penerapan metode pembelajaran make a match...

10
Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PrinsipPrinsippenyelenggaraan Administrasi Perkantoran (Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015) Chomsah Choirotu Hilmaningrum, Tri Murwaningsih, Andre Novie Rahmanto Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PRINSIPPRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN (Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi.Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Juni 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas X AP 1 pada mata pelajaran prinsipprinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Sukoharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, masingmasing siklus terdiri dari empat tahap; (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran prinsipprinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran dan peserta didik kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 36 peserta didik. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru mata pelajaran prinsipprinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran, peneliti dan partisipasi aktif dari peserta didik. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui empat teknik, yaitu: (1) observasi, (2) wawancara, (3) tes, dan (4) analisis dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran prinsipprinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran. Hal ini dibuktikan pada siklus I dan siklus II bahwa hasil belajar peserta didik selalu meningkat. Ratarata hasil belajar kognitif peserta didik pada pratindakan (73,19), siklus I (83,19) dan siklus II meningkat menjadi (86,39) yaitu 58,3% peningkatannya. Sedangkan ratarata hasil belajar psikomorik peserta didik antar pratindakan (80,83), siklus I (80,33) dan siklus II meningkat menjadi 84,58 yaitu 8,34% peningkatannya. Ketuntasan hasil belajar kognitif dan psikomotorik peserta didik pada kriteria tuntas dengan nilai ratarata (>75%). Dan hasil belajar afektif siklus I terjadi peningkatan ratarata peserta didik terutama aspek kedisiplinan hingga pada siklus II terjadi peningkatan ratarata sikap peserta didik dengan kriteria baik. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar peserta didik selalu meningkat dari pratindakan, siklus I dan siklus II dan telah mencapai target ketuntasan yang diharapkan. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran make a match pada mata pelajaran Prinsipprinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas X AP 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015. Kata kunci: make a match, hasil belajar peserta didik A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Upload: hoangthuy

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

Penerapan Metode PembelajaranMake A MatchUntuk Meningkatkan Hasil BelajarPrinsip­Prinsippenyelenggaraan

Administrasi Perkantoran

(Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015)

Chomsah Choirotu Hilmaningrum, Tri Murwaningsih, Andre Novie RahmantoProgram Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR PRINSIP­PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASIPERKANTORAN (Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran2014/2015). Skripsi.Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.Surakarta. Juni 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XAP 1 pada mata pelajaran prinsip­prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri1 Sukoharjo melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini terdiri daridua siklus, masing­masing siklus terdiri dari empat tahap; (1) perencanaan tindakan, (2)pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Subyek penelitian iniadalah guru mata pelajaran prinsip­prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran dan pesertadidik kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 36 pesertadidik. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru mata pelajaran prinsip­prinsip penyelenggaraanadministrasi perkantoran, peneliti dan partisipasi aktif dari peserta didik. Teknik pengumpulan datadilakukan melalui empat teknik, yaitu: (1) observasi, (2) wawancara, (3) tes, dan (4) analisisdokumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaranprinsip­prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran. Hal ini dibuktikan pada siklus I dansiklus II bahwa hasil belajar peserta didik selalu meningkat. Rata­rata hasil belajar kognitif pesertadidik pada pra­tindakan (73,19), siklus I (83,19) dan siklus II meningkat menjadi (86,39) yaitu58,3% peningkatannya. Sedangkan rata­rata hasil belajar psikomorik peserta didik antarpra­tindakan (80,83), siklus I (80,33) dan siklus II meningkat menjadi 84,58 yaitu 8,34%peningkatannya. Ketuntasan hasil belajar kognitif dan psikomotorik peserta didik pada kriteriatuntas dengan nilai rata­rata (>75%). Dan hasil belajar afektif siklus I terjadi peningkatan rata­ratapeserta didik terutama aspek kedisiplinan hingga pada siklus II terjadi peningkatan rata­rata sikappeserta didik dengan kriteria baik. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar peserta didik selalumeningkat dari pra­tindakan, siklus I dan siklus II dan telah mencapai target ketuntasan yangdiharapkan. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran make a match padamata pelajaran Prinsip­prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran dapat meningkatkan hasilbelajar pada peserta didik kelas X AP 1 Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015.

Kata kunci: make a match, hasil belajar peserta didik

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Page 2: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

Pendidikan mempunyai peran yangsangat strategis dalam meningkatkankualitas sumber daya manusia dan upayamewujudkan cita­cita bangsa Indonesiadalam mewujudkan kesejahteraan umumdan mencerdaskan kehidupan bangsa.Bangsa yang cerdas adalah bangsa yangcerdas dan bermartabat. Pemerintahmerumuskan dalam Undang­UndangRepublik Indonesia No. 20 tahun 2003Pasal 1 tentang Sistem PendidikanNasional yang menjelaskan bahwa:“Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan negara.

