pengaruh model pembelajaran means-ends analysis …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...

12
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh Elisa Susanti NPM 4013016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU 2017

Upload: others

Post on 11-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Oleh

Elisa Susanti

NPM 4013016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU

2017

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

1alumniMahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh

1Elisa Susanti,

2 Drajat Friansah,

3Reny Wahyuni

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis

terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah pada penelitian

ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Means-Ends Analysis

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP

Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian yang

digunakan berbentuk True Eksperimental Design. Populasinya seluruh siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017, yang

terdiri dari 444 siswa dan sebagai sampel kelas eksperimen VIII.5, dan sebagai

kelas kontrol kelas VIII.6. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis

uji-t dengan taraf signifikan sebesar 𝛼 = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (7,91 >

1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran Means-Ends Analysis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2016/2017. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas kontrol

sebesar 18,29.

Kata Kunci: Mends-Ends Analysis, Pemecahan Masalah, Matematika.

PENDAHULUAN

Keberhasilan siswa dalam

mempelajari matematika dapat dilihat dari

penguasaan siswa terhadap pemahaman

konsep, pemecahan masalah dan komunikasi

(Putri, dkk., 2012:68). Seseorang yang

memiliki kemampuan pemecahan masalah

dengan baik sangat diperlukan, karena

mereka akan mudah beradaptasi dalam

lingkungan masyarakat sekitar yang tidak

lepas dari munculnya masalah (Yumiati,

2013:189). Dalam pembelajaran

matematika, kemampuan pemecahan

masalah sangat penting. Pemecahan masalah

merupakan salah satu hasil yang ingin

dicapai dalam pembelajaran matematika dan

merupakan hal yang sangat penting.

Menurut Hadi dan Radiatul (2014:53)

bahwa pemecahan masalah merupakan salah

satu tujuan dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara yang telah dilakukan dengan

salah satu guru mata pelajaran matematika

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

kelas VIII SMP Negeri 2

Lubuklinggau yaitu Ibu Laili Astuti, S.Pd.

maka, didapat informasi bahwa sebagian

besar siswa kurang aktif dalam mengikuti

pembelajaran, siswa mengalami kesulitan

dalam memecahkan dan mengerjakan soal

latihan yang sedikit berbeda dengan contoh

soal yang diberikan oleh guru serta banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam

menerapkan dan memilih konsep yang benar

untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.

Kurangnya kemampuan pemecahan masalah

siswa lah yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam memecahkan

masalah. Menurut Pratiwi, dkk. (2016:3) penyebab terbesar kurangnya kemampuan

pemecahan masalah adalah

ketidakmampuan siswa untuk dapat

menyaring dan menerjemahkan masalah

kedalam bentuk yang lebih sederhana

(membuat model matematika).

Untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah maka diperlukan suatu

model pembelajaran yang memberikan

kesempatan siswa untuk aktif dan

memberikan respon yang baik pada

pembelajaran matematika serta aktivitas

belajar siswa menjadi aktif melalui

pembelajaran pemecahan masalah. Salah

satunya dengan menggunakan model

pembelajaran Means–Ends Analysis (MEA),

yaitu pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa belajar dengan

aktif mengkontruksi pengetahuannya

sendiri, dan dapat membantu siswa untuk

menyelesaikan masalah matematis.

Model pembelajaran Means–Ends

Analysis adalah variasi dari pembelajaran

dengan pemecahan masalah dengan sintaks:

sajikan materi dengan pendekatan

pemecahan masalah berbasis heuristik,

elaborasi menjadi sub-sub masalah yang

lebih sederhana, identifikasi perbedaan,

susun sub-sub masalah sehingga terjadi

konektivitas, pilih strategi solusi (Ngalimun,

2014:170).

Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Means–

Ends Analysis terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2016/2017”.

