penyakit akibat infeksi jamur

41
I. DERMATOFITOSIS A. Definisi Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. B. Etiologi Berdasarkan sifat morfologi makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Yang terbanyak ditemukan di Indonesia adalah T. Rubrum. Dermatofita yang lain adalah E. Floccosum, T. Mentagrophy, M. Canis, M. Gypseum, T. Cocentricum, T. Schoenleini, dan T. Tonsurans. C. Gambaran klinik Golongan jamur dermatifia dapat menyebabkan beberapa bentuk klinis yang khas. Satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada lokalisasi anatominya. Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus et pedis, tinea unguium, tinea imbrikata, dan tinea barbae 1. Tinea Kapitis a. Definisi Adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofia. b. Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofia dari genera Trichophyton dan Microsporum, misalnya T. Violaceum, T. Gourvulii, T. Mentagrophytes, T. Tonsurans, M. Audonii, M. Canis, M. Ferrugineum c. Gambaran Klinik Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari binatang peliharaannnya misalnya kucing 1

Upload: nita-prawitasari

Post on 28-Dec-2015

164 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

bbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

I. DERMATOFITOSIS

A. Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti

kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan

jamur dermatofita.

B. Etiologi

Berdasarkan sifat morfologi makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi genera

Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Yang terbanyak ditemukan di

Indonesia adalah T. Rubrum. Dermatofita yang lain adalah E. Floccosum, T.

Mentagrophy, M. Canis, M. Gypseum, T. Cocentricum, T. Schoenleini, dan T.

Tonsurans.

C. Gambaran klinik

Golongan jamur dermatifia dapat menyebabkan beberapa bentuk klinis yang khas. Satu

jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada

lokalisasi anatominya. Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea korporis,

tinea kruris, tinea manus et pedis, tinea unguium, tinea imbrikata, dan tinea barbae

1. Tinea Kapitis

a. Definisi

Adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut

yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofia.

b. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofia dari

genera Trichophyton dan Microsporum, misalnya T.

Violaceum, T. Gourvulii, T. Mentagrophytes, T.

Tonsurans, M. Audonii, M. Canis, M. Ferrugineum

c. Gambaran Klinik

Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari binatang

peliharaannnya misalnya kucing dan anjing. Keluhan penderita berupa bercak

pada kepala, gatal, dan sering disertai rontoknya rambut ditempat lesi tersebut.

Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis.

1. "Grey patch ringworm" merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan

oleh genus Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini

biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah kecil disekitar folikel

rambut. Papula ini kemudian melebar dan memebentuk bercak pucat karena

adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak

berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari

akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat

dan terlihat sebagai "grey patch". Bercak abu-abu ini sulit terlihat batas-

batasnya dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood yang

memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas-batas yang sakit dapat

terlihat jelas.

1

Page 2: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

2. Kerion merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang

hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan

sel radang disekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang

menetap. Biasanya disebabkan jamur zoolifik dan geofilik.

3. Black dot ringdown adalah tinea kapitis dengan gambaran berupa titik-titik

hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara

folikel. Ujung rambut yang patah penuh dengan spora terlihat sebagai titik

hitam. Biasanya disebabkan oleh genus Trichophyton.

d. Pengobatan

Pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25 mg/kg berat

badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500 mg per hari

selama 6 minggu. Griseofulbin 'fine particle' diminum bersama minuman yang

mengandung lemak, misalnya denga susu. Penggunaan antijamur topikal dapat

mengurangi penularan pada orang yang ada disekitarnya. Selain antijamur, pada

bentuk kerion, kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek. Misalnya

prednison 20 mg sehari selama 5 hari dengan pertimbangan bahwa obat tersebut

dapat mempercepat resolusi dan menghindarkan terjadinya reaksi Id.

e. Pencegahan

Waspadalah terhadap risiko kurap dari orang atau hewan yang

terinfeksi.Ajarkan anak anda mengenai kurap dan bagaimana menghindari

infeksinya.

Cuci rambut anda secara teratur, khusus setelah mencukur rambut.

Jagalah kebersihan.Salah satunya dengan mencuci tangan secara teratur.

Jika anda melihat hewan yang memiliki kebotakan pada bagian tubuhnya,

hindarilah hewan tersebut.

Jangan pinjam meminjam perlengkapan pribadi.

2. Tinea Favosa

a. Definisi

Adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T. Schoenleini, Tm violaceum, dan

M. Gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang ditandai oleh

skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit kepala. Biasanya,

lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang, kulit halus dan kuku dapat

terkena

b. Gambaran Klinik

Mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit kepala dan

terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan kerontokan

rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu terjadi

kerontokan rambut, kulit mengalami atrofi, dan sembuh dengan jaringan parut

permanen. Terdiagnosis dengan menemukan miselium 'air bubles yang bentuknya

2

Page 3: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

tidak teratur. Pemeriksaan lampu wood tampak fluoresensi hijau pudar 'dull

green’.

c. Terapi

Prinsip pengobatan sama dengan pengobatan tinea kapitis. Untuk

menghilangkan skutula dan debris gygine harus dijaga dengan baik.

