tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../tinjauan...kekerasan dalam rumah...

81
1 Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga dalam kaitannya dengan undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (uu pkdrt) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Arfan Affandi NIM : E.0003090 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 PERSETUJUAN PEMBIMBING perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: phungduong

Post on 29-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

1

Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga dalam

kaitannya dengan undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (uu pkdrt)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Arfan Affandi

NIM : E.0003090

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

PERSETUJUAN PEMBIMBING

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

2

Penulisan Hukum (Skripsi)

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam

Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

Disusun Oleh :

ARFAN AFFANDI

NIM : E. 0003090

Disetujui untuk Dipertahankan

Dosen Pembimbing Co. Pembimbing Mg. Sri Wiyarti, S.H., M.Hum Mohammad Adnan, S.H., M.Hum

NIP. 130 786 654 NIP. 131411014

PENGESAHAN PENGUJI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

3

Penulisan Hukum (Skripsi)

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam

Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

Disusun Oleh :

ARFAN AFFANDI

NIM : E. 0003090

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 26 Januari 2008

TIM PENGUJI

1. Agus Riyanto, S.H., M.Hum : ............................................. Ketua

2. Mohammad Adnan, S.H., M.Hum : .............................................

Sekretaris

3. Mg. Sri Wiyarti, S.H., M.Hum : ............................................. Anggota

Mengetahui Dekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum NIP. 131 570 154

ABSTRAK

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

4

Arfan Affandi, 2008. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM KAITANNYA

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU

PKDRT). Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dan cara penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penelitian hukum ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan termasuk ke dalam jenis penelitian hukum normatif atau doktrinal. Lokasi penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum dan perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumen, berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal, makalah, artikel, dan lain lain. Analisis data yang digunakan adalah analisis isi (Content of Analysis). Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa Islam tidak mengenal istilah atau definisi kekerasan dalam rumah tangga secara khusus. Kekerasan dalam rumah tangga menurut Islam termasuk ke dalam kategori kejahatan (kriminalitas) secara umum. Kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Cara penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam yaitu melalui pemberian sanksi / hukuman dimana hukuman tersebut diterapkan sesuai dengan jenis kejahatan yang dilakukan oleh pelaku. Cara penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga terdiri dari empat bagian yaitu Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat; Hak-Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga; Pemulihan Korban; dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Melalui Penerapan Sanksi Hukum. Perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam yaitu Perjanjian suami atas istri ketika akad nikah (Sighat Ta’liq Talaq) dan Hak perempuan atas suami untuk meminta cerai (Khulu’). Perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah Perlindungan Sementara; Penetapan Perintah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

5

Perlindungan Oleh Pengadilan; Penyediaan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di kantor kepolisian; Penyediaan rumah aman atau tempat tinggal alternatif; Pemberian konsultasi hukum oleh advokat mengenai informasi hak-hak korban dan proses peradilan; Pendampingan advokat terhadap korban pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan. Implikasi teoritis penelitian ini adalah adanya pembentukan peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sehingga diharapkan nantinya akan membuat kinerja Pemerintah Indonesia semakin optimal dan efektif dalam mengatasi tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga. Implikasi praktis penelitian ini adalah adanya penghargaan dan penghormatan terhadap kaum perempuan sehingga mereka tidak menjadi korban tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga. Implikasi teoritis dan praktis ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan agar cita-cita Pemerintah Indonesia menghapus tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga dapat segera terwujud.

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa setia

melimpahkan kasih sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(UU PKDRT)” ini dengan baik.

Penulisan hukum ini merupakan syarat yang harus ditempuh untuk

melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis memiliki keyakinan bahwa penulisan hukum yang penulis lakukan ini

merupakan hasil kerjasama dan bantuan beberapa pihak, oleh karena itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

6

telah berperan serta dalam membantu penulisan hukum ini, baik materiil maupun

non materiil, terutama kepada:

1. Bapak Moh. Yamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin diadakannya

penyusunan penulisan hukum ini.

2. Bapak Dr. Adi Sulistyono, S.H., M.H., selaku mantan Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin diadakannya

penyusunan penulisan hukum ini.

3. Ibu Mg. Sri Wiyarti, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis dalam menyusun penulisan hukum ini.

4. Bapak Mohammad Adnan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis dalam menyusun penulisan hukum ini.

5. Bapak Agus Riyanto, S.H., M.Hum., selaku ketua tim penguji penulisan

hukum yang telah memberikan waktunya untuk menguji skripsi penulis.

6. Kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan segala yang terbaik bagi

penulis. Aku sangat menyayangi kalian. You’re everything in my life.

7. Kakak dan adik yang aku sayangi. Sejujurnya, aku menerima apa adanya

keadaan kalian. I Love You Bro and Sist. My heart would always open to you.

8. Sahabat terbaikku dimanapun kalian berada. Pintu hati ini selalu terbuka untuk

kalian. Suka duka kita jalani bersama.

9. Kawan-kawanku di asrama. Berantem dan baikan lagi. Hehehe !

10. Musuh-musuhku dan teman-temanku di komunitas Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (KAMMI), karena kalianlah aku semangat walaupun

akhirnya aku kecewa dengan kalian. Don’t Be Extrimist !!

Penulis merasa bahwa penulisan hukum ini belum sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca. Semoga

penulisan hukum ini memiliki manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pembaca.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

7

Surakarta, Januari 2008

Penulis

Arfan Affandi

E. 0003090

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

ABSTRAK...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 2

C. Tujuan Penelitian................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian................................................................. 4

E. Metode Penelitian.................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

A. Kerangka Teori ....................................................................... 11

1. Tinjauan Umum Terhadap (Hukum) Islam....................... 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

8

a. Islam Memandang Perempuan.................................... 11

b. Islam Memandang Perilaku Kekerasan di dalam

Rumah Tangga ............................................................ 17

2. Tinjauan Umum Terhadap Kekerasan di dalam Rumah

Tangga ............................................................................... 19

a. Definisi Kekerasan...................................................... 19

b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga............................... 20

B. Kerangka Pemikiran................................................................ 34

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 36

A. Hasil Penelitian ....................................................................... 36

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Hukum Islam

dalam Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor

23Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga................................................................... 36

2. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Menurut Hukum Islam dalam Kaitannya dengan Undang

-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga ..................................... 39

3. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

dalam Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga................................................................... 51

B. Pembahasan............................................................................. 59

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Hukum Islam

dalam Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga................................................................... 59

2. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Menurut Hukum Islam dalam Kaitannya dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

9

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ............... 61

3. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

dalam Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga................................................................... 66

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 69

A. Simpulan ................................................................................. 69

B. Saran........................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perempuan merupakan makhluk Allah swt yang secara biologis dan

anatomi serta psikologis memiliki perbedaan mendasar dengan laki-laki. Allah

menjadikan adanya perbedaan tersebut pada diri perempuan memiliki makna

tidak lain agar menjadi pelengkap bagi laki-laki (dan begitu juga sebaliknya

laki-laki menjadi pelengkap bagi wanita) dalam menjalani kehidupan sebuah

rumah tangga.

Perbedaan-perbedaan yang melekat pada diri perempuan tersebut, pada

kenyataannya seringkali dijadikan sebagai obyek untuk melemahkan dan

mengesampingkan kaum perempuan itu sendiri. Beberapa sifat yang menjadi

ciri khas kaum perempuan, seperti sifat mudah menangis dan peka, maka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

10

perempuan dengan adanya sifat-sifat tersebut, akan sangat mudah untuk di cap

sebagai makhluk lemah oleh kaum pria, dan memang pada kenyataan dalam

kehidupan sehari-hari perempuan cenderung lebih lemah daripada laki-laki.

Hal tersebut yang menyebabkan perempuan memiliki potensi yang besar

untuk menjadi korban kejahatan, khususnya tindak pidana kekerasan di dalam

rumah tangga.

Sebenarnya kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dapat saja

terjadi kepada pihak lain selain kaum perempuan, hanya saja berdasarkan

fakta yang terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari membuktikan bahwa

sebagian besar kaum perempuan cenderung sangat rentan menjadi korban

kekerasan di dalam lingkup keluarganya sendiri. Hal tersebut memaksa kaum

perempuan untuk mencari suatu perlindungan, terutama perlindungan hukum.

Keberadaan sebuah undang-undang yang baru diterbitkan oleh pemerintah

Indonesia kira-kira tiga tahun lalu, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dipandang

memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama kaum perempuan

Indonesia, terhadap perlindungan hukum seperti yang tersebut diatas. Undang-

undang ini merupakan salah satu sarana untuk mengakomodir hak-hak dan

kepentingan kaum perempuan serta memuat ketentuan perlindungan hukum

terhadap perempuan sebagai korban yang paling rentan menjadi obyek

kekerasan dalam rumah tangga.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian hukum normatif mengenai kekerasan di dalam rumah

tangga dan membandingkannya menurut tinjauan hukum Islam. Penulis

melakukan penelitian hukum normatif dengan memilih judul: “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Kaitannya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

11

Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian, khususnya penelitian hukum,

memiliki peran yang penting bagi penulis untuk memberi kemudahan di dalam

membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, sehingga

diharapkan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh

jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian pada latar

belakang yang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah-masalah

yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut

Hukum Islam dalam kaitannya dengan Undang-Undang No. 23 Tahun

2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ?

2. Bagaimanakah cara penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

menurut Hukum Islam dalam kaitannya dengan Undang-Undang No. 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan

dalam rumah tangga menurut Hukum Islam dalam kaitannya dengan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti. Hal ini

dikarenakan tujuan penelitian akan dijadikan sebagai pedoman dalam

mengadakan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh

penulis dalam penulisan hukum ini adalah:

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui makna dan definisi yang jelas mengenai perilaku

kekerasan di dalam rumah tangga ditinjau dari hukum Islam dalam

kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

12

b. Mengetahui dengan jelas mengenai metode penyelesaian perilaku

kekerasan di dalam rumah tangga menurut hukum Islam dalam

kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

c. Mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada

perempuan sebagai korban perilaku kekerasan di dalam rumah tangga

menurut hukum Islam dalam kaitannya dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga.

d. Mengetahui dan memahami dengan sejelas-jelasnya mengenai batasan-

batasan atas sesuatu perbuatan untuk dapat dikategorikan sebagai

kekerasan di dalam rumah tangga.

2. Tujuan Subyektif

a. Melengkapi syarat akademis dalam rangka memperoleh gelar

kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

b. Menambah dan memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang

aspek-aspek hukum sebagai suatu teori dan prakteknya, terutama di

bidang Hukum.

c. Penelitian hukum ini semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas

sehingga mereka mengerti dan memahami tentang adanya perilaku

kekerasan di dalam rumah tangga beserta undang-undangnya sebagai

perlindungan dan dasar hukum terhadap perilaku kekerasan di dalam

rumah tangga itu sendiri.

d. Tidak menutup kemungkinan, secara khusus, bagi pihak-pihak tertentu

untuk dapat memetik manfaat langsung dari adanya penelitian hukum

ini.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dapat dikatakan memiliki kualitas apabila penelitian

tersebut menggunakan metodologi penelitian yang baik dan memiliki manfaat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

13

yang dapat diambil dari adanya penelitian yang dilakukan tersebut. Sedangkan

manfaat dari adanya penelitian hukum ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat bermanfaat bagi

pengetahuan dan wawasan berpikir mengenai ilmu hukum pada

umumnya dan tindak pidana kekerasan yang terjadi di dalam rumah

tangga pada khususnya.

b. Merupakan sarana untuk memperkuat landasan teori dan menambah

referensi (literatur) dalam bidang hukum dan masyarakat.

c. Merupakan bahan pengembangan dan pengkajian lebih lanjut atas

bidang hukum dan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Merupakan sarana sosialisasi bagi masyarakat atas informasi dan

pengetahuan mengenai perilaku kekerasan di dalam rumah tangga.

b. Salah satu sumber informasi dan referensi bagi pihak yang

berkepentingan dalam penelitian dengan masalah yang sama di masa

yang akan datang.

c. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai

perilaku kekerasan di dalam rumah tangga.

E. Metode Penelitian

Istilah ”metode” memiliki arti sebagai ”jalan ke”, namun demikian,

menurut kebiasaan, kata ”metode” dirumuskan dengan beberapa

kemungkinan, yaitu: Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam

penelitian dan penilaian; Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan;

Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. (Soerjono Soekanto, 1986:

5).

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh data yang lengkap

dan dapat terjamin kebenarannya sehingga hasil penelitian tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tujuan penelitian tersebut dapat

tercapai. Suatu penelitian ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

14

disusun dengan metodologi yang tepat dan jelas. ”Metodologi merupakan

logika dari penelitian ilmiah; Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian;

Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian”. (Soerjono Soekanto, 1986:

5-6).

Metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,

memiliki peranan, sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1986: 7):

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau

melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang

belum diketahui.

3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk peneliti melakukan

penelitian inter-disipliner.

4. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan

pengetahuan mengenai masyarakat.

