perilakum kekerasan
DESCRIPTION
.,TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress
berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya
memaki-maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri
dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien
dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak
klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah
anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku
kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.
Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang
bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan
tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi
pendekatan proses keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditemukan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
2. Apa penyebab perilaku kekerasan?
3. Apa saja rentang respon kemarahan?
4. Apa yang dimaksud dengan mekanisme koping?
5. Perilaku apa saja yang berhubungan dengan perilaku kekerasan?
1
6. Apa tanda dan gejala dari perilaku kekerasan?
7. Bagaimana cara mengatasi perilaku kekerasan?
8. Bagaimana askep perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang
keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari pengertian, penyebab,
hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang sesuai.
D. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang akan digunakan untuk penulisan
makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan
mengambil referensi dari buku-buku yang relevan dan internet dengan topik penulisan
makalah ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Marah adalah suatu bentu kemurkaan atau permusuhan yang seirng dinyatakan
dalam betuk agresi. (MIF Baihaqi 2005 : 113). Marah adalah satu emosi, yang merentang
dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat, yang dialami oleh semua orang
(Kaplan, Hamid 1 1998 : 135). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri
orang lain maupun lingkungan (Mary C townsend 1998 : 150).
Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilang kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. (Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh Keperawatan Departemen Kesehatan
RI Pusat, Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1998 : 4). Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen,
1995).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
adalah manifestasi dari perasaan marah yang bersifat maladapatif dimana seorang
individu dapat membahayakan secara fisik baik bagi diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya.
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu yaitu :
3
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau ngamuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan.
C. Rentang Respon
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
4
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
D. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek
lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
5
d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan dengan temannya.
E. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan kekerasan yaitu :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu
perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
c. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik
perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.
6
F. Tanda dan Gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit
adalah perilaku kekerasan di rumah, klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan
adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Data Obyektif
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat
f. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
2. Data Subyektif
a. Mengeluh perasaan terancam
b. Mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, dada
sesak, bingung.
G. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
( Budiana Keliat, 1999)
7
Perilaku Kekerasan/amuk
H. Pengobatan medik
1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
Jangan memancing emosi klien
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
Mendengarkan keluhan klien
Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
Hindari benda tajam
Lakukan fiksasi sementara
Rujuk ke pelayanan kesehatan
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial atau aktivitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena
masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien.
8
I. Cara Mengatasi Marah (Peran serta Keluarga dalam Merawat Klien yang
Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai askep :
1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat,
menari, jalan-jalan, olahraga dan relaksasi otot.
2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang
terang, sikap keluarga yang lembut.
3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap perasaan marah,
melindungi dan melaporkan jika mengamuk.
4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yang telah
dilatih di RS) pada lingkungan
5. Spiritual : meningkatkan kegiatan ibadah.
9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah,
pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh
energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara
keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari
orang lain, menolak mengikuti aturan.
10
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara
singkat dapat dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari : muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat,
berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2. Klasifiaksi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam
yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan
secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat
dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data
ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui
penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat
ditentukan diagnosa keperawatan.
B. Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah
utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
11
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK)
yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka berdasarkan
pedoman proses keperawatan kesehatan jiwa menurut Budi Anna Keliat (2006) dapat
dirumuskan intervensi keperawatan sesuia dengan diagnosa keperawatan yaitu
NO DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI
TUJUAN KRITERIA
EVALUASI
1. Perilaku
kekerasan
TUM :
Klien tidak
mencederai
dengan
melakukan
perilaku
kekerasan
TUK :
Klien dapat
Membina
Hubungan
saling percaya
Setelah dilakukan ...x20
menit interaksi
diharapkan klien
menunjukkan tanda-tanda
:
Klien mau membalas
salam
Klien mau jabatan
Klien menyebutkan
nama
Klien tersenyum
Klien ada kontak
Mata
Klien tahu nama
Klien menyediakan
waktu untuk kontrak
Beri salam / panggil
nama klien
Sebut nama perawat
sambil salaman
Jelaskan maksud
hubungan interaksi
Beri rasa nyaman dan
sikap empati
Lakukan kontrak singkat
tapi sering
TUK:
Klien dapat
mengidentifika
si penyebab
marah / amuk
Klien dapat
Mengungkapkan
perasaannya
Pasien dapat
Beri kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya.
