penyuluhan dan penyakit infeksi

114
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan. 1 Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, 1

Upload: ahmad-az-hari

Post on 22-Oct-2015

265 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

TRANSCRIPT

Page 1: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup

sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara

perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan.1

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah

sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya

kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama.1,2

1

Page 2: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko

tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial

ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan

sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya. Penyuluhan kesehatan pada

sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang

mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah

kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi

pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat

binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang

terkena wabah dan lain-lain.1

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah

air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas

pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan

rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.3

Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih

banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi

maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas

yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.4

Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun

swasta antara lain karena inefisiensi dan buruknya kualitas dalam sektor

2

Page 3: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

kesehatan, buruknya kualitas infrastruktur dan banyaknya pusat kesehatan yang

tidak memiliki perlengkapan yang memadai, jumlah dokter yang tidak memadai

di daerah terpencil dan tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta

kurangnya pendidikan tenaga kerja kesehatan. Faktor lain yang mungkin

berpengaruh adalah pendapatan yang meningkat, pengetahuan yang lebih baik

akan pilihan pelayanan kesehatan dan meningkatnya ekspektasi terhadap standar

pelayanan.5, 6

Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya puskesmas mampu meningkatkan

kualitas pelayanan profesi (quality of care) dan kualitas pelayanan manajemen

(quality of service) karena mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan

kepada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang dan

merekomendasikan pelayanan kesehatan tersebut kepada orang lain.7

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya

jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas ialah buruknya citra pelayanan di

puskesmas, di antaranya pegawai puskesmas yang tidak disiplin, kurang ramah,

kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun

peralatan medis dan non medis kurang memadai di mana masyarakat harus

dirujuk untuk melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih

dapat dilakukan di puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak

tersedia di puskesmas padahal kondisi geografis di beberapa tempat tidak

mendukung akibat jauhnya jarak tempuh, tidak ada transportasi, jam buka

puskesmas yang terbatas dan lain-lain. Di samping itu petugas kesehatan juga

melakukan praktik swasta di luar jam kerja puskesmas yang memungkinkan

3

Page 4: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

persaingan terselubung dengan puskesmas, yang berpengaruh terhadap angka

kunjungan ke puskesmas.5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelirian ini

adalah : Adakah hubungan jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan dengan

jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar

Periode Mei – Oktober Tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah

penyuluhan oleh petugas kesehatan dengan jumlah pengguna sarana kesehatan di

Puskesmas Tamalate Kota Makassar Periode Mei – Oktober Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui hubungan jumlah penyuluhan mengenai

penyakit menular oleh petugas kesehatan dengan jumlah pengguna

sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar.

1.3.2.2. Untuk mengetahui hubungan jumlah penyuluhan mengenai

kesehatan ibu dan anak oleh petugas kesehatan dengan jumlah

pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar

1.3.2.3. Untuk mengetahui hubungan jumlah penyuluhan mengenai

keluarga berencana oleh petugas kesehatan dengan jumlah

pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar

4

Page 5: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Makassar sebagai salah satu bahan pustaka bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi penulis dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman yang

berharga dalam memperluas wawasan keilmuan dan menjadi sarana

pengembangan diri.

3. Bagi institusi kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi bagi

instansi Dinas Kesehatan maupun Instansi lain mengenai penyuluhan

kesehatan dan pengguna sarana kesehatan di Puskesmas.

4. Bagi masyarakat diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan

masyarakat tentang penyuluhan kesehatan dan manfaat puskesmas.

5

Page 6: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan berdasar dari kata dasar “suluh” atau “obor”, sekaligus

sebagai terjemahan dari kata “Voorlichting” yang dapat diartikan sebagai kegiatan

penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sebagai proses

penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan

penerangan, tetapi menjelaskan mengenai segala informasi yang ingin

disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat penyuluhan

(beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang dimaksud

oleh penyuluh.7

Penyuluhan tidak boleh bersifat searah tapi harus komunikasi timbal balik

(bersifat dua arah dan aktif) agar aspirasi masyarakat diketahui. Hal ini penting,

agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak”

(indoktrinasi, agitasi, dll). Sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara

penyuluh dan masyarakat/kliennya secara berkelanjutan.7

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara

penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku”

(Behaviour) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan

keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak lain , baik secara

langsung atau tidak langsung.7

Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak hanya berhenti pada

penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan tetapi merupakan

6

Page 7: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan

waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan

oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien

penyuluhan.7

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu yang mempunyai masalah

keperawatan dan kesehatan dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas,

posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada

keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita

penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah,

keluarga denagn masalah sanitasi lingkungan yang buruk, keluarga dengan

keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak

di luar kemampuan kapastas keluarga dan sebagainya.8

Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluahn kesehatan

masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas. Kelompok berikutnya

adalah masyarakat binaan puskesma, nelayan, masyarakat yang terkena wabah

dan sebagainya.8

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung

manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam

7

Page 8: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media atau alat peraga

untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran.2

Metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat

dapat dikelopkkan dalam dua macam metode. Metode yang pertama adalah

metode didaktik, yaitu yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan,

sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta

mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun.

Proses penyuluhan yang bersifat satu arah (one way method), yang termasuk

dalam metode ini yaitu secara langsung misalnya ceramah, dan secara tidak

langsung misalnya poster, media cetak, dan media elektronik.8

Metode yang kedua adalah metode sokratik, pada metode ini sasaran

diberikan kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam

proses belajar mengajar, dengan demikian dapat terbina komunikasi dua arah

antara yang menyampaikan pesan dengan pihak yang menerima pesan (two way

method), yang termasuk dalam metode ini yaitu secara langsung misalnya diskusi,

curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role play), sosiodrama,

simposium, seminar, studi kasus dan sebagainya, dan secara tidak langsung

misalnya penyuluhan melalui telepon, satelit komunikasi dan sebagainya.8

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain :8

1.1.1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

8

Page 9: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina

perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap

orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini adalah

bimbingan dan wawancara.1

1.1.2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Untuk kelompok

besar dapat digunakan metode ceramah dan seminar.1, 8

1.1.3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat

yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti

tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi,

tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya

menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah

umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas

kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di

pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.1, 8

9

Page 10: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.1. Alat Bantu dan Media Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh

dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena

berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan. Alat

peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera

yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas

pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini

dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek

sehingga mempermudah persepsi.1

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat

sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan

bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu

sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk

meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh

informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian

lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan

membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.1

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu

lihat (visual) yang berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada

waktu penyuluhan, alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan misalnya

slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga dimensi,

gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain; Alat bantu dengar (audio)

10

Page 11: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

yang berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu

proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara

dan lain-lain; Alat bantu lihat-dengar (audio-visual) yang berguna dalam

menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran saat penyuluhan, misalnya

televisi, video dan lain-lain.9

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya

ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari

media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan

dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai

memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif.1

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam

pelaksanaan penyuluhan kesehatan karena dapat mempermudah penyampaian

informasi, menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,

mempermudah pengertian, mengurangi komunikasi verbalistik, menampilkan

objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata, dan dapat memperlancar

komunikasi.10

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media

penyuluhan ini dibagi menjadi 3 yaitu media cetak yang mengutamakan pesan-

pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto

dalam tata warna, yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer

(selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau

11

Page 12: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan, ada beberapa

kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya

rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah

pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar, kelemahannya yaitu tidak

dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat; Media

elektronik, media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika, yang termasuk

dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti

halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih

mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka,

mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan

diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah

biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk

produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,

perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya;

