pendahuluan kekerasan
DESCRIPTION
from mad mxTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Kekerasan suatu bahan adalah peristilahan yang kabur , yang memepunyai
banyak arti tergantung pada pengalaman pihak-pihak yang terlibat. Pada
umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi, dan untuk
logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap
deformasi plastic atau deformasi permanent. Untuk orang-orang yang
berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang mengartikan
kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan.
Untuk para insinyur perancang, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran
kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukan sesuatu mengenai
kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam. Terdapat 3 jenis umum
mengenai ukuran kekerasan, yang tergantung pada cara melakukan pengujian.
Ketiga jenis tersebut adalah:
1. kekerasan goresan (scratch hardness)
2. kekerasan lekukan (indentation hardness)
3. kekerasan pantulan (rebound) atau kekerasan dinamik (dynamic hardness)
untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak menarik perhatian dalam
kaitanya dengan bidang rekayasa.
Kekerasan goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan
mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain, disusun
berdasarkan kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan
goresan diukur sesuai dengan skala Mohs. Skala ini terdiri atas 10 standar
mineral disusun berdasarkan kemampuannya untuk digores. Mineral yang
paling lunak pada skala ini adalah talk (kekerasan goresan 1), sedangkan intan
mempunyai kekerasan 10. kuku jari mempunyai nilai kekeasan sekitar 2,
1
tembaga yang dilunakkan kekerasannya 3, dan martensit 7. skala Mohs
tidak cocok untuk logam, karena interval skala pada nilai kekerasan yang
tinggi, tidak benar. Logam yang paling keras mempunyai harga kekerasan pada
skala Mohs, antara 4 sampai 8. suatu jenis lain pengukuran kekerasan
goresannya adalah mengukur kedalam atau lebar goresan pada permukaan
benda uji yang dibuat oleh jarum penggores yang terbuat dari intan dan
diberi beban yang terbatas. Cara ini merupakan metode yang sangat berguna
untuk mengukur kekerasan relative kandungan-kandungan mikro, tetapi metode
ini tidak memberikan ketelitian yang sangat besar atau kemampu-ulangan yang
tinggi.
Pada pengukuran kekerasan dinamik, biasanya penumbuk dijatuhkan ke
permukaan logam dan kekerasan dinyatakan sebagai energi tumbukannya.
Skeleroskop shore (shore sceleroscope) yang merupakan contoh yang paling
umum dari suatu alat penguji kekerasan dinamik, mengukur kekerasan yang
dinyatakan dengan tinggi lekukan atau tinggi pantulan.
2
BAB II
TUJUAN PERCOBAAN
2.1 Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis hasil uji kekerasan beberapa jenis logam
sebagai respon mekanis terhadap deformasi dari luar dan mampu
menganalisis karakteristik bentuk penumbukan yang telah diuji dalam
praktek dilapangan
besi biasanya diuji kembali pada kekuatan terendah setelah dilakukan
pengerasan untuk memperbaiki kekuatan dan kekenyalannya. Akan tetapi hal itu
mengurangi daya regang dan kekerasannya, sehingga membuat baja lebih
sesuai untuk kebutuhan pembuatan peralatan.
Oleh sebab itu, pengujian kekerasan adalah salah satu cara memilih bahan
benda yang sesuai standar yang akan digunakan dilapangan Jadi tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan Penelitian ini adalah Untuk membuktikan
kekuatan kekerasan benda, menurut perhitungan teori dengan perhitungan
pengujian.
3
BAB III
DASAR TEORI
3.1 landasan teori
3.1.1 Pengujian Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan yang paling banyak di gunakan di Amerika Serikat adalah uji
kekerasan Rockwell. Hal ini di sebabkan oleh sifat-sifatnya yaitu : cepat, bebas dari
kesalahan manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil
pada baja yang di perkeras, dan ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian yang
mendapat perlakuan panas yang lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa
menimbulkan kerusakan. Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban
yang konstan sebagai ukuran kekerasannya. Mula-mula diterapkan beban kecil
sebesar 10 kg untuk menempatkan benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah
preparasi permukaan yang di butuhkan dan juga memperkecil kecinderungan
untuk terjadi penumbukan keatas atau penurunan yang di sebabkan oleh
penumbuk. Kemudian diterapk an beban yang besar, dan secara otomatis
kedalaman lekukan akan terekam pula gage penunjuk yang menyatakan angka
kekerasan. Penunjuk tersebut terdiri atas 100 bagian, masing- masing bagian
menyatakan penembusan sedalam 0,00008 inci. Petunjuk kebalikan sedemikian
hingga kekerasan yang tinggi yang berkaitan dengan penembusan yang kecil,
menghasilkan penunjukkan angka kekerasan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
angka kekerasan lain yang telah dijelaskan sebelumnya. Tetapi tidak seperti
penentuan kekerasan cara Vickers dan Brinell, yang mempunyai satuan kg per
milimeter kuadrat (kg/mm2), angka kekerasan Rockwell semata-mata tergantung
pada kita.
