kekerasan pada perempuan

Upload: evi-arifiana

Post on 17-Jul-2015

293 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KEKERASAN PADA PEREMPUAN

SITI ROCHANAH RS. ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

KOMNAS PEREMPUANKomisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau Komisi Nasional (Komnas) Perempuan adalah lembaga independen di Indonesia yang dibentuk sebagai mekanisme nasional untuk menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. ini didirikan tanggal 15 Oktober 1998 berdasarkan Keputusan Presiden No. 81/1998.

SEJARAH KOMNAS PEREMPUANlahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung jawab negara dalam menangapi dan menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut berakar dari tragedi kekerasan seksual yang dialami terutama perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia.

PERAN

menjadi pusat sumber (informasi) tentang hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia dan kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran HAM; menjadi negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada kepentingan korban; menjadi inisiator perubahan serta perumusan kebijakan, termasuk perangkat dan sistem hukum serta sistem dan kapasitas penanganan/pelayanan bagi korban yang memberi perlindungan, pemenuhan dan pemajuan hakhak perempuan;

menjadi pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis jender secara berkala dengan bekerja sama dengan institusiinstitusi HAM lainnya; menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas penanganan dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

DATA KEKERASAN PD PEREMPUANUNIFEM (dana PBB untuk perempuan) menunjukan bahwa

Turki jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya mencapai 57,9 % pada thn 1998. India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999 Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %. Banglades, laporan terakhir tahun 2000 menyebutkan 60 % perempuan kawin mengalami kekerasan oleh suami. Indonesia, sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 % dari total penduduk

jumlah kasus kekerasan menimpa perempuan akibat pembiaran oleh negara selama 2010 terpantau ada 445 kasus. Jumlah ini naik delapan kali lipat dibanding periode sama pada 2009.

PENYEBAB

Kasus yang terjadi akibat pembiaran oleh negara kekerasan terhadap perempuan atas nama agama dan moralitas. Pemda mengeluarkan Perda anti Ahmadiyah yang justu mendorong aksi kekerasan, DPRD tidak memberikan kontrol atas produk hukum itu sementara aparat keamanan terkesan tidak dapat berbuat tergas terhadap aksi kekerasan SARA. "Ini menunjukkan mengeroposnya perlindungan negara terhadap warganya. Perda itu seakan pembenaran melakukan kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah. Di media massa yang muncul adalah kekerasan fisik dengan korban pria, sementara perempuan Ahmadiyah juga diserang secara verbal melalui lontaran kata-kata seksual, "Demikian juga dengan UU Anti Pornografi, itu mengundang penafsiran sepihak dan perempuan menjadi korbannya. Di 2010 dari DPR juga gagal menyelesaian RUU Perlindungan bagi PRT yang esensinya juga merupakan perlindungan bagi perempuan,

DEKLARASIConvention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women (1979). Declaration on the Elimination of Violence Against Woman (1993). Bejing Declaration and Platform for Action (1994) (Muladi, 1997:32).

BENTUK KEKERASAN PD PEREMPUANKristi E Purwandari : a. Kekerasan fisik : memukul, menampar, mencekik dan sebagainya. b. Kekerasan psikologis : berteriak, menyumpah, mengancam, melecehkan dan sebagainya c. Kekerasan seksual : melakukan tindakan yang mengarah keajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya. d. Kekerasan finansial : mengambil barang korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya. e. Kekerasan spiritual : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu

DEFINISI

Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik dan ekonomi yang dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan rumah tangga atau hubungan intim (karib)(www.sekitarkita.com,2004:1).

kekerasan dalam rumah tangga : adalah perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran . Termasuk juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga (Kemala Candrakirana,2005: 4 )

UNDANG UNDANG

Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT )

FAKTOR PENYEBAB1. Budaya patriarki yang mendudukan

lakilaki sebagai mahluk superior dan perempuan sebagai mahluk inferior. 2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki boleh menguasai perempuan. 3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul, biasanya akan meniru perilaku ayahnya (Aina Rumiati Aziz, 2002: 2).

4.Suami cemburu. 5. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin. 6. kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan 7. Ikut campurnya pihak ketiga (mertua). 8. Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan). 9. suami suka berjudi (Sukerti, 2005: 84).

TEORIKekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dapat juga dikaji berdasarkan Teori Class dari Marx. Marx mengatakan bahwa ada dua kelompok yang berada pada posisi yang berbeda yaitu kelompok kapitalis di satu sisi dan kaum buruh di sisi lainnya. Kaum kapitalis adalah kaum yang menekan kaum buruh, kaum buruh berada pada posisi sub-ordinat dan tidak diuntungkan (Marx, 1987: 90). Ibarat laki laki & perempuan

PERLINDUNGAN HUKUMPerlindungan hukum adalah setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak untuk menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan kekerasan ekonomi pihak-pihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami

DAMPAK

Stigma Internal yaitu, Kecenderungan korban menyalahkan diri, menutup diri, menghukum diri, menganggap dirinya aib, hilangnya kepercayaan diri, dan terutama adalah trauma sehingga seperti halnya perempauan tidak mau lagi berkeluaraga setelah dirinya trauma menerima kekerasan dari suaminya.

Stigma Eksternal yaitu, kecenderungan masyarakat menyalahkan korban, media informasi tanpa empati memberitakan kasus yang dialami korban secara terbuka dan tidak menghiraukan hak privasi korban. Selain stigma buruk yang melekat pada korban, kejahatan pada anak dan perempuan juga dapat menghancurkan tatanan nilai etika dan social seperti halnya dampak buruk dari human trafficking

SOLUSI Pendekatan

individu, yaitu dengan cara menambah pemahaman agama, karena tentunya seorang yang mempunyai pemahaman agama yang kuat (terutama Islam) akan lebih tegar menghadapi situasi-situasi yang menjadi factor terjadinya kekerasan.

Pendekatan

sosial melingkupi pendekatan partisipasi masyarakat dalam melaporkan dan waspada setiap tindakan kejahatan, terutama human trafficking. Pendekatan medis, untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik secara pisik atau kejiwaan, juga memberikan penyuluhan terhadap orang tua tentang bagaimana mengasuh anak

Pendekatan

hukum, tentunya yang Bertanggung jawab masalah ini adalah pemerintah untuk selalu mencari dan menanggapi secara sigap terhadap setiap laporan atau penemuan kasus kekerasan dan kejahatan dan menghukumnya dengan ketentuan hukum yang berlaku

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

SOP

Layanan Standar Pembiayaan, Pedoman Sistem Pencatatan Data Kekerasan

SPM

menyediakan panduan mengenai prinsip umum layanan, kode etik bagi petugas layanan, informasi standar bagi korban dan keluarganya serta skema alur layanan terpadu. mendukung UPT di Puskesmas, Rumah Sakit, Lembaga Bantuan Hukum, dan pusat UPT lainnya.

LIMA SOP YANG DIKEMBANGKAN ::

layanan pengaduan layananan kesehatan rehabilitasi sosial Bantuan hukum Pemulangan & reintegrasi

konsep layanan terpadu yang dikedepankan oleh Komnas Perempuan mengusung keterlibatan berbagai kementrian terkait (KPPA, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Kepolisian). Keterlibatan kementrian terkait merupakan wujud kongrit dukungan pelaksanaan layanan terintegrasi dari pemerintah. implikasi hukum dan kebijakan yang timbul dari UPT akan langsung ditangani oleh lembaga pemerintah terkait (Diarsi 2004).

STRUKTUR ORGANISASI PPT

KETUA UMUM

BENDAHARA SEKRETARIS/HUMAS KETUA PELAKSANA

Bidang Layanan Rehabilitasi Sosial, Pemulangan & Reintegrasi Sosial Bidang Layanan Rehabilitasi Kesehatan Bidang Layanan Triage/Pengadua Bidang Administrasi, Data, Informasi dan Pelaporan Bidang Layanan Bantuan Hukum

LAYANAN YANG DIBERIKAN OLEH PPT ADALAH

a. Layanan pengaduan/identifikasi korban berbentuk: Screening atau proses identifikasi Assessment yaitu proses penyiapan untuk korban agar mendapatkan layanan yang dibutuhkan Rencana Intervensi

.B. DALAM REHABILITASI KESEHATAN.Dalam pemberian layanan kesehatan korban dapat memperoleh layanan antara lain berupa : Pelayanan non kritis Pelayanan semi kritis Pelayanan kritis Pelayanan medikolegal tata laksana pelayanan medis mengacu pada pedoman pengembangan puskesmas

C. DALAM REHABILITASI SOSIAL KORBAN MENDAPAT LAYANAN PSIKO-SOSIAL

Kontrak sosial Konseling awal Konseling lanjutan Bimbingan mental dan spiritual Pendampingan Rujukan

D. BANTUAN HUKUM DIBERIKAN DALAM BENTUKperlindungan saksi dan/ korban; BAP Penuntutan Putusan Restitusi Layanan konsultasi hukum, pendampingan, pembelaan dilakukan oleh petugas yang membidangi hukum, seperti: Polisi, LBH, Kejaksaan, LSM, Lembaga Advokat,

E. PEMULANGAN DIBERIKAN DALAM BENTUK

Koordinasi dengan dinas terkait untuk menyiapkan pemulangan korban.