Media luar ruang, media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui

media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,

banner dan televisi layar lebar, kelebihan dari media ini adalah lebih mudah

dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,

mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan

jangkauannya relatif besar, kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi,

sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan

12

Page 13: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan

keterampilan untuk mengoperasikannya.1

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu

memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku

sesuai dengan pesan yang disampaikan.11

1.2. Kunjungan Pasien ke Puskesmas

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya

kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pada saat ini Puskesmas telah didirikan

hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas

diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang

jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat

inap.12

Sekalipun telah banyak keberhasilan yang dicapai oleh puskesmas dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun dalam pelaksanaanya masih

banyak terjadi masalah-masalah yang dapat menghambat puskesmas berfungsi

maksimal. Masalah-masalah tersebut dapat memengaruhi pemanfaatan puskesmas

yang pada ujungnya berpengaruh pada status kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya.5

13

Page 14: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun

swasta antara lain karena inefisiensi dan buruknya kualitas dalam sektor kesehatan,

buruknya kualitas infrastruktur dan banyaknya pusat kesehatan yang tidak memiliki

perlengkapan yang memadai, jumlah dokter yang tidak memadai di daerah terpencil

dan tingginya ketidakhadiran dokter di puskesmas, serta kurangnya pendidikan tenaga

kerja kesehatan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah pendapatan yang

meningkat, pengetahuan yang lebih baik akan pilihan pelayanan kesehatan dan

meningkatnya ekspektasi terhadap standar pelayanan.13

Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya

jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas ialah buruknya citra pelayanan di

puskesmas, di antaranya pegawai puskesmas yang tidak disiplin, kurang ramah,

kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan

medis dan non medis kurang memadai di mana masyarakat harus dirujuk untuk

melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di

puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas

padahal kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak

tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas yang terbatas dan lain-lain. Di

samping itu petugas kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja

puskesmas yang memungkinkan persaingan terselubung dengan puskesmas, yang

berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas.12

Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya puskesmas mampu meningkatkan

kualitas pelayanan profesi (quality of care) dan kualitas pelayanan manajemen

(quality of service) karena mutu pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan

kepada pelanggan dan pelanggan akan memanfaatkan ulang dan

14

Page 15: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

merekomendasikan pelayanan kesehatan tersebut kepada orang lain. Salah satu

upaya yaitu promosi kesehatan keseluruhan, yang fokus utamanya adalah upaya

memampukan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan, oleh karena itu promosi kesehatan lebih bersifat promotif – preventif,

tanpa mengesampingkan upaya kuratif – rehabilitatif. Hal dilakukan dengan

menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat, disertai

pengembangan iklim yang mendukung sehingga penekanan promosi kesehatan

pada pengembangan perilaku dan lingkungan

Sehat serta merupakan upaya kemitraan berbagai pihak dan merupakan upaya

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat aktif sebagai perilaku atau subjek.12,14

Dengan promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan

determinan kesehatan. Partisipasi merupakan sesuatu yang penting dalam upaya

promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses komprehensif sosial dan

politik, bukan hanya mencakup upaya peningkatan kemampuan dan ketrampilan

individual, tetapi juga upaya yang bertujuan mengubah masyarakat, lingkungan,

dan kondisi ekonomi, agar dampak negatif terhadap kesehatan individu dan

masyarakat dapat dikurangi.15

2.1 Penyakit Infeksi

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah

mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

kompleks, dimana penyakit yang terbanyak yaitu ISPA, dermatitis, dan gastritis

diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu

hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun .16

15

Page 16: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

2.1.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan

bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu

penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara berkembang

maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk

rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran

pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai

pada masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya

Chronic Obstructive Pulmonary Disease.17,18

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular

di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya

disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat

tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara

dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA

merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.19

Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan

Streptococcus pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab paling umum

pneumonia yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri.

Namun demikian, patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus,

atau infeksi gabungan virus-bakteri. Sementara itu, ancaman ISPA akibat

16

Page 17: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

organisme baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi memerlukan

tindakan pencegahan dan kesiapan khusus.19

Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor. Penyebaran

dan dampak penyakit berkaitan dengan antara lain :19

Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota

keluarga), kelembaban, kebersihan, musim, temperatur);

Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah

pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin,

akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi);

Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu

menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya

atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi

kesehatan umum; dan

Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor

virulensi (misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis

mikroba (ukuran inokulum).19

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.20

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.

Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung

sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang

telinga tengah dan selaput paru.21, 22

17

Page 18: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan

seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun

demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan

antibiotik dapat mengakibat kematian .21

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan

dan gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala menjadi lebih

berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan

mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi,

maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah

berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan

pernapasan.22

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda klinis dan tanda

laboratoris. Tanda-tanda klinis pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas

tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara

napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Pada sistem cardio

adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. Pada

sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil

bendung, kejang dan coma. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris hypoxemia, hypercapnia dan acydosis (metabolik dan

atau respiratorik).22

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun

adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,

18

Page 19: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah

volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing,

demam dan dingin.22

Penatalaksanaan kasus ISPA akan berdampak mengurangi penggunaan

antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat

batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula

petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan

penunjang yang penting bagi pederita ISPA. 22

2.1.2 Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul

bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung

residif dan menjadi kronis.23

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan

kimia (contoh: deterjen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),

mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya

dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya yang pasti.23

Banyak dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya,

terutama yang penyebabnya faktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah

19

Page 20: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

tentang dermatitis kontak (baik tipe alergik maupun iritan), dan dermatitis

atopik.23

Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit

bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus.

Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universalis.23

Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau

bulla, erosi, dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut,

eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada

stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan

likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium

tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal memberi

gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis

efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik. 23

Untuk tata nama (nomenklatur) dan klasifikasi dermatitis hingga kini

belum ada kesepakatan internasional, tidak hanya karena penyebabnya yang multi

faktor, tetapi juga karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis

dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian. 23

Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (contoh: dermatitis kontak,

radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh: dermatitis

papulosa, dermatitis vasikulosa, dermatitis madidans, dermatitis eksfoliativa),

bentuk (contoh: dermatitis numularis), lokalisasi (contoh: dermatitis tangan,

dermatitis intertriginosa), dan adapula berdasarkan stadium penyakit (contoh:

dermatitis akut, dermatitis kronis). 23

20

Page 21: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Perubahan histologik dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis,

bergantung pada stadiumnya. 23

Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel atau

bulla, edema intrasel, dan eksositosis terutama sel mononuklear. Dermis sembab,

pembuluh darah melebar, sebukan sel radang terutama sel mononuklear, kadang

eosinofil juga ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis. 23

Perubahan histologik pada stadium subakut hampir seperti stadium akut,

spongiosis, jumlah vesikel berkurang, epidermis mulai menebal (akantosis

ringan), tertutup krusta, stratum korneum mengalami parakeratosis setempat;