3. Tinea Korporis

a. Definisi

Adalah infeksi jamur dermatofia pada kulit halus

(glaborous skin) didaerah muka, badan, lengan, dan

glutea.

b. Etiologi

Penyebabnya adalah T.rubrum dan T.

Mentagrophytebs

c. Gambaran Klinik

Bentuk klinik biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam

efloresensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar, atau polisiklik.

Bagian tepi lebih aktif dengan tanda peradangan yang lebih jelas. Daerah sentral

biasanya menipis dan terjadi penyembuhan sementara di tepi lesi makin meluas

ke perifer. Kadang-kadang bagian tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga

menjadi bercak yang besar.

Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak

menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada

bagian tubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tunea kruris. Bentuk kronik

yang disebabkan oleh T. Rubrum kadang terlihat bersama dengan tinea unguium

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokasinya, serta

pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-

20% untuk melihat hifa atau spora jamur.

d. Pengobatan

Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg sehari selama 3-4 minggu

dapat juga ketokonazol 200 sehari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100 mg sehari

selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg sehari selama 2 minggu. Pengobatan

topikal dengan salep Whitfield masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan

tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.

4. Tinea Imbrikata

a. Definisi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang

memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-

lingkar dan terasa gatal.

b. Etiologi

3

Page 4: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Penyebabnya jamur dermatofita T. Concentricum

c. Gambaran Klinik

Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering

digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang

gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan terletak konsentris dengan

susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa meninggalkan

penyembuhan dibagian tengah.

d. Pengobatan

Pengobatan sistemik : griseofulvin dengan dosis 500 mg sehari selama 4

minggu. Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan

pengobatan ulang yang lebih lama. Obat sistemik yang lain adalah

ketokonazol 200 mg sehari, itrakonazol 100 mg sehari, dan terbinafin 250

mg sehari selama 4 minggu.

Pengobatan topikal tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.

Dapat diberikan preparat yang menganduk keratolitik kuat dan

antimikotok, misalnya salep Whitfield, Castellani paint, atau campuran

salisilat 5% dan sulfur presipitatum 5%, serta obat-obatan antimikotik

berspektrum luas.

5. Tinea Krusis

a. Definisi

Adalah penyakit terinfeksi jamur dermatofita didaerah lipat

paha, genitalia, dan sekitar anus , yang dapat meluas ke

bokong dan perut bagian bawah.

b. Etiologi

Penyebabnya biasanya adalah E. Floccosum, kadang-

kadang dapat juga disebabkan oleh T. Rubrum. Keluhan

penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar

anogenital.

c. Gambaran Klinik

Adalah lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri. Mulanya lesi ini berupa bercak

eritematosa dan gatal, yang lama kelamaan meluas sehingga dapat meliputi

skrotum, pubis, glutea bahkan sampai paha. Tepi lesi aktif, polisiklis, ditutupi

skuama dan kadang disertai vesikel-vesikel kecil.

d. Pengobatan

Secara sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg sehari selama 3-4 minggu.

Obat yang lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep

Whutfueld, tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan

naftifin HCl.

4

Page 5: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

6. Tinea Manus et Pedis

a. Definisi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit

telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari tangan dan kaki serta

daerah interdigital.

b. Etiologi

Penyebab yang sering adalah T. Rubrum, T. Mentagrophytes, E. Floccosum

c. Gambaran Klinik

Terjadi pada orang dewasa yang setiap hari memakai sepatu tertutup atau yang

bekerja ditempat yang

basah, mencuci,

disawah, dan

sebagainya. Keluhan

bervariasa dari mulai

tanpa keluhan hingga

mengeluh sangat gatal

dan nyeri karena infeksi sekunder. Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai:

1. Bentuk intertriginosa

Manifestasinya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak

warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila

tersentuh. Bentuk klinik dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa keluhan

sama sekali.

2. Bentuk vesikular akut

Ditandai dengan vesikula dan bula yang terletak agak dalam dibawah kulit

dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan

kemudian melebar serta vesikulanya memecah.

3. Bentuk moccasin foot.

Seluruh kaki dari telapak tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal

dan berskuama. Eritem biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

d. Patofisiologi

Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi

jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu

dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik, dan

sphingosinesis yang diproduksi oleh keratinosit.

Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum

korneumdengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi

inidilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga

memberikannutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi.

Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih

dalam telah dicapai, termasuk kompetisidengan zat besi oleh transferin tidak

tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di

5

Page 6: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan

tubuh.

Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam

pertumbuhan  jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari

merupakan factor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-80%

dari seluruh penderita dengangangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat

onikomikosis dan/atau tinea pedis.

e. Pengobatan

Cukup topikal saja dengan obat antijamur untuk bentuk interdigital dan

vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot yang kronik

memerlukan pengobatan yang lebih lama, apalagi bila disertai dengan tinea unguium,

pengobatan diberikan paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan

antijamur peroral, misalnya griseofulvin, intrakonazol, atau terbenafin. Bentuk klinik

akut yang disertai selulitis memerlukan pengobatan antibiotik, misalnya penisilin

prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang

adekuat. Pengobatan tradisional yang bisa dilakukan di rumah yakni dengan:

1. Tea tree oil mempunyai kandungan antifungal. Tea tree oil dapat digunakan

secara langsung pada kulit tiga kali sehari, pada bagian yang terinfeksi.

