perilakum kekerasan

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya memaki- maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah- marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang 1

Upload: hilda-ayu-adriyana

Post on 29-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.,

TRANSCRIPT

Page 1: perilakum kekerasan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress

berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya

memaki-maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri

dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien

dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak

klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah

anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat

rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak

dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai

sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan

tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku

kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.

Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang

bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan

tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi

pendekatan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat ditemukan yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?

2. Apa penyebab perilaku kekerasan?

3. Apa saja rentang respon kemarahan?

4. Apa yang dimaksud dengan mekanisme koping?

5. Perilaku apa saja yang berhubungan dengan perilaku kekerasan?

1

Page 2: perilakum kekerasan

6. Apa tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?

7. Bagaimana cara mengatasi perilaku kekerasan?

8. Bagaimana askep perilaku kekerasan?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku

kekerasan.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang

keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, penyebab,

hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang sesuai.

D. Metode Penulisan

Dalam memperoleh data atau informasi yang akan digunakan untuk penulisan

makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan

mengambil referensi dari buku-buku yang relevan dan internet dengan topik penulisan

makalah ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.

2

Page 3: perilakum kekerasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Marah adalah suatu bentu kemurkaan atau permusuhan yang seirng dinyatakan

dalam betuk agresi. (MIF Baihaqi 2005 : 113). Marah adalah satu emosi, yang merentang

dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat, yang dialami oleh semua orang

(Kaplan, Hamid 1 1998 : 135). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri

orang lain maupun lingkungan (Mary C townsend 1998 : 150).

Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai

hilang kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. (Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh Keperawatan Departemen Kesehatan

RI Pusat, Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1998 : 4). Perilaku kekerasan adalah suatu

keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik

baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen,

1995).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan

adalah manifestasi dari perasaan marah yang bersifat maladapatif dimana seorang

individu dapat membahayakan secara fisik baik bagi diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya.

B. Penyebab

1. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,

artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor

berikut dialami oleh individu yaitu :

3

Page 4: perilakum kekerasan

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian

dapat timbul agresif atau ngamuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan

yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan

kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan

seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus

temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya

perilaku kekerasan.

2. Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan

orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidak

berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.

Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah

pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan

merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik

dapat pula memicu perilaku kekerasan.

C. Rentang Respon

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.

Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,

atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.

Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman

tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

4

Page 5: perilakum kekerasan

c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang

dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh

individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia

berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan

sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.

e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol

diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang

lain.

D. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya

ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi

diri antara lain :

a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek

lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah

untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang

tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai

perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya

tersebut mencoba merayu, mencumbunya.

c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam

sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak

disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil

bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,

sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

5

Page 6: perilakum kekerasan

d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai

rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan

memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi

itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman

dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-

perangan dengan temannya.

E. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan kekerasan yaitu :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom

beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,

takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster

menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga

meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh

menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya

yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang

terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa

marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu

perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.

c. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik

perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan.

6

Page 7: perilakum kekerasan

F. Tanda dan Gejala

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit

adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan

adanya tanda dan gejala sebagai berikut :

1. Data Obyektif

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Otot tegang

d. Nada suara tinggi

e. Berdebat

f. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak

g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang

2. Data Subyektif

a. Mengeluh perasaan terancam

b. Mengungkapkan perasaan tidak berguna

c. Mengungkapkan perasaan jengkel

d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada

sesak, bingung.

G. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

( Budiana Keliat, 1999)

7

Perilaku Kekerasan/amuk

Page 8: perilakum kekerasan

H. Pengobatan medik

1. Farmakoterapi

a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

b. Obat anti depresi, amitriptyline

c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam

d. Obat anti insomnia, phneobarbital

2. Terapi modalitas

a. Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien

dengan memberikan perhatian :

Jangan memancing emosi klien

Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat

Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami

Mendengarkan keluhan klien

Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien

Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien

Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis

Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:

Bawa klien ketempat yang tenang dan aman

Hindari benda tajam

Lakukan fiksasi sementara

Rujuk ke pelayanan kesehatan

b. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial atau aktivitas lain

dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena

masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.

c. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran

klien.

8

Page 9: perilakum kekerasan

I. Cara Mengatasi Marah (Peran serta Keluarga dalam Merawat Klien yang

Melakukan Perilaku Kekerasan)

Cara umum dapat diarahkan pada berbagai askep :

1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat,

menari, jalan-jalan, olahraga dan relaksasi otot.

2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang

terang, sikap keluarga yang lembut.

3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap perasaan marah,

melindungi dan melaporkan jika mengamuk.

4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yang telah

dilatih di RS) pada lingkungan

5. Spiritual : meningkatkan kegiatan ibadah.

9

Page 10: perilakum kekerasan

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

a. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap

sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah,

pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan

kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang

terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh

energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

b. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,

frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit

hati, menyalahkan dan menuntut.

c. Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,

peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang

selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat

perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,

bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

d. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi

marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan

kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa

sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara

keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari

orang lain, menolak mengikuti aturan.

