penguatan nilai-nilai pancasila melalui...
TRANSCRIPT
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN SENI
KARAWITAN “MAREM GAYENG” DESA PAGELARAN KABUPATEN
MALANG
REINFORCEMENT PANCASILA VALUES THROUGH KARAWITAN
“MAREM GAYENG” ART IN PAGELARAN VILLAGE MALANG
DISTRICT
Anisa Nuraeni 1
Suparlan Al Hakim 2
Siti Awaliyah 3
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Prodi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
Jl. Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah(1) untuk mengetahui
program penguatan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan seni karawitan
“Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang,(2) untuk
mengetahui pelaksanaan program seni karawitan “Marem Gayeng” dalam
penguatan nilai-nilai Pancasila di Desa Pagelaran Kabupaten Malang,(3)
untuk mengetahui kendala yang dihadapi kegiatan seni karawitan “Marem
Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang dalam penguatan nilai- nilai
Pancasila,(4) untuk mengetahui upaya menyelesaikan kendala yang
dihadapi oleh kegiatan seni karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran
Kabupaten Malang dalam penguatan nilai-nilai Pancasila.Penelitian ini
dilakukan di paguyuban seni karawitan “Marem Gayeng”. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Peneliti bertindak sebagai pengumpul
data dan observer partisipatif dalam mengumpulkan data-data di lapangan.
Prosedur pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
dokumentasi. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara mendalam
dengan Pembina, pelatih dan pengrawit yang mengikuti kegiatan seni
karawitan Marem Gayeng. Penelitian ini menggunakan analisis data
interaktiv. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keseriusan dan
kedisiplinan ini dibutuhkan untuk mewujudkan seni karawitan yang dapat
membentuk nilai karakter dan mendidik setiap individu dalam penguatan
nilai-nilai Pancasila dengan cara yang baik dan benar. Langkah keseriusan
ini akan lebih sempurna apabila adanya kerjasama dengan masyarakat
setempat dalam pemahaman tentang seni karawitan secara mendalam agar
tidak memandang sebelah mata seni tradisional yang merupakan salah satu
kearifan lokal.
Kata Kunci : Nilai-Nilai Pancasila, Karawitan
ABSTRACT : The purpose of this study was (1) to determine the program of
strengthening the values of Pancasila through musical arts " Marem Gayeng "
Malang Regency Village performances, (2) to assess the implementation of the
musical arts program " Marem Gayeng " in strengthening the values of Pancasila
the village of Malang performances, (3) to determine the constraints faced musical
arts activities " Marem Gayeng " Malang Regency Village performances in
strengthening the values of Pancasila, (4) to determine an attempt to resolve the
constraints faced by the musical arts activities " Marem Gayeng " Malang
Regency village performances in strengthening these values Pancasila.Penelitian
performed in musical arts community " Marem Gayeng ". This study used
qualitative methods. Researchers act as data collectors and participatory observer
in collecting data in the field. Data collection procedures include observation,
interviews, and documentation. Sources of data obtained from in-depth interviews
with coaches, trainers and musicians who take part in musical arts Marem
Gayeng. This study uses data analysis interactively. The results showed that the
seriousness and the discipline needed to realize the musical arts to form a
character value and educate each individual in strengthening the values of
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Pancasila in a way that is good and true. The seriousness of the step would be
perfect if the cooperation with the local community in the understanding of the
musical arts in depth so as not to see the eyes of traditional art which is one of the
local wisdom.
Keywords : Pancasila values , Karawitan
Priyatno(2011: 8-11) Adanya pemikiran mengenai Pancasila sebagai dasar
Negara ini pertama kali dicetuskan oleh Ir.Soekarno dalam rangkaian sidang
BPUPKI yang membahas tentang rancangan dasar Negara. Pancasila diangkat
oleh bangsa Indonesia sebagai falsafat negara yang seterusnya menjadi ideologi
bangsa dan negara karena Pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri seperti dalam adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan,
keyakinan-keyakinan, serta agama-agama yang ada di Indonesia yang selanjutnya
diyakini sebagai pandangan hidup bangsa. Jika dijabarkan lebih lanjut, Pancasila
itu memiliki nilai-nilai sebagai berikut : Nilai Ketuhanan(religiusitas), Nilai
Kemanusiaan(moralitas), Nilai Persatuan(kebangsaan) Indonesia, Nilai
Permusyawaratan dan Kerakyatan, Nilai Keadilan Sosial.