Suatu kombiasi antara beban dan penumbuk, tidak akan memberikan hasil
yang memuaskan, unuk bahan-bahan yang mempunyai daerah kekerasan yang
4
luas. Biasanya digunakan penumbuk berupa kerucut intan 120 dengan puncak yang
hampir bulat dan dinamakan penumbuk Brale, serta bola baja berdiameter inci.
Beban besar yang di gunakan adalah 60, 100, dan 150 kg.
Karena kekerasan Rockwell tidak tergantung pada bebean dan penumbuk,
maka diperlukan mengenai kombinasi yang digunakan. Hal ini dilakukan dengan
cara memberikan awalan huruf pada angka kekerasan yang menunjukkan
kombinasi beban dan penumbuk tertentu untuk skala beban yang digunakan.
Suatu kekerasan Vickers yang tidak mempunyai awalan huruf, tidak mempunyai
arti.
Baja yang diperkeras yang diuji pada skala C dengan menggunakan
penumbuk intan dan beban besar 100 kg. Daerah dari skala tersebut adalah dari Rg
0 hingga Rg 100.
skala A (penumbuk intan, beban besar 60 kg) merupakan skala kekerasan
Rockwell yang paling luas, yang dapat di gunakan untuk bahan-bahan mulai dari
tembaga yang di lunakkan hingga kabrida sementara (cemented cabride). Terdapat
skala yang dapat di gunakan untuk keperluan-keperluan khusus Skala yang umum
dipakai dalam pengujian Rockwell adalah :
a. HRa (Untuk material yang sangat keras).
b. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan diameter
Inchi dan beban uji 100 Kgf.
c. HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa Kerucut intan
dengan sudut puncak 120 derjat dan beban uji sebesar 150 kgf
5
Uji kekerasan Rockwell sangat berguna dan mempunyai kemampuan ulang
(reproducible) asalkan sejumlah kondisi sederhana yang diperlukan dapat
dipenuhi. Sebagian besar hal-hal yang disusun berikut dapat diterapkan dengan
baik pada uji kekerasan yang lain :
1. Penumbuk dan landasan harus bersih dan terpasang dengan baik.
2. Permukaan benda yang akan diuji harus bersih dan kering, halus, dan bebas dari
oksida.
3. Permukaan yang kasar biasanya dapat menggunakan uji Rockwell.
4. Permukaan harus datar dan tegak lurus terhadap penumbuk.
5. Uji untuk permukaan silinder akan memberikan pembacaan hasil pembacaan
yang rendah, kesalahan yang terjadi tergantung pada lekungan, beban,
penumbuk, dan kekerasan bahan. Juga telah dipublikasikan koreksi secara
teoritis dan empiris.
6. Daerah diantara lekukan-lekukan harus 3 sampai 5 kali diameter lekukan.
7. Kecepatan penerapan beban harus dibakukan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengatur daspot pada mesin uji Rockwell. Tanpa pengontrolan beban secara
hati-hati dapat terjadi variasi nilai kekerasan yang cukup besar pada bahan-
bahan yang sangat lunak. Untuk bahan-bahan dimikian gagang pengoperasian
mesin uji Rockwell harus dikembalikan keposisi semula segera setelah beban
besar diterapkan secara penuh.
