peran badan permusyawaratan desa (bpd) dalam...
TRANSCRIPT
PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PROSESSINERGISITAS DENGAN KEPALA DESA UNTUK MEMBANGUN
PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS DI DESA MATEKAN KECAMATAN BESUK KABUPATEN PROBOLINGGO
Siska Dewi AgustinUniversitas Negeri malang
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui peran BPD dalam upaya membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis pola hubungan Kepala Desa dan BPD dalam proses sinergisitas untuk membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. 3) Untuk mengetahui apa saja kendala yang di hadapi Kepala Desa dan BPD dalam membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. Penelitin ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskripif. Tehnik pengumpulan data yang di gunakan adalah wawancara, studi dokumen, dan observasi. Subyek penelitian ini adalah ketua BPD, Kepala Desa, tokoh masyarakat desa Matekan, Kabupaten Probolinggo. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Selain itu BPD juga beperan mengawasi pelaksanaan roda pemerintahan desa apabila adanya penyelewengan atas kewenangan dan kekuasaan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dalam melakukan pengawasan terhadap suatu program pemerintah, fungsi pemerintahan, (2) Pola hubungan dalam membangun pemerintahan yang demokratis ini harus baik dan kompak dalam menjalankan sistem pemerintahan di desa karena demi kesejahteraan dan mencapai pemerintahan yang demokratis desa ini. Antara BPD dan Kepala desa pola hubungannya harus baik karena untuk kenyamanan dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang professional. (3) Kendala yang di hadapi kepala desa dan BPD dalam membangun pemerintahan yang demokratis ialah: Kendala yang di hadapi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam membangun pemerintahan yang demokratis pertama, kurangnya SDM masyarakat desa matekan ini masi banyak yang berpendidikan rendah jadi tidak mengerti apa yang mau di program oleh desa, Kedua, pemerintah desa juga butuh partisipasi masyarakat desa agar pembangunan desa bisa berjalan dengan baik dan lancar, karena dalam menjalankan pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat penting demi kelancaran pembangunan desa. ketiga, dalam melaksanakan program desa tentang pembangunan desa masih terjadi beda persepsi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yaitu dalam menjalankan program pembangunan desa terjadi terjadi tarik menarik pembangunan yang akan segera di selesaikan. Tapi kendala tersebut masih bisa di selesaikan dengan cara musyawarah mufakkat. Karena jalan satu-satunya dalam mengatasi beda persepsi itu adalah musyawarah mufakkat.
Kata Kunci : Peran, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemerintahan demokratis
Pemerintah desa terdiri dari kepala desa (eksekutif) dan Lembaga
Musyawarah Desa ( Legislatif) bertugas mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Namun dalam menjalankan tuasnya sering tejadi
permasalahan, diantaranya: 1) Kepala Desa dan BPD merasa benar sendiri. 2)
Sering terjadi tidak sejalan atau beda persepsi dalam pembangunan Desa yang
mana terlebih dahulu harus diselasikan. Sehingga pembangunan macet karena
untuk mengajukan proposal pada pemerintah untuk meminta dana
pembangunan Desa masih belum terlaksana kerena antara BPD dan kepala desa
pikirannya atau kemauannya tidak sama untuk membangun apa yang diminta
oleh masyarakat yang mana terlebih dahulu yang harus diselesaikan. Oleh
karena itu, penulis tertarik pada judul “Peran BPD (Badan Permusyawatan
Desa) dalam proses Sinergisitas dengan Kepala Desa Dalam Upaya
Membangun Pemerintahan Yang Demokratis”. Untuk membahas pelaksanaan
fungsi Pemerintah Desa yang efektif. Dan peran BPD dalam Proses Sinergisitas
dengan kepala desa.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong
(2010:5) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang
fenomena dalam suatu latang yang konteks khusus. Jenis penelitian deskriptif
menurut Sugiyono (2012:207) Statistik Deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasikan penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil
sampenya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya.
Kehadiran penelitian Peneliti harus hadir dalam tempat penelitian agar
bisa mengamati orang yang mau digunakan sebagai sumber data penelitian,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Kedudukan peneliti dalam
peneliti kulaitatif cukup rumit, peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penfsiran data, dan hasilnya akan menjadi laporan
hasil penelitiannya.
