page 1 of 21 - jdih.setjen.kemendagri.go.id lubuklinggau_sumsel_40...peraturan daerah kota...
TRANSCRIPT
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 40 TAHUN 2003
LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
Nomor 05
Tahun 2003 Seri C
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
NOMOR 40 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PERTANIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA LUBUKLINGGAU,
Menimbang Mengingat
: :
a. bahwa berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, urusan pemerintahan dalam bidang pertanian yang meliputi sektor tanaman
pangan, sektor perikanan, sektor peternakan, sektor perkebunan dan sektor
kehutanan merupakan kewenangan wajib daerah Kabupaten / Kota; b. bahwa dengan terbentuknya Kota Lubuklinggau sebagai daerah Otonom
berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota
Lubuklinggau maka Pemerintah Kota Lubuklinggau berwenang untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri; c. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat dan guna
peningkatan pendapatan asli daerah berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b
tersebut diatas dipandang perlu untuk mengatur pemberian pelayanan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian setiap usaha bidang pertanian dalam Kota
Lubuklinggau dan memungut retribusi pertanian; d. bahwa untuk pengaturan sebagaimana dimaksud huruf c perlu ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau. 1. Undang-undang nomor 6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Page 1 of 21
Peternakan dan Kesehatan Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1967
nomor 10 ); 2. Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1981 nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
nomor 3209); 3. Undang-undang nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1985 nomor 16, Tambahan Lembaran Negara nomor
3299); 4. Undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara nomor 3478); 5. Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1996 nomor 99, Tambahan Lembaran Negara nomor 3656); 6. Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 18 tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2000 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara nomor 4048); 7. Undang-undang nomor 6 tahun 1999 tentang pengusahaan hutan dan pemungutan
hasil hutan pada hutan produksi ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
nomor 13, Tambahan Lembaran Negara nomor 3802); 8. Undang – undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
nomor 3839 ); 9. Undang – undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
nomor 72, Tambahan Lembaran Negara nomor 3848 ); 10. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 nomor 167, Tambahan Lembaran Negara nomor
3888); 11. Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1977 nomor 20, Tambahan Lembaran Negara nomor 3101);
Page 2 of 21
Menetapkan
:
12. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang
nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1983 nomor 36, Tambahan Lembaran Negara nomor 3258); 13. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
nomor 4139); 14. Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2002 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
nomor 4230); 15. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 21 tahun 2001
tanggal 18 Juli 2001 tentang Tekhnik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk
Hukum Daerah; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001
tanggal 18 Juli 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman
Operasional Penyidik Pegawai Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah.
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG RETRIBUSI PERTANIAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Lubuklinggau; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau;
Page 3 of 21
05/12/2011
3. Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota; 4. Dinas Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan adalah Dinas Tanaman Pangan,
Peternakan dan Perikanan Kota Lubuklinggau; 5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota
Lubuklinggau; 6. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Kota Lubuklinggau; 7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan Daerah yang berlaku; 8. Badan adalah suatu bentuk Badan usaha yang meliputi Perseroan terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara, atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,
koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk
usaha tetap serta bentuk usaha lainnya; 9. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan; 10. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 11. Golongan Retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu; 12. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan; 13. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa usaha yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat
pula disediakan oleh sektor swasta; 14. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
Page 4 of 21
kelestarian lingkungan; 15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan
Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi
termasuk pungutan atau pemotong retribusi tertentu; 16. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat dengan
SPORD adalah Surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan objek
retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi
yang terhutang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah; 17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat
keputusan yang menetukan besarnya retribusi yang terhutang; 18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya
disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menetukan tambahan atau jumlah
retribusi yang telah ditetapkan; 19. Surat Ketetapan Keberatan adalah surat keputusan keberatan terhadap SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh
Wajib retribusi; 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB,
adalah surat keputusan yang menetukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi
karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak
seharusnya terhutang; 21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau
denda; 22. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa, rekomendasi/perizinan tertentu; 23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan
retribusi daerah; 24. Penyidik Tindak Pidana di Bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah yang selanjutnya disebut
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
Page 5 of 21
BAB II NAMA, OBJEK, SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dibidang Pertanian yang meliputi sektor Perikanan, Peternakan, Perkebunan dan
Kehutanan dipungut retribusi atas pelayanan, pengawasan, penggantian biaya dan
pemanfaatan fasilitas termasuk perlengapan yang secara khusus disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Objek retribusi Pertanian yang difasilitasi Pemerintah Daerah adalah :
a. Pengawasan kesehatan hewan/ternak; b. Pengobatan dan vaksinasi hewan/ternak;
c. Pengawasan penyakit hewan menular zounosis;
d. Pemanfaatan sarana fasilitas pemerintah Rumah Potong Hewan (RPH),
Poskeswan, Pasar Hewan, Bangunan dan lainnya;
e. Pengawasan kegiatan usaha dibidang pertanian, perikanan, perternakan,
perkebunan dan kehutanan;
f. Pasar grosir dan atau pertokoan berbagai jenis barang hasil pertanian,
perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan;
g. Tempat pelelangan ikan, ternak, dan hasil pertanian, perikana, peternakan,
perkebunan dan kehutanan;
h. Sertifikasi pembinaan dan pengawasan produktifitas, mutu benih/bibit tanaman
dan hewan/ternak. (2) Tidak termasuk objek retribusi bidang pertanian adalah pelayanan pengawasan,
perizinan usaha dan pemanfaatan fasilitas pemerintah yang dikelola oleh pihak
swasta dan perusahaan daerah.
Pasal 4
Subjek Retribusi jasa usaha, retribusi jasa umum dan retribusi perizinan adalah orang
Page 6 of 21
pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan yang diberikan pemerintah
daerah.
BAB III GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi bidang pertanian digolongkan bidang retribusi : a. Jasa usaha
1. Pemeriksaan kesehatan ternak potong di Rumah Potong Hewan ( Retribusi
Rumah Potong Hewan ); 2. Pemeriksaan bedah-bedah bangkai/Postmortum;
3. Pemakaian kandang sapi/lahan dinas pertanian ( RPH );
4. Pemeriksaan pos kesehatan hewan;
5. Pemakaian fasilitas sarana dan prasarana perikanan Balai Benih Ikan ( BBI)
batu pepe dan watervang;
6. Pemakaian fasilitas air irigasi untuk kegiatan kolam air deras, air tenang dan
kerambah;
7. Retribusi pasar grosir atas produk perkebunan, tanaman pangan, peternakan,
perikanan dan kehutanan.
b. Retribusi perizinan tertentu :
1. Pemberian rekomendasi perizinan usaha mesin penggilingan padi; 2. Pemberian rekomendasi perizinan usaha kolam ikan air deras;
3. Pemberian rekomendasi perizinan usaha peternakan besar dan kecil;
4. Pemberian rekomendasi perizinan pemanfaatan, pemungutan dan jasa
lingkungan kawasan hutan lindung.
Page 7 of 21
BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Cara mengukur tingkat jasa pada masing-masing sektor adalah sebagai berikut : a. Peternakan :
1. Retribusi Rumah Potong Hewan ( RPH ) Tingkat penggunaan rumah potong hewan diukur berdasarkan jenis
pemeriksaan, volume/sample, dan unsur bahan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan laboratorium kesehatan hewan (pemeriksaan bedah bangkai/
rabies ) dan pemeriksaan kandang sapi/lahan RPH serta pemeriksaan pos
kesehatan hewan. Tingkat penggunaan jasa pemeriksaan kekayaan daerah fasilitas peternakan
diukur berdasarkan volume klasifikasi/peralatan dan waktu pemeriksaan. Tingkat penggunaan jasa kekayaan daerah fasilitas peternakan diukur
berdasarkan volume, klasifikasi/peralatan dan waktu pemakaian.
3. Pemberian rekomendasi perizinan untuk usaha peternakan berdasarkan besar
dan kecilnya ( Retribusi perizinan tertentu ).