eksositosis berkurang; edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih jelas,

sebukan sel radang masih jelas, fibroblas mulai meningkat jumlahnya. 23

Epidermis pada stadium kronis menebal (akantosis), stratum korneum

menebal (hiperkeratosis dan parakeratosis setempat), rete ridges memanjang,

kadang ditemukan spongiosis ringan, tidak lagi terlihat vesikel, eksositosis sedikit,

pigmen melanin terutama di sel basal bertambah. Papilla dermis memanjang

(papillomatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis bagian atas terutama

sekitar pembuluh darah bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas

bertambah, kolagen menebal. 23

Pengobatan dermatitis yang tepat didasarkan kausa, yaitu menyingkirkan

penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multifaktor, kadang

juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu

dengan menghilangkan atau mengurangi gejala dan keluhan pasien, serta menekan

peradangan. 23

21

Page 22: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Untuk pengobatan sistemik pada kasus ringan dapat diberikan

antihistamin. Pada kasus akut dan berat dapat diberikan kortikosteroid. Sedangkan

pengobatan topikal prinsip umumnya, dermatitis akut/basah (madidans) diobati

secara basah (kompres terbuka), bila subakut diberi losion (bedak kocok), krim,

pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah yang

berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak berambut. Pada kasus kronik

diberikan salep, dan perlu diketahui bahwa makin berat atau akut penyakitnya,

makin rendah persentase obat spesifik. 23

2.1.3 Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung,

secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada

daerah tersebut. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan

mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis

gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik.25

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering

diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat

atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab lain

seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi . Gastritis dapat pula

diartikan sebagai proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi.25

Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :25

a. Gastritis akut, suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.

22

Page 23: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

b. Gastritis kronik, suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang

bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga

perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik dan gastritis

hipertrofik.

Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema,

serta perdarahan dan erosi mukosa.

Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan

mukosa. Pada perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan

kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dal sel chief.

Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-

nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan

hemoragik.

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis

obat seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indomestasin, Ibuprofen,

dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin,

5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa

lambung; alkohol, bakteri (seperti H. pylori, H. heilmanii, Streptococci,

Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan

secondary syphilis; infeksi virus oleh Sitomegalovirus; jamur seperti Candidiasis,

Histoplasmosis, dan Phycomycosis; stres akut; radiasi; alergi atau intoksitasi dari

bahan makanan dan minuman; garam empedu terjadi pada kondisi refluks garam

empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal)

23

Page 24: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan

mukosa; iskemia akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung

lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme

pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons

peradangan pada mukosa lambung; dan trauma langsung.25

Gastritis akut juga dapat disebabkan oleh stres fisik yang disebabkan oleh

luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kersusakan

susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung; makanan dan minuman yang

bersifat iritan, makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan

alcohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.25

Penyebab pasti dari penyakit gastritsi kronik belum diketahui, tetapi ada

dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu:

infeksi dan non infeksi.25

1. Gastritis infeksi

a. H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan

penyebab utama dari gastritis kronik.

b. Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis

c. Infeksi parasit.

d. Infeksi virus.

2. Gastritis non-infeksi

a. Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat

kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi

terhadap sel parietalnya.

24

Page 25: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

b. Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam

empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.

c. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan

ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis

sekunder dari terapi obat-obatan.

d. Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan

berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener

granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis,

penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic

granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell

granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas

yang berhubungan dengan kanker lambung.

e. Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan

injuri radiasi pada lambung.

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya

bersifat jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap

berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan

terkontaminasi), kafein, alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang

lazim. Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut.

Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan

mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga

terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID: misalnya indomestasin,

ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim

25

Page 26: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila

alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak

dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara

terpisah.25

Patofisiologi gastritis yaitu mukosa barier lambung umumnya melindungi

lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses

autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa

barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan

mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian

HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh

yang kecil, yang mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada

lambung. Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat

difusi barier.25

Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan

gastritis.25

a. Manifestasi klinik gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian

disusul dengan tanda -tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika

dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-

obatan atau bahan kimia tertentu.

26

Page 27: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Penatalaksaanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan

menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai

gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet

mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan

secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah

serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran

gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan

yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian

agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antacid umum dan bila

korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi. Jika terjadi

perdarahan, tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa

pembilasan air es disertai pemberian antacid dan antagonis reseptor H2.

Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.

b. Manifestasi klinik gastritis kronik

Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil

mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik

tidak dijumpai kelainan.

Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan

memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres. Jika

tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yitu dengan mengatasi dan

menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan

empiris berupa antasida. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan

terapi eradikasi.

27

Page 28: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis

kronik.25

a. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian

atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir syok hemoragik.

b. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian

atas, ulkus, perforasi dan anemia.

Diet bagi penderita gastritis juga sangat disarankan, makanan yang

disajikan perlu diatur, terutama mengingat bahwa penyakit ini berhunbungan

dengan alat pencernaan. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengaturan

makananan :25

a. Keadaan akut, lambung diistirahatkan tanpa makanan selama 24-48 jam,

hanya diberi minuman agak dingin. Hindarkan minuman dingin atau

minuman panas.

b. Berikan makanan secara bertahap, misalnya bubur saring, dan berangsur-

angsur makanan lunak, makan biasa.

c. Berikan makanan yang mudah dicerna, misalnya bubur beras, kentang

pure, roti bakar, tepung yang dibuat pudding, sementara untuk lauk pauk,

misalnya daging ayam, telur, ikan tanpa duri yang direbus atau

dipanggang.

d. Makanan atau minuman yang tidak boleh diberikan meliputi:

Sayuran dan buah-buahan berserat dan mengandung gas, seperti sawi,

kol, nangka, daun singkong.

28

Page 29: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Bumbu-bumbu makanan yang merangsang, seperti cabe, lada dan

cuka.

Minuman beralkohol, kopi.

Makanan yang dimasak dengan santan kental atau digoreng.

Porsi makanan diberikan sedikit, tetapi frekuensinya sering.

2.2 Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan ibu dan anak merupakan hal yang sangat penting untuk

ditingkatkan dalam upaya meningkatkan kesehatan nasional, karena hal ini

merupakan dasar dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa, salah satu upaya

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak ini adalah dengan melakukan

imunisasi.15

Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada

seseorang secara aktif terhadap penyakit menular dan suatu cara untuk

meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga

bila kelak terpapar antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.24

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah suatu obat yang

diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh

untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk melindungi terhadap

penyakit. Imunisasi dapat juga diartikan sebagai usaha untuk memberikan

kekebalan terhadap penyakit infeksi pada bayi, anak, dan orang dewasa serata

merupakan reaksi antigen-antibodi yang dalam ilmu imunologi merupakan kuman

29

Page 30: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

atau racun dengan maksud menuunkan angka kematian dan kesakitan serta

mencegh akibat buruk lebih lanjut dari peyakit-penyakit tertentu.24

Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang

pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk

vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dapat diberikan pada tubuh yang

sehat. Keadaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu : anak yang sedang

sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa inkubasi suatu penyakit, sedang

menjalani pengobatan dengan imunosupresif, hal ini disebabkan karena dalam

keadaan seperti ini tubuh akan membentuk zat yang anti terhadap vaksin itu

sendiri.24

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2,

yakni :

1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang dimaksud dengan

faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara

alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata,

cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks

tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :

a. Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan

dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang

kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria

30

Page 31: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih

resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang

mempunyai hemoglobin AA.

b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang

bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif.

Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit

tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan

kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh

melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme

patogen (bibit) penyakit.

Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah

memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak,

malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan

terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif

juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang.

Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks,

kehamilan, gizi dan trauma.

Umur, untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan

orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia

sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-

31

Page 32: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua

kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

Seks atau jenis kelamin, untuk penyakit-penyakit menular tertentu

seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.

Kehamilan, wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan

terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio,

pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid

dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

Gizi, gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh

terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi

berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.

Trauma, stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab

kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tententu.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri orang

sampai dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang

tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda-beda,

mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.

Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :

1. Imunisasi Pasif (Pasive Immunization), imunisasi pasif ini adalah

immunoglobulin. Jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak

(measles pada anak-anak).

32

Page 33: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

2. Imunisasi Aktif (Active Immunization), imunisasi pada ibu hamil dan calon

pengantin adalah imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah

terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT,

tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.

ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan

(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini

minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan

penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya

sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan

perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam

bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan

satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan

setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun

diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun). Berikut ini adalah Jenis-

jenis imunisasi pada balita :

1. Imunisasi BCG, vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur

2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup

yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi

BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.

2. Imunisasi DPT, imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang

melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

33

Page 34: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan

dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk

rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan

batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan

serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau

minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti

pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada

rahang serta kejang.

3. Imunisasi DT, imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin

yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT

dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau

tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima

imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat

vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus,

dengan dua dosis diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis

ketiga diberikan enam hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang

dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka

diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.

4. Imunisasi Campak, imunisasi campak memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan

sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

34

Page 35: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

5. Imunisasi MMR, imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap

campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata

berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.

Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti

pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan

demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua

kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan

meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan

pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan

pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak

Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan

pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa

menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

6. Imunisasi Hib, imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh

Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan

meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa

menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum

tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi

dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae

merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak (meningitis), terutama

pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat berbahaya karena

seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalnya

35

Page 36: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib

dan Pedvax.

7. Imunisasi Varisella, imunisasi varisella memberikan perlindungan

terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk

lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng

yang akan mengelupas.

8. Imunisasi HBV, imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis

B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker

hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib

diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung

kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa

memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk

dokter. Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah

individu yang dalam pekerjaannya kerap terpapar darah atau produk darah,

klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis

(cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat di

mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik,

homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan

berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular seksual, fasilitas

penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana

endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan

jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik

maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).

36

Page 37: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata, imunisasi pneumokokus konjugata

melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi

telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,

seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

10. Tipa, imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan

selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi

ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang

diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah

dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali.

Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

11. Hepatitis A, penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh

dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya

memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal

pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B.

Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan

pada orang yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan

(food handlers), mereka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di

suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi hepatitis A, homoseksual,

pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan

hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan

penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

37

Page 38: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

2.3 Keluarga Berencana

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009

Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Pasal 18

dikatakan bahwa “Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan

lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung

lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya”. Pada pasal

selanjutnya dijelaskan bahwa pengendalian penduduk ini meliputi jumlah,

struktur, dan komposisi penduduk, pertumbuhn penduduk, penyebaran penduduk,

angka kelahiran, angka kematian, dan mobilitas penduduk.25

Dalam pasal 20 tentang keluarga berencana dikatakan bahwa ” Untuk

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Pemerintah

menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program

keluarga berencana.25

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak

yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara

atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut

termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.

Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap

tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini

terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan

setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara

penggunaannya. 26

38

Page 39: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki

mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah

dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang

reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek

lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi.

Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode

kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan

tindakan operasi.26

Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya

yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi

sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode

kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun

berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi

(pembuahan). 26

Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas,

keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan

kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal

tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari

agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah

frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke

laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada

39

Page 40: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif

mencegah kehamilan 100%.26

Seorang wanita dapat tetap menjadi hamil bila :26

Melakukan coitus interuptus

Menyusui

Saat pertama kali berhubungan seksual

Bila wanita tidak orgasme

Memakai douches (memasukkan cairan kimia atau spermisida ke dalam

vagina)

Posisi apapun dalam berhubungan seks

Untuk wanita usia lanjut terdapat perubahan dari periode menstruasi.

Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa

menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita

tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang

dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.26

Metode kontrasepsi terdiri dari :26

1. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi oral kombinasi, kontrasepsi oral progestin, kontrasepsi

suntikan progestin, kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron, implant progestin,

dan kontrasepsi patch.

Kontrasepsi oral kombinasi (pil) --> mengandung sintetik estrogen dan

preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya

ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan

40

Page 41: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi

pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen

dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis

tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu

(terutama obat epilepsy).

Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk

menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral

kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6

bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa

mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air

susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi.

Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya

mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.

Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah

melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko

terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus

diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan

seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap

dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk

mencegah kehamilan.

Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu

setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir

terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil

41

Page 42: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu

lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai

digunakan.

Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama

obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB.

Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan

perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.

Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron diberikan secara intramuskular

setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg

estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama

seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap

bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

Implant progestin adalah kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung

36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah

diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul

implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke

dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.

Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel

telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu

pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.

Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-

7 tahun.

42

Page 43: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Kontrasepsi Patch didesain untuk melepaskan 20µg ethinyl estradiol dan

150µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti

kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch

untuk siklus menstruasi.

2. Diafragma dan cervical cap

Diafragma dan cervical cap adalah kontrasepsi penghalang yang

dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran

reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel.

Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim)

tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama.

Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher

rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di

tempatnya lebih dari 48 jam. Efektivitasnya, kehamilan terjadi pada 6-40 per 100

wanita pada 1 tahun penggunaan pertama. Keuntungannya dapat digunakan

selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS,

sedangkan kerugiannya kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi,

membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, dan ketidaknyamanan.

3. Spermisida

Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan menurunkan

motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida mencakup foam aerosol, krim,

vagina suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan

hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9. Efektivitas : kehamilan

terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama. Keuntungan :

43

Page 44: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas, dapat mencegah PMS

bakterial. Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi virus

HIV, hanya efektif 1-2 jam

4. IUD (spiral)

Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim

dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang

menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper T

(melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan

sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat

digunakan untuk kontrasepsi darurat. IUD dapat dipasang kapan saja selama

periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah

melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta)

dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah

melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita

menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah

melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan

pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah

triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat

mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi dimana seorang wanita

tidak seharusnya menggunakan IUD yaitu kehamilan, sepsis, aborsi postseptik

dalam waktu dekat, abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim,

perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, penyakit tropoblastik ganas,

44

Page 45: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium, penyakit radang

panggul, PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise

(penurunan kekebalan tubuh), TBC panggul.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun

penggunaan pertama. Keuntungan : sangat efektif, bekerja cepat setelah

dimasukkan ke dalam rahim, dan bekerja dalam jangka waktu lama. Kerugian :

risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid), menoragia pada bulan-bulan

pertama, peningkatan risiko perforasi (robek) rahim, risiko kehamilan ektopik,

IUD dapat lepas dengan sendirinya. Efek samping : nyeri, perdarahan,

peningkatan jumlah darah menstruasi. Pengembalian kesuburan cepat setelah

dilepaskan.