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan
beserta jalan dan kotanya yang akan dilakukan penellitian. Dalam hal ini perlu
dikemukakn tempat dimana situasi sosial tersebut akan diteliti. Peneliti
mengambil tempat atau lokasi penelitian Di Desa Matekan Kecamatan Besuk
Kabupaten Probolinggo.
Sumber mendapatkan informasi atau gambaran dari jawaban penelitian
maka akan dibutuhkan data. Menurut Lofland (dalam Moleong 2010:157)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaiatan
dengan sumber data yang diguanakan dalam penelitian ini yaitu dapat berupa
sumber data tertulis, foto, dan data statistik. (sumber data primer dan skunder).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari: Pertama, metode wawancara (interview) adalah pengumpulan data dimana
peneliti mengunpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi secara
langsung dengan subjek penelitian di lokasi penelitian. Kedua, metode
dokumentasi adalah metode pengumpulan data didasarkan pada dokumen-
dokumen atau catatan-catatan terakhir yang ada pada daerah penelitian. Data
dapat diperoleh melalui catatan-catatan resmi, seperti Undang-Undang, Media
cetak maupun media elektronik. Ketiga, observasi adalah metode pengumpulan
data dimana penyelidik mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subjek
yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi buatan maupun
situasi yang sebenarnya yang khusus diadakan.
Analisis data ialah proses mengatur urutan data, mengorganisir ke
dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar yang membedakan dengan
penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,
menjelaskan uraian-uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi
uraian. Dalam menganalisia data, penyusun akan berpedoman pada langkah-
langkah berikut ini : Pertama, Reduksi Data, yaitu diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan-catatan hasil penelitian
di lapangan. Kedua, Penyajian data dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anatar katagori.
Ketiga, Menarik kesimpulan dan verifikasi dalam penarikan kesimpulan ini
tergantung pada besarnya kumpulan catatan mengenai data tersebut. Data-data
dari hasil wawancara yang bersifat kualitatif dan dideskripsikan sesuai
pedoman interview guide dan berfungsi sebagai pelengkap argument dari pihak-
pihak yang di wawancarai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam upaya membangun
pemerintahan yang demokratis
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Menurut peraturan Daerah Kabupaten
Probolinggo No.10 Tahun 2006 menyebutkan BPD adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. Dalam pasal 12 menyebutkan
BPD mempunyai wewenang :a. membahas Rancangan peraturan desa bersama
kepala desa. b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa
dan peraturan kepala desa. c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian
kepala desa. d. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa. e. menggali,
menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Temuan ini sesuai dengan pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005
Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Dan Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah pasal 209 juga menjelaskan Badan Permusyawaratan Desa
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Selain itu BPD juga beperan mengawasi pelaksanaan pemerintah desa
apabila adanya penyelewengan atas kewenangan dan kekuasaan desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. dan BPD dalam melakukan pengawasan
terhadap bagaimana suatu program pemerintah, fungsi pemerintahan, peraturan
desa dan keputusan yang telah ditetapkan bersama BPD dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa. Temuan ini sesuai dengan pendapat Sukriono (2012:237)
hubungan kepala desa dan BPD itu di dasarkan pada prinsip cheks and
balances. Kepala desa atau juga di sebut nama lain menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan pada bupati, dan laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan pada BPD dan warga dalam forum musyawarah
desa, serta menginformasikan secara terbuka pada masyarakat.
BPD juga suatu wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat,
Dalam penyampaian aspirasi oleh warga kepada BPD tidak jarang pula
dilakukan baik secara individu maupun bersama-sama dengan menyampaikan
langsung kepada anggota BPD yang ada di lingkungannya (RW) atau forum
rembug guna membahas mengenai permasalahan maupun program yang sedang
atau akan dijalankan oleh Pemerintah Desa. Temuan ini sesuai dengan pendapat
Widjaja (2002:50) BPD adalah lemaga pemerintah desa untuk memperkuat
penyelenggaraan pemerintahan desa serta mewadahi perwujudan pelaksanaan
demokrasi pancasila di Desa. BPD berfungsi melaksanakan kegiatan
musyawaratan/mufakat dalam rangka penyusunan berbagai keputusan desa.
BPD ini memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh kepala desa
sebelum ditetapkan menjadi keputusan Desa. BPD mempunyai fungsi sebagai
berikut: (1) menjalankan fungsi legislatif yaitu dengan (penyusunan peraturan
desa), (2) konsultatif yaitu (perencanaan pembangunan desa), (3) menyerap
aspirasi masyarakat, dan (4) kontrol terhadap pemerintah desa.
Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra kerja dengan
kepala desa dan perangkatnya artinya, antara BPD dan kepala Desa harus bisa
bekerja sama dalam penetapan peraturan. Temuan ini sesuai dengan pendapat
Menurut Ruzhanul Ulum (2013) menyatakan Badan permusyawaratan Desa
(BPD) selalu bermesraan dengan kepala Desa serta lembaga Desa lainya, ini
sebagai langkah dalam meningkatkan kualitas serta kapabilitas pemerintahan
desa itu sendiri, BPD sendiri di bentuk sesuai undang –undang yang bertujuan
untuk menjadi mitra kerja kepala desa dalam penyelenggarakan pemerintahan.
BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala desa untuk merumuskan
dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan desa, selain itu BPD juga berkewajiban untuk membantu
memperlancar pelaksanaan tugas kepala desa. Dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) juga mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
desa, jika terjadi penyelewengan BPD memberikan teguran untuk pertama kali
secara kekeluargaan atau secara musyawarah mufakat. Temuan ini sesuai
dengan pendapat Sukriono (2010:191) BPD adalah badan pembuat kebijakan
dan pengawas pelaksanaan kebijakan desa. selain itu Pasal 34 PP No. 72 Tahun
2005 disebutkan bahwa BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan disamping
itu BPD mempunyai fungsi mengawasi pelaksanakan peraturan desa dalam
rangka pemantapan pelaksanaan kinerja pemerintah Desa.
Pola hubungan Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam proses sinergisitas untuk membangun pemerintahan yang
demokratis
Pola hubungan kepala desa dan BPD itu Dalam menjalankan program
desa BPD dan Kepala desa saling bekerja sama dengan mengadakan rapat atau
musyawarah dalam membuat program desa yaitu tentang pembangunan desa
yang akan di laksanakan agar program desa berjalan dengan baik. Meskipun
kadang ada beda pendapat tetapi masih bisa di selesaikan secara musyawarah
mencapai mufakkat. Temuan ini sesuai dengan pendapat Sukriono (2012:237)
musyawarah desa merupakan perwujudan demokrasi permusyawaratan, yakni
model pengambilan keputusan dengan menggunakan musyawarah untuk
mencapai mufakat secara kolektif, seperti halnya rembug desa atau musyawarah
adat. Musyawarah desa merupakan forum tertinggi dalam mengambil
keputusan atas masalah-masalah strategis desa.
Dalam mewujudkan pelaksanaan demokrasi keputusan yang diambil
harus berdasarkan atas musyawarah untuk mencapai mufakat dan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa agar mampu menggerakkan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyelenggaraan administrasi
Desa, partisipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan sangat
diharapkan. Temuan ini sesuai pendapat Sumarto (2004) yang di kutip Chalid
(2005:88) partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu
maupun kelompok social dan organisasi, mengambil peran serta ikut
mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Pola hubungan
dalam membangun pemerintahan yang demokratis ini harus baik dan kompak
dalam menjalankan sistem pemerintahan di desa karena demi kesejahteraan dan
mencapai pemerintahan yang demokratis desa ini. Antara BPD dan Kepala desa
pola hubungannya harus baik karena untuk kenyamanan dalam menjalankan
roda pemerintahan desa.
Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas pembangunan dan
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-benar
memperhatikan hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa itu sendiri. Temuan ini sesuai dengan PP No. 72 Tahun
2005 tentang desa, yang isinya menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk membangun pemerintahan yang demokratis antara Kepala Desa
Dan BPD, pertama, kedunya harus ada kerja sama atau harus bersinergi dengan
baik, dan harus mempunyai pikiran yang sejalan antar kedunya. Temuan ini
sesuai dengan pendapat Ruzhanul Ulum (2013) juga menjelaskan untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan aman dalam penyelenggaraan
pemerintah di desa kuncinya adalah keharmonisan, sinergitas BPD dengan
kepala desa, sehingga nantinya kebijakan maupun produk hukum pemerintahan
yang di hasilknan dapat di pertanggung jawabkan bersama untuk mewujudkan
kemajuan dan peningkatan kualitas warganya. Selain itu, dalam membangun
pemerintahan yang demokratis juga harus meningkatkan SDM masyarakat desa
Matekan dan mengadakan kegiatan atau pelatihan kepada masyarakat untuk
menambah kemampuan masyarakat desa Matekan. Untuk mencapai
kesejahterakan masyarakat desa Matekan ini. Temuan ini sesuai dengan
pendapat Surianingrat (1992:162) dalam pembangunan masyarakat desa
berusaha untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dengan mengadakan
kegiatan-kegaiatan yang dapat menambah kemampuan dan kesanggupan
masyarakat desa.