10

Page 11: perilakum kekerasan

e. Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan

lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat

menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak

berdosa.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara

komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara

singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :

Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat,

berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.

Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.

Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.

Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

2. Klasifiaksi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam

yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan

secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat

dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data

ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

3. Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan

yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui

penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat

ditentukan diagnosa keperawatan.

B. Diagnosa keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah

utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

perilaku kekerasan.

11

Page 12: perilakum kekerasan

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK)

yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka berdasarkan

pedoman proses keperawatan kesehatan jiwa menurut Budi Anna Keliat (2006) dapat

dirumuskan intervensi keperawatan sesuia dengan diagnosa keperawatan yaitu

NO DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI

TUJUAN KRITERIA

EVALUASI

1. Perilaku

kekerasan

TUM :

Klien tidak

mencederai

dengan

melakukan

perilaku

kekerasan

TUK :

Klien dapat

Membina

Hubungan

saling percaya

Setelah dilakukan ...x20

menit interaksi

diharapkan klien

menunjukkan tanda-tanda

:

Klien mau membalas

salam

Klien mau jabatan

Klien menyebutkan

nama

Klien tersenyum

Klien ada kontak

Mata

Klien tahu nama

Klien menyediakan

waktu untuk kontrak

Beri salam / panggil

nama klien

Sebut nama perawat

sambil salaman

Jelaskan maksud

hubungan interaksi

Beri rasa nyaman dan

sikap empati

Lakukan kontrak singkat

tapi sering

TUK:

Klien dapat

mengidentifika

si penyebab

marah / amuk

Klien dapat

Mengungkapkan

perasaannya

Pasien dapat

Beri kesempatan untuk

mengungkapkan

perasaannya.

Bantu pasien untuk

12

Page 13: perilakum kekerasan

menyebutkan

perasaan

marah/jengkel

mengungkapkan marah

atau jengkel.

TUK :

Klien dapat

mengidentifika

si tanda marah

Klien dapat

mengungkapkan

perasaan saat

marah/jengkel

Kllien dapat

menyimpulkan tanda-

tanda jengkel / kesal

Anjurkan pasien

mengungkapkan

perasaan saat marah

/jengkel

Observasi tanda perilaku

kekerasan pada pasien

TUK :

Klien dapat

mengungkapka

n perilaku

marah yang

sering

dilakukan

Klien

mengungkapkan

marah yang biasa

dilakukan

Klien dapat bermain

peran dengan perilaku

marah yang dilakukan

Klien dapat

mengetahui cara

marah yang dilakukan

menyelesaikan

masalah atau tidak

Anjurkan pasien

mengungkapkan marah

yang biasa dilakukan

Bantu pasien bermain

peran sesuai perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan

Bicarakan dengan

pasien apa dengan cara

itu bisa menyelesaikan

masalah

TUK :

Klien dapat

mengidentifika

si akibat

perilaku

kekerasan

Klien dapat

menjelaskan akibat

dari cara yang

digunakan

Bicarakan

akibat/kerugian cara

yang dilakukan

Bersama pasien

menyimpulkan cara yang

digunkana pasien

Tanyakan pasien apakah

mau tahu cara marah

yang sehat

13

Page 14: perilakum kekerasan

TUK :

Klien

mengidentifika

si cara

konstruksi

dalam

berespon

terhadap

perilaku

kekerasan

Klien dapat

melakukan berespon

terhadap kemarahan

secara konstruktif.

Tanyakan pada pasien

apakah pasien mau tahu

cara baru yang sehat

Beri pujian jika pasien

engetahui cara lain yang

sehat

Diskusikan cara marah

yang sehat dengan pasien.

Pukul bantal untuk

melampiaskan marah

Tarik nafas dalam

Mengatakan pada teman

saat ingin marah

Anjurkan pasien sholat

atau berdoa

TUK :

Klien dapat

mendemonstra

sikan cara

mengontrol

marah

Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

Tarik nafas dalam

Mengatakan

secara langsung

tanpa menyaki

Dengan

sholat/berdoa

Klien dapat memilih cara

yang paling tepat

Klien dapat

mengidentifikasi manfaat

yang terpilih

Bantu pasien

menstimulasi cara

tersebut

Beri reinforcement positif

atas keberhasilan

Anjurkan pasien

menggunakan cara yang

telah dipelajari

2. RPK

(Resiko

Perilaku

TUK :

Klien dapat

dukungan

a.      Keluarga pasien dapat :

Menyebutkan cara

merawat pasien

Identifikasi kemampuan

keluarga merawat pasien

dari sikap apa yang telah

14

Page 15: perilakum kekerasan

Kekerasan)

ber

keluarga

mengontrol

marah

dengan perilaku

kekerasan

Mengungkapkan rasa

puas dalam merawat

pasien

dilakukan

Jelaskan peran serta

keluarga dalam merawat

pasien.

