penerapan pembelajaran problem based ... - jurnal...

11
PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: [email protected] Sri Mulyati Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM Askury Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM ABSTRAK: Dalam tulisan ini diceritakan tentang penerapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs Al-Maarif 01 Singosari. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.. Dalam penelitian terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode PBL adalah (1) tahap kooperatif dimana siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, (2) orientasi siswa kepada masalah, yaitu pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (3) pengorganisasian siswa untuk belajar mandiri dalam kelompok, (4) membimbing penyelidikan secara kelompok dengan menggunakan LKS untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, dan (5) mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi melalui kegiatan presentasi di depan kelas. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dari hasil nilai tes pra tindakan 63,73 dan meningkat pada siklus I menjadi 74,85, pada siklus II meningkat sebesar 86.51. Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, Pecahan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, yaitu suatu usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kualitas kehidupan yang lebih baik. Program yang disusun secara rinci sehingga menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru disebut kurikulum (Hudojo, 2003:3). Kurikulum dalam dunia pendidikan selalu berkembang, salah satu kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan yang terbaru yaitu kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan tujuan yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama (BSNP, 2006 : 1). Dengan terciptanya tujuan tersebut diharapkan peserta didik memiliki kemampuan dalam memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan dalam keadaan yang kompetitif. Penerapan KTSP pada

Upload: lenhi

Post on 06-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

Oleh:Cendika M Syuro

Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UMemail: [email protected]

Sri MulyatiDosen Jurusan Matematika FMIPA UM

AskuryDosen Jurusan Matematika FMIPA UM

ABSTRAK: Dalam tulisan ini diceritakan tentang penerapan pembelajaran Problem BasedLearning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs Al-Maarif 01 Singosari.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan penerapanPBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan. Penelitian ini merupakanpenelitian tindakan kelas dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif..Dalam penelitian terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan,pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode PBL adalah(1) tahap kooperatif dimana siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5siswa, (2) orientasi siswa kepada masalah, yaitu pemberian masalah yang berkaitan dengankehidupan sehari-hari, (3) pengorganisasian siswa untuk belajar mandiri dalam kelompok, (4)membimbing penyelidikan secara kelompok dengan menggunakan LKS untuk mengumpulkaninformasi yang sesuai, dan (5) mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi melalui kegiatanpresentasi di depan kelas. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dari hasil nilai tes pratindakan 63,73 dan meningkat pada siklus I menjadi 74,85, pada siklus II meningkat sebesar 86.51.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar, Pecahan.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalamkehidupan, yaitu suatu usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinyamelalui proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebihbaik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakanfaktor utama dalam pembentukan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Program yang disusun secara rinci sehingga menggambarkan kegiatansiswa di sekolah dengan bimbingan guru disebut kurikulum (Hudojo, 2003:3).Kurikulum dalam dunia pendidikan selalu berkembang, salah satu kurikulum yangdikembangkan dalam pendidikan yang terbaru yaitu kurikulum 2006 atau lebihdikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan tujuanyang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006 : 1). Dengan terciptanya tujuan tersebut diharapkan pesertadidik memiliki kemampuan dalam memperoleh, mengelola, dan memanfaatkaninformasi untuk bertahan dalam keadaan yang kompetitif. Penerapan KTSP pada

Page 2: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

sekolah-sekolah sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumya yangcenderung teacher-oriented daripada student-oriented dalam proses belajarnya.Untuk memenuhi target dari kurikulum tersebut maka diperlukan strategi ataumodel pembelajaran yang menyenangkan ( pembelajaran yang aktif, kreatif, danefektif) dalam upaya meningkatkan pola pikir dan potensi siswa.

Berdasarkan observasi langsung di MTs Al-Maarif 01 Singosari yangdilaksanakan pada tanggal 8-9 Mei 2012, dapat disimpulkan bahwa kebanyakanguru masih menggunakan metode ceramah dan penugasan (pengerjaan soal)secara individu. Siswa mendengar dan mencatat apa yang guru sampaikankemudian mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Saat guru bertanya, siswayang menjawab hanya satu atau dua orang, jawaban mereka pun cenderung asal-asalan bahkan terkesan main-main. Ketika guru menerangkan, hampir sebagianbesar siswa tidak mendengarkan, bahkan mereka sibuk dengan kegiatan lainseperti bolak-balik ke kamar mandi, menyanyi atau mengganggu siswa lain.

