diagnosis infeksi jamur rev

32
BAB VIII DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR I. PENDAHULUAN Beberapa jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang sehat, tetapi berapa jenis spesies hanya menjadi patogen ketika tubuh host yang ditumpanginya mengalami masalah, misalnya ketika sistem imun pasien mengalami gangguan (immunocompromised); seperti dijumpai pada pasien-pasien yang mengalami infeksi HIV, menerima kemoterapi intensif, dan memperoleh obat-obatan imunosupresif. Sebagian besar jamur menyebabkan infeksi sistemik pada manusia melalui inhalasi langsung ke dalam paru-paru atau dengan melakukan invasi melalui luka yang terbuka. Sementara jenis jamur lainnya, seperti Candida albicans, merupakan organisme komensal di saluran cerna dan kulit yang pada kondisi tertentu dapat berproliferasi dan bermigrasi ke dalam sirkulasi sistemik; misalnya ketika jamur tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui peralatan medis seperti selang infus. Data yang ada menunjukkan bahwa angka kematian akibat infeksi jamur ini dapat mencapai 75 – 100 %, sehingga hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi dunia medis saat ini. Secara klinis, infeksi jamur sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu infeksi jamur superficial (yang

Upload: tri-umiana

Post on 01-Jul-2015

451 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

BAB VIII

DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR

I. PENDAHULUANBeberapa jenis jamur dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang sehat,

tetapi berapa jenis spesies hanya menjadi patogen ketika tubuh host yang ditumpanginya

mengalami masalah, misalnya ketika sistem imun pasien mengalami gangguan

(immunocompromised); seperti dijumpai pada pasien-pasien yang mengalami infeksi

HIV, menerima kemoterapi intensif, dan memperoleh obat-obatan imunosupresif.

Sebagian besar jamur menyebabkan infeksi sistemik pada manusia melalui

inhalasi langsung ke dalam paru-paru atau dengan melakukan invasi melalui luka yang

terbuka. Sementara jenis jamur lainnya, seperti Candida albicans, merupakan organisme

komensal di saluran cerna dan kulit yang pada kondisi tertentu dapat berproliferasi dan

bermigrasi ke dalam sirkulasi sistemik; misalnya ketika jamur tersebut masuk ke dalam

tubuh manusia melalui peralatan medis seperti selang infus.

Data yang ada menunjukkan bahwa angka kematian akibat infeksi jamur ini

dapat mencapai 75 – 100 %, sehingga hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi dunia

medis saat ini. Secara klinis, infeksi jamur sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu

infeksi jamur superficial (yang terjadi pada lapisan terluar dari kulit, kuku, rambut, dan

selaput mukosa – misalnya Tinea versicolor), infeksi jamur subkutan (yang terjadi pada

jaringan kulit dan subkutan – misalnya Kandidiasis mukokutan kronik), dan infeksi

jamur sistemik (yang terjadi pada jaringan di dalam tubuh pada satu atau lebih organ-

organ dalam).

Infeksi jamur sistemik sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu infeksi

jamur sistemik yang bersifat opportunistik (misalnya Kandidiasis invasif atau

Aspergillosis invasif) dan infeksi jamur sistemik yang bersifat endemik (misalnya

Blastomikosis). Infeksi jamur sistemik yang bersifat opportunistik umumnya terjadi

ketika sistem pertahanan tubuh yang normal mengalami gangguan. Infeksi ini biasanya

bersifat mengancam jiwa penderitanya yang dibuktikan dengan tingginya angka

kematian akibat infeksi ini.

Page 2: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Pada dasarnya, jamur dapat dibedakan ke dalam 2 golongan besar, yaitu yeast

dan mould. Yeast umumnya memiliki bentuk tunggal, kecil, dan selnya berbentuk oval;

sementara mould membentuk koloni yang terdiri dari filamen-filamen yang disebut hifa.

II. SIFAT JAMUR

1. Struktur Tubuh

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,

misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang

ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari

komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.

Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk

pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya

mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau

septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria,

dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang

tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti

sel berkali-kali yang tidak diikut dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang

bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan

organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Dikutip dari http//gurumuda.com

2. Cara Makan dan Habitat Jamur

Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme

lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh

Page 3: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,

kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan

konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,

vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.

Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau

saprofit.

a. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,

sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir

yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

b. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang

sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.

c. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.

Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu

tumbang dan buah jatuh. Sebagianbesarjamur saprofit mengeluar-kan enzim

hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks

menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat

juga langsung menyerap bahan bahan organic dalam bentuk sederhana yang

dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang

hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan

zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan

tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-

kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak

organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air

dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit

atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

3. Pertumbuhan dan Reproduksi

Page 4: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).

Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan

ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi

habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora

aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang

cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan

konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel

dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami

(peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah

plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan

membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah

dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur

membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

Dikutip dari fungi.spectabio-blog.spot.com

Page 5: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

III. KLASIFIKASI MIKOSIS

Ada 3 pembagian utama jamur, yaitu:

1. Infeksi jamur superfisial (superfisial mycoses), menyerang kulit dan selaput mukosa

(pityriasis versicolor, dermatophytosis, superficial candidosis).

2. Infeksi jamur subkutan (subcutaneus mycoses), menyerang jaringan subkutan dan struktur

sekitarnya termasuk kulit dan tulang (mycetoma, chromomycosis, sporotricosis).

3. Infeksi jamur systemik (sistemic mycoses), menyerang jaringan organ di dalam tubuh (deep

viscera).

PEMERIKSAAN MIKOLOGI

PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN

1. MIKOSIS SUPERFISIALIS

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita penyakit yang disebabkan atau

berhubungan dengan infeksi Jamur, seperti :

Tinea

Pitiriasis Versikolor (Panu)

Dermatitis Seboroik

dll

Pengambilan sampel

Alat alat yang dibutuhkan : 

- Skalpel 

- Pinset 

- Alkohol 70% 

- Kapas 

Page 6: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

- Kertas/wadah yang bersih

Cara pengambilan sampel :

Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan

lemak, debu dan kotoran lainnya.  

Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah (cara

memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45 derajat ke atas). 

Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah

Pembuatan sediaan 

Alat alat yang dibutuhkan :

-Kaca objek 

-Kaca penutup

-Lampu spiritus

-Pinset

-Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20% untuk rambut

Cara pembuatan sediaan :

Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.

Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset

yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup

dengan kaca penutup.

Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk

mempercepat proses lisis

Pemeriksaan

Page 7: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Alat yang digunakan : Mikroskop 

Cara Pemeriksaan : 

Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran objektif 10 X

kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau spora, akan

tampak gambaran hifa dan spora tergantung jamur yang menyebabkan penyakitnya,

contohnya :

- terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi   oleh sekat dan bercabang maupun

spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis)

- terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok ( gambaran Meat

ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu)

Pemeriksaan kultur.

Pemeriksaan dengan pembiakan perlu untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah

dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan

klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar

dextrose sabouraud. Pada agar sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol)

atau ditambah pula klorheksimid. Kedua zat tersebut diperlukan untuk menghindarkan

kontaminasi bacterial maupun jamur kontaminan.

Mikosis Superfisial merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang

kulit pada bagian epidermis yang mengandung keratin yaitu Stratum korneum basale misalnya :

kulit, rambut,kuku. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan penyakit

rakyat. Berdasarkan topografinya ( bentuk klinis ) Mikosis Superfisial ada 2 yaitu :

1. Dermatofitosis

2. Nondermatofitosis

DERMATOFITOSIS

Penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, jamur ini dapat mencerna keratin

kulit  ( keratinofilik ), sehingga jamur ini dapat menyerang lapisan kulit mulai dari stratum

Page 8: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

korneum sampai stratum basalis.

Penyebabnya adalahgenus: Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum.

Penularan penyakit ini melalui : Kontak langsung , kontak tak langsung ( alat-alat ) dari

penderita ( manusia / Antropofilik ). 