Waridi(2006 : 141) Istilah karawitan oleh beberapa pemikir karawitan
dimaknai atas dasar akar kata, rawit. Rawit berarti halus atau rumit(kompleks).
R.L. Martopangrawit, Ki Tjokrowasito, dan Sindoesawarno dalam bukunya
Waridi mengartikan karawitan sebagai seni suara Jawa yang ditimbulkan dari
gamelan dan sura manusia dalam laras sléndro-pélog yang mengutamakan
kehalusan rasa. Pada hakikatnya, praktik karawitan merupakan tuturan pragmatis
atas sekumpulan gagasan atau nilai-nilai yang berakar dari kebudayaan
masyarakat yang diekspresikan dalam bentuk karya komposisi musical(Jawa:
gendhing) melalui tindakan-tindakan kreatif seniman(Supanggah, 2007: vi).
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
METODE
Dalam penelitian ini yang berjudul Penguatan Nilai-Nilai Pancasila
melalui Kegatan Seni Karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten
Malang, penelti menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana data yang
dikumpulkan sebagai bahan penelitian ini didapatkan bukan dari angka-angka,
melainkan data ini dikumpulkan melalui dari wawancara secara mendalam dengan
pelatih kegiatan ini, pengrawit atau orang yang bertugas sebagai penabuh gamelan
selain itu data juga dapat diperoleh dari catatan lapangan, dokumen mengenai
kegiatan seni karawitan, serta dokumentasi atau gambar. Sedangkan jenis
penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian
yang dilakukan secara itensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu( Arikunto, 1997:120).
Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena pencarian
datanya dengan cara wawancara langsung terhadap suatu perkumpulan kegiatan
seni karawitan di desa pagelaran yang meliputi pengasuh kegiatan seni karawitan
“Marem Gayeng” Bapak Priono, Pelatih karawitan Bapak Pitoyo dan pengrawit
diantaanya Dwi dan Satrio. Kegiatan seni karawitan ini mempuyai keunikan
tersendiri yang membedakan dengan daerah yang lain yaitu disamping tetap teguh
dengan karya yang klasik, yang unik adalah dengan mengkolaborasikan musik
klasik ini dengan perkusi buatan masyarakat lokal yang sering sekali digunakan
dan berkecimpung di kehidupan mereka seperti kentongan dan sebagainya. Sesuai
dengan bentuk pendekatan yang akan digunakan pada saat penelitian yaitu
kualitatif dan sumber data maka teknik yang akan digunakan saat pengumpulan
data adalah dengan cara analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Menurut
Moleong( 2007: 242) Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik
penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.
pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
jenis dan variasi pendekatan. Wawancara ini merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang intensif karena subjek yang diteliti bisa memaparkan
sesuai dengan apa yang ingin diketahui secara mendalam oleh peneliti. Menurut
Arikunto(2006:231), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Menurut Sugiono(2013 : 337) Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel. Data dianalisis dengan teknik deskriptif. Dalam suatu penelitian sangat
memerlukan suatu analisis yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti. Dalam hal pengecekan keabsahan data dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan dua kriteria yang digunakan. Kritereria
tersebut berupa kredibilitas dan debendabilitas. Dalam kredibilitas tedapat
triangulasi. Triangulasi sendiri menurut Moleong(2007:330), adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Menurut Sugiono(2013: 372) terdapat tiga triangulasi diantaranya:(a)
Triangulasi sumber,(b) Triangulasi teknik pengumpulan data,(c) Triangulasi
Waktu. Peneliti dalam menyusun skripsi ini melalui tiga tahapan diantaranya
adalah(a) Tahapan Pra Lapangan,(b) Tahapan Pelaksanaan Penelitian,(c)Tahapan
Penyelesaian.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program penguatan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan seni karawitan
“Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang.