5. Metode Ritmik

Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari

berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel

telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah

dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan

selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa

terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.

Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan

menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita

berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi,

jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma

untuk bertahan di saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang

45

Page 46: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus

menstruasi terpanjang - 11). Contoh: bila siklus terpendek seorang

wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode

suburnya adalah (25 – 18) dan (29 – 11) yang berarti hubunan seksual

tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah

menstruasi.

Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas

lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang

jernih, encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan

seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode

preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa

subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.

Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur.

Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur

sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan menurun sebelum

ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1° Celsius) setelah ovulasi.

Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama

menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun

penggunaan pertama. Keuntungan : tidak ada efek samping gangguan kesehatan,

ekonomis. Kerugian : angka kegagalan tinggi, tidak melindungi dari PMS,

menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur.

46

Page 47: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi

Disebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria

mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi

(pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat

diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan

pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.

7. Metode amenorea menyusui

Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan

perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan

pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang

efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6

jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah

melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan. Keuntungan :

pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan, tidak mengganggu kesehatan,

ekonomis, merangsang seorang wanita untuk menyusui. Kerugian : tidak

sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari PMS.

8. Kontrasepsi darurat ( kontrasepsi darurat hormonal dan kontrasepsi darurat

IUD)

Kontrasepsi darurat hormonal estrogen dosis tinggi atau progestin

diberikan dalam waktu 72 jam setelah senggama tidak terproteksi, dengan cara

kerja mencegah ovulasi dan menyebabkan perubahan di endometrium. 4 pil

kombinasi yang mengandung 30-35μg ethinyl estradiol, diulangi 12 jam

47

Page 48: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

kemudian. 2 pil kombinasi mengandung 50μg levonorgestrel, diulangi 12 jam

kemudian. Tidak boleh digunakan pada wanita yang alergi kontrasepsi pil

hormonal. Tidak boleh digunakan sebagai kontrasepsi rutin.

Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada bila digunakan

dalam waktu 72 jam. Keuntungan : sangat efektif untuk situasi darurat. Kerugian :

mual hebat dan perdarahan. Kontrasepsi darurat IUD dimasukkan 5 hari setelah

senggama tidak terproteksi untuk mengganggu implantasi, kehamilan terjadi

kurang dari 1 per 100 wanita bila dimasukkan dalam waktu 5 hari.

9. Sterilisasi (Vasektomi dan Ligasi tuba)

Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi permanen dan

hanya dilakukan pada pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan

mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen mencegah

kehamilan. Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat reversibel tergantung

dari panjang saluran tuba, usia wanita, dan jangka waktu antara sterilisasi dan

pengembalian kesuburan.

Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita

dilakukan prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba). Vasektomi sendiri

dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan prosedur

intraabdominal. Konseling sebelum melakukan prosedur ini sangat diperlukan.

Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga

kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti.

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa

sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan

48

Page 49: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera

menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada

sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi.

Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan

tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.

Komplikasi dari vasektomi adalah:

- Perdarahan

- Respon peradangan terhadap sperma yang merembes

- Pembukaan spontan

Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba

falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada

perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah

melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita seringkali

dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga

dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.

Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas.

Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit

terjadi kerusakan jaringan.Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada

wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan

ovarium/indung telur).

49

Page 50: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Penyuluhan KIA

Penyuluhan PI

Penyuluhan KB

Jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.2. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Berdasarkan tinjauan kepustakaan serta maksud dan tujuan penelitian

maka disusunlah variable pola pikir. Adapun beberapa jenis penyuluhan yang

sering dilaksanakan oleh Puskesmas Tamalate Makassar meliputi : penyuluhan

mengenai penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana. Hal

ini disebabkan karena materi penyuluhan ini sangat perlu untuk diketahui agar

dapat diterapkan oleh masyarakat sehingga tercapainya masyarakat dan

lingkungan yang sehat dan sejahtera baik jasmani dan rohani.

1.3. Kerangka Konsep

Keterangan Gambar :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Variabel yang diteliti

50

Page 51: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdiri dari dua variable yaitu:

1. Variable Independen yaitu : penyuluhan mengenai penyakit infeksi,

penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak, serta penyuluhan mengenai

keluarga berencana.

2. Variabel Dependen yaitu : jumlah pengguna sarana kesehatan Puskesmas

Tamalate Kota Makassar Periode Mei – Oktober Tahun 2013.

1.5. Definisi Operasional

1. Penyuluhan oleh petugas kesehatan

Defenisi : penyuluhan yang dilaksanankan oleh petugas kesehatan

yang meliputi dokter, perawat, dan bidan.

2. Sarana kesehatan

Defenisi : sarana yang dapat digunakan oleh masyarakat yang berada

dalam wilayah kerja puskesma Tamalate untuk

meningkatkan derajat kesehatan, meliputi ruangan poli,

ruang KIA, dan ruang KB.

3. Penyuluhan mengenai Penyakit Infeksi

Defenisi : penyuluhan yang menjelaskan mengenai pengertian

penyakit, cara penularan, gejala klinis, cara pencegahan dan

pemberantasannya.

Cara ukur : data sekunder Puskesmas Tamalate Makassar

51

Page 52: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

4. Penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak

Defenisi : penyuluhan yang menjelaskan mengenai pengertian

kesehatan ibu (khususnya ibu hamil dan menyusui) dan

anak, dan objeknya adalah peserta imunisasi.

Cara ukur : data sekunder Puskesmas Tamalate Makassar

5. Penyuluhan mengenai keluarga berencana

Defenisi : penyuluhan yang menjelaskan mengenai pengertian

keluarga berencana dan kemandirian wanita serta

keluarganya dalam mengatur biologik keluarga termasuk

fungsi reproduksinya, serta pelayanan kontrasepsi yang

aman dan efektif.

Cara ukur : data primer Puskesmas Tamalate Makassar

1.6. Hipotesis

1. Jumlah penyuluhan mengenai penyakit infeksi oleh petugas kesehatan

mempengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate

Kota Makassar.

2. Jumlah penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak oleh petugas

kesehatan mempengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas

Tamalate Kota Makassar

3. Jumlah penyuluhan mengenai keluarga berencana oleh petugas kesehatan

mempengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate

Kota Makassar

52

Page 53: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

BAB IV

METODE PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian analitik dengan

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Puskesma Tamalate Makassar.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional, yaitu studi

dimana pengukuran terhadap variabel pengaruh dan terpengaruh dilakukan pada

titik dan waktu yang sama. Penelitian analitik ini bertujuan untuk memperoleh

gambaran secara umum mengenai pengaruh jumlah penyuluhan oleh petugas

kesehatan terhadap jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Tamalate kota

Makassar. Sehingga dengan demikian dapat ditentukan langkah-langkah

perbaikan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

2.2 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Tamalate Makassar.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Desember 2013.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada pada

wilayah kerja Puskesmas Tamalate Makassar.

