perancangan environment 3d sebagai pendukung film animasi ... · hal ini disebabkan karena...

6
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X 1 AbstrakTingkat kelulusan siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin menurun. Hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi belajar dari siswa. Untuk itu penulis merancang sebuah media motivasi untuk siswa melalui sebuah film animasi motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi berjudul ’Try Out. Dalam perancangan ini, penulis berfokus pada perancangan environment yang dikemas secara 3D. Dengan menggunakan metode kreatif dengan cara mengumpulkan foto-foto daerah perkotaan modern dari berbagai macam sumber, begitu juga perabotan dan properti. Kemudian foto-foto tersebut dimanfaatkan sebagai referensi desain, hal ini dilakukan tahap modeling dan pemberian tekstur hingga rendering. Environment ini dikemas dengan gaya gambar realis , detail, dengan penggunaan tone warna yang cerah. Penulis berharap dengan terciptanya environment ini akan mampu mewujudkan sebuah film animasi lokal yang tidak hanya menarik namun juga berkualitas dan memberikan efek positif kepada siswa SMP sehingga pesan motivasi dalam film dapat tersampaikan. Kata Kuncienviroment, animasi , 3D , dan Try Out I. PENDAHULUAN jian Nasional yang lebih dikenal dengan UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dilaksanakan setiap tahun. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin menurun. Hasil riset melalui proses FGD dan wawancara mendalam yang dilakukan penulis menunjukkan ada permasalahan motivasi belajar dari siswa yang rendah. Maka diperlukanlah pemberian dukungan kepada para siswa untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa salah satunya melalui sebuah media yang mampu mendorong motivasi belajar dan diminati oleh siswa SMP yaitu media animasi. Maka penulis merancang sebuah film animasi motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi yang mengangkat tema ujian nasional berjudul ‟Try Out‟. Pada perancangan film animasi ini, penulis bertugas untuk merancang environment. Environment adalah aspek yang membentuk dunia dimana karakter akan tampil dalam sebuah animasi dimana karakter tersebut hidup, bergerak dan berinteraksi dengan elemen- elemen animasi yang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Cak Ikin, animator Suro Boyo, berpendapat bahwa environment dalam kebanyakan film animasi lokal Indonesia dianggap kurang penting dalam produksi film animasi Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebanyakan animator cenderung mementingkan pergerakan karakternya daripada background atau environment. Pergerakan karakter yang lebih utama, kemudian background dan environment dikerjakan. Terkadang animator membuat animasi hanya mengandalkan pencahayaan saja background seadanya. Jadi environment dianggap sebagai element yang kurang begitu penting Menurut Apriyadi Kusbiantoro, Animator Urakurek Studio Jogja, berpendapat film luar negeri misalnya film animasi Hollywood dan Jepang, sukses dipasaran karena environment memperhatikan peran dan fungsi environment dalam mendukung cerita film. Tentu saja fungsi utamanya sebagai penjelasan tentang suatu scene adegan, baik itu lokasi, atmosfer, waktu dan memberi penegasan suatu adegan. Environment juga memiliki fungsi sebagai pembangun mood dan suasana adegan. Jadi sebagus apapun kualitas animasinya, jika environment atau background tidak mendukung karakter dan animasinya, tentu akan mempengaruhi filmya. Akan menjadi nilai tambah kalau sebuah animasi yang dihiasi gambar gambar background yang cantik. Sehingga mutlak diperlukan desainer environment atau background dalam sebuah film animasi. Gambar 1.1 Film animasi lokal Indonesia Kabayan dan environmentnya Mengambil contoh film animasi lokal misalnya Kabayan mengangkat tema tentang kebudayaan Indonesia. Menurut responden dari hasil FGD SMP 19 Surabaya, bahwa environment film animasi Indonesia Kabayan Liplap dinilai kurang mampu menggambarkan suasana desa Indonesia. Responden menilai environment Kabayan kurang cocok Perancangan Environment 3D Sebagai Pendukung Film Animasi Motivasi „TRY OUT‟ dengan Konsep Urban Life and Junior High Education Royce Suryo Prabowo dan Andjrah Hamzah Irawan ST, MSi Jurusan Desain Produk Industri , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: anjrah@prodes.its.ac.id U

