pengembangan kantin kejujuran dalam...

54
PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL (SDN BI) TLOGOWARU KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG SKRIPSI OLEH HADIYAH RIWAYATI NIM 105811479407 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DESEMBER 2009

Upload: dangdang

Post on 06-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI

BERTARAF INTERNASIONAL (SDN BI) TLOGOWARU KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

SKRIPSI

OLEH HADIYAH RIWAYATI

NIM 105811479407

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DESEMBER 2009

Page 2: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM RANGKA PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI

BERTARAF INTERNASIONAL (SDN BI) TLOGOWARU KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh

Hadiyah Riwayati

105811479407

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN Desember 2009

Page 3: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam
Page 4: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

ABSTRAK

Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam Rangka Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Dasar Negeri Bertaraf Internasional (SDN BI) Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Program Studi PPkn, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. H. A Rosyid Al-Atok, M.Pd., MH. (II) Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si.

Kata Kunci: kantin kejujuran, pendidikan antikorupsi

Salah satu strategi pencegahan yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di Indonesia yaitu melalui pendidikan antikorupsi. Ide terus digali untuk mencari strategi terbaik dalam memberantas korupsi melalui pendidikan antikorupsi tersebut, termasuk cara mengasah kejujuran dan menumbuhkan mental antikorupsi di kalangan pelajar. Salah satu diantaranya yaitu melalui kantin kejujuran yang berada di lingkungan sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pola pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang, (2) mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang dan (3) mendeskripsikan manfaat pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan sumber data penelitian dibagi menjadi tiga yaitu informan, catatan lapangan dan dokumen. Penentuan informan penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber yakni dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek data yang diperoleh melalui wawancara, observasi didukung dengan catatan lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Kantin kejujuran merupakan salah satu strategi yang tepat agar siswa belajar dan berlatih mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kedisiplinan, ketertiban serta kemandirian. Kantin kejujuran dapat digunakan sebagai wadah bagi pendidikan kader calon pemimpin bangsa yang berwatak antikorupsi. Pola pengembangan kantin kejujuran di SDN BI Tlogowaru oleh pihak sekolah dilakukan secara efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga evaluasi diarahkan pada kemajuan dan hasil yang optimal; (2) Faktor pendukung pengembangan kantin kejujuran terdiri dari adanya bantuan modal; Perilaku warga sekolah untuk berperilaku jujur; Pemberian materi pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran PKn; Siswa menyukai makanan dan dapat menjangkau harga yang ditawarkan; Kesadaran siswa untuk mematuhi norma yang berlaku; Pemahaman siswa terhadap mekanisme pembelian dan pembayaran; Siswa mengetahui tentang

Page 5: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

korupsi. Sedangkan faktor penghambat pengembangan kantin kejujuran yaitu semua siswa belum tentu bisa untuk berbuat jujur, disiplin, mandiri, tertib dan bertanggung jawab; Guru mengalami kesulitan melepas anak kelas satu karena sebagian dari mereka masih belum mengerti nominal uang; (3) Manfaat yang diperoleh diketahui sebagai berikut; Bagi sekolah terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur serta sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang telah diajarkan di dalam kelas; Bagi siswa dapat melatih sikap jujur, bertanggung jawab, mandiri, taat terhadap norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku; Bagi orang tua dapat memberikan motivasi dan pembinaan terhadap anak agar selalu berperilaku jujur; Dan bagi masyarakat dapat mendidik generasi muda berperilaku jujur dan berakhlak mulia.

Berdasarkan hasil penelitian saran yang diajukan: (1) Hendaknya sekolah yang bersangkutan juga menerapkan kurikulum antikorupsi dalam pembelajaran dan dalam pengawasan kantin kejujuran dapat melibatkan siswa di dalamnya melalui piket kantin kejujuran; (2) Guru hendaknya pada saat siswa bermain Ular Tangga Antikorupsi (UTAK) dapat memberikan penjelasan mengenai nilai-nilai kejujuran yang terangkum di permainan UTAK tersebut; (3) Dinas Pendidikan Kota Malang hendaknya memberikan dukungan dan ikut menfasilitasi sekolah yang berkeinginan untuk mendirikan dan melaksanakan praktik kantin kejujuran; (4) Peneliti atau mahasiswa yang akan datang hendaknya dapat meneliti metode pembelajaran antikorupsi yang diterapkan di dalam kelas.

Page 6: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengembangan

Kantin Kejujuran Dalam Rangka Pendidikan Antikorupsi Di Sekolah Dasar

Negeri Bertaraf Internasional (SDN BI) Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang

Kota Malang”.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Malang.

2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberikan izin penelitian

selama PPKn masih berada dalam naungan FIP.

3. Bapak Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan serta Pembimbing II dengan kesabarannya yang telah

memberikan motivasi, pengarahan, nasehat selama bimbingan hingga

terselesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. A Rosyid Al-Atok, M.Pd., MH., selaku pembimbing I dengan

kesabarannya yang telah memberikan motivasi, pengarahan, nasehat selama

bimbingan hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Yudi Batubara, SH., MH. selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan.

Page 7: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

7. Kepala Sekolah, guru serta staf TU SDN BI Tlogowaru yang telah memberi

izin dan kesempatan untuk bekerjasama selama penelitian.

8. Orang tuaku tercinta Bapak Mudawi dan Ibu Alm. Murniyah, yang tidak

pernah berhenti memberikan dukungan moral dan spiritual yang tidak ternilai

harganya sedari kecil hingga saat ini kepada penulis.

9. Kakakku Mas Zaini, Alm. Mas Zainullah, dan Mbak Yuyun serta Mbak Yanti

dan Mas Fajar, yang memberikan kasih sayang selama ini.

10. Sahabatku Mas Deny, Vita, Ivo, Roro, Sharon, Iteng, Maman yang

mendoakan, memberikan semangat dan bantuannya dalam penyelesaian

skripsi ini.

11. Teman-teman kos Youmie 22 c beserta teman-teman PPKn angkatan 2005

khususnya Off A, kebersamaan kita adalah kenangan terindah yang tidak

pernah terlupakan.

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut

membantu dalam terselesaikannya skripsi ini.

Mengingat keterbatasan pengetahuan kemampuan penulis dalam

penyusunan skripsi ini, maka penulis menyadari hasilnya belum dapat dikatakan

sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai dengan sepenuh hati dan

mengucapkan terima kasih apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun

guna penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan

Malang, 21 Desember 2009

Penulis

Page 8: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia akhir-akhir ini tengah menghadapi berbagai

permasalahan yang cukup pelik seputar krisis multidimensional serta problem lain

yang menyangkut tatanan nilai yang sangat menuntut adanya upaya pemecahan

secara mendesak. Problematika yang menyangkut tatanan nilai dalam masyarakat

salah satunya adalah problematika korupsi yang tidak kunjung usai. Problematika

korupsi menyangkut hal-hal yang berdimensi antarnegara karena modus operandi

dan dampak korupsi di era global bersifat multidimensi.

Lord Acton dalam salah satu karyanya mengemukakan ”Power tends to

corrupt, and absolute power tends to corrupt absolutely”, artinya kekuasaan

cenderung untuk berbuat korupsi. Tesis Acton tersebut selaras dengan apa yang

dikemukakan oleh Montesquieu dalam Le Esprit Des Lois (The Spirit of Law),

bahwa orang yang berkuasa ada tiga kecenderungan. Pertama, kecenderungan

untuk mempertahankan kekuasaan. Kedua, kecenderungan untuk memperbesar

kekuasaan. Ketiga, kecenderungan untuk memanfaatkan kekusaan (Taufik,

2008:1).

Berdasarkan atas hasil rilis Transparancy International (TI) menunjukkan

dari tahun 1995-2005 posisi Indonesia berada pada kisaran 5 besar negara

terkorup di dunia (TI, 2006). Sementara itu menurut survei yang dilakukan oleh

Pasific Economic and Risk Consultancy (PERC) menunjukkan bahwa pada tahun

Page 9: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

2005 Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia

(Mochtar, 2006:4).

Menurut Harmanto (2008:4) berbagai perangkat hukum dan kelembagaan

telah dibuat dalam rangka pemberantasan korupsi, antara lain UU No. 20 Tahun

2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Selain itu negara Indonesia juga telah

mengesahkan instrumen internasional yaitu United Nations Convention Against

Corruption dalam bentuk UU No. 7 Tahun 2006 sebagai pengesahan atas

Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Antikorupsi. Dalam bidang kelembagaan

antikorupsi, pemerintah telah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

yang disertai dengan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Berbagai

upaya tersebut telah dilakukan untuk menghentikan praktik korupsi. Akan tetapi

dalam realitanya korupsi sangat sulit untuk diberantas.

Namun demikian, memberantas korupsi melalui aspek penegakan hukum

(law enforcement) saja, masih belum efektif untuk menghentikan praktik korupsi

yang selama ini terjadi di Indonesia. Hal ini harus dibarengi pula dengan upaya

tindakan preventif (pencegahan) agar korupsi tidak diwariskan kembali kepada

generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Setelah berbagai usaha

pemberantasan korupsi ditangani oleh berbagai lembaga di Indonesia dengan hasil

beragam, dunia pendidikan saat ini sudah mulai merasa bertanggung jawab akan

pentingnya penanaman kesadaran melawan perilaku korupsi melalui institusi

resmi yaitu sekolah.

Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi anak, dapat menjadi tempat

pembangunan karakter dan watak. Sekolah dapat memberikan nuansa yang

mendukung upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai dan etika yang hendak

Page 10: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku antikorupsi. Upaya yang dapat

dilakukan untuk penanaman pola pikir, sikap dan perilaku antikorupsi yaitu

melalui sekolah, karena sekolah adalah proses pembudayaan (Hassan, 2004:9).

Pendidikan di Indonesia tentunya mempunyai peranan penting dalam

mengembangkan nilai-nilai antikorupsi. Karena manusia yang lahir melalui

sektor pendidikan adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran,

beriman, berakhlak mulia, memiliki kompetensi dan profesionalitas serta dapat

menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Di saat institusi lain tidak berdaya

melakukan perlawanan terhadap korupsi, maka institusi pendidikan dapat

dijadikan benteng terakhir tempat menyebarkan nilai-nilai antikorupsi. Dengan

cara melakukan pembinaan pada aspek mental, spiritual dan moral peserta didik.

Pendidikan harus dijadikan sebagai pilar paling depan untuk mencegah korupsi

dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good

governance) untuk masa yang akan datang.

Salah satu strategi pencegahan yang dapat dilakukan untuk memberantas

korupsi di Indonesia yaitu melalui pendidikan antikorupsi. Ide terus digali untuk

mencari strategi terbaik dalam memberantas korupsi melalui pendidikan

antikorupsi tersebut, termasuk cara mengasah kejujuran dan menumbuhkan

mental antikorupsi di kalangan pelajar. Salah satu di antaranya yaitu melalui

kantin kejujuran yang berada di lingkungan sekolah mulai dari tingkat Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan

Tinggi.

Kantin kejujuran bisa menjadi tempat pembelajaran bagi peserta didik

tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri, yang pada akhirnya akan

Page 11: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

bermuara kepada lahirnya generasi yang menghormati kejujuran sekaligus

memunculkan generasi antikorupsi. Di dalam mengembangkan kantin kejujuran

sebagai salah satu strategi pendidikan antikorupsi, hal ini tentunya tidaklah

mudah. Terutama faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

pengembangan kantin kejujuran tersebut. Terdapat beberapa sekolah yang harus

menutup kantin kejujuran tersebut karena mengalami kerugian. Seperti yang

termuat dalam radar Tarakan sebagai berikut:

SMAN 1 Tanjung Selor Tarakan harus menutup kantin yang baru saja didirikan di sekolah tersebut karena diduga telah terjadi kecurangan. Hal yang serupa juga dialami oleh SMUN 01 Boyolangu kabupaten Tulungagung. Kantin kejujuran SMUN 01 Boyolangu ini diresmikan bertepatan dengan peringatan hari antikorupsi sedunia. Selain kejaksaan dan muspida setempat, Bupati Tulungagung Heru Tjahjono beserta seluruh jajarannya menyempatkan hadir dalam acara peresmian kantin kejujuran tersebut. Namun semangat dalam rangka menerapkan pendidikan antikorupsi di sekolah tersebut harus terkikis, karena kantin tersebut mengalami kebangkrutan dan harus ditutup (Dharma, 2009:1). Pengembangan kantin kejujuran tersebut tentu tidak terlepas dari peran

berbagai pihak dan kondisi lingkungan sekolah dalam mensosialisasikan serta

menginternalisasikannya kepada siswa. Pengembangan kantin kejujuran tersebut

dapat diterapkan dalam rangka menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada peserta

didik sejak dini. Tantangannya kemudian adalah bagaimana mengembangkan dan

memelihara kantin kejujuran dengan melestarikan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya. Memelihara dan memperkuat nilai-nilai kejujuran tersebut tentulah

harus tercermin dalam keseluruhan proses penyelenggaraannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil judul penelitian

”Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam Rangka Pendidikan Antikorupsi Di

Sekolah Dasar Negeri Bertaraf Internasional (SDN BI) Tlogowaru Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang”.

Page 12: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan

antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengembangan kantin kejujuran

dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang?

3. Apa manfaat dari diterapkannya pengembangan kantin kejujuran dalam

rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pola pengembangan kantin kejujuran dalam rangka

pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pengembangan kantin

kejujuran rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang.

3. Mendeskripsikan manfaat dari diterapkannya pengembangan kantin kejujuran

dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian tentang pengembangan kantin kejujuran dalam

rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru, diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada berbagai pihak diantaranya:

Page 13: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

1. Bagi Peneliti

a. Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan beserta

pengalaman di lapangan terkait dengan pengembangan kantin kejujuran

tersebut.

b. Melatih kemampuan dalam memahami dan menganalisis persoalan secara

kritis dan sistematis.

2. Bagi Jurusan PPKn

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian wawasan keilmuan serta

sumbangan pemikiran yang berupa pengetahuan dan informasi tentang

masalah yang diteliti khususnya mengenai pengembangan kantin kejujuran

dalam rangka pendidikan antikorupsi yang mengambil obyek penelitian di

SDN BI Tlogowaru Kota Malang.

b. Sebagai bahan untuk menambah dan melengkapi referensi untuk

perbendaharaan kajian ilmiah serta pengembangan ilmu pengetahuan yang

dapat dimanfaatkan sebagai penunjang bagi mahasiswa dalam rangka

memperdalam pengetahuan dan pengalaman belajar di Perguruan Tinggi.

3. Bagi Universitas Negeri Malang

Laporan hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan

kepustakaan.

4. Bagi Sekolah

a. Melalui pengembangan kantin kejujuran tersebut dapat mengarahkan

peserta didik untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kejujuran di lingkungan

sekolah. Kantin kejujuran perlu diterapkan di sekolah sebagai upaya

preventif bagi peserta didik untuk menjauhi praktik korupsi.

Page 14: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

b. Pelaksanaan kantin kejujuran akan sukses dengan dukungan bersama dari

warga sekolah. Program tersebut patut diberikan apresiasi yang tinggi

dengan mensukseskannya secara bersama. Melalui program ini akan

mempermudah guru untuk mendidik akhlak siswa. Karena tugas guru

tidak hanya melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi lebih

dari itu guru bertanggung jawab dalam membina kepribadian siswa.

Page 15: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

BAB

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Korupsi

1. Pengertian Korupsi

Menurut Prodjohamidjojo (2001:7) istilah korupsi berasal dari bahasa latin

Corruption atau Corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Korupsi

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:55) diartikan buruk, rusak, busuk,

suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya (memakai

kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Sedangkan menurut Tim Abdi Guru

(2006:106) korupsi merupakan penyelewengan atau penyalahgunaan (uang

negara, atau perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang

lain. Dan menurut undang-undang antikorupsi, korupsi adalah tindak pidana. yaitu

tindakan yang dilakukan oleh setiap orang dengan cara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi (kumpulan orang dan/ atau kekayaan terorganisasi baik merupakan

badan hukum maupun bukan badan hukum) yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara.

Korupsi di Indonesia telah menjadi persoalan struktural, kultural, dan

personal. Persoalan struktural karena telah melekat dalam sistem pemerintahan.

Sedangkan persoalan kultural karena kelaziman kolektif yang telah diterima

menjadi kebiasaan dalam masyarakat di berbagai lingkungan sosial. Dan

dikatakan persoalan personal karena mentalitas korupsi menyatu dengan

kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya (Tim Abdi Guru, 2006:114).

Page 16: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Terjadinya korupsi tentunya dilatarbelakangi oleh adanya faktor

pendorong untuk melakukannya. Suradi (2006:11-16) menyebutkan bahwa

terdapat tiga unsur penting yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi.

Unsur-unsur tersebut meliputi:

a. Adanya Tekanan (Pressure)

Kehidupan dapat menciptakan tekanan situasional yang signifikan,

pada suatu saat seseorang akan diuji tentang etika dan kejujurannya. Tekanan

dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:

1) Tekanan keuangan

Tekanan keuangan yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

korupsi karena serakah, gaya hidup melebihi kemampuan, memiliki hutang

atau mengalami kerugian keuangan yang cukup besar, dan kebutuhan

keuangan yang tidak terduga.

2) Tekanan karena sifat buruk yang dimiliki seseorang

Kebiasaan seseorang seperti suka berjudi, mengkonsumsi obat

terlarang dan alkohol nantinya akan berakibat terkurasnya keuangan yang

dimiliki orang tersebut. Hal ini akan mendorong seseorang tersebut untuk

melakukan kecurangan yang nantinya akan mengarah pada perbuatan korupsi.

3) Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan

Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan yang menyebabkan

seseorang melakukan korupsi diantaranya, kurang dihargainya atas kinerja

yang telah dicapai, ketidakpuasan terhadap pekerjaan, takut kehilangan

jabatan, dan perasaan dibayar lebih rendah.

Page 17: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

4) Tekanan yang lain

Setiap orang akan menghadapi berbagai tekanan dalam kehidupannya,

namun sifat dan kualitas tekanan tersebut bervariasi. Misalkan kebutuhan akan

keuangan, pangkat dan kedudukan yang lebih tinggi, gaji yang lebih besar dan

sebagainya.

b. Kesempatan atau peluang (Opportunity)

Adakalanya kejahatan muncul bukan karena niat jahat dari pelaku

melainkan karena ada kesempatan atau peluang. Demikian juga halnya dengan

korupsi. Banyak pelaku korupsi (koruptor) melakukan perbuatan tersebut

karena adanya peluang untuk melakukannya.

c. Rasionalisasi (Rasionalization)

Untuk menjelaskan rasionalisasi dapat memberikan kontribusi

terhadap terjadinya korupsi, karena rasionalisasi akan memberikan suatu

pembenaran tentang apa saja yang kita lakukan dengan tujuan untuk

memuaskan diri sendiri, meskipun tidak memiliki alasan yang kuat dan

pembenaran tersebut juga tidak dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi

moral atau etika. Misalkan seseorang yang melakukan korupsi, dan uang

korupsi tersebut digunakan untuk kegiatan keagamaan dan menyantuni fakir

miskin. Dengan melakukan rasionalisasi akan membantu seseorang untuk

menyembunyikan ketidakjujuran dari tindakannya.

