin ), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ), Quintiplet (
5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai
dengan hokum Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan antara
kehamilan ganda dan tunggal adalah 1: 89, untuk triplet 1 : 892, untuk
kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya. Kehamilan tersebut selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya.
Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan
dengan janin ganda, oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda
sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan.
2. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ganda
dizigot, seperti bangsa, hereditas, umur dan paritas ibu.
Bangsa Negro di Amerika Serikat mempunyai frekuensi kehamilan
ganda yang lebih tinggi dari pada bangsa kulit putih. Pada sebagian kawasan
di Afrika, frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi. Knox dan
Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat di pedesaan

Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 19
kelahiran. Kehamilan ganda diantara orang-orang timur atau oriental tidak
begitu sering terjadi, di Jepang hanya satu diantara 155 kelahiran.
Sebagai faktor penentu kehamilan ganda, genotip ibu jauh lebih
penting dari pada genotip ayah. White da Wyshak (1964) dalam suatu
penelitian menemukan bahwa para wanita yang dirinya sendiri merupakan
kembar dizigot ternyata melahirkan bayi kembar dizigot dengan frekuensi 1
per 58 kelahiran. Sedangkan wanita yang bukan kembar tetapi mempunyai
suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 126
kelahiran.
Efek positif bertambahnya usia maternal dan paritas pada insiden
kehamilan ganda telah diperlihatkan dengan jelas oleh Waterhouse (1950).
Untuk setiap peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun atau paritas sampai 7,
frekuensi kehamilan ganda akan meningkat. Paterson dkk, di Swedia (1976)
memastikan peningkatan yang nyata pada angka kelahiran multipel yang
berkaitan dengan meningkatnya paritas. Dalam kehamilan pertama, Frekuensi
janin multipel adalah 1,27 % bila dibandingkan dengan 2,67 % dalam urutan
kelahiran keempat.
Selain predisposisi seperti yang tersebut di atas, terdapat beberapa hal
yang juga mempengaruhi kehamilan ganda dizigot, yaitu ukuran ibu,
gonadotropin endogen, dan pemakaian preparat kesuburan. Kehamilan ganda
dizigot sering ditemukan pada ibu-ibu yang berukuran besar dan tinggi

daripada ibu-ibu yang bertubuh kecil. Angka kehamilan ganda dizigot yang
lebih tinggi pernah dikemukakan untuk wanita yang hamil dalam waktu 1
bulan sesudah menghentikan pemakaian kontrasepsi oral, namun hal ini tidak
terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Salah satu kemungkinan untuk
menimbulkan peningkatan yang tampak nyata adalah pelepasan gonadotropin
hipofise dalam jumlah yang lebih besar dari pada lazimnya selama siklus
spontan pertama setelah penghentian kontrasepsi. Induksi ovulasi dengan
menggunakan preparat gonadotropin (follicle stimulating hormone plus
chorionic gonadotropin) atau klomifen, akan meningkatkan secara nyata
kemungkinan ovulasi ovum yang jumlahnya lebih dari satu. Janin multipel
sering ditemukan pada kehamilan wanita yang ovulasinya diinduksi oleh
penyuntikan gonadotropin.
3. Etiologi
1. Kembar Monozygotik
Kembar monozygotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang
dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-
masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang
terpisah.
Hasil akhir dari proses pengembaran monozygotik tergantung pada kapan
pembelahan terjadi, dengan uraian sebagai berikut :

Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah
pembuahan, maka dua embrio, dua amnion serta dua chorion akan
terjadi dan kehamilan diamnionik dan di chorionik. Kemungkinan
terdapat dua plasenta yang berbeda atau suatu plasenta tunggal yang
menyatu.
Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua
embrio akan terjadi, masing-masing dalam kantong yang terpisah,
dengan chorion bersama, dengan demikian menimbulkan kehamilan
kembar diamnionik, monochorionik.
Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah
terbentuk, maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan
kantong amnion bersama, atau kehamilan kembar monoamnionik,
monochorionik.
Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng
embrionik terbentuk, maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk
kembar yang menyatu.
2. Kembar Dizygot
Dizygotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang
terpisah. Kembar dizygotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar
monozygotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain
yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi
infertilitas.