Bantu pasien untuk
12
menyebutkan
perasaan
marah/jengkel
mengungkapkan marah
atau jengkel.
TUK :
Klien dapat
mengidentifika
si tanda marah
Klien dapat
mengungkapkan
perasaan saat
marah/jengkel
Kllien dapat
menyimpulkan tanda-
tanda jengkel / kesal
Anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan saat marah
/jengkel
Observasi tanda perilaku
kekerasan pada pasien
TUK :
Klien dapat
mengungkapka
n perilaku
marah yang
sering
dilakukan
Klien
mengungkapkan
marah yang biasa
dilakukan
Klien dapat bermain
peran dengan perilaku
marah yang dilakukan
Klien dapat
mengetahui cara
marah yang dilakukan
menyelesaikan
masalah atau tidak
Anjurkan pasien
mengungkapkan marah
yang biasa dilakukan
Bantu pasien bermain
peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
Bicarakan dengan
pasien apa dengan cara
itu bisa menyelesaikan
masalah
TUK :
Klien dapat
mengidentifika
si akibat
perilaku
kekerasan
Klien dapat
menjelaskan akibat
dari cara yang
digunakan
Bicarakan
akibat/kerugian cara
yang dilakukan
Bersama pasien
menyimpulkan cara yang
digunkana pasien
Tanyakan pasien apakah
mau tahu cara marah
yang sehat
13
TUK :
Klien
mengidentifika
si cara
konstruksi
dalam
berespon
terhadap
perilaku
kekerasan
Klien dapat
melakukan berespon
terhadap kemarahan
secara konstruktif.
Tanyakan pada pasien
apakah pasien mau tahu
cara baru yang sehat
Beri pujian jika pasien
engetahui cara lain yang
sehat
Diskusikan cara marah
yang sehat dengan pasien.
Pukul bantal untuk
melampiaskan marah
Tarik nafas dalam
Mengatakan pada teman
saat ingin marah
Anjurkan pasien sholat
atau berdoa
TUK :
Klien dapat
mendemonstra
sikan cara
mengontrol
marah
Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
Tarik nafas dalam
Mengatakan
secara langsung
tanpa menyaki
Dengan
sholat/berdoa
Klien dapat memilih cara
yang paling tepat
Klien dapat
mengidentifikasi manfaat
yang terpilih
Bantu pasien
menstimulasi cara
tersebut
Beri reinforcement positif
atas keberhasilan
Anjurkan pasien
menggunakan cara yang
telah dipelajari
2. RPK
(Resiko
Perilaku
TUK :
Klien dapat
dukungan
a. Keluarga pasien dapat :
Menyebutkan cara
merawat pasien
Identifikasi kemampuan
keluarga merawat pasien
dari sikap apa yang telah
14
Kekerasan)
ber
keluarga
mengontrol
marah
dengan perilaku
kekerasan
Mengungkapkan rasa
puas dalam merawat
pasien
dilakukan
Jelaskan peran serta
keluarga dalam merawat
pasien.
Jelaskan cara-cara
merawat pasien
Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat pasien
Bantu keluarga
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi.
TUK :
Klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar
Klien dapat
menggunakan obat-
obat yang diminum
dengan kegunaannya.