Metode penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah karena

mutu dan nilai validitas suatu metode penelitian sangat ditentukan dari

ketepatan pemilihan metode penelitian tersebut. Penulis menggunakan metode

penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan penelitian hukum yang penulis lakukan ini,

maka penulis mempergunakan jenis penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum kepustakaan dimana penelitian hukum normatif atau

kepustakaan adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti dan mempelajari bahan pustaka (meneliti dan mempelajari

data sekunder). Data yang diperoleh dari bahan pustaka atau data

sekunder tersebut disusun secara sistematis dan dikaji kemudian

diambil suatu kesimpulan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

15

Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup lima hal, yaitu (Soerjono Soekanto, 1986: 51): 1) Penelitian terhadap asas-asas hukum 2) Penelitian terhadap sistematika hukum 3) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum 4) Penelitian sejarah hukum 5) Penelitian perbandingan hukum

Berdasarkan kategorisasi penelitian hukum normatif tersebut

diatas, maka penulis menitikberatkan pada penelitian terhadap

perbandingan hukum, yaitu perbandingan (tinjauan) hukum Islam

terhadap kekerasan di dalam rumah tangga dalam kaitannya dengan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga.

b. Sifat Penelitian

Berdasarkan sifatnya, penelitian hukum yang penulis lakukan ini,

termasuk ke dalam penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberi data seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan, atau gejala-gejala lainnya. (Soerjono Soekanto, 1989: 102).

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian hukum

ini adalah pendekatan kualitatif.

3. Jenis dan Sumber Data

Suatu penelitian memerlukan adanya pengumpulan data.

Pengumpulan data itu bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan yang

bernilai tinggi serta berguna untuk bahan penulisan.

Jenis dan sumber data yang digunakan, yaitu:

a. Jenis Data

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan merupakan

penelitian normatif atau kepustakaan, maka peneliti menggunakan

jenis data sekunder dalam penelitian hukum ini. Data sekunder

merupakan data kepustakaan dimana data ini dapat diperoleh dari

dokumen-dokumen, buku-buku atau literatur-literatur, info dan surat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

16

kabar yang berasal dari internet serta jenis data sekunder lainnya yang

berhubungan dengan masalah penelitian hukum ini.

b. Sumber Data

Penulis menggunakan sumber data sekunder dalam penelitian

hukum ini dimana sumber data sekunder ini menurut Soerjono

Soekanto, meliputi tiga bahan hukum, yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang memiliki

kekuatan mengikat. Adapun bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian hukum ini adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum sebagai

pendukung untuk memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer. Adapun bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penelitian hukum ini adalah Himpunan Perundang-Undangan

Republik Indonesia Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan, serta Kompilasi Hukum Islam.

Bahan hukum sekunder lain yang diperlukan untuk mendukung

penjelasan bahan hukum primer yaitu buku-buku, jurnal, literatur,

majalah, artikel internet, laporan atau makalah ilmiah, dan

sebagainya yang berkaitan dengan perilaku kekerasan di dalam

rumah tangga.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang dapat

memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam

penelitian hukum ini adalah sejumlah data yang berkaitan dengan

tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga.

4. Teknik Pengumpulan Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

17

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi

kepustakaan dimana studi kepustakaan ini meliputi upaya pengumpulan

data dengan cara membaca dan meminjam buku-buku perpustakaan,

mempelajari artikel dan laporan ilmiah, dan sebagainya yang mempunyai

kaitan erat dengan pokok permasalahan penelitian.

Data-data yang diperoleh dari bahan pustaka yang tersebut diatas

kemudian dipelajari, diklasifikasikan, disajikan dan dianalisis lebih lanjut

sesuai dengan permasalahan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian.

Hal ini dikarenakan analisa data sangat menentukan kualitas hasil

penelitian. Pada tahap analisa ini, data diolah dan digunakan serta

dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyampaikan kebenaran

yang dapat dipakai untuk menjawab berbagai macam persoalan dalam

penelitian yang dilaksanakan.

Pada suatu penelitian hukum normatif, pengolahan data pada

hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi

terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan

pekerjaan analisis dan konstruksi. (Soerjono Soekanto, 1986: 251-252).

Penelitian hukum normatif yang penulis lakukan menggunakan cara

atau metode analisis isi atau disebut juga content of analysis. ”Analisis isi

adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang

dapat ditiru (repicable) dan sahih data dengan memperhatikan

konteksnya”. (Klaus Krippendorff, 1993: 15).

Metode analisis isi yang digunakan dalam penelitian hukum normatif

ini, dilakukan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

18

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang sesuai dengan

permasalahan penelitian.

Instrumen analisis yang digunakan di dalam penelitian hukum

normatif ini berupa interpretasi data yaitu menafsirkan isi bahan yang

membahas tentang kekerasan di dalam rumah tangga. Adapun beberapa

kegiatan di dalam penelitian hukum normatif ini, sebagai berikut:

a. Memilih suatu bidang tertentu sebagai obyek penelitian, dalam

penelitian ini peneliti memilih bidang Hukum dan Masyarakat

(Humas), yaitu Tinjauan Hukum Hukum Islam Terhadap Kekerasan

Dalam Rumah Tangga dalam Kaitannya dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (UU PKDRT).

b. Mengumpulkan data (informasi) tentang Kekerasan Dalam Rumah

Tangga melalui undang-undang, buku-buku, dan sumber-sumber

lainnya.

c. Menganalisis Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan cara

membandingkannya berdasarkan Hukum Islam dan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (UU PKDRT).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Terhadap (Hukum) Islam

a. Islam Memandang Perempuan

1) Kedudukan Mulia Seorang Perempuan di dalam Islam

Perempuan, merupakan salah satu topik yang tidak lepas dari

perhatian Islam. Islam, apabila ditinjau menurut ajarannya (kitab

sucinya), sebenarnya sangat menghargai dan menghormati

kedudukan seorang perempuan di dunia ini. Hal ini ditandai

dengan banyaknya ayat di dalam Al-Qur’an yang membahas

mengenai perempuan dan juga terdapat banyaknya hadits

Rasulullah yang mengatur tentang perempuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

20

Beberapa surat di dalam Al-Qur’an yang membahas tentang

perempuan (pembagian harta warisan untuk istri dan anak

perempuan, larangan menyiksa istri, dan lain-lain) yaitu Surat

Maryam, An Nisaa’ (Wanita), Al Mujaadilah (Wanita yang

Mengajukan Gugatan) dan Surat Al mumtahanah (Perempuan yang

diuji). Dengan adanya surat-surat tersebut, mengindikasikan bahwa

Al-Qur’an dan Islam benar-benar memperhatikan dan mengakui

eksistensi perempuan beserta peran dan fungsinya dalam

kehidupan, baik di dalam keluarga maupun di tengah-tengah

masyarakat.

Al-Qur’an mengancam dengan siksa yang berat bagi setiap

orang yang menuduh seorang perempuan yang baik dan

terpelihara, berkaitan dengan kehormatan dan harga dirinya.

Ancaman tersebut tercantum di dalam ayat Al-Qur’an, yaitu: “Dan

orang-orang yang menuduh wanita baik-baik (dengan tuduhan

zina) sedangkan mereka tidak mendatangkan empat saksi, maka

deralah mereka (yang menuduh itu) dengan delapan puluh kali

deraan...”. (QS. An-Nuur: 4).

Ayat diatas menjelaskan bahwa untuk dapat menuduh seorang

perempuan harus mendatangkan empat orang saksi. Hal ini

membuktikan bahwa kehormatan dan harga diri seorang wanita di

dalam Islam adalah tinggi dan mulia sehingga tidaklah mudah bagi

siapa saja untuk dapat menjatuhkan kehormatan dan harga diri

wanita dengan sangat mudahnya.

Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang

menuduh wanita baik-baik yang lengah (dari perbuatan keji) lagi

beriman (dengan tuduhan bahwa mereka telah berzina), mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

21

mendapat laknat di dunia dan akhirat serta bagi mereka siksa yang

besar”. (QS. An-Nuur: 23).

Pengakuan Islam terhadap keberadaan perempuan beserta

kemuliaan yang disandangnya, diperkuat lagi dengan adanya

sunnah Rasulullah (hadits) yang di dalamnya mengandung ajaran-

ajaran yang mengatur mengenai perempuan.

Rasulullah sendiri memberikan kemuliaan pada wanita dan

mengistimewakan keberadaan seorang ibu tiga kali lebih istimewa

dibandingkan dengan seorang bapak.

Hadits di bawah ini merupakan bukti bahwa Rasulullah sangat

menghargai seorang wanita di dalam keluarga, yaitu:

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki menemui Ralulullah kemudian bertanya, ”Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak kuperlakukan dengan baik?”. Beliau menjawab, ”Ibumu”. Dia bertanya lagi, ”Kemudian siapa?”. Beliau menjawab, ”Ibumu”. Dia bertanya lagi, ”Kemudian siapa?”. Beliau menjawab, ”Ibumu”. Dia bertanya lagi, ”Kemudian siapa?”. Beliau menjawab, ”Bapakmu”. (HR. Abu Hurairah).

Jawaban Rasulullah diatas dengan menyebut kata ”Ibumu”

sampai dengan tiga kali, hal ini membuktikan bahwa seorang ibu

lebih berhak untuk diperlakukan dengan baik terlebih dahulu

sebelum akhirnya bapak juga berhak untuk diperlakukan secara

baik. Seorang ibu memiliki keutamaan yang tinggi sehingga setiap

tutur katanya yang baik, harus didengar dan diutamakan. Ridhanya

merupakan bagian dari ridha Allah.

Demikianlah Rasulullah telah memuliakan kedudukan seorang

ibu di mata anaknya dan tidak luput pula Islam juga memuliakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

22

kedudukan istri (hak dan kewajibannya) di hadapan sang suami

dengan mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istri mereka

dengan sebaik-baiknya, sebagaimana firman Allah swt: ”..Dan

perlakukanlah istrimu dengan cara yang makruf..”. (QS. An-

Nisaa’: 19).

Islam menjadikan mas kawin di dalam suatu pernikahan

sebagai hak bagi wanita dan kewajiban bagi laki-laki untuk

membayar mas kawin tersebut, merupakan salah satu bentuk

perlakuan mulia Islam terhadap wanita. Dengan adanya kewajiban

memberikan mas kawin ini, wanita tidak akan diperlakukan

sewenang-wenang oleh laki-laki, ketika akan memasuki kehidupan

rumah tangga.

Allah swt juga menjadikan seorang wanita sebagai pemimpin

bagi anak-anaknya di rumah suaminya. Rasulullah swt bersabda:

”Istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan bertanggung jawab

atas kepemimpinannya.”

Rasulullah memberikan kedudukan yang tinggi bagi wanita

dengan menghormati dan menghargai mereka dalam menunaikan

hak dan kewajibannya baik di dalam keluarga maupun di dalam

kehidupan bermasyarakat. Semuanya telah tersusun rapi dan

sempurna di dalam Sunnah Rasulullah yang mulia.

2) Penghormatan dan Penghargaan Islam terhadap Perempuan melalui

Penggunaan Hijab (Jilbab atau Kerudung)

Kewajiban penggunaan hijab (jilbab atau kerudung) yang di

khususkan kepada kaum Hawa di dalam ajaran Islam merupakan

salah satu bentuk kesungguhan Islam dalam menghormati dan

menghargai perempuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

23

Pengertian hijab dalam hal ini ialah sesuatu yang dapat

menutupi tubuh wanita dari pandangan laki-laki yang bukan

mahramnya (sesuatu yang menghalangi wanita dari pandangan

laki-laki yang bukan mahramnya).

Katakanlah kepada wanita yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka (mertua), atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita... (QS. An-Nuur: 31).

Hijab dapat memiliki bentuk yang bermacam-macam

tergantung kepada pengertiannya. Pada pokoknya hijab berupa

segala sesuatu yang menghalangi pandangan antara laki-laki dan

perempuan yang bukan mahramnya, seperti dinding, pintu,

pakaian. Berkenaan dengan kehormatan dan harga diri perempuan,

maka hijab memiliki bentuk berupa pakaian muslimah, yaitu jilbab

atau kerudung (kudung).

Islam mewajibkan kepada seluruh kaum hawa (muslimah atau

kaum perempuan) untuk mengenakan jilbabnya menutupi seluruh

tubuh mereka, kecuali bagian tubuh yang biasa nampak secara

wajar, seperti wajah dan telapak tangan.

Allah swt berfirman: ”Hai nabi katakanlah kepada istri-

istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

24

”hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

mereka”.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Kewajiban mengenakan hijab bagi perempuan muslim

memiliki tujuan supaya mereka terhindar dari fitnah dan terjaga

kehormatan dan harga dirinya sehingga mereka tidak menjadi

korban tindak kekerasan baik di lingkungan rumah tangga maupun

di lingkungan publik (seperti pelecehan seksual dan penganiayaan).

3) Kedudukan Setara antara Perempuan dengan Laki-Laki di dalam

Islam

Islam selain menyanjung seorang perempuan dengan

penghormatan dan penghargaan yang tinggi dan mulia, Islam juga

memiliki pandangan lain mengenai seorang perempuan, bahwa

perempuan memiliki kedudukan yang setara (sejajar) dengan laki-

laki sesuai dengan tujuan awal penciptaan kedua makhluk tersebut,

yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah swt.