LANDASAN TEORI

Kemampuan pemecahan masalah

berarti kecakapan menerapkan pengetahuan

yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi

yang belum dikenal (Hertiavi, dkk.,

2010:53). Selanjutnya menurut Sumarmo

(Alawiyah, 2014:183) mengartikan

pemecahan masalah sebagai kegiatan

menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan

soal yang tidak rutin, mengaplikasikan

matematika dalam kehidupan sehari-hari

atau keadaan lain, dan membuktikannya.

Sedangkan menurut NCTM (Husna, dkk.,

2013:82) mengemukakan bahwa pemecahan

masalah merupakan proses menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya pada situasi baru dan berbeda.

Jadi dari beberapa pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa pemecahan

masalah matematika adalah suatu komponen

dalam matematika yang merupakan proses

untuk mengatasi kesulitan/hambatan yang

ditemui dalam mencapai tujuan yang

diharapkan dan memecahan masalah

matematika dengan menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti siswa dan isinya

pun disesuaikan dengan materi yang

dipelajari.

Model Pembelajaran Means-Ends

Analysis

Model pembelajaran Means–Ends

Analysis (MEA) yaitu pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa

belajar dengan aktif mengkontruksi

pengetahuannya sendiri, dan dapat

membantu siswa untuk menyelesaikan

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

masalah matematis (Juanda, dkk.,

2014:106). Sedangkan menurut Sahrudin

(2016:21) Means–Ends Analysis (MEA)

merupakan strategi yang memisahkan

permasalahan yang diketahui (problem

State) dan tujuan yang akan dicapai (Goal

State) yang kemudian dilanjutkan dengan

melakukan berbagai cara untuk mereduksi

perbedaan yang ada diantara permasalahan

dan tujuan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran

Means-Ends Analysis adalah pengembangan

suatu jenis pemecahan masalah, berdasarkan

suatu strategi yang membantu siswa dalam

menemukan cara penyelesaian masalah

dengan penyederhanaan masalah yang

berfungsi sebagai petunjuk dalam

menetapkan cara yang paling efektif dan

efisien untuk memecahkan masalah yang

dihadapi dalam pembelajaran matematika.

Langkah-langkah model pembelajaran

Means-Ends Analysis

Langkah-langkah model pembelajaran

Means-Ends Analysis (MEA) yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1) Guru menyajikan materi dengan

pendekatan masalah berbasis

heuristik

2) Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok (tiap kelompok terdiri 3-4

orang secara heterogen). Masing-

masing kelompok diberi tugas/soal

pemecahan masalah.

3) Mengelaborasi masalah menjadi sub-

sub masalah yang lebih sederhana

4) Mengidentifikasi perbedaan terhadap

masalah yang diberikan

5) Menyusun sub-sub masalah yang

sudah diidentifikasi sehingga saling

berhubungan

6) Memilih strategi solusi dari

permasalahan yang muncul yaitu

memilih solusi dengan cara

penyelesaian yang dimengerti siswa.

7) Siswa presentasi di depan kelas (satu

kelompok yang presentasi)

8) Kuis individu

Adapun kelebihan dan kelemahan

Means-Ends Analysis (MEA). Menurut

Shoimin (2016:103) dari model

pembelajaran Means-Ends Analysis terdapat

kelebihannya yaitu :

1) Siswa dapat terbiasa

memecahkan/menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah.

2) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam

pembelajaran dan sering

mengekspresikan idenya.

3) Siswa memilki kesempatan lebih

banyak dalam memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan.

4) Siswa dengan kemampuan rendah

dapat merespons permasalahan dengan

cara mereka sendiri.

5) Siswa memilki pengalaman banyak

untuk menemukan sesuatu dalam

menjawab pertanyaan melalui diskusi

kelompok.

6) MEA memudahkan siswa dalam

memecahkan masalah.

Kelemahan Model Pembelajaran Means-

Ends Analysis (MEA) yaitu :

1) Membuat soal pemecahan masalah

yang bermakna bagi siswa bukan

merupakan hal yang mudah.

