pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf...

15
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI KARANG JAYA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nurjannah Sn 1 Ahmad Amin 2 Endang Lovisia 3 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau E-mail: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar fisika siswa Kelas X SMA Negeri Karang Jaya”. Masalah penelitian adalah Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri Karang Jaya?. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Karang Jaya berjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu kelas X5 dan X6. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk esay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil nilai Post-test thitung = 3,55 > ttabel = 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) secara signifikan tuntas dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebesar 79,40 dan rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 59,77. Kata kunci : Think Pair Share (TPS), hasil belajar. ABSTRACT This thesis entitled "The Influence of Cooperative Learning Model of Think Pair Share (TPS) to Physics Learning Outcomes of Class X Students of Karang Jaya State Senior High School". The research problem is Is there a significant influence of the use of cooperative learning model of Think Pair Share type toward the study of physics class X SMA Karang Jaya ?. The research method used is experiment. The population is all students of class X State Senior High School Karang Jaya amounted to 175 people and as a sample taken 2 classes at random, the class X5 and X6. Technique of data collecting done by esay test technique. The result of the research shows that the result of Post-test value t = 3.55> ttable = 2,002 so that it can be concluded that the result of student physics learning using cooperative learning model Think Pair Share type (TPS) is significantly complete from the learning result of students using learning model conventional. Average learning outcomes of students who followed the learning model with cooperative type Think Pair Share (TPS) of 79.40 and average student learning outcomes following the conventional learning of 59.77. Keywords: Think Pair Share (TPS), learning outcomes.

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

(TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI KARANG

JAYA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Nurjannah Sn1 Ahmad Amin

2 Endang Lovisia

3

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

terhadap Hasil Belajar fisika siswa Kelas X SMA Negeri Karang Jaya”. Masalah penelitian adalah

Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share terhadap hasil belajar fisika kelas X SMA Negeri Karang Jaya?. Metode penelitian yang

digunakan adalah eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Karang Jaya

berjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu kelas X5 dan X6.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berbentuk esay. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil nilai Post-test thitung = 3,55 > ttabel = 2,002 sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) secara signifikan tuntas dari pada hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebesar 79,40 dan rata-rata

hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 59,77.

Kata kunci : Think Pair Share (TPS), hasil belajar.

ABSTRACT

This thesis entitled "The Influence of Cooperative Learning Model of Think Pair Share (TPS) to

Physics Learning Outcomes of Class X Students of Karang Jaya State Senior High School". The

research problem is Is there a significant influence of the use of cooperative learning model of

Think Pair Share type toward the study of physics class X SMA Karang Jaya ?. The research

method used is experiment. The population is all students of class X State Senior High School

Karang Jaya amounted to 175 people and as a sample taken 2 classes at random, the class X5 and

X6. Technique of data collecting done by esay test technique. The result of the research shows that

the result of Post-test value t = 3.55> ttable = 2,002 so that it can be concluded that the result of

student physics learning using cooperative learning model Think Pair Share type (TPS) is

significantly complete from the learning result of students using learning model conventional.

Average learning outcomes of students who followed the learning model with cooperative type

Think Pair Share (TPS) of 79.40 and average student learning outcomes following the

conventional learning of 59.77.

Keywords: Think Pair Share (TPS), learning outcomes.

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

A. Pendahuluan

Pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting dalam kehidupan baik untuk kehidupan

pribadi, bermasyarakat, bahkan berbangsa.