Laki-laki dan perempuan memiliki posisi yang sejajar dalam

hal beribadah kepada Allah swt, maksudnya adalah laki-laki dan

perempuan memiliki kewajiban untuk saling mendukung dan

menghormati serta menghargai satu sama lain di dalam

kehidupannya untuk mencapai satu tujuan yang mulia, yaitu

beribadah hanya kepada Allah swt.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujuraat: 13).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

25

Ayat diatas menjelaskan bahwa tujuan Allah telah menurunkan

manusia dari jenis laki-laki dan perempuan ke dunia ini dan

menjadikan mereka ke dalam bangsa dan suku yang berbeda-beda,

adalah agar manusia itu sendiri saling mengenal dan memahami,

saling menghormati dan menghargai. Tidak untuk saling menyakiti

dan merusak satu sama lain.

Ayat diatas juga menjelaskan bahwa Allah tidak melihat

perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam hal ketakwaan

dan keseriusan mereka dalam beribadah kepada Allah swt, tetapi

Allah hanya melihat perbedaan berkenaan dengan kekuatan

keimanan mereka. Laki-laki dan perempuan yang paling bertakwa

kepada-Nya akan menduduki posisi yang paling mulia diantara

manusia dalam pandangan Allah swt.

Prinsip kesetaraan diantara laki-laki dan perempuan ini,

apabila dikaitkan dengan hal kekerasan di dalam rumah tangga,

maka tidak ada alasan apapun yang dapat membenarkan terjadinya

perilaku kekerasan di dalam sebuah keluarga. Seorang suami tidak

dibenarkan melakukan kekerasan kepada istrinya dan sebaliknya.

Larangan kekerasan ini seyogyanya juga berlaku terhadap pihak

lain, seperti anak-anak, mertua dan pembantu rumah tangga.

Hal ini dikarenakan menurut ajaran Islam tidak ada

superioritas kedudukan antara laki-laki dan perempuan, kalaupun

superioritas tersebut ada, maka hal itu hanyalah menyangkut hak

dan kewajiban yang sudah seharusnya melekat pada masing-

masing pihak (laki-laki dan perempuan), bukan berkenaan dengan

sifat kodratinya (sifat asasinya).

b. Islam Memandang Perilaku Kekerasan di dalam Rumah Tangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

26

Islam sebenarnya sangat melarang terjadinya berbagai bentuk

tindak kejahatan, termasuk kekerasan (di dalam rumah tangga).

Islam memiliki metode tersendiri dalam hal kaitannya dengan

penolakan atau ketidaksetujuan Islam terhadap kekerasan yaitu

larangan Islam secara tegas perihal tindak kekerasan tersebut dan

perintah (ajakan) Islam untuk berbuat sebaliknya, yaitu perintah untuk

berbuat kebajikan. Allah swt berfirman: ”Dan hendaklah ada di antara

kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, (Islam)

menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.”

(QS. Ali Imran: 104).

Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut di atas, Islam memerintahkan

kepada umatnya untuk selalu berbuat kebajikan dan mencegah

terjadinya kemungkaran (kejahatan) yang mungkin saja terjadi di

dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di dalam lingkup kecil sebuah

keluarga.

Larangan Islam untuk berbuat munkar, secara tegas termuat di

dalam hadits Rasulullah saw, yaitu: ”Iman adalah menahan diri untuk

tidak berbuat munkar, maka jangan biarkan seseorang melakukannya.”

(HR. Abu Dawud).

Rasulullah saw bersabda: ”Seseorang berkata: Wahai Rasulullah,

ajarkan kepadaku sesuatu? Maka beliau menjawab: Janganlah engkau

berbuat jahat pada seseorang...” (HR. Tirmidzi).

Islam melarang adanya tindak kekerasan yang terjadi di dalam

sebuah keluarga (rumah tangga), hal ini dapat dibuktikan dari indikasi

mengenai konsep atau pemahaman Islam itu sendiri dalam hal

pernikahan dan pola hubungan suami-istri dalam pernikahan tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

27

dimana berdasarkan konsep tersebut, Islam berusaha untuk

meminimalisir (memperkecil) resiko terjadinya kekerasan khususnya

antara suami dan istri.

Pernikahan menurut pandangan risalah Islam merupakan suatu

ritual yang suci yang dibangun berdasarkan rasa cinta dan kasih sayang

sebagai pondasinya. Oleh karena pernikahan tersebut dilandasi dengan

cinta dan kasih sayang, maka hal tersebut akan berdampak kepada pola

hubungan antara anggota keluarga dalam suatu pernikahan, khususnya

antara suami dan istri dimana pola hubungan ini di dalam Islam

dikenal dengan istilah mu’asyarah bil ma’ruf yaitu pola hubungan

yang berlandaskan kepada persahabatan, kekeluargaan dan pola

pergaulan yang sehat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Pola hubungan mu’asyarah bil ma’ruf ini, dalam sebuah keluarga

memegang peranan penting dalam hal proses pembangunan dan

pendidikan mental dan spiritual serta fisik terhadap individu,

masyarakat, bangsa, negara dan agama. Dengan adanya pola hubungan

mu’asyarah bil ma’ruf ini membuktikan bahwa kekerasan yang terjadi

di dalam suatu rumah tangga (keluarga) jelas tidak mendapat tempat

sedikitpun bagi keberadaannya. Berdasarkan eksistensi dasar-dasar

pernikahan beserta konsepnya yang telah ditetapkan oleh Islam

menyatakan bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sakral

sehingga tidak sepantasnya keberadaan sebuah rumah tangga dikotori

oleh tindak kekerasan di dalamnya, mengingat makna dan dasar

filosofi yang sakral dari pernikahan itu sendiri.

2. Tinjauan Umum Terhadap Kekerasan di dalam Rumah Tangga

a. Definisi Kekerasan

Berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga, maka terlebih

dahulu perlu dipahami istilah kekerasan itu sendiri. Kekerasan menurut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

28

kamus umum Bahasa Indonesia, memiliki definisi (WJS.

Purwodarminto dalam Zeni Lutfiyah, 2006: 4):

1) Sifat (hal tersebut) keras; kegiatan; kekuatan

2) Paksaan; kekejangan

Michael Levi menyatakan bahwa tindak kekerasan atau violence,

pada dasarnya merupakan konsep yang makna dan isinya sangat

bergantung kepada masyarakat sendiri. Hal tersebut dikuatkan dengan

pengertian dari Jertome Skolnick, yang mengatakan bahwa kekerasan

adalah ”....an ambiguous term whose meaning is established through

political process”. (Achi Sudiarti dalam Zeni Lutfiyah, 2006: 4-5).

Pengertian kekerasan menurut Mansoer Fakih, kekerasan atau

violence adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun

integritas mental psikologis seseorang. (Mansoer Fakih dalam Zeni

Lutfiyah, 2006: 5).

b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu tindak kejahatan

yang terjadi di dalam lingkungan domestik yaitu pada sebuah keluarga.

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga dapat dilakukan oleh siapa

saja, akan tetapi pada umumnya kekerasan tersebut dilakukan oleh

suami dimana si pelaku ini cenderung biasanya menjadikan sang istri

dan anak-anak sebagai sasaran atau obyek kekerasan yang

dilakukannya itu.

Hal tersebut diatas, selaras dengan kenyataan yang banyak terjadi

di lapangan secara umum dimana fakta menunjukkan bahwa mayoritas

pihak yang paling dirugikan dalam kasus-kasus kekerasan yang ada,

terlebih lagi kasus kekerasan di dalam rumah tangga, berasal dari

kaum perempuan dan anak-anak, hal ini dikarenakan mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

29

berdasarkan fakta merupakan kaum yang cenderung rentan menjadi

sasaran tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya data bahwa sekitar 24 juta

perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan

mengakui pernah mengalami kekerasan dan jumlah kekerasan yang

terbesar adalah kekerasan dalam rumah tangga. Komnas perempuan

pada tahun 2001 melakukan survei pada 14 daerah di Indonesia (Aceh,

Palembang, Jambi, Bengkulu, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Sulawesi Utara,

Sulawesi Selatan, NTT) menunjukkan bahwa kaum perempuan paling

banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh orang-orang

terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan komunitasnya

sendiri. (Laporan NGO, h.61). Kemudian sekitar 60% kekerasan

terhadap anak dilakukan oleh orangtua mereka. (http://www.hizbut-

tahrir.or.id).

Berdasarkan data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa rumah

sesuai dengan fungsinya sebagai tempat tinggal, ternyata tidak dapat

memberikan rasa aman pada anggota keluarga yang tinggal di dalam

rumah tersebut. Setiap orang dapat merasa terancam oleh orang-orang

dekat yang memiliki hubungan darah atau pernikahan dengannya,

terutama ketika mereka berada pada satu rumah. Seharusnya rumah

dan orang-orang yang ada di dalamnya merupakan tempat dan pihak

teraman yang seharusnya bisa mereka andalkan.

Pada Rifka Annisa Women Crisis Center, Yogyakarta, diperoleh

data yaitu pada tahun 2001 dilaporkan 234 kasus kekerasan terjadi

terhadap istri. (http://www.kompas.com).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

30

Data tersebut diatas belum termasuk kasus-kasus kekerasan lain

yang tidak ataupun belum dilaporkan kepada lembaga swadaya

masyarakat Rifka Annisa Women Crisis Center.

Catatan awal tahun 2004 yang dilansir oleh Komisi Nasional Anti

Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan),

memperlihatkan pada 2003 telah terjadi 5.934 kasus kekerasan

terhadap perempuan. Sebanyak 2.703 di antaranya adalah kasus

KDRT, dengan korban terbanyak adalah istri, yaitu 2.025 kasus (75

persen). Tindakan kekerasan terhadap perempuan terus meningkat

secara konsisten dari tahun ke tahun. Selama 2004, kekerasan terhadap

perempuan meningkat hampir 100%, yaitu menjadi 14.020 kasus.

Ketua Komnas Perempuan Kamala Chandrakirana mengungkapkan hal

itu pada laporan tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP)

sepanjang 2004. (http://www.pikiran-rakyat.com).

Data yang terbaru, diketahui berdasarkan data lembaga swadaya

masyarakat Mitra Perempuan bahwa sepanjang tahun 2006 lalu Mitra

Perempuan telah mendampingi 323 perempuan dan anak yang

mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Jumlah itu lebih kecil dari

tahun lalu yang angkanya 443. "Tapi, jumlah pendampingan tidak

menunjukkan jumlah kasus kekerasan menurun," kata Ketua Mitra

Perempuan, Rita Serena Kolibonso, di Jakarta, Kamis (28/12).

(http://www.tempointeraktif.com).

Menurut Rita, jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga jauh

melebihi angka pendampingan Mitra Perempuan. Dari kasus-kasus

kekerasan itu Mitra Perempuan menemukan bahwa kebanyakan dari

pelaku kekerasan adalah suami, mantan suami, orang tua atau mertua.

Mitra Perempuan juga menemukan, 9 dari 10 perempuan mengalami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

31

lebih dari satu jenis kekerasan. Yang paling banyak adalah kekerasan

fisik. Sisanya kekerasan psikis, seksual, penelantaran dalam rumah

tangga, dan penelantaran ekonomi. (http://www.tempointeraktif.com).

Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka dapat dismpulkan

bahwa memang terminologi dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga itu

sendiri cenderung memiliki pemahaman yang mendasarkan bahwa

kaum perempuan dipandang sebagai kategori korban yang utama dari

pada korban-korban dari pihak yang lain. Hal ini disebabkan, kaum

perempuanlah yang paling banyak menderita perihal kuantitas

kekerasan yang dialaminya dalam lingkungan domestik (keluarga).

Perempuan sebagai korban, yang merupakan topik utama dari

masalah kekerasan dalam rumah tangga, juga mendapat perhatian

besar dari pihak pemerintah Indonesia dimana kaum perempuan

Indonesia memperoleh perlindungan secara yuridis menyangkut hak-

haknya ketika mereka mendapat perlakuan kekerasan di lingkungan

domestik. Perlindungan yuridis tersebut dibuktikan pemerintah dengan

dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang disahkan dan

diundangkan di Jakarta pada 22 September 2004 lalu.

Penegasan bahwa kaum perempuan mendapat perhatian utama

dari pemerintah ini dapat dilihat dari definisi Kekerasan Dalam Rumah

Tangga itu sendiri yang terdapat dalam Bab I Ketentuan Umum

Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga No.

23 Tahun 2004.

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka dapat diperoleh

definisi bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

32

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Berdasarkan undang-undang tersebut diatas, maka dapat diketahui

bahwa kaum perempuan memperoleh perlindungan hukum dari

Pemerintah Indonesia dimana perlindungan hukum tersebut mencakup

perlindungan terhadap kekerasan fisik, seksual, dan kekerasan psikis

serta perlindungan dari tindakan penelantaran rumah tangga (atau

dapat disebut juga kekerasan ekonomi).

Kaum perempuan walaupun mendapat porsi yang cenderung

diutamakan di dalam Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, bukan berarti pihak lain yang memiliki kemungkinan

dijadikan sebagai korban kekerasan (seperti: anak-anak), tidak

mendapat perlindungan hukum.