Seni karawitan “Marem Gayeng” desa Pagelaran mempunyai program
kegiatan sebagaimana telah dipaparkan pada paparan data yang diantaranya
mempunyai lima program dasar yang memuat nilai-nilai Pancasila. Sehingga
kegiatan tersebut juga digunakan sebagai wadah atau sarana dalam penguatan
nilai-nilai Pancasila melalui seni karawitan “Marem Gayeng”. Kelima program
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :(1) pembinaan konsentrasi terhadap
pengrawit, dengan target menanamkan sikap selalu konsentrasi untuk
membimbing dan membantu penjernihan pikiran pengrawit agar tertuju kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini adalah penguatan nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa;(2) Pembinaan toleransi dan kedisiplinan terhadap pengrawit dengan
target menumbuhkan rasa kesetiakawanan terhadap sesama pengrawit sebagai
program kegiatan yang digunakan sebagai penguatan nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab;(3) Pelatihan teknik dan pola permainan instrumen gamelan dengan
target memberikan pengenalan terhadap pengrawit dari sisi instrumen gamelan
merupakan gambaran bahwa perbedaan dapat diselaraskan dan membentuk satu
kesatuan.(4) Pelatihan garap gending iringan wayang kulit oleh dalang cilik. ;(5)
Variasi posisi pengrawit dengan target membentuk pengrawit yang serba
bisa(profesional). Dalam hal ini dapat menguasai semua instrumen musik yang
ada. Fungsi dengan diadakannya variasi posisi ini adalah untuk menghasilkan
suatu pemerataan antar pengrawit. Ini merupakan program yang memperkuat nilai
keadilan sosial.
Pelaksanaan program seni karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran
Kabupaten Malang dalam penguatan nilai-nilai Pancasila.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Proses pelaksanaan progran kegiatan seni karawitan “Marem Gayeng”
dilakukan sebagaimana untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila yaitu :(1) Program
petama yang membahas tentang pembinaan konsentrasi fisik dan batin yang
dengan tujuan agar pengrawit dalam memainkan seni karawitan terfokus pada
perenungan dan penjernihan batin agar terfokus pada Tuhan Yang maha Esa
walaupun di awal sebelum dimulainya kegiatan latihan sudah berdo’a;(2) Program
kedua tentang pembinaan toleransi dan kedisiplinan terhadap pengrawit adah
untuk membina rasa kesetiakawanan antar pengrawit.
Temuan tersebut sesuai dengan pendapat Purwadi dan Afendy yang
dikutip oleh Astuti(2013:16) yang menyatakan bahwa orang yang berkecimpung
dalam dunia karawitan, rasa setia kawan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku
sopan. Semua itu karena jiwa seseorang sehalus gending-gending;(3) dalam
program pelatihan teknik dan pola permainan instrumen gamelan selain untuk
mengenalkan bahwa cara memainkan instrumen gamelan satu berbeda dengan
memainkan instrumen gamelan lainnya. Akan tetapi itu merupakan pelatihan
dasar, dan pelatihan teknik permainan instrumen gamelan pada tingkatan
berikutnya adalah untuk membahas tentang materi gending Jawa
Timuran(Malangan atau Ngetanan) dan Jawa Tengahan(Ngulonan). Pada program
ketiga dengan penguatan nilai Persatuan Indonesia ini juga memberikan suatu
pesan bahwa perbedaan gaya gending dalam seni karawitan bukanlah sebagai
pemisah melainkan suatu identitas dan karakter dari berbagai daerah sebagai suatu
keberagaman yang dapat menyatukan Indonesia.
Temuan tentang gending Jawa Timuran dan jawa tengahan sebagai
identitas dan karakter daerah ini sesuai dengan pendapat Waridi(2006:133) yang
menyatakan bahwa kata pola berarti telah menunjuk pada sebuah aturan yang
dengan sengaja dipilih dan diseleksi oleh komunitas di suatu wilayah budaya
untuk mencerminkan identitas suatu kelompok masyarakat atau budayanya.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Konsep gaya semacam itu pada realitas kehidupan karawitan tercermin dalam
karawitan Jawa gaya Surakarta, gaya Yogyakarta, gaya Semarangan, gaya
banyumasan, gaya Sunda, gaya Cinjuran, gaya Bali Utara, gaya Bali Selatan, gaya
Jawa-timuran, gaya Banyuwangèn, gaya Malangan, dan sebagainya;(4)Pelatihan
garap gending iringan wayang kulit oleh dalang cilik sebagai hasil dari
musyawarah antara pengasuh dan pelatih yang kemudian dalam realitanya
memberikan gambaran bahwa tendapat praktik demokratisasi dalam instrumen
gamelan atau seni karawitan itu sendiri.
