pengaruh model kooperatif tipe terhadap hasil...

15
1 Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017 PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 LUBUKLINGGAU Oleh Yuana Eriska 1 , Sukasno, M.Pd. 2 , Dodik Mulyono, M.Pd 3 . Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRAK Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Model Kooperatif Tipe TPS Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan model kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun Pelajaran 2014/2015?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe TPS terhadap ketuntasan hasil belajar siswa kelasVII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen murni. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 117 siswa. Sebagai sampel adalah kelas VII-1 yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VII-2 yang diberikan pembelajaran Konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model kooperatif tipe TPS terhadap hasil Matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 83,96 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 77,7. Kata kunci: Cooperative Learning, TPS, Matematika. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika sebagai mata pelajaran disekolah dinilai memegang peranan penting, baik pola pikir siswa maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Soedjadi (dalam, Hamzah dan Masri, 2010: 108), “Matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif”. Cockroft (dalam, Hamzah dan Masri, 2010: 108) mengemukakan tentang mengapa matematika diajarkan ?. Hal ini disebabkan Matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan perindustrian, dan karena matematika itu menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi. Meskipun matematika memiliki peran penting, namun bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati. Sehingga berdampak terhadap siswa.

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 LUBUKLINGGAU

Oleh

Yuana Eriska1, Sukasno, M.Pd.2, Dodik Mulyono, M.Pd3. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan MIPA

STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Model Kooperatif Tipe TPS Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan model kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun Pelajaran 2014/2015?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe TPS terhadap ketuntasan hasil belajar siswa kelasVII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen murni. Populasinya seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 117 siswa. Sebagai sampel adalah kelas VII-1 yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas VII-2 yang diberikan pembelajaran Konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model kooperatif tipe TPS terhadap hasil Matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 83,96 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 77,7.

Kata kunci: Cooperative Learning, TPS, Matematika.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa

mulai dari SD sampai dengan SMA. Matematika sebagai mata pelajaran disekolah dinilai

memegang peranan penting, baik pola pikir siswa maupun aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut Soedjadi (dalam, Hamzah dan Masri, 2010: 108), “Matematika

merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif”. Cockroft (dalam, Hamzah

dan Masri, 2010: 108) mengemukakan tentang mengapa matematika diajarkan ?. Hal ini

disebabkan Matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi

sains, perdagangan dan perindustrian, dan karena matematika itu menyediakan suatu daya,

alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk

mendeskripsikan dan memprediksi. Meskipun matematika memiliki peran penting, namun

bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya matematika merupakan pelajaran yang kurang

diminati. Sehingga berdampak terhadap siswa.

Page 2: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada saat observasi di

SMP Negeri 13 Lubuklinggau sebanyak 117 orang siswa, nilai rata-rata ulangan harian siswa

58,54 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM) adalah 72 sehingga dari 117 siswa

hanya 34 siswa (29,05%) yang dapat mencapai KKM sedangkan masih terdapat 83 siswa

(73,50%) yang belum mencapai KKM.

Kegiatan Pembelajaran masih berpusat pada guru. Model pembelajaran yang digunakan

kurang menarik sehingga siswa merasa bosan dan mengantuk. Selain itu banyaknya siswa

yang kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran dimana mereka hanya pasif dan

menerima apa yang diajarkan oleh guru, serta jika mengalami kesulitan siswa merasa malu

dan takut untuk bertanya kepada guru. Padahal seharusnya seperti yang tertulis didalam

Standar Nasional Nendidikan Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Penggelolaan Pendidikan

oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah telah dijelaskan pada lampiran Nomor 5 Bidang

Kuriku.lum dan kegiatan kegiatan pembelajaran disana dijelaskan bahwa mutu pembelajaran

disekolah/ madrasah dikembangkan dengan melibatkan peserta didik secara aktif, mendidik,

memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan

Model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Menurut Trianto (2012: 81) TPS merupakan

suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi

bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu serta guru menginginkan siswa

mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe Think Pair share Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah

ada pengaruh yang signifikan model kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun 2014/2015 ?”. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe Think Pair Share

terhadap ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau

tahun 2014/2015.

Page 3: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

LANDASAN TEORI

TPS diperkenalkan oleh Frank Lyman pada tahun 1985. Lie (2008: 57) menyatakan

bahwa “Model kooperatif Think-Pair-Share merupakan model pembelajaran yang memberi

siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain”. Menurut

Suyatno (2009: 54) secara ringkas sintak pembelajaran TPS, yaitu thinking (berpikir), pairing

(berpasangan), dan sharing (berbagi).