Meningkatnya kasus korupsi juga dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya rendahnya moralitas atau perilaku yang menyimpang dari norma-

norma kehidupan, tidak memiliki budaya malu, tidak taat hukum, sikap mental

yang tidak baik, tidak amanah, tidak jujur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,

Page 18: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

diperlukan adanya langkah-langkah positif diantaranya adalah penyadaran dan

pembinaan moralitas bangsa, sehingga penyelenggaraan negara dapat berjalan

secara baik yaitu bersih dari tindak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

2. Dampak Korupsi

Korupsi merupakan salah satu kejahatan yang terdapat pada hampir semua

negara. Di negara maju maupun berkembang, apalagi di negara yang sedang giat-

giatnya membangun seperti Indonesia, fenomena korupsi akan senantiasa terjadi

dalam semua sendi kehidupan masyarakat. Menurut Saptono (2007:106) korupsi

akan menimbulkan dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan bangsa

Indonesia. Diantaranya biaya hidup menjadi mahal karena ongkos suap para

pengusaha pada akhirnya dibebankan kepada konsumen atau rakyat;

menimbulkan kerugian keuangan negara yang sangat besar; merusak wibawa

pemerintah; melahirkan berbagai kejahatan lain seperti pemalsuan,

penyelundupan, intimidasi, menurunkan kuantitas dan kualitas pembangunan;

pemerintah makin kehilangan dukungan rakyat.

Sedangkan dalam bidang politik menurut Samidi & Vidyaningtyas

(2008:88) korupsi akan mempengaruhi pada kehidupan demokrasi. Korupsi akan

mempersulit kehidupan demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara

menghancurkan proses formal. Sebagai contoh korupsi di lembaga pemilihan

umum dan badan legislatif akan mengurangi akuntabilitas dan perwakilan dalam

pembentukan kebijaksanaan, korupsi di pemerintahan publik akan menghasilkan

ketidakseimbangan dalam pemberian layanan terhadap masyarakat. Dengan

demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa korupsi mengikis kemampuan

institusi dari pemerintah karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya,

Page 19: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

dan pejabat diangkat atau dinaikkan jabatannya bukan karena prestasi tetapi

karena adanya uang suap untuk menaiki jabatan tertentu yang diinginkan.

Korupsi juga akan memberikan dampak terhadap pembangunan ekonomi

dengan membuat distorsi (kekacauan) dan ketidakefisienan yang tinggi. Korupsi

juga dapat mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan

hidup dan infrastruktur dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran

pemerintah (Samidi & Vidyaningtyas, 2008:89).

3. Instrumen Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Mengingat dampak korupsi yang telah ditimbulkan tersebut, tidak ada

pilihan lain kecuali memberantasnya. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu

dengan membuat aturan-aturan hukum untuk memberantas korupsi. Sebagai

bentuk kepedulian pemerintah terhadap korupsi yang terjadi di Indonesia,

pemerintah mengambil beberapa kebijakan baik melalui peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang pemberantasan korupsi disertai pula dengan

lembaga khusus yang dibentuk untuk menangani kasus-kasus korupsi yang terjadi

di Indonesia.

Berikut ini gambaran umum mengenai berbagai kebijakan pemerintah

dalam pemberantasan korupsi di Indonesia mulai dari pemerintahan Soekarno

sampai pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono adalah sebagai berikut:

Page 20: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Tabel 2.1 Kebijakan Pemerintah dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun Kebijakan Pemberantasan Korupsi Pemerintahan Soekarno (1945-1966) 1956-1957 Gerakan antikorupsi dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Lubis, wakil Staf

Angkatan Darat. Pada masa itujuga dikeluarkan Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM/06/1957. Peraturan ini dibuat karena Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dianggap tidak mampu menanggulangi meluasnya praktik korupsi saat itu.

Pemerintahan Soeharto (1967-1998) 1967 Sebagai pejabat Presiden waktu itu, Soeharto mengeluarkan Keputusan

Presiden Nomor 228 Tahun 1967 untuk membentuk Tim Pemberantasan Korupsi.

1970 Dibentuk Komisi Empat berdasarkan Keppres No. 12 Tahun 1970. Komisi ini bertugas meneliti dan mengkaji kebijakan dan hasil yang dicapai dalam pemberantasan korupsi. Komisi ini terdiri atas empat orang, yaitu: Wilopo, I. J. Kasimo, Prof. Ir Johannes, dan Anwar Tjokroaminoto.

1971 Untuk pertama kalinya Indonesia memiliki Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No. 3 Tahun 1971.

1977 Pemerintah mencanangkan Operasi Tertib (Opstib) yang berlanjut Inspres No. 9 Tahun 1977 tentang pembentukan Tim Operasi Tertib. Tim itu bertugas untuk mengikis habis praktek-praktek penyelewengan dalam segala bentuk.

1980 1) Pemerintah dan DPR menghasilkan Undang-Undang No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap.

2) Pemerintah mengeluarkan peraturan Disiplin Pegawai Negeri yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980.

Pemerintahan B. J. Habibie (1998-1999) 1998 1) Sidang umum MPR menghasilkan salah satu ketetapan yang secara tegas

menuntut pemerintah yang bersih dan bebas KKN. Ketetapan itu tertuang dalam Tap MPR No. XI/MPR/1998.

2) Pemerintah dan DPR menghasilkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN.

Pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001) 1999 1) Pemerintah membentuk Komisi Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggaraan

Negara. 2) Terbitnya surat Keputusan Presiden tanggal 13 Oktober 1999 tentang

Pemeriksaan Kekayaan Penyelenggaraan Negara. 2000 1) Pembentukan Komisi Ombudsman Nasional.

2) Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) berdiri melalui PP No. 19 Tahun 2000. Tim gabungan ini merupakan cikal bakal dari Komisi Pemberantasan Korupsi.

3) Terbitnya surat keputusan Dirjen Administrasi Hukum Umum Departemen dan HAM tanggal 7 Juli 2000 untuk menetapkan pemebentukan tim persiapan Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2001-2003) 2001 1) Pemerintah dan DPR mengeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001

tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .

2) Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terpaksa dibubarkan karena adanya putusan hak uji materiil Mahkamah Agung dengan dasar UU No.31 Tahun 1999.

2002 Pemerintah dan DPR mengeluarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 21: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Tahun Kebijakan Pemberantasan Korupsi 2003 1) Presiden mengeluarkan Keppres Pembentukan Panitia Seleksi Calon

Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2) Indonesia menandatangani Konvensi PBB tentang Pemberantasan

Korupsi di New York, Kamis 18 Desember 2003. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-sekarang) 2004 1) Keppres 59/2004 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan

Tipikor berwenang memeriksa dan memutus kasus korupsi yang penuntutannya diajukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

2) Inpres 5/2005 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. 2005 Keppres 11/2005 tentang Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Tim ini bertugas mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, penuntutan kasus korupsi yang ditangani kejaksaan; menelusuri, mengamankan aset korupsi untuk pengambilan kerugian negara secara optimal.

(Sumber: Koran Tempo, 25 Oktober 2004. Dalam Saptono, 2007:108) Sebuah instrumen hukum tentang korupsi, apabila dalam pelaksanaannya

tidak ada lembaga yang berwenang menegakkan hukum tersebut maka hal ini

tidak akan berarti. Oleh karena itu, untuk lebih memaksimalkan pemberantasan

korupsi, pemerintah Indonesia telah membentuk lembaga-lembaga antikorupsi.

Lembaga antikorupsi tersebut ada yang dibentuk oleh negara berdasarkan undang-

undang dan ada pula yang dibentuk oleh masyarakat.

Lembaga antikorupsi yang dibentuk oleh negara adalah Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun.

KPK adalah sebuah komisi yang dibentuk pada tahun 2003 berdasarkan Undang-

undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Komisi ini dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil

guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

Sedangkan contoh lembaga yang dibentuk oleh masyarakat antara lain

Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Gerakan antikorupsi (Gerak). Partisipasi

kedua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini antara lain dengan cara

memberikan pengawasan serta informasi dan pengaduan terhadap dugaan adanya

Page 22: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

tindak korupsi yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga negara lain.

Di samping itu, kedua LSM tersebut juga ikut memberdayakan masyarakat agar

masyarakat memiliki keberanian dan kepedulian terhadap pencegahan dan

pemberantasan korupsi di Indonesia (Dwiyono, 2007:93).

4. Upaya Pemberantasan Korupsi

Pemberantasan korupsi melalui berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan

baik melalui peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang

korupsi disertai dengan lembaga-lembaga yang berperan untuk memberantas

korupsi ternyata masih belum efektif untuk menghentikan praktik korupsi yang

terjadi selama ini. Kelemahan aturan sering digunakan para koruptor untuk lolos

dari jerat hukum. Sehingga perlu disusun dan diperbaiki terus-menerus berbagai

peraturan serta cara kerja pemerintah agar menjadi lebih efisien, penciptaan

lingkungan kerja bebas korupsi, pemisahan secara tegas harta milik negara dan

milik pribadi, penggunaan fasilitas milik negara untuk kepentingan umum dan

penggunaannya untuk kepentingan pribadi, etika profesi dan tata tertib lembaga.