Gambar. Trichopyton rubrum

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

GENUS TRICHOPHYTON

Secara Mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral, ditemukan makrokonidia

berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6 – 12 sel juga ditemukan  mikrokonidia

yang bentuknya seperti tetes air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar

berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh: Trichophyton mentagropytes.

Trichophyton rubrum

Page 9: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Gambar. Trichopyton rubrum secara makroskopik dan mikroskopik

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

GENUS MICROSPORUM

Genus Microsporum secara mikroskopik ditemukan hifa bersekat,Mikrokonidia.  Makrokonidia

seperti gada dengan dinding  sel tebal dan berduri / kasar,  sel pada  makrokonidia terdiri dari 8

–12 sel.  Secara makroskopik koloni tampak granuler berserbuk. Con toh  : M. Cannis, M .

gypseum. M.  nannum. M. Cokkei

Page 10: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

GENUS EPIDERMOPHYTON

Genus Epidermophyton secara mikroskopik tampak hifa bersekat, ditemukan  makrokonidia

berbentuk seperti gada berdinding halus mengandung 2 -  4 sel, ditemukan klamidospora.

Makrokonidia ini tersusun pada satu konidiophore 2– 3 buah. Tidak ditemukan mikrokonidia. 

Secara makroskopik koloni epidermophyton tampak  granuler,berserabut,menonjol pada bagian

tengah. Contoh : Epidermophyton flocosum

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

NON DERMATOFITOSIS

Page 11: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Infeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar , karena jamur

ini tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang lapisan kulit bagian luar.

Yang termasuk jamur non dermatofitosis antara lain : Pitiriasis versicolor, Tinea nigra

palmaris, Piedra.      

1. PITIRIASIS VERSICOLOR

Disebut juga  Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea versicolor atau Panu

disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur. Penyakit ini bersifat kronik , ditandai dengan adanya

bercak putih sampai coklat bersisik menyerang pada bagian badan, ketiak, paha, leher, tungkai

dan kulit kepala. Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. Penderita mengalami

kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat

atau merah  ( hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang / hitam maka

jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda ( hipopigmentasi ). Dengan demikian  warna kulit

tampak bermacam-macam ( versicolor).Penderita mengeluh merasa gatal jika berkeringat atau

tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita merasa malu karena adanya bercak-bercak

pada kulit. Penyebaran jamur ini melalui kontak atau alat- alat pribadi yang terkontaminasi kulit

penderita dan  predisposisi kebersihan pribadi.

DIAGNOSA

Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.

a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % 

Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan

dengan alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan

dilakukan pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi

KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik

ditemukan hifa pendek – pendek dan spora bergerombol.

b. Pemeriksaan sinar wood

Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna

emas atau orange.

Page 12: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

c. Kultur

Jamur Malazzezia furfur belum dapat dibiakkan pada media buatan.

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

TINEA NIGRA PALMARIS

Tinea Nigra Palmaris merupakan infeksi jamur yang mengenai tangan atau kaki yang

mengalami bercak-bercak putih atau hitam. Penyebabnya adalah Cladosporium

werneckii. Infeksi jamur ini biasanya menyerang telapak tangan atau kaki yang menimbulkan

bercak-bercak warna tengguli hitam , tidak ada keluhan yang jelas hanya dari segi estetika

kurang sedap dipandang karena tampak kotor pada tangan dan kaki, kadang-kadang terasa

gatal. 

                 

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung dilakukan

pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak hifa dan tunas

yang berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang bergerombol.

KULTUR          

Jika dikultur akan tampak koloni granuler yang berwarna hitam.     

        

Page 13: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

3. PIEDRA

Merupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras melekat pada rambut. Ada dua

jenis piedra yaitu : Piedra hitam dan Piedra putih.

PIEDRA HITAM

Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh  Piedraia hortai. Infeksi

terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan

berupa benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan sulit

dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada

saat menyisir rambut mengalami kesulitan.

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan

langsung dengan menggunakan KOH 10 %.  Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat

berwarna tengguli dan ditemukan askus yang mengandung askospora. 