4. Aspek Klinis Kehamilan Kembar
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan
kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari.
Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan
selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak
dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozygotik. Bila selaput
amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozygotik tetapi
lebih sering dizigotik.
Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin
berbeda.
5. Adaptasi Maternal
Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar
pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester
1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan
kehamilan-kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal
adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan
darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih
banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.

Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional
lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada
kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata.
Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20
minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal,
cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta
peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin
banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan.
Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari
20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang
cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu
hidramnion akut.
Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta
pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian
diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat
menghalangi keberadaan wanita untuk lebih sekedar duduk.
Pada kehamilan berganda yang dikomplikasi dengan hidramnion, fungsi
ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar
kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin
plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah
persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat

dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk
memungkinkan kehamilan dilanjutkan.
Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan
dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan
lebih besar pada kehamilan kembar.
6. Hasil Akhir Kehamilan
1. Aborsi
Aborsi spontan lebih besar kemungkinannya terjadi pada kehamilan
kembar. Kembar dua monochorial jauh lebih banyak dibanding kembar
dichorial, yang mengimplikasikan monozygot sebagai faktor resiko untuk
abortus spontan.
2.Berat Badan Lahir Rendah.
Kehamilan janin kembar lebih besar kemungkinannya
dikarakterisasikan dengan berat badan lahir rendah dibandingkan dengan
kehamilan tunggal, paling sering disebabkan oleh karena pertumbuhan janin
yang terbatas serta persalinan preterm. Secara umum, semakin besar jumlah
janin, semakin besar derajat dari keterbatasan pertumbuhan. Beberapa peneliti
telah membuat sanggahan bahwa pertumbuhan janin dalam kehamilan
berganda berbeda dari yang tunggal, dan bahwa pertumbuhan abnormal hanya

dapat didiagnosa pada saat ukuran janin kurang dari diharapkan untuk
kehamilan berganda.
Dalam kehamilan dizygotik, perbedaan ukuran yang menyolok
biasanya ditimbulakan dari plasentasi yang tidak sama, dengan satu tempat
plasenta menerima suplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya,
namun dapat juga merefleksikan potensial-potensial pertumbuhan genetik
yang berbeda. Dalam trisemester III, semakin besar massa janin semakin
bertambahnya maturasi plasenta serta insufisiensi plasenta relatif.
Perbedaan ukuran dapat juga disebabkan oleh karena abnormalitas
umbilicus.
Derajat pembatasan pertumbuhan dalam kembar dua monozygot
kemungkinannya lebih besar dibandingkan pada pasangan dizygotik.
3. Durasi Kehamilan.
Pada saat jumlah dari janin meningkat, durasi dari kehamilan
menurun. Kira-kira separuh dari kembar dilahirkan pada 36 minggu atau
kurang dan persalinan sebelum genap bulan merupakan alasan utama untuk
peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas neonatal pada kembar.
Pembatasan pertumbuhan serta morbiditas yang berhubungan, meningkat
secara bermakna pada kembar yang dilahirkan antara minggu ke 39 dan 41
dibandingkan dengan persalinan pada 38 minggu atau kurang. Kehamilan
kembar dua 40 minggu atau lebih harus dianggap posterm. Hal ini didasarkan

pada pengamatan bahwa bayi-bayi kembar dua lahir mati yang dilahirkan
saat 40 minggu atau lebih memiliki gambaran-gambaran yang sama dengan
bayi tunggal postmatur.
7. Komplikasi Kehamilan Kembar
Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar
dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan
kembar cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angka kematian
kembar dizigotik. Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau
keduanya tinggi. Pada trisemester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin
atau keduanya kemungkinan terjadi.
Anemia sering ditemukan pada kehamilan kembar oleh karena
kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak
sebanding dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar
hemoglobin menjadi turun, keadaan ini berhubungan dengan kejadian edema
pulmonum pada pemberian tokolitik yang lebih tinggi dibandingkan
kehamilan kembar. Angka kejadian persalinan preterm ( umur kehamilan
kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar 43,6 % dibandingkan dengan
kehamilan tunggal sebesar 5,6 %.
Frekwensi terjadinya hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia
dan eklamsia meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan antepartum oleh
karena solutio plasenta disebabkan permukaan plasenta pada kehamilan