Tingkat penggunaan jasa dapat diukur berdasarkan jenis dan volume komoditas
serta jangka waktu.
b. Perikanan :
1. Pemakaian fasilitas/sarana dan prasarana perikanan Balai Benih Ikan (BBI) Batu
Pepe dan Watervang. Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan fasilitas perikanan diukur
berdasarkan volume, klasifikasi/peralatan dan waktu pemakaian.
2. Pemakaian fasilitas air irigasi untuk kegiatan kolam air deras, kolam air tenang,
dan kerambah, dan pemberian rekomendasi perizinan kolam ikan air deras. Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah ( penggunaan air irigasi )
diukur berdasarkan volume dan waktu pemakaian.
c. Tanaman Pangan :
Page 8 of 21
1. Pemakaian lahan Dinas Pertanian untuk usaha bidang pertanian, penelitian dan
pembibitan. Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan luas,
jumlah dan waktu pemakaian.
2. Pemberian rekomendasi perizinan usaha mesin penggilingan padi. Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan
kriteria skala usaha, besar atau kecil dan jangka waktu.
d. Perkebunan :
1. Retribusi pasar grosir atas produk perkebunan ( Karet ). Tingkat penggunaan jasa pemanfaatan fasilitas pemerintah.
2. Penangkaran bibit. Tingkat penggunaan jasa pelayanan dan pengawasan serta sertifikasi
benih/bibit.
e. Kehutanan : 1. Pemberian rekomendasi/perizinan usaha pemanfaatan kawasan hutan lindung.
Tingkat penggunaan jasa adalah jenis, luas dan jangka waktu.
2. Pemberian rekomendasi/ perizinan usaha pemungutan hasil hutan bukan kayu. Tingkat penggunaan jasa adalah jenis, volume/kapasitas produksi.
3. Pemberian rekomendasi/perizinan jasa lingkungan kawasan hutan lindung.
Tingkat penggunaan jasa adalah jenis, volume dan jangka waktu.
4. Pemberian rekomendasi/perizinan usaha burung walet.
Tingkat penggunaan jasa adalah jenis, volume dan kapasitas produksi.
BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Page 9 of 21
Pasal 7
Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi pemakaian kekayaan daerah,
fasilitas/peralatan pertanian adalah dengan memperhatikan biaya investasi, biaya
perawatan/pemeliharaan , biaya penyusunan, biaya asuransi, biaya rutin/periodik yang
berkaitan langsung dengan penyediaan jasa. Biaya administrasi umum yang mendukung
penyediaan jasa dan bunga pinjaman untuk memperoleh keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis, serta
beroprasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan/fasilitas, volume dan jangka
waktu pemakaian.
(2) Besarnya tarif didasarkan tarif yang berlaku di wilayah daerah tersebut. (3) Dalam hal tarif yang berlaku sulit ditemukan, maka tarif ditetapkan sebagai jumlah
pembayaran persatuan unit pelayanan jasa, yang merupakan jumlah unsur-unsur
tarif yang meliputi:
a. Unsur biaya persatuan penyediaan jasa/layanan. b. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa.
(4) Biaya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) hurup a meliputi:
a. Biaya operasional langsung, yang meliputi biaya pegawai yang termasuk
pegawai tidak tetap, belanja barang, belanja pemeliharaan, sewa tanah dan
banggunan, biaya listrik dan semua biaya rutin priodik lainnya yang berkaitan
langsung dengan penyediaan jasa; b. Biaya tidak langsung, yang meliputi biaya administrasi umum dan biaya lainnya
yang mendukung penyediaan jasa;
c. Biaya modal, yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap aktiva lainnya
yang berjangka menengah dan panjang yang meliputi angsuran dan biaya
pinjaman, nilai sewa tanah dan banggunan, dan penyusutan asset;
d. Biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan penyediaan jasa, seperti bunga
atas pinjaman jangka pendek.
Page 10 of 21
(5) Keuntungan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan dalam
persentase tertentu dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini. (6) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3),
ditetapkan sebagai berikut : A. Sektor Peternakan.