Di desa Matekan ini sudah bisa dikatakan pemerintahan yang
demokratis. Dan antara kepala desa dan BPD dalam bersinergi sudah baik
meskipun sedikit kesalah fahaman tapi masi bisa di kendalikan sehingga bisa
berjalan dengan lancar program yang di akan di laksanakan. Dan pemerintah
desa sudah memberi program yang akan meningkatkan SDM masyarakat desa
Matekan dengan mengadakan kegiatan atau pelatiahan yang bisa menambah
kemampuan masyarakat. Upaya untuk membangun dan mengembangkan
kehidupan masyarakat desa dirasakan semakin penting. Temuan ini sesuai
dengan UU nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi
daerah sangat mensyaratkan keadaan sumber daya manusia yang mumpuni,
karena mereka inilah yang kelak akan lebih banyak menentukan bergerak atau
tidaknya suatu daerah di dalam menjalankan kegiatan pembangunan dan
pemerintahan pada umumnya.
Kendala yang di hadapi Kepala Desa Dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam membangun pemerintahan yang demokratis
Berdasarkan hasil temuan penelitian di ketahui bahwa kendala yang di
hadapi kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
membangun pemerintahan yang demokratis di desa Matekan Kecamatan Besuk
Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut: Pertama, kurangnya SDM
masyarakat desa matekan ini karena masyarakat desa matekan ini masi banyak
yang berpendidikan rendah jadi tidak mengerti apa yang mau di program oleh
pemerintah desa, masyarakat desa Matekan ini banyak yang tidak mengerti
akan pentingnya pendidikan karena para orang tua sudah tidak memikirkan
pendidikan anaknya tergantung latar belakang orang tuanya. Sehingga BPD dan
kepala desa harus bekerja sama dalam mengatasi masyarakat yang SDM nya
rendah di desa Matekan ini. Temuan ini sesuai dengan pendapat Temuan ini
sesuai dengan pendapat Sukriono (2010:11) dimana SDM aparatur desa
menjadi persyaratan kompetensi daan di tuangkannya persyaratannya
kompetensi dalam dokumen resmi. Hal ini pendapat Rudia Sumber daya
manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
perusahaan di samping faktor lain seperti modal. Oleh karena itu, SDM harus
dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi,
sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen
sumber daya manusia (MSDM).
Kedua, pemerintah desa juga butuh partisipasi masyarakat desa agar
pembangunan desa bisa berjalan dengan baik dan lancar, karena dalam
menjalankan pembangunan desa partisipasi masyarakat sangat penting demi
kelancaran pembangunan desa. Temuan ini sesuai dengan pendapat Diana
Conyers dalam Suparjan dan Hempri (2003: 53) yang dikutip Apriunus Umbu
(2012) bahwa Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental/ pikiran dan
emosi seseorang di dalam situasi kelompok, yang mendorongnya untuk
memberi sumbangan kepada kelompok dalam upaya mencapai tujuan serta
turut bertanggungjawab terhadap upaya yang bersangkutan, sehingga
membantu berhasilnya setiap program yang direncanakan dan dilakukan
pemerintahan desa.
Ketiga, beda persepsi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), dalam menjalankan program pembangunan desa antara Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) terjadi terjadi tarik menarik pembangunan yang
akan segera di selesaikan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Martin Edelman
(1984), beda pendapat ialah yang memuat atas ketidak setujuan pendapat
kadang-kadang dapat disebut dapat terdiri dalam beberapa bagian pendapat
yang dimungkinkan karena adanya sejumlah alasan: interpretasi yang berbeda
dari kasus hukum, penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda, atau interpretasi
yang berbeda dari fakta-fakta. Tapi kendala tersebut masih bisa di selesaikan
dengan cara musyawarah mufakkat. Karena jalan satu-satunya dalam mengatasi
beda persepsi itu adalah musyawarah mufakkat. Sunarso (2011) musyawarah
adalah proses pembahasan suatu persoalan dengan maksud mencapai keputusan
bersama. Mufakat adalah kesepakatan yang dihasilkan setelah melakukan
proses pembahasan dan perundingan bersama. Dengan musyawarah mufakat
diharapkan dua atau beberapa pihak yang berbeda pendapat tidak terus bertikai
dan mendapat jalan tengah. Karena itu, dalam proses musyawarah mufakat
diperlukan kerendahan hati dan keikhlasan diri. Ada beberapa prinsip yang
harus dipegang teguh dalam membuat keputusan bersama secara musyawarah
mufakat, yakni sebagai berikut : (a). Pendapat disampaikan secara santun, (b).