Sesuai dengan pengertian di ataspendidikan tidak akan lepas dari suatuproses pembelajaran. Prosespembelajaran merupakan proses interaksipeserta didik dengan pendidik dansumber belajar pada suatu lingkunganbelajar. Pembelajaran merupakan prosesuntuk membantu peserta didik agar dapatbelajar dengan baik. Di dalam prosespembelajaran tidak bisa lepas dari suatupenilaian hasil belajar. Menurut PeraturanMenteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia nomor 66 tahun 2013tentang Standar Penilaian Pendidikan.Penilaian hasil belajar merupakan,“Penilaian yang dilakukan oleh pendidiksecara berkesinambungan (terus­menerus)untuk memantau proses, kemajuan danperbaikan hasil nilai peserta didik” (hlm.2). Penilaian yang dilakukan oleh tenagapendidik haruslah bersifat objektif dansesuai dengan standar penilaian yangtelah ditetapkan.Sekolah Menengah Kejuruan seringdisebut dengan SMK adalah salah satujenjang pendidikan menengah yangmenghasilkan calon tenaga kerja yangberkompeten sesuai dengan kebutuhanpasar dibidang keahliannyamasing­masing. SMK sebagai salah satu

penyelenggara pendidikan yang bertujuanuntuk menciptakan peserta didik yangmemiliki pengetahuan dan ketrampilantertentu sehingga siap menghadapi duniakerja.

Salah satu mata pelajaran di SMKadalah Prinsip­prinsip PenyelenggaraanAdministrasi Perkantoran. Berdasarkanhasil pengamatan yang pernah dilakukanpeneliti selama Praktik PengalamanLapangan (PPL) dan pra observasi diSMK Negeri 1 Sukoharjo kelas X AP 1diperoleh bahwa nilai peserta didik masihdibawah Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM), peserta didik kurang bisamengidentifikasi sarana dan prasaranakantor dengan baik dan terperinci. Datahasil belajar menunjukkan bahwa untukkelas X hasil belajar yang diperolehsecara klasikal hanya mencapai 34,87%yang seharusnya ketuntasan secaraklasikal minimal 75% tuntas. Salah satumata pelajaran di SMK adalahPrinsip­prinsip PenyelenggaraanAdministrasi Perkantoran. Berdasarkanhasil pengamatan yang pernah dilakukanpeneliti selama Praktik PengalamanLapangan (PPL) dan pra observasi diSMK Negeri 1 Sukoharjo kelas X AP 1diperoleh bahwa nilai peserta didik masihdibawah Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM), peserta didik kurang bisamengidentifikasi sarana dan prasaranakantor dengan baik dan terperinci. Datahasil belajar menunjukkan bahwa untukkelas X hasil belajar yang diperolehsecara klasikal hanya mencapai 34,87%yang seharusnya ketuntasan secaraklasikal minimal 75% tuntas.

hasil belajar tersebut di atas bisadijelaskan bahwa ada permasalahan nilaiMata Pelajaran Prinsip­prinsipPenyelenggaraan AdministrasiPerkantoran yang belum tuntas, untuk ituperlu adanya tindakan untukmeningkatkan hasil belajar siswa, salahsatunya dengan menerapkan modelpembelajaran yang sesuai dengan materiyang akan diajarkan. Penggunaan modelpembelajaran yang kurang tepat dapatmenimbulkan kebosanan, kurangdipahami, dan monoton sehingga siswa

Page 3: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

kurang termotivasi. Syaiful dan Aswan(2006: 77) mengatakan bahwa,“Penggunaan metode yang tidak sesuaidengan tujuan pembelajaran akanmenjadi kendala dalam mencapai tujuanyang telah dirumuskan”.

Berdasarkan data hasil belajar diatas yang diidentifikasi masalah pesertadidik kurang bisa memahamiprinsip­prinsip penyelenggaraanadministrasi perkantoran bab sarana danprasarana. Oleh karena itu variasi modelpembelajaran yang dianggap sesuaiadalah model pembelajaran kooperatifmetode make a match. Metode make amatch dapat memupuk kerja sama pesertadidik dalam menjawab pertanyaan denganmencocokkan kartu yang ada di tanganmereka, proses pembelajaran lebihmenarik dan nampak sebagian besarpeserta didik lebih antusias mengikutiproses pembelajaran dan keaktifanpeserta didik tampak sekali pada saatpeserta didik mencari pasangan kartunyamasing­masing. Diharapkan melaluimetode pembelajaran make a macth akanmeningkatkan hasil belajar peserta didik.

