pengaruh model pembelajaran kooperatif …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal tgt.pdf1...

13
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Dwi Purwanto 1 , Tri Ariani, M.Pd.Si 2 , Ahmad Amin, M.Si. 3 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRACT This study aims to determine the effect of learning model Team Games Tournament (TGT) to the learning outcomes physics class X SMA Negeri Purwodadi academic year 2014/2015. This type of research is experimental, with a design that is used is the Control group pre-test post-test. The population in this study were all students of class X SMA Negeri Purwodadi in the school year 2014/2015, amounting to 204 students. Two classes taken as a random sample, ie X.5 class numbered 31 students as an experimental class and X.6 class is 31 students as classroom control. The results obtained final test score data were analyzed using t-test. Based on the results of the analysis of the t- test with a level of α = 0.05, obtained t = 6.110 and 1.671 for thitung table > ttable, with an average grade of 80.70 experimental and control class is 69.09, it can be concluded that No influence learning model Team Games Tournament (TGT) to the learning outcomes physics class X SMA Negeri Purwodadi academic year 2014/2015. Kata Kunci: Team Games Tounament (TGT), Hasil Belajar, Fisika. A. PENDAHULUAN Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung mutu. Banyak pihak menduga rendahnya mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu teacher centered (guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang cenderung pasif). Tetapi hal ini tampaknya masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran dikelas dengan alasan pembelajaran seperti ini lebih praktis dan tidak menyita waktu. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan disekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh kerena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab penggunaan model yang

Upload: others

Post on 28-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI PURWODADI

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Dwi Purwanto1, Tri Ariani, M.Pd.Si

2, Ahmad Amin, M.Si.

3

1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,

Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of learning model Team Games Tournament (TGT) to the

learning outcomes physics class X SMA Negeri Purwodadi academic year 2014/2015. This type of

research is experimental, with a design that is used is the Control group pre-test post-test. The

population in this study were all students of class X SMA Negeri Purwodadi in the school year

2014/2015, amounting to 204 students. Two classes taken as a random sample, ie X.5 class numbered

31 students as an experimental class and X.6 class is 31 students as classroom control. The results

obtained final test score data were analyzed using t-test. Based on the results of the analysis of the t-

test with a level of α = 0.05, obtained t = 6.110 and 1.671 for thitung table > ttable, with an average

grade of 80.70 experimental and control class is 69.09, it can be concluded that No influence learning

model Team Games Tournament (TGT) to the learning outcomes physics class X SMA Negeri

Purwodadi academic year 2014/2015.

Kata Kunci: Team Games Tounament (TGT), Hasil Belajar, Fisika.

A. PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas

dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung mutu. Banyak pihak menduga rendahnya

mutu pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa dalam belajar.

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan

paradigma lama yaitu teacher centered (guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang

cenderung pasif). Tetapi hal ini tampaknya masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran

dikelas dengan alasan pembelajaran seperti ini lebih praktis dan tidak menyita waktu.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam

melaksanakan pendidikan disekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru

dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh kerena itu

diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran merupakan sarana

interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab penggunaan model yang

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

2

kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton, sehingga siswa

tidak termotivasi untuk belajar.

Solusi pengembangan pembelajaran yang diajukan saat ini adalah pembelajaran yang

inovatif dan kreatif yang memberikan iklim kondusif dalam pengembangan daya nalar dan

kreatif siswa. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih model yang

tepat, sesuai materinya dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif.

Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu belajar

mengajar dengan jalan menggelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda

kedalam kelompok-kelompok kecil.

Belajar dengan pengajaran kelompok kecil membuat siswa belajar lebih kreatif dan

menggembangkan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara

optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar yang ada disekolah selama ini, sebenarnya sudah

menerapkan belajar kelompok. Namun, kegiatan kelompok tersebut hanya cenderung

menyelesaikan tugas. Siswa yang berkemampuan rendah kurang berperan dalam mengerjakan

tugas. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan

tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang

diterimanya dan dapat menjelaskan dengan baik hasil analisa tugas yang diberikan.

Berdasarkan penelitian awal peneliti melalui wawancara dengan bapak Indramaya, S.Pd.

yang merupakan guru Fisika SMA Negeri Purwodadi pada tanggal 11 September 2014 diperoleh

informasi bahwa hasil ulangan harian mata pelajaran IPA terpadu khususnya pembelajaran fisika

masih menunjukkan nilai yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa

pada tahun ajaran 2013/2014 pada semester 1 yang masih di bawah tingkat Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 72. Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian siswa

kelas X terlihat bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yang ditetapkan. Sedangkan salah satu fungsi Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) itu sendiri adalah sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan Standar

Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar (KD) nya. Persentase siswa yang di atas Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) dari kelas X hanya mencapai 43,75% dan sebanyak 56,25% masih

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dengan rata-rata nilai sebesar 69,92. Oleh

karena itu perlu ada perubahan model pembelajaran yang lebih baik untuk membangkitkan

motivasi siswa dalam pelajaran fisika.