TPS adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat

variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang

digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan

saling membantu serta guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang

telah dijelaskan dan dialami (Trianto, 2012: 81).

Menurut Alma (2008: 91) menyatakan TPS merupakan teknik sederhana yang

mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa mengeluarkan pendapat, dan

meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (think) lebih dahulu, sebelum

masuk kedalam kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam kelompok (share).

Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi mereka ketahui tentang

permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa TPS adalah

suatu jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dimana

secara ringkas sintak pembelajaran TPS yaitu thinking (berpikir), pairing (berpasangan),

dan sharing (berbagi) sehingga pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa

mengeluarkan pendapat, saling berbagi ide, pemikiran atau informasi mengenai pertanyaan

yang diajukan oleh guru, serta saling membantu untuk mencari solusinya sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan dan daya pikir.

Menurut Trianto (2012: 81) langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe TPS

adalah sebagai berikut:

a. Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Berpasangan (Pairing)

Page 4: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

c. Berbagi (Sharing) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Menurut Suprijono (2013: 46) bahwa langkah-langkah pembelajaran model kooperatif

tipe TPS sebagai berikut:

a. Thinking Guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya

b. Pairing Guru meminta siswa berpasang-pasangan dan memberikan kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.

c. Sharing Hasil diskusi ditiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas

Menurut Slavin (2005: 257) mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran model

kooperatif tipe TPS sebagai berikut:

a. Berpikir (Thinking) Guru memberikan pertanyaan kepada kelas dan siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri.

b. Berpasangan (Pairing) Siswa diminta berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.

c. Berbagi (Sharing) Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:

a. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran.

b. Guru meminta siswa menggunakan waktu 5 sampai 10 menit untuk memikirkan

jawabannya.

c. Guru meminta siswa berpasangan dengan temannya yang lain.

d. Guru meminta siswa yang telah berpasangan untuk mendiskusikan jawaban yang telah

mereka peroleh untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.

e. Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi jawaban yang mereka sepakati

dengan siswa di kelas.

Page 5: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Terdapat kelebihan dan kekurangan pada model TPS dalam proses pembelajaran,

Hartina (11 Maret 2014) menyatakan bahwa, kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS adalah:

a. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

d. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

e. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

Fadholi (06 April 2014) kekurangan dari model kooperatif tipe think pair share

sebagai berikut:

a. Siswa yang pasif, dengan model ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannya.

b. Mengantungkan pada pasangan. c. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok. d. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaan. e. Jika ada perselisihan tidak ada penengah

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya (Arikunto, 2010: 203). Sedangkan menurut Sugiyono (2010:2) “Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tetentu”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen murni (True Experiment) kategori Random, Pre-test, Post-test Desain.

Eksperimen murni kategori Random, Pre-test, Post-test Desain adalah sebuah eksperimen

yang dilaksanakan sudah ada kelompok kontrol, subjek dipilih secara random dan observasi

dua kali (Pre-test dan Post-test). Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2010: 126)

dapat digambarkan sebagai berikut:

Pola:

R

E 01 X 02

K 03 04

Page 6: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Keterangan: E = Kelas Eksperimen K = Kelas Kontrol R = Sampel dipilih secara random 01 dan 03 = Pre-test (sebelum melakukan pembelajaran)

X = Perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

02 dan 04 = Post-test (setelah melakukan pembelajaran) Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titk perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173). Populasi dalam

penelitian ini adalah subjek siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2014/2015 yang terdiri dari empat kelas yang berjumlah 117 siswa. Pengambilan sampel

penelitian dilakukan secara acak (random) dengan cara pengundian, yaitu peneliti memberi

hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi

sampel (Arikunto, 2010: 177). Cara demikian dilakukan bila anggota populasi mempunyai

kemampuan yang sama. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut

mulai dari 1 sampai dengan banyaknya subjek (kelas), kemudian mengundi dua nomor

sehingga terpilih 2 kelas yang akan dijadikan sampel yaitu kelas ekesperimen dan kelas

kontrol. Berdasarkan hasil pengundian, terpilih 2 kelas sebagai sampel. Kelas VII.1 sebagai

kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang, sedangkan kelas VII.2 sebagai kelas

eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang

diberikan berbentuk uraian dan banyak soal adalah 6 soal pada materi dimensi tiga. Teknik

analisis data yang digunakan yaitu menggunakan uji-t.