kembar jelek sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian satu janin pada
kehamilan kembar dapat terjadi, penyebab kematian yang umum adalah saling
membelitnya tali pusat. Bahaya yang perlu dipertimbangkan pada kematian
satu janin adanya koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan
terjadinya disseminated intravascular coagulopathy.
Kelainan kongenital mayor pada kehamilan kembar meningkat sesuai
dengan jumlah kembarnya. Pada kembar triplet, angka kelainan kongenital
mayor lebih tinggi dibandingkan kembar dua. Kelainan jantung pada kembar
monozigotik 1 : 100 kasus. Perdarahan postpartum dalam persalinan kembar
disebabkan oleh overdistension uterus, tendesi terjadinya atonia uterus dan
berasal dari insersi plasenta.
8. Komplikasi-Komplikasi Unik
1. Kembar Monoaniotik.
Kelahiran kembar monozygot dimana kedua janin menempati
kantong amnion yang sama. Kematian yang paling umum adalah silang janin
dari tali umbilical.
Kembar dua diamnionik dapat menjadi monoamnionik, apabila
membran pemisah ruptur. Beberapa data memberikan gambaran bahwa
belitan-belitan tali pusar morbit kemungkinannya terjadi dini, dan bahwa
kehamilan-kehamilan monoamnionik yang berhasil mencapai 30 sampai 32
minggu mengalami penurunan resiko yang besar.

Tessin dan Zlatnik (1991) dalam gambaran mereka dari 20 kehamilan kembar
dua monoamnionik menemukan bahwa tidak terdapat kematian janin setelah
32 minggu, sekali lagi memberikan gambaran bahwa persalinan preterm
profilaktif kemungkinannya tidak diindikasikan pada semua kasus.
2. Kembar Dua Bergabung.
Tempat-tempat tubuh yang seringkali berbagi bersama pada kembar
dua bergabung adalah :
1. Anterior ( thoracopagus )
2. Posterior ( pyopagus )
3. Cephlic ( cranipagus )
4. Claudal ( ischiopagus )
Mayoritasnya adalah variasi dari thoracopagus. Pemisahan pembedahan dari
kembar dua bergabung yang hampir lengkap dapat berhasil pada organ-organ
yang penting untuk hidup tidak berbagi bersama.
3.Sindroma Transfusi Kembar Ke Kembar
Darah ditranfusikan dari donor ke saudara kandung resipien-nya
sehingga dengan demikian donor menjadi anemic dan pertumbuhannya dapat
terhambat, sementara resipien menjadi polisistemik serta dapat mengalami
muatan berlebih sirkulatoris yang dimanifestikan sebagai hydrops. Kembar
donor dapat tampak pucat sedangkan saudara kandung resipiennya tampak

plethoric. Satu bagian dari plasenta seringkali tampak cukup pucat dibanding
dengan plasenta sisanya. Kriteria antenatal yang direkomendasikan untuk
menetapkan sindroma transfuse kembar ke- kembar meliputi sebagai berikut :
janin-janin berjenis kelamin sama, monochorionisitas dengan hubungan-
hubungan vaskuler plasenta, perbedaan berat badan antar kembar yang lebih
dari 20 persen, hydramnion pada kembar yang besar, oligohydramnion atau
kembar terjepit pada kembar yang lebih kecil serta perbedaan haemoglobin
yang lebih dari 5 g/dl.
Meskipun demikian, sekarang ini telah diketahui bahwa perbedaan
berat badan antar kembar yang bermakna dapat memiliki aneka macam
etiologi. Secara klinik sindroma tranfusi kembar ke- kembar adalah kronik,
serta ditimbulkan dari ketidaksesuian volume vaskuler antenatal yang
bermakna antar kembar. Sindroma secara khas tampak pada pertengahan
trisemester pada janin donor menjadi oligurik disebabkan karena penurunan
perfusi ginjal. Janin donor mengalami oligohiramnion sedangkan janin
resipien mengalami polihiramion berat kemungkinan disebabkan oleh karena
peningkatan produksi urin. Ketidakberadaan sesungguhnya dari cairan
amnionik dari kantong donor menghalangi gerak janin, memunculkan
gambaran dari janin terjepit.
Kombinasi-kombinasi oligohidramnion ini dapat menyebabkan penghambatan
pertumbuhan, pengkerutan, dan hipoplasia pulmonar pada salah satu kembar.