Pemberantasan korupsi selain melalui tindakan yang bersifat represif

(menekan) yaitu melalui aturan hukum yang telah ada, dapat pula melalui

tindakan yang bersifat preventif (mencegah). Pencegahan bisa dilakukan dengan

perbaikan sistem hukum, kelembagaan, dan budaya masyarakat. Selain perbaikan

sistem hukum dan kelembagaan, perlu pula dilakukan perbaikan manusianya atau

budaya masyarakat (Saptono, 2007:108-109). Sehubungan dengan hal tersebut,

Dwiyono (2007:89) menyebutkan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam

memberantas korupsi yaitu:

Page 23: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

1) Mendorong agama agar lebih berperan dalam menumbuhkan sikap

antikorupsi.

Dengan iman yang kuat dan hati yang bersih diharapkan bisa

mencegah seseorang melakukan korupsi. Karena apabila iman seseorang tidak

kuat, maka hatipun menjadi kotor. Apabila hati seseorang kotor, maka akan

mudah melakukan tindakan tercela seperti berbohong atau tidak jujur, tidak

adil dan tindakan tercela lainnya termasuk melakukan korupsi. Sebaliknya,

apabila iman seseorang kuat, hati menjadi bersih sehingga orang tersebut akan

kuat menahan diri dari tindakan tercela termasuk korupsi.

2) Memberdayakan kembali moral bangsa.

Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Bangsa kita

sangat menjunjung tinggi moralitas. Tetapi akhir-akhir ini, disadari ataupun

tidak telah terjadi degradasi moral di negeri ini. Sesuatu yang bertentangan

dengan nilai-nilai agama sudah diabaikan, dan dianggap sebagai suatu

kemajuan. Sudah saatnya membangun kekuatan untuk mendidik akhlak

generasi penerus bangsa yang akan datang dengan memberikan sentuhan nilai-

nilai kearifan lokal yang menjadi kepribadian bangsa Indonesia.

3) Meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan.

Setelah bangsa Indonesia dilanda krisis ekonomi sejak beberapa tahun

yang lalu, korupsi sungguh membuat rakyat lebih sengsara. Sudah saatnya

pemerintah mengagendakan kebijakan untuk program pengentasan

kemiskinan sehingga rakyat menjadi sejahtera.

Page 24: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

4) Memilih pemimpin yang antikorupsi.

Seorang pemimpin yang bermoral dan bijaksana mampu dijadikan

panutan bagi masyarakat serta mampu mengatasi permasalahan-permasalahan

yang ada dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. Segala perilaku

buruk, tidak jujur, dan tidak adil yang dilakukan oleh para pemimpin atau

pejabat akan memberikan teladan buruk bagi masyarakat, dan memungkinkan

mereka untuk melakukan perbuatan serupa. Begitu pula halnya dengan

tindakan korupsi. Apabila dilakukan oleh oknum-oknum pejabat atau

pimpinan akan mendorong bawahannya untuk melakukan tindakan korupsi di

kalangan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sikap objektif didalam

menjatuhkan pilihan terhadap para pemimpin bangsa yang akan datang.

5) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

Mensosialisasikan peraturan perundang-undangan tentang antikorupsi

sangat penting. Karena dengan adanya sosialisasi, masyarakat menjadi

mengetahui bahaya dan kerugian yang ditimbulkan dari korupsi. Selain itu,

masyarakat juga mengetahui sanksi-sanksi yang akan diterima apabila

melakukan tindakan korupsi. Dengan demikian diharapkan, setiap anggota

masyarakat mempunyai kesadaran hukum yang tinggi.

Memberantas korupsi bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan upaya

yang sungguh-sungguh dan dukungan dari semua pihak untuk memberantasnya.

Upaya pemberantasan korupsi terus berlangsung hingga sekarang ini. Upaya

pemberantasan dan pencegahan korupsi selama ini diwujudkan dalam bentuk-

bentuk sebagai berikut:

Page 25: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

a. Pengawasan oleh warga masyarakat.

b. Instrumen hukum pemberantasan dan pencegahan tindak pidana korupsi yang

berwujud pada peraturan perundang-undangan.

c. Lembaga pengawas, seperti DPR, DPRD, BPK, dan Bawasda.

d. Lembaga pengawan independen seperti KPK.

e. Lembaga penegakan hukum (kepolisian, kejaksaan, pengadilan).

Selain bentuk-bentuk yang diwujudkan seperti hal tersebut di atas, upaya

pemberantasan dan pencegahan korupsi ternyata selama ini juga telah diwujudkan

dalam dunia pendidikan. Salah satu lembaga negara di Indonesia yaitu Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memiliki tugas dan wewenang dalam upaya

pemberantasan dan pencegahan korupsi tersebut, telah melaksanakan program

pendidikan antikorupsi yang dilaksanakan melalui institusi pendidikan yaitu

sekolah. Hal ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 13 huruf c yang menyatakan

dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6

huruf d, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau

upaya pencegahan salah satunya disebutkan yaitu menyelenggarakan program

pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan.

Gerakan antikorupsi sudah seharusnya didukung oleh pemerintah dan

setiap elemen masyarakat di Indonesia. Kebencian terhadap praktik korupsi

seharusnya merasuki setiap benak individu, khususnya peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa. Menurut Harmanto (2008:7) pendidikan antikorupsi

merupakan langkah awal yang ditempuh untuk mulai melakukan penanaman nilai

ke arah yang lebih baik sejak usia dini. Peserta didik nantinya dalam waktu relatif

Page 26: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

singkat akan segera bersentuhan dengan aspek pelayanan publik yang rentan

terjadi korupsi. Sehingga apabila mereka mengetahui dan memahami lingkup,

modus, dampak dari korupsi diharapkan mereka dapat mengajak dan mewarnai

lingkungan sekitarnya untuk berani dan bangkit melawan korupsi.

Saatnya dunia pendidikan mendorong upaya pemberantasan dan

pencegahan praktik korupsi dengan serius. Institusi pendidikan diyakini sebagai

tempat terbaik untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi.

Peserta didik yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa mendatang

sejak dini harus diajarkan untuk menjauhi praktik korupsi dan dapat turut aktif

memeranginya. Dengan cara melakukan pembinaan pada aspek mental, spiritual

dan moral (Prayitno, 2007:1).

B. Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu

secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat. Suatu

proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk

menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan

efisien (Sanaky, 2009:1). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan

umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin),

pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan

masyarakatnya. Sedangkan di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 ditegaskan bahwa, pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Page 27: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Kasim (dalam Kuswandoro, 2008:21) menjelaskan secara umum

pendidikan selalu dicirikan oleh dua kepedulian yaitu budaya dan masyarakat,

yaitu pemindahan keterampilan-keterampilan teknis yang perlu untuk

menjalankan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup, serta pemindahan nilai-nilai

agama, filosofis, budaya dan sosial dari masing-masing masyarakat dan penduduk

tersebut ke generasi muda. Sedangkan Sudarminta (dalam Kuswandoro, 2008:21)

menjelaskan bahwa Pendidikan secara luas adalah usaha sadar yang dilakukan

oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu

peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang

dewasa susila.

Manusia dijuluki sebagai animal educandum sekaligus animal educandus,

yaitu makhluk yang dididik sekaligus makhluk yang mendidik. Maka pengertian

pendidikan jelas lebih luas daripada sekedar penyekolahan. Pendidikan dipahami

sebagai ikhtiar pembudayaan. Pendidikan tidak hanya merupakan prakarsa

pengalihan pengetahuan dan keterampilan, akan tetapi juga nilai-nilai budaya dan

norma-norma sosial (Hassan 2004:5)

Dalam teori pendidikan terdapat tiga ranah dalam taksonomi tujuan

pendidikan yang sering disebut taxonomy Bloom. Pertama, ranah kognitif yang

menekankan aspek untuk mengingat dan mereproduksi informasi yang telah

dipelajari, yaitu untuk mengkombinasikan cara-cara kreatif dan mensintesakan

Page 28: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

ide-ide dan materi baru. Kedua, ranah afektif yang menekankan aspek emosi,

sikap, apresiasi, nilai atau tingkat kemampuan menerima atau menolak sesuatu.

Ketiga, ranah psikomotorik yang menekankan pada tujuan untuk melatih

keterampilan seperti menulis dan teknik mengajar. Dari ketiga ranah pendidikan

tersebut harus selaras dan saling melengkapi (Muslihati, 2005:12) .

Keterlibatan pendidikan dalam upaya pencegahan korupsi memiliki

kedudukan strategis antisipatif. Korupsi terhadap sebagian negara telah dianggap

sebagai kejahatan transnasional. Sehingga memunculkan banyak ide terhadap cara

pencegahan korupsi tersebut. Salah satu ide yang dicanangkan adalah melalui

pendidikan. Beberapa negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi telah

menjalankan pendidikan antikorupsi melalui berbagai upaya. Tidak terkecuali

Indonesia, sebagian daerah telah melakukan upaya sosialisasi pendidikan

antikorupsi. Hal tersebut didasari pada kepekaan terhadap problematika bangsa

yang harus dicegah mata rantainya mulai dari generasi bangsa pada sektor

pendidikan.