Ketika diminta mengerjakan soal, ada beberapa siswa yang hanyamenunggu jawaban dari teman atau bahkan menunggu jawaban guru saat soaltersebut dibahas secara bersama-sama, jarang sekali terlihat adanya diskusi antarsiswa dalam upaya memecahkan masalah. Saat guru bertanya kegunaanmempelajari materi yang sedang dipelajari, tidak ada siswa yang menjawabpertanyaan guru tersebut, ini berarti siswa belum mengerti mengenai kegunaanmempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Metode ini akan membuat siswa cenderung pasif dalam mengikutikegiatan pembelajaran. Peran guru lebih dominan dibanding peran siswa, tentu halini berolak belakang dengan kurikulum yang ditetapkan saat ini. Berdasarkan hasildokumentasi yang didapatkan dari guru matematika kelas VII, diketahui bahwanilai rata-rata terakhir pada mata pelajaran matematika kelas tersebut adalah 63,73yang masih berada di bawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) sekolah tersebutyaitu 75. Jumlah siswa yang mencapai Standar Ketuntasan Minimal adalah37,20% dari 43 siswa.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa kelas VIIF MTs Al-Maarif01 Singosari, dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan danmenggali pengetahuan siswa secara maksimal. Selain itu juga dapat mengaktifkansiswa untuk belajar bersama-sama sehingga siswa lebih mudah untuk memahamikonsep yang diajarkan dan mampu mengkomunikasikan ide yang dimiliki baiksecara lisan maupun tulisan.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dalam menyelesaikanpermasalahan di atas adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Arends (dalam Trianto, 2007:68) menyatakan bahwa PBL merupakan suatupendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa dengan menggunakanmasalah dalam dunia nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan siswa,melatih kemandirian dan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilanberpikir siswa dalam pemecahan masalah. Sementara itu menurut Sumiati danAsra (2007 : 57) hasil belajar yang dicapai dengan orientasi pada masalah lebihtinggi nilai kemanfaatannya dibandingkan dengan belajar melalui pembelajarankonvensional.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya bagaimanapenerapan pembelajaran Problem Based Learning yang dapat meningkatkan hasilbelajar matematika siswa MTs Al-Maarif 01 Singosari kelas VII?

Page 3: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptifkualitatif dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenisPenelitian Tindakan Kelas (PTK), karena masalah yang muncul berasal daripenelitian di kelas dan selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan untukmeningkatkan hasil belajar siswa.Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah MTs Al-Maarif 01 Singosari tepatnya di kelas VII F yang sekaligus dijadikan subyekpenelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini mutlak diperlukan karenapeneliti merupakan instrumen utama yang berperan sebagai perencana tindakan,pemberi tindakan, pengamat, pengumpul data, penganalisis data, dan sekaliguspelapor hasil penelitian.Data dalam penelitian ini diperoleh dari : (1) Hasil tes yaitu nilai pra tindakan danpasca tindakan, (2) Hasil observasi selama kegiatan pembelajaran, (3) Catatanlapangan, (4) Hasil wawancara. Adapun instrumen penelitian yang digunakanmeliputi (1) RPP, (2) LKS, (3) Tes, kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukandengan cara melihat adanya peningkatan hasil tes siswa. Jika hasil tes dari 75%siswa meningkat 2 poin di atas SKM dan hasil rata-rata siswa mencapai angka 75maka penelitian ini dikatakan berhasil. Perhitungan nilai rata-rata siswa adalahsebagai berikut :

=+ +

3

Keterangan : = Skor akhir, Tk1 = Tugas kelompok 1, Tk2 = Tugas kelompok 2,TA = Tes Akhir. (4) Lembar observasi, kriteria keberhasilan aktivitas guru dansiswa ditentukan dengan lembar observasi yang di isi oleh pengamat. Analisisdata hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperolehmasing-masing deskriptor ditunjukkan dan hasilnya disebut jumlah skor.Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-ratanya dengan rumus sebagai berikut.