Klien dapat minum
obat sesuai program
pengobatan
Jelaskan jenis-jenis obat
yang diminum pasien
dan keluarga
Diskusikan manfaat
minum obat
Jelaskan prinsip 5 benar
minum obat
Anjurkan pasien minum
obat tepat waktu
TUK :
Klien dapat
dukungan dari
lingkungan
untuk
mengontrol
marah
Lingkungan
mengetahui
bagaimana cara
menyikapi klien
dengan perilaku
kekerasan
Jelaskan peran serta
lingkungan terhadap
kondisi pasien
Beri penjelasan
bagaimana cara
menyikapi pasien
dengan perilaku
kekerasan
Diskusikan cara -cara
15
yang dilakukan untuk
menyikapi pasien
dengan perilaku
kekerasan
3. Harga Diri
Rendah
(HDR)
TUM :
Pasien dapat
mengontrol
perilaku
kekerasan pada
saat
berhubungan
dengan orang
lain
TUK :
Pasien dapat
membina
hubungan
saling percaya
Ekspresi Wajah
bersahabat ,
menunjukkan rasa
scaang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
Bina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi tcrapeutik
Sapa pasien dengan
ramah laik verbal
maupun non verbal
Perkenalkan diri dengan
sopan
Tanyakan nama iengkap
pasien dan nama
panggilan disukai pasien
Jelaskan tujuan
pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan siknp empati
dan menerima pasien apa
adanya
Beri perhatian kepada
pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
TUK :
Pasien dapat
mengidentifika
si kemampuan
dan aspek
positif yang
Daftar kemampuan
yang dimiliki pasien
di rumah sakit,
rumah, sekolah dan
tempat kerja
Daftar positif
Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki buat daftarnya
Setiap bertemu pasien
dihindarknn dari
member penilain negatif
16
dimilik keluarga pasien
Daftar positif
lingkungan pasien
Utamakan memberi
pujian yang realistic
pada kemampuan dan
aspek positif pasien
TUK :
Pasien dapat
menilai
kemampuan
yang
digunakan
Pasien menilai
kemampuan yang
digunakan
Pasien memiliki
kemampuan yang
dapat digunakan di
rumah
Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
dapat digunakan selama
sakit
Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pengguna di rumah sakit
Berikan pujian
TUK :
Pasien dapat
menetapkan
dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan
yang dimiliki
Pasien menilai
kemampuan yang
akan . dilatih
Pasien mencoba
susunan jadwal harian
Meminta pasien
untuk:memilih satu
kcgiatan yang mau
dilakukan di rumah sakit
Bantu pasien
melakukannya jika perlu
beri contoh
Beri pujian atas
keberhasilan pasien
Diskusi kaji jadwal
kegiatan harian atas
kegiatan yang telah
dilatih
*Catatan : Ulangi untuk
kemampuan lain sampai
semua selesai
TUK :
Pasien dapat
melakukan
Pasien melakukan
kegiatan yang telah di
latih (mandiri, dengan
Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kcgiatan yang telah
17
kegiatan sesuai
kondisi sakit
dari
kemampuan
nya
bantuan atau
tergantung)
Pasien marnpu
melakukan beberapa
kegiatan secara
mandiri
direncanakan
Beri pujian atas
keberhasian pasien
Diskusikan
kemungkinan
penaksiiran di rumah
TUK :
Pasien dapat
memanfatkan
system
pendukung
yang ada
Keluarga memberi
dakungan dan pujian
Keluarga memahami
jadwal kegiatan
harian pasien
Beri pendidikan
kcschatan pada keluarga
tentang cara merawat
pasien dengan harga diri
rendah
Bantu keluarga
memberikan dukungnn
selama pasien dirawat
Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
di rumah
Jelaskan cara
pelaksmann jadwal
kegiatan pasien di rumah
Anjurkan memberi
pujian pada pasien setiap
berhasil
D. Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
3. Klien dapat mengarahkan moodnya lebih baik
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
6. Klien dapat menggunakan koping adaptif dan meilhat sisi positif dari masalahnya
18
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
8. Klien mampu meningkatkan produktifitas dan membuat jadwal harian
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panic). Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
B. Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan memahami tentang
konsep Perilaku Kekerasan. Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa ada begitu
banyak hal yang harus dilengkapi demi perkembangan kemampuan penulis dan para
pembaca. Oleh karena itu, segala bentuk masukan atau saran dan usulan yang sifatnya
mendukung penulisan ini, sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, Sulistia G. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru
Harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/ Diakses pada tanggal 18
Desember 2013 pukul 10.12
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan professional Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart GW, Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
21