Pendidikan antikorupsi secara umum dikatakan sebagai pendidikan

koreksi budaya yang bertujuan untuk mengenalkan cara berfikir dan nilai-nilai

baru kepada peserta didik (Dharma, 2004:1). Kejujuran merupakan prinsip dasar

dalam pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi yang dilaksanakan di

sekolah, menjadi tugas dan tanggung jawab para pendidik. Menurut Sanaky

(2009:2) untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi, pendidikan di sekolah harus

diorientasikan pada tataran moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti

pada kompetensi (competence) saja, tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan

kebiasaan (habit) dalam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.

Page 29: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Dalam pendidikan karakter, Lickona (dalam Megawangi, 2007:4)

menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak sampai pada tataran moral action

diperlukan tiga proses pembinaan yang berkelanjutan mulai dari proses moral

knowing, moral feeling, hingga moral action. Ketiganya harus dikembangkan

secara terpadu dan seimbang. Dengan demikian diharapkan potensi peserta didik

dapat berkembang secara optimal, baik aspek pada kecerdasan intelektual,

emosional maupun spritual.

Pendidikan memiliki posisi sangat strategis dalam upaya membangun

sikap antikorupsi. Melalui pendidikan antikorupsi diberikan pembelajaran sikap

mental dan nilai-nilai moral antikorupsi di sekolah, sehingga peserta didik dapat

memiliki pandangan dan sikap yang permissive terhadap segala bentuk praktik

korupsi. Pendidikan antikorupsi yang diberikan di sekolah diharapkan dapat

menyelamatkan peserta didik agar tidak menjadi penerus tindakan-tindakan korup

generasi sebelumnya. Langkah untuk menangani korupsi melalui sistem

pendidikan akan berdampak besar dalam kehidupan manusia Indonesia.

Di dalam konteks pendidikan antikorupsi, yang terpenting adalah tujuan

pendidikan nilai. Konsep dasar pendidikan antikorupsi secara filosofis merupakan

internalisasi hakikat korupsi (ontologis), pemahaman praktik korupsi

(epistemologis) serta aplikasi moral antikorupsi dalam tindakan (aksiologis) untuk

mencegah perilaku korupsi. Dengan demikian, internalisasi nilai-nilai antikorupsi

melalui pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi bangsa dalam

memajukan budi pekerti, pikiran, tindakan untuk menentang korupsi

(Sulistyawan, 2008:28).

Page 30: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Upaya pencegahan korupsi melalui pendidikan merupakan basis falsafah

dalam pendidikan nilai, moral dan agama. Pendidikan dapat dimaknai dan

dimanfaatkan sebagai instrumen, selain mampu mentransformasikan nilai-nilai

moral, pendidikan juga berfungsi melakukan social engineering (pemecahan

masalah sosial). Hidayatullah (2007:6) memberikan pendapatnya sebagai berikut:

Salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui tindakan preventif adalah dengan menumbuhkan kepedulian untuk melawan berbagai tindakan korupsi, dan sekaligus juga mendidik generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai etika dan moral yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan melakukan kampanye publik, maupun melalui penanaman nilai-nilai moral dan etika yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pada berbagai level terutama pada level pendidikan awal seperti SD dan SMP. Dengan upaya ini diharapkan mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang bersih dan menjadi generasi muda yang dapat menjadi contoh bagi generasi sesudahnya dan sebelumnya.

Secara umum tujuan pendidikan antikorupsi adalah: (1) pembentukan

pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk korupsi dan aspek-aspeknya; (2)

pengubahan persepsi dan sikap terhadap korupsi; dan (3) pembentukan

keterampilan dan kecakapan baru yang ditujukan untuk melawan korupsi.

Sedangkan manfaat dalam jangka panjangnya adalah menyumbang pada

keberlangsungan sistem integrasi nasional dan program antikorupsi serta

mencegah tumbuhnya mental korupsi pada diri peserta didik yang kelak akan

menjalankan amanah di dalam sendi-sendi kehidupan (Dharma, 2004:7).

Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 4 ayat (3) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai

suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

sepanjang hayat. Atas dasar ini, penyelenggaraan pendidikan antikorupsi lewat

Page 31: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

jalur pendidikan tidak dapat diabaikan potensinya sebagai salah satu cara untuk

membudayakan antikorupsi di Indonesia.

Salah satu faktor keberhasilan dalam pendidikan antikorupsi di sekolah

yaitu adanya daya dukung seluruh komponen sekolah. Daya dukung tersebut

adalah adanya budaya sekolah yaitu berupa keteladanan guru dan kepala sekolah

merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan antikorupsi tersebut.

Kemudian disusul oleh konsistensi dalam penerapan aturan sekolah, kejujuran

siswa, dan keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan.

Muhammadun (2006:3) menyebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan

dalam membangun pendidikan antikorupsi antara lain sebagai berikut:

1) Menempatkan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk karakter.

2) Setelah tercipta karakter, maka perlu membangun kurikulum yang tidak hanya

menjelaskan makna tekstual teori ilmu pengetahuan, namun juga mampu

mengkontekstualisasikan dengan fenomena ketimpangan sosial yang terjadi di

masyarakat.

3) Melakukan real action (aksi nyata) dalam pemberantasan korupsi, sehingga

pendidikan antikorupsi bukan sekadar wacana, namun sebuah gerakan yang

memang sangat diperhitungkan untuk kelangsungan masa depan bangsa.

Pada dasarnya manusia menciptakan budaya dan lingkungan sosial mereka

sebagai adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologisnya. Kebiasaan dan tradisi

tersebut diwariskan dari generasi ke generasi. Generasi berikutnya terkondisikan

menerima kebenaran tentang nilai, pantangan, kehidupan, dan standar perilaku.

Dalam konteks pendidikan antikorupsi dibutuhkan pencarian dan pengembangan

Page 32: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

kearifan-kearifan lokal (Local Wisdoms) seperti menghargai pentingnya nilai-nilai

kejujuran, keadilan, dan integritas.

Dilihat dari tujuannya, memasukkan pendidikan antikorupsi di sekolah

merupakan gagasan yang sangat cerdas. Karena peserta didik merupakan

kelompok umur yang masih mungkin dibentuk semangat idealismenya. Menurut

Hassan (2004:8) pendidikan antikorupsi di sekolah merupakan suatu langkah

untuk memutus mata rantai agar korupsi pada saatnya kelak tidak lagi menjadi

budaya. Untuk mencapai hal tersebut lingkungan sekolah harus bisa memberikan

contoh-contoh nyata keluhuran perilaku, utamanya adanya keteladanan dari

pendidik itu sendiri.

C. Kantin Kejujuran

Memberantas korupsi haruslah dimulai dari penanaman sikap antikorupsi

dalam masyarakat dan harus ditanamkan sejak dini. Salah satunya dengan

menggalakkan pendirian ”kantin kejujuran” yang dimulai dari tingkat sekolah.

Suatu upaya yang sangat baik dalam melatih kejujuran para individu agar terbiasa

berbuat jujur. Dilihat dari penamaan kantin tersebut tentunya pendirian kantin

tersebut bertujuan untuk menanamkan kepada peserta didik tentang arti penting

sebuah kejujuran.

Kantin kejujuran merupakan salah satu model atau strategi praktik

pendidikan antikorupsi bagi peserta didik di lingkungan sekolah. Nantinya peserta

didik akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu ingin menerapkan kejujuran hati

nuraninya atau tidak. Mentalitas siswa masih menjadi salah satu tantangan yang

harus dihadapi dalam mengembangkan kantin kejujuran di sekolah. Eko S.

Page 33: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Tjiptadi, selaku Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK

mengemukakan dalam peresmian kantin kejujuran di SMAN 1 Ciparay di desa

Pakutandang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung bahwa:

Kantin kejujuran adalah sebuah model kantin yang dikelola oleh anak-anak sekolah dengan modal jujur. Setiap anak sekolah berhak terlibat untuk menjadi pengurus dan pengelola kantin kejujuran. Prinsip keterbukaan dan kejujuran menjadi ciri utama dari para pengelolanya (Pikiran Rakyat, 2008:11). Menurut Syaharudin (2009:1) kantin kejujuran dalam pelaksanaannya

tersebut tidak dijaga oleh seorang pelayan toko atau kasir. Kantin dibiarkan

terbuka tanpa penjaga. Melalui kantin kejujuran, siswa belajar berperilaku jujur

dan bersikap patuh ketika tidak ada orang yang mengawasi. Belajar jujur kepada

diri sendiri, secara langsung dapat menyentuh kesadaran dan sikap siswa.

Dengan adanya kantin kejujuran di sekolah diharapkan siswa bisa kembali

melatih hati nuraninya pada saat membeli sesuatu di kantin tanpa diawasi oleh

penjaga. Kantin kejujuran bisa menjadi suatu terapi agar siswa nantinya tidak

mempraktikkan korupsi karena tindakan itu bisa menghancurkan mental

masyarakat dan negara. Sekolah diharapkan bisa menjadi contoh agar lulusannya

bisa menjadi sumber daya manusia yang jujur sehingga dapat membantu

perubahan positif di masyarakat (Tuti, 2009:2).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:68), jujur artinya lurus

hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus, dan ikhlas. Kejujuran dapat diartikan

sifat keadaan jujur, ketulusan hati dan kelurusan hati. Menurut buku panduan

warung kejujuran (warjur) tingkat pelajar terbitan Komisi Pemberantasan Korupsi

salah satu nilai dasar yang perlu ditanamkan dalam pembentukan perilaku

antikorupsi adalah nilai kejujuran. Apabila peserta didik sejak dini memiliki dan

Page 34: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

mampu menerapkan nilai kejujuran di dalam keseharian, diharapkan untuk jangka

waktu ke depan mereka mampu senantiasa berperilaku jujur.

