penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make...

15
JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUK LINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL OLEH PIKA SOPIA NIM 4111052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015

Upload: others

Post on 22-Aug-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA

NEGERI 5 LUBUK LINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

JURNAL

OLEH

PIKA SOPIA

NIM 4111052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2015

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA

NEGERI 5 LUBUK LINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Pika Sopia 1, Ahmad Amin

2, Yaspin Yolanda

3

Program Study Pendidikan Fisika

(STKIP-PGRI) Lubuklinggau

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA Negeri 5 Lubuk Linggau Tahun

Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah hasil

belajar kognitif setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match pada pembelajaran fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Tujuan penelitian untuk

mengetahui ketuntasan hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match pada pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian adalah quasi

ekspreriment yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

dan Variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika. Sampel penelitian ini adalah

siswa kelas X.1. berjumlah 35 siswa yang diambil secara acak. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis

menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan α =

0,05, diperoleh thitung (4,93) > ttabel (1,69) Ha diterima dan Ho ditolak. Dimana

hasil rata-rata kognitif siswa 77,77%, persentase ketuntasan siswa 68,57%, dan

persentase tidak ketuntasan siswa 231,42% sehingga dapat disimpulkan setelah

menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap hasil

belajar fisika kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

secara signifikan tuntas.

Kata Kunci : Make a Match, Hasil Belajar.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

3

I. PENDAHULUAN

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh

pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan untuk

mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era

globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam

membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang

nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan

berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara

individu maupun sebagai mahluk sosial. Untuk mewujudkan dan

meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu tentu saja tidak terlepas dari

proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah.

Dalam pembelajaran kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran

fisika itu sulit dan adanya rumus-rumus yang tidak mudah untuk dipelajari

dan dimengerti oleh mereka. Pada saat di kelas peran guru menjadi sumber

belajar (Teacher Oriented) dan siswa hanya pasif sehingga tidak terjadi

komunikasi dua arah antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa.

Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, hendaknya pada pembelajaran fisika guru lebih

melibatkan peran siswa dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa

sehingga meningkatkan potensi siswa dalam proses dan sikap ilmiahnya.

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan

II. LANDASAN TEORI

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan dalam diri siswa. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar

dapat ditunjukan dari penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk

pemahaman, tingkah laku, dan kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek

lain yang ada pada siswa yang belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah

laku dalam pengertian belajar adalah perubahan terjadi secara sadar,

perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah serta perubahan dalam

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

4

belajar bersifat fungsional. Tidak semua perubahan yang terdapat dalam diri

individu merupakan hasil dari proses belajar, perubahan yang terjadi karena

proses belajar adalah perubahan yang terencana. Ada beberapa ahli yang

berpendapat mengenai belajar.

Slameto (2003:2), mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Rusman (2010:1),

menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai

proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Anthony Robbins (dalam Trianto, 2010:15), mendefinisikan

belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)

yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Rusman (2013:123), mendefinisikan hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Hamalik (dalam Rusman, 2013:123), mendefinisikan hasil belajar

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa, hasil belajar adalah

perubahan yang mencakup seluruh tes baik dalam bentuk ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Dalam penilitian ini menggunkan ranah kognitif

yang digunakan yaitu pengetahuan ( ), pemahaman ( ), dan penerapan

( ).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X.1 Semester I SMA Negeri 5

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama

bulan Agustus tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

5

dari sembilan kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara acak

(simple random sampling) dengan cara pengundian. Sampel yang diambil

yakni kelas X.1 Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang

dilaksanakan tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang

terdiri dari 8 soal uraian yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu

dan divalidasi.

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan Uji Coba Soal Instrumen

a. Melakukan uji validasi soal

b. Melakukan uji reliabilitas

c. Melaksanakan ujib daya pembeda

d. Melakukan uji kesukaran

2. Melakukan Pre-Test

3. Melakukan Perlakuan dengan Model Make a Match

4. Melakukan Post-Test

5. Melakukan Analisis Data Pre-Test dan Post-Test

Hipotesis yang diuji berbentuk:

Ha :Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan

model Make a Match mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama

dengan 70. (Ha : µ0 ≥ 70)

Ho :Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan

model Make a Match mencapai nilai rata-rata kurang dari 70. (Ho :

µ0 < 70)

Menghitung harga koefisien korelasi antara skor masing-masing butir soal

dengan skor total mengunakan rumus korelasi product moment.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

6

rxy =

(Arikunto, 2010:213)

Dimana, rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y, n = Banyaknya

sampel, x = Skor butir masing-masing responden, y = Skor total dari

keseluruhan responden. menurut Suherman dan Sukjaya (1990:147)

ditunjukkan pada table 3.4.

Tabel 3.4.

Kriteria Indeks korelasi

Besarnya Nilai r Interpretasi

rxy 0,00

0,00 rxy 0,20

0,20 rxy 0,40

0,40 rxy 0,60

0,60 rxy 0,80

0,80 rxy 1,00

Tidak valid

Validitas sangat rendah

Validitas rendah (kurang)

Validitas sedang (cukup)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sangat tinggi (sangat baik)

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-

1). Kaidah keputusannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya

thitung ttabel berarti tidak valid.