No. Jenis Pelayanan Objek Retribusi Tarif ( Rp ) 1 2 3 4
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pemeriksaan kesehatan ternak sebelum dipotong (Antemortum) pasar kelas I Pemeriksaan kesehatan daging (Postmortum ) Pemakaian kandang Pemakaian tempat pemotongan Pemakaian tempat pelayuan daging Pemakaian angkutan Pengobatan Hewan
Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing/domba Sapi/kerbau/kuda/ Babi Kambing/domba Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Hewan kesayangan Ternak Unggas Satwa
14.000/ekor 12.500/ekor 10.000/ ekor 1.500/ekor 1.000/ ekor 500 / ekor 1.000/ekor/hari 1.000/ekor/hari 500/ekor/hari 7.500 / ekor 5.000 / ekor 2.500 / ekor 6.000 / ekor 4.000 / ekor 2.000 / ekor 10/kg/km 10/kg/km 10/kg/km 2.500/ekor 2.500/ekor 1.000/ekor 5.000/ekor 250 /ekor 10.000/ekor
1 2 3 4 8. 9.
Vaksinasi Kesehatan hewan ( lalu lintas) keluar masuk Kota Lubuklinggau
Vaksin SE Vaksin Rabies Sapi/kerbau/kuda Babi Kambing / domba Hewan kesayangan Ternak unggas Satwa
2.500/ekor 2.500/ekor 2.500/ekor 2.500/ekor 1.000/ekor 5.000/ekor 250 / ekor 10.000/ekor
Page 11 of 21
B. Perikanan
C. Tanaman Pangan
10. 11. 12.
Pemeriksaan laboratorium kesehatan hewan dan kesmavet Pelayanan rekomendasi / izin usaha Pemeriksaan dugaan rabies
Pemeriksaan darah Bedah bangkai Residu Mikrobiologi Phatologi anatomi - Ternak besar ≥15
ekor - Ternak kecil ≥ 20
ekor - Ternak unggas ≥
1.000 ekor - Ternak burung
Puyuh ≥ 1.000 ekor
- Pengolahan daging - Usaha pemotongan dan pedagang daging - Usaha jual beli ternak Bedah kepala
5.000/sample 15.000/sample 15.000/sample 15.000/sample 20.000/sample 50.000/tahun 25.000/tahun 25.000/tahun 25.000/tahun 50.000/tahun 25.000/tahun 25.000/tahun 15.000/sample
NO Jenis Pelayanan Objek Retribusi Tarif ( Rp) 1 2 3 4 1.
2. 3.
Pemakaian fasilitas sarana/prasarana perikanan Pelayanan rekomendasi / perizinan usaha perikanan bidang budidaya Pemeriksaan kesehatan ikan yang keluar / masuk Kota Lubuklinggau
BBI Water Vang BBI Batu Pepe - Kolam air deras,air tenang,keramba dan jaring apung : 1 – 4 unit 4 - 8 unit 8 - 12 unit ≥ 12 unit - Kolam air tenang : 0,5 – 2 Ha ≥ 2 Ha - Perbenihan ≥ 50.000 ekor / bulan Semua jenis ikan konsumsi
250.000/tahun/kolam 250.000/tahun/kolam 25.000/tahun 50.000/tahun 75.000/tahun 100.000/tahun 50.000/tahun 75.000/tahun 50.000/tahun
15 / kg
NO Jenis Pelayanan Objek Retribusi Tarif ( Rp ) 1 2 3 4 1.
2.
3.
Pemakaian lahan Dinas Pertanian Sertifikat dan pelabelan benih Pelayanan rekomendasi /
- Penelitian - Pembibitan / penangkaran - Usaha Produksi - Benih padi - Benih palawija - Benih sayuran - Benih buah – buahan - Penggilingan padi
25/m2/tahun 50/ m2/tahun 50/ m2/tahun 10 / kg 15 / kg 25 / kg 10 / kg
Page 12 of 21
D. Perkebunan
E. Kehutanan
BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan diberikan.
BAB VIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
perizinan usaha
skala besar. - Penggilingan padi skala kecil.
50.000 / tahun 25.000 / tahun
NO Jenis Pelayanan Objek Retribusi Tarif ( Rp ) 1 2 3 4 1.
2.
3.