Menghormati pendapat orang lain yang bertentangan pendapat, (c). Mencari
titik temu diantara pendapat-pendapat yang ada secara bijaksana, (d). Menerima
keputusan bersama secara besar hati, meski tidak sesuai dengan keinginan, (e).
Melaksanakan keputusan bersama dengan sepenuh hati.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah di sajukan pada bab sebelumnya, maka
bab ini peneliti mengambil kesimpulan tentang peran Badan Permusayawaratan
Desa (BPD) dalam proses sinergisitas dengan Kepala Desa untuk membangun
pemerintahan yang demokratis, sebagai berikut: (1) Peran Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menjalankan roda pemerintahan di desa
Matekan Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo ini ialah beperan
mengawasi pelaksanaan roda pemerintahan desa apabila adanya penyelewengan
atas kewenangan dan kekuasaan pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. ) BPD juga berperan dalam menetapkan peraturan desa
bersama Kepala desa.(3) selain itu Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
berperan sebagai mitra kerja dengan kepala desa dan perangkatnya artinya,
antara BPD dan kepala Desa harus bisa bekerja sama dalam menjalankan
program desa. BPD mempunyai tugas konsultatif dengan kepala desa untuk
merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan desa, selain itu BPD juga berkewajiban untuk membantu
memperlancar pelaksanaan tugas kepala desa. (4) Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) diharapkan mampu memainkan perannya dalam relasi dengan
pemerintah Desa dan Masyarakat dengan mendorong tumbuhnya partisipasi
masyarakat di Desa. Dan Badan Pemerintahan Desa (BPD) juga mengawasi
semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah desa, jika terjadi
penyelewengan BPD memberikan teguran untuk pertama kali secara
kekeluargaan atau secara musyawarah mufakat. (5) BPD juga suatu wadah
untuk menampung aspirasi dari masyarakat, Dalam penyampaian aspirasi oleh
warga kepada BPD tidak jarang pula dilakukan baik secara individu maupun
bersama-sama dengan menyampaikan langsung kepada anggota BPD yang ada
di lingkungannya. Pola hubungan Kepala Desa dan BPD dalam proses
sinergisitas untuk membangun pemerintahan yang demokratis di Desa Matekan
kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo ialah : Pola hubungan dalam
membangun pemerintahan yang demokratis ini harus baik dan kompak dalam
menjalankan sistem pemerintahan di desa karena demi kesejahteraan dan
mencapai pemerintahan yang demokratis desa ini. Antara BPD dan Kepala desa
pola hubungannya harus baik karena untuk kenyamanan dalam menjalankan
roda pemerintahan desa. Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas
pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat harus benar-
benar memperhatikan hubungan kemitraan kerja dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa itu sendiri. BPD dan kepala desa saling menghargai dan
saling terbuka, antara lain dalam acara BPD mengadakan rapat itu pasti dengan
mengundang kepala desa, begitu juga dengan kepala desa, kalau ada rapat itu
pasti mengundang BPD. Dan BPD sering silaturrahmi itu sudah berarti bahwa
BPD dan kepala desa saling terbuka. Sehubung dengan pola hubungan kepala
desa dan BPD itu Dalam menjalankan program desa BPD dan Kepala desa
saling bekerja sama dengan mengadakan rapat atau musyawarah dalam
membuat program desa yaitu tentang pembangunan desa yang akan di
laksanakan agar program desa berjalan dengan baik. Kendala yang di hadapi
Kepala Desa Dan BPD dalam membangun pemerintahan yang demokratis di
Desa Matekan kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo ialah : pertama,
kurangnya SDM masyarakat desa matekan ini karena masyarakat desa matekan
ini masi banyak yang berpendidikan rendah jadi tidak mengerti apa yang mau
di program oleh desa, masyarakat desa Matekan ini banyak yang tidak mengerti
akan pentingnya pendidikan jadi pernikahan dini pun banyak terjadi karena para
orang tua sudah tidak memikirkan pendidikan anaknya. Kedua, kurangnya
partisipasi masyarakat desa Matekan tapi dengan pemerintah desa mengadakan
sosialisasi kepada setiap blok sehingga masyarakat bisa berpartisipasi untuk
kepentingan bersama.Ketiga, beda persepsi antara Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa ( BPD), dalam menjalankan program pembangunan
desa antara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terjadi terjadi tarik menarik
pembangunan yang akan segera di selesaikan. Tapi kendala tersebut masih bisa
di selesaikan dengan cara musyawarah mufakkat. Karena jalan satu-satunya
dalam mengatasi beda persepsi itu adalah musyawarah mufakkat.