Kemajuan suatu bangsa berasal dari pribadi-

pribadi yang cerdas dan berkarakter sebagai

penyokongnya, dan pribadi-pribadi yang cerdas

dan berkarakter ini hanya bisa didapat melalui

pendidikan yang bermutu, semakin baik mutu

pendidikan suatu bangsa maka semakin baik

pula keadaan bangsa tersebut. Berpijak pada

kesadaran akan pentingnya pendidikan inipun

pemerintah terus berupaya untuk membenahi

sistem dan pelaksanaan program pendidikan

yang ada, agar tujuan pendidikan seperti yang

tertera dalam UUD 1945 yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa dapat terwujud sepenuhnya.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003, yaitu:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”. Untuk mewujudkan

tujuan dan cita-cita pendidikan tersebut diatas

tidaklah semudah membalikkan telapak tangan,

ada kendala-kendala atau masalah yang menjadi

penghambat terwujudnya tujuan dan citi-cita

pendidikan tersebut. Dari beberapa kendala

yang saat ini menjadi hambatan dalam dunia

pendidikan formal dewasa ini adalah masih

rendahnya daya serap siswa (Trianto, 2009:5)

sehingga berdampak pada rendahnya hasil

belajar pada siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa ini diantaranya

terdapat pada pelajaran fisika, pelajaran fisika

dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit di

kalangan siswa. Sementara pelajaran fisika

merupakan pelajaran yang dinilai memiliki

peran penting untuk pola pikir siswa dalam

membentuk menjadi siswa yang berkualitas,

maupun aplikasi ilmu pelajaran tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti pada tanggal 27 Agustus

2016, informasi yang diperoleh dari ibu Vera

Dwi Putri. S.Pd., selaku salah satu guru fisika

di kelas X SMA Negeri Karang Jaya nilai KKM

di tetapkan sebesar 75. Keterlibatan siswa

dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

Siswa tidak seluruhnya aktif hanya beberapa

siswa yang pintar saja aktivitas belajarnya baik.

Kurangnya aktivitas belajar terlihat pada hasil

belajar siswa relatif rendah sehingga tidak

mencapai ketuntasan yang ditentukan tersebut.

Sebagai gambaran, hasil belajar siswa yang

diambil dari hasil nilai ulangan harian mata

pelajaran fisika pada kelas X yang berjumlah

175 siswa terdapat 131 siswa belum mampu

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

jika dipersentasikan sebesar 74,86% sedangkan

siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 44

siswa jika dipersentasikan sebesar 25,14%.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan

karena antusias siswa dalam belajar fisika

masih kurang, siswa kurang berani untuk

terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar,

dan model pembelajaran yang digunakan guru

masih biasa atau pembelajaran masih

didominasi oleh guru yang menyebabkan siswa

1

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

tidak termotivasi untuk ikut berperan aktif

dalam proses belajar yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar

siswa.

Pada dasarnya mata pelajaran fisika ini

bersifat abstrak, maka diperlukan suatu cara

dalam mengatasi agar pelajaran tersebut

mendapat respon yang tinggi dari siswa

dan mampu bertahan lama di dalam

memori siswa, agar siswa dapat mencapai

hasil belajar yang baik. Salah satu model

pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar fisika siswa adalah

model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran tersebut merupakan strategi

pembelajaran kelompok. Pembelajaran

kelompok memiliki banyak keunggulan,

diantaranya dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa karena siswa bekerjasama dalam

memecahkan masalah dengan teman lainnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas

pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh

suatu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara

sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar

yang didalamnya setiap pembelajar

bertanggung jawab atas pembelajarannya

sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain (Huda,

2013:29).

Ada beberapa variasi jenis model dalam

pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share, model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share adalah salah satu model

pembelajaran yang dapat mendorong siswa

untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran.

Melalui variasi tersebut diharapkan siswa tidak

merasa bosan dalam belajar.

Pada pembelajaran ini aktivitas belajar

banyak berpusat pada siswa dan guru hanya

bertindak sebagai fasilitator, dan pembimbing,

pada proses pembelajaran. Siswa diajak untuk

belajar dengan cara berdiskusi dan berbagi

dengan teman satu bangku atau didekat tempat

duduknya, kemudian mempresentasikan atau

mengemukakan hasil jawabannya didepan kelas

untuk disampaikan dengan teman-teman satu

kelasnya. Oleh sebab itu maka penulis sangat

tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan

judul ”Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

terhadap Hasil Belajar fisika siswa Kelas X

SMA Negeri Karang Jaya Tahun Pelajaran

2016/2017.

B. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share

a. Pengertian Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Ngalimun (2013:169)

menjelaskan bahwa model

pembelajaran ini tergolong tipe

kooperatife dengan sintaks: Guru

menyajikan materi klasikal, berikan

persoalan kepada siswa dan siswa

bekerja kelompok dengan cara

berpasangan sebangku-sebangku

(think-pairs), presentasi kelompok

(share), kuis individual, buat skor

perkembangan tiap siswa, umumkan

hasil kuis dan berikan reward.

Suprijono (2011:91) menyatakan

bahwa seperti namanya

“Thinking”

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

berarti pelajaran diawali dengan guru

memberikan pertanyaan atau isu yang terkait

dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh

siswa, kemudian “Pairing” yaitu guru

meminta siswa berpasang-pasangan dan

diberi kesempatan pada pasangan tersebut

untuk berdiskusi memperdalam makna dari

jawaban yang ada didalam pikiran siswa

masing-masing melalui intersubjektif

dengan pasangannya, kemudian “Sharing”

bermakna hasil diskusi dengan pasangan

dibicarakan didepan dengan pasangan

lainnya. Menurut beberapa pengertian

diatas Think Pair Share adalah model

pembelajaran kooperatif yang berorientasi

pada keaktifan siswa dalam berdiskusi

dengan teman satu bangku atau didekatnya

dalam mendiskusikan soal yang diberikan

guru. Kemudian hasil jawaban dari hasil

diskusi teman sebangku atau didekatnya di

bicarakan didepan kelas agar terjadi proses

tanya jawab antar kelompok teman sebangku

sehingga memperdalam hasil jawaban yang

diperoleh siswa.

Model pembelajaran ini diharapkan

dapat melatih kerjasama siswa dalam

menyelesaikan masalah dengan

pembentukan kelompok kecil (teman

sebangku atau yang berada didekat

bangkunya). selain itu siswa di tuntut

menerapkan pengalaman sehingga dapat

membantu menyelesaikan masalah tersebut.

b). Penerapan Model Pembelajaran Inside

Outside Circle (IOC).

Trianto (2009:133) menyatakan bahwa

langkah-langkah dalam model pembelajaran

kooperatife tipe Think Pair Share adalah:

1) Berfikir

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau

masalah yang dikaitkan dengan pelajaran,

dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berfikir sendiri

jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan

penjelasan bahwa berbicara atau

mengerjakan bukan bagian berfikir.

2) Berpasangan

Selanjutnya guru meminta siswa

untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka

peroleh. Interaksi selama waktu yang

disediakan dapat menyatukan jawaban

jika suatu pertanyaan yang diajukan atau

menyatukan gagasan apabila suatu

masalah khusus yang diindentifikasi.

Secara normal guru memberi waktu tidak

lebih dari 4 atau 5 menit untuk

berpasangan.

3) Berbagi

Pada langkah akhir, guru meminta

pasangan-pasangan untuk berbagi

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

dengan keseluruhan kelas yang

telah mereka bicarakan. Hal ini

efektif untuk berkeliling ruangan

dari pasangan kepasangan dan

melanjutkan sampai sekitar

sebagian pasangan mendapat

kesempatan untuk melaporkan.

Dari pendapat-pendapat para ahli di

atas maka peneliti mengambil kesimpulan

bahwa langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share adalah:

1) Pembukaan

2) Guru menyampaikan inti materi dan

kompetensi yang ingin dicapai

3) Peserta didik diminta untuk berfikir

sejenak tentang materi dan permasalahan

yang disampaikan guru

4) Peserta didik membuat pasangan dengan

teman sebelahnya atau di dekatnya

mengutarakan hasil pemikiran masing-

masing

5) Peserta didik mempresentasikan hasil

diskusi pasangan kelompoknya didepan

kelas

6) Siswa dari kelompok lain dipersilahkan

untuk bertanya tentang materi yang telah

disampaikan temannya

7) Berawal dari kegiatan tersebut, guru

mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah serta

menjelaskan materi yang belum

diungkapkan oleh siswa.