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

3

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, sebagai alternatif dapat diterapkan

jenis metode kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok

kecil dalam kelas yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen, baik prestasi

akademik, jenis kelamin, ras atau etnis.

Di dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, terdapat tiga dimensi utama; Team, di

dalamnya kerjasama kelompok diarahkan pada kegiatan pembelajaran sesuai materi pelajaran

yang telah ditentukan; Games, proses kegiatan pembelajaran didesain dalam bentuk game

(permainan). Tournament, setelah kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan motivasi, karena

didalam Tournament, siswa akan mendapatkan nilai dan juga reward yang mampu memotivasi

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian

ini yaitu “ Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun Pelajaran

2014/2015?”.

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi Tahun

Pelajaran 2014/2015.

B. LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau

pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath

Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Slavin, 2010:163).

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin, suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam

kelompok masing-masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

4

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang

diberikan maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau

menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Permainan dalam

Team Games Tournament (TGT) dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada

kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka

tadi dan berusaha menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut.

Adapun kesimpulan dari langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) adalah :

a) Mengajar, mengajar dengan model ini sama dengan pembelajaran pada umumnya, yaitu

guru mempresentasikan pelajaran yang akan dibahas, ketika guru mempresentasikan

pelajaran, siswa sudah berada pada kelompok-kelompok kecil.

b) Kelompok Belajar, selama siswa belajar, anggota kelompok bertugas memahami materi

yang telah dipresentasikan dan membantu kelompok lainnya dalam memahami materi

tersebut.

c) Kompetisi atau turnamen, siswa berkompetisi diantara tiap satu meja yang terdiri dari

tiga sampai empat orang yang berkemampuan sama. Setiap meja turnamen terdiri dari

lembar penempatan tournament table, satu lembar game yang terdiri dari pertanyaan,

satu lembar jawaban game, satu lembar skor game dan kartu bernomor, korespondensi

dari nomor pertannyaan pada lembar game.

d) Penghargaan Kelompok, setelah turnamen selesai, usahakan sesegera mungkin tulis

skor kelompok dan persiapkan sertifikasi atau penghargaan lainnya.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Hamalik

(2008:30), hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan

menurut Sudjana (2005:3), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melalui

proses pembelajaran.

Menurut Jihad dan Haris (2008:14), hasil belajar merupakan pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris

dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

5

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

hasil perubahan tingkah laku siswa, perubahan tingkah laku ini meliputi segenap ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik dan masing ranah tersebut memiliki penilaian yang

berbeda-beda, dalam artian bahwa pembelajaran yang dilaksanakan penilaian tidak hanya

mengerti akan materi yang diajarkan, akan tetapi pembelajaran yang dilaksanakan dapat

dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupannya atau tidak. Dengan demikian hasil

belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran.

Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan

data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut Benjamin Bloom (dalam Yamin, 2012:41), hasil belajar terbagi

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

3. Materi Perpindahan Kalor

Ada tiga cara perpindahan kalor yaitu dengan konveksi, konduksi, dan radiasi.

a. Konveksi

Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai perpindahan partikel-partikel zat.

Terdapat dua jenis konveksi yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Pada konveksi

alami, pergerakan atau aliran energi kalor terjadi akibat perbedaan massa jenis. Pada

konveksi paksa, aliran panas dipaksa dialirkan ke tempat yang dituju dengan bantuan alat.

Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada 1) Luas permukaan benda (A),

2) Suhu benda (T), 3) Koofisien konveksi benda (h) dan Waktu (t). Besarnya kalor yang

merambat tiap satuan waktu dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

H = 𝑸

𝒕 = h A ΔT (Giancoli, 2001:493)

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan zat

penghantar. Misalnya pada batang logam yang dipanaskan salah satu ujung batang yang

lain ikut terasa panas. Laju perpindahan kalor secara konduksi bergantung pada 1)

Panjang benda (ℓ), 2) Luas penampang benda (A), 3) Konduktivitas termal bahan (k) dan

4) Beda suhu (ΔT). Banyaknya kalor yang berpindah selama waktu t dapat dirumuskan

dengan persamaan sebagai berikut :