5.Kerusakan Otak Janin.
Cerebal palsy, microcephaly, porencephaly, serta multicystic
enceplahomalacia merupakan komplikasi-komplikasi serius yang
berhubungan dengan hubungan-hubungan vaskuler dalam kehamilan kembar
dua. Besar kemungkinan bahwa kerusakan neurologist tersebut disebabkan
oleh nekrosis iskemik yang menyebabkan lesi-lesi kavitaria otak.
6.Kembar Dua Acardia.
Rangkaian perfusi-arterial kembar dua (twin reserved-arterial-
perfusion /TRAP) jarang terjadi, namun merupakan komplikasi yang serius
dari kehamilan berganda monochorionik, monozygot. Dalam rangkaian
TRAP, biasanya terdapat kembar donor yang terbentuk secara normal yang
memiliki gambaran gagal jantung, dan kembar resipien tanpa jantung normal
(acardius) serta tidak ada berbagai struktur lainnya. Telah dihipotesakan
bahwa rangkaian TRAP ditimbulkan dalam embrio oleh suatu shunt plasenta
arteri ke- arteri yang cukup besar, namun dapat juga disertai shunt vena ke-
vena.
9. Diagnosis Kehamilan Kembar
Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut
menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 %
diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari

2500 gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk
menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila
dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut ; besarnya uterus melebihhi
lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal,
penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau
edema, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua
balotemen.
Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua
kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dari pemeriksaan
ultrasonografi dan dari rontgen foto abdomen.
10. Penatalaksanaan Kehamilan Kembar
Untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas perinatal pada
kehamilan kembar, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mencegah
terjadinya komplikasi seawal mungkin. Diagnosis dini kehamilan kembar
harus dapat ditegakkan sebagai perencanaan pengelolaan kehamilan. Mulai
umur kehamilan 24 minggu pemeriksaan antenatal dilakukan tiap 2 minggu,
dan sesudah usia kehamilan 36 minggu pemeriksaan dilakukan tiap minggu.
Istirahat barung dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
darah ke plasenta meningkat agar pertumbuhan janin baik.
Kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin dan asam lemak esential
harus cukup oleh karena kebutuhan yang meningkat pada kehamilan kembar.

Kebutuhan kalori harus ditingkatkan sebesar 300 kalori perhari.
Pemberian 60 sampai 100 mg zat besi perhari, dan 1 mg asam folat diberikan
untuk menambah zat gizi lain yang telah diberikan. Pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui adanya diskordansi pada kedua
janin pengukuran lingkar perut merupakan indikator yang sensitif dalam
menentukan diskordansi.
11. Penanganan Persalinan
Persiapan perawatan bayi prematur dan keadaan kemungkinan
perdarahan postpartum harus tersedia dalam pertolongan persalinan kembar.
Kala I diperlakukan seperti biasa bila janin letak memanjang. Episiotomi
mediolateral dilakukan untuk mengurangi trauma kepala pada janin prematur.
Setelah janin pertama lahir, presentasi janin kedua, dan taksiran berat janin
harus segera ditentukan dengan pemeriksaan bimanual. Biasanya dalam 10
sampai 15 menit his akan kuat lagi, bila his tidak timbul dalam 10 menit
diberikan 10 unit oksitosin yang diencerkan dalam unfus untuk menstimulasi
aktifitas miometrium. Apabila janin kedua letak memanjang, tindakan
selanjutnya adalah melakukan pecah ketuban dengan mengalirkan ketuban
secara perlahan-lahan. Penderita dianjurkan mengejan atau dilakukan tekanan
terkendali pada fundus agar bagian bawah janin masuk dalam panggul, dan
pimpinan persalinan kedua seperti biasa.