8) Guru mengarahkan siswa kepada

kesimpulan materi.

9) Penutup

Menurut Spencer (dalam Aisyah,

2014:14-15) kekurangan dan kelebihan

model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share:

a. Kelebihan

1) Dengan kegiatan berfikir, berpasangan

dan berbagi, siswa secara individu

dapat mengembangkan pemikirannya

masing-masing karena adanya waktu

berfikir, sehingga dapat meningkatkan

daya pemikiran yang dapat

meningkatkan kualitas jawaban.

2) Pengetahuan dan keberanian dalam

menyampaikan inspirasi berkembang,

karena siswa harus saling melaporkan

hasil pemikiran masing-masing dan

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

berbagi serta berdiskusi dengan

pasangannya, kemudian pasangan-

pasangan tersebut harus berbagi dengan

seluruh kelompok dikelas.

3) Jumlah anggota kelompok kecil akan

mendorong setiap anggota untuk ikut

terlibat secara aktif, paling tidak mulai

berani memberikan ide, inspirasi atau

jawaban kepada kelompoknya.

b. Kekurangan

1) Waktu yang cukup lama untuk

menumbuhkan motivesi dalam

kegiatan belajar siswa

2) Kesulitanmengidentifikasi keterampilan

siswa.

Diantara kekurangan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) menurut

Setiogohadi (2014:3) adalah :

a) Waktu untuk berdiskusi banyak

terbuang ketika siswa berpindah tempat

untuk bergabung dengan kelompoknya

b) Siswa yang sudah mengerti pada

materi yang sudah dibahas belum

sepenuh hati mau menjelaskan kepada

teman kelompoknya yang belum

mengerti pada materi tersebut

c) Kelompok belum semuanya mau untuk

persentasi di depan kelas.

2. Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Suprijono,

2011:6) hasil belajar mencakup dari

kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah

pengetahuan, pemahaman, penerapan

menguraikan, mengorganisasikan, dan

menilai. Domain afektif adalah sikap

menerima, memberikan respons, nilai,

organisasi, karakteristik. Domain

psikomotorik juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik sosial, manajerial

dan intelektual.

Sedangkan menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006:3) hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi

tindakan belajar dan mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar di akhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

Slameto (2003:51) mengemukakan

bahwa, hasil belajar merupakan salah satu

yang digunakan untuk melaporkan tentang

hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Lebih lanjut Slameto (2003:54)

mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua faktor tersebut

terdiri dari :

1) Faktor Intern, yang terdiri dari:

(a) Faktor jasmaniah, seperti faktor

kesehatan dan cacat tubuh.

(b) Faktor psikologis, seperti

intelegensi, perhatian, minat,

6

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

bakat, motif, kematangan,

kesiapan.

(c) Faktor kelelahan jasmani dan

rohani

2) Faktor Ekstern, yang terdiri dari:

(a) Faktor keluarga, seperti cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orang

tua, latar belakang kebudayaan

(b) Faktor sekolah, seperti metode

mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, media atau alat

pembelajaran.

(c) Faktor masyarakat, seperti kegiatan

siswa dalam masyarakat, media,

teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya

(Arikunto, 2010:192). Rancangan

penelitian merupakan strategi yang

menggambarkan latar penelitian agar

peneliti memperoleh data yang valid dan

reliabel sehingga mampu menjawab

permasalahan penelitian (Sugiyono,

2009:30). Pada bagian ini peneliti peneliti

perlu memilih metode yang sesuai.