Jelaskan cara-cara

merawat pasien

Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat pasien

Bantu keluarga

mengungkapkan

perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

TUK :

Klien dapat

menggunakan

obat dengan

benar

Klien dapat

menggunakan obat-

obat yang diminum

dengan kegunaannya.

Klien dapat minum

obat sesuai program

pengobatan

Jelaskan jenis-jenis obat

yang diminum pasien

dan keluarga

Diskusikan manfaat

minum obat

Jelaskan prinsip 5 benar

minum obat

Anjurkan pasien minum

obat tepat waktu

TUK :

Klien dapat

dukungan dari

lingkungan

untuk

mengontrol

marah

Lingkungan

mengetahui

bagaimana cara

menyikapi klien

dengan perilaku

kekerasan

Jelaskan peran serta

lingkungan terhadap

kondisi pasien

Beri penjelasan

bagaimana cara

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan

Diskusikan cara -cara

15

Page 16: perilakum kekerasan

yang dilakukan untuk

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan

3. Harga Diri

Rendah

(HDR)

TUM :

Pasien dapat

mengontrol

perilaku

kekerasan pada

saat

berhubungan

dengan orang

lain

TUK :

Pasien dapat

membina

hubungan

saling percaya

Ekspresi Wajah

bersahabat ,

menunjukkan rasa

scaang, ada kontak

mata, mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama,

mau menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan

masalah yang

dihadapi

Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi tcrapeutik

Sapa pasien dengan

ramah laik verbal

maupun non verbal

Perkenalkan diri dengan

sopan

Tanyakan nama iengkap

pasien dan nama

panggilan disukai pasien

Jelaskan tujuan

pertemuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukkan siknp empati

dan menerima pasien apa

adanya

Beri perhatian kepada

pasien dan perhatikan

kebutuhan dasar pasien

TUK  :

Pasien dapat

mengidentifika

si kemampuan

dan aspek

positif yang

Daftar kemampuan

yang dimiliki pasien

di rumah sakit,

rumah, sekolah dan

tempat kerja

Daftar positif

Diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang

dimiliki buat daftarnya

Setiap bertemu pasien

dihindarknn dari

member penilain negatif

16

Page 17: perilakum kekerasan

dimilik keluarga pasien

Daftar positif

lingkungan pasien

Utamakan memberi

pujian yang realistic

pada kemampuan dan

aspek positif pasien

TUK :

Pasien dapat

menilai

kemampuan

yang 

digunakan

Pasien menilai

kemampuan yang

digunakan

Pasien memiliki 

kemampuan yang

dapat digunakan di

rumah

Diskusikan dengan pasien

kemampuan yang masih

dapat  digunakan selama

sakit

Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

pengguna di rumah sakit

Berikan pujian

TUK :

Pasien dapat

menetapkan

dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan

yang dimiliki

Pasien menilai

kemampuan yang

akan . dilatih

Pasien mencoba

susunan jadwal harian

Meminta pasien

untuk:memilih satu

kcgiatan yang mau 

dilakukan di rumah sakit

Bantu pasien

melakukannya jika perlu

beri contoh

Beri pujian atas

keberhasilan pasien

Diskusi kaji jadwal

kegiatan harian atas

kegiatan yang telah

dilatih

*Catatan : Ulangi untuk

kemampuan lain sampai

semua selesai

TUK :

Pasien dapat

melakukan

Pasien melakukan

kegiatan yang telah di

latih (mandiri, dengan

Beri kesempatan pada

pasien untuk mencoba

kcgiatan yang telah

17

Page 18: perilakum kekerasan

kegiatan sesuai

kondisi sakit

dari

kemampuan

nya

bantuan atau

tergantung)

Pasien marnpu

melakukan beberapa

kegiatan secara

mandiri

direncanakan

Beri pujian atas

keberhasian pasien

Diskusikan

kemungkinan

penaksiiran di rumah

TUK :

Pasien dapat 

memanfatkan

system

pendukung

yang ada

Keluarga memberi

dakungan dan pujian

Keluarga memahami

jadwal kegiatan

harian pasien

Beri pendidikan

kcschatan pada keluarga

tentang cara merawat

pasien dengan harga diri

rendah

Bantu keluarga

memberikan dukungnn

selama pasien dirawat

Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

di rumah

Jelaskan cara

pelaksmann jadwal

kegiatan pasien di rumah

Anjurkan memberi

pujian pada pasien setiap

berhasil

D. Evaluasi

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial

6. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya

18

Page 19: perilakum kekerasan

7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

8. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian

19

Page 20: perilakum kekerasan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah

atau ketakutan (panic). Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

3. Memberontak (acting out)

4. Perilaku kekerasan

B. Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa

khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan memahami tentang

konsep Perilaku Kekerasan. Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa ada begitu

banyak hal yang harus dilengkapi demi perkembangan kemampuan penulis dan para

pembaca. Oleh karena itu, segala bentuk masukan atau saran dan usulan yang sifatnya

mendukung penulisan ini, sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini.

20

Page 21: perilakum kekerasan

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, Sulistia G. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru

Harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/ Diakses pada tanggal 18

Desember 2013 pukul 10.12

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

21