Kejujuran adalah nilai hidup yang bersifat universal. Setiap orang dari

semua bangsa dan agama mengenal kejujuran walaupun tidak setiap orang

sanggup dan berani melakukan. Mengajarkan nilai-nilai kejujuran sifatnya

berjenjang sesuai dengan usia perkembangan seseorang. Dari penyelidikan

psikolog perkembangan Piaget dan Kohlberg (dalam Santrock, 2006:443)

diketahui bahwa proses perkembangan moral adalah proses perkembangan otak.

Karena itu perkembangan moral berhubungan erat dengan perkembangan kognitif

seseorang.

Anak-anak dan remaja membentuk pemikiran moral mereka seiring

dengan perkembangan mereka dari tahap yang satu ke tahap berikutnya, dan

bukan hanya bersikap pasif dengan menerima saja moralitas suatu kebudayaan.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Usia 2 sampai 7 tahun.

Dari penyelidikan diketahui bahwa anak diantara usia 2-7 tahun belum

mampu membuat pertimbangan-pertimbangan tentang baik atau buruk suatu

perbuatan. Mereka patuh untuk melakukan suatu perbuatan tertentu,

tujuannya untuk menyenangkan orang tua dan mendapat pujian, serta tidak

melakukan suatu perbuatan yang dilarang adalah karena takut akan hukuman.

Mengajar anak kejujuran dalam fase ini dapat dilakukan terutama melalui

penguatan positif terhadap kejujuran, dengan memuji dan menghargai

perbuatan jujurnya dan penguatan negatif terhadap perbuatan tidak jujur

Page 35: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

dengan mencela dan menghukum perbuatan tidak jujur serta mengajar melalui

peneladanan oleh orang tua atau guru.

2) Usia 7 sampai 10 tahun

Anak usia ini mulai memahami dan mengunakan konsep. Maka konsep

kejujuran mulai dapat diajarkan, demikian juga konsep tentang ketidak-

jujuran dan akibatnya. Hati nurani anak mulai terbentuk dan anak mulai

mengetahui tentang baik buruknya sebuah perbuatan. Cara berpikirnya masih

sangat terbatas terhadap perbuatan yang nyata (konkret) dan anak belum

sanggup melihat dari sudut pandang orang lain.

Mengajari anak tentang kejujuran dalam fase ini selain dengan

peneladanan dan penguatan positif dan negatif, juga melalui cerita dan kasus

nyata yang dapat dibayangkan anak. Lalu ditanyakan apa akibatnya dari

perbuatan tidak jujur orang tersebut. Pada usia ini motivasi untuk melakukan

hal yang baik sudah harus berpindah dari menyenangkan orang tua, kepada

alasan bahwa melakukan perbuatan baik membawa rasa senang dan damai

pada diri sendiri, karena sesuai dengan hati nuraninya.

3) Usia 11 sampai 13 tahun.

Pada usia ini, anak sudah mulai dapat berpikir kearah abstrak dan

sanggup melihat dari sudut pandang orang lain. Ia sudah dapat membedakan

motivasi yang ada dibelakang sebuah perbuatan dan dapat mempertimbangkan

perbuatan dari segi motivasi atau niat itu.

4) Usia 13 sampai dewasa.

Remaja dan pemuda telah sanggup berpikir abstrak dan membuat

hipotesa. Mereka mempunyai standar tentang yang baik atau buruk perbuatan

Page 36: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

dari diri mereka sendiri. Pada usia ini tingkah laku moral yang sesungguhnya

baru timbul. Masa ini perlu digunakan baik-baik untuk menanamkan

kesanggupan berpikir mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat

penalaran moral. Para remaja sanggup menginterpretasi penilaian moral dan

menjadikannya sebagai nilai pribadi. Dari penelitian diketahui bahwa

perkembangan mempribadikan konsep (internalisasi) terjadi melalui

identifikasi dengan tokoh yang dianggap sebagai contoh atau model (hero

worship).

Pada usia anak-anak, keluarga dan lembaga pendidikan mempunyai andil

yang besar untuk memberi pesan moral. Keberhasilan peserta didik tidak hanya

diukur dari tinggi rendahnya nilai, akan tetapi juga kejujuran, akhlak atau budi

pekerti yang dimiliki. Menurut Syaharudin (2009:4) upaya pemberantasan korupsi

dalam jangka panjang akan menuai keberhasilan apabila dilakukan dengan

kombinasi antara represif, preventif dan edukatif secara integral. Pendirian kantin

kejujuran di sekolah merupakan sarana untuk membentuk sikap mental yang

positif, dan kepribadian yang jujur di kalangan pelajar, sekaligus sebagai media

yang cukup efektif dalam menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab pada diri

peserta didik sebagai kader pemimpin bangsa dimasa yang akan datang.

Dalam implementasi kantin kejujuran tersebut, para pelajar diberikan

kesempatan untuk menentukan sikap, akan berbuat jujur atau melakukan

kecurangan. Harus disadari bahwa moral generasi muda merupakan aset utama

sebuah bangsa. Oleh karenanya, mempersiapkan sikap hidup dan perilaku jujur

dengan moral yang baik dan mental yang bersih, akan menjadi cara yang efektif

dalam menanggulangi dan mencegah timbulnya koruptor di masa mendatang.

Page 37: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

BAB

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor

(dalam Moleong, 2008:21) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau

tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan

mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau

perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau

organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut

pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Sedangkan jenis penelitian adalah studi kasus. Studi kasus adalah studi

yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki

pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Penelitian dibatasi waktu, tempat, serta kasus yang dipelajari berupa program,

peristiwa, aktivitas, atau individu (Bungin, 2007:3). Penelitian dilaksanakan di

SDN BI Tlogowaru dalam kaitannya dengan program kantin kejujuran.

B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian di mana peneliti bertindak

sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pembuat

laporan hasil penelitian maka kehadiran peneliti adalah sebagai pengamat

Page 38: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

partisipan yaitu peneliti mengamati dan ikut terlibat dalam penelitian ini.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke

lapangan dengan mengadakan observasi dan wawancara. Peneliti menyesuaikan

diri dengan orang-orang di lingkungan penelitian dan menciptakan hubungan baik

dengan orang-orang di lokasi penelitian. Dengan menciptakan suasana akrab

terhadap diri informan sehingga dapat memperlancar jalannya penelitian.

Selain kehadiran peneliti, kehadiran peserta didik (siswa) sebagai subyek

penelitian juga sangat diperlukan. Tanpa adanya peserta didik atau subyek yang

diteliti, maka penelitian ini tidak akan bisa berjalan karena peserta didiklah yang

menjadi sasaran utama pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan

antikorupsi di SDN BI Tlogowaru tersebut. Selama berada dilokasi penelitian,

peneliti melakukan pengamatan terhadap subyek terliti (siswa) secara langsung.

Secara langsung pengamatan tersebut dilakukan terhadap rekaman aktivitas siswa

pada saat mengunjungi kantin kejujuran tersebut pada jam istirahat. Peneliti juga

mendapat informasi dari kepala sekolah, pelaksana kantin kejujuran dan guru wali

kelas III dan IV terkait dengan pengembangan kantin kejujuran dalam rangka

pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang tersebut yang sudah

terlaksana selama ini.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN BI Tlogowaru, yang berlokasi di Komplek

Pendidikan Internasional Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di SDN BI Tlogowaru, karena

sekolah ini memiliki karakteristik keunggulan yaitu adanya pengembangan kantin

Page 39: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

kejujuran di lingkungan sekolah tersebut. Meskipun letak sekolah ini yang relatif

jauh dari wilayah perkotaan, namun fasilitas infrastruktur, sarana dan prasarana

sangat lengkap, canggih dan modern. Salah satu sarana yang berada di SDN BI

Tlogowaru yaitu adanya kantin kejujuran yang bersih, luas dan sehat. Oleh karena

itu, terkait dengan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas memungkinkan

peneliti untuk mengadakan penelitian di SDN BI Tlogowaru.

D. Sumber dan Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Moleong, 2008:157). Sedangkan menurut Arikunto (2006:102) yang dimaksud

dengan sumber data adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh, jadi sumber

data itu menunjukkan asal informasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini

dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian, jadi ia harus

mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan berkewajiban

secara sukarela menjadi anggota tim peneliti, walaupun hanya bersifat

informal (Moleong, 2000:90).

Pemilihan informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive

sampling). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang mengetahui benar tentang pengembangan kantin kejujuran di SDN

Page 40: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

BI Tlogowaru. Dalam prosedur sampling yang terpenting adalah menentukan

informan kunci (key informan). Untuk menentukan informan kunci, peneliti

memilih Kepala Sekolah SDN BI Tlogowaru dan selanjutnya peneliti perlu

menghubungi pengelola atau pelaksana kantin kejujuran di SDN BI

Tlogowaru. Agar dapat menyaring data yang diperlukan, maka dalam

menentukan informan peneliti menggunakan teknik bola salju (snowball

sampling). Kesimpulannya peneliti tidak akan berhenti hanya pada satu

informan saja, karena semakin banyak informan maka semakin banyak

informasi yang diperoleh. Apabila selama penelitian berlangsung informasi

yang diperoleh dari informan yang telah ditentukan sebelumnya masih

terdapat kekurangan, maka peneliti dapat mencari informan lain seperti guru

dan siswa untuk mencari jawaban terkait dengan rumusan masalah penelitian

sehingga mendapatkan informasi atau data yang lengkap tentang

pengembangan kantin kejujuran di SDN BI Tlogowaru tersebut.