Saran
Sesuai dengan paparan data, pembahasan, dan kesimpulan yang telah di
uraikan dalam penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai
berikut: Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo hendaknya lebih
memperhatikan lagi penyelenggaraan pemerintahan desa terutama mengenai
pemerintahan desa. Karena pemerintahan desa selama ini masih kurang
independen dalam melaksanakn tugasnya dan perlu di control lagi kedepannya.
Bagi pemerintah desa hendaknya lebih lagi keberadaan Masyarakat desanya
yang masih kurang SDM nya agar bisa terpenuhi untuk mnjadi pemerintahan
yang demokratis. Karena masyarakat desa Matekan ini masih banyak yang
SDm nya rendah dengan tidak paham akan pentingnya pendidikan. Bagi
anggota BPD, hendaknya dalam menjalankan perannya lebih di maksimalkan
lagi. Terutama dalam membangun pemerintahan yang demokratis ini. Dan
meskipun dalam menjalankan perannya masi banyak kendala namun demikian
kendala tersebut masih bisa di jadikan semangat untuk membangun
pemerintahan desa ynag demokratis. Perlu diupayakan agar dilakukan
pemberdayaaan terhadap organisasi tersebut agar meningkatkan kapasitasnya
dalam mendukung BPD melaksanakan fungsinya secara optimal. Bagi
masyarakat hendaknya bisa bekerja sama dengan pemerintahan desa dalam
membangun pemerintahan yang demokratis, karena masih banyak masyarakat
desa Matekan ini yang SDM nya rendah, jadi menuntutlah ilmu karena itu akan
membawa kenyamanan dalam hidup desa ini.
DAFTAR RUJUKANDari BukuChalid, Pheni. 2012. Otonomi Daerah (Masalah, pemberdayaan, dan konflik.
Jakarta:Kemitraan
Covey, S. R. 1993. Principles Centered Leadership. Franklin: Covey Co. 2011.
The 7 Habits of Highly Effective People. Review. Free Press.
Moleong, Lexy .J.2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sukriono, Didik.2010. Pembaharuan Hukum Pemerintah Desa(Politik Hukum
(Pemerintahan Desa di Indonesia). Malang: Setara Press
Widjaja, H.AW. 2002. Pemerintah Desa Dan Administrasi Desa ( menurut
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979(sebuah Tinjauan). Jakarta:
PT RajaGarfindo Persada.
Widjaja, H.AW. 2002. Pemerintah Desa Dan Administrasi Desa ( menurut
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979(sebuah Tinjauan). Jakarta:
PT RajaGarfindo Persada.
Dari Internet
Apriunus Umbu. 2012. BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD),
(http://Aprianus Umbu./Blog/ DINAMIKA HUBUNGAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DAN KEPALA DESA DALAM
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN 2012), di akses 15 November
2013
Masuliyah. 2012. Arti perbedaan, (http://./Artikel/Arti perbedaan Sabtu 24
Maret 2012-html), di akses 13 November 2013
Rudia. 2009. Pengembangan SDM, ( Http://./Pengembangan SDM di
desa/MSDM Sosiologi 2009), di akses 10 November 2013
Sunarso. 2011. Musyawarah, (http://id.shvoong.com/social-sciences/political-
science/pengertian-musyawarah-mufakat html), di akses 12
November 2013
Dari Undang-undang
Undang-undang Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Undang undang Nomor 32 tahun 2004 Otonomi Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo No.07 tahun 2006
Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo No.10 tahun 2006
PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)DALAMPROSES SINERGISITAS DENGAN KEPALA DESA UNTUK MEMBANGUN
PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS DI DESA MATEKAN KECAMATAN BESUK KABUPATEN PROBOLINGGO
ARTIKEL
OLEHSISKA DEWI AGUSTIN
NIM 10071107052
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAANPRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DESEMBER 2013