B. Kajian Teori1. Pembelajaran

Secara sederhana pembelajarandapat diartikan sebagai upaya untukmemberikan wawasan kepada individumaupun kelompok untuk mencapai tujuanyang telah di rencanakan. Jihad dan Haris(2012:11) menjelaskan lebih dalamtentang pengertian pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatuproses yang terdiri dari kombinasi duaaspek, yaitu: belajar tertuju pada apa yangharus dilakukan oleh siswa, mengajarberorientasi pada apa yang harusdilakukan oleh guru sebagai pemberipelajaran. Kedua aspek ini akanberkolaborasi secara terpadu menjadisuatu kegiatan pada saat terjadi interaksiantara guru dengan siswa, serta antarasiswa dengan siswa saat pembelajaranberlangsung.

Dengan kata lain pembelajarandapat diartikan sebagai komunikasi antara

pendidik dengan peserta didik. Dalamkomunikasi setidak­tidaknya melibatkandua orang yang saling berinteraksi.Demikian juga komunikasi dalampembelajaran yang melibatkan dua pihakyakni pendidik dan peserta didik.Pendidik sebagai komunikator, pesertadidik sebagai komunikan atau sebaliknya.Demikianlah proses pembelajaran dapatberlangsung kareana adanya pertukaraninformasi antara dua pihak yaitu pendidikdan peserta didik. Pendapat di atasdiperkuat oleh Majid (2013:5)menyatakan bahwa

Pembelajaran (instruction) adalahsuatu konsep dari dua dimensi kegiatanbelajar (learning) dan mengajar (teaching)yang direncanakan dan diaktualisasikanserta diarahkan pada pencapaian tujuanatau penguasaan sejumlah kompetensidan indikatornya sebagai gambaran hasilbelajar.

Berdasarkan pernyataan di atasdapat disintesiskan bahwa pembelajaranmerupakan suatu kegiatan yang dilakukanoleh peserta didik dan pendidik untukmemungkinkan terjadinya aktivitasbelajar individu untuk mencapai tujuanbelajar yang telah ditentukan

2. Model PembelajaranModel secara umum bisa diartikan

sebagai tiruan atau pedoman dalammelakukan sesuatu. Jika dikaitkan dalampembelajaran model dapat diartikansebagai kerangka atau konsep yangdigunakan pedoman dalam kegiatanpembelajaran. Majid (2013:13)menjelaskan bahwa:

Model Pembelajaran adalahkerangka konseptual dan prosedur yangsistematik dalam mengorganisasikanpengalaman belajar untuk mencapaitujuan belajar tertentu, berfungsi sebagaipedoman bagi perancang pengajaran, serapara guru dalam merencanakan danmelaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Arends (dalam Majid, 2013:13)menyatakan “learning model turn refersto a particular approach to instruction thatincludes the purpose , syntax ,environmental and systems managemen

Page 4: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

t”. Istilah model pengajaran itu mengarahpada suatu pendekatan pembelajarantertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,lingkungan, dan sistem pengelolaannya.Jihad dan Haris (2012: 25) menyatakanbahwa:

Model pembelajaran memilikimakna yang lebih luas dari padapendekatan, strategi, metode atauprosedur. Model pembelajaran diartikansebagai suatu rencana atau pola yangdigunakan untuk menyusun kurikulum,mengatur materi peserta didik danmemberi petunjuk kepada pengajardikelas dalam seting pengajaran atauseting lainnya.

Dari pendapat di atas dapatdisintesiskan bahwa melalui modelpembelajaran pendidik dapat membantupeserta didik mendapatkan informasi, ide,keterampilan, cara berfikir danmengekspresikan ide. Modelpembelajaran juga berfungsi sebagaipedoman bagi para perancangpembelajaran dan para pendidik dalammerencanakan aktivitas belajar mengajar.

3. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)

Dalam kegiatan pembelajarandiperlukan inovasi­inovasi yang baruuntuk membuat pembelajaran menjadilebih bervariatif. Oleh karena itudiperlukan strategi pembelajaran Asmani(2013: 27) menjelaskan bahwa: “jikadihubungkan dengan strategi belajarmengajar, strategi bisa diartikan sebagaipola­pola umum kegiatan guru dan anakdidik dalam mewujudan kegiatan belajarmengajar” dan pengunaan modelpembelajaran yang tepat adalah salah satubentuk dari strategi belajar tersebut.Majid (2013: 13) menjelaskan bahwa“model pembelajaran dapat munculdalam beragam bentuk dan variasinyasesuai dengan landasan filosofis danpedagogis yang melatar belakanginya”.