Pihak lain yang juga memiliki peluang menjadi korban tindak

kekerasan dalam rumah tangga, juga diakui dan dilindungi serta diatur

di dalam Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (UU PKDRT). Menurut pengertian yang terdapat dalam Bab 1

Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004, terminologi dari korban itu

sendiri, tidak hanya dari pihak kaum wanita saja, akan tetapi ”korban

adalah setiap orang yang mengalami kekerasan dan/ atau ancaman

kekerasan dalam lingkup rumah tangga”. Jadi, setiap orang (terutama

yang berada atau tinggal dan menetap dalam lingkungan suatu rumah

tangga) dapat saja mendapat perlakuan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga itu sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

33

Setiap orang yang berada dan tinggal menetap di dalam sebuah

keluarga, berpotensi untuk disakiti atau dilukai oleh anggota keluarga

yang lain sedangkan orang-orang yang tergolong ke dalam lingkup

sebuah keluarga itu sendiri terdiri dari bermacam-macam klasifikasi.

Pasal 2 Ayat 1, Bab I Tentang Ketentuan Umum, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga mengatur mengenai pihak-pihak yang digolongkan ke

dalam lingkup rumah tangga, yaitu (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005:

13-14):

1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini, meliputi: a) Suami, istri, dan anak b) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan

orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a (suami, istri dan anak) karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau

c) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).

Pengertian ”anak” diatas memiliki definisi yaitu selain sebagai

”anak kandung”, juga dapat mengacu kepada definisi sebagai ”anak

angkat” dan ”anak tiri” yang berhubungan dengan keberadaannya di

dalam sebuah keluarga (rumah tangga). Hal tersebut seperti apa yang

terdapat pada Penjelasan Pasal 2, Ayat (1), Huruf a, Undang-undang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang berbunyi: ”Yang

dimaksud dengan anak dalam ketentuan ini adalah termasuk anak

angkat dan anak tiri”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

34

Khusus untuk Pekerja Rumah Tangga, seperti yang telah tersebut

pada Pasal 2 Ayat 1 Huruf c diatas, mereka menjadi bagian anggota

keluarga dalam suatu rumah tangga, hanya selama mereka bekerja

dalam jangka waktu tertentu di dalam rumah tangga yang

bersangkutan.

Orang-orang dengan ketiga kategori diatas memiliki kemungkinan

besar untuk menjadi objek perlakuan dan ancaman kekerasan dalam

suatu keluarga (rumah tangga).

Sama seperti halnya dengan ”korban”, setiap orang tidak

terkecuali orang-orang terdekat kita, dapat saja melakukan tindakan

kekerasan yang disebabkan oleh hal-hal tertentu. Biasanya, fakta yang

terjadi di kehidupan masyarakat, menunjukkan bahwa pelaku tindakan

kekerasan tersebut berasal dari pihak laki-laki (sebagai contoh: suami).

Hal tersebut dirasakan wajar saja terjadi karena secara kodrati memang

laki-laki memiliki kesempatan dan potensi yang lebih besar untuk

menyakiti pasangannya ataupun orang-orang terdekatnya. Namun hal

ini tidak menutup kemungkinan adanya kekerasan yang dilakukan oleh

pihak selain kaum laki-laki, kaum wanita dan anak-anak juga bisa saja

melakukan hal yang sama.

Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

No. 23 Tahun 2004, telah memberikan suatu penegakkan hukum yang

jelas bagi penerapan sanksi terhadap pelaku / tersangka tindak pidana

kekerasan di dalam rumah tangga. Sanksi yang dikenakan terhadap

pelaku kekerasan di dalam rumah tangga dapat berupa sanksi pidana

yaitu pidana penjara dan pidana tambahan, dan sanksi perdata yaitu

denda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

35

Perilaku kekerasan di dalam rumah tangga sebenarnya memiliki

berbagai macam bentuk, sebagai berikut:

1) Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik yang dimaksud adalah setiap perbuatan yang

mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

2) Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan

ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan

untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan / atau penderitaan psikis

berat pada seseorang.

3) Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual ini memiliki dua macam bentuk, yaitu:

a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang

yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut

Bahwa seseorang memaksakan kehendaknya dalam hal

hubungan seksual terhadap orang lain yang berada pada satu

atap (rumah tangga / keluarga) agar orang lain tersebut mau

berhubungan intim dengannya.

Ciri utama kekerasan seksual ini yaitu terdapat adanya

unsur keterpaksaan (tidak rela) pada diri si korban ketika

terjadi pemaksaan hubungan seksual tersebut.

b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam

lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan

komersial dan / atau tujuan tertentu

Pelaku memaksakan hubungan seksual tersebut lebih

kepada menyuruh atau memerintahkan seseorang secara paksa

untuk melakukan hubungan intim atau seksual dengan orang

lain dengan latar belakang tertentu, misalnya untuk mengambil

keuntungan secara finansial atau ekonomi dari adanya tindakan

pemaksaan tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

36

4) Penelantaran Rumah Tangga

Penelantaran rumah tangga di sini mengandung dua definisi,

yaitu:

a) Bahwa setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam

lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang

berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian,

seharusnya ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau

pemeliharaan kepada orang tersebut.

b) Bahwa penelantaran rumah tangga sebagaimana dimaksud

diatas, juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan

ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan / atau

melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah

sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

Kekerasan dalam rumah tangga seringkali juga disebut sebagai

‘domestic violence’ atau dapat disebut juga ‘kekerasan domestik’, dan

‘family violence’, disebut juga dengan ‘kekerasan dalam keluarga /

rumah tangga’.

Satu lagi istilah yang memiliki hubungan dengan masalah

kekerasan dalam rumah tangga, yaitu “gender-based violence”, disebut

juga dengan “kekerasan yang berbasis jender” dimana kekerasan

berbasis jender ini berusaha menjelaskan bahwa kekerasan yang terjadi

dewasa ini cenderung lebih dikarenakan adanya unsur diskriminasi

jender antara laki-laki dan perempuan. Kekerasan berbasis jender ini

secara langsung maupun tidak, berimbas kepada maraknya tindak

kekerasan dalam rumah tangga, karena di dalam sebuah rumah tangga

menuntut kepada pembagian dan pelaksanaan hak dan kewajiban

antara pria dan wanita sesuai dengan fungsi dan perannya. Sering kali

seseorang karena tidak menyadari akan hak dan kewajibannya,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

37

mendorong mereka untuk melakukan perilaku kekerasan terhadap

orang lain, terlebih lagi kepada pasangannya, berdasarkan sentimen

jender tertentu. Sebagai contoh karena adanya anggapan bahwa

seorang istri adalah pihak jender yang lemah dibanding suami, maka

secara sadar maupun tidak, akan timbul stigma / cap dari pihak suami

itu sendiri bahwa akan dengan sangat mudahnya untuk melakukan

kekerasan terhadap istrinya itu sesuai dengan kehendaknya.

Kekerasan dalam rumah tangga jika dibuat perumpamaan seperti

fenomena gunung es dimana dari jumlah kasus yang diketahui dan

dilaporkan terjadi di Indonesia, hal itu sebenarnya hanya sebagian

kecil saja apabila dibandingkan dengan kasus serupa yang sebenarnya

lebih banyak lagi terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Mereka

(masyarakat kita) lebih memilih ‘bungkam’ tidak mengadukan

peristiwa kekerasan yang dialami ataupun dilihatnya kepada pihak

aparat penegak hukum (kepolisian) maupun kepada lembaga swadaya

masyarakat tertentu (misalnya: komnas anti kekerasan terhadap

perempuan dan komnas HAM).

Masyarakat cenderung enggan melaporkan kekerasan yang

dialami ataupun disaksikannya di dalam kehidupan rumah tangganya,

lebih dikarenakan adanya hal-hal yang melatarbelakangi keengganan

tersebut, yaitu:

1) Adanya pemahaman dalam masyarakat kita bahwa segala hal yang

menyangkut rumah tangga adalah urusan pribadi masing-masing.

Apapun yang terjadi di dalam rumah tangga tidak boleh di

intervensi oleh orang lain, demikian juga halnya dengan tindak

kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, seperti pemukulan

terhadap istri, pertengkaran, merupakan urusan intern keluarga

sehingga tidak sepantasnya diketahui oleh orang lain ataupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

38

dilaporkan pada pihak yang berwenang. (Bagian ini memiliki

maksud bahwa orang lain tidak berhak ikut campur mengenai

segala hal yang berkaitan dengan urusan rumah tangga seseorang,

tidak hanya menyangkut masalah kekerasan saja).

2) Adanya stereotipe atau stigma yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat, bahwa perilaku kekerasan yang terjadi dalam rumah

tangga, seperti penganiayaan dan perkosaan, merupakan suatu aib

bagi keluarga sehingga apabila hal itu diketahui oleh orang lain

maka akan menimbulkan perasaaan malu terhadap anggota

keluarga yang bersangkutan. Oleh karena itu, aib keluarga tidak

seharusnya orang lain mengetahuinya. (Bagian ini lebih mengacu

kepada pengertian bahwa aib tersebut takut diketahui orang lain).

3) Adanya rasa takut akan mendapat sanksi dari masyarakat apabila

perilaku kekerasan yang dilakukannya, diketahui oleh orang lain.

Hal ini dipandang dari segi pelakunya.

4) Adanya kekhawatiran pada diri korban, apabila pelaku tindak

kekerasan yang dilakukan terhadapnya, memperoleh sanksi hukum

oleh pihak yang berwenang (atas perilaku kekerasan tersebut)

maka si korban tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk hidupnya,

karena orang tempat dia (korban) menggantungkan hidupnya telah

ditahan oleh pihak yang berwenang. Biasanya untuk kategori ini,

korbannya adalah si istri yang secara ekonomi sangat

mengandalkannya kepada suami, yang tiada lain adalah pelaku

kekerasan terhadapnya (istri).

5) Adanya penjelasan feministik, merupakan pandangan yang

menganggap bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah produk

struktur sosial dan sosialisasi dalam masyarakat yang mengatakan

dan menomorsatukan kepentingan dari perspektif laki-laki.

Pandangan ini menjelaskan, kekerasan terhadap perempuan

merupakan suatu hal yang cukup umum dan terjadi sebagai

konsekuensi struktur masyarakat yang mementingkan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

39

didominasi oleh laki-laki. (Achi Sudiarti dalam Zeni Lutfiyah,

2006: 13).

Kelima hal diatas merupakan pandangan dari segi masyarakatnya.

Sedangkan apabila dilihat dari segi aparat penegak hukumnya dan

pihak yang berwenang, maka akan dapat diketahui dengan jelas

mengapa kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga tersebut sulit

untuk diangkat ke permukaan, hal ini disebabkan yaitu:

1) Aparat penegak hukum kita yang cenderung enggan

menindaklanjuti laporan perkara-perkara yang mereka terima

perihal kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, baik itu

bentuknya berupa pengaduan apalagi berupa pemrosesan

perkaranya ke pengadilan. Mereka yaitu aparat kepolisian masih

memiliki persepsi yang salah bahwa kekerasan yang terjadi

merupakan masalah pribadi sehingga mereka tidak mau terlibat di

dalamnya. Hal ini senada dengan ucapan kriminolog Universitas

Indonesia, Purnianti, yang dikutip dari www.tempointeraktif.com,

yaitu: ”Polisi masih sering menganggap kekerasan itu sebagai

masalah pribadi, dan mereka enggan ikut campur", katanya.

2) Minimnya peran serta lembaga-lembaga yang berwenang dalam

hal memberikan informasi dan penyuluhan serta sosialisasi

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan tindak kekerasan dalam

rumah tangga (khususnya lembaga-lembaga pemerintah dan

lembaga swadaya masyarakat seperti komisi nasional anti

kekerasan terhadap perempuan dan LBH APIK serta SPEK HAM)

kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat mengalami

krisis pengetahuan akan kebutuhan informasi yang nantinya

diharapkan akan membentengi mereka dari tindak kekerasan yang

acap kali terjadi pada masyarakat secara umum. Sehingga karena

minimnya kebutuhan akan informasi dan pengetahuan mengenai

kekerasan dalam rumah tangga tersebut, membuat mereka menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

40

tidak tahu hendak kemana mengadukan tindak kekerasan yang

dialaminya ataupun yang dilihatnya.

Masyarakat kita seringkali salah menafsirkan perihal pengertian

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Mereka menganggap bahwa

kekerasan yang terjadi di dalam keluarga hanyalah sebatas kekerasan

dalam hubungan antar suami – istri. Hal tersebut sebenarnya adalah

salah. Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki paradigma sendiri

dalam mengungkapkan ruang lingkup definisinya dimana definsi

tersebut menjangkau tidak hanya sebatas hubungan suami- istri akan

tetapi juga menyangkut hubungan keluarga dalam konsep Extended –

Family yaitu konsep keluarga dalam pengertiannya yang luas, bukan

Nucleus - Family (keluarga inti). Konsep seperti ini (Extended –

Family) juga diterapkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan tetap

mengutamakan perlindungan terhadap perempuan sebagai korban

kekerasan di dalam rumah tangga.

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya Kekerasan Dalam

Rumah Tangga di dalam masyarakat, diantaranya sebagai berikut:

1) Adanya stereotipe / stigma yang beredar di masyarakat kita, yang

menyatakan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah

dan makhluk nomor dua setelah laki-laki. Stigma tersebut secara

sadar maupun tidak, mendorong seseorang, terutama suami, untuk

secara sewenang-wenang melakukan tindakan kekerasan terhadap

istrinya.