H = 𝑸

𝒕 = k A

𝚫𝐓

𝓵 atau Q = k A t

𝚫𝐓

𝓵 (Giancoli, 2001:493)

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

6

c. Radiasi

Radiasi adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk gelombang

elektromagnetik. Contohnya adalah sinar matahari sampai kebumi. Pancaran panas

sebagian dipantulkan, permukaan hitam dan kusam adalah penyerap dan pemancar radiasi

yang baik. Sedangkan permukaan putih dan mengkilap adalah penyerap dan pemancar

radiasi yang buruk. Secara matematis, laju kalor radiasi untuk permukaan hitam

sempurna ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

H = 𝑸

𝒕 = 𝝈 A T

4 (Giancoli, 2001:507)

Adapun laju kalor radiasi untuk setiap permukaan dengan emisivitas e (0 ≤ e ≤ 1)

dapat dirumuskan sebagai berikut :

H = 𝑸

𝒕 = e 𝝈 A T

4 (Giancoli, 2001:507)

Dengan : H adalah kalor yang dipindahkan tiap sekon (J/s), k adalah koefisien konduksi

termal (J/smK), A adalah luas permukaan benda (m2), 𝛥T adalah perbedaan suhu ujung-

ujung benda (K), ℓadalah panjang/tebal benda (m), h adalah koefisien konveksi benda

(J/sm2K), 𝜎 adalah konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10

-8 W/m

2K

4), e adalah emisivitas

benda.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian

eksperimen dengan pre-test post-test control group design atau desain kelompok kontrol eksperimen.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel

terikat. Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) merupakan variabel bebas,

sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan untuk

membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelas eksperimen dengan

metode pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi pada tahun pelajaran

2014/2015 yang berjumlah 204 siswa. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dilakukan secara

simple random sampling.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes. Tes diberikan sebanyak dua

kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

7

untuk mencari sampel apakah sampel diterima atau ditolak. Sampel dipakai jika nilai thitung < ttabel,

maka ada kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data hasil pre-test selanjutnya dianalisis dengan mencari nilai rata-rata dan simpangan baku,

uji normalitas, uji homogenitas pre-test, uji kesamaan dua rata-rata pre-test.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis data tes hasil belajar

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah adata berdistribusi normal atau

tidak. Data yang dikatakan normal jika jumlah siswa yang nilainya sedang atau disekitar rata-

rata lebih banyak daripada jumlah siswa yang nilainya kecil dan besar. Rumus yang digunakan

dalam uji normalitas adalah chi kuadrat (2), dengan kriteria pengujian jika nilai 22

tabelhitung

maka data berdistribusi normal sedangkan jika nilai 22 > tabelhitung

artinya distribusi data tidak

normal. Hasil uji normalitas data post-test dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Uji Normalitas Post-test

Kelas 2

hitung dk 2

tabel Keterangan

Eksperimen 3,047 5 11,070 Normal

Kontrol 3,196 5 11,070 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas data post-test pada kedua kelompok diperoleh nilai

22

tabelhitung , maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Data hasil uji

normalitas post-test selanjutnya digunakan untuk uji prasyarat berikutnya yakni uji homogenitas.

Uji homogenitas merupakan uji kesamaan dua varians, dengan kriteria pengujiannya jika

Fhitung

Ftabel, maka kedua varians kelompok data tersebut homogen sedangkan Fhitung Ftabel, maka kedua

varian kelompok data tersebut tidak homogen. Hasil uji homogenitas data post-test dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2.

Hasil Uji Homogenitas Post-test

Kelas hitungF tabelF Keterangan

Eksperimen dan Kontrol 1,06 1,84 Homogen

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

8

Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 4.2 diketahui nilai Fhitung = 1,06 dan Ftabel = 1,84.

Artinya Fhitung Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas baik kelas eksperimen dan kelas

kontrol memiliki varians yang homogen. Kemudian langkah berikutnya yaitu melakukan pengujian

hipotesis atau uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata ini dilakukan untuk

mengetahui apakah ada kesamaan dua rata-rata pada kedua kelompok. Denganakriteria

pengujiannya adalah thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak atau Ha diterima sedangkan thitung < ttabel

maka Ho diterima atau Ha ditolak. Hasil uji hipotesis data post-test dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Uji Hipotesis Data Post-test

Kelas hitungt tabelt Keterangan

Eksperimen dan Kontrol 6,110 1,671 Ha diterima

Berdasarkan hasil uji hipotesis data post-test diketahui nilai thitung = 6,110 dan ttabel = 1,671 Jadi,

nilai thitung ttabel maka Ho ditolak dan sebaliknya Ha diterima. Artinya nilai kedua rata-rata kelas

eksperimen dan kelas kontrol berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil

belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi.