Temuan tentang garap gending iringan wayang kulit ini sesuai dengan
pendapat Supanggah(2007:3) yang menyatakan bahwa garap merupakan suatu
“sistem” atau rangkaian kegiatan dari seseorang dan/ atau berbagai pihak, terdiri
daribeberapa tahapan atau kegiatan yang berbeda, masing-masing bagian atau
tahapan memiliki dunia dan cara kerjanya sendiri yang mandiri, dengan peran
masing-masing mereka bekerja sama bekerja bersama dalam satu kesatuan, untuk
menghasilkan sesuatu, sesuai dengan maksud, tujuan atau hasil yang ingin
dicapai.(5) Variasi posisi pengrawit ini ada untuk menciptakan pemerataan antar
pengrawit dan membentuk pengrawit menjadi seniman yang menguasai semua
instrumen gamelan.
Berkaitan dengan pelaksanaan program, Bapak Pitoyo selaku pelatih seni
karawitan “Marem Gayeng” tidak mentarget secara khusus seberapa lama
pengrawit harus bisa menguasai materi-materi yang diajarkan. Jika mereka tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk menguasai satu materi maka akan
diberikan materi baru dengan tingkatan yang menyesuaikan.
Menurut pendapat penulis, peaksanaan program yang dilakukan oleh seni
karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang sangat bagus dan
mudah sekali untuk diikuti oleh pengrawit. Walaupun sedikit banyak juga ada
kesulitan tetapi mereka segera melakukan interaksi langsung dengan pengrawit.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Dengan demikian, dari proses pelaksanaan program kegiatan seni karawitan
“Marem Gayeng” ini mempererat dan mendekatkan ikatan antara sesama
pengrawit dan pelatih.
Kendala yang dihadapikegiatansenikarawitan “MaremGayeng”
DesaPagelaranKabupaten Malang dalampenguatannilai- nilaiPancasila.
Dalam pemberian materi serta pelaksanaan program yang dibuat oleh seni
karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang, terdapat dua
kendala yang pernah dihadapi. Diantaranya(1) adanya konflik tertutup antara
pengasuh seni karawitan “Marem Gayeng” yaitu Bapak Priono dengan pihak
sekolah yang dulunya adalah tempat sekolah para pengrawit junior. Dalam konflik
tersebut terdapat sedikit perselisihan tentang tidak adanya dukungan yang bersifat
keberlangsungan dan kesuksesan seni krawitan yang menjeaskan bahwa pihak
sekolah mendukung seni karawitan ini hanya bersifat abal-abal. Menurut Bapak
Priono segala sesuatu untuk mencapai sebuah kesuksesan harus berani berkorban,
dan seni karawitan yang dulunya sangat berkembang dan mampu menjadikan
nama baik sekolah dikenal tidak diimbangi dengan simbiosis mutualisme dari
pihak sekolah. Ketika mengadakan suatu pensi, pihak sekolah tidak mau
mengeluarkan sedikit sumbangan dana. Dalam hal ini kendalanya adalah
“Jerbasuki Mawa Bea”.(2) sedangkan untuk kendala kedua adalah intensitas
kehadiran pengrawit. Pengrawit yang mengikuti kegiatan seni karawitan “Marem
Gayeng” sekarang banyak yang tidak aktif karena untuk pengrawit junior mereka
ada yang bersekolah di luar kota sehingga jarak tempuh yang jauh menjadi sulit
dijangkau saat latihan. Sedangkan untuk pengrawit senior kendalanya ketika
jadwal mereka latihan bertepatan dengan jadwal pementasan(manggung) sehingga
ini menjadi kendala yang harus segera ditanggulangi. Karena pengrawit
merupakan pelaku bagi berjalannya suatu seni karawitan.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Temuan tentang pentingnya tentang kehadiran pengrawit ini sesuai dengan
pendapat Waridi(2006:48)yang menyatakan bahwa salah satu fungsi
pengrawit(musisi gamelan) adalah sebagai penyokong. Dari pendapat Bapak
Waridi menjelaskan kembali bahwa kehadiran pengrawit sangat penting karena
penggerak dalam memainkan gamelan.
Menurut pendapat penulis, tentang adanya konflik tertutup dan intensitas
kehadiran pengrawit yang sering absen ketika latihan, merupakan faktor buruk
yang akan mempengaruhi dalam segi keberlangsungan seni juga menghambat
kesenian ini untuk terus berkembang dalam seni karawitan “Marem Gayeng”.
