38626027 lp perilaku kekerasan

30
LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisikbaik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sudden, 1995) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Depkes, RI, 2000 ; hal. 147 ) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. (Yosep, 2007 : 146) B. ETIOLOGI Perilaku kekerasan bias disebabkan adanya gangguan harga diri yaitu harga diri rendah. Harga

Upload: rachmade

Post on 08-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisikbaik

terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini

dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang

tidak konstruktif. (Stuart dan Sudden, 1995)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik

kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007; hal, 146).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Depkes,

RI, 2000 ; hal. 147 )

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik

kepada diri sendiri maupun orang lain. (Yosep, 2007 : 146)

B. ETIOLOGI

Perilaku kekerasan bias disebabkan adanya gangguan harga diri

yaitu harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang

pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan

ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat igambarkan sebagai perasaan

negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

Page 2: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

C. PATOFISIOLOGI

Resiko Menciderai

Orang lain dan diri sendiri

Gangguan Menarik Diri Perilaku

Komunikasi Kekerasan

Verbal Harga diri rendah

Koping inefektif

D. TANDA DAN GEJALA

1. Menurut (Radjiman, 2003), tanda dan gejala yang mucul pada

perilaku kekerasan atau agresifitas dilihat dari tingkah laku klien

yaitu :

a) Menyatakan perilaku kekerasan

b) Mengatakan perasaan jengkel atau kesal

c) Sering memaksakan kehendak

d) Merampas atau memukul

e) Tekanan darah meningkat

f) Wajah merah. Pupil melebar

g) Mual

h) Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot

2. Menurut Budiana Keliat : 1999, Tanda dan gejala diklasifikasikan

sebagai :

a) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik / menyalahkan

diri sendiri)

b) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit

c) Gangguan hubungan social (menarik diri)

d) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

Page 3: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

e) Menciderai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai

harapan yang suram. Mungkin klien akan mengakhiri hidupnya)

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi Somatik

Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa

terapi Somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptife

menjadi perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang

ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah

perilaku klien .

2. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy

(ECT) adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan

kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda

yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untuk

menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya

dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali). 

F. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 8.1. Rentang Respons Perilaku Kekerasan

Sumber: Keliat (1999)

Keterangan:

1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan

orang lain dan memberikan ketenangan.

Page 4: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

2. Frustasi :individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan

tidak dapat menemukan alternatif

3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

4. Agresif : perilaku yang menyertai marah

5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta

hilangnya control

Tabel 8.1. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan

Pasif Asertif Agresif

Isi

Pembicaraan

Negatif dan

merendahkan diri,

contohnya

perkataan:

“Dapatkah saya?”

“Dapatkah kamu?”

Positif dan

menawarkan diri,

contohnya

perkataan:

“Saya dapat…”

“Saya akan…”

Menyombongkan

diri, merendahkan

orang lain, contoh

perkataan:

“Kamu selalu…”

“Kamu tidak

pernah…”

Tekanan

suara

Cepat lambat,

mengeluh

Sedang Keras dan ngotot

Posisi badan Menundukkan

kepala

Tegap dan santai Kaku, condong ke

depan

Jarak Menjaga jarak

dengan sikap

acuh/mengabaikan

Mempertahankan

jarak yang aman

Siap dengan jarak

akan menyerang

orang lain

Penampilan Loyo, tidak dapat

tenang

Sikap tenang Mengancam, posisi

menyerang

Kontak mata Sedikit/sama sekali

tidak

Mempertahankan

kontak mata

sesuai dengan

hubungan

Mata melotot dan

dipertahankan

Sumber: Keliat (1999)

Page 5: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

G. FAKTOR PREDISPOSISI

Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan

tentang factor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Teori biologik

Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

seseorang melakukan perilaku kekerasan yaitu sebagai berikut:

a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis

mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls

agresif. System limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya

perilaku bermusuhan dan respons agresif.

b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)

menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin,

norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan

dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan

hormone androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan

GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor

predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif

pada seseorang.

c. Pengaruh genetic, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat

kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang

umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak criminal

(narapidana)

d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai

gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus

temporal), trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi (epilepsi lobus

temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak

kekerasan.

2. Teori psikologik

a. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya

kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya

Page 6: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan

dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan

citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya

berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya

dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang

diperlajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap

perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh

peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi

biologik

3. Teori sosiokultural

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku

kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat

merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

4. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi factor internal dan

eksternal.

5. Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,

menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang control, dan lain-lain

.

6. Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai,

krisis, dan lain-lain.

Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku

kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:

Kesulitan kondisi sosial ekonomi

Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu

Page 7: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang

dewasa

Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan

obat dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat

menghadapi rasa frustasi

Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

keluarga

H. MEKANISME KOPING

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga

dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

konstruktif dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping

yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti

displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk

melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83)

Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di

mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan

penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah

melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya.

Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan

masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci

pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran

Page 8: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga

perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya

seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kasar.

Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang

pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy

berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari

ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain

perang-perangan dengan temannya.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang

berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap

sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi,

maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah),

sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan

bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan halunasi

berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan

tindak kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan dirinya

dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan).

Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan

keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat

memengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini

tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan

kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen

terapeutik inefektif).

Page 9: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

I. POHON MASALAH

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

PPS: Halusinasi

Regimen terapeutik

inefektif

Harga Diri Rendah Kronis Isolasi Sosial

Koping keluarga tidak

efektif

Berduka disfungsional

Gambar 8.2. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses dan merupakan

proses yang sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisis

data dan menentukan diagnosa keperawatan ( Keliat, 1998).

Adapun data yang diperoleh pada klien dengan prilaku

kekerasan adalah sebagai berikut : menyatakan melakukan

prilaku kekerasan, mengatakan perasaan jengkel / kesal, sering

memaksakan kehendak, merampas atau memukul. Tekanan

darah meningkat. Wajah memerah, pupil melebar, mual,

kewasapadaan meningkat disertai ketegangan otot, pandangan

mata tajam, sering menyendiri, harga diri rendah merasa

keinginan tercapai. Dari data tersebut didapatkan beberapa

rumusan masalah :

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Perilaku kekerasan

Page 10: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang

lain

Kerusakan interaksi sosial: menarik diri

Gangguan hubungan sosial: harga diri rendah

Ideal diri tidak tercapai.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.

2) Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga

diri: harga diri rendah.

2. Rencana Tindakan

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk

Tujuan Umum :

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

Tujuan Khusus:

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut

nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

5. Beri rasa aman dan sikap empati.

6. Lakukan kontak singkat tapi sering.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Page 11: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien

dengan sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel/kesal.

2. Observasi tanda perilaku kekerasan.

3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang

dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

Tindakan:

1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya

selesai ?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon

terhadap kemarahan.

Tindakan :

1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru

Page 12: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

yang sehat

2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. 

• Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga,

memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

• Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/

tersinggung.

• Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara – cara marah yang

sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

• Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan

untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku

kekerasan.

Tindakan:

1. Bantu memilih cara yang paling tepat.

2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam

simulasi.

5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /

marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan 

Tindakan :

1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa

yang telah dilakukan keluarga selama ini.

2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

3. Jelaskan cara – cara merawat klien :

• Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

Page 13: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

• Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

• Membantu klien mengenal penyebab ia marah.

4.Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

5.Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan

demonstrasi

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

1. Jelaskan jenis – jenis obat yang diminum klien pada klien dan

keluarga.

2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum

obat tanpa seizin dokter.

3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis,

cara dan waktu).

4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang

dirasakan.

5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika

merasakan efek yang tidak menyenangkan.

6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

Diagnosa 2: Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan

konsep diri : harga diri rendah

1. Tujuan Umum : 

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

1. Tujuan khusus : 

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya

Salam terapeutik

Perkenalan diri

- Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai.

Jelaskan tujuan pertemuan

Ciptakan lingkungan yang tenang

Page 14: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat dan topik pembicaraan ).

2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga

dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Tindakan :

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif 

3. Utamakan memberi pujian yang realistis.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. 

Tindakan : 

1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit

2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah

pulang ke rumah.

4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai

kemampuan yang dimiliki.

Tindakan : 

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan

total ).

2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan

kemampuannya 

Tindakan : 

Page 15: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

1. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

2. Beri pujian atas keberhasilan klien.

3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien dengan harga diri rendah.

2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Page 16: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Sdr. “R”

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tgl. Pengkajian : 28 Maret 2012

II. ALASAN MASUK

Pasien mengatakan masuk RSJ karena dirumah pasien sering marah –

marah tanpa sebab dan membanting barang – barang dirumahnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Pasien

mengatakan sudah 2 kali keluar masuk RSJ.

2. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil

3. Pasien pernah melakukan kekerasan dalam keluarga dengan memukul

ayahnya yang berumur 70 tahun

Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan

4. Tidak ada riwayat keluarga

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Pasien mengatakan pernah bunuh diri karena tidak dibelikan motor.