Upload: doanh

Post on 04-Mar-2019

319 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

1

Abstrak—Tingkat kelulusan siswa SMP yang

mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin

menurun. Hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi

belajar dari siswa. Untuk itu penulis merancang sebuah

media motivasi untuk siswa melalui sebuah film animasi

motivasi yang dikemas secara 3D yang dikemas menjadi

suatu film animasi berjudul ’Try Out.

Dalam perancangan ini, penulis berfokus pada

perancangan environment yang dikemas secara 3D.

Dengan menggunakan metode kreatif dengan cara

mengumpulkan foto-foto daerah perkotaan modern dari

berbagai macam sumber, begitu juga perabotan dan

properti. Kemudian foto-foto tersebut dimanfaatkan

sebagai referensi desain, hal ini dilakukan tahap modeling

dan pemberian tekstur hingga rendering. Environment ini

dikemas dengan gaya gambar realis , detail, dengan

penggunaan tone warna yang cerah. Penulis berharap

dengan terciptanya environment ini akan mampu

mewujudkan sebuah film animasi lokal yang tidak hanya

menarik namun juga berkualitas dan memberikan efek

positif kepada siswa SMP sehingga pesan motivasi dalam

film dapat tersampaikan.

Kata Kunci— enviroment, animasi , 3D , dan Try Out

I. PENDAHULUAN

jian Nasional yang lebih dikenal dengan UN adalah

sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah

secara nasional dilaksanakan setiap tahun. Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP

yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tiap tahun semakin

menurun. Hasil riset melalui proses FGD dan wawancara

mendalam yang dilakukan penulis menunjukkan ada

permasalahan motivasi belajar dari siswa yang rendah.

Maka diperlukanlah pemberian dukungan kepada para siswa

untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa salah satunya

melalui sebuah media yang mampu mendorong motivasi

belajar dan diminati oleh siswa SMP yaitu media animasi. Maka penulis merancang sebuah film animasi motivasi yang

dikemas secara 3D yang dikemas menjadi suatu film animasi

yang mengangkat tema ujian nasional berjudul ‟Try Out‟. Pada

perancangan film animasi ini, penulis bertugas untuk

merancang environment.

Environment adalah aspek yang membentuk dunia dimana

karakter akan tampil dalam sebuah animasi dimana karakter

tersebut hidup, bergerak dan berinteraksi dengan elemen-

elemen animasi yang lain. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Cak Ikin, animator Suro Boyo, berpendapat bahwa

environment dalam kebanyakan film animasi lokal Indonesia

dianggap kurang penting dalam produksi film animasi

Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebanyakan

animator cenderung mementingkan pergerakan karakternya

daripada background atau environment. Pergerakan karakter

yang lebih utama, kemudian background dan environment

dikerjakan. Terkadang animator membuat animasi hanya

mengandalkan pencahayaan saja background seadanya. Jadi

environment dianggap sebagai element yang kurang begitu

penting

Menurut Apriyadi Kusbiantoro, Animator Urakurek Studio

Jogja, berpendapat film luar negeri misalnya film animasi

Hollywood dan Jepang, sukses dipasaran karena environment

memperhatikan peran dan fungsi environment dalam

mendukung cerita film. Tentu saja fungsi utamanya sebagai

penjelasan tentang suatu scene adegan, baik itu lokasi,

atmosfer, waktu dan memberi penegasan suatu adegan.

Environment juga memiliki fungsi sebagai pembangun mood

dan suasana adegan. Jadi sebagus apapun kualitas animasinya,

jika environment atau background tidak mendukung karakter

dan animasinya, tentu akan mempengaruhi filmya. Akan

menjadi nilai tambah kalau sebuah animasi yang dihiasi

gambar gambar background yang cantik. Sehingga mutlak

diperlukan desainer environment atau background dalam

sebuah film animasi.