2) Mengemukakan masalah yang

langsung dapat dipahami siswa sangat

sulit sehingga banyak siswa yang

mengalami kesulitan bagaimana

merespons masalah yang diberikan.

3) Lebih dominannya soal pemecahan

masalah terutama soal yang terlalu

sulit untuk dikerjakan, terkadang

membuat siswa jenuh.

4) Sebagian siswa bisa merasa bahwa

kegiatan belajar tidak menyenangkan

karena kesulitan yang mereka hadapi

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

terdapat Pengaruh Model Pembelajaran

Means–Ends Analysis terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

True experimental design merupakan jenis-

jenis eksperimen yang dianggap sudah baik

karena sudah memenuhi persyaratan

(Arikunto, 2010:125). Desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre-test, post-test desain, menurut Arikunto

(2010:126) dapat dituliskan dengan pola:

Keterangan :

E = kelompok kelas eksperimen

K = kelompok kelas kontrol

R = Random

X = Pembelajaran dengan menggunakan odel pembelajaran Mean-Ends

Analysis

O1 = pre-test kelas eksperimen

O2= Post-test kelas eksperimen

O1 = pre-test kelas eksperimen

O2= Post-test kelas eksperimen

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII SMP N 2

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017

yang berjumlah 444 siswa. Dalam penelitian

ini sampel yang diambil dengan

menggunakan teknik sampel random. Dari

dua kelas terpilih satu kelas yaitu kelas

VIII.5 sebagai kelas eksperimen yang diberi

perlakuan dengan model pembelajaran

Means-Ends Analysis dan kelas VIII.6

sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan

dengan pemebelajaran konvensional.

Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan

inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2010:193). Pertanyaan-

pertanyaan tes yang disesuaikan dengan

pedoman penskoran kemampuan pemecahan

masalah matematika.

Teknik analisis data yang digunakan

penelitian ini terhadap skor kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa

sebagai berikut: (1) Menentukan Skor

Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika. (2) menentukan rata-rata skor

dan simpangan baku, (3) uji normalitas data,

(4) uji homogenitas, (5) uji hipotesis.

Kriteria pengujian jika thitung< ttabel berarti

terima Ho dan tolak Ha, untuk taraf

kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk

= n – 1 dan jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak

dan Ha diterima dengan untuk taraf

kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk

= n – 1 (Sugiyono, 2016 : 138).

Adapun penskoran kemampuan

pemecahan masalah dengan menggunakan

pedoman pemberian skor pemecahan

masalah yang diadaptasi dari Schoen dan

Ochmke (Fauziah, 2010:40). Pedoman

penskoran pemecahan masalah dapat dilihat

pada tabel berikut:

E O1 X O2

K O3 O4

R

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

Tabel

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Skor Memahami

masalah

Merencanakan

penyelesaian masalah

Menyelesaikan masalah Memeriksa kembali

penyelesaiannya

0 Salah

menginter-

prestasi

kan/salah sama

sekali

Tidak ada rencana,

membuat rencana yang

tidak relevan

Tidak melakukan

perhitungan

Tidak ada pemeriksaan

atau tidak ada

keterangan lain

1 Salah

menginter-

prestasikan

sebagian soal,

mengabaikan

Membuat rencana

pemecahan yang tidak

dapat dilaksanakan,

sehingga tidak dapat

dilaksanakan

Melaksanakan prosedur

yang benar dan mungkin

menghasilkan jawaban yang

benar tapi salah perhitungan

Ada pemeriksaan tetapi

tidak tuntas

2 Memahami

masalah soal

selengkapnya

Membuat rencana yang

benar tetapi salah dalam

hasil/tidak ada hasil

Melakukan proses yang

benar dan mendapatkan

hasil yang benar

Pemeriksaan dilaksanakan

untuk melihatkebenaran

proses

3 - Membuat rencana yang

benar, tetapi tidak lengkap

- -

4 - Membuat rencana sesuai

dengan prosedur dan

mengarah pada solusi yang

benar

- -

Skor maksimal

2

Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2

Sumber: Adaptasi Schoen dan Ochmke (Fauziah, 2010:40).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau

dengan menggunakan model pembelajaran

Means-Ends yang dilaksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan sekolah