6
3.1.2 Pengujian Kekerasan Vickers
Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramid
yang saling berhadapan adalah 136. Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut
mendekati sebagian besar nilai pebandingan yang diinginkan antara diameter
lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk
penumbuknya piramid, maka pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan
piramida intan. Angka kekerasan piramida intan (DPH), atau angka kekerasan
Vickers (VHN atau VPH), didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan
lekukan. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur jejak. Nilai
kekerasan suatu material diberikan oleh:
Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan penelitian, karena metode tersebut
memberikan hasil serupa kekerasan yang kontinyu, untuk suatu beban tertentu
dan digunakan pada logam yang sangat lunak, yakni HV-nya 5 hingga logam yang
sangat keras, dengan HV 1500. Dengan uji kekerasan Rockwell, yang telah
dijelaskan, atau uji kekerasan Brinell, biasanya diperlukan perubahan beban atau
penumbuk pada nilai kekerasan tertentu, sehingga pengukuran pada suatu skala
kekerasan yang ekstrim tidak bisa di bandingkan dengan skala kekerasan yang
lain Karena jejak yang dibuat dengan penumbuk piramida serupa secara
geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka HV tidak
tergantung pada beban
Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban
yang biasanya di gunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg,
tergantung kepada kekerasan yang akan diuji. Hal-hal yang menghalangi
keuntungan pemakaian metode Vickers adalah uji kekerasan Vickers tidak dapat
digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lamban, memerlukan
7
persiapan permukaan benda uji yang hati-hati dan terdapat pengaruh kesalahan
manusia yang besar pada penentuan panjang diagonal. Lekukan yang benar yang
dibuat oleh penumbuk piramida intan harus bebentuk bujur sangkar. Akan tetapi,
penyimpangan yang telah dijelaskan secara berkala karena keadaan demikian
terdapat pada logam-logam yang dilunakkan dan mengakibatkan pengukuran
panjang diagonal yang berlebihan. Bentuk demikian diakibatkan oleh penimbunan
diatas logam-logam di sekitar pemukaan penumbuk.
3.1.3 Pengujian Kekerasan Brinell
Uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak di gunakan serta disusun
pembakuannya adalah metode yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun1900. Uji
kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam dengan
memakai bola baja berdiameter 10 mm dan di beri beban 3000 kg. Untuk logam
lunak, beban di kurangi hingga tinggal 500 kg, untuk menghindarkan jejak yang
dalam, dan untuk bahan yang sangat keras, digunakan paduan kabrida tungsten,
untuk memperkecil terjadinya distorsi identor. Beban diterapkan selama waktu
tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop gaya
rendah, setengah beban tersebut di hilangkan. Kemudian di cari harga rata-rata
dari 2 sampai 3 buah pengukuran diameter pada jejak yang berarah tegak lurus.
Permukaan dimana lekukan akan dibuat harus relatif halus, bebas dari debu atau
kerak. Pada metode Brinell Indentor berbentuk bola ditekan kepermukaan benda uji
dan diameter hasil penekanan diukur setelah identor dipindahkan dari benda uji.
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan
8
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan. Pada permukaan material uji tersebut (speciment).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan
Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut maka disarankan menggunakan
metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.
Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari
beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,012 dan luas
permukaan bekas luka tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi,
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 5. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk
lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya di bawah mikroskop khusus
pengukur jejak. Contoh pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh Gambar 6.
Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:
BHN
9
Gambar 5. Skematis prinsip indentasi dengan metode Brinell
Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm
dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-
logam non-ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar 10
detik sementara untuk logamlogam non-ferrous sekitar 30 detik.
Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap material
dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji.
Nilai kekerasan suatu material yang dinotasikan dengan ‘HB’ tanpa tambahan
angka di belakangnya menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola
baja 10 mm, beban 3000 kg. selama waktu 1—15 detik. Untuk kondisi yang lain,
nilai kekerasan HB diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian. Contoh:
75 HB 10/500/30 menyatakan nilai kekerasan Brinell sebesar 75 dihasilkan oleh suatu
pengujian dengan indentor 10 mm, pembebanan 500 kg selama 30 detik.
Pengujian kekerasan Brinell merupakan pengujian standard secara industri
tetapi karena penekannya terbuat dari bola baja yang berukuran besar dan beban
besar, maka bahan lunak atau keras sekali tidak dapat diukur kekerasannya.
dinyatakan sebagai beban P dibagi luas permukaan tekukan.
10
BAB IV
PELAKSANAAN PERCOBAAN
4.1 peralatan dan benda yang digunakan
1. Mesin uji kekerasan
2. benda kerja besi ST 37
3. kunci L
4. Indentor baja
5. indentor intan
6. stopwatch
7. penggaris
4.2 langkah-langkah pengerjaan
4.2.1 Metode Brinell
1. Persiapkan sampel uji kekerasan berbentuk silinder (besi tuang, baja, tembaga
dan alumunium) dengan cara melakukan pengamplasan dan pemolesan yang
memadai, diindikasikan dengan permukaan benda uji yang cukup mengkilat.