Persentase nilai rata-rata (NR) = skor yang didapat 100% skor maksimal

Guru dan siswa dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jikaberdasarkan lembar observasi mendapat skor dari pengamat minimal berkriteriabaik yaitu lebih besar sama dengan 60%. (5) Catatan Lapangan, (6) Lembarwawancara.

Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah tahapperencanaan dan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini akan akandilaksanakan penelitian sesuai yang dikemukakan para ahli secara garis besar adaempat tahapan yang harus dilalui yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1)perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I ini akan ditentukan berlanjut ke siklus IIatau tidak. Jika berlanjut ke siklus II maka pada siklus II akan dilakukan sesuaidengan langkah-langkah dari siklus I, begitu seterusnya.

Page 4: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

HASIL

Pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas VII MTs Al-Maarif 1Singosari yaitu guru menerangkan materi pembelajaran hari ini kemudian siswamencatat apa yang disampaikan atau menulis ulang apa yang ditulis guru dipapan tulis selanjutnya guru memberi tugas dan siswa mengerjakan tugastersebut. Guru juga memaparkan bahwa ketika mengajar jarang sekalimenerapkan metode pembelajaran yang bermacam-macam. Hal ini disebabkantarget terselesaikannya seluruh materi selama satu semester yang harusterpenuhi. Guru juga menyampaikan bahwa di sekolah tersebut tidak adapengelompokan siswa unggulan sehingga dalam satu kelas terdiri dari berbagaimacam siswa dengan kemampuan yang heterogen. Perlakuan tiap kelas punsama, dalam arti tidak ada perlakuan khusus untuk kelas-kelas tertentu. StandarKetuntasan Minimum (SKM) untuk bidang studi matematika di MTs Al-Maarif01 Singosari adalah 75. Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan hasil tessiswa yang telah didapat selama ini.

Peneliti menyampaikan bahwa dalam penelitian ini akan menggunakanmodel pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran PBL diawalidengan pemberian masalah yang terkait dengan dunia nyata yang mampumengarahkan atau membimbing siswa untuk memahami suatu materi baik secarakelompok maupun individu. Menurut salah seorang guru mata pelajaranmatematika, PBL belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaranmatematika di MTs Al-Maarif 01 Singosari. Dari hasil negosiasi dengan gurutersebut, beliau memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitiandengan salah satu kelas yang dijadikan obyek penelitian

Berdasar kesepakatan antara peneliti dengan guru mata pelajaran, penelitimendapat izin untuk mengadakan penelitian di kelas VIIF setiap hari Selasa jam12.30-14.00 dan hari Kamis jam 14.30-16.00. Peneliti menyampaikan bahwapenelitian akan dimulai hari Selasa, 27 November 2012 dengan materi pecahanyang sesuai dengan materi yang harus ditempuh siswa kelas VII.

SIKLUS I

Hasil observasi secara keseluruhan terhadap aktivitas siswa selamapembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama prosespembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) menghasilkan skorrata-rata 33,6. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa selama kegiatanpembelajaran termasuk dalam kategori “baik”. Sedangkan aktivitas guru selamaproses pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) pada siklus Imenghasilkan skor rata-rata 32,8. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas guruselama kegiatan pebelajaran termasuk dalam kategori “kurang baik”.

Berdasar hasil tes dari 41 siswa kelas 7F MTs Al-Maarif 01 Singosariyang mengikuti tes I terdapat 24 siswa atau 56,53% siswa yang mencapai nilaistandar keberhasilan belajar individual yang ditentukan oleh peneliti yaitu 77.Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai sesuai standar ketuntasankeberhasilan individual sebanyak 17 siswa atau 41,47%. Dari aspek kognitif yangtelah ditentukan, sebanyak 28 siswa atau 82,35% siswa telah mencapai standarketuntasan dan 6 orang siswa atau 17,65% belum mencapai standar ketuntasantersebut. Namun secara klasikal, hasil rata-rata antara nilai LKS dan tes akhir

Page 5: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

mencapai nilai 87,25. Jika dibandingkan dengan rata-rata hasil tes sebelumtindakan maka rata-rata hasil tes siswa pada siklus I meningkat sebesar 11,12 poindari 63,73 menjadi 74,85. Karena kriteria keberhasilan belum tercapai maka akandilanjutkan pada siklus II.