Karena seni karawitan dapat dikatakan seni karawitan apabila semua instrumen
gamelan dibunyikan secara bersama dengan pola dan tekniknya masing-masing
untuk memainkan sebuah gending yang diinginkan. Dan yang terjadi pada seni
karawitan “Marem Gayeng” ini sangat disayangkan mengingat potensi yang
dimiliki oleh pengrawit sangat bagus.
Upayamenyelesaikankendala yang dihadapiolehkegiatansenikarawitan
“MaremGayeng” DesaPagelaranKabupaten Malang dalampenguatannilai-
nilaiPancasila.
Kendala yang dihadapi oleh seni karawitan “Marem Gayeng” Desa
Pagelaran Kabupaten Malang sangat kompleks sehingga harus segera
ditanggulangi. Menurut Bapak Pitoyo untuk menanggulangi kendala yang ada
sebenarnya dikembalikan lagi kepada individu masing-masing sejauh mana
mampu mempertahankan, mempelajari serta melestarikan budaya warisan nenek
moyang ini. Sehubungan dengan pendapat Bapak Pitoyo, Bapak Priono selaku
pengasuh akan membuat upaya menyelesaikan kendala(1) Suatu kegiatan
sarasehan yang di dalamnya khusus untuk mengupas tentang seni karawitan dan
sebagainya yang berhubungan dengan kaawitan. Dari kegiatan ini diharapkan
akan ada pertanyaan-pertanyaan yang menambah pengetahuan bagi pengrawit dan
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
orang secara umum tentang makna tersembunyi dari seni karawitan. Sehingga jika
sudah mengetahui betapa pentingnya terus melestarikan budaya bangsa;(2)
Sedangkan untuk menanggulangi kendala yang kedua adalah dengan membuat
jadwal latihan baru yang digunakan untuk mengganti jam latihan yang sering
tidak lengkap personil pengrawitnya. Jam latihan ini diganti di hari lain dalam
sore hari dengan harapan tidak mengganggu jam belajar mereka karena proses
latihannya pada hari efektif mereka sekolah.
Dari usaha yang dilakukan oleh pihak pengasuh menunjukkan betapa
pentingnya latihan karawitan dan temuan ini sesuai dengan pendapat
Supanggah(2007:22) yang menyatakan bahwa latihan pada dasarnya bukan ajang
belajar karawitan dalam arti seperti yang terjadi pada kursus atau sekolah(formal)
kesenian. Latihan adalah penyajian klenenèngan dalam arti sesungguhnya namun
dalam suasana yang lebih santai, tidak resmi dan tidak terikat oleh aturan
protokoler maupun “waktu”. Pendapat Bapak Supanggah di atas menunjukkan
bahwa dengan seringnya dilatih atau pengulangan maka segala sesuatu yang
awalnya sulit menjadi terbiasa dan mudah.
Menurut pendapat penulis, penanggulangan yang diberikan pihak seni
karawitan “Marem Gayeng” sudah tepat karena memang hal tersebut yang harus
dilakukan agar seni karawitan tidak dipandang sebelah mata sebagai kegiatan
yang kuno melainkan kita juga perlu pengupasan agar kita semua tahu betapa
berharganya kesenian ini. Sedangkan untuk penanggulangan kendala yang kedua
tentang kehadiran pengrawit yang sering absen sudah tepat dengan menambah
jam latihan di hari lain karena latihan demi latihan akan menambah pengetahuan
dan ilmu baru yang akan membuat mereka semakin berkembang.
PENUTUP
KESMPULAN
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Secara umum seni karawitan mempunyai program yang sama yaitu
pelestarian budaya dengan mengembangkan nilai kearifan lokal. Seni karawitan
“Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang mempunyai lima program
yang berkaitan dengan penguatan nilai-nilai Pancasila diantaranya adalah sebagai
berikut :(1) Pembinaan konsentrasi terhadap masing-masing individu pengrawit
sebagai pemain dan penikmat seni karawitan “Marem Gayeng”;(2) Pembinaan
toleransi dan kedisiplinan antar pengrawit pengrawit saat memainkan instrumen
gamelan untuk mencapai keteraturan;(3) Pelatihan teknik dan pola permainan
untuk setiap instrumen musik gamelan;(4) Pelatihan garap gending iringan
wayang kulit oleh Dalang cilik;(5) Variasi posisi pengrawit seni karawitan.
