penerapan model pembelajaran talking stick pada ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal iwan...

14
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: Iwan Purnomo 1 Ahmad Amin, M.Si. 2 dan Endang Lovisia, M.Pd.Si. 3 ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalahnya adalah apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas?. Metode penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 164 siswa dan sebagai sampelnya adalah kelas X MIPA 5 yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 5%. Rata-rata nilai pre-test sebesar 60,25 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 6,25% sedangkan rata-rata hasil post-test sebesar 85,69 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 81,25%. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis data tes akhir dimana t hitung (5,69) > t tabel (1,70) maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa di kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas. Kata kunci: Talking Stick, Hasil Belajar, Fisika

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:

Iwan Purnomo1

Ahmad Amin, M.Si.2

dan Endang Lovisia, M.Pd.Si.3

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Pembelajaran

Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan

masalahnya adalah apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau

setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas?. Metode penelitian

yang digunakan berbentuk eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas

pembanding. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 164 siswa dan sebagai sampelnya adalah kelas X

MIPA 5 yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data

yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan = 5%. Rata-rata nilai

pre-test sebesar 60,25 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 6,25% sedangkan

rata-rata hasil post-test sebesar 85,69 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar

81,25%. Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis data tes akhir dimana thitung (5,69) > ttabel

(1,70) maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa di kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Talking Stick signifikan tuntas.

Kata kunci: Talking Stick, Hasil Belajar, Fisika

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2

A. Pendahuluan

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi

tersebut pemerintahan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Trianto, 2011:3).

Paham masyarakat pada umumnya pendidikan merupakan kegiatan

penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan informasi dari guru kepada siswa.

Menurutnya, definisi ini tidak memadai untuk menggambarkan apa yang sebenarnya

penting tentang keberadaan pendidikan dan menjadi berpendidikan. Definisi yang tepat

tentang pendidikan adalah suatu proses untuk menjadi orang yang berpendidikan.

Menjadi orang yang berpendidikan berarti manusia yang menjalani suatu proses

pendewasaan pada dirinya dan pengembangan potensi yang dimilikinya secara

kontinyu dan optimum melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks, karena dalam kegiatan

pembelajaran senantiasa mengintegrasikan berbagai komponen dan kegiatan, yaitu

siswa dengan lingkungan belajar untuk memperoleh perubahan perilaku berupa hasil

belajar yang sesuai dengan tujuan. Dalam proses pembelajaran sebaiknya dilaksanakan

dengan melibatkan mental siswa secara individu, bukan hanya menuntut siswa untuk

mendengar dan mencatat penjelasan guru.

Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh penguasaan materi fisika dan

kreativitas menjawab soal yang sangat lemah terus berkelanjutan sampai ke tingkat

perguruan tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan antara

kenyataan dan kondisi ideal adalah hasil belajar fisika rendah, siswa kurang aktif dalam

proses belajar mengajar dan cara guru mengajar kurang menarik bagi peserta didik.

Kondisi seperti ini membuat aktifitas siswa kurang optimal, oleh sebab itu diperlukan

perhatian dan perbaikan proses proses pembelajaran fisika di sekolah melalui

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

3

pemilihan pendekatan yang tepat agar dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 5

Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh nilai rata-rata ulangan harian siswa

kelas X MIPA hanya mencapai 68,65. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang

ditetapkan sekolah yaitu 75. Jumlah seluruh siswa Kelas X MIPA yaitu sebanyak 164

siswa. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 75 sebanyak 40 siswa dengan persentase

yaitu sebesar 24,39% sementara itu siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih

sebanyak 124 siswa dengan persentase yaitu sebesar 75,61% dari seluruh jumlah siswa

kelas X MIPA. Sehingga siswa yang belum tuntas harus mengikuti program

perbaikan nilai atau remedial.