Apabila janin kedua letak lintang dengan denyut jantung janin dalam
keadaan baik, tindakan versi luar intrapartum merupakan pilihan. Setelah
bagian presentasi terfiksasi pada pintu atas panggul, selaput ketuban dipecah
selanjutnya dipimpin seperti biasanya. Bila janin kedua letak lintang atau
terjadi prolap tali pusat dan terjadi solusio plasenta tindakan obsterik harus
segera dilakukan, yaitu dengan dilakukan versi ekstraksi pada letak lintang
dan ekstraksi vakum atau forseps pada letak kepala.
Seksiosesarea dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolap
tali pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar atau janin pertama
presentasi bokong dan janin kedua presentasi kepala, dikhawatirkan terjadi
interloking dalam perjalanan persalinannya. Sebaiknya pada pertolongan
persalinan kembar dipasang infus profilaksis untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partumnya. Pada kala empat
diberikan sintikan 10 unit sintosinon ditambah 0,2 mg methergin intravena.
Kemungkinan lain pada persalinan kembar dengan usia kehamilan
preterm dengan janin pertama presentasi bokong adalah terjadinya
aftercoming head oleh karena pada janin prematur lingkar kepala jauh lebih
besar dibandingkan lingkar dada, disamping itu ukuran janin kecil sehingga
ektremitas dan tubuh janin dapat dilahirkan pada dilatasi servik yang belum
lengkap, prolapsus tali pusat juga sering terjadi pada persalinan preterm.
Apabila kemungkinan-kemungkinan ini dapat diprediksikan, tindakan
seksiosesarea adalah tindakan yang bijaksana.

BAB II
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EH
Umur : 27 tahun
Alamat : Gandekan, Guwosari, Pajangan
No RM : 44 02 19
II. ANAMNESA
Tanggal: 23 Desember 2011 Pukul 06.45
Keluhan Utama :
Terasa kencang-kencang dan mules pada perut sejak 1 jam SMRS, air ketuban
rembes (-), lendir darah keluar di ruang bersalin. Gerak janin dirasakan (+).
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang G1 P0 A0 merasa kenceng-kenceng sejak 1 jam SMRS. Pasien merasa
kenceng-kenceng teratur semakin lama semakin sering. Pasien merasakan gerakan
janin lebih aktif sebelah kanan sedang sebelah kiri dirasakan kurang aktif.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit serupa. Riwayat hipertensi, penyakit
jantung, asma dan diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga
Saudara sepupu pasien melahirkan bayi kembar. Riwayat hipertensi, penyakit
jantung, asma dan diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Haid
Menarche
Lama Haid
Siklus haid
Disertai rasa sakit
Riwayat gangguan pola menstruasi
HPMT
:
:
:
:
:
:
14 Tahun
7 hari
28 hari
tidak
tidak ada
10 April 2011
Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali dengan suami sekarang sejak 2 tahun tang lalu.
Riwayat Obstetrik
Anak I : Hamil ini
Hari pertama menstruasi terakhir : 10 April 2011
Hari Perkiraan Lahir : 17 Januari 2012
Usia Kehamilan : 37 minggu
Riwayat Keluarga Berencana :Belum pernah menjadi akseptor KB
Riwayat ANC : Rutin di Sp. OG.
I. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
:
:
Baik
Compos mentis

Vital Sign
Berat Badan
Tinggi Badan
Gizi
Kulit
Kepala
Leher
Thorak
Abdomen
:
:
:
:
:
:
:
:
:
T : 130/90 mmHg S : 37,1 0 C
N : 76 x/menit R : 20 x/menit
56 Kg
155 cm
cukup
turgor dan elastisitas cukup, ujud kelainan kulit
tidak ada
Mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : deformitas tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi tidak ada
karies dentis
JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada
Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak
ada ketinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri, iktus kordis
tak teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : paru : suara dasar vesikuler, ronkhi
dan wheezing tidak ada , cor: suara jantung I-II
tunggal reguler, bising dan gallop tidak ada
Inspeksi : perut membesar cembung, terdapat
striae gravidarum, linea nigra jelas
Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : supel, nyeri tekan tidak ada, hepar dan
lien tak teraba
Perkusi : tympani