Secara umum pembelajarankooperatif adalah model pembelajaranyang mengutamakan kerjasama untukmencapai tujuan pembelajaran. Adabeberapa pendapat tentang pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) adalahsebagai berikut :1) Jolliffe (2007: 3) berpendapat bahwa

“Cooperative learning requires pupilsto work together in small groubs tosupport each other to improve theirown learning and that of other.”Pembelajaran kooperatif mengajakmurid untuk aktif dalam kelompokkecil untuk mendukung setiap prosespembelajaran.

2) Majid (2013: 174) berpendapat bahwa“Pembelajaran kooperatif adalahmodel pembelajaran yangmengutamakan kerjasama untukmencapai tujuan pembelajaran”.

3) Suprijono (2013: 54) mengemukakanbahwa ”pembelajaran kooperatifadalah konsep yang lebih luas meliputisemua jenis kerja kelompok termasukbentuk­bentuk yang dipimpin olehguru atau diarahkan oleh guru”.

Dari beberapa pendapat di atasdapat disintesiskan bahwa pembelajarankooperatif (Cooperative Learning) adalahpembelajaran yang melibatkan kerjasamadalam kelompok kecil yang terdiri darisiswa yang heterogen untukmemaksimalkan pembelajaran demimencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif Make aMatch

Model pembelajaran kooperatifmengutamakan kerjasama dalammenyelesaikan permasalahan untukmenerapkan pengetahuan danketerampilan dalam rangka mencapaitujuan pembelajaran.

Guna meningkatkan hasil belajarpeserta didik dalam kelas, pendidikmenerapkan metode pembelajaran make amatch. Metode make a match ataumencari pasangan merupakan salah satualternatif yang dapat diterapkan kepadapeserta didik. Penerapan metode inidimulai dari teknik yaitu siswa disuruhmencari pasangan kartu yang merupakanjawaban/soal sebelum batas waktunya,siswa yang dapat mencocokkan kartunyadiberi poin.

Make a match adalah teknik

Page 5: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

mencari pasangan, peserta didik digabungsuruh mencari pasangan dari kartu yangmereka pegang. Keunggulan teknik iniadalah peserta didik mencari pasangansambil belajar mengenai suatu konsepatau topik dalam suasana yangmenyenangkan. Teknik ini dapatdigunakan dalam semua mata pelajarandan untuk semua tingkatan usia anakdidik (Lorna Curran dalam MiftahulHuda, 2011).

Dapat disintesiskan bahwa: make amatch atau mencari pasangan adalahmodel pembelajaran kooperatif dengancara mencari pasangan soal/jawaban yangtepat, peserta yang sudah menemukanpasangannya sebelum batas waktu akanmendapat poin. Pasangan­pasangan yangsudah terbentuk wajib menunjukkanpertanyaan­jawaban dan dibacakan didepan kelas.

5. Tahap­tahap Metode make a matchMetode pembelajaran make a match

(mencari pasangan) diperkenalkan olehLena Curran, pada tahun 1994 dalambuku Model­Model Media danPembelajaran Kontekstual oleh Aqib(2013: 23­24), pada metode ini pesertadidik diminta untuk mencari pasangandari kartu, dengan langkah­langkahsebagai berikut:1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang

berisi beberapa konsep atau topik yangcocok untuk sesi review, sebaliknyasatu bagian kartu soal dan bagianlainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau

soal dari kartu yang dipegang.4) Setiap siswa mencari pasangan yang

mempunyai kartu yang cocok dengankartunya (soal jawaban)

5) Setiap siswa yang dapat mencocokankartunya sebelum batas waktu diberipoint.

6) Setelah satu babak kartu dikocok lagiagar setiap siswa mendapat kartu yangberbeda dari sebelumnya.

7) Demikian seterusnya8) Kesimpulan/ penutup.

6. Mata Pelajaran Prinsip­prinsipPenyelenggaraan AdministrasiPerkantoran

Muklis (2012:1) Administrasisecara umum dapat diartikan sebagaikegiatan­kegiatan kelompok manusiamelalui tahapan­tahapan yang diatur dandipimpin secara efisien denganmengunakan segala sarana yang yangdiperlukan agar dapat dicapai tujuan yangdiinginkan.

Ruang lingkup admonistrasiperkantoran mencakup kegiatan kantordan sarana fasilitas kerja perkantoran(Endang, 2013: 12) meliputi:a. Kegiatan kantor

1) Perencanaan perkantoran2) Pengorganisasian perkantoran3) Pengarahan perkantoran4) Pengawasan perkantoran

b. Sarana dan fasilitas kerja perkantoran1) Lokasi kantor2) Gedung3) Peralatan4) Interior5) Mesin­mesin kantor

Sarana adalah segala sesuatu yangdapat dipakai sebagai alat dalammencapai maksud atau tujuan; alat.Sedang prasarana adalah segala sesuatuyang merupakan penunjang utamaterselenggaranya suatu proses (usaha,pembangunan, proyek).