HASIL PENELITIAN

Pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol pada materi pokok pecahan. Soal Pre-test yang digunakan

berbentuk essay terdiri dari enam soal. Berdasarkan perhitungan (lampiran hal 145 dan 149)

rekapitulasi data hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1

Page 7: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Tabel 4.1 Rekapitulasi data hasil Pre-Test

Kelas Nilai Rata-rata (푥̅) Simpangan Baku(s) Eksperimen 25,1 8,48

Kontrol 27,5 9,60

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (푥̅) siswa kelas eksperimen

sebesar 25,1 dan kelas kontrol sebesar 27,5. Hal itu berarti secara diskriptif menunjukkan

bahwa rata-rata (푥̅) hasil tes awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiiki

perbedaan yang berarti.

Post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. kemampuan akhir

siswa adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi pecahan yang merupakan hasil

belajar siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan

(lampiran hal 53 dan 157 rekapitulasi data hasil post-test siswa dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Rekepitulasi Data Hasil Post-test

Kelas Nilai Rata-rata (푥̅) Simpangan Baku(s) Eksperimen 83,96 10,72

Kontrol 77,7 11,93

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (푥̅) siswa kelas eksperimen

sebesar 83,96 dan kelas kontrol sebesar 77,7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang besar antara rata-rata (푥̅) hasil tes akhir kelas eksperimen dengan hasil rata-rata (푥̅) hasil

tes akhir kelas kontrol.

Adapun grafik perbandingan nilai rata-rata (푥̅) pre-test dan post-test pada kelas

eksperimen (pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share) dan kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode Konvensional) dapat dilihat

pada grafik 4.1.

Grafik 4.1 Grafik perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test

0102030405060708090

Eksperimen Kontrol

25.1 27.5

8177.7

Pre-test

Post-test

Page 8: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilai rata-rata (푥̅) pre-test kelas eksperimen

adalah 25,1 , sedangkan nilai rata-rata (푥̅) post-test adalah 83,96, berarti terjadi peningkatan

nilai rata-rata (푥̅) pada kelas eksperimen adalah sebesar 58,9. Nilai rata-rata (푥̅) pre-test

kelas kontrol adalah 27,5, sedangkan nilai rata-rata (푥̅) post-test adalah 77,7 berarti terjadi

peningkatan nilai rata-rata pada kelas kontrol adalah sebesar 50,2. Hal ini menunjukkan

bahwa peningkatan nilai rata-rata (푥̅) hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada

peningkatan nilai rata-rata (푥̅) kelas kontrol.

1. Kemampuan Awal Siswa

Analisis kemampuan awal siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

sebelum diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TPS pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Analisis

kemampuan awal siswa dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata. Sebelum

dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas dari hasil pre-test yang diberikan kepada siswa. Uji normalitas dan homogenitas

dilakukan untuk mengetahui uji kesamaan dua rata-rata yang akan digunakan.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa berdistribusai

normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data

dengan tarap kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), jika 휒 < 휒 maka data berdistribusi

normal. Hasil uji normalitas data pre-test untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Nilai Pre-test

Kelas 휒 Dk 휒 Kesimpulan Eksperimen 4,1796 5 11,07 Normal

Kontrol 1,3317 5 11,07 Normal

Dari tabel 4.3 menunjukan nilai 휒 data pre-test untuk kelas ekspriman dan kelas

kontrol lebih kecil dari pada nilai 휒 . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

dengan menggunakan uji kecocokan 휒 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa pre-test untuk

masing masing kelas menunjukan kedua kelompok distribusi normal pada taraf kepercayaan

훼 = 0,05 (5%), karena 휒 < 휒 .

Page 9: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui keadaan kedua varians homogen atau

tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (lampiran D) tentang uji homogenitas

varians dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), jika 퐹 < 퐹 maka varians data dari

dua kelompok adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians pre-test untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pre-test

Tes 퐹 Dk 퐹 Kesimpulan Pre-test 1,28 28:26 1,93 Homogen

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data (kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol) pre-test adalah homogen, karena 퐹 < 퐹 .

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata – rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara dua rata-

rata data, dalam hal ini antara data kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kriteria pengujian

adalah terima 퐻 jika 푡 < 푡 dan tolak 퐻 jika 푡 ≥ 푡 pada taraf

signifikansi 훼 = 0,05 (5%) dan dk = (푛 + 푛 − 2). Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji

homogenitas, maka kedua kelompok data pre-test adalah normal dan homogen. Dengan

demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data

pre-test dapat menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk

pre-test adalah sebagai berikut.

퐻 : 휇 = 휇 ∶ Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal kelas eksperimen dengan

kemampuan awal kelas kontrol.