Kelima program di atas merupakan program seni karawitan yang dijadikan
sebagai cara untuk penguatan nila-nilai Pancasila pada seni karawitan “Marem
Gayeng” Desa Pagelaran Kabupaten Malang.
Pelaksanaan program dalam seni karawitan “Marem Gayeng”dilakukan
sebagaimana sudah tertulis dalam program kegiatan bahwa setiap program
mempunyai tujuan unuk membentuk generasi penerus dan seniman yang berjiwa
baik. Karena yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila mengajarkan kita untuk
menjadi manusia yang baik. Dalam hal ini diimplementasikan dalam potret
kesenian yaitu seni karawitan. Jika mampu mengupas secara mendalam tentang
gamelan dan Pancasila sebenarnya jika dihubungan saling sejalan. Dalam
Pancasila sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa dalam karawitan
penguatan tentang sila pertama juga dilakukan dengan cara berpikir tenang seiring
dengan alunan gending. Seseorang yang mampu mencapai tingkat kepekaan
setinggi itu akan merasakan penguatan tentang nilai Ketuhanan ini dengan
sebenarnya, begitu juga dengan nilai-nilai selanjutnya.
Kendala yang dihadapi seni karawitan “Marem Gayeng” ada dua yaitu
konflik tertutup antara pihak pengasuh seni karawitan dengan pihak sekolah yang
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
mana dulunya adalah tempat sekolah pengrawit asuhan Bapak Priono. Kendala
yang kedua adalah intensitas kehadiran pengrawit yang tidak bagus. Dalam arti
setiap latihan sering terjadi ketidak hadiran, bik itu pengrawit senior dan junior
yang diakibatkan proses latihan seni karawitan “Marem Gayeng” bertepatan
dengan acara atau urusan pribadi mereka.
Untuk mengatasi kendala dikembalikan lagi kepada setiap individu
masing-masing. Namun dari pihak seni karawitan “Marem Gayeng” menawarkan
solusinya dengan mengadakan suatu sarasehan untuk membahas tentang makna
seni karawitan. Sedangkan untuk mengatasi kendala kedua adalah dengan
membuat jadwal latihan tambahan di hari lain saat hari efektif tetapi menetapkan
waktu di sore hari agar tidak mengganggu jam belajar anak-anak(pengrawit
junior).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran penulis adalah sebagai berikut :(1)
Untuk kelompok seni karawitan “Marem Gayeng” Desa Pagelaran Kecamatan
Pagelaran Kabupaten Malang seharusnya lebih melakukan pendekatan kepada
pengrawit agar lebih disiplin lagi saat latihan;(2) Untuk mayarakat setempat
sebaiknya ikut mendukung demi keberlangsungan kegiatan seni karawitan ini
dengan cara ikut meyakinkan anak muda agar mau mempelajari dan melestarikan
budaya asli Indonesia. Cara meyakinkan anak muda adalah dengan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan karawitan;(3) Untuk remaja sebaiknya lebih antusias
lagi dalam mempelajari seni karawitan sebelum seni asli bangsa Indonesia ini
diakui oleh bangsa lain.
DAFTAR RUJUKAN
Fadlillah, Muhammad dkk. 2012. Pendidikan Karakter Anak usia Dini.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
1 Anisa Nuraeni mahasiswa Universitas Negeri Malang
2 Suparlan Al Hakim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
3 Siti Awaliyah dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter(Konsep dan Implementasi). Bandung:
Alfabeta.
Kêtêg, Redaksi. 2008. Jurnal Pengetahuan, Pemikiran & Kajian tentang “Bunyi”
Kêtêg. Surakarta : ISI Press Surakarta.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Priyatno, Bambang Sidik. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : CV Bina
Pustaka.
Puji Astuti, Dwi. 2013. Penanaman Sikap dan Perilaku Cinta Tanah Air Melalui
Kegiatan Ekstrakuikuler Seni Karawitan di SMPN 5 Malang. Skripsi tidak
diterbitkan Malang. FIS Universitas Negeri Malang.
Saukah, Ali dkk.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : Universitas
Negeri Malang.
Soetandyo. 2002. Kamus Istilah Karawitan. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat( Suatu Pengantar). Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha.
Supanggah, Rahayu. 2007. Bothèkan Karawitan II : Garap. Surakarta : ISI Press
Surakarta.
Waridi. 2006. Karawitan Jawa Masa Pemerintahan PB X : Perspektif Historis
dan Teoretis. Surakarta: ISI Press Solo.