Gambar 1.1 Film animasi lokal Indonesia Kabayan dan environmentnya

Mengambil contoh film animasi lokal misalnya Kabayan

mengangkat tema tentang kebudayaan Indonesia. Menurut

responden dari hasil FGD SMP 19 Surabaya, bahwa

environment film animasi Indonesia Kabayan Liplap dinilai

kurang mampu menggambarkan suasana desa Indonesia.

Responden menilai environment Kabayan kurang cocok

Perancangan Environment 3D Sebagai Pendukung Film

Animasi Motivasi „TRY OUT‟ dengan Konsep Urban

Life and Junior High Education Royce Suryo Prabowo dan Andjrah Hamzah Irawan ST, MSi

Jurusan Desain Produk Industri , Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected]

U

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

2

dengan konsep film animasi tentang edukasi budaya Indonesia.

Contohnya ditandai dengan pohon yang tidak ada di Indonesia.

Pohon berwarna merah muda pada film Kabayan bisa

dianggap sebagai bunga sakura maupun pohon dengan daun

oranye yang tidak ada di Indonesia.Dengan kata lain fungsi

environment sebagai penunjuk sebuah adegan dalam film

Kabayan dapat dikatakan kurang cocok dengan konsep cerita.

Responden juga menilai film Kabayan mendramatisasi

suasana adegan, misalnya ketika karakter sedih suasana adegan

yang dibangun sama. Sedangkan film animasi seperti Tangled

dan lebih meredupkan pencahayaan dan tone warna sehingga

terlihat lebih dramatis dan membangun suasana sedih. Fungsi

environment sebagai pembangun suasana hati dapat dikatakan

kurang.

(a) (b)

Gambar 1.2 Perbandingan suasana adegan sedih dari film animasi

Kabayan 2009 (a), Tangled 2011 (b),

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa

environment kurang film animasi Indonesia kurang mampu

mendukung cerita dan kurang mampu membangun suasana

adegan. Fungsi environment sebagai penjelasan tentang suatu

scene, baik itu lokasi, atmosfer, waktu atau juga untuk

memberi penegasan atau dramatisir suatu adegan. Environment

berfungsi juga sebagai pembangun mood (suasana hati) dan

atmospehere (suasana) terhadap setiap adegan. Suasana yang

dihasilkan oleh environment mempengaruhi suatu adegan pada

film dan mempengaruhi suasana hati serta emosi penonton

misal senang atau sedih sehingga mampu memainkan aspek

emosional penonton sehingga film tidak menjadi datar dan

membosankan.

Environment dalam animasi memang bukan penentu utama

bagi kesuksesan sebuah Animasi. Namun setiap animasi yang

sukses pasti memiliki desain Environment yang sangat

mendukung jalan cerita dan karakter. Kesuksesan film animasi

ditentukan oleh gabungan unsur-unsurnya yaitu cerita,

karakter, dan environment. Ketika salah satu unsurnya tidak

baik, maka sudah dapat dipastikan film tersebut hasilnya tidak

akan maksimal karena unsur-unsur tersebut adalah satu

kesatuan.

Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat

tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena

tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk

memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang

kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak

Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan

tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang

pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa

depannya.

Setting environment film animasi ini mengambil setting kota

besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan

masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda

kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat

Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan

perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada

pernceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari

Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam

menghadapi Ujian Nasional.

Dalam film animasi ini, environment berperan untuk

membangun setting sesuai dengan cerita dan karakter film

animasi dengan konsep yang sudah dirancang dengan

sedemikian rupa oleh penulis yaitu menggambarkan kehidupan

kota besar dan pendidikan SMP Indonesia dengan konsep

„Urban Life and Junior High Education‟. Dengan

pertimbangan data diatas pada perancangan ini, peneliti

melakukan perancangan untuk membangun environment

sebuah film animasi 3D “Try-Out”. Pertimbangan objek

perancangan untuk kali ini adalah kelanjutan dari hasil

perancangan yang telah dilakukan oleh penulis sebelumnya,

dan pada perancangan itu output yang dihasilkan adalah

perancangan film animasi dan perancangan karakter untuk film

animasi 3D “Try Out”.