2. Ekstrak biji grapefruit dilaporkan mempunyai kandungan antifungal. Gunakan

pada kaki dua sampai tiga kali perhari.

3. Gunakan bawang putih yang sudah ditumbuk pada area yang terinfeksi.

4. Merendam kaki pada campuran 2 sendok teh garam per liter dari air hangat.

Lakukan selama 5-10 menit setiap kali dan ulangi sampai dengan infeksinya

membaik.

5. Ambil 1 sendok makan baking soda dan tambahkan sedikit air hangat-hangat

kuku, kemudian gosokkan pada bagian yang terinfeksi, kemudian cuci dan

keringkan. Sesudah itu taburi dengan tepung jagung atau bedak

7. Tinea Unguium

a. Definisi

Adalah kelainan kuku yang disebabkan

oleh infeksi jamur dermatofita.

b. Etiologi

Penyebabnya adalah t. Mentagrophytes, T.

Rubrum

c. Gambaran Klinik

Penyakit ini biasanya menyertai tinea

perdis atau tinea manus. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan

warnanya menjadi suram. Bergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat mulai

dari distal, lateral, ataupun keseluruhan. Bila disertai paronikia, sekitar kuku akan

6

Page 7: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

terasa nyeri dan gatal. Pada umumnya tinea unguiun berlangsung kronik dan

sukar penyembuhannya. Dikenal tiga bentuk gejala klinis, yaitu:

1. Bentuk subungual distalis. Dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku.

Penyakit akan menjalar ke proksimal dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku

yang rapuh.

2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita. Bercak keputihan dipermukaan

kuku dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen jamur.

3. Bentuk subungual proksimal. Kuku bagian distal masih utuh namun bagian

proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan

d. Pengobatan

Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian, kerjasama, dan

kepercayaan antara penderita dan petugas kesehatan. Kelainan kuku merupakan

kelainan yang banyak penyebabnya. Diagnosis harus ditegakkan dengan

pemeriksaan mikroskopik sebelum pengobatan spesifik diberikan. Pengobatannya

sendiri sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-6 bulan

untuk kuku jari tangan dan selama 9-12 bulan untuk kuku jari kaki merupakan

pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oral selama 3-6

bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skapel tidak dianjurkan terutama

untuk kuku jari kaki, karena kalau residif akan mengganggu pengobatan

berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krim

bifonazol dengan urea 40% dengan bebat.

8. Tinea Barbae

a. Etiologi

Penyebab utama penyakit ini adalah Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes,

dan T. Violaceum.

b. Manifestasi Klinis

Penderita tinea barbae mengeluh gatal didaerah jenggot, jambang, dan kumis,

yang disertai putusnya rambut didaerah itu. Bentuk tinea barbae ada 2 macam,

yaitu: superfisialis dan kerion.

Superfisialis

Gejala-gejala eritem, papul, dan skuama, yang mula-mula kecil

selanjutnya ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian

tepi yang agak aktif. Gambaran tersebut menyerupai tinea korporis.

Kerion

Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematosa dengan ditutupi krusta

atau abses kecil dengan permukaan yang basah karena erosi.

7

Page 8: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

II. KANDIDIASIS

A. Definisi

Kandidiasis adalah penyakit jamur teratas diantara jamur lainnya yang bersifat

akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans.

Jamur ini dikenal sebagai organism komensal disaluran pencernaan dan mukotan dan

sering dikenal sebagai jamur oportunistik yang dapat mengenai mulut, vagina, kulit,

kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis,

atau meningitis.(Mansjoer,2000) Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga

disebut sebagai: Dermatocandidiasis, Bronchomiosis, Mioticvulvoginitis Mugeuet,

Candidosis, Moniliasis Oidiomycosis ,Trush.

B. Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-

laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit.

Gejalanya bermacam-macam sehingga tidak dapat diketahui data-data penyebarannya

dengan tepat. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden diduga lebih

tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan

kelembaban udara yang tinggi dan pada musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah

yang tergenang air.

C. Etiologi

Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang

lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.

pseudotropicalis, C. lusitaneae.

Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen,

antara lain :

1. Faktor Endogen :

a. Perubahan fisiologik

Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina

Kegemukan, karena banyak keringat

Debilitas

Iatrogenik

Endokrinopati, gangguan gula darah kulit

Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum

yang buruk.

b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status

imunologiknya tidak sempurna.

c. Imunologik : penyakit genetik.

2. Faktor Eksogen :

a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat

b. Kebersihan kulit

c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi

dan memudahkan masuknya jamur.

8

Page 9: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

D. Patofisiologi

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans

serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya

perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu

dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan

dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan

serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi

adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.

Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan

di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik

dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat

dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau

sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih

lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya

Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua

bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu

percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan

bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa. Rippon

(1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi

pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses

tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat

blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan

alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium

lanjut tampak hifa.

Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik,

misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang

disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma.

Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat

hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil

berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru,

limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung

berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah

koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang

kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi

klinik infeksi Candida albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya.

Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek

antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.11,12 Faktor penentu patogenitas

kandida adalah :

9

Page 10: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat

menyebabkan proses pathogen pada manusia. C. albicans adalah kandida yang paling

tinggi patogenitasnya.

2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang germtube

melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu

glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu

lingkungan.

3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur

sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas

kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan

mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk

hifa yang melakukan invasi.

4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.

Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur.

Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara

mekanik.

5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.

albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan pejamu :

1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan

mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.

2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam

mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau

membunuh mikroba.

3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk

memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting

untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida

yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah

difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan

dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase

(MPO).

4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan

infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada

penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan

infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang

memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat fagositosis.

b. Mekanisme imun seluler dan humoral : tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit

adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara

glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan

zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel.

10

Page 11: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam

jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan

reaksi radang akut. Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat

antigenik sehingga akan mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya

imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibobi di

permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan

rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan

fagosit lain.

c.Mekanisme non imun : interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan

mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.

d. Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk

berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara

mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel

mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-

molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil

yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.

Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan

infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

E. Klasifikasi

Berdasarkan tempat yang terkena, kandidiasis dibagi sebagai berikut:

1. Kandidosis selaput lendir : Kandidosis oral (thrush)ZXD, Perleche, Vulvovaginitis,

Balanitis atau balanopostitis, Kandidosis mukokutan kronik, dan Kandidosis

bronkopulmonar dan paru.

2. Kandidosis kutis : Daerah Intertriginos, Daerah Perianal, Generalisata, Paronikia dan

onikomikosis, dan Kandidiasis kutis granulomatosa.

3. Kandidosis sistemik : Endokarditis, Meningitis, Pielonefritis, dan Septikemia

4. Reaksi id = reaksi alergi.

F. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis yang terlihat bervariasi tergantung dari bagian tubuh mana yang terkena,

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Kandidiasis intertriginosa : Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk,

menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,

intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis dan umbilikalis, berupa

bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh

satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah

meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi

primer.

2. Kandidiasis perianal : Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit

ini menimbulkan pruritus ani.

3. Kandidiasis kutis generalisata : Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga pada lipat

payudara, intergluteal dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis dan paronikia. Lesi

11

Page 12: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat

pada bayi, mungkin karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena

gangguan imunologik.

4. Paronikia dan onikomikosis : infeksi jamur pada kuku dan jaringan sekitarnya ini

menyebabkan rasa nyeri dan peradangan sekitar kuku. Kadang-kadang kuku rusak dan

menebal. Hal ini sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan

air.

5. Diaper rush : sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti

yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa

dermatitis oral dan perianal.

6. Kandidisiasis kutis granulomatosa : Kelainan ini merupakan bentuk yang jarang dijumpai.

Manifestasi kulit berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat penumpukan krusta

serta hipertrofi setempat. Kelainan ini banyak menyerang anak-anak, lesi berupa papul

kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada

dasarnya. Krusta ini dapat menimbulkan tanduk sepanjang 2 cm, lokasinya sering terdapat

di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.

7. Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel pada

lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas dengan

mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya

gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik yang

membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya thrush.

Gambar 1. Kandidiasis. Plak putih yang terdapat

pada mukosa bukal dan dibawah permukaan lidah

yang menggambarkan thrust. Ketika terhapus maka

plak akan meninggalkan area erosi kemerahan

8. Perléche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan

sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan

kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.

Gambar 2. Kandidiasis intertriginosa.

Gambar 2. Kandidiasis. Eritem, maserasi dan pustule satelit disertai gatal. Hal tersebut

merupakan bentuk kandidiasis intertrigo.

12

Page 13: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

G. Pemeriksaan Penunjang

Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan

penunjang, antara lain :

1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau

dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat

pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan

bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 0C, koloni

tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans

dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

Gambar 3.

keterangan :

Pemeriksaan

mikroskopis

dengan KOH.

Dikutip dari

kepustakaan nomer 6.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :

1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.

2. Topikal

Obat topical untuk kandidiasis meliputi:

a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2

kali selama 3 hari,

b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,

c. Amfoterisin B,

d. Grup azol antara lain:

1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak

2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim

3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol

4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim

5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.

3. Sistemik

a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak

diserap oleh usus.

13

Page 14: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik

c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis

tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan

itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.

d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x

100 mg sehari selama 3 hari.

4. Khusus

a. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering

dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari.

Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-

2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.

b. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab.

Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak bayi atau

pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang

efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.

c. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba

untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat

digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai persepsi klien

terhadap penyakitnya, bagaimana kelainan kulit dimulai?, apa pemicu?, apa yang meredakan

atau mengurangi gejala?, termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?. Pengkajian

fisik harus dilakukan secara lengkap.

Dari pengkajian didapat data-data sebagai berikut:

Data objektif:

Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari

tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas,

bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-

vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang

erosive, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.