Hasil belajar yang rendah juga dapat diakibatkan karena siswa kurang aktif

dalam proses belajar mengajar. Faktor kecil yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil

belajar siswa adalah karena pengajaran disajikan masih dalam bentuk yang kurang

menarik sehingga terkesan sulit, dan menakutkan bagi siswa, sehingga siswa sering

tidak menguasai konsep dasar yang terkandung dalam materi pelajaran fisika yang

dapat menghambat kreativitas siswa dalam menjawab soal, yang akhirnya hasil belajar

siswa menjadi rendah.

Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran rendah. Di samping itu, media juga jarang

digunakan dalam proses pembelajaran sehingga menjadi kurang menarik dan tidak

bermakna. Akibatnya bagi guru ketika melakukan kegiatan pembelajaran tidak lebih

hanya menggugurkan kewajibannya saja sebagai tenaga pengajar. Sehingga cara guru

mengajar sangat berpengaruh besar dalam proses belajar mengajar, seperti hanya

memberikan catatan, ceramah dan memberikan tugas.

Oleh sebab itu cara guru mengajar tersebut sangat membosankan bagi siswa

dan mengakibatkan siswa malas mengikuti pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Dan

hal itu dilakukan selama bertahun-tahun tanpa adanya pembaharuan dalam proses

belajar mengajar. Sehingga cara guru mengajar ini perlu diperhatikan untuk mencapai

tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk

menciptakan suatu pembelajaran fisika agar siswa tidak lagi menganggap fisika sebagai

mata pelajaran yang membosankan, hanya menghafal rumus tanpa mengerti dan

mampu mengaplikasikannya.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

4

Masalah yang harus segera diatasi adalah hasil belajar siswa. Perubahan hasil

belajar siswa tersebut akan memudahkan kita dalam mengetahui sejauh mana

perkembangan anak didik kita dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan

menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada setiap proses pembelajaran yang

dilakukan, untuk mengatasi masalah hasil belajar siswa, perlu diterapkannya

model pembelajaran yang melibatkan eksperimen sehingga dapat membuat siswa lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran

yaitu model pembelajaran Talking Stick. Model pembelajaran Talking Stick merupakan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena model

pembelajarannya yang menarik dengan menggunakan tongkat sehingga dapat

membuat peseta didik menjadi bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Model

ini dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya

akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Pembelajaran Fisika

Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang penting bagis etiap orang, pengetahuan dan

prestasi maupun keahlian yang dimiliki seseorang merupakan akibat yang

dihasilkan setelah menjalani tahap belajar. Belajar pada intinya tertumpu pada

berbagai kegiatan untuk mendapatkan ilmu pengetahua ndan wawasan untuk bekal

hidup dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Dalam proses kegiatan pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan

yang paling utama. Ini menunjukkan berhasil atau tidakny atujuan pendidikan

tergantung pada bagaimana kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa selaku anak

didik. Menurut Mudjiono (2009:9), “Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka

responnya menurun”. Sedangkan Slameto (2010:2) menyatakan “Belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalm

interaksi dengan lingkungannya”.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

5

2. Pengertian Hasil Belajar

Didalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan sekaligus

pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka

membantu meningkatkan keberhasilan siswa. Keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa

itu sendiri. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan maksud untuk melakukan

perubahan pada diri siswa. Perubahan ini dapat dilihat dari hasil akhir yang

diperoleh siswa. Hasil akhir ini diidentikan dengan hasil belajar.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:247) mengatakan bahwa hasil belajar

yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Adapun faktor-faktor tersebut

antara lain:

a. Faktor intern

Faktor internyaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti; faktor

kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan

psikis.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari siswa, seperti: lingkungan sosial

(termasuk teman sebaya), faktor guru, kurikulum sekolah, sarana dan

prasarana.

4. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2011:51), model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Joyce (dalam

Rusman, 2010:132), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas

atau yang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

modelpembelajaran adalah rencana atau pola yang dapat digunakan sebagai

pedoman untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

6

5. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut Suprijono (2009:109), pembelajaran dengan model Talking Stick

mendorong peserta didik untuk berani mengungkapkan pendapat. Muawanah

(2014:58) menyatakan bahwa model Talking Stick adalah model pembelajaran

dengan menggunakan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.guru

mereka dapa tmerumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percayadiri.