Masalah Keperawatan: resiko menciderai diri

IV. FISIK

Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan pasien.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

Page 17: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Pasien hidup berempat dengan ayah, ibu, dan adik laki – lakinya. Yang

diberi tanda panah itu pasien dan garis tebal itu menunjukkan bahwa

orang terdekat pasien adalah adik laki – lakinya. Pada genogram tidak

menjelaskan adanya riwayat keluarga.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

2. Konsep Diri

Citra Tubuh : Pasien mengatakan bagian tubuh

yang disukai adalah hidung dan yang tidak disukai

adalah pantatnya.

Identita : Laki- laki, 27 Tahun. Bersekolah

hanya sampai kelas 2 SMA. Pernah menjadi

peternal ayam dan montir bengkel.

Peran : Dirumah pasien sebagai anak

pertama. Di yayasan pasien sebagai penghuni

yang memiliki kewajiban menjaga kebersihan.

Ideal Diri : Pasien mengatakan kalau sembuh

ingin bekerja dan memiliki istri

Harga Diri : Pasien mengatakan bahwa dia

yakin kalau suatu hari nanti dia bisa sembuh dan

mencari pekerjaan untuk masa depannya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada konsep diri pasien baik

3. Hubungan Sosial

a. Orang terdekat : Adik

b. Peran dalam masyarakat :

Page 18: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Pasien pernah menjadi anggota karang taruna

c. Hambatan berhubungan :

Pasien mengatakan sering tiba – tiba marah apabila sedang di ajak

bergurau dengan temannya

Masalah Keperawan : Koping Inefektif

4. Spritual

a. Nilai dan keyakinan

Pasien merasa sakit yang diderita adalah cobaab dari Allah.

b. Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan tetap melaksanakan sholat walaupun tidak 5

waktu.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Penampilan pasien terlihat rapi dengan kemeja batik, celana hitam, dan

kopyah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2. Pembicaraan

Inkoheren & Lambat

Pembicaraan pasien inkoheren dengan inyonasi yang lambat

Masaalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal

3. Aktivitas Motorik

TIK

Pasien sering melakukan gerakan mengunyah dengan cepat yang

berulang – ulang dan tidak terkontrol

Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik

4. Alam Perasaan

Pasien merasa senang karena dapat bertemu dengan teman – teman

baru

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Afek

Page 19: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Labil.

Emosi pasien cepat berubah pada suasana atau situasi yang berbeda.

Masalah Keperawatan : koping inefektif

6. Interaksi selama wawancara

Pasien kooperatif dan menunjukkan sikap percaya saat wawancara

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

7. Persepsi

Halusinasi Pendengaran

Akhir – akhir ini setiap selesai sholat ashar sekitar jam 15. 30 pasien

merasa mendengar suara / bisikan – bisikan yang memanggil namanya,

suara itu sering terdengar dan hamper tiap hari setiap sholat.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

8. Proses Pikir

Sirkumstansial

Pembicaraan pasien berbelit – belit tetapi pada akhirnya sampai pada

tujuan pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Penurunan Proses Pikir

9. Isi Pikir

Ide yang terkait

Pasien menyakini tentang kejadian atau sakit yang diderita memang

terjadi. Dan pasien tidak memiliki waham apapun.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

10. Tingkat Kesadaran

Pasien mengetahui dengan sadart dimana dia berada, jam dan tanggal

saat dia wawancara dan orang – orang yang ada di sekitarnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

11. Memori

Ketika ditanya kapan terakhir makan dan apa yang dimakan pasien

masih dapat mengingat dan menjawabnya. Dan ketika ditanya

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan pasien dapat

bercerita dengan baik walaupun agak berbelit – belit.

Page 20: 38626027 LP Perilaku Kekerasan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12. Tingkat Kosentrasi dan berhitung

Ketika diberi soal 1 + 1 + 2 – 2 pasien dapat menjawab dengan benar

yakni 2.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan

Ketika ditanya pasien lebih memilih mandi sebelum makan atau mandi

sesudah makan pasien terlihat binggung dan sulit mengambil

keputusan. Pasien masih memerlukan penjelasan untuk mengambil

keputusan.

Masalah Keperawatan : Gangguan Penilaian ringan

14. Daya Tilik Diri

Pasien menyadari kalau dirinya sedang sakit dan membutuhkan

pertolongan. Serta mengangga sakitnya adalah cobaan yang diberikan

Allah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah

VII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko menciderai diri

2. Koping inefektif

3. Gangguan Komunikasa verbal

4. Halusinasi pendengaran

5. Penurunan proses pikir

6. Perilaku kekerasan