퐻 : 휇 ≠ 휇 ∶ Terdapat perbedaan kemampuan awal kelas eksperimen dengan kemampuan

awal kelas kontrol.

Berdasarkan hasil perhitungan hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal siswa

menunjukkan bahwa 푡 < 푡 dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), yaitu

푡 = −1,64 dan 푡 = 2,02, maka 퐻 diterima dan 퐻 ditolak berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain

kelas eksperimen dan kelas control mempunyai kemampuan awal yang sama.

Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa Sesuai kelompok yang

diteliti dalam keadaan sepadan (dimulai pada kondisi awal yang sama). karena kedua kelas

sama-sama belum melaksanan pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat

Page 10: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana kelas eksperimen diberi

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan

pada kelas kontrol diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

2. Kemampuan Akhir Siswa

Analisis keampuan akhir siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa

setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Analisis kemampuan akhir siswa dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua

rata-rata. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas dari hasil post-test yang diberikan kepada siswa. Uji

normalitas dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui uji kesamaan dua rata-rata yang

akan digunakan. Adapun perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas dapat diuraikan

sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil post-test siswa berdistribusai

normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik yang digunakan oleh peneliti

mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), jika 휒 <

휒 maka data berdistribusi normal dan jika 휒 ≥ 휒 maka data tidak

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes akhir (post-test) untuk kedua kelompok yaitu

kelompk eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test

Kelas 휒 Dk 휒 Kesimpulan Eksperimen 5,3594 5 11,07 Normal

Kontrol 2,3716 5 11,07 Normal

Dari tabel 4.6 menunjukan nilai 휒 data post-test untuk kelas ekspriman dan

kelas kontrol lebih kecil dari pada nilai 휒 . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

dengan menggunakan uji kecocokan 휒 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa post-test

untuk masing masing kelas menunjukan kedua kelompok distribusi normal pada taraf

kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), karena 휒 < 휒 .

Page 11: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas yang

diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan

statistik tentang uji homogenitas varians dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), jika

퐹 < 퐹 maka varians data dari dua kelompok adalah homogen. Hasil uji

homogenitas varians post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Nilai Post-test

Tes 퐹 Dk 퐹 Kesimpulan Post-test 1,23 28:26 1,93 Homogen

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data (kelas eksperimen

dan kelas kontrol) post-test adalah homogen, karena 퐹 < 퐹 .

c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

pada kemampuan akhir siswa (post-test) yaitu pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Kriteria pengujian adalah terima 퐻 jika 푡 < 푡 dan tolak 퐻 jika 푡 ≥

푡 , pada taraf signifikansi n 훼 = 0,05 (5%) dan dk = (푛 + 푛 − 2). Berdasarkan hasil uji

normalitas dan uji homogenitas, maka kedua kelompok data kemampuan akhir siswa (post-

test) adalah normal dan homogen. Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk data kemampuan akhir siswa (post-test) dapat

menggunakan uji-t.

Hipotesis statistik yang digunakan oleh peneliti yang diuji dalam perhitungan uji-t

untuk kemampuan akhir siswa (post-test) adalah sebagai berikut.

0H : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model TPS kurang dari

atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol (휇 ≤ 휇 )

aH : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan

model TPS lebih dari rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol ( 1 > 2 ).

Hasil uji-t untuk data kemampuan akhir siswa ( post-test) antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.8.

Page 12: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis Nilai Post-test

Tes 푡 dk 푡 Kesimpulan

Post-test 5,01 28,26 1,68 푡 > 푡 , 퐻

ditolak

Pada tabel 4.8 dapat dilihat hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa

menunjukkan bahwa 푡 > 푡 dengan taraf kepercayaan 훼 = 0,05 (5%), yaitu

푡 = 5,01 dan 푡 = 1,68, maka 퐻 ditolak dan 퐻 diterima. Hal ini berarti rata-rata

hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (kelas eksperimen) lebih dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

Pembahasan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, dengan rincian, satu

kali pre-test diawal pertemuan, tiga kali pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pada akhir pembelajaran diberikan post-tes. Pada kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sedangkan pada

kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

Pada pertemuan pertama, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana 1 kelompok

terdiri atas 2 orang siswa. Kelompok yang telah dibentuk sebanyak empat belas kelompok,

kelompok tersebut dibentuk oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai, dari empat

belas kelompok tersebut terdapat satu kelompok yang beranggotakan tiga orang siswa, karena

jumlah siswa kelas VII-1 yang dipilih sebagai kelas eksperimen berjumlah 29 orang siswa.