SIKLUS IIHasil observasi secara keseluruhan terhadap aktivitas siswa selama

pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama prosespembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) menghasilkan skorrata-rata 44,115. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa selama kegiatanpembelajaran termasuk dalam kategori “sangat baik”. Sedangkan aktivitas guruselama proses pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) padasiklus I menghasilkan skor rata-rata 40,67. Hal ini berarti taraf keberhasilanaktivitas guru selama kegiatan pebelajaran termasuk dalam kategori “baik”.Berdasar hasil tes dari 41 siswa kelas 7F MTs Al-Maarif 01 Singosari yangmengikuti tes I terdapat 31 siswa atau 75,61% siswa yang mencapai nilai standarkeberhasilan belajar individual yang ditentukan oleh peneliti yaitu 77. Sedangkansiswa yang belum mencapai nilai sesuai standar ketuntasan keberhasilanindividual sebanyak 17 siswa atau 24,39%. Dari aspek kognitif yang telahditentukan, sebanyak 30 siswa atau 87,46% siswa telah mencapai standarketuntasan dan 3 orang siswa atau 12,54% belum mencapai standar ketuntasantersebut. Namun secara klasikal, hasil rata-rata antara nilai LKS dan tes akhirmencapai nilai 87,32. Jika dibandingkan dengan rata-rata hasil tes pada siklus Imaka rata-rata hasil tes siswa pada siklus I meningkat sebesar 11,66 poin dari74,85 menjadi 86,51. Karena kriteria yang diterapkan peneliti telah tercapai padasiklus II maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.Beberapa temuan penelitian yang didapat pada penelitian ini adalah sebagaiberikut.1. Temuan pada Siklus I

a. Aktivitas peneliti sebagai pelaku pelaksanaan pembelajaran denganmetode Problem Based Learning (PBL) secara keseluruhan masuk dalamkategori “baik”.

b. Aktivitas siswa sebagai subyek dalam pelaksanaan pembelajaran denganmetode Problem Based Learning (PBL) masuk dalam kategori “sedang”.

c. Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) barupertama kali diterapkan di MTs Al-Maarif 01 Singosari sehingga di awalpertemuan siswa masih mengalami kebingungan dan butuh waktu untukberadaptasi.

d. Respon siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metodeProblem Based Learning (PBL) memberikan tanggapan yang positif.

e. Siswa lebih senang dan merasa lebih mudah memahami mengenai suatumateri yang sedang diajarkan jika dalam proses pembelajarannyadikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Berdasarkan hasil tes I, persentase siswa yang tuntas belajar adalah58,53% dan siswa yang tidak tuntas belajar adalah 41,47%. Dari aspekkognitif yang telah ditentukan, sebanyak 82,35% siswa tuntas belajar dan17,65% siswa tidak tuntas belajar.

Page 6: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

g. Adanya tes yang dilakukan pada akhir siklus dapat digunakan untukmengukur hasil belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakanmetode Problem Based Learning (PBL).

2. Temuan pada Siklus IIa. Aktivitas peneliti sebagai pelaku pelaksanaan pembelajaran dengan

metode Problem Based Learning (PBL) secara keseluruhan masuk dalamkategori “sangat baik”.

b. Aktivitas siswa sebagai subyek dalam pelaksanaan pembelajaran denganmetode Problem Based Learning (PBL) masuk dalam kategori “sangatbaik”.

c. Siswa lebih tertib dalam pembelajaran, lebih berani bertanya ataumenanggapi saat diskusi kelas berlangsung, dan lebih berperan aktifdalam kegiatan diskusi kelompok.

d. Berdasarkan hasil tes II, persentase siswa yang tuntas belajar adalah75,61% dan siswa yang tidak tuntas belajar adalah 24,39%. Dari aspekkognitif yang telah ditentukan, sebanyak 87,46% siswa tuntas belajar dan12,54% siswa tidak tuntas belajar.

e. Siswa tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan metode ProblemBased Learning (PBL) dengan baik namun siswa berpendapat bahwametode ini cenderung membosankan jika diterapkan dalam jangka waktuyang lama.