KULTUR

Page 14: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Jika ditaman pada media SGA tampak koloni yang berwarna Hitam

 Dikutip dari http//4.blogspot.com           

PIEDRA PUTIH

Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum. Infeksi

terjadi karena  rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan

berupa benjolan yang tidak berwarna .   

DIAGNOSA 

Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan langsung dengan

menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna atau putih

kekuningan, ditemukan arthrospora pada ujung hifa.

KULTUR

Bahan pemeriksaan jika ditanam pada media akan tumbuh koloni yang berwarna kuning,

granuler.

Page 15: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//2.bp.blogspot.com

2. MIKOSIS SUBKUTAN

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur pada jaringan bawah kulit, bersifat

menahun dan menyebabkan pembengkakan dan menimbulkan kelainan pada alat yang

terkena, disertai pembentukan abses dan fistel. Infeksi yang sering terjadi yaitu : Misetoma,

kromomikosis, sporotrikosis, rinospiridiosis, fikomikosis.

MISETOMA

Infeksi yang disebabkan oleh jamur pada jaringan bawah kulit bersifat menahun dan terjadi

pembengkakan serta menimbulkan abses pada daerah yang terinfeksi. Penyebabnya adalah

Actinomyces, Nocardia, Streptomyces, Madurella sp.

KROMOMIKOSIS

Infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Phialophora verrucosa, dan Cladosporium

carionii .Jamur ini terdapat di tanah, kayu dan tumbuhan yang busuk. Infeksi terjadi karena

spora masuk melalui luka/ lesi pada kulit. Penyebaran melalui pembuluh limfedan secara

hematogen keseluruh organ dan menjadi sistemik.

Page 16: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit atau biopsi jaringan bawah kulit.

Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 % tampak spora tengguli berdinding tebal, satu –

satu atau berkelompok hifa bersekat atau tidak bersekat.

KULTUR

Pada media Sabaroud agar tumbuh koloni mold pada inkubasi suhu ruang berwarna

tenggeli atau hitam.

Dikutip dari : http//3.bp.blogspot.com

SPOROTRIKOSIS

Merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh Sporotrichum schenckii. Merupakan jamur

tanah yang dimorfik yaitu tumbuh pada suhu ruang membentuk koloni mold dan pada suhu

37˚ C membentuk koloni ragi ( Yeast ). Infeksi terjadi karena masuknya spora melalui

inhalasi dan luka. Ada tiga macam gambaran klinik :

- Sporotrikosis limfatika

- Sporotrikosis pulmonum

- Sporotrikosis desiminata

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari kulit, biopsi jaringan atau sputum.Pemeriksaan langsung

dengan KOH 10 % tampak blastospota dan sukar ditemukan.

Page 17: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari : http//3.bp.blogspot.com

3.MIKOSIS SISTEMIK

Mikosis sistemik merupakan infeksi jamur yang mengenai organ – organ dalam. Ada dua

macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis.

1. INFEKSI SISTEMIK PRIMER :  Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : 

Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis, Koksidioidomikosis, Blastomikosis

2. INFEKSI OPORTUNIS : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur

yaitu : Kandidiasis, Aspergilosis

NOCARDIOSIS 

Terdapat dua bentuk nokardiosis yaitu : Nokardiosis sistemik, Nokardiosis misetoma

Nokardiosis sistemik : Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides, infeksi terjadi

melalui inhalasi. Kelainan primer terjadi pada paru – paru menyebar melalui darah dapat

menginfeksi ginjal dan otak. 

DIAGNOSA

Bahan berasal dari sputum, biopsi dan bahan klinik lainnya. Pada pemeriksaan langsung dengan

pulasan Gram atau tahan asam N. asteroides atau N. Brasiliensis tampak sebagai hifa halus

bercabang dan tahan asam pada pulasan gram bersifat Gram positip. 