Sebelum peneliti melakukan penelitian,

peneliti melaksanakan uji coba instrumen

terlebih dahulu dengan materi pembelajaran

kubus dan balok. Peserta uji coba instrumen

adalah siswa kelas IX, sebagian siswa kelas

IX yang berjumlah 25 siswa. Uji coba

instrumen dilakukan untuk mengukur soal

tersebut valid atau tidak. Soal yang diuji

coba sebanyak 5 soal, didapatkan hasil

bahwa semua soalnya valid dan digunakan

untuk penelitian.

Data Hasil Pre-Test

kemampuan awal pemecahan masalah

matematika siswa tentang materi kubus dan

balok. Dalam pre-test ini siswa diberikan

lima butir soal essai yang menguji

kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Dengan hasil Pre-test

sebagai berikut:

Tabel.1

Rekapitulasi Data Hasil Pre-Test No. Kelas N 𝑥 S

1. Eksperimen 39 10,85 3.62

2. Kontrol 39 10,56 3,49

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat

dilihat bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa kelas eksperimen dan kontrol

relatif sama, karena selisih antara keduanya

tidak terlalu besar. Rata-rata nilai

kemampuan pemecahan masalah siswa kelas

eksperimen adalah 10,85 dan kelas kontrol

adalah 3,56. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa secara deskriptif tidak

terdapat perbedaan antara kemampuan

pemecahan masalah matematika kelas

eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi

perlakuan.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

1. Uji Normalitas Data Pre-test

Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah data hasil pre-test

berdistribusi normal atau tidak.

Berdasarkan ketentuan statistik mengenai

uji normalitas data menggunakan uji chi

kuadrat (2 ) dengan taraf signifikan 𝛼 =

0,05 dengan dk = n – 1 dimana n adalah

banyaknya kelas interval, jika2 hitung<

2 tabel, maka data berdistribusi normal

dan jika 2 hitung ≥

2 tabel, maka data

berdistribusi tidak normal. Rekapitulasi

hasil uji normalitas data pre-test pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test

No Kelas 𝜒2hitung Dk 𝜒2

tabel Kesimpulan

1 Eksperimen 1,80 5 12,59 Berdistribusi

Normal

2 Kontrol 0,62 5 12,59 Berdistribusi

Normal

Tabel 2 menunjukkan bahwa 2

hitung data pre-test kelas eksperimen

maupun kontrol lebih kecil dari pada 2

tabel, hal ini berarti data pre-test kelas

eksperimen maupun kelas kontrol

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data Pre-Test Uji homogenitas ini dilakukan untuk

mengetahui apakah data pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol memiliki

varians yang homogen atau tidak,

kriteria pengujiannya adalah terima Ho

jika Fhitung < Ftabel yang berarti varians

kedua kelompok homogen, dengan dk1 =

(n1 - 1) dan dk2 = (n2 - 1).

Rekapitulasi uji homogenitas data

pre-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

ini: Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Pre-test

Data Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan

Pre-test 1,08 (38:38) 1,71 Homogen

Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas

data menggunakan uji F dengan dk1 = (39-

1), dk2 = (39- 1) dan taraf signifikan 𝛼 =

0,05. Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa

Fhitung ˂ Ftabel (1,08 < 1,71), maka dapat

disimpulkan bahwa varians data pre-test

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

homogen.