Hasil pemeriksaan kerokan kulit didapat candida

Data subjektif:

-Riwayat memakai popok /diaper

-Mengeluh gatal-gatal

-Orang tua mengeluh anaknya rewel.

b. Analisa Data

N

NODATA

KEMUNGKINAN

PENYEBABMASALAH

11

1

DS: Anak mengatakan Gatal-gatal pada Kelembaban kulit yang

berlebihan

Kerusakan

Integritas

14

Page 15: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

1

lipatan paha

Ibu mengatatakan anaknya mengalami

gatal-gatal sejak 2 hari lalu

DO: Lipatan paha klien tampak kemerahan,

Tampak lesi pada daerah lipatan paha

Kulit

2 DS: Anak mengatakan nyeri pada sudut

bibirnya Ibu mengatakan anaknya sulit

makan karena adanya lesi pada

mulutnya

DO: tampak ada plak berwarna putih di

sudut bibirnya,mulut tampak kering,

Lesi didaerah sudut bibir

Immunosupresi Kerusakan

membrane

mukosa oral

3

3

DS: Anak mengatakan nyeri didaerah

mulut

DO:Anak tampak rewel,Skala nyeri 3

Agen Injuri Biologis Nyeri Akut

4

4

DS: Anak mengatakan nyeri disudut

bibirnya,Ibu mengatakan anaknya sulit

makan

DO: Tampak lesi pada sudut bibirnya,

makan habis 1/3 porsi

Ketidakmampuan

dalam memasukan

makanan oleh karena

adanya trust

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

5

5

DS: Anak mengatakan nyeri pada sudut

bibirnya

DO: Tampak lesi pada sudut bibirnya

Pertahanan primer

tidak adekuat

Risiko

infeksi

6

6

DS: Ibu mengatakan tidak tau penyebab

gatal-gatal dan luka pada sudut

bibiranaknya

DO: Ibu klien tampak cemas

Tidak mengenal

sumber informasi

Kurang

pengetahuan

c. Diagnosa Keperawatan yang Muncul Pada Askep Kandidiasis

1. Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan Immunosupresi.

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust

4. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit

5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

6. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan Tidak mengenal sumber

informasi

d. Perencanaan

1) Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan Infeksi/Immunosupresi/

imunokompromise

15

Page 16: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan

membrane mukosa dapat berkurang s/d hilang

Kriteria Hasil :

Menunjukan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, bebasdari ulserasi dan

inflamasi.

Menunjukan teknik memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral.

Intervensi :

a. Kaji membran mukosa oral/lesi oral perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit

mengunyah/menelan

b. Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan

c. Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan dan

makanan/minuman asam

d. Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti jamur

f. Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan specimen cultur lesi

2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis

Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Nyeri

dapat berkurang s/d hilang/ terkontrol

Kriteria Hasil :

Mengatakan tidak nyeri lagi

Ekspresi wajah tampak relax

Skala nyeri 0-1

Intervensi :

1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas(Skala 1-10), frekwensi dan waktu

2) Berikan perawatan oral setiap hari

3) Berikan aktifitas hiburan misalnya: menonton TV, Menggambar/mewarnai

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust

Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan

nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat

Kriteria Hasil :

Menunjukan pemasukan nutrisi secara adekuat

Mempertahan berat badan

Intervensi :

g. Kaji kemampuan untuk mengunyah,menelan

h. Timbang BB sesuai kebutuhan

i. Berikan perawatan mulut setiap hari, hindari obat kumur yang mengandung

alcohol

16

Page 17: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

j. Rencanakan diet dengan klien atau orang terdekat, sediakan makanan yang sedikit

tapi sering berupa makanan padat nutrisi yang tidak bersifat asam dan juga

minuman yang disukai pasien.

k. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien

4) Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit.

Tujuan : setelah dilakukan Asuhankeperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas

kulit kembali normal.

Kriteria Hasil :

Menunjukan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Menunjukan kemajuan pada luka/ penyembuhan lesi

Intervensi :

1) Kaji kulit setiap hari,catat warna, turgor, sirkulasi, sensasi, gambaran lesi dan

amati perubahan

2) Bantu atau instruksikan dalam kebersihan kulit misalnya membasuh dan

mengeringkan dengan hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan

lotion atau krim

3) Bersihkan area perianal dengan membersihkan menggunakan air dan air mineral,

hindari penggunaan kertas toilet jika timbul vesikel

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan topical / sistemik sesuai

indikasi

5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur dari lesi kulit terbuka

5) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi

tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Mencapai masa penyembuhan luka atau lesi

Mengidentifikasi/ikut serta dalam prilaku yang mengurangi resio infeksi

Intervensi :

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan dan instruksikan

pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi

2) Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik

3) Pantau tanda-tanda vital

4) Periksa kulit dan membrane mukosa oral terhadap bercak putih atau lesi

5) Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur/ sensitivitas lesi

6) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti jamur

6) Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan Tidak mengenal sumber informasi

Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan

kurangnya pengetahuan klien/orang tua dapat teratasi

17

Page 18: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Kriteria Hasil :

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

Memulai perubahan gaya hidup yang perlu dan ikut serta dalam aturan perawatan

Melakukan prosedur yang perlu dengan benar menjelaskan alasan tindakan

Intervensi :