6. Langkah-Langkah Model PembelajaranInkuiri Talking Stick

Menurut Suprijono (2009:109), langkah-langkah dalam model pembelajaran

Talking Stick adalah:

1) Penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari

2) Peserta didik diberikan kesempatan untuk membaca dan mempelajari

materi tersebut, berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

3) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya

4) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya

5) Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik

6) Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab

pertanyaan dari guru demikian seterusnya.

7) Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya,

seyogyanya diiringi musik

8) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi

terhadap materi yang telah dipelajarinya.

9) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan

peserta didik.

10) Bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

Menurut Uno (2011:86-87), Langkah-langkah model pembelajaran

Talking Stick adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.

2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi pada buku paketnya.

3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan

siswa untuk menutup bukunya.

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu

guru memberian pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut

harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapatkan bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

5) Guru memberikan kesimpulan.

6) Evaluasi.

7) Penutup.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

7

C. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010:9), ”penelitian eksperimen adalah

suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antar dua faktor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang

mengganggu”. Dalam hal ini metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen

semu yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding.

Desain eksperimen yang akan digunakan berbentuk pre-test and post-test one group

design. Menurut Arikunto (2010:124), adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel

3.1.

Tabel 3.1

Pre-test and Post-test one Group Design

Group Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X O2 D.

(Arikunto, 2010:124)

Keterangan:

O1 : Pre-test

X : Pembelajaran dengan Talking Stick

O2 : Post-test

Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.

Sampel penelitian ini sampel diambil secara acak atau Simple Random Sampling.

Berdasarkan hasil undian terpilihlah . Dari hasil pengundian yang dilakukan maka kelas

yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah kelas X MIPA 5.

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes

dengan bentuk soal uraian. Dalam penelitian ini setelah data diperoleh, selanjutnya

dilakukan analisis data dengan menggunakan perhitungan rata-rata dan simpangan baku,

uji normalitas dan uji kesamaan hipotesis

D. Hasil Penelitian

1. Hasil Pengamatan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2016 sampai dengan 20

Agustus 2016 di kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 5 Lubuklinggau

yang berjumlah 32 siswa. Sesuai dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

8

Talking Stick pada Pembelajaran Fisika siswa Kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau”. Data hasil penelitian diperoleh dari data hasil kemampuan awal

(Pre-test) dan tes kemampuan akhir (Post-test).

pembelajaran Talking Stick.

a. Deskripsi Data Hasil Pre-test

1) Rata-rata dan Simpangan Baku

Rekapitulasi hasil tes awal siswa dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Rekapitulasi Data Tes Awal (Pre-test)

No. Kategori Keterangan

1 Nilai Rata-rata 60,25

2 Nilai Terkecil 45,00

3 Nilai Terbesar 81,00

4 Rentang Nilai 36

5 Simpangan Baku 8,42

Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes awal pada tabel 4.1 dapat

dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 (tuntas)

lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan nilai kurang dari

75 (tidak tuntas). Rata-rata ( ̅) nilai secara keseluruhan sebesar 60,25. Jadi

secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan awal siswa sebelum

penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick termasuk

kategori belum tuntas.

2) Uji Normalitas Data Pre-test

Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan uji

kecocokan χ2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan mengenai uji normalitas

data dengan taraf kesalahan α = 0,05, jika χ2

hitung < χ2

tabel maka masing-masing

data berdistribusi normal. Kurva normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

9

Gambar 4.1 Kurva Normalitas Data Pre-test

Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test

Tes χ2

hitung dk χ2

tabel Kesimpulan

Awal 3,072379 5 11,070 Normal

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai χ2

hitung data tes awal lebih kecil

dari pada χ2

tabel (χ2

hitung < χ2

tabel ). Dengan demikian kelompok data tes awal dan

tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05.