PEMBAHASAN

Pada awal pembelajaran, penerapan metode Problem Based Learning(PBL) kurang berjalan dengan lancar. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkanwaktu yang lebih banyak untuk mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru.Siswa juga kerap kali menunjukkan sikap kurang setuju terhadap aturan-aturanyang diterapkan selama kegiatan pembelajaran. Akan tetapi seiring denganberjalannya proses pembelajaran, siswa mulai bisa beradaptasi dengan metodebaru yang digunakan. Proses adaptasi ini juga tak lepas dari peran guru sebagaipengontrol kondisi kelas.

Masalah yang diberikan kepada siswa dalam metode PBL merupakanmasalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian masalah dalamkonteks dunia nyata ini bertujuan agar siswa mampu membangun sendiripengetahuan baru yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto(2007:67) bahwa pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan situasi masalahyang otentik dan bermakna kepada siswa sehingga dapat memberikan kemudahankepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Melalui permasalahanyang diberikan, siswa akan berusaha menyelesaikan masalah tersebut berdasarkanpengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga siswa mampumenemukan keterkaitan antara materi terdahulu dengan materi baru yang sedangmereka pelajari.

Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan penelitidalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa diuraikan sebagai berikut :

Page 7: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

a. Orientasi siswa kepada masalahPada tahap ini peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan

mengaitkan dengan materi prasyarat melalui tanya jawab langsung kepada siswa.Setelah itu, peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar mampu bekerja samadengan baik dengan teman dalam satu kelompok. Pemberian motivasi ini denganharapan bahwa siswa akan lebih terpacu dalam mengerjakan tugas yang diberikanserta meningkatkan komunikasi antar siswa. Langkah terakhir pada tahap iniadalah pemberian masalah kepada setiap kelompok. Penyajian masalah ini berupasoal yang terdapat dalam LKS yang telah disiapkan oleh peneliti. Masalah yangdibuat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini sesuaidengan pendapat Lenterak (2012) yang mengatakan bahwa LKS berwujudlembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengankompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada tahap ini peneliti membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecilyang beranggotakan 4-5 orang siswa. Setelah kelompok terbentuk dan masing-masing siswa duduk sesuai dengan kelompoknya, peneliti membagikan tugasbelajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi masalah-masalah yangharus diselesaikan oleh siswa melalui diskusi kelompok. Pada pertemuan pertama,siswa merasa kurang berkenan ketika guru menentukan kelompok belajar yangbukan keinginan mereka sendiri. Siswa secara spontan melakukan berbagaibentuk protes kepada guru dengan cara mengeluh atau merayu agardikelompokkan dengan teman yang diinginkan, bahkan siswa ada yang tidak mauberanjak dari tempat duduknya karena merasa kurang cocok dengan teman dalamsatu kelompoknya. Mengetahui hal ini, guru berusaha memberikan motivasikepada siswa mengenai pentingnya bekerja sama dengan siapapun. Suprijono(2009 : 66) mengatakan bahwa guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harussaling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harusmerupakan tujuan kelompok. Mendengar penjelasan dari guru, siswa mulaiberkelompok dengan anggota yang sudah ditentukan. Namun pada pertemuanpertama siklus I, pengelompokan siswa ini memakan waktu yang lebih lamadibanding dengan perkiraan waktu yang telah ditentukan oleh peneliti. Untukpertemuan selanjutnya, guru tidak lagi mengalami kesulitan berarti pada saatpengaturan kelompok. Guru selalu mengecek apakah siswa telah berkumpulsesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan, bahkan pada pertemuan ke-3 danke-4 guru tidak lagi menyebutkan nama-nama siswa dalam satu kelompok. Siswatelah mengingat anggota kelompoknya ketika guru meminta mereka untukmelakukan kegiatan diskusi seperti pertemuan sebelumnya.c. Membimbing kelompok belajar dan bekerja