2) Adanya fakta bahwa lelaki dan perempuan tidak diposisikan secara

adil dan bijaksana dalam masyarakat. Posisi yang dirasakan tidak

adil dan bijaksana ini menyangkut hak dan kewajiban antara pria

dan wanita yang seharusnya telah menjadi bagian dari masing –

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

41

masing pihak. Keadaan ini mengakibatkan timbulnya tindak pidana

kekerasan di dalam rumah tangga.

3) Pengaruh kebudayaan di dalam masyarakat kita yang tidak

mengajarkan perempuan agar menjadi mandiri dan mendorong

perempuan atau istri supaya bergantung pada suami, khususnya

secara ekonomi.

4) Penafsiran yang salah terhadap ajaran tertentu dalam agama

(Islam), terutama pemahaman keliru yang menganggap bahwa laki-

laki boleh menguasai perempuan. Biasanya, penafsiran salah

tersebut berkaitan dengan ayat-ayat yang mengatur tentang bab

nusyuz (pembangkangan) istri kepada suami. Allah swt berfirman,

yaitu:

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisaa: 34).

Ayat tersebut diatas, cenderung seringkali disalahtafsirkan

oleh kebanyakan masyarakat awam dalam menjalankan ajaran

agamanya (Islam) sehingga mengakibatkan adanya pembenaran

tindakan suami dalam melakukan pemukulan terhadap istrinya. Hal

tersebut secara langsung dan tidak langsung menimbulkan

terjadinya fenomena kekerasan dalam rumah tangga.

5) Adanya faktor yang dihubungkan dengan kondisi internal pelaku

kekerasan (karakteristik pribadi) sehingga menyebabkan kekerasan

itu terjadi. Misalnya kekerasan dilakukan oleh orang yang

terganggu mentalnya, tertekan, memiliki banyak masalah, yang

kemudian keadaan tersebut direspon dengan cara melakukan

kekerasan terhadap orang-orang terdekatnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

42

6) Adanya faktor yang dihubungkan dengan alasan – alasan tertentu

yang dilekatkan pada karakteristik pribadi korban kekerasan.

Misalnya tingkah laku korban yang penuntut, tidak pernah mau

mengalah dan lain-lain, sehingga ’memancing’ pelaku melakukan

kekerasan.

7) Minimnya komunikasi antar anggota keluarga di dalam suatu

rumah tangga. Komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan

rumah tangga karena melalui komunikasi, akan terjalin hubungan

batin / emosional antar anggota keluarga sehingga diharapkan akan

mengurangi konflik yang terjadi. Setiap masalah sekecil apa pun

bila tidak dikomunikasikan secara intens maka akan menumpuk

dan berdampak pada munculnya kekerasan (di dalam rumah

tangga).

8) Ketidakmampuan individu di dalam rumah tangga dalam

mengendalikan emosi (manajemen emosi) sehingga ketika terjadi

masalah dalam keluarga, individu tersebut mudah terpicu emosinya

tanpa memikirkan jalan keluar penyelesaian yang baik.

Kekerasan dalam suatu rumah tangga, dengan alasan apapun,

adalah perbuatan yang melanggar norma hukum dan norma agama

(Islam), pelakunya mendapat ancaman sanksi hukum baik pidana

(pidana penjara dan pidana tambahan) maupun perdata (denda).

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sarana untuk mempermudah pemahaman

dalam penelitian hukum yang penulis susun ini dimana penulis menyajikannya

dalam bentuk bagan, sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

43

Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dimana secara khusus perempuan sebagai

anggota keluarga menjadi korban kekerasan tersebut

Hukum Islam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga

(KDRT)

Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga

(KDRT)

Kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga dimana secara khusus perempuan sebagai

anggota keluarga menjadi korban kekerasan tersebut

1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut hukum Islam

2. Cara penyelesaian

kekerasan di dalam rumah tangga menurut hukum Islam

3. Perlindungan hukum bagi

perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga menurut hukum Islam

1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

2. Cara penyelesaian

kekerasan di dalam rumah tangga menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

3. Perlindungan hukum bagi

perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

44

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam

Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya Islam tidak mengenal adanya istilah kekerasan

dalam rumah tangga melainkan hal tersebut telah diatur secara umum

oleh Islam. Kekerasan dalam rumah tangga menurut perspektif Islam

merupakan bagian dari tindak kejahatan.

Kejahatan atau kriminalitas (jarimah) menurut Islam merupakan

perbuatan-perbuatan tercela (qabih) yang telah ditetapkan oleh hukum

syara. Suatu perbuatan termasuk ke dalam kejahatan apabila syariat

Islam telah menetapkan bahwa perbuatan tersebut tercela dan

bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri.

Kekerasan di dalam rumah tangga sebagai bentuk kejahatan,

menurut Islam bukanlah perkara yang berkaitan dengan konsep jender

(jenis kelamin). Hal ini dikarenakan, menurut Islam, kekerasan

(khususnya kekerasan di dalam rumah tangga) dapat menimpa setiap

orang, tanpa memandang jenis kelamin tertentu (laki-laki atau

perempuan). Begitupun juga halnya dengan pelaku kekerasan yang

dapat dilakukan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan.

Islam memandang bahwa kekerasan atau kejahatan itu sendiri

disebabkan oleh dua faktor, yaitu (http://baitijannati.wordpress.com):

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

45

1) Faktor Individu

Hal-hal yang termasuk pemicu kekerasan atau kejahatan yaitu

tidak adanya ketakwaan pada masing-masing individu, kurangnya

kesadaran masing-masing individu terhadap akibat buruk

kekerasan dalam rumah tangga, lemahnya pemahaman dan

pengetahuan individu mengenai konsep pernikahan dan hubungan

suami-istri dalam rumah tangga.

2) Faktor Sistemik / Struktural

Kekerasan yang terjadi saat ini merupakan penyakit sosial di

masyarakat dimana kekerasan tersebut sudah menyebar hampir di

seluruh lini kehidupan, baik di lingkungan domestik (keluarga /

rumah tangga) maupun di lingkungan publik. Hal tersebut dapat

dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya suami memukul

istrinya, seorang anak menyakiti ibunya, kakek menganiaya

cucunya, dan lain-lain.

Kekerasan atau kejahatan yang disebabkan oleh faktor

struktural (sistem), meliputi sebagai berikut

(http://baitijannati.wordpress.com):

a) Bidang Ekonomi

Keadaan ekonomi yang cenderung dirasakan sulit,

merugikan dan menyengsarakan masyarakat, seringkali dapat

menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindakan

kekerasan dalam rumah tangga atau juga menjadi korban

kekerasan dalam rumah tangga.

b) Bidang Hukum

Ketiadaan sanksi hukum yang tegas dan membuat jera

pelaku telah melanggengkan terjadinya kekerasan atau

kejahatan di masyarakat, misalnya, pelaku penganiayaan atau

pembunuhan yang dihukum ringan, perkosaan dan pelacuran

yang dibiarkan merajalela, dan lain-lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

46

c) Bidang Pendidikan

Menggejalanya kebodohan telah memicu ketidakpahaman

sebagian masyarakat mengenai dampak-dampak kekerasan dan

bagaimana seharusnya mereka berperilaku sopan dan santun.

Kebodohan yang terjadi pada masyarakat tersebut sebagai

akibat kurangnya sosialisasi dan penyuluhan serta wujud nyata

pemerintah terhadap pentingnya pendidikan bagi pembangunan

mental dan moral serta pola pikir masyarakat ke arah yang

lebih baik.

d) Bidang Sosial Budaya

Berlakunya budaya permisif dan gaya hidup bebas di

tengah-tengah masyarakat, memperbesar kemungkinan untuk

terjadinya kekerasan. Berlakunya budaya permisif dan gaya

hidup bebas berarti lemahnya atau tidak adanya pengawasan di

antara masyarakat untuk saling menjaga dan meningkatkan

keamanan dan ketertiban serta kenyamanan hidup bersama.

b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Pasal 1, Bab I Tentang

Ketentuan Umum, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu:

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 13).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

47

2. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut

Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum

Islam

Berkaitan dengan fenomena perilaku kekerasan di dalam sebuah

keluarga (rumah tangga), Islam telah memberikan rambu-rambu yang

jelas bahwa kekerasan, bagaimanapun bentuknya dan apapun

alasannya, pada dasarnya tidak dibenarkan oleh Islam. Kekerasan tidak

boleh digunakan sebagai alasan untuk menyelesaikan masalah

(konflik) di dalam rumah tangga. Kalaupun kekerasan pada akhirnya

terpaksa dilakukan, maka hal tersebut hanya sebagai satu-satunya jalan

penyelesaian yang terakhir untuk mengatasi masalah di dalam rumah

tangga, setelah sebelumnya telah dilakukan beberapa pendekatan

persuasif (non kekerasan).

Kekerasan (kekerasan dalam rumah tangga) di dalam Islam

termasuk ke dalam kategori kejahatan / kriminalitas dimana hukum

Islam memiliki aturan (ketentuan) sendiri dalam menyelesaikan

perkara-perkara yang digolongkan ke dalam kejahatan tersebut.

Ketentuan tersebut berupa hukuman (sanksi) yang diterapkan kepada

pelaku kejahatan tergantung kepada jenis kejahatan (jarimah) yang

dilakukan.

Berdasarkan hukum Islam terdapat beberapa bentuk kejahatan

yang terjadi, terutama terhadap wanita. Bentuk-bentuk kejahatan

tersebut dan cara penyelesaiannya menurut hukum Islam, yaitu:

1) Tuduhan berzina terhadap wanita baik-baik tanpa bisa

menunjukkan bukti kuat yang bisa diterima oleh syariat Islam

(Qadzaf)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

48

Sanksi hukum untuk kategori kejahatan diatas, sesuai dengan

syariat Islam yaitu hukuman cambuk sebanyak 80 kali cambukan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah swt: "Dan orang-orang yang

menuduh perempuan-perempuan yang baik (berbuat zina) dan

mereka tidak mendatangkan empat saksi maka deralah 80 kali".

(QS. An-Nuur: 4-5). (http://www.hizbut-tahrir.or.id).

2) Perbuatan-perbuatan cabul

Contoh perbuatan cabul, misalnya berusaha melakukan zina

dengan perempuan (namun belum sampai melakukannya), maka

hukuman yang sesuai untuk dikenakan terhadap pelakunya yaitu

sanksi penjara 3 tahun, ditambah jilid dan pengusiran.

(http://www.hizbut-tahrir.or.id).

3) Penyerangan terhadap anggota tubuh

Bentuk kekerasan ini dapat juga terjadi pada setiap orang,

tidak hanya wanita saja yang menjadi korbannya. Hukuman yang

sesuai dengan hukum Islam untuk kejahatan kategori ini, yaitu:

a) Korban terbunuh

Hukumannya yaitu membayar 1 diyat (tebusan) 100 ekor

unta. (http://www.hizbut-tahrir.or.id).

b) Organ tubuh korban disakiti

Setiap anggota tubuh korban yang telah disakiti oleh

pelaku mendapat diyat / tebusan, yaitu: untuk 1 biji mata ½

diyat (50 ekor unta); Setiap jari kaki dan tangan, 10 ekor unta;

Luka sampai selaput batok kepala, 1/3 diyat; Luka dalam, 1/3

diyat; Luka sampai ke tulang dan mematahkannya, diyat 15

ekor unta; Setiap gigi, 5 ekor unta; Luka sampai ke tulang

hingga kelihatan, diyat 5 ekor unta. (http://www.hizbut-

tahrir.or.id).

4) Membunuh

Kejahatan kategori ini tidak hanya terjadi pada wanita saja,

tetapi pria juga dapat menjadi korban dari pembunuhan. Hukuman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

49

yang sesuai dengan syariat Islam untuk kategori pembunuhan,

yaitu qishas. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt: "Diwajibkan

atas kamu qishos berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh".

(QS. Al baqarah: 179). (http://www.hizbut-tahrir.or.id).

5) Penghinaan

Penghinaan merupakan salah satu bentuk lain dari kekerasan

psikis terhadap seseorang. Penghinaan terhadap orang lain dapat

membuat orang yang mendapat hinaan tersebut tersiksa secara

mental atau psikologis. Penghinaan dapat terjadi pada setiap orang,

baik laki-laki maupun perempuan. Penghinaan jika tidak dapat

dibuktikan kebenarannya, maka hukuman yang sesuai dengan

hukum Islam adalah pidana penjara empat tahun.

(http://baitijannati.wordpress.com).

Khusus pada hubungan suami istri dalam lingkup kehidupan

rumah tangga, apabila terjadi perilaku kekerasan terhadap pihak

istri, maka istri tersebut dapat menjadikan masalah kekerasan yang

terjadi pada dirinya sebagai alasan untuk mengajukan gugatan cerai

ke Pengadilan Agama.

b. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1) Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, memiliki kewajiban

untuk mengatasi kasus kekerasan dalam rumah tangga dengan

segala potensi yang dimiliki oleh aparat pemerintah itu sendiri.

Pemerintah dapat melakukan upaya pencegahan (preventif) dan

penyelenggaraan pelayanan terhadap korban kekerasan dalam

rumah tangga, untuk mengatasi kasus kekerasan dalam rumah

tangga tersebut, seperti halnya dengan ketentuan pada Pasal 11,

Bab V Tentang Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat, Undang-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

50

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga: ”Pemerintah bertanggung jawab dalam

upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga”. (Tim Redaksi

Nuansa Aulia, 2005: 17).