Kelompok disusun secara heterogen, dengan melihat tingkat prestasi dan jenis kelamin siswa.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi

guru maupun siswa membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Pembagian kelompok yang

dilakukan oleh guru sedikit membuat mereka gaduh, karena ada beberapa siswa yang merasa

tidak cocok dengan pasangannya. Selain itu, pengaturan tempat duduk pada saat perpindahan

siswa dari tempat duduknya semula ke tempat duduk pasangannya menimbulkan kegaduhan,

kemudian waktu yang diberikan oleh guru untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan ataupun untuk berdiskusi dengan pasangannya mengenai materi atau persoalan

bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk

Page 13: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

berbicara diluar materi ataupun menganggu dan bermain-main dengan pasangannya dan

malas memikirkannya serta diskusi yang dilakukan tidak berjalan dengan baik karena siswa

yang seharusnya berbagi dengan pasangannya masih sibuk mengerjakan nya sendiri dan

ketika diminta oleh guru untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh

kelas masih banyak siswa yang malu ataupun takut untuk mempresentasikan hasil diskusinya

di depan kelas.

Untuk mengatasi masalah tersebut di akhir pembelajaran peneliti memberi penjelasan

kembali mengenai proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS hingga

siswa dapat lebih mengerti mengenai pembelajaran dengan menggunakan model TPS dan

memberikan motivasi agar siswa tidak malu ataupun takut untuk mempresentasikan hasil

diskusi mereka.

Pada pertemuan selanjutnya yakni pertemuan kedua, hambatan-hambatan yang terjadi

secara perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa sudah mulai tertarik dengan model

kooperatif tipe TPS. Siswa mulai terbiasa untuk bekerjasama dan memecahkan bahan diskusi

secara bersama-sama dalam satu kelompok. Siswa justru saling membutuhkan, saling

membantu dan saling menghormati satu sama lain karena adanya tuntutan masalah yang harus

dikerjakan bersama, selain itu, hambatan penataan ruangan sedikit berkurang karena siswa

sudah dapat menyesuaikan diri pada posisi duduk yang berpindah-pindah. Begitupula dengan

pertemuan terakhir yakni pertemuan ketiga tidak terdapat hambatan yang berarti, justru siswa

sangat tertarik dengan belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Siswa

mulai bisa beradaptasi, dan kemampuan bicara siswa dalam mempresentasikan hasil

diskusinya lebih meningkat, hal ini terlihat pada saat proses akhir pembelajaran, ketika

peneliti memberikan pertanyaan mengenai situasi belajar yang telah dilakukan sebanyak tiga

kali pertemuan, banyak siswa yang berani mengeluarkan pendapat/mempresentasikan hasil

diskusinya ataupun bertanya dengan pasangan lain ketika jawaban mereka berbeda. Peneliti

melihat bahwa selain dari perubahan minat siswa terhadap pelajaran, juga terdapat perubahan

dalam segi kognitif (pengetahuan). hal ini berdampak positif pada aspek afektif (sikap) siswa,

yakni kemampuan dan keberanian berbicara (sharing)siswa dapat ditingkatkan.

Setelah melakukan pembelajaran dilakukan tes akhir untuk melihat hasil belajar siswa.

Hasil post-test pada kelas eksperimen didapat nilai rata-rata siswa adalah 84 sedangkan hasil

post-test pada kelas kontrol didapat nilai rata-rata siswa adalah 77,7. Setelah dilakukan uji

hipotesis dengan uji-t menghasilkan bahwa 푡 > 푡 dengan nilai 5,01 > 1,68, ini

membuktikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu rata-rata hasil belajar

Page 14: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih dari rata-rata

hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Terdapat

Pengaruh yang signifikan pada penggunaan Model Kooperatif Tipe TPS Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2014/2015. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 83,96 sedangkan rata-rata

hasil belajar kelas kontrol sebesar 77,7.

Page 15: PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TERHADAP HASIL …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_YUANA.pdf1Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/Prodi Pendidikan Matematika/STKIP-PGRI Lubuklinggau/2017

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2008. Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:

Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta. Baharuddin dan Esa, Nur W. 2012. Teori belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamzah, Masri K. 2010. Menggelola kecerdasan dalam pembelajaran. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok :

Raja Grafindo Persada. Salamah, Umi. 2007. Membangun Kompetensi Matematika 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs.

Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suherman, Erman dan Jaya Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wacana Prima. Suprijono, Agus. 2013. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :

Pustaka Belajar. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka. Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Pregresif. Jakarta: Kencana.