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen

yang mempunyai ciri khas adalah

menggunakan kelompok kontrol sebagai

garis dasar membandingkan dengan

kelompok yang diberikan perlakuan

eksperimen. Untuk menunjukkan kerangka

konseptual yang dilakukan dalam

penelitian ini, maka penulis menggunakan

pretest-posttest control group design, yaitu

adanya kelompok pembanding. Menurut

Arikunto (2010:125) dapat dilihat pada

Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Pretest-Posttest Control Group

Design

Group Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan:

O1 = Pretest

O2 = Posttest

X = Model Koperatif Tipe Think Pair

Share

- = Pembelajaran Konvensional

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a. Data Observasi

Observasi dilaksanakan di kelas

eksperimen untuk melihat hasil belajar

siswa selama proses pembelajaran. Data

hasil observasi hanya digunakan sebagai

data pelengkap dan untuk memperkuat hasil

penelitian. Observasi diamati secara

individu yang terdiri dari 5 indikator dan 2

deskriptor. Indikator dan deskriptor yang

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

akan diobservasi pada siswa meliputi (1)

Tanggung jawab individu terdiri dari

memahami materi dan menyelesaikan tugas

individu dengan baik (2) Keaktifan siswa

terdiri dari berani bertanya dan berani

mengemukakan pendapat (3) Kemampuan

bekerja sama terdiri dari mendengarkan

penyampaian materi dari satu kelompok

dan melakukan tanya jawab.mendengarkan

penyampaian materi dari pasangan (4)

Tanggung jawab kelompok terdiri dari

menyelesaikan tugas dengan benar dan

menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu

(5) Kemampuan berkomunikasi terdiri dari

mampu menjawab pertanyaan dan mampu

memberi tanggapan.

b. Data Tes

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 25

Juli s.d 25 Agustus 2016, dilakukan langsung

oleh peneliti dan dilaksanakan sesuai dengan

jadwal yang berlaku disekolah. Sebelum

pelaksanaan penelitian dimulai terlebih dahulu

dilakukan uji coba instrumen tes yang bertujuan

untuk mengetahui kualitas soal yang

dilaksanakan. Uji coba instrument dilakukan

dikelas XI IPA 3 SMA Negeri Karang Jaya

dengan jumlah siswa 30 orang pada materi

pengukuran dan angka penting.

Model pembelajaran yang digunakan

adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS), dilaksanakan dikelas

X.5 SMA Negeri Karang Jaya pada semester

ganjil tahun pelajaran 2016/2017, terhadap

jumlah seluruh kelas X yang berjumlah 175

orang siswa. Dari seluruh kelas X di ambil

secara acak sehingga seluruh kelas memiliki

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel penelitian dan dijadikan sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diacak

didapatkan dua kelas yaitu kelas X.5 berjumlah

30 siswa yang merupakan kelas eksperimen dan

kelas X.6 berjumlah 30 sebagai kelas kontrol

dengan materi pengukuran. Pelaksanaan

pembelajaran akan dilaksanakan secara terpisah

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada

hari yang berbeda pada pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan

lima kali pertemuan yaitu dengan rincian satu

kali mengadakan tes kemampuan awal (pre-

test), tiga kali mengadakan pembelajaran atau

pemberian perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS), dan dilanjutkan satu kali

mengadakan tes kemampuan akhir (post-test )

pada akhir pembelajaran.

Kemampuan awal yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pengetahuan awal yang

dimiliki siswa sebelum diberi pembelajaran

materi pengukuran. Kemampuan awal diperoleh

melalui tes essay sebanyak 6 soal, baik itu kelas

eksperimen dengan memberikan pembelajaran

kepada siswa dengan pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) yang berjumlah 30

orang siswa yang dilaksanakan pre-test pada

tanggal 30 Juli 2016 maupun kelas kontrol

dengan menggunakan pembelajaran

konvensional berjumlah 30 orang siswa yang

dilaksanakan pre-test pada tanggal 01 Agustus

2016.

Kemampuan akhir siswa dalam

penguasaan materi sistem persamaan linear dan

34

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

kuadrat dua variabel merupakan hasil belajar

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Kemampuan akhir diperoleh melalui tes akhir

(post-test) berupa tes essay sebanyak enam soal.

Pelaksanaan post-test kelas eksperimen

dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2016 dan

kontrol pada tanggal 2 Oktober 2016.