Beberapa program pemerintah dalam usahanya mencegah

kekerasan agar tidak terjadi di dalam lingkup rumah tangga

tercantum pada Pasal 12, Bab V Tentang Kewajiban Pemerintah

dan Masyarakat, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut

(Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 17):

a) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pemerintah: (1) Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan

dalam rumah tangga (2) Menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi

tentang kekerasan dalam rumah tangga (3) Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang

kekerasan dalam rumah tangga (4) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif

gender dan isu kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif gender

b) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilaksanakan oleh menteri

c) Menteri dapat melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b).

Ketentuan seperti yang terdapat pada pasal 12 huruf a)

merupakan penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga secara

preventif (bersifat untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam

rumah tangga) sedangkan penyelesaian kekerasan dalam rumah

tangga dalam bentuk pelayanan terhadap korban, seperti yang telah

disebutkan pada poin ’1) Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat’,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

51

terdapat di dalam Pasal 13, Bab V Tentang Kewajiban Pemerintah

dan Masyarakat, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut

(Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 18):

Untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing dapat melakukan upaya: a) Penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian b) Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing rohani c) Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban d) Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan teman korban.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sebagai bentuk

perwujudan nyata pelayanan terhadap korban, dapat bekerja sama

dengan masyarakat atau lembaga-lembaga sosial, seperti ketentuan

yang terdapat di dalam Pasal 14, Bab V Tentang Kewajiban

Pemerintah dan Masyarakat, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

sebagai berikut: “Untuk menyelenggarakan upaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, Pemerintah dan Pemerintah Daerah

sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, dapat melakukan

kerja sama dengan masyarakat atau lembaga sosial Iainnya”. (Tim

Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 18).

2) Hak-Hak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki

kaitan dengan hak-hak korban. Hak-hak korban harus diperhatikan

dalam usahanya untuk menyelesaikan kekerasan dalam rumah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

52

tangga dimana untuk menjamin hak-hak atas korban tersebut, maka

diperlukan adanya:

a) Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaaan,

pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik

sementara maupun berdasarkan penetapan perintah

perlindungan dari pengadilan

b) Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis

c) Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan

korban

d) Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada

setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

e) Pelayanan bimbingan rohani

f) Relawan pendamping

Perlindungan yang diberikan kepada korban kekerasan dalam

rumah tangga dapat berupa perlindungan yang bersifat sementara

(perlindungan sementara) dan penetapan perintah perlindungan

oleh pengadilan (surat penetapan perintah perlindungan).

”Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk

memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak

keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan pengadilan”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 13).

”Perlindungan Sementara adalah perlindungan yang langsung

diberikan oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial atau pihak lain,

sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari

pengadilan”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 13). ”Perintah

perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan

untuk memberikan perlindungan kepada korban”. (Tim Redaksi

Nuansa Aulia, 2005: 13).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

53

Perintah perlindungan ini diperoleh dengan mengajukan surat

penetapan perintah perlindungan dimana hanya pihak tertentu saja

yang memiliki hak untuk mengajukan surat tersebut, seperti yang

tercantum dalam ketentuan Pasal 29, Bab VI Tentang

Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut

(Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 22):

Permohonan untuk memperoleh surat perintah perlindungan dapat diajukan oleh: a) Korban atau keluarga korban b) Teman korban c) Kepolisian d) Relawan pendamping e) Pembimbing rohani

Berkaitan dengan hal kekerasan dalam rumah tangga, selain

pihak pemerintah, masyarakat juga memiliki peran untuk wajib

ikut serta dalam hal menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah

tangga, seperti yang telah tercantum dalam Pasal 15, Bab V

Tentang Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat, Undang-Undang

No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, sebagai berikut (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005:

18):

Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk: a) Mencegah berlangsungnya tindak pidana b) Memberikan perlindungan kepada korban c) Memberikan pertolongan darurat d) Membantu proses pengajuan permohonan penetapan

perlindungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

54

3) Pemulihan Korban

Penyelesaian kekerasan dalam rumah tangga dengan cara ini,

lebih bersifat sebagai rehabilitasi keadaan korban ke kondisi

semula seperti pada awal sebelum menjadi sasaran (objek)

kekerasan oleh pelaku.

Pada tahap pemulihan ini, korban memiliki hak untuk

mendapatkan upaya pemulihan dari beberapa pihak, seperti

ketentuan yang telah tercantum di dalam Pasal 39, Bab VII

Tentang Pemulihan Korban, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

sebagai berikut (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 26):

Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari: a) Tenaga kesehatan b) Pekerja Sosial c) Relawan Pendamping d) Pembimbing Rohani

4) Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Melalui Penerapan

Sanksi Hukum

Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menggunakan

jalur ini merupakan metode penyelesaian yang bersifat

menghukum, bertujuan untuk membuat jera pelaku kekerasan itu

sendiri.

Kekerasan dalam lingkup rumah tangga dapat diselesaikan

dengan cara penerapan sanksi hukum, yaitu dalam bentuk:

a) Pidana Penjara

b) Pidana Tambahan

c) Denda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

55

Hakim dapat menjatuhkan sanksi hukum terhadap pelaku

kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan kategori kejahatan

yang dilakukan pelaku tersebut sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan tersebut yaitu Pasal

44 – 50, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga dimana di dalamnya tercantum sanksi hukum

(pidana penjara, pidana tambahan dan denda) untuk masing-masing

kategori tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga.

Pasal 44 – 49, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga mengatur tentang sanksi hukum berupa

pidana penjara dan denda.

Pasal 44, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut (Tim

Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 27):

a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)

b) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf a) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)

c) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf b) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

56

d) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Pasal 45, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut (Tim

Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 28):

a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah)

b) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Pasal 46, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut:

Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 28).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

57

Pasal 47, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut:

Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 28).

Pasal 48, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut:

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 29).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

58

Pasal 49, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, memuat ketentuan sebagai berikut (Tim

Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 29):

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang:

a) Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

b) Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2)

Pasal 50, Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga mengatur tentang sanksi hukum berupa

pidana tambahan, sebagai berikut (Tim Redaksi Nuansa Aulia,

2005: 29):

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini, hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa:

a) Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku

b) Penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

59

3. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Perlindungan hukum yang dimaksud dalam bab ini merupakan

perlindungan yuridis yang cenderung fokus dan memihak kepada

kaum perempuan sehingga diharapkan dengan adanya perlindungan

hukum tersebut, kaum perempuan yang telah menjadi korban

kekerasan dalam rumah tangga dapat menemukan jalan keluar

penyelesaiannya yang terbaik guna mencegah kaum perempuan

mengalami sesuatu yang lebih buruk terjadi pada dirinya.

Perlindungan hukum Islam terhadap perempuan korban kekerasan

dalam rumah tangga, yaitu:

1) Perjanjian suami atas istri setelah akad nikah (Sighat Taklik Talak)

Sighat taklik talak merupakan suatu perjanjian yang tidak

wajib untuk dilakukan oleh kedua pihak (suami dan istri) dalam

pernikahan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan, maka

taklik talak tersebut tidak dapat dicabut kembali.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam

Bab VII Tentang Perjanjian Perkawinan, Pasal 46 Angka (3), yang

berbunyi sebagai berikut: ”Perjanjian taklik talak bukan suatu

perjanjian yang wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi

sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut

kembali”. (Anonim, 2007: 243).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

60

Implikasi dari tidak diwajibkannya taklik talak dalam

pernikahan yaitu sighat taklik talak dengan sendirinya tidak

memiliki pengaruh apapun terhadap sah tidaknya akad pernikahan

kedua pihak (suami-istri). Ikrar sighat taklik talak biasanya

dilakukan sesudah akad nikah dan diucapkan oleh suami. Sighat

taklik talak yang diucapkan suami tersebut tercantum di dalam

buku nikah sebagai bukti otentik.

Dasar hukum dibolehkannya perjanjian perkawinan taklik

talak, yaitu terdapat di dalam ketentuan Kompilasi Hukum Islam

Bab VII Tentang Perjanjian Perkawinan Pasal 45 ayat 1: ”Kedua

calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam

bentuk: 1. Taklik talak...”. (Anonim, 2007: 242).

Perjanjian taklik talak, tidak demikian halnya di dalam

Kompilasi Hukum Islam, tidak diatur secara khusus di dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, adapun

yang ada hanyalah pengaturan mengenai perjanjian perkawinan

secara umum. Pernyataan di bawah ini merupakan contoh

pernyataan sighat taklik talak, yaitu:

Sesudah akad nikah, saya ...... bin ...... berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan saya pergauli istri saya bernama ...... binti ...... dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) menurut ajaran syariat agama Islam. Selanjutnya saya mengucapkan sighat ta’liq atas istri saya itu seperti berikut:

Sewaktu-waktu saya:

a) Meninggalkan istri saya tersebut enam bulan berturut-turut. b) Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan

lamanya. c) Atau saya menyakiti badan / jasmani istri saya itu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

61

d) Atau saya membiarkan (tidak mempedulikan) istri saya itu enam bulan lamanya.

Kemudian istri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus pengaduan itu, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan atau petugas tersebut, dan istri saya membayar uang sebesar Rp. ..... sebagai ’iwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.... (KH Ahmad Azhar Basyir, MA, 2004: 83).

Berkaitan dengan isinya, apabila keadaan yang telah tercantum

di dalam ketentuan taklik talak benar-benar terjadi, maka talak

tidak secara otomatis jatuh atas istri. Istri masih harus mengajukan

hal tersebut ke Pengadilan Agama supaya talak sungguh-sungguh

jatuh kepada dirinya dan agar pengaduan taklik talak istri tersebut

memperoleh penetapan dari Pengadilan Agama.

Pengajuan istri atas taklik talak kepada Pengadilan Agama

tersebut di atas, sesuai dengan ketentuan Kompilasi Hukum Islam

Bab VII Tentang Perjanjian Perkawinan Pasal 46 Angka (2), yang

berbunyi: ”Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak

betul-betul terjadi kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh.

Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, istri harus mengajukan

persoalannya ke Pengadilan Agama”. (Anonim, 2007: 243).

Perceraian atas dasar taklik talak merupakan salah satu

alternatif penyelesaian bagi istri untuk menghindari dampak buruk

dari terjadinya konflik di dalam rumah tangga yang dialaminya

dimana perceraian atas dasar taklik talak ini telah tercantum di

dalam Kompilasi Hukum Islam, Bab XVI Tentang Putusnya

Perkawinan, Pasal 116 Huruf g, yang berbunyi: ”Perceraian dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

62

terjadi karena alasan atau alasan-alasan: ... g. suami melanggar

taklik talak..." (Anonim, 2007: 268-269).

Istri yang telah diperlakukan semena-mena oleh suaminya,

misalnya suami menyakiti jasmani istrinya, seperti salah satu

ketentuan yang telah tercantum dalam taklik talak, maka istri dapat

menggunakan haknya sebagai korban kekerasan dalam rumah

tangga, untuk mengadukan perilaku suaminya tersebut ke

Pengadilan Agama untuk kemudian menggugat cerai suaminya

apabila istri memandang perlu keputusan tersebut.

Taklik talak merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum

Islam terhadap istri korban kekerasan dalam rumah tangga dari

perlakuan suaminya yang dapat merugikan dan membahayakan

keselamatan dirinya. Taklik talak merupakan bentuk perwujudan

perlindungan hukum Islam dalam menjamin hak-hak istri atas

suaminya.

2) Hak istri atas suami untuk meminta cerai (Khulu’)

Pernikahan, seiring perjalanannya, tidak selamanya berjalan

lancar, terkadang di dalam kehidupan pernikahan terjadi

perselisihan dan pertengkaran antara suami istri. Perselisihan dan

pertengkaran tersebut dapat berujung kepada pemutusan hubungan

pernikahan diantara kedua pihak, jika pihak yang menghendaki

pemutusan hubungan pernikahan ini berasal dari pihak istri, maka

istri dapat memutuskan hubungan pernikahan dengan cara khulu’.

Khulu’ disebut juga dengan talak tebus. Hal ini dikarenakan

istri sebagai pendamping suami di dalam kehidupan rumah tangga,

memiliki hak untuk memutuskan hubungan keterikatan pernikahan

dengan suaminya. Pemutusan hubungan keterikatan pernikahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

63

tersebut dilakukan dengan cara istri meminta kepada suami untuk

segera menceraikannya kemudian istri menebus sang suami dengan

pembayaran sejumlah harta dan atau sejumlah uang.

Dasar hukum diperbolehkannya khulu’ berdasarkan firman

Allah swt, yaitu:

...Tidak halal bagi kamu (suami) mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka (istri), kecuali apabila keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya... (QS. Al Baqarah: 229).

Berdasarkan firman Allah swt tersebut, maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa khulu’ atau talak tebus adalah talak yang

dijatuhkan suami terhadap istri atas permintaan istri, dilakukan

dengan cara pembayaran sejumlah harta kepada suami. Seorang

istri yang menginginkan perceraian dengan jalan khulu’ maka ia

harus mengajukan permohonan gugat cerai khulu’ kepada pihak

Pengadilan Agama sehingga apabila permohonannya disetujui

maka permohonan tersebut sah secara hukum.