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data

Pre-test Rekapitulasi hasil perhitungan uji

perbedaan dua rata-rata data pre-test

(lampiran C) dapat dilihat pada Tabel 4

berikut ini: Tabel 4

Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Data thitung ttabel Kesimpulan

Pre-test 0,37 2,00 –ttabel < thitung < ttabel,

Ho diterima

Dari Tabel 4 di atas diperoleh bahwa

Ho diterima, karena –ttabel < thitung < ttabel atau

–2,00 < 0,37 < 2,00 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan rata-rata skor pre-test

kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Data Hasil Post-Test

Pelaksanaan post-test ini dilaksanakan

untuk mengetahui kemampuan akhir siswa

tentang kemampuan pemecahan masalah

matematika setelah diterapkannya model

pembelajaran Means-Ends Analysis pada

materi kubus dan balok pada kelas

eksperimen dan model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

Rekapitulasi data post-test yang dapat

dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini: Tabel 5

Rekapitulasi Data Hasil Post-test

No Kelas N 𝑥 S

1 Eksperimen 40 28,05 6,30

2 Kontrol 41 18,29 4,91

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat

dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

pemecahan masalah matematika siswa

kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas

kontrol sebesar 18,29. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Perbandingan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa berdasarkan data

pre-test dan post-test untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada Grafik 1.

1. Uji Normalitas Data Post-Test

Rekapitulasi hasil perhitungan uji

normalitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas 𝜒2

hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan

1 Eksperimen 2,10 5 12,59 Berdistribusi

Normal

2 Kontrol 4,24 5 12,59 Berdistribusi

Normal

Tabel 6 menunjukkan bahwa 2 hitung

data post-test kelas eksperimen maupun

kontrol lebih kecil dari pada 2 tabel.

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

data, hal ini berarti data post-test kelas

eksperimen maupun kelas kontrol

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data Post-Test

Rekapitulasi hasil perhitungan uji

homogenitas dapat dilihat pada tabel 7

berikut: Tabel 7

Hasil Uji Homogenitas Data Post-test

Data Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan

Post-test 1,65 39:40 1,69 Homogen

Berdasarkan kriteria pengujian

homogenitas data menggunakan uji F

dengan dk1 = (40-1), dk2 = (41- 1) dan taraf

signifikan 𝛼 = 0,05. Tabel 4.7 di atas

menunjukkan bahwa Fhitung ˂ Ftabel (1,54 <

1,69), maka dapat disimpulkan bahwa

varians data post-test pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol homogen.

3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Rekapitulasi hasil uji perbedaan dua

rata-rata dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 8

Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Data thitung ttabel Kesimpulan

Post-test 7,91 1,671 thitung > ttabel, H0 ditolak

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat

dilihat bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,

karena thitung > ttabel, sehingga hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini terbukti.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh model pembelajaran

Means-Ends Analysis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2016/2017.

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, siswa terlebih dahulu

diberikan tes awal (pre-test) materi Kubus

dan Balok untuk mengetahui kemampuan

awal pemecahan masalah siswa. Pre-test

dilakukan pada kelas eksperimen dan

kontrol.

Pelaksanaan pre-test dilaksanakan

pada tanggal 9 dan 10 Mei 2017 pada kelas

kontrol dan eksperimen. Pada kelas kontrol

berjumlah 41 siswa yang mengikuti pre-test

berjumlah 39 dan 2 siswa tidak mengikuti

pre-test, sedangkan pada kelas eksperimen

siswa berjumlah 40 yang mengikuti pre-test

berjumlah 39 dan 1 siswa tidak mengikuti

pre-test.