2. Pastikan bahwa peralatan uji (Brinell dan Vickers) telah di set-up dengan baik.
Pasanglah indentor untuk masing-masing metode dengan seksama. Untuk
pengujian brinell, gunakanlah indentor baja
3. Pilihlah beban yang sesuai dengan benda uji. Lihat buku manual alat
4. letakkan benda uji diatas dudukan benda uji, Putar poros tempat dudukan
benda uji searah jarum jam hingga indentor menyentuh benda uji dengan
perlahan-lahan. Hati-hati! Jagalah agar indentor tidak sampai menghujam
langsung benda uji karena hal ini akan mengakibatkan kerusakan berat pada
mata indentor itu.
11
5. Setelah benda uji bersentuhan dengan indentor, putarlah terus poros dudukan
sampel hingga jarum merah kecil pada lingkaran dalam menyentuh batas merah.
Langkah ini merupakan preload dari indentasi. Jangan teruskan putaran poros bila
batas ini telah tercapai.
6. Putar tuas beban berlawanan jarum jam hingga mencapai batas akhir dengan
hati-hati. Pada tahap ini berlangsung pembebanan indentasi pada benda uji
selama 35 detik. Gunakanlah stopwatch untuk menentukan ketepatan lamanya
pembebanan.
lalu lepaskan tuas tersebut hingga berputar perlahan-lahan searah jarum jam
pada posisi awal.
7. nyalakan lampu untuk memulai pembacaan perhitungan dengan bayangan
yang dipantulkan oleh lampu kecermin, lalu gunakanlah penggaris khusus yang
memiliki lubang agar mendapat ketepatan dalam pembacaan perhitungan
8. pada pembacaan perhitungan brinell, bayangan yang dihasilkan pada lampu
yang menyinari cermin terbentuk menjadi bayangan bulat/lingkaran. jadi
perhitungan brinell dihitung dengan cara menghitung besarnya bentuk
limgkaran menggunakan peggaris dari bayangan yang dihasilkan oleh cermin.
4.2.2 Metode Vickers
1. untuk metode pengujian vickers sebelumnya Lepaskan kontak indentor dengan
menggunakan kunci L.
2. gantilah indentor dengan indentor intan.
3. langkah pergerakan vickers mempunyai kesamaan dengan pergerakan brinell,
hanya pembacaan perhitungannya saja yang memiliki perbedaan.
12
4. pada pembacaan perhitungan vickers, bayangan yang dihasilkan pada lampu
yang menyinari cermin terbentuk menjadi bayangan persegi/layang-layang
jadi perhitungan vickers dihitung dengan cara menghitung besarnya bentuk
layang-layangnya dengan penggaris dari dua bagian ujungnya yang berbeda.
4.2.3 Metode Rockwell
1. metode rockwell, langkah pergerakannya memiliki perbedaan dengan
langkah pergerakan brinell dan vickers. Pada perhitungan rockwell pembacaan
tidak menggunakan bayangan lampu yang dihasilkan oleh cermin, melainkan
menggunakan jarum perhitungan yang ada pada mesinnya.
2. jadi pada pergerakan rockwell tuas beban pertama-tama tidak langsung diputar
penuh melainkan diputar pada posisi ketiga terlebih dahulu, lalu jarum
perhitungan diputar pada posisi nol.
3. setelah itu barulah tuas beban diputar pada posisi terakhir/keempat.
4. cara pembacaannya dapat dilihat dijarum perhitungan setelah tuas beban
diputar keposisi awal.
5. jika hasil perhitungannya tidak termasuk dalam daftar minimal dan minimum
standar perhitungan rockwell, maka langkah perhitungan diulang kembali agar
mendapatkan standar perhitungan rockwell.
6. namun jika pada perhitungan yang kedua tidak mendapatkan standar
perhitunganya, maka besi yang ada dekat lampu digeser melebar
bersamaan. Barulah didapatkan hasil perhitungannya.