b. Deskripsi Data Post-test

1) Rata-rata dan Simpangan Baku

Berdasarkan hasil perhitungan data tes akhir, rekapitulasi hasil test akhir siswa

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Rekapitulasi Data Tes Akhir (Post-Test)

No. Kategori Keterangan

1 Nilai Rata-rata 85,69

2 Nilai Terkecil 59,00

3 Nilai Terbesar 100

4 Rentang Nilai 41,00

5 Simpangan Baku 10,62

Berdasarkan hasil penelitian data hasil tes akhir pada tabel 4.2 dapat

dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 75 (tuntas)

di kelas X MIPA 5 sebanyak 27 siswa (81,25%). Rata-rata ( ̅) nilai siswa

-1,75; 4,4384

-0,92; 6,1408

-0,33; 8,992

0,39; 6,0672

1,1; 3,9552

1,81; 0,9344 2,52; 0

0

2

4

6

8

10

-2 -1 0 1 2 3

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

10

secara keseluruhan sebesar 85,69. Sedangkan siswa yang tidak tuntas atau yang

mendapatkan nilai kurang dari 75 sebanyak 5 siswa (15,62%). Jadi secara

deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah penerapan

pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick secara signifikan

tuntas.

2) Uji Normalitas Data Post-test

Untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas dengan uji

kecocokan χ2 (chi-kuadrat). Berdasarkan ketentuan mengenai uji normalitas

data dengan taraf kesalahan α = 0,05, jika χ2

hitung < χ2

tabel maka masing-masing

data berdistribusi normal. Kurva normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Kurva Normalitas Data Post-test

Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas (lampiran D) dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test

Kelas χ2

hitung dk χ2

tabel Kesimpulan

Tes akhir 3,700675 5 11,070 Normal

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai χ2

hitung data tes akhir lebih kecil

dari pada χ2

tabel (χ2

hitung < χ2

tabel ). Dengan demikian kelompok data tes awal dan

tes akhir berdistribusi normal pada taraf kepercayaan α = 0,05.

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji coba normalitas ternyata data tes awal dan tes akhir

berdistribusi normal. Karena simpangan baku populasi tidak diketahui dan data

berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:

-2,56; 0,7552

-1,9; 2,5216

-1,24; 5,552 -0,58; 7,0288

0,08; 5,632 0,24; 4,7136

1,39; 0 0

5

10

-3 -2 -1 0 1 2

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

11

t = ̅

Hipotesis yang diuji adalah :

Ha : µ ≥ 75 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick lebih

dari atau sama dengan 75.

H0 : µ < 75 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick

kurang dari 75.

Grafik kentutasan belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Rekapitulasi hasil perhitungan uji hipotesis (lampiran D) dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis

thitung dk ttabel Kesimpulan

5,69 5% 1,70 Ha diterima

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai thitung > ttabel, hal ini berarti Ha

diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima kebenarannya, artinya ”Hasil belajar fisika siswa

kelas X SMA 5 Lubuklinggau setelah diterapkan model pembelajaran Talking

Stick secara signifikan tuntas”.

2. Pembahasan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian

ini adalah “Apakah dengan Menerapkan Model Pembelajaran Talking Stick, hasil

0

20

40

60

80

100

6,25

81,25

Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Belajar

pre-test

post-test

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

12

belajar fisika di kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau signifikan tuntas?”.

Berdasarkan analisis data pre-test dapat dilihat bahwa hanya ada dua siswa yang

mendapatkan nilai lebih dari 75 (tuntas). Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan

60,25, jadi dapat disimpulkan hasil pre-test sebelum diterapkan model Talking Stick

belum tuntas.

Setelah dilakukannya tes awal (pre-test) yang dilaksanakan pada tanggal 26

Juli 2016 dan diikuti oleh 32 siswa, peneliti kemudian memberikan perlakuan

(treatment) dengan melakukan penerapan model pembelajaran Talking Stick.

Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama

dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2016. Sebelum melakukan pembelajaran peneliti

menjelaskan bagaimana cara pembelajaran dengan menggunakan model Talking

Stick serta menyampaikan ketentuan pada saat terjadinya estafet tongkat dari siswa

satu ke siswa yang lain itu tidak boleh dilemparkan. Setelah penjelasan tersebut ada

sebagian siswa yang memahami cara pembelajaran dengan menggunakan model

Talking Stick ada yang belum memahami, karena model ini belum pernah diterapkan

sebelumnya dalam proses belajar mengajar yang telah mereka ikuti sebelumnya.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 2016, pada pertemuan kedua

ini seluruh siswa mulai paham melakukan pembelajaran dengan menggunakan model

Talking Stick.

Post-test diadakan setelah penyampaian materi dengan model Talking Stick,

dalam hal ini dapat dilihat bahwa 27 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 75.

Nilai rata-rata siswa secara keseluruhan 85,69. Berdasarkan pengujian hipotesis

dapat disimpulkan bahwa “Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau Setelah Diterapkan Model Talking Stick Secara Signifikan Tuntas”.

Temuan-temuan yang terjadi pada saat penerapan model Talking Stick yaitu

pada pertemuan pertama, sebelum pembelajaran dimulai guru menyiapkan sebuah

tongkat dan kemudian guru menjelaskan materi pokok kepada siswa. Setelah itu guru

menuliskan pertanyaan di papan tulis dan memberikan waktu kepada siswa

mempelajari materi yang telah dijelaskan. Jika siswa telah selesai mempelajari materi

tersebut dengan batas waktu yang telah ditentukan barulah menerapkan pembelajaran

dengan menggunakan model Talking Stick. Pada saat penerapan model hanya

sebagian siswa yang mengerti bagaimana cara belajar dengan menggunakan model

Talking Stick ini dan sebagian lainnya masih bingung dan masih bertanya-tanya.

Pada saat tongkat bergulir dari siswa satu ke siswa yang lain mereka memilih untuk

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

13

melemparkan cepat-cepat tongkat tersebut agar tongkat tersebut tidak berhenti di

dirinya. Hal ini disebabkan siswa takut untuk mengerjakan soal ke depan dan belum

terbiasa dengan menggunakan model Talking Stick ini.

Pertemuan kedua guru kembali menyiapkan tongkat dan menjelaskan materi

pokok. Dalam pertemuan kedua ini siswa sangat menikmati proses pembelajaran

dengan menggunakan model Talking Stick. Siswa sangat senang dan termotivasi

untuk belajar karena belajar mendengarkan musik dan menciptakan suasana belajar

sambil bermain sehingga siswa tidak merasa bosan. Walaupun mereka merasa

senang mengikuti pembelajaran menggunakan model Talking Stick ini tapi sebagian

kecil siswa masih takut dan cemas jika tongkat tersebut berhenti didirinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa

penggunaan model Talking Stick dapat dijadikan alternatif dalam proses

pembelajaran ketika siswa mengalami kebosanan dalam belajar fisika. Sehingga

siswa lebih aktif mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari dari berbagai

sumber yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan

mengontrol tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang siswa perlukan untuk

mengerjakan dan bagaimana mengatasi masalah yang mereka temukan. Guru juga

dapat membimbing siswa saat kesulitan dan membantu siswa untuk mengembangkan

materi yang akan disampaikan.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-

rata hasil belajar siswa sebesar 85,69 dan persentase jumlah siswa tuntas sebesar

81,25% dengan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = n – 1 didapat thitung =

5,09 dan ttabel = 1,70 karena thitung > ttabel maka hasil belajar fisika siswa kelas X SMA

Negeri 5 Lubuklinggau setelah diterapkan model Talking Stick secara signifikan

tuntas.

F. Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka

Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta.

Muawanah. 2014. Penerapan Model Talking Stick dengan Media Visual dalam

Pembelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi. Jurnal Penelitian

Tindakan Kelas. 2 (16), 58-66.

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Jurnal Iwan Purnomo.pdf · Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

14

Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, A. 2009. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Uno, H. B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Inovatif. Jakarta:Bumi Aksara.