2. Catatan Lapangan

Menurut Bogan dan Biklen catatan lapangan merupakan catatan

tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian

kualitatif. Catatan lapangan nantinya akan digunakan peneliti yang berisi

peristiwa dan pengalaman yang dilihat serta dicatat selengkap dan seobjektif

mungkin pada saat penelitian berlangsung (dalam Moleong, 2008:209).

3. Foto

Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk

keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan.

Page 41: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Foto menghasilkan catatan deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara

induktif (Moleong, 2008:160). Pengambilan foto oleh peneliti, dilakukan

dengan meminta bantuan orang lain. Hal ini dilakukan untuk melihat

hubungan dan respons subyek sewaktu berhubungan dengan peneliti agar

mendapatkan latar yang alami atau tidak dibuat-buat pada saat pengambilan

foto tersebut dilakukan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan oleh peneliti dilakukan

dengan memasuki lapangan atau latar penelitian yakni merupakan salah satu ciri

utama penelitian kualitatif. Dalam hal pengumpulan data sesuai dengan bentuk

pendekatan kualitatif serta sumber dan jenis data yang digunakan, maka teknik

pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam teknik

yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewe ) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Wawancara dalam penelitian ini, juga

menggunakan wawancara terstruktur artinya pada awal penelitian, peneliti

sudah menanyakan pertanyaaan yang terformat dalam daftar pertanyaan yang

telah tersusun terkait dengan pengembangan kantin kejujuran di SDN BI

Tlogowaru yang akan dilakukan terhadap kepala sekolah, pengelola atau

Page 42: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

pelaksana kantin kejujuran, guru wali kelas III dan IV serta siswa yang

menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas III dan IV.

2. Observasi

Menurut Winarno Surakhmat, observasi adalah teknik pengumpulan

data dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap gejala yang diteliti

dengan seksama serta mengamati langsung terhadap obyek dan sasaran

penelitian (dalam Sugiyono, 2006:162). Observasi dalam penelitian ini,

dilakukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi atau area kantin

kejujuran, mengetahui sistem manajemen dalam kantin kejujuran baik cara

pembelian dan pembayaran, mengetahui sistem pengawasannya dan perilaku

siswa terkait dengan pengembangan kantin kejujuran dalam rangka

pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:206) dokumentasi adalah mencari data

mengenai sesuatu hal atau variabel yang berasal dari pihak lain. Dalam

penelitian ini akan mempergunakan media elektronik berupa kamera untuk

merekam proses pada saat kegiatan penelitian berlangsung. Dokumentasi

berupa foto merupakan bukti autentik bahwa penelitian ini telah dilaksanakan.

Selain foto, nantinya peneliti akan melengkapi data-data berupa

dokumen tertulis mengenai sistem pembukuan yang terdapat dalam kantin

kejujuran yang dimanfaatkan untuk menafsirkan bahkan meramalkan data

yang diperoleh.

Page 43: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

F. Analisis Data

Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan umum dasar (dalam

Moleong, 2000:103). Sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang

dikumpulkan yaitu jenis data kualitatif dan deskriptif, maka teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengolahan data non statistik atau

teknik analisa deskriptif kualitatif yang artinya menggambarkan atau

mendeskripsikan kembali data yang terkumpul.

Analisis data yang dipakai dalam penelitian adalah model analisis

interaktif Miles dan Huberman (1992:20-23). Dalam model ini terdapat tiga

komponen analisis meliputi, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan

proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Dalam proses ini peneliti

tetap bergerak diantara tiga analisis, sesudah pengumpulan data sesuai unitnya

dengan menggunakan waktu yang tersisa dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya

proses analisisnya dalam model interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:

Penyajian Data Pengumpulan Data

Kesimpulan

Reduksi Data

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles & Huberman

Sumber: Model Analisis Interaktif (Miles&Huberman, 1992:20)

Page 44: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Langkah dalam analisis data tersebut meliputi:

1. Reduksi Data

Mereduksi data dimaksudkan untuk pemilihan dan penyederhanaan

data yang telah diperoleh, mulai dari awal pengumpulan data sampai kepada

proses penyusunan laporan penelitian. Jadi dalam mereduksi data, data yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi ditulis dalam

bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok

sehingga didapatkan hasil pengamatan yang lebih akurat. Data yang direduksi

memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila

diperlukan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan data secara naratif dari informasi

yang telah diperoleh dari hasil reduksi data yang dilakukan. Penyajian data

dilakukan untuk mengurutkan data yang terkumpul dan telah dianggap valid.

Kemudian dilakukan penyusunan sesuai dengan rumusan masalah, kegiatan

ini akan memudahkan peneliti untuk melihat bagian-bagian tertentu ataupun

keseluruhan dari data hasil penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk membuat kesimpulan

terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian

makna data serta memberi penjelasan. Selanjutnya, dilakukan kegiatan

verifikasi, yaitu menguji kebenaran, keakuratan dan mencocokan makna-

Page 45: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

makna yang muncul dari data. Verifikasi tersebut merupakan validitas dari

data yang disimpulkan.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam penelitian ini, upaya untuk menjamin keabsahan datanya digunakan

teknik triangulasi. Menurut Moleong (2008:324) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber,

yakni dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek data yang diperoleh

melalui wawancara, observasi didukung dengan catatan lapangan.

Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengecek

data yang diperoleh melalui beberapa sumber baik dari kepala sekolah, pengelola,

guru dan siswa didukung oleh hasil pengamatan selama berada di lapangan. Data

yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan serta dikategorikan

untuk mendapatkan kesimpulan. Pengecekan data yang berasal dari pemberi data

(informan) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan

disepakati oleh pemberi data (informan), berarti data tersebut valid sehingga

semakin kredibel.

H. Tahap-tahap Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini, diawali

dengan tahap pra lapangan sampai pada penulisan laporan sebagai berikut:

Page 46: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

1. Tahap persiapan

a. Merumuskan masalah

Suatu penelitian selalu bertindak pada masalah, tanpa masalah

penelitian tidak dapat dilaksanakan. Mengenai perumusan masalah dalam

penelitian, Moleong (2008:92) menjelaskan bahwa masalah itu, sewaktu

akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dirumuskan secara

jelas, sederhana dan tuntas. Dalam penelitian ini masalah atau fokus

penelitiannya adalah pengembangan kantin kejujuran dalam rangka

pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru, dengan perumusan sebagai

berikut:

1) Bagaimana pola pengembangan kantin kejujuran dalam rangka

pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang?

2) Apa faktor pendukung dan penghambat pengembangan kantin

kejujuran dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru

Kota Malang?

3) Apa manfaat dari diterapkannya pengembangan kantin kejujuran

dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota

Malang?

b. Penyusunan desain penelitian

Kegiatan dalam tahap ini meliputi identifikasi masalah, studi

kepustakaan, dan pemilihan metode penelitian. Kegiatan penyusunan

desain penelitian ini dilakukan untuk mengurus izin penelitian, serta

panduan bagi pelaksanaan penelitian.

Page 47: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

c. Perizinan

Sehubungan penelitian yang dilaksanakan diluar kampus dan

merupakan sebuah institusi formal yang berada dibawah naungan Dinas

Pendidikan Nasional, maka penelitian ini memerlukan izin dengan

prosedur sebagai berikut:

1) Permintaan surat pengantar untuk melakukan penelitian ke Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang yang diajukan ke Kepala

Dinas Pendidikan Nasional Kota Malang.

2) Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang memberikan surat pengantar

izin untuk melakukan penelitian yang diajukan kepada Kepala Sekolah

SDN BI Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

d. Penyusunan Instrumen Penelitian

Kegiatan dalam penyusunan instrumen penelitian meliputi

penyusunan daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara serta

pembuatan format lembar observasi dan dokumentasi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik:

1) Melakukan wawancara dengan kepala sekolah, pengelola atau

pelaksana kantin kejujuran, guru wali kelas III dan IV serta siswa kelas

III dan IV terkait dengan judul penelitian yaitu pengembangan kantin

kujujuran dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru

2) Mengamati aktivitas siswa, pada saat melakukan pembelian makanan

ataupun minuman dan pada saat melakukan transaksi pembayaran di

Page 48: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

kantin kejujuran tersebut serta cara pengawasan yang dilakukan dalam

kantin kejujuran di SDN BI Tlogowaru.

b. Pengolahan Data

Dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data

yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengolahan data ini dimaksudkan

untuk mempermudah nantinya dalam proses analisis data.

c. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif yang

menggambarkan dan menafsirkan keadaan yang sekarang. Tujuannya

melukiskan suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat penelitian

berlangsung. Hasil analisis data diuraikan dalam paparan data dan temuan

penelitian.

d. Menarik Kesimpulan

Setelah dianalisis, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan

yang diambil sesuai dengan data yang telah terkumpul dan dianalisis

dengan seobyektif mungkin.

3. Tahap Pelaporan

Setelah data yang diperoleh diolah dan dianalisis, kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II, maka

dalam tahap pelaporan ini selanjutnya adalah menyusun hasil penelitian dalam

bentuk laporan (Skripsi) sesuai dengan pedoman yang berlaku di Universitas

Negeri Malang.