F. REINTEGRASI SOSIAL DILAKUKAN DENGAN CARAPenyatuan dengan keluarga/keluarga pengganti; Pemberdayaan ekonomi dan sosial; Pendidikan; dan Monitoring/bimbingan lanjut.

Pemulangan dan Reintegrasi sosial dilakukan oleh Dinas sosial, LSM, masyarakat, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perhubungan, Dinas Pendidikan Nasional, Kementerian Luar Negeri (Perwakilan RI di luar negeri), BNP2TKI, BP3TKI, KP3, Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam kasus korban berada dalam bahaya yang berasal dari luar (mafia trafiking, dll) maka untuk melindungi dari pelaku tersebut, korban ditempatkan dalam Rumah Aman/Rumah Perlindungan/Shelter/Rumah Singgah. Kegiatan ini dilakukan oleh Pemerintah (dinas sosial) dan LSM, dan tata laksana pelayanan di rumah aman mengacu pada SOP masing-masing tempat

BENTUK PENYELENGGARAAN LAYANAN PPT

a. Pelayanan Satu Atap (One Stop Services) Penyelenggaraan layanan terpadu dalam satu atap adalah suatu kondisi dimana PPT bertanggung jawab melaksanakan keseluruhan proses dalam satu kesatuan unit kerja untuk memberikan layanan yang diperlukan korban. wajib didukung oleh petugas pelaksana atau petugas fungsional yang meliputi tenaga kesehatan, psikolog, psikiater, pekerja sosial, tenaga bantuan hukum yang disediakan oleh instansi atau lembaga terkait.

B. PELAYANAN BERJEJARINGPelayanan berjejaring merupakan pelayanan parsial yang dilakukan di institusi pemberi layanan secara terpisah dan apabila membutuhkan pelayanan lainnya yang tidak tersedia maka dilakukan rujukan ke institusi pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam hal penyelenggaraan pelayanan terpadu dilakukan secara berjejaring, maka PPT yang memberikan rujukan tetap bertanggung jawab atas keseluruhan proses rujukan pelayanan

KOORDINASI PELAYANANUntuk memberikan layanan yang optimal PPT dalam menyelenggarakan tugasnya perlu melakukan koordinasi dengan unit atau instansi terkait diantaranya untuk: Layanan pengaduan a. Polisi (PPA, sentra pelayanan pengaduan masyarakat), LSM dan organisasi peduli korban kekerasan.

b. Layanan rehabilitasi kesehatan Dinas kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, RSJ. c. Layanan rehabilitasi sosial Dinas sosial, LSM, Lembaga Psikologi, RPSA, RPTC, RPSW, Shleter, Trauma Center, Panti, P2TP2A, Rumah Singgah, lembaga penterjemah, lembaga sosial lainnya

d. Layanan bantuan hukum Polisi, LBH, Kejaksaan, LSM, P2TP2A, Lembaga Advokat, Pengadilan Negeri, LPSK. e. Layanan pemulangan Dinas sosial, LSM, masyarakat, Disnaker, perhubungan, Kemlu (Perwakilan RI di LN), BNP2TKI, BP3TKI, KP3, Unit pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Reintegrasi sosial Dinas sosial, LSM, masyarakat, Disnaker, perhubungan, Diknas, Kemlu (Perwakilan RI di LN), BNP2TKI, BP3TKI, KP3, Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

ALUR PELAYANAN KORBANPENGADUAN/IDENTIFIKASI Screening Asesmen Rencana intervensi REHABILITASI KESEHATAN Pelayanan non kritis Pelayanan semi kritis Pelayanan kritis Pelayanan Medikolegal

REHABILITASI SOSIAL Kontrak sosial Konseling awal Konseling lanjutan Bimbingan mental dan spiritual Pendampingan Rujukan

BANTUAN HUKUM Perlindungan saksi dan/ korban BAP Penuntutan Putusan Restitusi PEMULANGAN Dari luar negeri ke propinsi Di dalam negeri Korban WNA

REINTEGRASI SOSIAL Penyatuan dg keluarga/kelaurga pengganti Pemberdayaan ekonomi dan sosial Pendidikan Monitoring/ Bimbingan