Pertemuan pertama pada hari Sabtu

tanggal 13 Mei 2017 di kelas eksperimen

dengan jumlah siswa 38 orang 2 orang

0102030

Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

10.85 10.56

28.0518.29

pre-test

post-test

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

lainnya tidak masuk kelas dikarenakan

ada kegiatan osis dan alokasi waktu 2 x 40

menit, sebelum pembelajaran peneliti

menjelaskan tujuan dari pelaksanaan

penelitian dan menjelaskan pada siswa

bahwa kegiatan pembelajaran yang

dilakukan peneliti yaitu menggunakan

model pembelajaran Means-Ends Analysis

terhadap kemampuan pemecahan masalah

siswa. Materi yang diajarkan tentang unsur-

unsur Kubus dan Balok. Kemudian peneliti

memberikan orientasi permasalah masalah

terhadap siswa yang meliputi menjelaskan

tujuan pembelajaran, serta memberi arahan

kepada siswa tentang menyelesaikan

masalah.

Peneliti juga menjelaskan pada siswa

manfaat mempelajari unsur-unsur kubus dan

balok pada kehidupan sehari-hari, seperti

mengenal bentuk-bentuk kubus dan balok

yang ada di dalam kelas contohnya

penghapus papan tulis, kotak pensil, lemari

dan lain-lainnya. Peneliti juga menjelaskan

cara belajar dengan menggunakan model

Means-Ends Analysis itu menggunakan

strategi heuristik yang mana pada

penyelesaian soal siswa diberi petujuk

dalam menjawabnya berupa pertanyaan-

pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk

menyelesaikan soal pemecahan masalah.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lestari

dan Yudhanegara (2015:65) bahwa Means–

Ends Analysis merupakan suatu model

pembelajaran yang mengoptimalkan

kegiatan penyelesaian masalah melalui

pendekatan heuristik berupa rangkaian

pertanyaan, di mana rangkaian pertanyaan

tersebut merupakan petunjuk untuk

membantu peserta didik dalam

menyelesaikan masalah.

Setelah pembelajaran diorientasikan

pada suatu masalah dan siswa sudah siap

belajar dalam kelompoknya masing-masing

dan pembelajaran kelompok menggunakan

LKS, dimana LKS tersebut berisikan

masalah tentang unsur-unsur pada kubus dan

balok serta mempelajari berapa banyak

jaring-jaring yang ada di dalam kubus dan

balok, yang dikerjakan secara berkelompok,

peneliti juga menjelaskan materi tersebut

secara demonstrasi. Menurut Harto dkk.,

(2014:4) belajar kelompok merupakan salah

satu cara belajar untuk mencapai tujuan-

tujuan pembelajaran melalui usaha kerja

sama, saling membantu, berbagi ide,

bertukar pengalaman dalam menyelesaikan

tugas. Pada saat pembelajaran dikelompok

siswa mulai mengerjakan LKS sesuai

dengan langkah-langkah yang ada dengan

berdiskusi antara kelompoknya. Tetapi

siswa belum maksimal mengerjakannya

dikarenakan siswa belum terbiasa dengan

pembelajaran pemecahan masalah,

kebanyakan siswa masih terpaku pada satu

orang dalam kelompok untuk

mengerjakannya dan siswa yang lainya tidak

mengerjakannya. Untuk mengatasi hal

tersebut, peneliti memberikan pertanyaan

yang mengarahkan siswa untuk menjawab

soal-soal pemecahan masalah, memberikan

motivasi dan dorongan terhadap siswa

dalam belajar kelompok agar siswa tersebut

tertarik saat belajar.

Pada pembelajaran di LKS siswa

dapat menentukan unsur diketahui dan

ditanya, tetapi belum paham cara

menentukan strategi yang tepat dalam

merencanakan penyelesaian, dalam hal ini

peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan

yang mengarahkan siswa menjawab soal,

selanjutnya peneliti mengarahkan siswa

untuk mengerjakan LKS ketahap selanjutnya

yaitu melakukan penyelesaian masalah

hingga cara memeriksa kembali

penyelesaian yang mereka kerjakan pada

setiap langkah. Pada tahap ini, siswa kurang

paham cara memeriksa kembali

penyelesaiannya sehingga mengalami

kesulitan dalam membuktikan benar atau

tidaknya penyelesaian soal. Peneliti

mengarahkan siswa dalam membuktikan

soal dan petunjuk yang ada pada LKS

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

dimana di dalamnya terdapat langkah-

langkah pemecahan masalah yang dapat

membantu siswa mengatasi kesulitan siswa

dalam menyelesaian soal. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Wardani (Muslim,