Pelaksanaan post-test untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

Setelah pre-test, maka kelas

eksperimen mendapat perlakuan. Perlakuan

ini diberikan sebanyak tiga kali pertemuan.

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan

materi kalor merupakan hasil belajar siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil perhitungan data post-test

siswa diperoleh nilai rata-rata yang

diperoleh siswa adalah 79,40 dan nilai rata-

rata kelas kontrol adalah 59,77.

Jika dibandingkan dengan

kemampuan awal (pre-test) maka terdapat

peningkatan hasil belajar setelah diberikan

pembelajaran. Setelah perhitungan nilai

rata-rata dan simpangan baku dari pre-test

dan post-test, selanjutnya diadakan uji

normalitas untuk mengetahui apakah data

hasil tes siswa berdistribusi normal atau

tidak. Hasil perhitungan uji normalitas pre-

test dan post-test untuk kedua kelompok

dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1.

Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-

test No Kelas

hitungx2

tabelx2

Kesimpu

lan

1

2

Eksperi

men

Pre-test

Post-test

5,3418

3,2098

11,07

0

11,07

0

Normal

Normal

1

2

Kontrol

Pre-test

Post-test

7,4746

6,1878

11,07

0

11,07

0

Normal

Normal

Tes 2 hitung

dk

2

tabel

Ket

Aw

al

Akh

ir

10,6

1,80

5

5

11,07

0

11,07

0

Normal

Normal

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan

bahwa nilai 2 hitung data pre-test maupun

post-test untuk kelas eksperimen lebih kecil

daripada 2 tabel. Berdasarkan ketentuan

pengujian normalitas dengan menggunakan

uji kecocokan 2 (chi-kuadrat) dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelas

untuk data pre-test maupun post-test pada

kelas eksperimen berdistribusi normal.

Setelah diketahui bahwa data berdistribusi

normal.

aH : Rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen dengan menggunakan

model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) lebih dari rata-rata hasil

belajar kelas kontrol ( 21 ).

0H

: Rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen dengan menggunakan

model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) kurang dari atau sama

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

dengan rata-rata hasil belajar kelas

kontrol ( 21 ).

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t

mengenai kemampuan akhir siswa kelas

eksperimen diperoleh nilai thitung = 3,55 dan ttabel

= 2,002 pada taraf kepercayaan α = 0,05, karena

thitung ≥ ttabel (3,55 ≥ 2,002). Hal ini berarti Ho

ditolak, dengan demikian hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima

kebenarannya. Hal ini berarti hasil belajar fisika

siswa yang pembelajarannya menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) secara signifikan tuntas dari pada

penggunaan model pembelajaran konvensional.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri

Karang Jaya, dimana penelitian ini dilakukan

didua kelas, kelas X5 sebagai kelas eksperimen

dan kelas X6 sebagai kelas kontrol, langkah

yang pertama dilakukan saat penelitian adalah

peneliti melakukan pre-test di kelas kontrol

dan eksperimen, setelah pre-test di kelas

kontrol dan eksperimen dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) dan memberikan perlakuan di

kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS), dan memberikan perlakuan

menggunakan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol sebanyak 3 kali pertemuan, pada

pertemuan pertama di kelas eksperimen peneliti

mulai menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) namun

pada pertemuan kedua ini siswa belum aktif,

karena siswa terbiasa dengan pembelajaran

konvensional, dimana siswa hanya

mengandalkan guru yang menjelaskan pelajaran

yang sedang berlangsung dan siswa hanya

sebagai penerima informasi tertentu saja.