1) Kaji ulang proses penyakit apa yang menjadiharapandimasa depan

2) Tentukan tingkat ketergantungan dan kondisi fisik,catat tingkatperawatan dan

dukungan yang tersedia dari keluarga/orang terdekat dan kebutuhan akan pemberi

perawatan lainnya

3) Tekankan perlunya kebutuhan perawatan kulit harian, termasuk memeriksa

lipatan kulit dan menyediakan pembersih serta tindakanperlindungan adekuat

misalnya salep

4) Tinjau ulang kebutuhan akan diet (protein dan kalori tinggi)

5) Diskusikan aturan obat-obatan, interaksidan efek samping

6) Tekankan perlunya melanjutkan perawatan kesehatan dan evaluasi

7) Identifikasi sanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis misalnya lesi

pada kulit

8) Identifikasi sumber-sumber komunitas misalnya rumah sakit/pusat perawatan

H. Pendidikan Kesehatan yang Perlu Diberikan Pada Pasien dan Keluarga

1. Memberikan penjelasan tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya

2. Penkes pada ibu hamil untuk pengobatan infeksi pada vagina(Kandidiasis)untuk

mencegah bayi lahir dengan trush (lidah,palatum mole,pipi bagian dalam dan

permukaan rongga mulut lainnya)

3. Penkes pada orang tua yang menggunakan pempers pada anaknya untuk

menggantikan pempers bila basah(tidak berlama-lama)

4. Penkes pada orang tua dan anak usia sekolah untuk menjaga kebersihan anak (mandi

dengan air bersih2x sehari, sikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur, menjaga

kebersihan tangan,kaki, kuku setelah bermain dan hindari mengisap jempol

5. Penkes pada orang tua tentang pengobatan yang tepat : tidak menunda pengobatan

untuk mencegah infeksi sistemik, kasiat dan penggunaan obat anti jamur yang

diberikan dan efek samping obat.

6. Menganjurkan intake nutrisi yang adekuat

18

Page 19: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

III. PITIRIASIS VERSIKOLOR

A. Definisi

Pitiriasis versikolor adalah suatu

penyakit jamur kulit yang kronik

dan asimtomatik serta ditandai

dengan bercak putih sampai coklat

yang bersisik.Kelainan ini

umumnya menyerang badan dan

kadang-kadang terlihat di ketiak,

sela paha, tungkai atas, leher, muka

dan kulit kepala.

B. Epidemiologi

Pitiriasis versikolor distibusi seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis dan daerah

subtropis.Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan pada daerah yang

lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien mengunjungi dermatologis. Di

Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1% diantara penyakit kulit. Pitiriasis

versikolor kebanyakan menyerang orang muda.Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada

pria dan 20-25 pada wanita.

C. Patofisiologi

Pitiriasis Versikolor disebabkan oleh organisme dimorfik, lipofilik yaitu Malassezia

furfur, yang dibiakkan hanya pada media kaya asam lemak rantai C12-C14.Pityrosporon

orbiculare, pityrosporon ovale, dan Malassezia furfur merupakan sinonim dari M. Furfur. M.

Furfur merupakan flora normal kutaneus manusia., dan ditemukan pada 18% bayi dan 90-

100% dewasa.

Pada pasien dengan stadium klinis jamur tersebut dapat ditemukan dalam bentuk spora dan

dalam bentuk filamen (hifa). Faktor-faktor yang menyebabkan berkembang menjadi parasit

sebagai berikut:

1. Endogen: kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi, sindrom Cushing,

malnutrisi

2. Eksogen: kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang

berminyak

Beberapa faktor menyumbang peranan penting dalam perkembangan dan manifestasi

klinik dari Pitiriasis versikolor. Lemak kulit memiliki pengaruh, pityrosporum merupakan

jamur yang lipofilik dan bergantung kepada lemak sehingga memiliki kaitan erat dengan

dengan trigliserida dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea. Ketergantungan

terhadap lemak menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor memiliki predileksi pada kulit secara

fisiologik kaya akan kelenjar sebasea, dan tidak muncul pada tangan dan tapak kaki. Pitiriasis

versikolor jarang pada anak-anak dan orang tua karena kulit mereka rendah akan konsentrasi

19

Page 20: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

lemak, berbeda dengan orang muda. Sekresi keringat, pada daerah tropikal endemik pitiriasis

versikolor, suhu akan mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang mempengaruhi

komposis lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasi pitiriasis versikolor. Faktor

hormonal, dilaporkan bahwa kasus pitiriasis versikolor meningkat pada iatrogenik Cushing’s

syndrome yang diakibatkan perubahan-perubahan stratum kulit, juga pada kehamilan dan

akne vulgaris.

Proses depigmentasi kulit pada pitiriasis versikolor bersifat subyektif yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, ras, paparan matahari, inflamasi kulit dan efek langsung

Pityrosporum pada melanocytes. Studi histologi, menunjukkan kehadiran sejumlah

melanocytes pada daerah noda lesi degeneratif dari pitiriasis versikolor.Hal ini memberikan

petunjuk terjadinya penurunan produksi melanin, penghambatan transfer melanin pada

keratinocytes, kedua hal tersebut menimbulkan kekurangan melanin pada kulit. Pendapat lain

bahwa lesi hipopigmentasi terjadi karena mekanisme penyaringan sinar matahari oleh jamur,

sehingga lesi kulit menjadi lebih terang dibanding dengan kulit sekitar lesi yang lebih gelap.