Pada tahap ini peneliti membimbing siswa dalam pengerjaan LembarKerja Siswa (LKS). Peneliti berkeliling ke tiap-tiap kelompok untuk menanyakanapakah ada bagian yang dirasa sulit atau membingungkan. Jika siswa mengalamikesulitan, peneliti bertindak sebagai pengarah dengan memberi arahan ataupertanyaan pancingan sehingga siswa bisa menemukan sendiri jawaban daripertanyaan yang diberikan. Peneliti juga mendorong siswa untuk mendiskusikankesulitan yang mereka hadapi dengan anggota kelompoknya sebelum bertanyakepada guru. Peneliti meminta kepada setiap siswa untuk berperan aktif dalam

Page 8: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

kegiatan diskusi kelompok sehingga tidak ada siswa yang hanya menunggujawaban dari teman lain yang dirasa lebih pintar.

Pada kelas ini, para siswa dibagi ke dalam sembilan kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang. Kelompok dalam jumlah besar inimemerlukan keahlian khusus dari guru untuk mengatur kegiatan siswa. MenurutRusmono (2012 : 75) untuk kelas yang banyak kelompok, para tutor harusmengembangkan strateginya, yang meliputi : a) mengembangkan aktivitaskelompok yang terdefinisi dengan baik, b) menggunakan masalah yangmemungkinkan intervensi instruktur pada titik-titik penting untuk melibatkankelas dalam diskusi dan atau klarifikasi, dan c) tutor berjalan di sekitar kelasuntuk membantu kelompok yang memiliki tanda-tanda tidak berfungsi, sepertipembicaraan yang tidak sesuai dengan tugas, setiap siswa tidak ambil bagiandalam diskusi atau sebaliknya mendominasi, dan sebagainya. Pendapat inilahyang digunakan peneliti sebagai guru dalam kegiatan memonitor kelompokselama kegiatan penelitian berlangsung.d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini peneliti meminta siswa untuk melaporkan ataumempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Peneliti bertindak sebagaipengatur jalannya diskusi. Hampir pada setiap siklus, siswa seringkali merasagugup atau malu ketika diminta untuk presentasi di depan kelas. Hal inidisebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan presentasi selamakegiatan pembelajaran. Suara yang pelan ketika membacakan hasil diskusi, tidakberani menatap ‘penonton’ diskusi kelas, dan juga ketidakberanian membacakanhasil diskusi merupakan bukti bahwa siswa belum terbiasa dengan kegiatan ini.Peranan guru dalam kegiatan ini sangat penting. Guru bertindak sebagai pengaturjalannya diskusi kelas, termasuk ketika kelompok yang presentasi kurang siapdengan tindakan yang harus dilakukannya. Ketika siswa nampak kebingunganuntuk membacakan hasil diskusi, guru menuntun siswa dengan cara menunjukkanbagian dari LKS yang harus mereka sampaikan, kemudian guru memintaperhatian dari siswa lain agar mereka mendengarkan jawaban dari kelompok yangpresentasi. Guru juga menentukan kelompok mana yang harus menanggapijawaban dari kelompok yang presentasi ketika siswa tidak ada yang memberikantanggapan atau pertanyaan terhadap hasil diskusi. Untuk memotivasi siswa agarterlibat aktif, guru menyampaikan akan memberikan tambahan skor ketika siswamemiliki inisiatif untuk bertanya atau menanggapi jawaban hasil diskusi darikelompok yang presentasi. Pemberian skor ini akan membuat siswa merasadihargai dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada tahap ini peneliti bersama siswa mendiskusikan jawaban yang tepatdari pertanyaan yang tercantum dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Selanjutnyapeneliti bersama siswa juga membuat kesimpulan terhadap kegaiatanpembelajaran yang telah dilakukan.

Meskipun pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan tahapan-tahapanyang telah ditentukan, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi olehpeneliti. Kendala-kendala tersebut terjadi pada siklus I maupun siklus II. Kendalayang dihadapi oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran akan menjadi bahanperbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

Page 9: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

Beberapa kendala yang dihadapi serta solusi yang diterapkan oleh penelitidapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 1 Kendala dan Solusi Selama Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning

Kendala SolusiSebagian siswa tidak setuju dengan pembagiananggota kelompok yang dilakukan oleh gurusehingga memerlukan lebih banyak waktudalam tahap ini.