Page 49: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

BAB

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan analisis temuan penelitian dalam

pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Untuk jenjang pendidikan sekolah dasar dengan mempertimbangkan tingkat

kematangan berfikir siswa dan padatnya jam pelajaran, praktik kantin

kejujuran ini merupakan salah satu strategi yang tepat agar siswa dapat belajar

dan berlatih mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi seperti kejujuran,

keadilan, tanggung jawab, kedisiplinan, ketertiban serta kemandirian dalam

kehidupan sehari-hari terutama di dalam lingkungan sekolah. Pengembanagan

kantin kejujuran dapat digunakan sebagai salah satu wadah bagi pendidikan

kader calon pemimpin bangsa yang berwatak antikorupsi di masa yang akan

datang. Pola pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan

antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang oleh pihak sekolah dilakukan

secara efektif dan efisien mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan hingga evaluasi selalu diarahkan pada kemajuan dan hasil yang

optimal.

2. Faktor pendukung pengembangan kantin kejujuran terdiri dari adanya bantuan

modal; Perilaku warga sekolah untuk jujur setiap melakukan transaksi

pembelian dan pembayaran; Pemberian materi pendidikan antikorupsi di

dalam kelas yang termuat pada mata pelajaran PKn; Siswa menyukai makanan

dan dapat menjangkau harga yang ditawarkan; Kesadaran siswa untuk

mematuhi norma-norma yang berlaku di kantin kejujuran; Pemahaman siswa

terhadap mekanisme pembelian dan pembayaran di kantin kejujuran; Siswa

Page 50: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

mengetahui bahwa korupsi merupakan perbuatan yang tidak baik karena dapat

merugikan diri sendiri dan orang lain. Sedangkan faktor penghambat

pengembangan kantin kejujuran yaitu semua siswa belum tentu bisa untuk

berbuat jujur, disiplin, mandiri, tertib dan bertanggung jawab; Guru

mengalami kesulitan dalam melepas anak kelas satu karena sebagian dari

mereka ada yang masih belum mengerti nominal uang.

3. Manfaat yang diperoleh dari diterapkannya pengembangan kantin kejujuran

dalam rangka pendidikan antikorupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang

sebagai berikut: Bagi sekolah terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur

di sekolah serta sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang

telah diajarkan di dalam kelas; Bagi siswa dapat melatih sikap jujur,

bertanggung jawab, mandiri dan dapat melatih siswa untuk taat dan patuh

terhadap norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku di sekolah maupun di

masyarakat; Bagi orang tua dapat memberikan motivasi dan pembinaan

terhadap anak-anaknya agar selalu berperilaku jujur di sekolah, di rumah,

maupun di lingkungan masyarakat; Dan bagi masyarakat dapat mendidik

generasi muda berperilaku jujur dan berakhlak mulia.

B. Saran

Sebagai akhir karya tulis ilmiah ini, maka peneliti mengajukan beberapa

saran yang ditujukan kepada:

1. Sekolah

Agar program kantin kejujuran di SDN BI Tlogowaru menjadi lebih

sempurna dan dapat dijadikan wahana pendidikan moral yang efektif,

hendaknya sekolah yang bersangkutan juga menerapkan kurikulum

Page 51: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

antikorupsi dalam pembelajaran dan dalam pengawasan kantin kejujuran

hendaknya juga melibatkan siswa di dalamnya melalui piket kantin kejujuran.

2. Guru

Guru hendaknya ikut mendampingi pada saat siswa bermain Ular

Tangga Antikorupsi (UTAK) agar dapat memberikan penjelasan mengenai

nilai-nilai kejujuran yang terangkum di permainan UTAK tersebut.

3. Dinas Pendidikan Kota Malang

Dinas pendidikan Kota Malang hendaknya memberikan dukungan dan

ikut menfasilitasi sekolah yang berkeinginan untuk mendirikan dan

melaksanakan praktik kantin kejujuran.

4. Peneliti atau mahasiswa yang akan datang

Peneliti atau mahasiswa yang akan datang hendaknya dapat meneliti

metode pembelajaran antikorupsi yang diterapkan di dalam kelas. Untuk

mengevaluasi keberhasilan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa

dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) terkait dengan materi tentang korupsi

yang disampaikan oleh guru.

Page 52: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

DAFTAR RUJUKAN

Abdi Guru, Tim. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Anonimous. 01 Januari, 2009. Kantin Kejujuran Sempat Ditutup. Radar Tarakan (Online), (http://www.radartarakan.com/, diakses tanggal 05 Mei 2009).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Dharma, Budi. 25 Oktober 2004. Korupsi dan Budaya. Kompas. (Online), (www.kompas.com., diakses tanggal 20 Oktober 2008).

Dharma, Satria. 01 Januari 2009. Kantin Kejujuran Versus Prinsip 3-2-1 (Online), (http//satriadharma.com/, diakses tanggal 20 April 2009).

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dwiyono, Agus. 2007. Kewarganegaraan SMP Kelas VIII. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Harmanto. 2008. Mencari Model Pendidikan Antikorupsi Bagi Siswa SMP Dan MTs. Makalah disajikan dalam seminar Simposium Nasional Pendidikan Tahun 2008. Surabaya.

Hassan, Fuad. 2004. Pendidikan Adalah Pembudayaan; dalam Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas

Kuswandoro, Wawan. 11 Juni 2008. Pendidikan Aktual (Online), (www.wawankuswandoro.blogspot.com, diakses tanggal 20 Oktober 2008).

Megawangi, Ratna. 16 November 2007. Pendidikan Kharakter 3 M (Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action) (Online), (http//keyanagu.blogspot.com, diakses tanggal 22 Oktober 2008).

Miles,B & Huberman,A. Tanpa Tahun. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Cecep Rohadi. 1992. Jakarta. UI Press.

Mochtar, Akil. Memberantas Korupsi Efektifitas Sistem Pembalikan Beban Pembuktian dalam Gratifikasi. Jakarta: Q-Communication.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhammadun. 08 April 2008. Kantin Kejujuran dan Pendidikan Antikorupsi ( Online), (http.diknas-padang.org, diakses tanggal 5 Maret 2009)

Page 53: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

Muslihati. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Malang: LP3 Universitas Negeri Malang.

Nazir, Mohamad. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pikiran Rakyat. 16 Januari, 2008. Menakar Kejujuran di Kantin Sekolah (Online), (http://beta.pikiranrakyat.com/index.php., diakses tanggal 28 April 2009).

Prayitno, Irwan. 30 April 2007. Pendidikan Anti Korupsi (Online), (http: //fpks-dpr.or.id., diakses tanggal 04 Desember 2008).

Prodjohamidjojo, Martiman. 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi (UU No. 31 Tahun 1999). Bandung: CV. Mandar Maju.

Samidi & Vidyaningtyas. 2008. Belajar Memahami Kewarganegaraan 2 untuk Kelas VIII SMP dan MTS. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Sanaky, Hujair AH. 5 Februari 2009. Pendidikan Antikorupsi. (Online), (http:sanaky.staff.uii.ac.id/2009/02/05/pendidikan-anti-korupsi/, diakses tanggal 5 Maret 2009.

Santrock, John W. 2006. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Saptono. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Phibeta.

Syaharuddin. 6 Maret 2009. Kantin Kejujuran Sebuah Alternatif Budaya Antikorupsi. (Online), (http://syaharuddin.wordpress.com/, diakses tanggal 5 Maret 2009).

Sugita, Basuki. 19 Mei 2007. Ayo Bermain Ular Tangga Antikorupsi. Kompas. (Online), (www.kompas.com., diakses tanggal 22 Oktober 2008).

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta.

Sulistiawan, Bhayu. 2008. Nilai-nilai Antikorupsi Dalam Pendidikan Islam (Online), ( Shariah @ National Law.htm, diakses tanggal 29 November 2008).

Suradi. 2006. Korupsi Dalam Sektor Pemerintah dan Swasta Mengurai Pengertian Korupsi, Pendeteksian, Pencegahannya. Yogyakarta: Gava Media.

Taufik. 5 Agustus 2008. Pendidikan dan Gerakan Antikorupsi. (Online), (http://taufik79.wordpress.com/, diakses tanggal 5 Maret 2009).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2008. Bandung: Fokusmedia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Page 54: PENGEMBANGAN KANTIN KEJUJURAN DALAM …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC6EE8EC63AD62F189E3E477... · ABSTRAK Riwayati, Hadiyah. 2009. Pengembangan Kantin Kejujuran Dalam

RIWAYAT HIDUP

Hadiyah Riwayati dilahirkan di Sumenep-Madura

tanggal 27 Desember 1986, anak bungsu dari empat

bersaudara, pasangan Bapak Mudawi dan Ibu (Alm.)

Murniyah. Pendidikan dasar dan menengah telah

ditempuh di kampung halamannya di Sumenep.

Pendidikan dasar ditempuh di SDN Pandian I dan lulus

pada tahun 1999. Sedangkan pendidikan menengah pertama ditempuh di MTsN

Sumenep dan lulus tahun 2002 dan pendidikan menengah atas ditempuh di MAN

Sumenep dan lulus tahun 2005. Semasa MTs dan MAN, penulis aktif di kegiatan

organisasi sekolah (OSIS) dan pramuka. Pendidikan berikutnya ditempuh di

Universitas Negeri Malang melalui jalur PMDK dan diterima di jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada tahun 2005.