Namun pendapat ini kurang tepat untuk menjelaskan hipopigmentasi pada pitiriasis

versikolor karena beberapa kasus hipopigmentasi pada pitiriasis versikolor tanpa terpapar

oleh sinar matahari.

D. Manifestasi Klinis

Kelainan kulit Pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di

badan.Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur

sampai teratur, batas jelas sampai difus.Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat

dengan lampu Wood.Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan

biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit

tersebut .

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan

berobat.Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh

tokis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita.Penyakit ini sering

dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari

infeksi.Menurut BURKE (1961) ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu

faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan

nutrisi.

Pitiriasis versikolor muncul dengan 3 bentuk:

1. Papulosquamous

Paling sering bermanifestasi dalam gambaran bersisik, batas jelas, banyak,

makulabulat sampai oval yang tersebar pada batang tubuh, dada, leher, ekstrimitas

dan kadang pada bagian bawah perut.

Makula cenderung untuk menyatu, membentuk area pigmentasi irreguler. Area yang

terinfeksi dapat menjadi gelap atau menjadi lebih terang dari kulit sekitar

Kondisi ini akan lebih terlihat pada musim panas dimana perbedaan warna akan lebih

menonjol

2. Inverse Pityriasis versicolor

20

Page 21: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Bentuk kebalikan dari Pitiriasis versikolor pada keadaan distribusi yang berbeda,

kelainan pada regio flexural, wajah atau area tertentu pada ekstrimitas. Bentuk ini

lebih sering terlihat pada pasien yang mengalami gangguan imunodefisiensi.

Bentuk ini dapat dibingungkan dengan kandidiasis, dermatitis seborrhoik, psoriasis,

erythrasma dan infeksi dermatophyte.

3. Folliculitis

Bentuk ketiga dari infeksi M. furfur pada kulit melibatkan folikel rambut. Kondisi ini

biasanya terjadi pada area punggung, dada dan ekstrimitas

Bentuk ini secara klinik sulit dibedakan dengan folikulitis bakterial. Infeksi akibat

Pityrosporum folliculitis berupa papula kemerahan atau pustula.

Faktor predisposis diantaranya diabetes, kelembapan tinggi, terapi steroid atau

antibiotika dan terapi immunosupresan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa M.

furfur memiliki peran dalam dermatitis seborrhoik.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit

Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan cellotape

yang ditempel pada lesi. Setelah diambil, bahan diletakkan di atas gelas obyek lalu

diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta

parker blueback superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi

tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur.

Hasil positif:

Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora budding

yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.

Hasil negatif:

Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor walaupun ada spora.

2. Lampu Wood

Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi dapat

dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh tubuh penderita

dalam kamar gelap. Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi berwarna kuning emas

pada lesi tersebut.

F. Penatalaksanaan

1. Pengobatan topikal

Selenium sulfide (2,5%) losion atau shampo; digunakan pada daerah selama 10

sampai 15 menit, diikuti dengan mandi, dipakai selama 1 minggu.

Propylene glycol 50% solution; dua kali sehari selama 2 minggu.

Shampo ketokonazole dikombinasikan dengan shampo selenium sulfide

Krim azole (ketokonazole, econazole, miconazole, clotrimazole); dipakai 4 kali

atau 2 kali sehari selama 2 minggu.

2. Terapi Sistemik

Ketoconazole: 200 mg perhari selama 7 sampai 14 hari

21

Page 22: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Ketoconazole (400 mg) atau fluconazole (400 mg dosis sekali), diulang setelah 1

minggu.

Itraconazole: 200 mg dua kali sehari pada satu hari; 200 mg untuk 5 hari

Terapi profilaksis

Shampo ketokonazole sekali atau dua kali seminggu. Lotion atau shampo sulfide

(2,5%). Sabun asam salisilat/sulfur. Pyrithion Zinc (sabun atau shampo).

Propylene glycol 50% solution sekali sebulan (Fizpatrick et al, 1997).

G. Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan

harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan

sediaan langsung negatif .

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Keluhan utama :

Bercak-bercak putih yang tidak gatal di dada dan punggung kanan atas bertambah

banyak sejak sejak 1 bulan yang lalu. (PQRST)

Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier

kulit akibat pitiriasis vesikolor.

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis vesikolor

c. Intervensi Keperawatan

1) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier

kulit akibat pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji keadaan kulit

Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi

yang tepat.

2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.

Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.

3. Kaji perubahan warna kulit.

Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur, meskipun

lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan

kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas.

22

Page 23: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan

imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan

menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan untuk

mencegah serangan ulang.

2) Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

Intervensi :

1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan

prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.

Rasionalisasi: dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta

penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif

2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan

kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.

Rasionalisasi: pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan

kimia atau komponen pelembut pakaian.

3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang

tertinggal.

Rasionalisasi: bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat

menyebabkan iritasi.