2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar siswa. Untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT

dilakukan pre test dan post test. Pretest yang dilakukan terhadap kedua kelompok bertujuan

untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran fisika pada materi perpindahan

kalor. Setelah setiap kelas mulai diberlakukan model yang berbeda, post test baru dilakukan

dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Pada kelas eksperimen selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan

pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Guru berperan sebagai fasilitator, sehingga proses pembelajaran membuat siswa antusias dan

mengikuti pembelajaran dengan baik.

Pada pertemuan pertama, guru memberikan penjelasan materi dengan mengaitkan

beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disini guru memberikan kesempatan kepada

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

9

setiap peserta didik untuk secara langsung terlibat dalam proses belajar yaitu peserta didik

mengamati contoh yang diberikan dan selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang permasalahan atau materi. Pada tahap pengajaran atau menyampaikan

pelajaran guru membuat siswa penasaran dengan fenomena yang terkait dengan materi

perpindahan kalor. Guru memberikan siswa sebuah pertanyaan yang dapat menggali

keingintahuan siswa terhadap fenomena yang dipelajari. Selain itu guru pun di dalam proses

menyampaikan materi dapat mengaitkan fakta-fakta yang terjadi di sekitar dengan materi yang

dipelajari, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik siswa untuk belajar lebih baik,

sementara dalam proses menyampaikan pelajaran siswa dapat mengembangkan pengetahuan

dengan baik, pada tahap ini siswa mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan guru dengan

baik.

Tahapan selanjutnya adalah belajar tim, dimana siswa duduk berdasarkan kelompoknya

untuk mendiskusikan lembar kerja siswa atau lembar diskusi siswa. Dalam fase belajar tim ini,

siswa akan mengumpulkan data. Disini siswa bekerja sama untuk berdiskusi dalam menjawab

soal-soal LKS dari guru, yaitu siswa yang bekemampuan tinggi mengajari siswa yang

berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan rendah mau mendengarkan penjelasan

dari temannya yang memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga semua siswa lebih mudah untuk

memahami materi yang dipelajari. Kegiatan ini dapat memperkuat pemahaman siswa tentang

konsep-konsep atau pengetahuan yang telah diterima di kelas. Siswa mendiskusikan setiap soal-

soal atau permasalahan yang diajukan guru dalam LKS tersebut secara kelompok. Kemudian,

masing-masing anggota kelompok melakukan presentasi tentang konsep yang sudah

didiskusikan secara bergantian. Pada saat kondisi tersebut siswa secara tidak langsung

melakukan sebuah proses pembelajaran mengenai hasil yang telah ditemukan pada saat diskusi

dengan kelompoknya masing-masing dan dapat menjelaskan konsep yang ditemukan dengan

menggunakan kalimat siswa sendiri. Sehingga siswa merasakan sebuah pembelajaran yang siswa

sendiri menemukan konsep tentang materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, hasil belajar

siswa tentang materi menjadi semakin meningkat.

Tahap ketiga setelah pengajaran dan belajar tim dalam model pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah turnamen. Sebelum sampai pada tahap ini siswa sudah tertarik dengan materi

pelajaran dan mulai mengerti proses pembelajaran menggunakan TGT, hal tersebut memudahkan

guru untuk dapat mengarahkan siswa membangun pengetahuan siswa secara mandiri. Pada tahap

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

10

inilah peran guru sebagai fasilitator yang membimbing sekaligus mendorong dan mengarahkan

siswa untuk dapat menggali pengetahuan siswa secara mandiri melalui turnamen, siswa selama

mengikuti turnamen dapat melaluinya dengan baik dan berusaha untuk menjawab setiap

pertanyaan yang ada di dalam kartu soal.

Pada tahap keempat yaitu rekognisi, dalam tahap ini guru dan siswa bekerjasama

memeriksa poin-poin turnamen yang terdapat pada lembar skor permainan. Lalu, memindahkan

poin-poin turnamen dari setiap siswa tersebut ke lembar rangkuman timnya masing-masing, dan

guru menentukan tim yang meraih poin terbesar. Guru dan siswa pada tahap akhir pembelajaran

Teams Games Tournament ini dapat melewatinya dengan baik, guru berhasil mendorong siswa

untuk berpartisipasi di dalam turnamen dan secara sadar maupun tidak hasil belajar siswa

terhadap materi perpindahan kalor semakin meningkat.