Selanjutnya pada pertemuan kedua di

kelas eksperimen siswa mulai merespon

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) yang diterapkan, dengan

menunjukkan keaktifan mereka di kelas dalam

menyelesaikan masalah-masalah dan soal yang

sudah diberikan oleh peneliti, selanjutnya

pertemuan ketiga di kelas eksperimen terlihat

sekali peningkatan hasil belajar dan aktivitas

siswa, dan setelah dibandingkan dengan kelas

kontrol setiap pertemuan awal hingga

pertemuan akhir dengan menggunakan

pembelajaran konvensional, siswa terlihat

sekali hanya sebagai penerima informasi,

karena siswa jarang sekali bertanya dan

menjawab pertanyaan. Siswa dituntut untuk

berfikir dan bertukar pikiran dengan teman

sebangkunya sehingga akan terbentuk suatu

pola kerja sama yang aktif. Selain melatih kerja

sama yang baik, model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) juga melatih

keberanian siswa untuk tampil di muka umum

atau dalam hal ini untuk tampil di depan kelas

untuk menjelaskan hasil kerja sama dengan

teman satu bangkunya.

Adapun kendala yang ditemukan

selama proses antara lain dari segi siswa yaitu

siswa-siswa yang pasif. Pada tahap Pair

(berpasangan) siswa yang seharusnya

membahas masalah yang telah mereka kerjakan

tetapi siswa memanfaatkan waktunya untuk

berbicara di luar materi pelajaran dan kurang

aktif dalam mencari penyelesaian masalah atau

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

soal. Mengatasi kendala dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS), guru akan berkeliling kelas dan

mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus

dilalui oleh siswa. Hal ini dilakukan agar tahap-

tahap dalam proses pembelajaran ini dapat

berjalan tertib dan dapat berhasil.

Untuk mendukung pembahasan di atas

maka menurut Trianto (2009:61), Think Pair

Share merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Dengan asumsi bahwa semua diskusi

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan

kelas secara keseluruhan dan prosedur yang

digunakan dalam pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share dapat memberikan siswa

banyak waktu berpikir merespon dan saling

membantu. Siswa dituntut untuk berfikir dan

bertukar pikiran dengan teman sebangkunya

sehingga akan terbentuk suatu polakerja sama

yang aktif.Selain melatih kerja sama yang baik,

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) juga melatih keberanian siswa

untuk tampil di muka umum atau dalam hal ini

untuk tampil di depan kelas untuk menjelaskan

hasil kerja sama dengan teman satu bangkunya.

Kesuksesan pembelajaran fisika dengan

menggunakan model pembelajaraan kooperatife

tipe Think Pair Share terlihat dari keberhasilan

siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan

pada saat lembar post-test siswa kelas

eksperimen, dan kesuksesan pembelajaran

fisika dengan menggunakan model

pembelajaraan kooperatife tipe Think Pair

Share terlihat juga dari kemampuan tiap-tiap

kelompok dalam merumuskan soal, terdapat 15

kelompok dalam satu kelas eksperimen dan

dalam kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang

siswa. Tiap kelompok mampu merumuskan soal

soal yang mereka selesaikan sendiri dengan

benar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

SMA Negeri Karang Jaya dari tanggal 25 Juli

s.d 25 Agustus 2016, bahwa penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) dapat dijadikan alternatif sebagai

model pembelajaran yang dapat digunakan oleh

guru dalam proses belajar mengajar di kelas,

sehingga dapat mengetahui pengaruh hasil

belajar siswa terhadap model tersebut. Pada

penelitian ini, peneliti mengajar pada dua kelas

yaitu kelas X.5 sebagai kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang

berjumlah 30 siswa dan kelas X.6 sebagai kelas

kontrol dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional yang berjumlah 30

siswa.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan nilai rata-

rata kemampuan awal siswa kedua kelas yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum

diberikan perlakuan yang berbeda kemampuan

awal siswa kedua kelas relatif sama. Hal ini

menunjukkan dari nilai rata-rata Pre-test siswa

kelas eksperimen sebesar 33,83 dan pada kelas

kontrol sebesar 35,93. Tidak adanya perbedaan

kemampuan awal siswa (Pre-test) kedua kelas

tersebut dibuktikan dari hasil pengujian

hipotesis yang mana nilai hitungt < tabelt (

1,28 < 2,002 ).