Selanjutnya nilai koefisien korelasi dimasukkan kerumus thitung

yang hasilnya akan dibandingkan dengan nilai yang ada pada ttabel.

Sugiyono (2013:184), menjelaskan rumus thitung sebagai berikut:

thitung =

Dimana, t = nilai thitung, r = nilai koefisien korelasi, n = jumlah sampel. Jika

nilai thitung ttabel berarti soal tersebut valid dan sebaliknya thitung < ttabel

berarti soal tidak valid. Distribusi (tabel t) yang digunakan adalah untuk α

= 0,05 dan derajat kebebasan ( dk = n - 1).

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

7

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau dengan uraian materi Besaran dan Satuan. Pada kelas X

dilakukan pengundian untuk mengambil satu kelas yang dijadikan sampel

yaitu kelas eksperimen. Sampel penelitian yang didapatkan setelah diacak

yaitu siswa kelas X.1 SMA Negeri 5 Lubuklinggau pada Tahun Pelajaran

2015/2016. untuk mendapatkan perlakuan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match Pada pelaksanaan

pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar (guru). Sebelum

pelaksanaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument tes

yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan.

Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI.IPA.1. di SMA Negeri 5

Lubuklinggau pada tanggal 29 Juli 2015 dengan jumlah siswa yang

mengikuti tes yaitu sebanyak 32 siswa pada materi Besaran dan Satuan.

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen, sebanyak sepuluh soal yang

diujikan ada delapan soal yang memenuhi syarat, sehingga soal dapat

digunakan sebagai alat tes, baik tes kemampuan awal (pre-test) maupun

tes kemampuan akhir (post-test).

Pada penelitian ini jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan

adalah sebanyak empat kali pertemuan, satu kali pemberian pre-test, dua

kali pada proses pembelajaran, dan satu kali penilaian post-test sebelum

dilaksanakan pembelajaran di kelas terlebih dahulu dilaksanakan pre-test.

Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tangal

05 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa pada materi besaran dan satuan

sebelum diberikan perlakuan pada penelitian

Setelah diadakan pre-test, siswa akan diberikan perlakuan dalam

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match sebanyak dua kali pertemuan dimulai pada tanggal 12

Agustus 2015 sampai dengan 19 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

8

Kemudian pertemuan keempat dengan pemberian tes akhir (post-test) pada

tanggal 26 Agustus 2015 yang diikuti oleh 35 siswa. Post-tes merupakan

bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi

disampaikan. Manfaat dari diadakannya post-test ini adalah untuk

memperoleh gambaran tentang kemampuan akhir siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match .

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (pre-test)

a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Pre-test

Rekapitulasi hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Hasil Tes Awal (Pre-test)

No Uraian Kelas Eksperimen

1. Nilai Rata-rata ( 28.87

2. Banyak kelas (BK) 6

3. Panjang Kelas ( 6

4. Rentang Nilai 35

5. Simpangan Baku 9,91

Berdasarkan tabel 4.1. diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan

simpangan baku pre-test adalah 28.87 dan 9,91.

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (post-test)

a. Rata-rata dan Simpangan Baku Pada Post-test

Rekapitulasi hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4.

Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-test)

No Uraian Kelas Eksperimen

1. Nilai Rata-rata 79,04

2. Banyak kelas (BK) 6

3. Panjang Kelas ( 9

4. Rentang Nilai 52

5. Simpangan Baku 10,83

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

9

Berdasarkan tabel 4.4. Di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

dan simpangan baku post-test 79,04 adalah dan 10,83.

b. Uji Normalitas Pada Post-test

Hasil perhitungan uji normalitas skor post-test dapat dilihat

pada tabel 4.5, penjelasan lebih lanjut pada lampiran C.

Tabel 4.5.

Hasil Uji Normalitas Post-test

Tes χ2

hitung Dk χ2tabel Kesimpulan

Akhir 9,61 5 11,1 Normal

Dari tabel 4.5. Menunjukkan bahwa nilai χ2

hitung data tes

akhir (post-test) lebih kecil χ2tabel ( 9,61 < 11,1). Berdasarkan

ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji

kecocokan χ2

(chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Post-

test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan

derajat kebebasan (dk) = 5.

c. Uji Hipotesis Pada Post-test

Untuk menarik kesimpulan dari data akhir, maka dilakukan

pengujian hipotesis secara statistik. Berdasarkan hasil uji normalitas

yaitu data Post-test berdistribusi normal. Hipotesis statistik yang

diuji dalam perhitungan uji-t untuk post-test adalah (lihat pada

lampiran C):

a. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji normalitas data berdistribusi normal, maka

untuk menguji hipotesis menggunakan uji t. Hipotesis yang diuji

adalah:

Ha: Rata-rata hasil belajar kognitif fisika secara klasikal kelas X

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

10

SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe

Make a Match secara signifikam tuntas (µ0 70).

Ho: Rata-rata hasil belajar kognitif fisika secara klasikal kelas X

SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe

Make a Match secara signifikan belum tuntas (µ0 70).