3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat pitiriasis

vesikolor

Intervensi :

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri

sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata

bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.

Rasional : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan intervensi

selanjutnya.

3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.

4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.

Rasional : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.

5. Dorong interaksi keluarga.

Rasional : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus

pada pasien.

23

Page 24: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

d. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit teratasi

2. Gatal hilang/berkurang

3. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi

4. Pasien percaya diri

IV. SPOROTRIKOSIS

A. Definisis

Sporotrikosis adalah infeksi jamur kronis

pada kutis atau subkutis dengan ciri khas lesi

berupa nodus yang supuratif sepanjang aliran

getah bening.

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Sprotrichum

schenkii yang dapat hidup di tanah, hewan,

tumbuh-tumbuhan, dan sayuran yang telah

membusuk. Spora jamur masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan

sangat jarang melalui inhalasi. Keadaan imunitas seseorang sangat berperan dalam

mendapatkan infeksi sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain seperti paru,

tulang, sendi, selaput lendir, dan susunan saraf pusat.

C. Gambaran Klinik

Terdapat 3 tipe sporotrikosis:

a) Tipe limfokutan

Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai dengan papula merah

muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian mengalami ulserasi

dengan dasar nekrotis di daerah inokulasi. Infeksi kemudian meluas mengikuti

aliran getah bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan

yang keras seperti tali dalam waktut beberapa minggu.

b) Fixed cutaneus sprotrichosis

Infeksi hanya terbatas pada daerah inokulasi dan tidak melibatkan pembuluh

getah bening. Gambaran klinis sangat bervariasi, antara lain dapat berupa krusta

tebal yang menutupi ulkus, erosi, pioderma, papula yang mengalami infiltrasi dan

plakat menyerupai sarkoid, plakat verukosa, plakat psoriasis dan selulitis muka.

c) Sprotrikosis diseminata

Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai sendi, mukosa, dan susunan saraf

pusat.

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur : sediaan diambil dari lesi atau bahan eksudat dengat kuret dan dibiakkan

dalam agar Sabouraud.

24

Page 25: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

2. Pemeriksaan histopatologik : organism jarang ditemukan pada jaringan, sehingga cara

ini sulit digunakan.

3. Tes imunofluresensi langsung : dengan cara ini cepat terdiagnosis sporotrikosis

karena tes ini sensitif dan spesifik.

4. Tes sporotrikin : untuk memastikan adanya pajanan terhadap jamur.

5. Tes darah rutin.

E. Pengobatan

Larutan Kl merupakan obat pilihan. Pemberian peroral dalam bentuk larutan jenuh

dengan dosis awal 3x5 tetes seharidan dinaikkan sampai mencapai dosis toleransi antara

3x30-40 tetes sehari. Lama pemberian 4-6 minggu atau sampai lesi menghilang.

25

Page 26: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

Daftar Pustaka

Brunner 7 Suddarth vol 3 , 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGG.

Conny Riana Tjampakasari. Karakteristik Candida albicans. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran,

Vol.151, 2006 ; 33-5

Dermatomikosis superfisialis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 ; 55-66.

Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi

perawatan pasien edisi 3 , Jakarta : EGC.

Fatta Madani. Kandidosis, Dalam : Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I,

Hipokrates, Jakarta, 2000. Pp:81-2.

G, Emmy M. Understanding Athlete's Foot. Web MD. 2013.

Hasan Rusepno 2005 , Ilmu Keperawatan Anak , Jakarta : FKUI.

Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, 612-613, EGC, Jakarta.

Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,

2006. Pp:103-6.

Lies Marlysa Ramali, Sri Wardani. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam: Harahap.

Marwali 2000 , Ilmu Penyakit Kulit , Jakarta : Hipokrates.

Mulja, Budi, 1987, Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 84-88, FK UI,

Jakarta.

Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah. Mekanisme Pertahanan

Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media Dermato-venereologica Indonesiana,

Jakarta, 2000 ; 187-92.

Siregar,R.S. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: EGC.

SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit Kulit dan

Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92.

Anonim, 2008, http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/5/23/ink1.html, diakses

tanggal 12 Mei 2008

Anonim, 2008, http://www.galenium.com/News.aspx?ArtID=199&id=detail&article

=detail, diakses tanggal 12 Mei 2008

Anonim, 2008, http://images.google.co.id/images?hl=id&q=tinea%20pedis&um=1&ie

=UTF8&sa=N&tab=wi, diakses tanggal 12 Mei 2008

Anonim, 2008, http://www.medicastore.com/apotik_online/obat_kulit/obat_jamur_

26

Page 27: Penyakit Akibat Infeksi Jamur

kulit.htm, diakses tanggal 12 Mei 2008

Anonim, 2008, http://www.suarapembaruan.com/News/2007/11/18/Kesehata/kes01.htm,

diakses tanggal 12 Mei 2008

Anonim, 2008, http:// library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-trelial.pdf, diakses tanggal 12 Mei

2008

http://health.detik.com/read/2010/06/22/075552/1383337/763/parasit-yang-berkembang-biak-di-

kulit

http://id.astellas.co.id/content/view/information/123/infeksi-jamur-sistemik

27