II. STUDI PUSTAKA

A. Definisi Environment

Lingkungan atau environment adalah semua aspek yang

membentuk dunia dimana karakter akan tampil dalam sebuah

animasi dimana karakter tersebut hidup, bergerak dan

berinteraksi dengan elemen-elemen animasi yang lain.

Menurut Himawan Pratista dalam bukunya “Memahami film”,

environment adalah seluruh latar bersama dengan propertinya.

Properti dalam hal ini adalah semua benda tidak bergerak

seperti perabot ,pintu ,jendela, kursi, lampu, pohon, dan

sebagainya. Setting yang digunakan dalam sebuah film

umumnya dibuat senyata mungkin dengan konteks ceritanya.

Setting harus mampu meyakinkan penonton jika film tersebut

tampak sungguh-sungguh terjadi pada lokasi dan waktu sesuai

kontek cerita filmnya.

B. Merancang environment 3D

Ada beberapa pertimbangan dan tahapan yang

mempengaruhi adaptasi dari storyboard dan sketsa yang telah

dibuat menjadi desain environment. Storyboard dan sketsa

dibuat dengan detail menjadi patokan dari model 3D tetapi

tetap mengalami revisi berupa penambahan-penambahan atau

pengurangan environment yang diperlukan ataupun yang tidak.

C. Aspek Visual

Dalam perancangan environment animasi ini , penulis

menggunakan gaya gambar realis , hal ini didukung oleh hasil

survey yang dibagikan kepada 100 orang responden yang

banyak memilih kriteria desain realis. Diperkuat dengan detil-

detil diperkuat dengan warna dan tekstur yang menjadil salah

satu aspek menarik dalam perancangan environment ini.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

3

D. STUDI EKSISTING, KOMPARATOR

a. Eksisting

Gambar 2,1 Film animasi Kabayan Liplap

Gambar 2,2 Film animasi Meraih Mimpi

Gambar 2,3 Lakon Animasi-Pada Suatu Ketika

b. Komparator

Gambar 2,4 Cloudy Chance with a Meatball

Gambar 2,5 Rio

„ Gambar 2,6 CJ7 Animation

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Data

Dalam perancangan environment film animasi 3D „Try Out‟

ini, data yang digunakan merupakan hasil survey kepada

responden siswa SMP dengan batasan usia antara 13-15 tahun

yang berdomisili di Surabaya. Mulai dari gaya gambar, warna,

detail obyek, merupakan hasil dari survey ini, didukung juga

oleh wawancara dengan Cak Ikin dan Apriyadi Kusbiantoro

selaku animator yang telah lama berkecimpung di dunia

animasi Indonesia.

B. Formula Matematika

Penulis mengumpulkan foto-foto kota dan daerah di

Indonesia melalui mendatangi lokasi secara langsung maupun

melewati media lain yaitu internet. Kemudian foto-foto

tersebut dimanfaatkan sebagai referensi desain sebelum

membuat sketsa dan melakukan visualisasi pada software

3DsMax 2012 dan rendering untuk finishing tahap akhir.

C. Populasi

Sampel yang diambil berdasarkan target audiens yang

merupakan audiens dari environment yang di rancang yaitu

siswa SMP. Target segmen ini dipilih dikarenakan segmen dari

animasi ini sendiri memang ditujukan untuk siswa SMP yang

akan menghadapi UN, dimana mereka membutuhkan motivasi

yang lebih agar mereka giat belajar dan pastinya lulus UN.

Sampel yang akan diambil ditujukan kepada para penggemar

film animasi, maka penyebaran sampel akan lebih banyak

diprioritaskan sekolah SMP.