53

Page 54: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

2.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengunjungi

Puskesmas setelah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan

terkait.

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai

sampel, yakni masyarakat yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas

Tamalate Makassar selama periode Mei-Oktober 2013.

2.4 Jenis Data

1. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tamalate kota Makassar yang ada

di wilayah Kecamatan Tamalate Periode Mei-Oktober 2013.

4.5 Manajemen Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS

versi 19,0 for Windows (SPSS Inc). Tahap-tahap pengelolahan data adalah

sebagai berikut:

a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap.

Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau

ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau

disempurnakan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan

data, memperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang

dikumpulkan.

54

Page 55: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

b. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih

mudah dalam analisa data. Coding dilakukan dengan cara

menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode atau

simbol tertentu.

c. Tabulating

Pada tahapan ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk masing-masing

variabel. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan

pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat

dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d.Transfering

Tranfering data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada master

tabel. Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan

bentuk narasi (uraian)

4.6 Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan karakteristik

responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing-masing variable bebas dengan variabel

55

Page 56: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat

signifikan (nilai p), yaitu:

1. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

56

Page 57: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

BAB V

HASIL PENELITIAN

1.7. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Tamalate merupakan salah satu Puskesmas dalam wilayah kerja

Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas Tamalate Kota Makassar berdiri

sejak tahun 1972 merupakan puskesmas non-perawatan yang berlokasi di

kompleks BTN Tabaria Jalan Daeng Tata I Blok GV No.8 Kelurahan Parang

Tambung.

Wilayah kerja Puskesmas Tamalate terdiri atas 4 (empat) Kelurahan, 43

ORW dan 302 ORT dengan luas wilayah 7,97 Km2, dengan batas wilayah sebagai

berikut :

57

Gambar 5.1 Puskesmas Tamalate

Page 58: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mariso

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Mangasa Kecamatan

Tamalate

d. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

Adapun jumlah penduduk dalam wilayah kerja puskesmas tamalate

pada tahun 2013 adalah 79.904 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak

58.4139 rumah tangga.

1.8. Hasil Analisis Univariat

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan jumlah penyuluhan

oleh petuas kesehatan dan jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas

Tamalate Makassar. Data diambil dengan melakukan pengambilan data dari

Pukesmas Tamalate Makassar.

Tabel 5.1 Jumlah Penyuluhan dan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan Infeksi

Waktu Kunjungan

Penyuluhan Kesehatan

Pengguna Sarana KesehatanISPA Dermatitis Gastritis

Mei 5 723 288 239Juni 7 778 272 200Juli 8 807 191 196

Agustus 4 593 182 154September 4 607 135 141Oktober 9 897 128 109

Total 37 4405 1196 1039Sumber: data sekunder, 2013

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada bulan Mei dengan jumlah

penyuluhan sebanyak 5 kali, jumlah pengguna sarana kesehatan dalam hal ini

penderita ISPA sebanyak 723 orang, dermatitis 288 orang, dan gastritis 239 orang.

58

Page 59: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Pada bulan Juni dengan jumlah penyuluhan sebanyak 7 kali, jumlah penderita

ISPA sebanyak 778 orang, dermatitis 272 orang, dan gastritis 200 orang. Pada

bulan Juli dengan jumlah penyuluhan sebanyak 8 kali, jumlah penderita ISPA

sebanyak 807 orang, dermatitis 191 orang, dan gastritis 196 orang. Pada bulan

Agustus dengan jumlah penyuluhan sebanyak 4 kali, jumlah penderita ISPA

sebanyak 593 orang, dermatitis 182 orang, dan gastritis 154 orang. Pada bulan

September dengan jumlah penyuluhan sebanyak 4 kali, jumlah penderita ISPA

sebanyak 607 orang, dermatitis 135 orang, dan gastritis 141 orang. Pada oktober

dengan jumlah penyuluhan sebanyak 9 kali, jumlah penderita ISPA sebanyak 897

orang, dermatitis 128 orang, dan gastritis 109 orang.

Tabel 5.2 Jumlah Penyuluhan dan Jumlah KB (Kontrasepsi)

Bulan Penyuluhan Kesehatan KB

Mei 8 96Juni 10 129Juli 9 98

Agustus 12 144September 11 132Oktober 10 104

Total 60 703Sumber: data sekunder, 2013

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada bulan Mei dengan jumlah

penyuluhan 8 kali, jumlah peserta KB sebanyak 96 orang, bulan Juni dengan

jumlah penyuluhan 10 kali, jumlah peserta KB sebanyak 129 orang, bulan Juli

dengan jumlah penyuluhan 9 kali, jumlah peserta KB sebanyak 98 orang, bulan

Agustus dengan jumlah penyuluhan 12 kali, jumlah peserta KB sebanyak 144

orang, bulan September dengan jumlah penyuluhan 11 kali, jumlah peserta KB

59

Page 60: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

sebanyak 132 orang, bulan Oktober dengan jumlah penyuluhan 10 kali, jumlah

peserta KB sebanyak 104 orang.

Tabel 5.3 Jumlah Penyuluhan dan Jumlah Imunisasi

Waktu Kunjungan

Jumlah Penyuluhan Kesehatan

Jenis Imunisasi

BCG DPT 1 DPT 2 DPT 3 Campak

Mei 8 289 157 158 147 90Juni 10 271 160 163 171 101Juli 9 288 163 155 149 98

Agustus 12 287 175 177 180 105September 11 319 164 160 163 97Oktober 10 294 155 161 159 103

Sumber: data sekunder, 2013

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa bulan Mei dengan jumlah

penyuluhan 8 kali, jumlah peserta imunisasi sebanyak 841 orang (BCG 289 orang,

DPT 1 157 orang, DPT 2 158 orang, DPT 3 147 orang, Campak 90 orang), bulan

juni dengan jumlah penyuluhan 10 kali, jumlah peserta imunisasi sebanyak 866

orang (BCG 271 orang, DPT 1 160 orang, DPT 2 163 orang, DPT 3 171 orang,

Campak 101 orang), bulan juli dengan jumlah penyuluhan 9 kali, jumlah peserta

imunisasi sebanyak 853 orang (BCG 288 orang, DPT 1 163 orang, DPT 2 155

orang, DPT 3 149 orang, Campak 98 orang), bulan agustus dengan jumlah

penyuluhan 12 kali, jumlah peserta imunisasi sebanyak 924 orang (BCG 287

orang, DPT 1 175 orang, DPT 2 177 orang, DPT 3 180 orang, Campak 105

orang), bulan september dengan jumlah penyuluhan 11 kali, jumlah peserta

imunisasi sebanyak 903 orang (BCG 319 orang, DPT 1 164 orang, DPT 2 160

orang, DPT 3 163 orang, Campak 97 orang), bulan oktober dengan jumlah

penyuluhan 10 kali, jumlah peserta imunisasi sebanyak 872 orang (BCG 294

orang, DPT 1 155 orang, DPT 2 161 orang, DPT 3 159 orang, Campak 103 orang)

60

Page 61: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.9. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable

independen dengan variable dependen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

ada atau tidak hubungan antara jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan dengan

jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas Tamalate Kota Makassar.