Setelah melakukan pembelajaran

dilakukan tes akhir yang dilaksanakan pada

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

tanggal 3 Oktober 2016 untuk melihat hasil

belajar siswa. Berdasarkan hasil Post-test pada

kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata siswa

adalah 79,40 sedangkan hasil Post-test

pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata

siswa adalah 59,77. Berdasarkan hasil nilai

rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol ternyata nilai rata-rata kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini

disebabkan karena kelas eksperimen

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) sedangkan pada

kelas kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional.

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan

uji-t menghasilkan bahwa

dengan nilai 3,55 > 2,002 ini membuktikan

bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima

yaitu rata-rata hasil belajar fisika yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) lebih dari rata-rata

hasil belajar fisika siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran model Think

Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil

belajar fisika siswa, karena melalui model

pembelajaran Think Pair Share (TPS),

diharapkan siswa mampu menguasai materi

pelajaran dengan lebih baik. Siswa dapat

menambah pengetahuan mereka tentang materi

yang dipelajari dengan diberikannya

kesempatan bagi siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran

Think Pair Share (TPS) juga mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerjasama

mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Lie,

(2008:59) menyatakan bahwa model kooperatif

tipe ”Think Pair Share (TPS) adalah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

saling membagi ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat”. Sedangkan

menurut Slavin (2009:256), menyatakan bahwa

“Think Pair Share (TPS) adalah sebuah varian

dari group discussion, kelompok yang

sebelumnya tidak diberitahu siapa yang akan

menjadi wakil kelompok tersebut”.

Adapun keunggulan dari model

pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini adalah

: setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat

melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa

yang kurang pandai.

Terbuktinya hipotesis dalam penelitian ini

diperkuat dengan penelitian terdahulu hasil

penelitian ini menunjukkan juga ditunjang oleh

menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) terlibat aktif dalam

pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa penggunaan model pembelajaran model

Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan

hasil belajar Fisika siswa, karena melalui model

pembelajaran Think Pair Share (TPS),

diharapkan siswa mampu menguasai materi

pelajaran dengan lebih baik. Siswa dapat

menambah pengetahuan mereka tentang materi

yang dipelajari dengan diberikannya

kesempatan bagi siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran

Think Pair Share (TPS) juga mendorong siswa

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

untuk meningkatkan semangat kerjasama

mereka. Hasil penelitian ini sejalan dengan

pendapat Arman yang hasil penelitiannya yaitu

Think Pair Share dapat menumbuhkan

semangat siswa dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

DAFTAR PUSTAKA.

Aisyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran

Think Pair Share Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Wonosobo. Skripsi. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2010.

Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta:

Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Giancolli. 2001. Fisika Universitas. Jakarta:

Grasindo

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning

Mempraktikkan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:

Grasindo.

Ngalimun, Sutanto. 2013. Ilmu Pendidikan dan

Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Purwanto, Ngalim. 2010. Ilmu Pendidikan

Teoritis dan Praktis. Bandung:

Rosdakarya

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesional Guru.

Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

---------- 2012. Model-Model Pembelajaran.

Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajarn

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung: Kencana.

Saputra, Hairul. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas X

Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu

Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi.

Tidak diterbitkan. Pendidikan Fisika

Lubuklinggau: STKIP-PGRI

Lubuklinggau

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning

Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:

Penerbit Nusa Indah.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:

Tarsito.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Evaluasi

Pembelajaran, Jakarta: UI Press

Sugianto. 2010. Model-Model Pembelajaran

Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Statiska Non Parametis.

Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning

Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sutikno. 2010. Ilmu dan Teori Pendidikan.

Jakarta: Erlangga

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu.

Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif Progresif: Konsep, Landasan,

dan Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Ulfah, Fitria. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Think

Pair Share terhadap Hasil Belajar

Fisika Siswa Kelas X Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Muara Beliti.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Pendidikan

Fisika Lubuklinggau: STKIP-PGRI

Lubuklinggau

41

40

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal pdf jannah.pdfberjumlah 175 orang dan sebagai sampel diambil 2 kelas secara acak, yaitu