Selanjutnya thitung dibandingan dengan ttabel pada daftar

distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n-1 =35-1 =34. Hasil

uji untuk post-test menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t

mengenai kemampuan akhir siswa (lampiran) menunjukkan

bahwa thitung > ttabel Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian

tingkat kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95%. Dimana

thitung = 4,93 dan ttabel = 1,69 (Lampiran C).

Rekapitulasi hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.

Rekapitulasi hasil Uji hipotesis Post-test

No Uraian Data Hasil Kesimpulan

1.

2.

3.

4.

Derajat Kebebasan

(dk)

Taraf Kepercayaan ( )

t Hitung

t Tabel

34

5%

4,93

1,69

Ha : diterima

Ho :ditolak

thitung > ttabel

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka

dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini diteima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran Make a Match pada pembelajaran

fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas.

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

11

PEMBAHASAN

Rusman (2010: 223), mendefinisikan pembelajaran Make a Match

(membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam

pembelajarn kooperatif. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam

suasana yang menyenangkan.

A. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Tahap pertama dalam pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

yaitu Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada

kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari

dan memotivasi siswa belajar.

B. Menyajikan Informasi

Pada tahap kedua guru mempersentasikan materi pelajaran peserta

didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

C. Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok belajar

Tahap ketiga siswa dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan baris

tempat duduk membentuk U, misalnya kelompok A dan kelmpok B

berhadapan. Dan kelompok C menjadi batasan kelompok A dan

kelompok B. Dan guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok

A, kartu jawaban kepada kelompok B dan kelompok C menjadi

kelompok penilai.

D. Membimbing kelompok belajar

Tahap keempat sampaikan kepada siswa bahwa mereka harus

mencocokan kartu yang dipegang dengan kelompok lain dalam jangkah

waktu yang telah ditentukan dan meminta mereka melaporkan nama

pasangannya dalam kelompok penilai atau kelompok C.

E. Evaluasi

Tahap kelima Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

12

telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

diskusinya.

F. Memberikan penghargaan

Guru mencari-cari untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok. Dengan memberikan pujian kepada

siswa yang menemukan pasangan kartu yag cocok dengan waktu yang

tercepat.

Selama proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match siswa merasa senang

dan menikmati pembelajaran. Karena model pembelajaran ini ada unsur

permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil

presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar

sehingga kelebihan model pembelajaran yang disampaikan oleh Amin

(dalam Suminah, 2013:21), benar adanya.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match adalah jika guru tidak merancanagnya dengan baik,

maka banyak waktu yang terbuang, ada awal-awal penerapan model ini,

banyak siswa yang malu berpasangan dengan kawan jenisnya, jika guru

tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa

yang kurang memperhatikan, menggunakan model ini secara terus

menerus akan menimbulkan kebosonan. Setelah peneliti melakukan

penelitian ternyata kelebihan dan kelemahan menurut Amin (2009 juni

2015), benar adanya.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh rata-rata nilai

post-test setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match mencapai 77,77. Sedangkan data skor tes siswa dianalisis dengan

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

13

menggunkan uji t diperoleh analisis data post-test kelas eksperimen didapat

= 4,93 dan = 1,69 karena sehingga dapat

dinyatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match signifikan tuntas.

IV. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian ini,

beberapa hal yang penulis sarankan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian tentang

perbandingan model kooperatif tipe Make a Match dengan model lain.

Dengan aspek ranah kognitif dan , aktivitas belajar siswa pada materi

fisika yang lain.

2. Sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat

digunakan oleh guru disekolah pada materi fisika yang lain. Agar siswa

memahami materi dengan baik.

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

14

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Astika dan Nyoman M. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tife

Make a Match Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika

Ikif PGRI Semarang. [11 Mei 2015]

Jihad, Asep, dan Haris, Abdul.2008. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi

Pressindo

Khasanah, Uswatun. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Make a Match dan

Index Card Match Terhadap Pemahaman siswa Kelas X SMA Insitut

Indonesia Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Fisika.

[11 Mei 2015]

Mikran et. al. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas SMP Negeri 1 Tomini pada konsep Gerak. Jurnal Pendidkan Fisika 2 (2). 9-16. [11 Mei 2015]

Purwoko dan Fendi. 2010. Fisika 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: Alfabeta

2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:

Alfabeta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Sirait dan Noer. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match terhadap Hasil Belajar Siswa. 1 (3). 252-259. Jurnal Pendidikan

Fisika FMIPA Unimed. [11 Mei 2015]

Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika:Untuk SMA/MA Kelas X.

Jakarta: Citra Aji Parama

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL... · JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15 4 belajar bersifat fungsional. Tidak semua

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA (2015) 1-15

15

2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi.

Bandung: Alfabeta

2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Pembelajaran: Panduan Praktis

bagi peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. 2012. Pedoman

Penulisan Makalah Dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Lubuklinggau: STKIP-PGRI

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Kencana

2010. Mendasain Model Pembelajaran Inovatif-Progresip. Jakarta:

Kencana

2012. Model Pembelajaran Inovatif Berientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Kencana

Zaelani. et, al.2006.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika untuk SMA/M/

Ma.Bandung:Yrama Widya.