Tersedianya sarana dan prasaranadengan kualitas yang baik sangatdibutuhkan dalam penyelenggaraankegiatan untuk mencapai tujuan yangdiharapkan (Endang, 2013: 43­55).a. Peralatan Perlengkapan kantor (Office

Supplies)1) Mesin­Mesin Kantor2) Mesin Komunikasi Kantor3) Perabot kantor4) Interior Kantor5) Tata Ruang Kantor

b. Pengelolaan Sarana dan PrasaranaKantor1) Pengadaan2) Penyimpanan

3) Pemeliharaan4) Inventarisasi5) Laporan Sarana dan Prasarana

Page 6: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

7. Hasil BelajarDalam proses pembelajaran

evaluasi sangat diperlukan, evaluasimengambarkan hasil dari sebuah prosespembelajaran. Kunandar (2013:68)menjelaskan bahwa “fungsi dari penilaianhasil belajar peserta didik yang dilakukanguru adalah menggambarkan seberapadalam peserta didik telah menguasaisuatu kompetensi tertentu”. Denganpenilaian maka akan diperoleh informasitingkat pencapaian kompetensi pesertadidik. Evaluasi disini memegang perananpenting bagi pendidik untuk mengetahuiseberapa jauh peserta didik dapatmengikuti pembelajaran yang dilakukan.

Dari pembahasan di atas secaraumum hasil belajar diperoleh darikegiatan evaluasi yang telah dilakukanguru atau pendidik. Hasil belajar adalahperwakilan peserta didik tentang sesuatuyang telah dipelajari Purwanto (2013: 46)menjelaskan lebih tentang hasil belajarbahwa: Hasil Belajar merupakanperubahan perilaku peserta didik akibatbelajar. Perubahan perilaku disebabkankarena dia mencapai penguasaan atassejumlah bahan yang diberikan dalamproses belajar mengajar. Pencapaian itudidasarkan atas tujuan pengajaran yangtelah ditetapkan. Hasil itu dapat berupaperubahan dalam aspek kognitif, afektifmaupun psikomotorik.

Sedangkan Kunandar (2013:62)menegaskan bahwa: Hasil Belajar adalahkompetensi atau kemampuan tertentubaik kognitif, afektif, maupunpsikomotorik yang dicapai atau dikuasaipeserta didik setelah mengikuti prosesbelajar mengajar. ”Jihad dan Haris (2012:14) mengemukakan bahwa “hasil belajarmerupakan pencapaian bentuk perubahanperilaku yang cenderung menetap diranah kognitif, afektif dan psikomotorisdari proses belajar yang dilakukan dalamwaktu tertentu.

Dari beberapa pendapat di atasdapat disintesiskan bahwa hasil belajarmerupakan tindak lanjut dari evaluasipembelajaran yang merupakan hasil dari

proses pembelajaran yang telah dilakukandalam waktu tertentu, untuk merubahperilaku peserta didik dalam memperolehkopetensi dalam ranah kognitif, afektif,maupun psikomotoris.

C. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelasini dilaksanakan di SMK Negeri 1Sukoharjo yang beralamat di Jl. Jend.Sudirman No. 151 Sukoharjo 57521.Waktu penelitian ini dilaksanakan selama7 bulan, yaitu dimulai pada bulan Januarisampai dengan bulan Juni 2015.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas iniadalah peserta didik kelas X AP 1 SMKNegeri 1 Sukoharjo semester dua tahunajaran 2014/2015 yang berjumlah 36siswa, yang keseluruhan adalahperempuan. Objek pada penelitiantindakan kelas ini adalah seluruh kegiatanyang dilaksanakan selamaberlangsungnya proses belajar yaitu hasilbelajar peserta didik pada mata pelajaranprinsip­prinsip penyelenggaraanadministrasi perkantoran denganpenerapan model pembelajaran kooperatifmetode make a match.

3. Data dan sumber data

Data dalam penelitian tindakankelas ini meliputi data kuantitatif dan datakualitatif yang dapat dipaparkan sebagaiberikut:a. Data Kuantitatif yaitu data yang

berupa nilai hasil belajar siswa. Dataini diperoleh dari jumlah, rata­rata,persentase dan sebagainya. Datakuantitatif ini memberikan hasil akhirtentang perbandingan hasil belajarantar siklus, yang diambil di akhirsiklus.

b. Data Kualitatif yaitu data yang berupainformasi hasil pengamatan. Data inidiambil dari pengamatan yang dikelola dari lembar observasi. Data

Page 7: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

kualitatif ini memberikan hasil akhirtentang perbandingan hasil belajarsiswa di setiap siklus penelitian.