KULTUR

Tumbuh lambat pada media jamur atau nutrient agar berwarna putih atau kuning. Koloni

Glabrous, irreguler atau granuler 

Page 18: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//1.bp.blogspot.com

KRIPTOKOKOSIS

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans . Jamur ini hidup

ditanah yang mengandung kotoran burung merpati, menyebabkan penyakit Meningitis. Infeksi

terjadi jika spora masuk melalui inhalasi ke paru –paru, jamur berkembang biak dalam alveoli

dan dapat menimbulkan penyakit pada paru-paru jika faktor predisposisi mendukung. Sering

kali gejala infeksi paru tidak diperhatikan karena ringan, tetapi jika telah masuk ke otak dan

timbul gejala yang menonjol barulah dilakukan pemeriksaan terhadap kriptokokosis.

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, LCS, darah, Urin, kotoran burung

merpati. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menggunakan tinta cina untuk melihat adanya

kapsul pada spora yang berbentuk oval.

KULTUR

Biakan pada media Sabaroud agar tampak koloni berwarna krem, konsistensi mucoid

(berlendir).

Page 19: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//1.bp.blogspot.com

HISTOPLASMOSIS  

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur His toplasma capsulatum yang  bersifat

dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui

inhalasi pada paru-paru dan menimbulkan peradarangan setempat, diikuti dengan pembesaran

kelenjar limfe regional. Dengan foto Rontgen tampak gambaran menyerupai tuberculosis paru.

Jika infeksi dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke

seluruh organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.

DIAGNOSA 

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum , darah, LCS, urin dan bahan biopsi. Pemeriksaan

langsung dari bahan yang berasal dari jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat /

oval (yeast).

KULTUR

Bahan pemeriksaab ditanam pada media Saboraud agar akan tumbuh koloni  : 

- Koloni Yeast jika diinkubasi pada suhu 37˚ C

- Koloni  Mold jika diinkubasi pada suhu ruang.

Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka pada koloni yeast tampak spora yang berbentuk

oval. Dan pada koloni mold jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka tampak hifa- hifa

dan makrokonidia. 

Page 20: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Dikutip dari http//1.bp.blogspot.com

KANDIDIASIS

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida , Candida yang paling patogen adalah

Candida albicans  dan paling sering ditemukan . Genus ini  hidup sebagai saprofit dan

merupakan flora normal kulit dan selaput mukosa, saluran pencernaan, vagina dialam

ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui kontak, tertelan,dan lesi/ traumatik Jamur ini

berbentuk dimorfik yaitu berbentuk hifa / speudohifa ditemukan pada penyakit atau bentuk

patogen dan berbentuk ragi / yeast merupakan bentuk istirahat sebagai saprofit. Kandida berada

pada jaringan yang mati dan melakukan invasi kebawah permukaan kulit atau mukosa yang

luka, terjadinya invasi ke jaringan bawah kulit dipengaruhi oleh faktor virulensi, kolonisasi pada

kulit serta terjadinya penurunan daya tahan tubuh. Faktor virulensi berperan dalam terjadinya

adhesi candida pada endotel dan epitel, sekresi enzim memudahkan invasi jaringan dan

kemampuan mengatasi imunitas inang, candida mampu membentuk pseudohifa dan enzim

proteinase aspartat untuk menembus sel jaringan inang.Terdapat beberapa bentuk gambaran

klinik yaitu:

1. Kandidiasis kutis, terdiri dari : Kandidiasis intertriginosa, Paronikia, Diaper diseases

(kandidiasis popok) dan Granuloma kandida

2. Kandidiasis mukokotan terdiri dari :

    o Pada mulut : thrush, glosistis, stomatis, chelitis, perleche

Page 21: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

    o Vaginitis

    o Bronkhus dan paru –paru

    o Saluran pencernaan

    o Kandidiasis mukokutan kronik

3.Kandidiasis Sistemik terdiri dari: 

Tractusurinarius, Endokarditis, Meningitis, Septikemia, Kandidemia latrogenik dan Kandidiasis

desiminata

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari swab vagina, sputum, LCS, sekret mata, mukosa

mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10 %. Secara mikroskopik

tampak spora yang berbentuk oval, pada pulasan gram bersifat gram positip. Ditemukan

blastospora, klamidospora, pseudohifa.