Sertifikasi dan pelabelan benih Rekomendasi / perizinan Pool Karet
- Karet - Kopi - Kelapa - Kelapa sawit - Pengolahan karet - Penampungan karet - Penangkaran benih - Tempat penampungan / jual beli
10 / batang 10 / batang 10 / batang 10 / batang 50.000 / tahun 50.000 / tahun 25.000 / tahun 10 / kg
NO Jenis Pelayanan Objek Retribusi Tarif ( Rp ) 1 2 3 4 1.
2.
Rekomendasi / Perizinan Rekomendasi / perizinan
- Pemanfaatan kawasan hutan lindung - Pemungutan hasil hutan lindung selain kayu - Jasa lingkungan hutan lingkungan - Peternakan burung walet
10 % / produksi
Page 13 of 21
Pasal 10
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya disesuaikan dengan Objek Retribusi
atau ditetapkan lain oleh Walikota.
Pasal 11
Saat terhutang retribusi adalah saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan .
BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN DAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(2) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa biaya sebesar 2 % ( dua
persen ) setiap bulan dari yang atau tidak kurang dibayarkan dan ditagih dengan
menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah ( STRD ).
BAB X SURAT PENDAFTARAN
Pasal 13
(1) Wajib Retribusi mengisi SPORD . (2) SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Walikota.
BAB XI PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 14
Page 14 of 21
(1) Berdasarkan SPORD sebagaimana dimaksud pada pasal 13 ayat (1) Peraturan
Daearh ini ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang
terhutang maka dikeluarkan SKRDKBT. (3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dan SKRDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Walikota.
BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat – lambatnya 15 ( lima belas ) hari sejak
diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran tempat pembayaran retribusi diatur dengan
Keputusan Walikota.
BAB XIII TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 ( tujuh ) hari sejak
jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat
lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang
ditunjuk. (4) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang
Page 15 of 21
– undangan yang berlaku.
BAB XIV KEBERATAN
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi dapat menunjukkan keberatan hanya kepada Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan
SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan –
alasan yang jelas . (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib
Retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 ( dua ) bulan sejak
tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDDLB
diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak
dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 18
(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan
Walikota tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut
dianggap dikabulkan.
Page 16 of 21
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 19
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Walikota. (2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini telah
dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan permohonan
pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDKLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 ( satu ) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang retribusi retribusi lainnya kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 ( dua ) bulan sejak diterbitkannya
SKRDKLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat
waktu 2 ( dua ) bulan , Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2 % ( dua
persen ) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 20
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis
kepada Walikota dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat Wajib Retribusi; b. Masa retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran;
d. Alasan yang jelas dan singkat.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara
langsung atau melalui pos tercatat.
Page 17 of 21
BAB XV
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat
merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.
Pasal 21
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah
Membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila pembayaran kelebihan retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4) pembayaran dilakukan
dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai
bukti pembayaran.
BAB XVI PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 22
(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi antara lain
untuk mengangsur. (3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain diberikan kepada
masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan. (4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh
Walikota.
BAB XVII KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 23
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka
waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi kecuali apabila
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
tertangguh apabila :
Page 18 of 21
a. Diterbitkan Surat Teguran atau; b. Ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun
tidak langsung.
BAB XVIII KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan dan atau
denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah retribusi terhutang sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XIX PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan
tentang laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
c. Meminta keteranagn dan barang bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku – buku, catatan catatan dan dokumen – dokumen lain
berkenan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,
Page 19 of 21
pencatatan dan dokumen – dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi
Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Undang – undang Hukum Acara Pidana yang
berlaku.
BAB XX KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka ketentuan-ketentuan mengatur materi
yang sama sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini , dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 27
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Page 20 of 21
Diundangkan di Lubuklinggau Pada tanggal 31 Desember 2003 SEKRETARIS DAERAH
Cap/ttd
H. UBAIDILLAH IDRUS, SH PEMBINA TK. I NIP. 440012311
LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2003 NOMOR 05 SERI C
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau.
Ditetapkan di Lubuklinggau. pada tanggal 30 Desember 2003
WALIKOTA LUBUKLINGGAU,
Cap/ttd
H. RIDUAN EFFENDI
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 40 TAHUN 2003
Page 21 of 21