Sumber data dalam penelitian dapatdiwujudkan dalam informan, yaitupeserta didik dan pendidik, tempatperistiwa dan perilaku, atau dokumenyang berhubungan dengan masalah.Dalam penelitian ini, yang menjadisumber data adalah:a. Siswa Kelas X Administrasi

Perkantoran I (AP­I) SMK Negeri 1Sukoharjo, yang terdiri dari 36 anakperempuan.

b. Guru Mata Pelajaran Prinsip­prinsipPenyelenggaraan AdministrasiPerkantoran SMK Negeri 1 Sukoharjo.

c. Data pengelolaan nilai mata pelajaranPrinsip­prinsip PenyelenggaraanAdministrasi Perkantoran tahunpelajaran 2014/2015.

4. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalampenelitian tindakan kelas ini meliputiempat teknik sebagai berikut:1) Observasi

2) Wawancara

3) Tes

4) Analisis dokumen

5. Uji Validitas Data

Adapun triangulasi yang digunakandalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:1) Triangulasi Data2) Triangulasi Metode

6. Analisis data

Menurut Suwandi (2009) analisiskomparatif merupakan suatu analisis yangbersifat membandingkan hasil antarsiklus. Disini variabelnya masih samadengan variabel mandiri tetapi untuksample yang lebih dari satu, dan dalam

waktu yang berbeda. Penelitimenganalisis data denganmembandingkan antara kondisi awalsebelum dilakukannya tindakan denganhasil yang diperoleh pada siklus I dansiklus II. Sehingga dapat dilihat adanyaperbedaan sebelum dan sesudahdilakukannya tindakan.

D. HASIL PENELITIANBerdasarkan hasil pengamatan,

terjadi peningkatan sikap peserta didikdan hasil belajar peserta didik daripra­tindakan, siklus I dan siklus II.Peningkatan sikap peserta didik telahmencapai target apabila masing­masingaktivitas belajar peserta didik diperolehpersentase 75% dari keseluruhan jumlahpeserta didik termasuk dalam kriteriabaik dan sangat baik. Sikap peserta didikpra­tindakan terdapat rata­rata kriteriakurang pada aspek kedisiplinan.Selanjutnya siklus I terjadi peningkatanrata­rata sikap peserta didik terutamaaspek kedisiplinan hingga pada siklus IIterjadi peningkatan rata­rata sikap pesertadidik dengan kriteria baik. Hal inimengindikasikan bahwa sikap pesertadidik selalu meningkat dari pra­tindakan,siklus I dan siklus II untuk tiap aspektelah mencapai target yang diharapkan.Dengan demikian penerapan metodepembelajaran make a match pada matapelajaran Prinsip­prinsipPenyelenggaraan AdministrasiPerkantoran dapat meningkatkan sikappada peserta didik kelas X AP 1Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015.

Selanjutnya peningkatan hasilbelajar kognitif dan psikomotorik terjadipada tiap pelaksanaan tindakan. Jumlahpeserta didik yang mendapatkan nilaituntas atau memperoleh nilai ≥75.Rata­rata hasil belajar kognitif pesertadidik antar pra­tindakan (73,19), siklus I(83,19) dan siklus II meningkat menjadi86,39. Ketuntasan hasil belajar kognitifpeserta didik pada kriteria tuntas sertanilai rata­rata (>75) dari pra­tindakan adapeningkatan pada siklus I, dan siklus IIjuga mengalami peningkatan. Rata­ratahasil belajar psikomorik peserta didik

Page 8: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

antar pra­tindakan (80,83), siklus I(80,33) dan siklus II meningkat menjadi84,58. Ketuntasan hasil belajarpsikomotorik peserta didik pada kriteriatuntas serta nilai rata­rata (>75) daripra­tindakan tidak mengalamipeningkatan di siklus I, sedangkan padasiklus II mengalami peningkatan hasilbelajar psikomotorik. Hal inimengindikasikan bahwa hasil belajarkognitif dan psikomotorik peserta didikselalu meningkat dari pra­tindakan, siklusI dan siklus II dan telah mencapai targetketuntasan yang diharapkan. Dengandemikian penerapan metodepembelajaran make a match pada matapelajaran Prinsip­prinsipPenyelenggaraan AdministrasiPerkantoran dapat meningkatkan hasilbelajar kognitif dan psikomotorik padapeserta didik kelas X AP 1 Sukoharjotahun ajaran 2014/2015.