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan pengujian data

menggunakan program SPSS 18.0.

Tabel 5.4 Analisis Hubungan Antara Variabel Penyuluhan Mengenai Penyakit Infeksi Dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

BulanPenyuluha

n Kesehatan

Pengguna Sarana KesehatanTotal % p value

ISPA % Dermatitis % Gastritis %

Mei 5 723 16.4 288 24.1 239 23.0 1250 18.8

0.324

Juni 7 778 17.7 272 22.7 200 19.2 1250 18.8Juli 8 807 18.3 191 16.0 196 18.9 1194 18.0

Agustus 4 593 13.5 182 15.2 154 14.8 929 14.0September 4 607 13.8 135 11.3 141 13.6 883 13.3Oktober 9 897 20.4 128 10.7 109 10.5 1134 17.1

Total 37 4405 100 1196 100 1039 100 6640 100Sumber: Data Sekunder, 2013

Dari tabel 5.4 diatas dicari hubungan antara jumlah penyuluhan kesehatan

dengan jumlah pengguna sarana kesehatan khususnya penyakit infeksi dalam hal

ini penderita infeksi saluran pernapasan akut, dermatitis, dan gastritis. Diketahui

bahwa dari uji chi square diperoleh nilai p = 0,324, hal ini berarti hubungan

antara jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai penyakit infeksi

dengan jumlah pengguna sarana kesehatan tidak signifikan.

61

Page 62: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Antara Variabel Penyuluhan Mengenai Kesehatan Ibu dan Anak dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

BulanPenyuluhan Kesehatan

Imunisasi % p value

Mei 8 841 16.0

0.242

Juni 10 866 16.5Juli 9 853 16.2

Agustus 12 924 17.6September 11 903 17.2Oktober 10 872 16.6

Total 60 5259 100 Sumber: Data Sekunder, 2013

Pada penelitian ini juga mencari hubungan jumlah penyuluhan oleh

petugas kesehatan mengenai kesehatan ibu dan anak dengan jumlah pengguna

sarana kesehatan yaitu dengan jumlah peserta imunisasi yang menjadi tolak

ukurnya seperti pada tabel 5.6 di atas. Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p =

0,242, hal ini berarti bahwa hubungan antara jumlah penyuluhan mengenai

kesehatan ibu dan anak oleh petugas kesehatan dengan jumlah pengguna sarana

kesehatan dalam hal ini peserta imunisasi tidak signifikan.

Tabel 5.6 Analisis Hubungan Antara Variabel Penyuluhan Mengenai Keluarga Berencana dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

62

Page 63: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

BulanPenyuluhan Kesehatan

KB % p value

Mei 8 96 13.7

0.242

Juni 10 129 18.3Juli 9 98 13.9

Agustus 12 144 20.5September 11 132 18.8Oktober 10 104 14.8

Total 60 703 100Sumber: Data Sekunder, 2013

Selain itu jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai keluarga

berencana juga dihubungkan dengan jumlah pengguna sarana kesehatan yaitu

peserta keluarga berencana seperti pada tabel 5.5 di atas. Dari hasil uji chi square

diperoleh nilai p = 0,242, hal ini berarti bahwa hubungan antara jumlah

penyuluhan mengenai keluarga berencana oleh petugas kesehatan dengan jumlah

pengguna sarana kesehatan dalam hal ini peserta keluarga berencana tidak

signifikan.

BAB VI

PEMBAHASAN

63

Page 64: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.10. Karakteristik Data

Data dari penelitian ini diambil dari data sekunder Puskesmas Tamalate

Makassar yaitu data jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai

penyakit infeksi, keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak, khususnya

peserta imunisasi tanpa memandang cara atau metode penyuluhan dan tingkat

pengetahuan serta tingkat pendidikan pengguna sarana kesehatan.

1.11. Hubungan Jumlah Penyuluhan oleh Petugas Kesehatan Mengenai Penyakit

Infeksi dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

Didapatkan hubungan antara jumlah penyuluhan kesehatan dengan jumlah

pengguna sarana kesehatan khususnya penyakit infeksi dalam hal ini penderita

infeksi saluran pernapasan akut, dermatitis, dan gastritis tidak signifikan. Hal ini

disimpulkan karena dari uji chi square diperoleh nilai p = 0,324, hal ini berarti

hubungan antara jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai penyakit

infeksi dengan jumlah pengguna sarana kesehatan tidak signifikan.

Jumlah penyuluhan tidak memengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan

khususnya penderita infeksi, hal ini dapat diartikan menjadi dua hal, yang pertama

bahwa masyarakat telah mengetahui bahwa penyakit infeksi merupakan penyakit

yang dapat disembuhkan oleh petugas kesehatan, sehingga bila mereka merasa

sakit atau menderita suatu penyakit mereka akan datang ke puskesmas untuk

memperoleh pengobatan dan yang kedua bahwa karena penyakit infeksi dapat

disebabkan oleh beberapa faktor pencetus, sehingga jumlah penyuluhan tidak

memengaruhi jumlah penderitanya.

64

Page 65: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dalam termasuk dalam penelitian ini adalah infeksi

saluran pernapasan akut, dermatitis, dan gastritis. Penderita dermatitis pada

umumnya adalah penderita dermatitis atopi untuk pasien anak dan dermatitis

kontak alergi untuk pasien dewasa. Sedangkan pada penderita gastritis, kasus

terbanyak adalah gastritis kronik, namun tidak dijumpai komplikasi dari gastritis.

Pada saat pengambilan data juga ditemukan penyakit infeksi lainnya yaitu

diare, namun jumlah penderitanya rendah yang berarti tingkat pengetahuan

masyarakat yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Tamalate mengenai

perilaku hidup bersih yang mencakup sanitasi dan higien sudah cukup tinggi,

sehingga penyakit diare tidak termasuk dalam penyakit infeksi terbesar di

Puskesmas Tamalate.

1.12. Hubungan Jumlah Penyuluhan oleh Petugas Kesehatan Mengenai

Kesehatan Ibu dan Anak dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

Hubungan jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai kesehatan

ibu dan anak dengan jumlah pengguna sarana kesehatan yaitu dengan jumlah

peserta imunisasi yang menjadi tolak ukurnya memperoleh hasil uji chi square

dengan nilai p = 0,242, hal ini berarti bahwa hubungan antara jumlah penyuluhan

mengenai kesehatan ibu dan anak oleh petugas kesehatan dengan jumlah

pengguna sarana kesehatan dalam hal ini peserta imunisasi tidak signifikan.

Imunisasi merupakan suatu kegiatan pencegahan suatu masalah atau

penyakit dengan memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut, hal ini

membutuhkan peran aktif dari masyarakat untuk mau berpartisipasi dan mengikuti

program imunisasi ini. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah peserta

65

Page 66: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

imunisasi tidak dipengaruhi oleh jumlah penyuluhan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan, hal ini berarti tingkat pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi

baik dan telah menyadari pentingnya imunisasi pada anak, sehingga mereka

mengikuti rangkaian imunisasi yang di programkan oleh Puskesmas tanpa harus

disuluh terlebih dahulu.