Memberi pemahaman kepada siswa bahwabekerja sama hendaknya mampu dilakukandengan siapa saja. Perlu adanya upaya‘pembiasaan’ berkelompok dalam kegiatanpembelajaran.

Siswa cenderung individual dalam prosespengerjaan LKS.

Ketika siswa mengalami kesulitan, guru tidaklangsung menjawab tetapi meminta siswa untukmendiskusikan jawaban dengan teman dalamkelompoknya.

Siswa belum terbiasa presentasi di depan kelas. Membimbing siswa dalam mengutarakanpendapat serta memberi motivasi untuk lebihpercaya diri.

Siswa kurang aktif dalam bertanya maupunmenyampaikan pendapat.

Menunjuk langsung siswa untuk bertanya ataumenganggapi jawaban dari kelompok yangpresentasi serta memberikan poin tambahanbagi siswa yang berperan aktif dalampembelajaran.

Proses adaptasi terhadap metode pembelajaranyang baru membutuhkan lebih banyak waktusehingga pada pelaksanaannya kurang sesuaidengan alokasi waktu yang ditentukan.

Bertindak lebih tegas dalam kegiatanpembelajaran serta lebih aktif dalam upayamengontrol siswa dan situasi kelas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan keterlaksanaan Problem Based Learning (PBL) yang telahdijabarkan sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.1. Langkah – langkah Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Al-Maarif 01 Singosari yaitu :(a) memberikan masalah dalam bentuk LKS pada masing-masing siswa, (b)membagi siswa dalam kelompok, (c) membimbing siswa baik secara individumaupun kelompok dalam upaya pengerjaan LKS, (d) meminta siswa untukmempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan (e) mendiskusikanjawaban yang tepat dari pertanyaan yang tercantum dalam LKS sertamembuat kesimpulan.

2. Penerapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkanhasil belajar siswa kelas 7F MTs Al-Maarif 01 Singosari pada materipecahan. Peningkatan hasil belajar ini terlihat dari adanya peningkatan hasiltes siswa yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Pada siklus I sebanyak58,53% siswa mengalami peningkatan nilai sebanyak 2 poin di atas SKMsedangkan pada siklus II mencapai angka 75,61%. Dari segi kognitif yangtelah ditentukan oleh peneliti, pada siklus I sebanyak 82,35% siswa tuntasbelajar dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 87,46% sedangkanhasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diperoleh skor 33,6 yang berartiskor ini termasuk dalam kategori taraf keberhasilan ‘baik’, untuk hasilobservasi aktivitas siswa pada siklus II memperoleh skor rata-rata 44,115yang termasuk dalam kategori taraf keberhasilan “sangat baik”. Berdasarkanhasil catatan lapangan ditunjukkan bahwa siswa mengalami perubahan dalam

Page 10: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan

hal keaktifan maupun interaksi sosial antar teman. Siswa nampak lebih aktifdalam kegiatan pembelajaran, baik dalam hal bertanya, menjawab,menyampaikan pendapat, maupun diskusi kelompok. Dan berdasar hasilwawancara dapat disimpulkan bahwa antusiasme siswa terhadappembelajaran matematika meningkat jika dibandingkan dengan sebelumnyayang akhirnya berdampak terhadap hasil belajar mereka.Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mengajukan beberapa saran

agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya :1. Guru dapat menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) sebagai

salah satu alternatif pembelajaran matematika di sekolah. Metode ini terbuktidapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi kognitif maupun afektif.

2. Untuk mengatasi kebosanan yang dialami siswa pada siklus I sekaligusmembiasakan siswa berkelompok dengan siswa lain, hendaknya peneliti yangingin menerapkan PBL dalam pembelajaran melakukan pergantian anggotakelompok untuk siklus berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanJenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas

Hudojo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum dalam PembelajaranMatematika. Malang : UM.

Lenterak. 2012. http://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-lks/. Diakses 20Januari 2013

Pannen, dkk. 2001. Konstrutivistik Dalam Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning ItuPerlu. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.Jakarta : Prestasi Pustaka.

Page 11: PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED ... - Jurnal …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelCB39169F6EB7DF723E503D7... · yang ingin dicapai adalah peserta didik mampu mengembangkan