13
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1 Data Hasil Pengujian
5.1.1 Data Pengujian Brinell
Nomor
PercobaanBahan Beban Penetrator
Diameter
Hasil
Pengamatan
(dalam mm)
Harga Kekerasan Brinell
Dari
Tabel*
Dari
Perhitungan**
1 Stell 187,5 BB 2,5 0,95
2 1,1
3 1,08
Rata-rata 1,04 211 210
1 1,04
2 1,05
3 1,09
Rata-rata 1,06 203 202
1 1,07
2 1,04
3 0,75
Rata-rata 0,95 255 255
1 1,07
2 1,09
3 1,07
Rata-Rata 1,07 199 198
14
* Harga kekerasan dari tabel diperoleh dengan melihat pada tabel kekerasan Brinell
** Harga kekerasan dari perhitungan diperoleh dengan rumus :
Keterangan :
HB --- Harga Kekerasan Brinell
P --- Beban
D --- Diameter Penetrator Bola Baja
d --- Diameter Jejak
untuk d = 1,04 mm:
untuk d = 1,06 mm:
untuk d = 0,95 mm:
untuk d = 1,07 mm:
15
5.1.2 Data Pengujian Vickers
Nomor
PercobaanBahan Beban Penetrator
Diagram Hasil
Pengamatan
(dalam mm)
Harga
Kekerasan
Vickers*d1 d2
d3 rata-
rata
1 Steel 135 Intan 136° 0,15 0,81
2 0,87 0,75
3 0,80 0,76
Rata-rata 0,6 9 3 89
1 0,93 0,85
2 0,94 0,85
3 0,98 0,90
Rata-rata 0,90 228
1 1,03 0,95
2 1,12 1,01
3 0,90 0,90
Rata-rata 0,98 193
1 0,84 0,80
2 0,96 0,89
3 1,10 0,96
Rata-rata 0,92 219
* Harga kekerasan Vickers diperoleh dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
16
HV --- Harga Kekerasan Vickers
P --- Beban
d --- Panjang Diagonal Jejak Rata-Rata
untuk d = 0,69 mm: untuk d = 0,90 mm:
untuk d = 0,98 mm: untuk d = 0,92 mm:
5.1.3 Data Pengujian Rockwell
Nomor
Pengujian1 2 3 4 5
Harga
Kekerasan59,5 85,0 63,2 66,1 94,5
Rata-Rata 73,66
17
5.2 Perhitungan Data
5.2.1 Pengujian Metode Brinell
l
No. x a x - a (x - a)2
1 211 -6 36
2 203 -14 196
3 255 38 1444
4 199 -18 324
∑ 868 217 2000
Rata-rata :
Deviasi Standar :
Deviasi Standar Rata-Rata :
Kesalahan Relatif :
Ketelitian
K = 100% - KR = 100% - 5,944% = 94,056%
Hasil Perhitungan
18
HP = a ± Sd ----- 217 ± 25,8
a + Sd = 242,8
a - Sd = 191,2
Data yang masuk range : 3 buah (211,255,199)
5.2.2 Pengujian Metode Vickers
No. x a x - a (x - a)2
1 389 131,75 17358,06
2 228 -29,25 855,5625
3 193 -64,25 4128,0625
4 219 38,25 1463,0625
∑ 1029 257,25 23804,75
Rata-rata :
Deviasi Standar :
Deviasi Standar Rata-Rata :
Kesalahan Relatif :
19
Ketelitian
K = 100% - KR = 100% - 577,58% = -477,58%
Hasil Perhitungan
HP = a ± Sd ----- 257,25 ± 89,078
a + Sd = 346,328
a - Sd = 168,172
Data yang masuk range : 3 buah (228,219,193)
BAB VI
20
PENUTUP
6.1 Kesmpulan
1. kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para insinyur
mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik
work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan
dari alat potong.
2. kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut
terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras.Penekanan tersebut
dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun indentasi
dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji
3. Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan
beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-
logam non-ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar
10 detik sementara untuk logamlogam non-ferrous sekitar 30 detik
6.2 saran
- Instruktur diharapkan ada ditempat untuk memudahkan mahasiswa
bertanya jika kesulitan dan meluruskan dengan segera jika dalam praktek
ada kesalahan pengerjaan oleh mahasiswa
- Pelaksanaan praktek yang lebih berorientasi pada kemampuan mahasiswa
menguasai pengerjaan praktek serta teori yang mendukungnya, bukan
sekadar selesai praktek dengan cepat
21
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://blog.unsri.ac.id/amir/material-teknik/pengujian-kekerasan-material/pdf/
6808/
[2] Lembar Panduan Praktek Pengujian Kekerasan Politeknik Negeri Banjarmasin
22