Selanjutnya pada pertemuan kedua proses pembelajaran dikelas eksperimen pada intinya

sama dengan pertemuan pertama dengan materi yang berbeda. Pelaksanaan pembelajaran pada

kelas eksperimen berjalan dengan baik, walaupun pada awal pelajaran siswa cukup gaduh,

karena guru mempersiapkan peralatan. Namun hal itu tidak menjadi masalah, karena guru segera

mengkondisikan kelas dan siswa sangat antusias, dengan penerapan model pembelajaran TGT

yang digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan juga karena TGT memiliki

dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan, sehingga dapat memotivasi

siswa untuk menjadikan pembelajaran yang menyenangkan.

Dalam berkelompok, siswa dituntut untuk saling bekerja sama dalam satu tim. Teman satu

tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan, dengan mempelajari

lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain. Meskipun demikian, pada

saat siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, sehingga dibutuhkan

kerjasama yang baik antara satu tim. Ini dapat memberikan motivasi kepada siswa, agar lebih

semangat dan mendorong siswa untuk lebih serius dalam mempelajari suatu materi pelajaran.

Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan menerapkan model TGT dapat menciptakan

kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar seperti terlihat siswa aktif dan dapat

mengikuti proses pembelajaran dengan semangat dan kelas menjadi dinamis. Terlihat juga dari

antusias siswa dalam mengikuti permainan pada saat turnament, dimana siswa saling bersaing

untuk mendapatkan penghargaan yang paling tinggi, yaitu super team. Hal ini dapat memberikan

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

11

motivasi belajar kepada siswa yang lebih tinggi, mengedepankan keaktifan siswa, sehingga

menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

Pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah dengan dengan metode ceramah

dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran ini pendidik menjelaskan materi dan memberikan

kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya dan mencatat. Waktu yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 1 kali pertemuan (2 jam pelajaran).

Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik hanya duduk dan memperhatikan

penjelasan materi dari pendidik. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan memberikan

tanya jawab kepada peserta didik tentang materi yang baru saja dipelajari. Tetapi kenyataannya

hanya sedikit peserta didik yang memberikan pertanyaan. Proses kegiatan belajar mengajar

seperti ini hanya berpusat pada pendidik (teacher centered) sehingga peserta didik terlihat jenuh

dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga dirasakan oleh pendidik yang terus berceramah

menjelaskan materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran kelas kontrol peneliti hanya

melakukan wawancara dengan salah satu siswa bagaimana proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. Pada akhir pembelajaran sebagai evaluasi akhir peserta didik diberikan post test

seperti halnya kelas eksperimen dengan jumlah dan bentuk soal yang sama.

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dengan yang tidak menggunakan model TGT cukup signifikan yaitu 80,70 untuk nilai

rata-rata hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 69,09

untuk nilai rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT. Tingginya nilai rata-rata disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah

satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

unsur permainan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Slavin, 2010:166)

Pembelajaran kooperatif tipe TGT juga memberikan kesempatan guru untuk menggunakan

kompetisi dalam suasana yang konstruktif. Para siswa menyadari bahwa kompetisi merupakan

sesuatu yang selalu mereka hadapi setiap saat, tetapi TGT memberikan peraturan dan strategi

untuk bersaing sebagai individu setelah menerima bantuan dari temannya. Siswa membangun

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

12

ketergantungan atau kepercayaan dalam tim asal siswa yang memberikan kesempatan untuk

merasa percaya diri ketika bersaing dalam turnamen (Slavin, 2010:168).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menjawab semua

permasalahan yang telah dirumuskan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh thitung = 6,110 >

ttabel = 1,671 dan nilai rata-rata kelas yang menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) sebesar 80,70 sedangkan nilai rata-rata kelas yang

menggunakan model pembelajaran konvensional hanya sebesar 69,09. Berdasarkan hasil

analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri

Purwodadi tahun pelajaran 2014/2015.

2. Saran

Peneliti mempunyai beberapa saran kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini

diantaranya :

a. Untuk sekolah, agar dapat menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) untuk mengingkatkan hasil belajar siswa, karena model pembelajaran TGT

(Teams Games Tournament) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan

hasil penelitian ini.

b. Untuk guru, dapat meningkatkan kualitas model pembelajaran, khususnya dalam

pembelajaran fisika.

c. Untuk siswa, agar dapat meningkatkan hasil belajarnya terutama mata pelajaran fisika

dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament).

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Dauglas. 2001. Fisika Edisi kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL TGT.pdf1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

13

Slavin, Robert E. 2010. Pembelajaran Kooperatif: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAKEM). Yogyakarta : Pustaka

Belajar

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Ciputat Mega Mall