2014:2), pemecahan masalah (problem

solving) adalah suatu proses untuk

mengatasi kesulitan/hambatan yang ditemui

dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Selanjutnya peneliti menujuk salah satu

kelompok secara acak untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di

depan kelas. Selanjutnya peneliti

memberikan kuis atau Pekerjaan rumah

kepada siswa setelah pelajaran selesai,

setelah itu peneliti mengarahkan kepada

siswa untuk pertemuan selanjutnya saat

peneliti masuk kelas siswa sudah berada

dalam kelompoknya masing-masing.

Pertemuan kedua pada hari Senin

tanggal 15 Mei 2017 di kelas eksperimen

dengan jumlah siswa 40 orang dan alokasi

waktu 2 x 40 menit, materi yang diajarkan

yaitu luas permukaan kubus dan balok

sesuai dengan perangkat pembelajaran yang

telah direncanakan. Pembelajaran pada

pertemuan kedua ini sama seperti pertemuan

pertama, siswa kembali ke kelompok

mereka masing-masing dan melakukan

diskusi dengan teman satu kelompoknya

dimana pembelajaran kedua ini juga

memakai LKS yang di dalam terdapat soal-

soal pemecahan masalah yang baru, untuk

melatih siswa dalam mengerjakan soal yang

menggunakan langkah-langkah pemecahan

masalah.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada

hari Rabu tanggal 17 Mei 2017 di kelas

eksperimen dengan jumlah siswa 40 orang

dan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi yang

diajarkan yaitu volume kubus dan balok

sesuai dengan perangkat pembelajaran yang

telah direncanakan. Pembelajaran ini juga

menggunakan LKS dimana membantu siswa

dalam belajar. Pada pertemuan ini siswa

sudah mulai terbiasa belajar secara

berkelompok, dengan menggunakan model

pembelajaran Means-Ends Analysis.

Pada pertemuan ini siswa sudah

paham dengan model Means-Ends Analysis

dan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa meningkat. Hal tersebut

terlihat dari cara siswa menjawab soal yaitu

langkah–langkah yang diselesaikan siswa

sudah lebih baik dari pertemuan pertama dan

kedua. Siswa sudah paham bagaimana

menentukan unsur yang Diketahui dan yang

ditanya secara lengkap, siswa juga dapat

merencanakan dan menuliskan strategi

pemecahan masalah yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan pada soal

tersebut. Setelah strategi ditentukan siswa

sudah dapat menggunakan strategi tersebut

dalam menyelesaikan pemecahan masalah

dan siswa juga membuktikan jawaban

dengan benar yaitu dengan membuat

permisalan dari salah satu unsur soal yang

diketahui. Pada pembelajaran ini, masing-

masing kelompok telah mengisi LKS

dengan baik sesuai dengan petunjuk soal dan

langkah-langkah pemecahan masalah.

Kemudian, pada pertemuan ini dapat

disimpulkan bahwa siswa sudah bisa

menyelesaikan masalah yang diberikan

berdasarkan langkah-langkah penyelesaian

masalah, yang meliputi langkah memahami

masalah, kemudian menentukan strategi

penyelesaian, menentukan hasil

penyelesaian dan memeriksa kembali hasil.

