laporan perilaku kekerasan

22
RESIKO PERILAKU KEKERASAN 1. Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan 2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian perilaku kekerasan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz dalam Harnawati, 1993). Sementara, menurut (Towsend, 1998) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalamai perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). b. Penyebab perilaku kekerasan Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan

Upload: ivan

Post on 18-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

LP

TRANSCRIPT

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Masalah Utama: Resiko Perilaku Kekerasan2. Proses Terjadinya Masalaha. Pengertian perilaku kekerasanPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz dalam Harnawati, 1993). Sementara, menurut (Towsend, 1998) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalamai perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).b. Penyebab perilaku kekerasanPerilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.c. Akibat dari Perilaku kekerasanKlien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.d. Tanda dan Gejala Fisik : Muka merah Pandangan tajam Otot tegang Nada suara tinggi Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak Memukul jika tidak senange. Tanda dan gejala Emosional: Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan sosial (menarik diri) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.(Budiana Keliat, 1999)f. Tanda dan Gejala Sosial: Memperlihatkan permusuhan Mendekati orang lain dengan ancaman Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan Mempunyai rencana untuk melukaig. Tanda dan Gejala Intelektual : Mendominasi Cerewet Cenderung suka meremehkan Berdebat Kasarh. Tanda dan Gejala Spiritual: Merasa diri kuasa Merasa diri benar Keragu-raguan Tak bermoral Kreativitas terhambat

i. Faktor Predisposisi Perilaku Kekerasan 1. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan2. Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar3. Sosial Budaya : Budaya yang pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar4. Bioneurologis : Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasanj. Faktor Presipitasi Perilaku Kekerasan Klien itu sendiri, lingkungan yang mendukung perilaku kekerasan, kelemahan fisik, kehilangan orang / sesuatu yang berharga, interaksi sosial yang provokatif.

C. Pohon Masalah

EfekResiko bunuh diri / mencelakai orang lain Masalah Resiko perilaku kekerasanPenyebab halusinasi, isolasi sosial, HDR, Mekanisme koping tidak effektif

D. Masalah keperawatan dan Data yang Perlu DikajiResiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan1. Data subjektifKlien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.2. Data objektifKlien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

Perilaku kekerasan / amuk1. Data Subjektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.2. Data Objektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.

Gangguan harga diri : harga diri rendah1. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.2. Data objektif:Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

Data lain yang juga dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.Aspek biologisRespons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.Aspek emosionalIndividu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.Aspek intelektualSebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.Aspek sosialMeliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan oranglain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.Aspek spiritualKepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003 ,Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor Keliat Budi Ana, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, Keliat Budi Ana, 1999, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,EGC;Jakarta.http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06/askep-perilaku-kekerasan.htmlhttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-perilaku-kekerasan/

RENCANA TINDAKAN

NoDxKeperawatanPerencanaan

TujuanKriteria EvaluasiIntervensiRasional

Risiko Perilaku KekerasanTujuan : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

SP 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya1. Setelah.. interaksi klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat : Ekspresi wajah bersahabat Menunjukan rasa senang Ada kontak mata Mau berjabat tangan mau menyebutkan nama Mau menjawab salam Mau duduk berdampingan dengan perawatBersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan yang disukai klien Buat kontrak yang jelas Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klienDengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien1. Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien

SP 2 : Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya2. Setelah.. interaksi klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya : Menceritakan penyebab perasan jengkel/marah baik dari diri sendiri maupun lingkungannya 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya: Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien

2. Menentukan mekanis-me koping yang dimiliki klien dalam menghadapi masalah serta sebagi langkah awal dalam menyusun strategi berikutnya

SP 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan3. Setelah.. interaksi klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku kekerasan : Tanda Sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan Tanda Emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar Tanda Fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang,dll3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kkerasan yang dialaminya : Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi Motivasi klien menceritakan kondisi emosionalnya saat terjadi perilaku kekerasan Motivasi klien menceritakan hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan3. Deteksi dini sehingga dapat mencegah tindakan yang dapat membahayakan klien dan lingkungan sekitar

SP 4 : klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan4. Setelah.. interaksi klien menjelaskan : Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya Perasaan saat melakukan kekerasan Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini : Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya Motivasi klien menceritakan perasaan setelah tindakan tersebut Diskusikan apakah dengan tindakan tersebut msalah yang dialami teratasi4. Melihat mekanisme koping klien dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi

SP 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan5. Setelah.. interaksi klien menjelaskan akibat tindakannya : Diri sendiri Orang lain Lingkungan5. Diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan pada : Diri sendiri Orang lain Lingkungan5. Membantu klien melihat dampak yang ditimbulkan akibat perilaku kekerasan yang dilakukan klien

SP 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan 6. Setelah.. interaksi klien : Menjelaskan cara yang sehat untuk mengungkapkan marah

6. Diskusikan dengan klien : Apakah klien mau mempelajari cara baru untuk mengungkapkan marah yang sehat Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah :Cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olahragaVerbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lainSosial : Latihan asertif dengan orang lainSpiritual : Sembahyang/doa, zikir, meditasi,dlsb6. Menurunkan perilaku destruktif yang akan mencederai klien dan lingkungan sekitar

SP 7 : Klien dapat mendemonstrsikan cara mengontrol perilaku kekerasan7. Setelah.. interaksi klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan Fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur Verbal : Mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti Spiritual : Berdoa sesuai agama7.1. Diskusikan cara yang akan dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang memungkinkan untuk mengungkapkan kemarahan7.2 Latih klien memperagakan cara yang dipilih : Peragakan cara yang dipilih Jelaskan manfaat cara tersebut Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan Beri penguatan pada klein, perbaiki cara yang masih belum sempurna7.3 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel7.1 Keinginan untuk marah tidak tahu kapan munculnya serta siapa yang akan memicunya7.2 Meningkatkan kepercayaan diri klien serta asertifitas klien saat marah/jengkel

7.3 Meningkatkan asertifitas klien dalam menghadapi marah

ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial Klien: Tn. ETanggal: 12 Mei 2015Waktu: Pukul Tempat: Ruang sipiso-pisoInteraksi Ke: I (Fase Orientasi, Fase kerja, Fase terminasi)Lingkungan: Berhadapan dengan klienDeskripsi : Penampilan rapiTujuan Umum: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan perasaannyaTujuan Khusus:1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan3. Klien dapat mendemonstrasikan mengontrol perilaku kekerasanKomunikasi VerbalKomunikasi Non VerbalAnalisa Berpusat Pada KlienAnalisa Berpusat Pada PerawatRasional

P : Selamat siang pak..?K : Siang juga Pak,,P : menjabat tangan pasienK : menatap ke arah perawatK :