1.13. Hubungan Jumlah Penyuluhan oleh Petugas Kesehatan Mengenai

Keluarga Berencana dengan Jumlah Pengguna Sarana Kesehatan

Jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai keluarga berencana

yang dihubungkan dengan jumlah pengguna sarana kesehatan yaitu peserta

keluarga berencana seperti memperoleh nilai p = 0,242, hal ini berarti bahwa

hubungan antara jumlah penyuluhan mengenai keluarga berencana oleh petugas

kesehatan dengan jumlah pengguna sarana kesehatan dalam hal ini peserta

keluarga berencana tidak signifikan.

Pengendalian ledakan penduduk dapat dilihat dari tingginya angka

kelahiran, dan untuk mencegah hal tersebut dibentuk program keluarga berencana

untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak agar tidak terjadi ledakan

penduduk. Masyarakat yang memiliki pengertian bahwa jumlah anak dapat

memengaruhi besarnya biaya hidup sehari-hari, biaya pendidikan, dan biaya

kesehatan akan dapat melakukan perencanaan tentang berapa jumlah anak dan

jarak antara anak mereka dan hal ini erat kaitannya dengan penggunaan alat

kontrasepsi yang dapat diperoleh dari puskesmas, oleh sebab itu meskipun tanpa

penyuluhan masyarakat akan tetap menjalankan program keluarga berencana

tersebut, namun tidak semua masyarakat memiliki tingkat pengetahuan yang sama

66

Page 67: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

terhadap program keluarga berencana ini dan menjadi telah menjadi kewajiban

para petuas kesehatan untuk memberikan informasi mengenai hal ini bagi

masyarakat.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

67

Page 68: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1.14. Kesimpulan

1. Jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai penyakit infeksi

tidak memengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan.

2. Jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai penyakit kesehatan

ibu dan anak tidak memengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan.

3. Jumlah penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai keluarga berencana

tidak memengaruhi jumlah pengguna sarana kesehatan.

1.15. Saran

Meskipun hasil penelitian ini tidak ada pengaruh jumlah penyuluhan oleh

petugas kesehatan terhadap jumlah pengguna sarana kesehatan di Puskesmas

Tamalate Makassar, tetap diperlukan tindakan preventif untuk mencegah

terjadinya penyakit infeksi dan meningkatkan peserta imunisasi dan keluarga

berencana. Berdasarkan hasil penelitian, dan data yang di dapatkan, peneliti

menyarankan :

1. Bagi Dinas kesehatan dan Puskesmas Panakukang

Berdasarkan data yang didapatkan tidak tertutup kemungkinan masih ada

masyarakat yang tidak mengerti apa dan bagaimana penyakit infeksi itu

terjadi, masih banyak yang tidak mengetahui atau belum memahami secara

mendalam tentang program imunisasi dan keluarga berencana, sehingga

kegiatan promosi kesehatan seperti penyuluhan kepada masyarakat luas

khususnya pada pelayanan primer seperti puskesmas harus tetap

ditingkatkan tanpa mengabaikan kegiatan preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

68

Page 69: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan untuk menjaga kebersihan lingkungan,

berperilaku hidup sehat, dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan dan

kebersihan diri sendiri dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

69

Page 70: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

1. Simanjuntak ER. Universitas Sumatra Utara. Pendahuluan. Available in :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/4/Chapter

%20II.pdf

2. Effendy M. Penyuluhan Kesehatan terkait Depkes 2002. Available in :

http://muchlisheffendy.wordpress.com/2010/12/14/hello-world/

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

857/Menkes/SKI/IX/2009 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber

Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas. Available in :

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.

%20857%20ttg%20Penilaian%20Kinerja%20SDM%20Kesehatan.pdf

4. Elva M. Universitas Sumatra Utara. Defenisi Puskesmas. Available in :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31773/4/Chapter

%20II.pdf

5. Yulian MP. Puskesmas. Available in :

http://repository.maranatha.edu/3600/3/0010155_Chapter1.pdf

6. Nugroho MK. Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan

Kinerja Perawat Pegawai Daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus.

Available in : http://eprints.undip.ac.id/4403/1/29_m.kris_nugroho.pdf

7. Citerawati YW. Penyuluhan dan Konsultasi. Available in :

http://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/penyuluhan-dan-

konsultasi.pdf

8. Petunjuk Teknik Pengetahuan tentang Penyuluhan. Available in :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-kholilatul-5079-

3-bab2.pdf

9. Bantuan Operasional Kesehatan 2013. Available in :

http://www.depkes.go.id/downloads/JUKNIS-BOK-20131.pdf

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat. Available in :

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.

70

Page 71: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

%20128%20ttg%20Kebijakan%20Dasar%20Pusat%20Kesehatan

%20Masyarakat.pdf

11. MuIi CZ. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25018/4/Chapter

%20II.pdf

12. Sari RE. Kunjungan Pasien Puskesmas. Available in :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22498/4/Chapter

%20II.pdf

13. Riskesdas 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2010.

14. Persada IB. Konsep, Prinsip dan Lingkup Promosi Kesehatan. Available in

: http:// elearning.baktiinangpersada.ac.id/download.php?.pdf

15. Ghazali Lutfi, H.P M.Kes dr.Perilaku dan Promosi Kesehatan. Available

in : http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/perilaku-dan-

promosi-kesehatan-fkuii-lg.pdf

16. Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan

Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-

UNAIR 1980.

17. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-

UNAIR. 1980.

18. Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi. Simposium Gawat Darurat Pada

Anak. Surabaya. 1987.

19. Pedoman Penanggulangan ISPA WHO 2007. Available in :

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007

.6_ind.pdf

20. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

21. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991.

22. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernapasan Akut. 1992.

23. Sularsito AS dan Djuanda S. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi 5. Jakarta 2007. Universitas Indonesia. hal.129-30

71

Page 72: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

24. Indiarti R. Imunisasi. Available in :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-trirahmawa-

5094-3-bab2.pdf

25. Gastriitis. Available in :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-milakusuma-

6598-3-babii.pdf

26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga. Available in :

http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.population09.p

df

27. Artikel Keluarga Berancana. Available in :

http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/keluarga-berencana-kb.pdf

TENTANG PENELITI

72

Page 73: Penyuluhan dan Penyakit Infeksi

Nama : Reski Amaliyah, S.Ked

Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 23 Juni 1989

Alamat : Jl. Tamalate 8 No.50

Nama Orang Tua : H. Abd. Mahful

Hj. Faisyah Wahab, S.Pd

Nama Adik : Muhammad Syaifuddin

Riwayat Hidup :

1. TK Dharma Wanita Bone-Bone, Luwu Utara ( 1993 – 1995)

2. SDN 178 Bone-Bone, Luwu Utara (1995 – 2001)

3. SMPN 1 Bone-Bone, Luwu utara (2001 – 2004)

4. SMAN 5 Makassar (2004 – 2007)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (2007 – Sekarang)

73