Setelah peneliti menyelesaikan

pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak

tiga kali pertemuan maka pada pertemuan

selanjutnya peneliti mengadakan post-test

di kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan pemecahan masalah

matematika, soal yang digunakan sama

dengan pada saat Pre-test. Jumlah siswa

yang mengikuti post-test di kelas

eksperimen 40 siswa, dan di kelas kontrol 41

siswa. Pelaksanaan Post-test yang dilakukan

itu sebagai tolak ukur untuk mengetahui

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diberikan perlakuan

yang berbeda. Hasil post-test menunjukkan

bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa dari kedua kelas tersebut

mengalami peningkatan. Namun, dari hasil

post-test juga menunjukkan bahwa jawaban

siswa di kelas eksperimen terlihat lebih baik

daripada kelas kontrol.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh model pembelajaran

Means-Ends Analysis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun

pelajaran 2016/2017. Rata-rata skor

kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa setelah diberi perlakuan di

kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas

kontrol sebesar 18.29.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Tuti. 2014. Pembelajaran untuk

Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi dan Pemecahan

Masalah Matematik. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Program Pasca

Sarjana STKIP Siliwangi Bandung,

vol 1. ISSN 2355-0473. Hal 180-

187.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan

Kemaampuan Pemahaman dan

Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SMP Melalui Strategi

REACT, Forum Kependidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sriwijaya

Palembang, vol 30(1). Hal 1-13.

Hadi, Sutarto & Radiyatul. 2014. Metode

Pemecahan Masalah Menurut Polya

untuk Mengembangkan

Kemampuan Siswa dalam

Pemecahan Masalah Matematis di

Sekolah Menengah Pertama. EDU-

MAT Jurnal Pendidikan

Matematika, vol 2(1). Hal 53-61.

Harto, Teddy dkk.. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Means-ends Analysis

(MEA) dengan Setting Belajar

Kelompok berbantuan LKS

terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas IV di SD Desa

Bebetin. Journal

MIMBAR PGSD Universitas

Pendidikan Ganesha, vol 2(1). Hal

1-10.

Hertiavi, dkk. 2010. Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw untuk Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa SMP. Jurnal Pendidikan

Fisika Indonesi, vol 6. ISSN:

1693-1246. Hal 53-57.

Husna, dkk. 2013. Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Komunikasi Matematis Siswa

Sekolah Menengah Pertama

Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

(TPS). Jurnal Peluang, vol 1(2).

Hal 81-92.

Juanda, M, R. Johar, dan M. Ikhsan. 2014.

Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematis Siswa SMP

melalui Model Pembelajaran

Means-Ends Analysis (MEA).

Jurnal Kreano, vol 5(2). Hal 105-

113.

Muslim, Siska Ryane. 2014. Pengaruh

Penggunaan Metode Student

Facilitator and Explaining dalam

Pembelajaran Kooperatif Terhadap

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL Elisa Susanti (4013… · Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah

Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik dan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematik Siswa

SMK Di Kota Tasikmalaya. Jurnal

Pendidikan dan Keguruan. Vol.

1(1).Hal 1-9

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model

Pembelajaran. Jakarta: Aswajaya

Pressindo.

Pratiwi, dkk. 2016. Pengaruh Model

Means-Ends Analysis terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah

Masalah Matematis Siswa Sekolah

Dasar. Jurnal PGSD Kampus

Cibiru,vol 4(3). Hal 1-15

Putri, P.M., dkk. 2012. Pemahaman Konsep

Matematika Pada Materi Turunan

Melalui Pembelajaran Teknik

Probing. Jurnal Pendidikan

Matematika, Vol. 1 No 1, Part 2:

Hal. 68-72.

Sahrudin, Asep. 2016. Implementasi Model

Pembelajaran Means-Ends Analysis

Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika

Mahasiswa. Jurnal Pendidikan

Unsika, vol 4(1). Hal 17-25.

Shoimin, Aris. 2016. 68 Model

Pembelajaran Inovatif dalam

Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Sugiyono. 2016. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Yumiati. 2013. Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis

Siswa SMP N 9 Pamulang.

Prosiding Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan

Matematika STKIP Siliwangi

Bandung, vol 1. ISSN 977-

2338831. Hal 189-195.