Islam memberikan hak khulu’ kepada istri atas suami

merupakan bentuk perlindungan Islam terhadap istri agar istri tidak

sepenuhnya berada dalam kekuasaan dan tekanan suami ketika

konflik terjadi, dan juga agar istri dapat memperjuangkan haknya

untuk lepas dari konflik di dalam rumah tangga, yang mungkin

dapat membahayakan keselamatan dirinya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

64

b. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Sebenarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak memberikan

perlindungan hukum secara khusus terhadap perempuan yang menjadi

korban kekerasan di dalam rumah tangga melainkan ketentuan

perlindungan hukum yang telah diatur dalam undang-undang tersebut

menyebutkannya secara umum, maksudnya adalah undang-undang

tersebut memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan

dalam rumah tangga dimana definisi korban di dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, tidak hanya mencakup perempuan tetapi juga

mencakup korban dari pihak lain seperti anak-anak dan suami.

Tidak ada pengaturan yang mendetail dan khusus mengenai

perlindungan hukum terhadap perempuan yang menjadi korban

kekerasan dalam rumah tangga.

Beberapa bentuk perlindungan hukum yang terdapat di dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, adalah:

1) Perlindungan Sementara Ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan sementara,

terdapat dalam Pasal 16 dan Pasal 17, Bab VI Tentang

Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Ketentuan mengenai perlindungan sementara yang terdapat di

dalam Pasal 16, Bab VI Tentang Perlindungan, Undang-Undang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

65

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, yaitu (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 19):

a) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungan sementara pada korban

b) Perlindungan sementara sebagaimana dimaksud pada huruf a) diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani

c) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud pada huruf a), kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

Ketentuan mengenai perlindungan sementara yang terdapat di

dalam Pasal 17, Bab VI Tentang Perlindungan, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, yaitu: ”Dalam memberikan perlindungan

sementara, kepolisian dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan,

pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani

untuk mendampingi korban”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005:

19).

2) Penetapan Perintah Perlindungan Oleh Pengadilan Ketentuan mengenai penetapan perintah perlindungan oleh

pengadilan terdapat dalam Pasal 28, Bab VI Tentang Perlindungan,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut: ”Ketua

pengadilan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya

permohonan wajib mengeluarkan surat penetapan yang berisi

perintah perlindungan bagi korban dan anggota keluarga lain,

kecuali ada alasan yang patut.” (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005:

22).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

66

Perintah perlindungan yang sudah memperoleh surat

penetapan pengadilan ini, dapat diberikan selama paling lama satu

tahun dan dapat diperpanjang, seperti pada Pasal 32, Bab VI

Tentang Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai

berikut (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 23-24):

a) Perintah perlindungan dapat diberikan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun

b) Perintah perlindungan dapat diperpanjang atas penetapan pengadilan

c) Permohonan perpanjangan Perintah Perlindungan diajukan 7 (tujuh) hari sebelum berakhir masa berlakunya.

3) Penyediaan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di kantor kepolisian

Ruang pelayanan khusus dapat disediakan di kantor

kepolisian, sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 13

huruf a, Bab V Tentang Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat,

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut: “Untuk

penyelenggaraan pelayanan terhadap korban, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing

dapat melakukan upaya: a. Penyediaan ruang pelayanan khusus di

kantor kepolisian”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 18).

4) Penyediaan rumah aman atau tempat tinggal alternatif Ketentuan yang mengatur mengenai penyediaan rumah aman

atau tempat tinggal alternatif terdapat pada Pasal 22 huruf c, Bab

VI Tentang Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu:

“(1) Dalam memberikan pelayanan, pekerja sosial harus: c.

Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal

alternatif”. (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 20).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

67

5) Pemberian konsultasi hukum oleh advokat mengenai informasi

hak-hak korban dan proses peradilan

Ketentuan yang mengatur tentang pemberian konsultasi

hukum oleh advokat mengenai informasi hak-hak korban dan

proses peradilan terdapat pada Pasal 25 huruf a, Bab VI Tentang

Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagai berikut:

”Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan, advokat

wajib: a. Memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi

mengenai hak-hak korban dan proses peradilan”. (Tim Redaksi

Nuansa Aulia, 2005: 21).

6) Pendampingan advokat terhadap korban pada tingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan

Ketentuan yang mengatur tentang pendampingan advokat

terhadap korban pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan dalam sidang pengadilan terdapat pada Pasal 25 huruf

b), Bab VI Tentang Perlindungan, Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, yaitu (Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2005: 21-22):

Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan, advokat wajib:

b) Mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara Iengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya.

B. Pembahasan

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam

Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

68

a. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Berdasarkan pengetahuan penulis tentang Islam dan hukum-

hukumnya, penulis berpendapat bahwa Islam tidak mengatur secara

khusus perihal tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga. Hal ini

dapat dibuktikan bahwa Al-qur’an dan Al-hadist tidak mencantumkan

secara eksplisit (tekstual) istilah kekerasan di dalam rumah tangga.

Kekerasan di dalam rumah tangga hanyalah sebuah fenomena baru

pada zaman sekarang dimana sebenarnya pokok permasalahan

kekerasan di dalam rumah tangga tersebut telah lebih dulu ada dan

terjadi pada zaman dahulu, tentunya dalam bentuk dan keadaan yang

berbeda.

Penulis sependapat dengan Hukum Islam bahwa Islam

menggolongkan kekerasan di dalam rumah tangga kepada kategori

kriminalitas (jarimah) dimana kriminalitas ini selanjutnya diatur di

dalam ketentuan Hukum Pidana Islam (Jinayah).

b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Berkaitan dengan tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga,

penulis berpendapat bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga telah cukup

jelas mendefinisikan tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga.

Berdasarkan pengertian kekerasan di dalam rumah tangga yang

terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, maka penulis

memiliki pendapat bahwa Undang-Undang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga tersebut mengutamakan perempuan sebagai

pihak yang wajib dilindungi dari tindak pidana kekerasan di dalam

rumah tangga. Perempuan memperoleh perlindungan hukum dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

69

Pemerintah Indonesia atas perbuatan yang dapat menimbulkan

penderitaan secara fisik, psikologis, seksual dan penelantaran rumah

tangga. Perlindungan hukum tersebut juga mencakup ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan dan perampasan kemerdekaan yang

mungkin saja terjadi pada kaum perempuan.

Berdasarkan pendapat penulis, kaum perempuan benar-benar

mendapat perhatian dan perlindungan yang utama dari adanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini. Kaum perempuan sudah

selayaknya berbangga hati, hal ini dikarenakan dengan adanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, mereka dapat menemukan jalan

penyelesaian yang baik dari permasalahan tindak pidana kekerasan di

dalam rumah tangga, yang selama ini faktanya sering ditutupi oleh

berbagai pihak, termasuk kaum perempuan itu sendiri.

2. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut

Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum

Islam

Penulis berpendapat bahwa metode penyelesaian Hukum Islam

atas kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan suatu metode

yang cukup mendetail dan tegas. Metode penyelesaian yang mendetail,

hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang telah tercantum

pada poin ’ A. Hasil Penelitian’, diketahui Islam memiliki pengaturan

ketentuan hukum yang terperinci mengenai penggolongan jenis

kejahatan (kekerasan) yang dilakukan dan sanksi hukum yang

dibebankan terhadap pelaku kekerasan atau kejahatan. Satu contoh

sifat terperinci Hukum Islam dalam mengatasi kekerasan atau

kejahatan yaitu banyaknya penggolongan denda dan organ tubuh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

70

korban yang menjadi objek kekerasan. Setiap 1 biji mata yang disakiti

terdapat denda sebesar 50 ekor unta, setiap jari kaki dan tangan yang

disakiti mendapat denda sebesar 10 ekor unta, dan lain-lain seperti

yang telah tercantum pada hasil penelitian. Hal tersebut membuktikan

bahwa Islam mengatur ketentuan hukum masalah kekerasan atau

kejahatan secara terperinci.

Ketegasan Islam dalam mengatasi masalah kekerasan atau

kejahatan dapat dibuktikan dengan adanya kewajiban qishas atas kasus

pembunuhan terhadap seseorang. Berdasarkan pengetahuan penulis,

qishas merupakan pembalasan hukuman dengan perbuatan yang

setimpal atau serupa atas kejahatan yang terjadi. Qishas dapat

dicontohkan seperti hukuman pembunuhan dibalas dengan hukuman

mati, hukuman pencurian dibalas dengan hukuman potong tangan.

Penerapan sikap Islam yang tegas terhadap kasus kekerasan (jarimah)

ini juga dapat dibuktikan dengan adanya sanksi hukum berupa

hukuman cambuk (hukuman dera) terhadap pelaku tuduhan berzina

atas wanita tanpa disertai bukti yang kuat atas tuduhannya tersebut.

Melihat kenyataan bahwa Hukum Islam yang cenderung tegas dan

memiliki sanksi yang berat (sanksi qishas dan hukuman cambuk),

maka banyak opini yang berkembang di masyarakat bahwa Hukum

Islam adalah biadab dan tidak berperikemanusiaan, padahal menurut

pendapat penulis, apabila Pemerintah Indonesia menerapkan sistem

Hukum Islam yang tegas dan memiliki sanksi berat ini, maka beberapa

kasus kekerasan (baik di lingkungan publik maupun di lingkungan

domestik) yang terjadi di negara kita akan dapat diatasi secara optimal

dan efektif.

Beberapa uraian mengenai ketegasan dan ke-terperinci-an Hukum

Islam yang telah tersebut diatas menurut pendapat penulis merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

71

penyelesaian Hukum Islam secara umum terhadap kasus kekerasan

yang terjadi di dalam lingkup ruang publik. Berdasarkan pengetahuan

penulis, penulis berpendapat bahwa masih ada lagi jalan penyelesaian

Hukum Islam yang lebih khusus untuk mengatasi kasus kekerasan di

dalam keluarga (ruang domestik), yaitu talak (bukan taklik talak) dan

talak tebus (khulu’). Berdasarkan pengetahuan penulis, seorang suami

apabila mendapat perlakuan nusyus (pembangkangan) oleh si istri

(misalnya istri sering berlaku kasar pada suami) dimana si suami sudah

tidak sanggup lagi mengatasi pembangkangan yang dilakukan istrinya

tersebut, maka suami dapat menjatuhkan talak kepada istri. Bilangan

talak dapat dijatuhkan oleh suami hanya sebanyak tiga kali dan hal

tersebut harus dilakukan secara bertahap. Berbicara mengenai talak,

maka ada satu hal lagi di dalam Islam dimana hal tersebut menurut

pandangan penulis, dapat juga dikategorikan sebagai penyelesaian atas

kasus kekerasan yang terjadi diantara suami dan istri di dalam rumah

tangga, hal tersebut yaitu rujuk (raj’ah: kembali). Seorang suami

apabila memiliki keinginan untuk kembali membina rumah tangga

dengan istrinya yang sebelumnya telah diceraikannya melalui proses

talak, maka si suami tersebut dapat meminta persetujuan mantan

istrinya untuk melakukan upaya rujuk. Upaya rujuk tersebut tentunya

diiringi dengan perbaikan keadaan yang berbeda dengan sebelumnya.

Apabila keadaan yang menjadi penyebab perceraian adalah

pembangkangan istrinya kepada si suami, maka ketika rujuk haruslah

ada kesepakatan suami dan istri untuk tidak mengulangi perbuatan

sebelumnya yang telah menjadi penyebab perceraian mereka

terdahulu. Kesepakatan ini menurut pendapat penulis sangatlah penting

untuk merubah keadaan kehidupan pasangan suami - istri menuju arah

yang lebih baik ketika berumah tangga kembali setelah mereka rujuk.

Rujuk biasanya dilakukan melalui proses pengadilan agama (bagi

orang yang beragama Islam). Hal ini dikarenakan agar rujuk memiliki

kekuatan hukum yang mengikat kedua pihak (suami dan istri).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

72

Demikian halnya dengan talak, haruslah dilakukan melalui proses

pengadilan agama, agar memiliki kekuatan hukum yang mengikat

antara suami dan istri.

Cara penyelesaian kasus kekerasan yang terjadi di dalam lingkup

domestik, selain talak dan rujuk, yaitu talak tebus (seperti yang telah

disebutkan secara singkat pada paragraf sebelumnya). Seorang istri

apabila memperoleh perlakuan kasar di dalam rumah tangganya,

misalnya dianiaya secara fisik oleh suami, dimana si istri merasa sudah

tidak sanggup lagi diperlakukan kasar oleh suaminya tersebut, maka

Islam memberikan kesempatan bagi istri untuk menggugat cerai khulu’

kepada pengadilan agama, agar pengadilan agama selanjutnya

menjatuhkan putusan cerai khulu’ kepada suaminya tersebut.

b. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Penulis berpendapat bahwa cara penyelesaian kekerasan di dalam

rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sudah cukup lengkap

apabila dilihat secara teoritis hukum yang terdapat pada Undang-

Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Penulis juga berpendapat bahwa cara penyelesaian kekerasan di

dalam rumah tangga tersebut memperhatikan berbagai aspek, seperti

kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat; hak-

hak korban yang harus dipenuhi dan dilindungi; pemulihan kondisi

korban ke keadaan semula; dan penerapan sanksi hukum terhadap

pelaku tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga. Beberapa

aspek tersebut membuktikan bahwa penyelesaian tindak pidana

kekerasan di dalam rumah tangga harus memperhatikan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

73

mempertimbangkan beberapa hal dimana beberapa hal tersebut

memiliki peran dan fungsinya sendiri di dalam menyelesaikan kasus

tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga.