Hasil analisis dan refleksi padasiklus I dan siklus II menunjukkan adanyakelebihan dan kekurangan dari penerapanmodel pembelajaran kooperatif metodemake a match mata pelajaranprinsip­prinsip penyelenggaraanadmininistrasi perkantoran. Adapunbeberapa kelebihan yang terdapat padapenerapan model pembelajaran kooperatifmetode make a match dalampembelajaran melalui pelaksanaantindakan siklus I dan siklus II yaitu: 1)Siswa dapat memahami materi pelajaransecara menyeluruh dengan waktupembelajaran yang relatif singkat. 2)Melatih sikap keberanian dan tanggungjawab siswa dalam mengemukakangagasan, pendapat maupun pertanyaandalam diskusi kelompok. 3) Guru dapatlebih mudah dalam mengawasi jalannyaproses diskusi kelompok dalamkelompok yang terstruktur. 4) Guru dapatlebih memahami karakteristik siswasehingga akan lebih mudah dalam prosespenilaian atau evaluasi dalampembelajaran. 5) Proses pembelajarantidak membosankan sehingga pendidikdan peserta didik lebih asik dan lebihmudah dalam mencapai tujuanpembelajaran.

Sedangkan kekurangan yangterdapat pada penerapan modelpembelajaran kooperatif metode make amatch dalam pembelajaran melaluipelaksanaan tindakan siklus I dan siklusII yaitu: 1) Ada beberapa peserta didikyang belum dapat berperan aktif dalamkelompok diskusi sehingga menghambatproses pembelajaran. 2) Lembar hasildiskusi tidak disimpan peserta didik,sehingga siswa tidak bisa mempersiapkanmateri yang akan dipelajari sebagai bahanuntuk tes evaluasi pada akhir siklus. 3)Kurang optimalnya penyampaian materipembelajaran oleh pendidik di depankelas, sehingga beberapa peserta didikyang tempat duduknya di belakangcenderung kurang memperhatikanpenjelasan yang disampaikan. 4) Pendidikbelum dapat membatasi waktu secaraefisien dalam pelaksanaan diskusi dalamkelompok, karena adanya beberapapeserta didik yang belum dapatmenyesuaikan dalam kelompok diskusi.

Berdasarkan data yangmenunjukkan peningkatan hasil belajarpeserta didik, maka dapat disimpulkanbahwa penerapan model pembelajarankooperatif metode make a match dapatmeningkatkan hasil belajarprinsip­prinsip administrasi perkantoranpada siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1Sukoharjo tahun ajaran 2014/2015.Pembelajaran yang berpusat pada pesertadidik (student center) telah diterapkanmelalui model pembelajaran kooperatifmetode make a match, sehingga pesertadidik memiliki kesempatan untuk lebihmengembangkan wawasan dengan tidaktergantung pada pembelajaran yangberpusat pada pendidik saja (teachercenter).

PENUTUPSimpulan dari hasil penelitian dapat

dikemukakan sebagai berikut:1. Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi

peningkatan sikap peserta didik danhasil belajar peserta didik daripra­tindakan, siklus I dan siklus II.Sikap peserta didik pra­tindakanterdapat rata­rata kriteria kurang pada

Page 9: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

aspek kedisiplinan. Selanjutnya siklusI terjadi peningkatan rata­rata sikappeserta didik terutama aspekkedisiplinan hingga pada siklus IIterjadi peningkatan rata­rata sikappeserta didik dengan kriteria baik.Dengan demikian penerapan metodepembelajaran make a match pada matapelajaran Dasar Kompetensi KejuruanAdministrasi Perkantoran dapatmeningkatkan sikap pada peserta didikkelas X AP 1 Sukoharjo tahun ajaran2014/2015.

2. Peningkatan hasil belajar kognitif danpsikomotorik terjadi pada tiappelaksanaan tindakan. Jumlah pesertadidik yang mendapatkan nilai tuntasatau memperoleh nilai ≥75.a. Rata­rata hasil belajar kognitif

peserta didik antar pra­tindakan(73,19), siklus I (83,19) dan siklusII meningkat menjadi 86,39.Ketuntasan hasil belajar kognitifpeserta didik pada kriteria tuntasserta nilai rata­rata (>75) daripra­tindakan ada peningkatan padasiklus I, dan siklus II jugamengalami peningkatan.

b. Rata­rata hasil belajar psikomorikpeserta didik antar pra­tindakan(80,83), siklus I (80,33) dan siklusII meningkat menjadi 84,58.Ketuntasan hasil belajarpsikomotorik peserta didik padakriteria tuntas serta nilai rata­rata(>75) dari pra­tindakan tidakmengalami peningkatan di siklus I,sedangkan pada siklus IImengalami peningkatan hasilbelajar psikomotorik.