Genetalia
Ekstremitas
:
:
Oedema -, venektasi -
Reflek fisiologik positif, reflek patologis negatif,
oedema dan varises tidak ada
III. PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:
Inspeksi: Keadaan umum baik, perut membesar, terdapat striae gravidarum
dan linea nigra, bekas jahitan operasi (-)
Palpasi: L1 Teraba 2 bagian bulat lunak, kesan bokong dengan Tinggi
Fundus Uteri : satu jari dibawah processus xiphoideus
L2 Teraba 1 bagian besar memanjang sebelah kanan dan 1 bagian
besar memanjang, kesan punggung dan punggung
L3 Teraba bagian bulat keras, kesan kepala
L4 Kepala masuk panggul
Letak janin : I. Memanjang presentasi kepala/ II presentasi kepala
Auskultasi : Denyut Jantung Janin : (+) DJJ I : 142 ; DJJ II : 141
Pemeriksaan Dalam:
v/u tenang, dinding vagina licin, lunak, tipis, eff> 70%, pembukaan 6-7 cm, selket
(+) Ak(-) STLD (+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hb : 13,6
- Al : 9,8

- At : 291
- Hmt : 40,9
- Gol. Darah : B
- HBsAg : negatif
- PPT : 12,2
- APTT : 32
Kontrol PPT : 15,5
Kontrol APTT : 33,2
V. DIAGNOSA SEMENTARA
Gemeli, Primigravida, hamil aterm, DP, kala 1 fase aktif.
- Jam 09.25 Ketuban pecah spontan, Ak jernih. VT pembukaan lengkap. Pimpin
persalinan.
- Jam 10.15 gemeli I lahir per vaginam. Jk perempuan 1750/42/30/23/8 A 5/7.
- Jam 10.25 gemeli II lahir per vaginam Jk perempuan 1800/42/27/26/8 A 5/7.
Injeksi oksitosin 1 A.
-Jam10.35 Plasenta lahir spontan lengkap. Injeksi metergin 1 A Perineum JD/JL.
Dx : Post partus per vaginam dengan gemeli P1A0
Tx : observasi perdarahan post partum, observasi kontraksi uterus
Amooxicilin 3 x 500 mg ;As Mef 3x 500 mg ; Sf 1x1 ;BC 1x1 ;Vit c 1x1

Follow up di bangsal (24/12/2011)
Ku : baik, CM
TD : 120/80
N : 80 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Tem: 36,8
- Bleeding (-)
- Kontraksi uterus baik
- Lokia rubra
- Menyusui (-)
- Bunyi usus (+) normal
- Episiotomi : perdarahan (-) tanda infeksi (-)
BAB III
PEMBAHASAN

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan janin lebih dari satu. Pada kasus
ini kehamilan kembar sudah terdeteksi sejak awal. ANC yang rutin dilakukan oleh
pasien mempunyai manfaat yang besar mengenai bagaimana penatalaksanaan
kehamilan kembar.
Dalam kasus ini, persalinan terjadi pada usia kehamilan 37 minggu, walaupun
termasuk usia kehamilan yang cukup bulan, namun tetap saja persalinan jauh lebih
awal dari hari perkiraan lahir. Pada kasus gemeli persalinan yang lebih awalmemang
sering terjadi, dan gemeli menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Presentasi kepala-kepala dalam kasus ini memungkinkan pasien melahirkan
secara per vaginam, namun resiko pada persalinan dengan gemeli masih tinggi. Jika
dilihat dari berat badan lahir bayinya menunjukkan bahwa bayi mengalami berat
badan lahir rendah. Ini juga merupakan komplikasi bagi janin akibat kehamilan
gemeli.
Pengelolaan yang tidak tepat bisa menimbulkan akibat yang berbahaya bagi
janin. Karena itu peningkatan pengetahuan mengenai gangguan-gangguan yang
terjadi pada ibu hamil dengan janin kembar perlu diperhatikan terutama bagi para
medis, bidan, maupun dokter ahli demi keselamatan dan kesejahteraan ibu serta
bayinya sendiri.