Sekali lagi, menurut pendapat penulis cara penyelesaian kasus

kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga seperti yang terdapat

pada ketentuan peraturan Perundang-undangan Nomor 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan

cara penyelesaian secara teoritis, hal tersebut belum dibuktikan secara

kenyataan di lingkungan masyarakat, apakah efektif atau tidak, apalagi

keberadaan undang-undang tersebut baru berumur lima tahun sejak

diterbikan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2003. Keberadaan

Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

sampai sekarangpun (tahun 2008) belum diiringi dengan penerbitan

peraturan pelaksana-nya. Oleh karena itu, penulis hanya berani

memberikan pendapatnya secara teoritis berkaitan dengan cara

penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga berdasarkan Undang-

Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, seperti yang

telah disebutkan pada paragraf sebelumnya.

Berbicara mengenai cara penyelesaian kekerasan di dalam rumah

tangga, maka penulis ingin memasukkan lagi satu hal yang dapat

dijadikan sebagai upaya penyelesaian kasus kekerasan yang terjadi di

dalam lingkup rumah tangga, upaya tersebut yaitu upaya perdamaian.

Berdasarkan pengetahuan penulis bahwa pihak Pengadilan Negeri,

untuk menunjukkan dukungannya agar pihak-pihak yang berkonflik

dalam kasus perceraian yang di dalamnya mengandung unsur

kekerasan di dalam rumah tangga, untuk bersedia mengakhiri kasusnya

dengan jalan damai, maka pihak Pengadilan Negeri selalu

mengupayakan dan mengusulkan upaya perdamaian di dalam setiap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

74

proses persidangan kasus perceraian. Upaya perdamaian tersebut

merupakan kesempatan bagi pihak-pihak yang berkonflik, terutama

konflik kekerasan di dalam rumah tangga, untuk membina kembali

hubungan pernikahan yang sempat retak sebelum akhirnya keputusan

perceraian benar-benar dijatuhkan oleh hakim.

3. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

a. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Penulis berpendapat bahwa Hukum Islam tidak mengatur secara

khusus berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap perempuan

korban kekerasan di dalam rumah tangga, yang ada hanyalah aturan

Islam mengenai taklik talak (bukan talak) dan talak tebus (khulu’),

Kaum perempuan, dengan adanya taklik talak dan khulu’, mendapat

jaminan perlindungan atas hak-haknya dan jaminan kebebasan

memutuskan ikatan pernikahan, terutama ketika konflik terjadi di

dalam keluarga. Berdasarkan pengetahuan penulis, keberadaan taklik

talak dan khulu’ tersebut, tidak diatur di dalam Hukum Islam secara

kongkrit dan khusus. Keadaan semacam ini berbeda sekali dengan

ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang sangat

memperhatikan perlindungan terhadap korban (termasuk korban

perempuan) kekerasan di dalam rumah tangga, dengan cara melakukan

beberapa upaya nyata sebagai follow up (langkah selanjutnya) dari

upaya penghapusan kekerasan di dalam rumah tangga. Sejauh

pengetahuan penulis, Hukum Islam tidak memiliki upaya seperti ini

(follow up atau langkah selanjutnya) terhadap korban kekerasan di

dalam rumah tangga, terutama korban dari pihak perempuan. Hukum

Islam hanya mengatur penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

75

dalam bentuk taklik talak dan talak tebus, tanpa ditindaklanjuti dengan

beberapa upaya lain seperti yang terdapat dalam Undang-Undang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, misalnya

perlindungan sementara dan penyediaan rumah aman (rumah

alternatif) bagi korban kekerasan di dalam rumah tangga.

Sepintas, pendapat penulis mengenai perlindungan hukum Islam

terhadap perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga terlihat

sama persis seperti yang terdapat pada pembahasan mengenai cara

penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga menurut Hukum Islam.

Perbedaannya terletak pada masalah talak dan taklik talak. Pada

pembahasan mengenai cara penyelesaian kekerasan di dalam rumah

tangga menurut Hukum Islam, penulis menyatakan pendapatnya

bahwa talak merupakan salah satu cara penyelesaian dari tindak pidana

kekerasan di dalam rumah tangga, jadi maksud penulis yaitu cara

penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga menurut Hukum Islam

melalui cara cerai talak atau dapat disebut juga dengan istilah talak,

sedangkan pada pembahasan halaman ini, yaitu perlindungan Hukum

Islam terhadap perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga,

penulis menyatakan pendapatnya bahwa taklik talak (sesuatu

perjanjian dalam pernikahan) merupakan salah satu bentuk

perlindungan Hukum Islam terhadap perempuan korban kekerasan di

dalam rumah tangga.

Perlindungan Hukum Islam bagi perempuan korban kekerasan di

dalam rumah tangga menurut pendapat penulis memiliki kelemahan,

yaitu Hukum Islam hanya fokus kepada pelaku kekerasan itu sendiri,

maksudnya adalah bentuk perlindungan Islam terhadap perempuan

korban kekerasan di dalam rumah tangga hanya sebatas pemberian

sanksi hukum kepada pelaku kekerasan itu sendiri sedangkan apabila

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

76

dilihat dari segi korban kekerasan tersebut, mereka hanya dibiarkan

saja setelah mengalami beberapa trauma akibat kekerasan yang

dialaminya, tanpa diberikan beberapa upaya pemulihan, pelayanan dan

pendampingan pada setiap proses persidangan di pengadilan, seperti

yang terdapat pada Undang – Undang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga. Upaya-upaya tersebut yang seharusnya diperoleh

korban (terutama korban perempuan), menurut pendapat penulis tidak

dimiliki oleh Hukum Islam. Berdasarkan pengetahuan penulis, Islam

tidak memiliki perangkat hukum untuk memberikan pelayanan dan

pemulihan serta pendampingan si korban untuk membantu

mengembalikan ia lepas dari trauma kekerasan dan pulih ke kondisi

semula.

b. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pendapat penulis berkaitan dengan perlindungan hukum bagi

perempuan korban kekerasan di dalam rumah tangga menurut Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, dipandang sudah lebih dari cukup (paling tidak

secara yuridis teoritis) bagi kaum perempuan untuk merasa aman dari

tekanan-tekanan permasalahan kekerasan yang dialaminya di dalam

rumah tangganya.

Keberadaan perlindungan hukum yang diberikan tersebut minimal

dapat membuat Pemerintah Indonesia dan aparatnya memiliki alasan

dan dasar yuridis untuk segera melakukan tindakan perlindungan yang

terbaik, khususnya kepada kaum perempuan yang telah menjadi

korban tindak pidana kekerasan yang dialaminya di dalam lingkup

rumah tangga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

77

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

dalam bab sebelumnya, maka penulis memiliki kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam

Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan di dalam rumah tangga menurut Hukum Islam

merupakan suatu perbuatan yang tergolong kepada kejahatan atau

kriminalitas (jarimah). Hukum Islam juga berpandangan bahwa

kekerasan di dalam rumah tangga bukanlah sesuatu perbuatan yang

berkaitan dengan konsep jender tertentu, maksudnya ialah kekerasan di

dalam rumah tangga dapat dilakukan oleh setiap orang, baik laki-laki

maupun perempuan, dan kekerasan di dalam rumah tangga juga dapat

terjadi kepada setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan.

Kekerasan di dalam rumah tangga menurut persepktif Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga merupakan setiap perbuatan yang ditujukan

terhadap seseorang terutama perempuan dimana perbuatan tersebut

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum di dalam lingkup suatu rumah

tangga (keluarga).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

78

2. Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum

Islam Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Cara penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga menurut

Hukum Islam terbagi menjadi beberapa kategori tergantung kepada

jenis kejahatan (jarimah) yang dilakukan. Beberapa jenis kejahatan

tersebut terdiri dari lima jenis kejahatan, yaitu tuduhan berzina kepada

wanita baik-baik tanpa bukti yang kuat (Qadzaf), perbuatan cabul,

penyerangan terhadap anggota tubuh, pembunuhan, dan penghinaan.

Sanksi hukum yang dikenakan terhadap pelaku masing-masing

kategori kejahatan tersebut secara umum tediri dari: Sanksi Penjara;

Hukuman Fisik, seperti hukuman cambuk; Pengusiran; dan Sanksi

Denda (diyat).

Cara penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga secara umum terdiri dari empat

bentuk penyelesaian, yaitu: Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat;

Hak-hak Korban Kekerasan di dalam Rumah Tangga; Pemulihan

Korban; dan Penerapan Sanksi Hukum. Berkaitan dengan cara

penyelesaian kekerasan di dalam rumah tangga melalui penerapan

sanksi hukum terhadap pelaku, Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 menerapkan

sanksi hukum berupa pidana penjara, pidana tambahan, dan denda.

3. Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Menurut Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Perlindungan hukum bagi perempuan selaku korban kekerasan di

dalam rumah tangga menurut Hukum Islam lebih cenderung kepada

bentuk perlindungan bagi perempuan ketika mereka berada di dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

79

ikatan pernikahan. Islam memberikan bentuk perlindungan, yaitu:

Taklik talak dan Khulu’ merupakan suatu bentuk perhatian Islam

dalam melindungi kaum perempuan agar selamat dari perilaku

kekerasan di dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya

ketika mereka berada di dalam ikatan pernikahan.

Perlindungan hukum bagi perempuan selaku korban kekerasan di

dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga secara umum

terdiri dari enam bentuk perlindungan hukum, yaitu: Perlindungan

Sementara; Penetapan Perintah Perlindungan oleh Pengadilan;

Penyediaan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di Kantor Kepolisian;

Penyediaan Rumah Aman atau Tempat Tinggal Alternatif; Pemberian

Konsultasi Hukum oleh Advokat Mengenai Informasi Hak-hak Korban

dan Proses Peradilan; dan Pendampingan Advokat terhadap Korban

pada Tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan dalam Sidang

Pengadilan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

dalam bab sebelumnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Pemerintah Indonesia hendaknya memaksimalkan fungsi dan kinerja

lembaga-lembaga atau institusi pemerintah yang mendukung program

penghapusan kekerasan di dalam rumah tangga, seperti PTPAS

(Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Surakarta) dengan cara

memberikan bantuan dana dan bantuan non-materiil sehingga

diharapkan lembaga atau institusi tersebut dapat lebih efektif dan

berdaya guna dalam memberantas tindak pidana kekerasan dalam

rumah tangga.

2. Pemerintah Indonesia hendaknya melakukan kegiatan sosialisasi

tentang keberadaan lembaga atau institusi pendukung upaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

80

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga kepada masyarakat,

terutama pihak korban dan kaum perempuan, sehingga mereka tahu

adanya lembaga atau institusi yang dapat mengatasi masalah tindak

pidana kekerasan di dalam rumah tangga.

3. Pemerintah Indonesia hendaknya melakukan kegiatan sosialisasi dan

penyuluhan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

kepada masyarakat, terutama melalui media cetak dan elektronik

(televisi, radio, dan layanan internet terpadu). Hal ini dikarenakan,

sosialisasi mengenai ide penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

yang ada sekarang, dirasakan kurang intensif dan kurang berhasil.

4. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat, khususnya yang bergerak

dalam bidang perempuan (contoh: Komisi Nasional Anti Kekerasan

Terhadap Perempuan, Mitra Perempuan, Rifka Annisa Women Crisis

Center), hendaknya adil dan seimbang dalam memaparkan hasil

penelitiannya menyangkut data dan fakta kekerasan dalam rumah

tangga, misalnya data tentang korban kekerasan dalam rumah tangga

haruslah memaparkan data korban dari pihak laki-laki dan perempuan,

jangan memaparkan data hanya korban dari salah satu pihak. Hal ini

dikarenakan keseimbangan dan keadilan dalam memaparkan data hasil

penelitian, sangat berpengaruh terhadap stigma-stigma atau opini yang

berkembang di masyarakat mengenai perilaku kekerasan dalam rumah

tangga.

5. Pemerintah Indonesia hendaknya mengajak dan menyarankan kepada

seluruh elemen masyarakat (lembaga swadaya masyarakat, penduduk

sipil, dan lain-lain) untuk berperan aktif dalam memerangi dan

mengatasi masalah kekerasan dalam rumah tangga, dengan cara

mengerahkan segala kemampuannya demi keamanan dan ketentraman

hidup bersama.

6. Pemerintah Indonesia hendaknya menerbitkan peraturan pelaksana

bagi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, seperti Peraturan Pemerintah. Hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga .../Tinjauan...kekerasan dalam rumah tangga serta perlindungan hukum bagi perempuan korban ... perundang-undangan, buku-buku,

81

ini dikarenakan sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

kira-kira lima tahun lalu, belum ada peraturan pelaksana lain

dibawahnya yang khusus mengatur masalah kekerasan di dalam rumah

tangga secara lebih terperinci. Keberadaan sebuah peraturan pelaksana

bagi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga diharapkan akan membantu upaya

penghapusan kekerasan di dalam rumah tangga agar berjalan lebih

efektif dan optimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user