D. Proses Desain

Sebelum proses perancangan berjalan dan menentukan

konsep desain, perlu adanya pemahaman terhadap problematik

yang akan diselesaikan melalui desain. Setelah menentukan

problematika desain, dilakukan identifikasi karakteristik target

audiens yang nantinya akan menjadi konsumen dari output

perancangan ini. Identifikasi yang dilakukan menggunakan

kuesioner AIO yang bertujuan untuk mendapatkan

karakteristik ”unik” dari target audiens, sehingga dapat

diketahui pendekatan efektif yang nantinya dapat diaplikasikan

dengan perancancangan ini.

Proses perancangan dilakukan secara cermat mengikuti

langkah-langkah yang berpedoman pada nilai-nilai ilmiah.

Observasi dari sumber data, merumuskan gaya visual animasi,

detail obyek, tone warna, kemudian dilempar ke target

audiens, lalu akan di tinjau ulang dengan teori dan eksisting

kemudian disempurnakan menjadi kriteria desain. Selain aspek

tersebut perancangan ini juga akan melakukan riset lokasi yang

tepat sesuai dengan kebutuhan konten dari environment

animasi ini.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

4

IV. KONSEP DESAIN

A. User Need

Sebagai salah satu elemen penting dalam sebuah film

animasi , film animasi „Try Out‟ membutuhkan desain

environment yang sesuai dengan selera target audiens

B. Unique Selling Point

Keunikan aspek environmentnya dan animasinya adalah

diproduksi dengan menggunakan 3D secara realis dan

menggunakan tone warna cerah sesuai dengan minat target

audiens. Ditambah lagi dengan keunikan cerita, karakter dan

cara penyajiannya. Dimana, konten setting lokal Indonesia

baik secara karakter dan environment serta cerita tentang Ujian

Nasional dimasukkan dalam sebuah film, serta cara penyajian

yang berbeda dan sesuai dengan standar kualitas animasi yang

laris dan mengikuti selera para siswa SMP ini diharapkan

mampu membangun menarik minat penonton untuk menonton

film animasi ini.

C. What to Say

Film animasi 3D “Try Out” adalah film yang mengangkat

tema seputar Ujian Nasional SMP berdasarkan fenomena

tentang Ujian Nasional. Film yang dirancang untuk

memotivasi belajar siswa dengan menceritakan tentang

kehidupan seorang anak SMP bernama Bagas anak Pak

Sugeng, seorang tukang becak. Bagas sangat malas belajar dan

tidak memiliki kesadaran Bagas bahkan tidak peduli tentang

pentingnya pendidikan dan Ujian Nasional untuk masa

depannya.

Setting environment film animasi ini mengambil setting kota

besar Indonesia yang memiliki didiami oleh berbagai lapisan

masyarakat dengan ekonomi dan golongan yang berbeda-beda

kehidupan. Mulai dari daerah kampung kumuh rumah tempat

Pak Sugeng dan Bagas tinggal, kompleks gedung dan

perkotaan kota besar Indonesia dengan fokus utama pada

penceritaan kehidupan sekolah dan kehidupan sehari-hari

Bagas dan Pak Sugeng serta karakter yang lain dalam

menghadapi Ujian Nasional.

D. Konsep

Makna dari keyword „Urban life and Junior High

Education’ yaitu membangun environment dengan

mengambil setting kota besar Indonesia yang memiliki

menjadi rumah oleh berbagai lapisan masyarakat dengan

ekonomi dan golongan yang berbeda-beda kehidupan mulai

daerah kampung kumuh sampai kompleks gedung mewah

dengan fokus utama pada kehidupan sekolah siswa SMP.

V. IMPLEMENTASI DESAIN

Untuk menuju desain final, diperlukan berbagai macam

proses desain, lingkungan pada film animasi ini kebanyakan

berada disekitar daerah Surabaya, dengan kurun waktu 2012-

2013. Hasil gambar diambil dari di daerah kampung kumuh di

Surabaya yang kemudian diilustrasikan kembali pada novel

grafis ini. Berikut adalah contoh salah satu foto dan hasil

ilustrasinya untuk desain rumah Bagas dan Pak Sugeng:

Gambar 5.1 Referensi untuk desain Rumah Bagas dan Sugeng

Gambar 5.2 Sketsa desain untuk rumah Pak Sugeng

Sebelum sketsa kasar dibuat diperlukan sebuah storyboard

dan skenario, atau perencanaan tiap adegan secara tertulis.