c. Sikap peserta didik pra­tindakanterdapat rata­rata kriteria kurangpada aspek kedisiplinan.Selanjutnya siklus I terjadipeningkatan rata­rata sikap pesertadidik terutama aspek kedisiplinanhingga pada siklus II terjadipeningkatan rata­rata sikap pesertadidik dengan kriteria baik. Hal inimengindikasikan bahwa sikappeserta didik selalu meningkat daripra­tindakan, siklus I dan siklus II

untuk tiap aspek telah mencapaitarget yang diharapkan.

d. Hasil belajar peserta didikselalu meningkat dari pra­tindakan,siklus I dan siklus II dan telahmencapai target ketuntasan yangdiharapkan. Dengan demikianpenerapan metode pembelajaran makea match pada mata pelajaranPrinsip­prinsip PenyelenggaraanAdministrasi Perkantoran dapatmeningkatkan hasil belajar padapeserta didik kelas X AP 1 Sukoharjotahun ajaran 2014/2015.

SARANBerkaitan dengan simpulan di atas,

maka peneliti dapat memberikan saran yangmembangun untuk pihak yang terkait dalampenelitian, yaitu sebagai berikut:1. Kepada Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah hendaknyamengapresiasi pendidik yang sudahmenerapkan model­modelpembelajaran yang variatif daninovatif dengan cara memberikanpenghargaan secara langsung atautidak langsung sehingga guru akanlebih termotivasi untuk menggunakanmodel pembelajaran tersebut.

b. Kepala sekolah hendaknyamengembangkan program sekolahguna menemukan solusi untukmenyelesaikan permasalahan dalampembelajaran melalui rapat pada tiapawal semester.

c. Kepala sekolah hendaknyamenyediakan sarana dan prasaranasebagai penunjang dalam menerapkanmodel pembelajaran yang kreatif daninovatif pada proses pembelajaran disekolah.

2. Kepada Pendidika. Pendidik hendaknya lebih memotivasi

peserta didik dalam kegiatanpembelajaran di kelas.

b. Pendidik hendaknya dapat memilihmodel pembelajaran yang cocok untukdigunakan dalam kegiatanpembelajaran dengan caramenyesuaikan model pembelajaranyang akan digunakan dengan materi

Page 10: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH …adp.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/02/jurnal-skripsiku1.pdf · bentukbentuk yang dipimpin oleh guruataudiarahkanolehguru”

pembelajaran sehingga proses kegiatanpembelajaran dapat mendorongpeserta didik untuk berpartisipasi aktifdalam kegiatan pembelajaran di kelas.

c. Pendidik hendaknya menyampaikanmateri pelajaran dengan caramemanfaatkan pengalaman yangdimiliki peserta didik sehingga dapatmeningkatkan pemahaman dalambelajar.

3. Kepada Peserta Didika. Peserta didik hendaknya

meningkatkan kualitas belajar dengancara bertanya dan menyampaikanpendapat, tanggapan maupun sarandalam proses pembelajaran di kelas.

b. Peserta didik hendaknyamenumbuhkan peran aktif, tanggungjawab dan kerjasama dalampelaksanaan diskusi kelompok padaproses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKAAsmani, J.M. (2013). 7 Tips Aplikasi Pakem

(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,dan Menyenangkan). Yogyakarta: DivaPress

Aqib, Zainal. 2013.Model­Model, Media, danStrategi Pembelajaran Kontekstual(Inovatif). Bandung: Yrama Media.

Endang R, Sri dkk. 2010. Modul MemahamiPrinsip­prinsip PenyelenggaraanAdministrasi Perkantoran. Jakarta:Erlangga.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning:Metode, Teknik, Struktur, dan ModelTerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jihad, A dan Haris, A. (2013). EvaluasiPembelajaran. Yogyakarta: MultiPressindo

Jollliffe, W (2007). Cooperative Learning inthe Classroom Putting it into Practice.London: Paul Chapman Publishers.

Kunandar. (2013). Penilaian Auntentik(Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikBerdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

MPKRI No. 66 tahun 2013 tentang StandarPenilaian Pendidikan.

Muklis, S. (2012). Admninstrasi

Kepegawaian. Yogyakarta: Leutika PrioPurwanto. (2013). Evaluasi Hasil

Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Suprijono, Agus. (2012). Cooperative

Learning (Teori dan AplikasiPAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwandi, Sarwiji. (2008). Penelitian TindakanKelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah.Surakarta: FKIP UNS.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.(2010). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta

UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang SistemPendidikan Nasional.