KULTUR

Pada media Sabaroud agar koloni tampak krem konsistensi smooth. Bau seperti ragi.

Dikutip dari http//1.bp.blogspot.com

ASPERGILOSIS

Page 22: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat dialam bebas,

sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergilus termasuk jamur kontaminan. Species

yang sering dianggap penyebab penyakit adalah : A. Fumigatus, A. niger, A. flavus. Cara

infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk yaitu : Aspergilosis

kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis sistemik.

DIAGNOSA

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, sekret hidung, nanah, kerokan kulit, kerokan kuku,

biopsi jaringan dll. Pemeriksaan langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat,

bercabang dengan atau tanpa spora, ditemukan bangunan aspergilus vesikel, sterigmata.

KULTUR

Pada media Sabaroud agar dapat tumbuh  cepat pada suhu ruang membentuk koloni  mold yang

granuler, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi.  Aspergilus

fumigatus koloni berwarna hijau, Aspergilus niger koloni berwarna hitam dan Aspergilus flavus

koloni berwarna putih atau kuning.   

Dikutip dari http//1.bp.blogspot.com

DIAGNOSIS SEROLOGI

Serologi dapat membantu bila diaplikasikan terhadap penyakit jamur tertentu; tidak ada skrining antigen untuk

"jamur" secara umum. Karena jamur adalah antigen yang buruk, efektivitas dari serologi bervariasi pada infeksi

jamur yangberbeda.. Tes serologi yang paling lazim untuk jamur berdasarkan pada agglutinasi latex,

imunodifusi ganda, fiksasi komplemen dan immunoassay enzim. Bila agglutinasi latex mungkin baik untuk

mendeteksi antibody IgM, imunodifusi ganda dan fiksasi komplemenbiasanya mendeteksi antibody IgG.

Page 23: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

Sebagian tes EIA sedang dikembangkanuntuk mendeteksi baik antibody IgG dan IgM. Ada beberapa tes yang

dapatmendeteksi antigen jamur tertentu, tetapi mereka belum digunakan secara umum.

BIOPSI DAN HISTOPATOLOGI

Diagnosis definitive membutuhkan kultur dan identifikasi. Jamur patogenik biasanya tumbuh pada agar

dextrose Sabouraud Agar ini memiliki pH yang agak asam (sekitar 5-6); cyclohexamide,

penicillin,streptomycin atau antibiotic penghambat lainnya sering ditambahkan untuk mencegah kontaminasi

bakteri dan pertumbuhan yang berlebihan. Dua kultur diinokulasi dan diinkubasi secara terpisah pada suhu

25oC dan 37oC untuk mengungkapkan dimorfisme. Kultur diperiksa secara makroskopik dan mikroskopik.

Mereka tidak dikatakan negative untuk pertumbuhan sampaisesudah 4 minggu dari inkubasi.

Biopsi dan histopatologi. Biopsi mungkin sangat berguna untuk identifikasi dansebagai sebuah sumber dari

jamur yang menginvasi jaringan. Biasanya pewarnaan Gomori methenamine silver (GMS) digunakan untuk

menunjukkan organisme yang berwarna hitam dengan latar belakang hijau. Pewarnaan hematoksilin eosin

tidak selalu mewarnai organisme, tetapi ia akan mewarnai sel-sel yang meradang.

Daftar Pustaka

1. Forbes, BA, Sahm, DF, Weissfeld, AS. 2007. Bailey and Scott’s Diagnostic

Microbiology. 12thed. China : Mosby Inc an affiliate of Elsevier Inc.

2. Winn, WC, Allen, SD, Janda, WM, Koneman, EW, Procop, GW, Schreckenberger, PC

& Woods, GL. 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology.

6th edition. Baltimor: Lippincott Williams and Wilkins

3. http//1.bp.blogspot.com

4. http//2.bp.blogspot.com

5. http//3.bp.blogspot.com

6.

Page 24: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV

1

Page 25: DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR REV