Disini penggambaran environment tidak perlu terlalu detil,

sudut pandang harus tergambar dengan jelas. Detil properti

yang digunakan harus tergambarkan atau terdaftar.

Setelah melalui tahapan sketsa kasar, maka selanjutnya

adalah membuat model 3D dari sketsa tersebut. Dalam

perancangan novel grafis ini, proses modeling dilakukan

dengan cara digital menggunakan software 3DMax 2012.

Dalam proses modeling dibutuhkan sebuah sketsa gambar

yang memberikan informasi semua sudut tampak dalam 3D.

Hal ini, membantu untuk proses modelling dan detail di segala

arah.Model 3D yang telah siap digunakan kemudian diberikan

tekstur dan pencahayaan sebelum dilakukan proses rendering

Gambar 5.3 Modeling 3D

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

5

Gambar 5.4 Proses Modeling dan Compositing Obyek

Gambar 5.5 Proses Texturing Obyek

Gambar 5.6 Proses Rendering Obyek

Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses

pemodelan dan animasi. Dalam rendering, semua data-data

yang sudah dimasukkan dalam proses modeling, animasi,

texturing, pencahayaan dengan parameter tertentu akan

diterjemahkan dalam sebuah bentuk output. Dalam standard

PAL sistem, resolusi yang digunakan adalah 768x576 pixels

atau berformat fullHD 1980x1080px maupun HD 1280x720px.

Desain Final

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928X

6

Gambar 5.7 Hasil Rendering Final

VI. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya

kepada Tuhan YME atas segala rizki yang berlimpah, kepada

orangtua dan adik-adik tercinta, kepada Pak Andjrah atas

bimbingannya selama proses mata kuliah Tugas Akhir

berlangsung, kepada dosen penguji: Pak Ramok, Pak Dani,

Pak Bendra, kepada kekasih-kekasih saya selama Tugas Akhir:

Risma, Khairil, Isandre, Hazmi, Che, dan semua teman-teman

di Despro khusunya angkatan 2007, terima kasih atas segala

kebersamaan yang tidak ternilai.

VII. DAFTAR PUSTAKA

[1] Darwanto, S.S,2007.Televisi Sebagai Media Pendidikan

Yogyakarta Penerbit Informatika : Pustaka Pelajar,

[2] Djaali, H Prof.2007.Psikologi Pendidikan.BumiAksara

[3] G,Djalle, Zaharuddin. 2007..Themaking of 3d Animation

Movie.Jakarta.Penerbit Informatika.

[4] Ghertner, Ed, 2010. Layout And Composition For

Animation,Burlington

[5] Gahan, Andrew, 2011. 3ds Max Modeling for

Games.London : Focal Press

[6] M. Ramli, Fathurahman P.Ng. J, 2008 Film Independen

Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum

Perfilman Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor,

[7] Pardew, Les.2007.Character Emotion in 2D and 3D

animation. Boston

[8] Pratista, Himawan.2008.Memahami Film.Jakarta:

Homerian Pustaka

[9] Raid, Gavin.2009.Memotivasi Siswa di Kelas.Jakarta:

Penerbit Indeks

[10] Sanrtrock, John W. 2009.Psikologi Pendidikan.Penerbit

salembahumanika

[11] Sardiman AM. 2001, Interaksi Dan

MotivasiBelajarMengajar,Jakarta: PT. Raja Grafindo

[12] Scott Mc cloud. 2008 Membuat komik. Gramedia Pustaka

Utama

[13] Syamsul Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan Anak &

Remaja. Bandung :Remaja Rosdakarya.

[14] Simon, Mark. 2003. Producing independent 2D character

animation : making and selling a short film. Focal Press:

Burlington.

[15] Wellins, Mike. 2005.Story Telling Through Animation.